aksi go pangan lokal with miti.pdf
TRANSCRIPT
i
LAPORAN KEGIATAN BAKTI LINGKUNGAN
AKSI GO PANGAN LOKAL WITH MITI
(Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia)
Disusun Oleh:
Akhmad Kurniadi
Perwakilan Kecamatan Kandangserang
Diajukan Untuk Kegiatan Pemilihan Mas Dan Mba Duta Wisata
Kabupaten Pekalongan Tahun 2014
KABUPATEN PEKALONGAN
PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2014
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan ilmu, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kegiatan Bakti Lingkungan yang berjudul Aksi Go Pangan
Lokal With Miti (Masyarakat Ilmuan Dan Teknologi Indonesia). Laporan kegiatan
yang sudah berlangsung tertuang dalam laporan ini
Penulis mengajak kepada masyarakat dan khalayak untuk mau menggunakan
produk dan hasil pangan lokal sebagai bahan pokok selain beras/nasi, hal ini juga
sebagi upaya untuk menurunkan impor beras di Indonesia.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan jauh dari sebuah
kesempurnaan dalam laporan ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan YME.
Semoga laporan kegitan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Pekalongan, 30 Juli 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN KULIT MUKA ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pangan Lokal ............................................................................................ 3
2.2 Ketahanan Pangan Nasional ...................................................................... 4
2.3 Aksi Go Pangan Lokal With MITI............................................................. 5
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................... 6
3.2 Saran ......................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 7
Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan .................................................................. 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai sumber daya alam dan
pangan yang beraneka macam. Lebih dari empat abad silam, jauh sebelum Belanda
dan penjajah lainnya masuk dan menjajah Indonesia, tinta emas pertanian Indonesia
telah rapi tergoreskan, dengan berkembangnya jaman potensi ketersediaan pangan
lokal Indonesia sangat melimpah. Indonesia memiliki setidaknya 77 bahan makanan
lokal yang mengandung karbohidrat yang sama dengan nasi sehingga bisa dijadikan
substitusi (Kompas, 2010 dalam Yuliatmoko, 2010 ).
Dengan beraneka macam pangan lokal yang melimpah muncul sebuah polemik
didalam masyarakat mengenai dominasinya penggunaan bahan beras sebagai
makanan pokok, sehingga kebutuhan akan bahan makanan ini miningkat dan kadang
tidak dapat terpenuhi dengan baik. Indonesia adalah negara konsumen beras terbesar
di tingkat ASEAN dengan angka konsumsi mencapai 32,94 juta ton beras pada tahun
2010 dan konsumsi sebesar 3,8 juta ton produksi, Indonesia tidak dapat memenuhi
konsumsi dalam negeri sehingga melakukan impor (Akhmad Raihan R, dkk, 2011).
Berbagai upaya dilakukan dalam mengurangi ketergantungan ini, salah satunya
adalah upaya yang dilakukan para mahasiswa yang tergabung dalam MITI
(Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia) untuk mengkampanyekan Go Pangan
Lokal yang berlangsung pada tanggal 18 Mei 2014 bertempat dikawasan jalan
Simpang Lima Semarang. Aksi kampanye untuk mencintai pangan lokal mulai
dilakukan dengan menggelar program di arena car free day. Koordinator MITI
Kluster Mahasiswa Semarang Nasrun Eko Wibowo mengatakan, gerakan tersebut
2
untuk mengajak masyarakat kembali mencintai pangan lokal dan melakukan
reformasi pangan.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap beras sebagai
makanan pokok utama. Padahal di Indonesia melimpah berbagai macam bahan
makanan yang bisa diolah menjadi makanan pokok. (Via Muria News access
http://www.gayanusantarafm.com/go-pangan-lokal-gerakan-kembali-ke-pangan-
lokal/).
Sehingga dengan dilakukanya aksi semacam ini dapat mensosioalisasikan
kepada masyarakat Kota Semarang bahwa banyak bahan makan yang bisa diolah
menjadi makanan pokok selain beras, misalnya singkong, jagung, kedelai, sagu dan
bahan pangan lokal lainnya. Aksi ini diikuti dari berbagai mahasiswa di Kota
Semarang diantaranya mahasiswa dari Unnes, Undip Universitas PGRI, Unissula dan
Universitas Semarang, dengan harapan mahasiswa sebagai kawula muda dapat
menjadi pelopor dan penggerak revolusi pangan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji dalam
hal ini adalah apakah yang dimaksud sebagai upaya go pangan lokal ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengajak pembaca dan penulis
mengenai upaya go pangan lokal.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah tercapainya
masyarakat yang tidak ketergantuangan akan sumber makanan berupa nasi. Untuk
penulis manfaat yang didapat berupa, bertambahnya wawasan mengenai sumber
pangan lokal di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pangan Lokal
Pangan lokal merupakan istilah yang diberikan untuk makanan-makanan
lokal ataupun produk-produk lokal. Dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Inovasi
Teknologi Produk Pangan Lokal Untuk Percepatan Ketahanan Pangan” Welli
Yuliatmoko menyatakan bahwa produk pangan lokal berkaitan erat dengan
budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, produk-produk ini kerap kali juga
menyandang nama daerah, sebagai misal, dodol garut, jenang kudus, gudek jokya,
apem kesesi dan lain-lain.
Beraneka ragam dan jumlah yang sangat besar dari produk pangan lokal
Indonesia, tentu sangat berpotensi dalam mewujudkan kemandirian pangan
nasional. Terwujudnya kemandirian pangan suatu daerah atau negara, dengan
sendirinya akan mempercepat tercapainya ketahanan pangan nasional. Namun
demikian, hingga saat ini, produk pangan lokal belum mampu menggeser beras
dan tepung terigu yang mendominasi makanan di Indonesia. Sebuah negara
dikatakan memiliki ketahanan pangan yang baik apabila pangan itu tersedia,
rakyat dapat membeli dengan harga terjangkau dan kita tidak harus tergantung
secara mutlak kepada sumber-sumber pangan negara lain.” (Poerwanto Roedhy,
dkk dalam PIP Tim Penyusun 2009).
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis karena pangan
merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi
setiap rakyat Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam UU Nomor 7 Tahun 1996
tentang pangan. Kecukupan pangan menentukan kualitas sumberdaya manusia
dan ketahanan bangsa. sehingga pangan harus tersedia setiap saat dalam jumlah
yang cukup, merata, aman, bermutu, bergizi, beragam, dan dengan harga yang
4
terjangkau oleh daya beli masyarakat. (Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara Medan, 2011).
2.2 Ketahanan Pangan Nasional
Jika kita membicarakan tentang kondisi pangan di Indonesia maka akan
berkaitan dengan kebijakan ketahanan pangan nasional. Upaya kebijakan untuk
diversifikasi pangan sudah dilaksanakan sejak awal dekade 1960an untuk
mengantisipasi kebutuhan atau permintaan akan jenis tanaman pangan nasional
(Handewi dan Ariani, 2008). Pada tahun 1974, dikeluarkan Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 14 Tahun 1974 tentang Usaha Perbaikan Menu Makanan Rakyat
(UPMMR) yang selanjutnya ditegaskan kembali melalui Inpres No 20 Tahun
1979 tentang UPMMR. Tujuan dikeluarkannya instruksi presiden tersebut adalah
untuk menindak lanjuti upaya penganekaragaman jenis pangan dalam rangka
meningkatkan mutu gizi makanan rakyat, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Pada tahun 1996, dikeluarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan
yang memberikan amanat untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Selanjutnya, dikeluarkan pula Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang
Propenas yang di dalamnya mulai mengisyaratkan upaya diversifikasi tanaman
pangan, baik untuk konsumsi maupun produksi.
Dengan upaya penganeragaman (diversivikasi) sumber makanan ini juga
diharapkan akan berdampak kepada kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang
tadinaya hanya pokok mengkonsumsi nasi, untuk mengkonsumsi makanan dari
sumber-sumber makanan lain maupun sumber makanan lokal seperti sagu,
jagung, kedelai, singkong, dan lain sebagainya. Dengan demikian ketahanan
pangan di Indonesia akan terwujud dengan baik, sesuai dengan uraian diatas.
5
2.3 Aksi Go Pangan Lokal With MITI (Masyarakat Ilmuan Dan Teknologi
Indonesia)
Aksi yang dilakukan untuk menggemborkan kepada masyarakat untuk mau
dan mencoba menggunakan bahan makanan lokal sebagai alternatif pengganti
beras/nasi ini dilakukan pada tanggal 18 Mei 2014 bertempat dikawasan jalan
Simpang Lima Semarang. Aksi kampanye untuk mencintai pangan lokal mulai
dilakukan dengan menggelar program di arena car free day. Aksi ini diikuti dari
berbagai mahasiswa di Semarang diantaranya mahasiswa dari Unnes, Undip
Universitas PGRI, Unissula dan Universitas Semarang, selain itu di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) juga digelar aksi yang sama dikawasan titik nol
setelah funwalk dari DPRD DIY.
Di Yogyakarta sendiri aksi ini diikuti mahasiswa dari kampus-kampus di
Yogyakarta, diantaranya GC-UGM, BEM-KM UGM, CES UNY, EXACT UIN
Sunan Kalijaga, KPM UMY, Labma UII, dll termasuk STMIK AMIKOM lewat
Komunitas Riset mahasiswanya yakni KRETA (Komunitas Riset Teknologi
Amikom) yang berpartisipasi dalam panitia pelaksana kampanye Go Pangan
Lokal bidang humas dan media.
MITI sendiri sebagai forum mahasiswa ilmuan dan teknologi Indonesia
mewadahi para mahasiswa diberbagai kota untuk peduli dan ikutserta
mengkampanyekan go pangan lokal atau dengan istilah sederhananya adalah aksi
untuk mencintai dan mau menggunakan pangan lokal sebagai sumber bahan
makanannya.
6
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pangan lokal adalah
istilah yang diberikan untuk makanan maupun produk-produk lokal, aksi go
pangan lokal ini adalah sebagai langkah untuk memberitahu kepada masyarakat
akan adanya sumber makanan dari bahan lain sebagai pangganti beras, sehingga
masyarakat tidak selalu tergantung pada nasi/beras tetapi juga dapat
menggunakan bahan makanan gandum, sagu, ketela, jagung, kedelai yang
memiliki porsi karbohidrat yang sama untuk pengganti nasi, dengan demikian
kebutuhan pangan akan tercukupi dan terbentuklah ketahanan pangan nasioanal.
3.1 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam hal ini adalah kepada masyarakat Indonesia
agar mau mencoba dan menggunakan sumber bahan makanan lain seperti
gandum, sagu, ketela, jagung, kedelai yang nilai angka kebutuhan gizinya sama
dengan nasi, sehingga kita sebagai masyarakat Indonesia tidak selalu
ketergantuangan akan nasi maupun beras.
7
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara Medan. 2011.
Evaluasi Program Pangan Lokal Non Beras Untuk Ketahanan Pangan Di
Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara Medan.
PIP Tim Penyusun. 2009. Kumpulan Makalah Pengantar ke Ilmu-ilmu Pertanian.
Bogor: IPB Press.
Raihan, Akhmad R, dkk. 2011. Revolusi Pangan Lokal Sebagai Langkah Menuju
Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Nasional. Program Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis : Institut Pertanian Bogor.
Yuliatmoko, Welli. 2011. Inovasi Teknologi Produk Pangan Lokal Untuk Percepatan
Ketahanan Pangan. Jurnal Ilmiah : Universitas Terbuka, Pondok Cabe,
Tangerang Selatan.
-------Via Muria News. online at http://www.gayanusantarafm.com/go-pangan-lokal-
gerakan-kembali-ke-pangan-lokal/ access 20 Juli 2014.
8
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
9