akibat hukum akuisisi perusahaan terhadap tenaga kerja kontrak

88
AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK ( Studi Kasus Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap PT Uber Indonesia Technology) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Raden Siti Khalida Rahim NIM: 11150480000159 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

1

AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP

TENAGA KERJA KONTRAK

( Studi Kasus Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap PT Uber

Indonesia Technology)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Raden Siti Khalida Rahim

NIM: 11150480000159

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020

Page 2: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

i

SAKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP

TENAGA KERJA KONTRAK

( Studi Kasus Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap PT Uber

Indonesia Technology)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Raden Siti Khalida Rahim

NIM: 11150480000159

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020

Page 3: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

ii

AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

( Studi Kasus Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap PT Uber Indonesia Technology)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Raden Siti Khalida Rahim NIM: 11150480000159

Pembimbing:

Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. NIP 19691121 199403 1 001

LEMBAR PESETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 4: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK
Page 5: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK
raden siti khalida rahim
Page 6: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

v

ABSTRAK

Raden Siti Khalida Rahim, NIM 11150480000159. “AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK (Studi Kasus Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap PT Uber Indonesia Technology)” Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2020 M.

Akusisi perusahaan merupakan salah satu cara untuk restukturisasi perusahaan yang mana berdampak kepada struktur perusahaan dan juga pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana proses akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia terhadap PT Uber Indonesia Technology dan apa dampak hukum terhadap pekerja kontrak waktu tertentu dari adanya akuisisi tersebut yang dimana dalam proses akuisisi antara kedua perusahaan tersebut berdampak kepada status dan hak-hak karyawan yang tidak dipenuhi sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif empiris yaitu jenis penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan hukum yang sedang berlaku dan kejadian yang terjadi dalam masyarakat, yang dibangun berdasarkan objek hukum itu sendiri. Dengan menggunakan dua jenis pendekatan penelitian pendekatan melalui perundang undangan (statute approach) yang memfokuskan pada ketentuan perundang-undangan dan pendekatan secara kasus (case approach) yang melihat peristiwa hukum yang terjadi dimasyarakat.

Hasil penelitian dari skripsi ini akusisi PT Solusi Transportasi Indonesia terhadap PT Uber Indonesia Technology termasuk dalam akuisisi aset yang menyebabkan perubahan kontrol decisive influence oleh PT Solusi Transportasi Indonesia yang didasari perjanjian oleh kedua belah pihak yang mana salah satu isi perjanjiannya adalah PT Uber Indonesia technology sepakat mereka tidak lagi beroprasi dalam bisnis ride hailing di Indonesia akuisisi ini juga memberikan dampak pada tidak terpenuhinya hak-hak pekerja kontrak waktu tertentu dengan seharusnya sebagaimana terdapat pada kontrak kerja dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kata Kunci : Akuisisi, Ketenagakerjaan, Dampak Hukum, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Pembimbing Skripsi : Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Daftar Pustaka : Tahun 1987 sampai Tahun 2019

Page 7: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

vi

KATA PENGANTAR

میحرلا نمحرلا 'ا مسب

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-

Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “AKIBAT HUKUM AKUISISI

PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK (Studi Kasus

Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap PT Uber Indonesia

Technology)” dapat diselesaikan dengan baik, walaupun terdapat beberapa

kendala yang dihadapi saat proses penyusunan skripsi ini. Penelitian skripsi ini

tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan

penuh rasa hormat saya ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada

yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi

Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Abu Tamrin, S.H.,

M.Hum Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya serta kesabaran dalam

membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

4. Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Kepala Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai guna

menyelesaikan penelitian skripsi ini.

5. Kedua orang tua peneliti tersayang Ibu Halimah dan Bapak Iim Nurohim

serta kakak-kakak yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tiada

hentinya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Page 8: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

vii

6. Semua Pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang

telah memberikan motivasi serta saran dalam pembuatan skripsi ini

sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Akhir kata, peneliti

berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Terima Kasih.

Jakarta, 23 September 2020

Peneliti

Raden Siti Khalida Rahim

Page 9: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PESETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .......................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7

D. Metode Penelitian ............................................................................. 8

E. Sistematika Pembahasan ................................................................ 10

BAB II TINJAUAN HUKUM AKUSISI DAN KETENAGAKERJAAN ... 12

A. Kerangka Konsepual ...................................................................... 12

1. Akuisisi ................................................................................... 12

2. Tahapan Akuisisi Perusahaan ................................................. 16

3. Tenaga Kerja ........................................................................... 17

B. Kerangka Teori ............................................................................... 24

1. Teori Kepastian Hukum .......................................................... 24

2. Teori Perlindungan Hukum ..................................................... 27

BAB III Latar Belakang Akusisi PT Solusi Transportasi Indonesia

Terhadap PT Uber Indonesia Technology ....................................... 31

A. Profil Perusahaan ........................................................................... 31

1. PT Uber Indonesia Technology .............................................. 31

2. PT Solusi Transportasi Indonesia (GRAB) ............................. 32

B. Kontrak Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) PT Uber

Indonesia Technology .................................................................... 34

Page 10: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

ix

C. Studi Kasus akuisisi PT Uber Indonesia Technology oleh PT

Grab Indonesia (GRAB) ................................................................ 35

1. Hasil wawancara dan penelitian media massa ........................ 35

2. Latar belakang akusisi PT Grab Indonesia terhadap PT

Uber Indonesia Technology .................................................... 36

BAB IV Proses Akuisisi PT Uber Indonesia Technology oleh PT Solulsi

Transportasi Indonesia Serta Dampak Hukum Terhadap

Pekerja Waktu Tertentu ..................................................................... 40

A. Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap PT Uber

Indonesia Technology .................................................................... 40

B. Dampak Akuisisi Terhadap Pekerja Waktu Tertentu ..................... 51

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 62

A. Kesimpulan .................................................................................... 62

B. Rekomendasi .................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64

LAMPIRAN ......................................................................................................... 68

Page 11: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia, pada sila kelima yang

berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Yang bermakna

bahwa keadilan untuk rakyat lebih penting dibandingkan dengan kelompok

tertentu. Keadilan harus dijunjung tinggi termasuk keadilan bagi

pekerja/buruh. Dalam Pasal 27 Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945

Ayat (2) yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dalam pasal ini menjelaskan

bahwa adanya pengakuan dan jaminan bagi semua orang untuk memiliki

kehidupan dan pekerjaan untuk mencapai hidup yang layak bagi kemanusiaan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

bahwa dalam undang-undang tersebut menjamin seluruh warga negara untuk

mendapatkan pekerjaan dengan implikasi untuk memenuhi kebutuhan hidup

yang layak, dalam hal ini undang-undang sebagai penjabaran terhadap

undang-undang dasar yang hanya memenuhi unsur norma secara umum dan

sebagai landasan yuridis hukum kerja atau hukum tenaga kerja.

Pengertian tenaga kerja menurut Payaman Simanjuntak adalah

penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan

yang melaksanakan kegiatan lain, seperti sekolah dan mengurus rumah tangga.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh

umur/usia. 1 Pekerja yang telah melaksanakan kewajibannya maka wajib

mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja/buruh, karena pekerja/buruh adalah

bagian dari rakyat Indonesia yang harus diberikan haknya setelah

melaksanakan kewajibannya dengan begitu maka keadilan bagi pekerja

terwujud. Perlindungan bagi pekerja/buruh perlu ditingkatkan, baik dari seni

upah, kesejahteraan, dan harkatnya sebagai manusia.

1 Sedjun H Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta, PT

Rineka Cipta, Cet. II, 1995), h. 3.

Page 12: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

2

Hubungan kerja diciptakan melalui perjanjian kerja dalam perjanjian

tersebut menghasilkan hubungan hukum yang dinamakan subbordinasi yang

menempatkan pekerja dibawah majikan sehingga menempatkan posisi hukum

yang lemah dalam perjanjian kerja. Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 “Hubungan/kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan

pekerja/buruh yang perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah,

dan perintah”. Perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dengan perjanjian

kerja bersama yang dibuat oleh pengusaha dengan serikat pekerja/serikat

buruh yang ada pada perusahaan. Demikian pula perjanjian kerja tersebut

tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan yang dibuat oleh

pengusaha.

Dalam setiap hubungan kerja pun akan memasuki suatu tahap dimana

hubungan kerja akan berakhir atau diakhiri oleh salah satu pihak. Berdasarkan

hal tersebut di atas sering terjadi perselisihan antara pengusaha dengan

pekerja. Perselisihan tersebut merupakan suatu hal yang lumrah karena telah

menjadi kodrat manusia.

Beberapa pengertian Pemutusan Hubungan Kerja PHK:

“Pemutusan Hubungan Kerja adalah suatu proses pelepasan keterikatan

keterikatan kerja sama antara perusahaan dengan tenaga kerja, baik atas

permintaan tenaga kerja yang bersangkutan maupun atas kebijakan perusahaan

yang karenanya tenaga kerja yang karenanya tenaga kerja tersebut dipandang

sudah tidak mampu lagi atau karena perusahaan yang tidak memungkinkan”.2

Pasal 1 Angka 25 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menjelaskan

bahwa definisi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran

hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak

dan kewajiban antara buruh dan pekerja.

Mengenai PHK itu sendiri secara khusus juga diatur dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Penyelesaian perselisihan Hubungan

Industrial. Ada 4 jenis perselisihan hubungan industrial yaitu :

2 Iswanto Sastro Hadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2001), h. 305.

Page 13: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

3

1. Perselisihan Mengenai Hak.

2. Perselisihan Kepentingan.

3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

4. Perselisihan antara serikat pekerja.

Perselisihan antara para pihak biasanya disebabkan adanya perasaan

kurang puas. Pengusaha memberikan kebijaksanaan yang menurutnya sudah

baik, namun pekerja yang bersangkutan mempunyai pertimbangan dan

pandangan sendiri sehingga tidak puas dengan kebijaksanaan yang diberikan.3

Dalam praktek, pemutusan hubungan kerja masih banyak terjadi, karna

terkadang justru perlu diadakan pemutusan hubungan kerja untuk

menyelamatkan perusahaan serta untuk mencegah korban yang lebih besar.

Dengan demikian, pemutusan hubungan kerja bukan hanya menimbulkan

kesulitan dan keresahan bagi pekerja, tetapi juga akan menimbulkan kesulitan

dan keresahan bagi perusahaan.4

Dalam hubungan pekerja dan perusahaan tergantung akan kondisi

perusahaan, semakin baik perusahaan maka keterjaminan hak-hak pekerja

akan terjamin. Kondisi perusahaan yang cenderung berubah-ubah

menghasilkan praktek bisnis baru untuk tetap mendapatkan keuntungan salah

satunya yaitu dengan cara akuisisi. Menurut Pasal 1 Angka 11 Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas akusisi adalah

adanya pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

perseorangan atau badan hukum untuk mengambilalih saham perseroan yang

mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut. Secara

yuridis untuk mengambil alih suatu perusahaan yaitu dengan cara membeli

saham secara sebagian atau seluruhnya.5

3 Erni Dwita Silambi, Pemutusan Hubungan Kerja Ditinjau Dari Segi Hukum ( Studi Kasus

PTMedco Lestari Papua), Vol. 5 No. 4, Oktober 2014, h. 509.

4 FX Djumialdji, Perjanjian Kerja, (Jakarta: PT Sinar Grafika, Edisi Revisi 2005), h. 44.

5Abdul .R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2005), h.112.

Page 14: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

4

Contoh dari akuisisi yang ada adalah akuisisi antara PT Solusi

Transportasi Indonesia atau yang biasa disebut dengan Grab Indonesia dan PT

Uber Indonesia Technology atau yang biasa disebut Uber Indonesia.

Kesepakatan bisnis Grab mengakuisisi operasional Uber di wilayah Asia

Tenggara itu diumumkan ke public pada tanggal 26 Maret 2018. Kompetisi

yang keras di Asia Tenggara karena banyakanya pesaing seperti Grab dan

Gojek menjadi salah satu alasan Uber melepaskan bisnisnya ke Grab. Secara

keseluruhan Grab mendominasi bisnis ride hailing di Asia Tenggara.

Sementara Uber masih bergerilya menghadapi Grab melalui perang promo dan

diskon. Sedangkan utang yang dtanggung oleh Uber sudah mencapai US$645

juta atau sekitar 8,7 triliun rupiah yang cukup membuat para investor waspada.

Maka dari itu menutup operasional di Asia Tenggara adalah salah satu opsi

untuk mengurangi bebas tersebut.

Menurut data keuangan juni 2016, valuasi atau nilai perusahaan Uber

sekitar $ 66 Billion atau kurang lebih 860 triliun rupiah. Sayangnya, Uber

terperangkap jargon “grow first, make money later.” Dengan cepatnya

pertumbuhan yang mencapai 40% disetiap kuartal ditahun 2015, pada tahun

2016 Uber menderita kerugian sebesar 520 juta dolar AS pada kuartal pertama

dan kembali rugi 750 juta dolar AS pada kuartal kedua 2016. Tercatat bahwa

total kerugian Uber selama 7 tahun operasional berjumlah 4 miliar USD.

Adapun penyebab utama kerugian perusahaan adalah subsidi bagi driver.

Kerugian seperti inipun tidak hanya dialami oleh Uber tetapi bagi semua

layanan transportasi berbasis aplikasi ini merupakan pola Riwayat untuk

menderita dahulu dengan tujuan bisa menarik mitra dan user sebanyak

mungkin untuk mempercepat pertumbuhan usaha.

Alasan-alasan Grab melakukan akuisisi pada Uber di Indonesia

didasarkan pada beberapa alasan yaitu alasan keuntungan operasional,

keuntungan finansial, pertumbuhan perusahaan, dan potensi divertifikasi. Grab

mendapatkan sejumlah aset dan operasional Uber, serta mitra pengemudi,

pelanggan, hingga marchant yang sebelumnya menjadi mitra Uber akan

Page 15: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

5

berpindah ker Grab. Dalam akuisisi ini Grab membayar sejumlah asset dengan

memberikan 27,5 saham di Grab.

Menurut KKPU akuisisi uber ini merupakan transaksi murni akuisisi

aset dan tanpa perpindahan kendali dari PT Uber Indonesia Technology ke PT

Solusi Transportasi Indonesia. Transaksi tersebut juga bukan merupakan

penggabungan usaha, karena badan hukum PT Uber Indonesia Technology

tetap ada dan tidak bergabung dengan PT Solusi Transportasi Indonesia.

Akibat dari akuisisi ini menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan

kerja antara perusahaan dan pekerja. Dimana Uber memberhentikan

pekerjanya secara tiba-tiba yang menimbulkan ketidakjelasan dengan status

dan hak-hak pekerja PT Uber Indonesia tecnology. Para pekerja PT Uber

Indonesia Technology sama sekali tidak mengetahui mengenai proses akuisisi

yang dilakukan oleh kedua perusahaan yang mana pada tanggal 26 maret 2018

mereka diberitahukan bahwa mereka harus mengemasi barang-barang mereka

dan meninggalkan kantor sebelum jam 4 sore. Pada hari itu juga pekerja

berstatus perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) tidak diberikan kejelasan

mengenai status dan hak-hak mereka sebagai pekerja. Beberapa waktu setelah

dilakukannya akuisisi para PKWT baru diberikan kejelasan bahwa mereka

tetap mendapatkan gaji sampai dengan berakhirnya jangka waktu kontrak.

Dari pemaparan latar belakang latar belakang di atas dapat diketahui

bahwa perusahaan menagguhkan staus hubungan kerja secara sepihak dan

tiba-tiba. Yang seharusnya jika perusahaan melakukan akuisisi lalu

memutuskan untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) maka harus

ada persetujuan dari dinas ketenagakerjaan dan perusahaan harus

merundingkan terlebih dahulu bersama serikat pekerja/buruh jika tidak ada

maka dengan pekerja/buruh.

Dari pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk menganalisis dan

membahas masalah ini dengan mengambil judul “AKIBAT HUKUM

AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

(Studi Kasus Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia terhadap PT Uber

Page 16: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

6

Indonesia Technology)” yang diperdalam melalui beberapa ketentuan

perundang-undangan dan penelitian lapangan dengan metode wawancara.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijabarkan sebelumnya,

maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Pelaksanaan akuisisi oleh PT Solusi Transportasi Indonesia terhadap

PT Uber Indonesia

b. Kepastian hak bagi pekerja yang dimana status perusahaan telah

diakuisisi.

c. Prosedur pemutusan hubungan kerja pada perusahaan yang statusnya

telah diakuisisi.

d. Pengaruh pemutusan hubungan kerja terhadap kesejahteraan tenaga

kerja.

e. Perlindungan terhadap tenaga kerja di Indonesia dalam prosedur

pemutusan hubungan kerja akibat perusahan yang diakuisisi.

f. Penyelesaian perselisihan pemutusan hubungan kerja bagi perusahaan

yang diakuisisi.

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, agar terfokus dan tidak terlalu

melebar dalam pembahasannya, maka peneliti membatasi permasalahan

dalam penulisan ini mengenai ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

pemutusan hubungan kerja dan Akuisisi Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut: Perlindungan hukum terhadap

pekerja/buruh perusahaan yang diambilalih dan ditutup menyebabkan

Page 17: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

7

pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Untuk Mempertegas masalah

utama yang telah diuraikan di atas maka peneliti menjabarkan penulisan

ini melalui rincian perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan:

a. Bagaimana pelaksanaan akuisisi oleh PT Solusi Transportasi

Indonesia terhadap PT Uber Indonesia Technology?

b. Bagaimana dampak hukum terhadap pekerja berrstatus perjanjian

kerja waktu tertentu (PKWT) atas proses akuisisi PT Uber Indonesia

Technology oleh PT Solusi Transportasi Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan akuisisi oleh PT Solusi Transportasi

Indonesia terhadap PT Uber Indonesia Technology.

b. Untuk mengetahui dampak hukum terhadap tenaga kerja kontrak

waktu tertentu (PKWT) atas proses akuisisi PT Uber Indonesia

Technology oleh PT Solusi Transportasi Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara dikotomi dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan untuk

mengembangkan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum

ketenagakerjaan.

2) Dapat dijadikan bahan penelitian bagi mahasiswa atau peneliti

yang akan melakukan penelitian terkait masalah yang sama.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan hukum akuisisi

perseroan terbatas serta dampak hukumnya.

Page 18: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

8

2) Diharapkan dapat bermanfaat bagi pekerja maupun perusahaan

agar dapat diterapkan dalam proses akuisisi perusahaan agar tidak

adanya perselisihan antara perusahaan dan pekerja.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian hukum normatif empiris, yaitu jenis penelitian ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan hukum yang sedang berlaku dan

kejadian yang terjadi dalam masyarakat, yang dibangun berdasarkan objek

hukum itu sendiri.6

2. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian ini adalah pendekatan melalui perundang

undangan (statute approach) yang memfokuskan pada ketentuan

perundang-undangan dan pendekatan secara kasus (case approach) yang

melihat peristiwa hukum yang terjadi dimasyarakat.7

3. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan sumber

hukum primer, sumber data sekunder, dan sumber data tersier, dan sumber

data yang diperoleh berdasarkan bahan-bahan pustaka.

a. Sumber data primer adalah sumber hukum atau ketentuan yang

mempunyai kekuatan mengikat secara umum dalam hal ini perundang-

undangan yang telah disahkan dan berlaku di negara Indonesia

terkhusus undang-undang sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) KUHPer (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

6 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya:

Bayumedia Publishing, 2005), h. 57.

7 I Made Diantha, “ Metodologi Penelitian Hukum Normatif”, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 156

Page 19: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

9

4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas

5) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 100 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

b. Sumber data sekunder yaitu adalah sumber data yang diperoleh secara

tidak langsung yang hasil dari proses penelitian terlebih dahulu yang

dimana hasilnya memberi penjelasan terhadap sumber primer seperti:

Jurnal ilmiah, skripsi, thesis, disertasi, buku, kesimpulan dari diskusi,

serta tulisan-tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Sumber data tersier yaitu sumber data yang melanjutkan penjelasan

dari data primer dan sekunder seperti yaitu, ensiklopedia, kamus,

website, dan portal berita.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan

metode penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang

dilakukan dengan melakukan wawancara (interview), yaitu teknik

pengumpulan data secara langsung melalui tanya jawab pertanyaan

yang telah disiapkan melakukan wawancara untuk memperoleh data

yang diperlukan. Wawancara dilakukan kepada mantan pekerja

kontrak waktu tertentu PT Uber Indonesia Technology.

b. Penelitian kepustakaan (library Research) yang pada upayanya

berusaha menemukan literature melalui buku, jurnal dan tulisan-tulisan

ilmiah yang sesuai dengan penelitian ini yang digunakan untuk

memecahkan masalah dalam penelitian tersebut serta sesuai dengan

fakta sosial yang ada.

Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara memilah dan

menganalisis buku-buku, jurnal, website, Peraturan perundang-

undangan dengan mengkaitkan kasus Akuisisi PT Grab Indonesia

terhadap PT Uber Indonesia Technology.

Page 20: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

10

5. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan metode

penulisan yang sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2017.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika ini merupakan gambaran dari penelitian agar memudahkan

dalam mempelajari seluruh isinya. Penelitian ini dibahas dan diuraikan

menjadi 5 (lima) bab, adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

Pendahuluan memuat secara keseluruhan mengenai latar belakang

masalah, identifikasi masalah, rumusan, dan pembatasan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (studi) studi terdahulu,

kerangka teoritis dan konseptual, metode penelitian dan sistematika

penelitian.

Bab II TINJAUAN HUKUM AKUSISI DAN KETENAGAKERJAAN

Bab ini menyajikan kajian pustaka, kerangka teoritis, kerangka

konseptual serta tinjauan (review) pustaka terdahulu.

Bab III LATAR BELAKANG AKUISISI PT SOLUSI

TRANSPORTASI INDONESIA TERHADAP PT UBER

INDONESIA TECHNOLOGY

Pada Bab ini akan dibahas mengenai studi kasus dan latar belakang

akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia terhadap PT Uber

Indonesia Technology

Bab IV PROSES AKUISISI PT UBER INDONESIA TECHNOLOGY

OLEH PT SOLUSI TRANSPORTASI INDONESIA SERTA

DAMPAK HUKUM TERHADAP PEKERJA WAKTU

TERTENTU

Page 21: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

11

Pada Bab ini akan dibahas mengenai bagaimana proses akuisisi

kedua perusahaan dan dampak hukum kepada pekerja kontrak waktu

tertentu.

BAB V PENUTUP

Pada Bab ini berisikan kesimpulan yang diambil dari uraian atau

deskripsi yang menjawab masalah berdasarkan data yang diperoleh,

serta saran dan rekomendasi.

Page 22: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

12

BAB II

TINJAUAN HUKUM AKUSISI DAN KETENAGAKERJAAN

A. Kerangka Konsepual

1. Akuisisi

Pengertian akuisisi atau pengambilalihan adalah adanya beberapa

perseroan, dimana pemegang saham dari beberapa perseroan ini tidak

mempunyai hubungan satu sama lain. Setelah terjadi pengambilalihan,

saham masing-masing perusahaan yang ada menjadi dimiliki oleh subjek

hukum yang sama atau sebagian besar dimiliki oleh subjek hukum yang

sama. Dalam hal ini perseroan yang ada tetap masing-masing ada dan

berdiri sendiri-sendiri seperti sediakala, namun sekarang saham-sahamnya

dimiliki oleh subjek hukum yang sama atau sebagian besar dimiliki oleh

subjek hukum yang sama.

Ada satu hal yang perlu diingat, menurut Pasal 125 ayat (3) yang di

maksud dengan pengambilalihan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, adalah suatu pengambilalihan yang

akibat dari adanya pengambilalihan itu, menjadikan pengendalian

perusahaan (manajemen) berubah. Dengan kata lain ditafsirkan, demikian

sekalipun terjadi pengambilalihan saham, tetapi manajemen perusahaan

tetap seperti sebelumnya tanpa terjadi perubahan/peralihan, maka

pengambilalihan semacam ini tidak tergolong sebagai pengambilalihan

menurut Undang Undang Perseroan Terbatas.1

Menurut Pasal 1 angka (11) Undang-Undag Perseroan Terbatas,

yang dimaksud dengan pengambilalihan atau akuisisi adalah perbuatan

hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk

mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian atas perseroan tersebut.

1 Rudhi Prasetya, Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, (Jakata: Sinar Grafika, 2011), h.

139-140

Page 23: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

13

Skema akuisisi sebagai berikut:

Berdasarkan skema diatas, maka dapat dilihat jika sebelum proses

akuisisi dilakukan, perusahaan A dan perusahaan B adalah perseroan

terpisah. Kemudian, Perusahaan A melakukan akuisisi terhadap sebagian

besar saham dari perusahaan B, sehingga perusahaan A menjadi

perusahaan yang mengendalikan perusahaan B.

Dalam proses akuisisi harus memperhatikan kepentingan-

kepentingan yang diatur dalam Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang

Perseroan Terbat Akuisisi dilakukan dengan cara pengambilalihan saham

yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh suatu perseroan.

Menurut Yahya Harahap, saham perseroan yang dapat diambilalih adalah

saham yang telah ditempatkan dan disetor. Namun dapat juga terhadap

saham yang belum dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan atau saham

portefel (portpolio).2

Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa subjek

akuisisi adalah suatu badan hukum atau orang perseorangan. Akuisisi

dapat dilakukan melalui pengambilalihan dari seluruh maupun sebagian

besar saham, yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap

perusahaan.

Dalam kepustakaan, ada dua macam akuisisi, yaitu:

a. yang pertama apa yang dinamakan akuisisi yuridis, dan

b. yang kedua apa yang dinamakan akuisisi ekonomis.

2 Zainal Asikin dan Wira Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaaan,(Jakarta:

Kencana, 2016), h. 119

Perusahaan A Perusahaan A Pengendalian

Perusahaan B Perusahaan B

Page 24: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

14

Yang dimaksud dengan akuisisi yuridis adalah pengambilalihan

perusahaan melalui pengambilalihan saham dari perusahaan yang

bersangkutan. Sedang yang dimaksud dengan akuisisi ekonomis adalah

pengambilalihan aset perusahaan dan yang diambil alih hanya semata-

mata asetnya, misalnya, mesin, tanah, bangunan, alat-alat perusahaan,

termasuk hak intelektualnya seperti hak paten dan hak merk.

Apa yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

adalah sekedar akuisisi yuridis, yaitu pengambilalihan perusahaan melalui

pembelian saham. Sedangkan pengambilalihan melalui pengambilalihan

aset belum diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang.

Dasar Hukum akusisi adalah jual beli, dimana direksi perusahaan

yang mengakuisisi mengadakan jual beli dengan direksi perusahaan

terakuisisi mengenai hak milik atas saham perusahaan yang terakuisisi,

sedangkan perusahaan terakuisisi menerima penyerahan hak atas sejumlah

uang harga saham tersebut. Perusahaan pengakusisi biasanya perusahaan

besar yang memiliki dana yang kuat, manajemen yang baik, dan jaringan

usaha yang luas, serta terkelompok dalam konglomerasi. Sedangkan

perusahaan terakuisisi biasanya perusahaan kecil yang sulit berkembang

atau yang memang ingin bergabung degan perusahaan konglomerasi

tersebut.3

Dalam Pasal 125 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

pengambilan saham dapat dilakukan oleh direksi atau bisa pula pemegang

saham. Menurut Undang-Undang sebenarnya perseroan sepenuhnya diurus

oleh direksi. Pemegang saham sama sekali tidak ikut campur dalam

manajemen PT, melainkan hanya menunggu keuntungan PT, tetapi tidak

jarang pemegang saham pemegang saham ikut campur dalam manajemen

PT

Atas dasar konsep diatas, maka prakarsa untuk mengadakan

penggabungan kemungkinan datang dari direksi. Dalam hal rencana

3 Abdul R Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta:

PranadaMedia Group, 2015), h. 113

Page 25: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

15

akuisisi ini dari direksi maka direksi harus meminta persetujuan RUPS.

Pada RUPS direksi menyampaikan rancangan akuisisi.4

a. Macam-Macam Akusisi

a) Akusisi horizontal adalah akuisisi yang terjadi antara dua perusahaan

yang sejenis. Maksud dari akuisisi ini agar dapat memperoleh

economis of scale atau untuk memperoleh kedudukan monopolistik,

terutama yang dilakukan terhadap perusahaan pesaing, sehingga

dengan adanya akuisisi perusahaan dapat mengurangi persaingan

b) Akuisisi vertikal adalah akusisi antara dua perusahaan yang

mempunyai proses produksi atau perdagangan yang terkait, misalnya

perusahaan yang diambil alih merupakan perusahaan pemasok bahan

baku bagi perusahaan yang mengambil alih. Maksud dari akuisisi ini

adalah untuk menjaga kelestarian kelangsungan

c) Akuisisi konsentrik pemasaran adalah akusisi yang terjadi apabila

akuisitor ingin memanfaatkan saluran distribusi yang sama dari

berbagai produk yang menggunakan teknologi berlainan. Misalnya

mengambil alih perusahaan sabun, karena produk sabun itu dijual

oleh toko-toko yang sama dengan toko lipstik dan bedak diproduksi

oleh perusahaan akuisitor. Dengan cara ini agar dapat perusahaan

yang diambil alih, dengan satu kali jalan dengan satu armada

distribusinya dapat menjual beberapa produk perusahaan akusitor

yang menjadikan suatu efisiensi bagi perusahaan akuisitor.

d) Akusisi konsentrik teknologi adalah akuisisi yang terjadi antara

perusahaan yang menggunakan teknologi sama, tetapi berlainan

saluran distribusinya. Seperti yang diketahui, barang-barang

teknologi terdiri dari beberapa konfigurasi dari pc board yang diisi

dengan chips dan intergrated circuit. Yang akhirnya menghasilkan

TV, radio, alat kedokteran, dll. Maka suatu perusahaan elektronik

dapat mengakuisisi pabrik komputer dll. Dengan demikian, dua atau

4 Rudhi Prasetya, Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, (Jakata: Sinar Grafika, 2011), h.

157

Page 26: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

16

tidak perusahaan dapat melakukan pemusatan atau pooling bagian

penelitian dan pengembangan, karena karakteristiknya sama, tetapi

dapat mencakup pemasaran yang luas karena menghasilkan berbagai

macam barang yang memenuhi berbagai macam kebutuhan.

e) Akusisi tipe konglomerat adalah akusisi yang dilakukan atas

berbagai macam perusahaan yang satu sama lain sangat berlainan.

Pengambilalihan semacam ini maksudnya untuk

“mendiversifikasikan” usaha dan diversifikasi resiko.5

2. Tahapan Akuisisi Perusahaan

Berdasarkan Pasal 125 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas ,

cara pengambilalihan saham dapat melalui direksi perseroan atau langsung

dari pemegang saham. Jika melakukan pengambilalihan melalui direksi

perseroan, maka beberapa tahapan yang harus ditempuh, yaitu:

a. Pihak yang akan mengambil alih menyampaikan maksud melakukan

pengambilan kepada direksi perseroan yang akan diambil alih

b. Menyusun rancangan pengambilalihan

c. Mendapat persetujuan RUPS

d. Mengumumkan ringkasan rancangan pengambilalihan

Jika melakukan pengambilalihan secara langsung dari pemegang

saham, maka tahapan yang tidak perlu dan perlu dilakukan, yaitu:

a. Proses yang tidak perlu dilakukan:

1) Pihak yang mengambilalih tidak perlu menyampaikan maksud

untuk melakukan pengambilalihan kepada direksi;

2) Tidak perlu membuat rancangan pengamnbilalihan, namun

berdasarkan Pasal 125 ayat (8) Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 Perseoran Terbatas disyaratkan bahwa pengambilalihan

wajib memperhatikan anggaran dasar perseroan yang akan diambil

alih mengenai:

5 Rudhi Prasetya, Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, (Jakata: Sinar Grafika, 2011), h.

141-143

Page 27: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

17

a) Pemindahan hak atas saham; dan

b) Perjanjian yang telah dibuat oleh perseroan dengan pihak lain.

b. Proses yang perlu dilakukan:

1) Mengadakan perundingan dan kesepakatan langsung yaitu antara

pihak yang akan mengambil alih dan pemegang saham tetap

memperhatikan anggaran dasar perseroan yang diambil alih;

2) Mengumumkan rencana kesepakatan pengambilalihan;

3) Kreditur dapat mengajukan keberatan;

4) Kesepakatan pengambilalihan dituangkan dalam akta pengambil

alihan;6

5) Salinan akta pemindahan hak atas saham dilampirkan pada

penyampaian pemberitahuan kepada menteri tentang perubahan

susunan pemegang saham.

3. Tenaga Kerja

Pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menjelaskan pengertian tenaga kerja adalah setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Menurut

Payaman Simanjuntak, tenaga kerja (man power) adalah produk yang

sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang sedang

melakukan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan

oleh umur/usia.7

Secara umum hukum ketenagakerjaan merupakan himpunan

peraturan yang pada pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan

pengusaha, antara tenaga kerja dengan tenaga kerja dan antara tenaga kerja

dengan penguasa (pemerintah), termasuk di dalamnya proses-proses dan

6 Zainal Asikin dan Wira Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaaan,(Jakarta:

Kencana, 2016), h. 121

7 Sedjun H, Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. II, 1995), h. 3

Page 28: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

18

keputusan yang dikeluarkan untuk merealisasikan hubungan tersebut

menjadi kenyataan yang bertujuan untuk mencapai keadilan sosial dalam

bidang ketenagakerjaan untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan

yang tidak terbatas dari penguasa (pemerintah).8

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menetapkan, bahwa

penggunaan istilah pekerja selalu diikuti dengan istilah buruh yang dimana

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa kedua istilah

tersebut memiliki makna yang sama. Dari pengertian tersebut, dapat

dilihat beberapa unsur yang melekat dari istilah pekerja/buruh, yaitu

sebagai berikut.

a. setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan

kerja tetapi harus bekerja).

b. Menerima upah imbalan sebagai balas jasa atas pelaksanaan pekerjaan

tersebut.

Dua unsur ini, penting untuk membedakan apakah seseorang masuk

kedalam kategori pekerja/buruh yang diatur dalan Undang-Undang

Ketenagakerjaan atau tidak, dimana dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan diatur segala hal yang berkaitan dengan hubungan kerja

antara pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan.9

a. Hubungan Kerja

Iman soepomo 10 menyatakan, bahwa hubungan kerja terjadi

setelah adanya perjanjian kerja antara buruh dan majikan, yaitu suatu

perjanjian dimana pihak kesatu yaitu buruh, mengikatkan diri untuk

bekerja dengan menerima upah dari pidak lainnya yaitu majikan, yang

8 Mukmin Zakie, Perlindungan Hukum Terhadap Buruh Perempuan Pada Malam Hari.

Vol.1 No.13, 2006, h. 129

9 Fence M Wantu, Mewujukan Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dan putusan hakim perdata, h. 6-7

10 Iman Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: Djambatan, Cet. IX, edisi Rev., 2001), h. 2

Page 29: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

19

mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar

upah pada pihak lainnya.

Pada Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

menegaskan bahwa: “Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian

kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.”

tersebut menyatakan bahwa perjanjian kerja merupakan dasar

mengikatkannya hubungan hukum, yaitu hubungan kerja. Undang-

Undang Ketenagakerjaan memberikan pengertian perjanjian kerja

merupakan perjanjian antara buruh dengan pengusahaan atau pemberi

kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

Perjanjian kerja antara buruh dan pengusaha menimbulkan

hukum yaitu hubungan kerja dan mengandung 3 ciri khas, yaitu; adaya

pekerjaan, perintah, dan upah. Menurut Undang-Undang

Ketenagakerjaan perjanjian kerja dapat berbentuk tertulis dan lisan.

Pembuatan perjanjian kerja tertulis harus sesuai dengan aturan

Undang-Undang, khususnya yang menyangkut tentang hukum

perjanjian kerja. Perjanjian kerja dibuat dengan memperhatikan syarat

sahnya perjanjian. Syarat ini terdapat pada Undang-Undang

Ketenagakerjaan Pasal 52 ayat (1) yaitu:

1) Kesepakatan antara dua belah pihak

2) Kemampuan atau kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum

3) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan

4) Perjanjian yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Dari keempat syarat tersebut, syarat 1 dan 2 disebut sebagai

syarat subjektif yang apabila tidak dipenuhi, maka perjanjian yang

telah dibuat dapat dimintakan pembatalannya kepada pihak yang

Page 30: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

20

berwenang. Sedangkan syarat 3 dan 4, apabila tidak terpenuhi, maka

perjanjian tersebut batal demi hukum, tidak sah sama sekali.11

Ada dua jenis perjanjian kerja menurut waktu berakhirnya

perjanjian, yaitu; perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dan

perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja diatur

dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 60 Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pada Pasal 59 ayat (1)

disebutkan perjanjian kerja waktu tertentu adalah perjanjian kerja

antara pekerja/buruh dengan pengusaha yang hanya dibuat untuk

pekerjaan tertentu, menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya

akan selesai dalam waktu tertentu.

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk

pekerjaan yang sifatnya tetap. Pekerjaan yang bersifat tetap adalah

pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak

dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari suatu proses produksi

dalam suatu perusahaan atau bukan pekerjaan musiman. Pekerjaan

musiman adalah pekerjaan yang tidak bergantung pada cuaca atau

suatu kondisi tertentu. Perhatikan ketentuan berikut.

a) Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT):

(1) sekali selesai/ sementara. maksimum 3 tahun;

(2) musiman/produk baru/ tambahan/ uji coba.

b) PKWT tidak untuk pekerjaan yang bersifat tetap

c) PKWT harus dibentuk dalam bentuk tertulis

d) Jangka angka waktu PKWT maksimum 2 tahun, dengan satu kali

perpanjangan paling lama 1 tahun.

e) PKWT dapat diperbaharui sebanyak satu kali selama 2 tahun,

dengan masa jeda 1 bulan.

Apabila PKWT bertentangan dengan ketentuan diatas, maka

perjanjian kerja waktu tertentu otomatis berubah menjadi perjanjian

11 Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 45-

46

Page 31: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

21

kerja waktu tidak tertentu. Dengan demikian, secara hukum perjanjian

kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) terjadi karena beberapa hal, yang

pertama, kesepakatan antara para pihak, yaitu antara pekerja/buruh dan

pengusaha dan yang kedua karena tidak terpenuhinya dan atau akibat

adanya pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan.12

b. Hak-Hak Tenaga Kerja

Akibat yang timbul manakala pihak pekerja/buruh dengan pihak

majikan telah menandatangani perjanjian kerja adalah adanya hak dan

kewajiban masing-masing. Di samping itu kedua belah pihak harus

mentaati hal-hal yang diatur dl dalam undang- undang yang berkaitan

dengan hubungan kerja ini, seperti:

1) Waktu Kerja

Pengaturan waktu kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 77 ayat (2) mellputi:13

a) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 {empat puluh) jam 1(satu)

minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

b) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40(empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 5 (lima) hari masa kerja dalam. 1 (satu) minggu.

Tetapi peraturan tersebut dapat disimpangi atau bisa saja tidak

dilaksanakan asalkan sudah mendapat izin dari Kepala Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau pegawai yang ditunjuk

oleh negara ataupun dapat izin dari Departemen tenaga kerja

setempat.

2) Upah

Pengusaha wajib membayar upah kepada para pekerjanya

secara teratur sejak terjadinya hubungan kerja sampai dengan

berakhirnya hubungan kerja. Upah yang diberikan oleh pengusaha

12 Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 50-

52

13 Mukmin Zakie, Perlindungan Hukum Terhadap Buruh Perempuan Pada Malam Hari. Vol.1 No.13, 2006, h. 130

Page 32: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

22

tidak boleh diskriminasi antara pekerja pria dan pekerja wanita

untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Mengenai pengaturan tentang upah lembur, yang

mengharuskan pekerja bekerja lebih dari 7 jam sehari atau 40 jam

seminggu, maka jam kerja tersebut harus dihitung sebagai lembur.

Cara penghitungan upah lembur telah ditetapkan dalam Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Kep.102/Men/Vi/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur

dan Upah Kerja Lembur.

3) Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran

hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang berakhirnya hak-hak

dan kewajiban (prentasi dan kontra-prestasi) antara pekerja dengan

perusahaan. PHK merupakan peristiwa yang tidak diharapkan

terjadinya, khususnya dari pihak pekerja, karena dengannya adanya

PHK tersebut, pekerja yang bersangkutan akan kehilangan mata

pencaharian untuk menghidupi kehidupannya dan keluarga.

Dalam literatur hukum ketenagakerjaan, dikenal adanya

beberapa jenis pemutusan hubungan kerja, yaitu sebagai berikut:

a) PHK oleh majikan/pengusaha, yaitu PHK oleh pihak

pengusaha terjadi karena keinginan pengusaha dengan alasan,

persyaratan, dan prosedur tertentu.

b) PHK oleh pekerja/buruh, yaitu PHK oleh pihak pekerja terjadi

karena pihak keinginan dari pihak pekerja, dengan alasan dan

prosedur tertentu.

c) PHK demi hukum, yaitu PHK yang terjadi tanpa perlu adanya

suatu tindakan, terjadi dengan sendirinya misalnya karena

berakhirnya waktu atau karena meninggalnya pekerja.

d) PHK oleh pengadilan (PPHI), yaitu PHK oleh putusan

pengadilan terjadi karena alasan-alasan tertentu yang

Page 33: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

23

mendesak dan penting, misalnya terjadinya peralihan

kepemilikan, peralihan aset atau pailit.14

Pada Prinsipnya, apabila terjadi PHK maka pengusaha

diwajibkan membayar upah pesangon dan/atau uang penghargaan

masa keja (UPMK), dan uang penggantian hak (UPH) yang

seharusnya diterima. Upah yang seharusnya diterima, meliputi hal-

hal sebagai berikut.

a) Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur.

b) Biaya/ ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ketempat

dimana buruh diterima (direkrut)

c) Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan

ditetapkan 15% dari UP dan/atau UPMK bagi yang memenuhi

syarat.

d) Hal-hal lain yang ditetapkan dalam PK, PP, atau PKB. D.

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PHI)

Hubungan industrial pada dasarnya adalah proses

terbinanya komunikasi, dan konsultasi musyawarah serta

berunding dan ditopang oleh kemampuan dan komitmen tinggi dari

semua elemen yang ada dalam perusahaan. Undang-undang

ketenagakerjaan telah mengatur prinsip-prinsip dasar yang perlu

kita kembangkan dalam bidang hubungan industrial. Arahnya

adalah untuk terciptanya sistem dan kelembagaan yang ideal,

sehingga tercipta kondisi kerja yang produktif, harmonis, dinamis,

dan berkeadilan. 15 Pada kenyataannya dalam lingkungan kerja

selalu terdapat perbedaan pendapat antara pengusaha atau

gabungan pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja, karena

14 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 65-66

15 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 23

Page 34: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

24

adanya perselisihan hak, kepentingan, dll. Hal inilah yang disebut

dengan perselisihan hubungan kerja.

Hubungan industrial diatur dalam Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial, dimana Undang-Undang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial masuk dalam hukum formil karena mengatur

soal kewenangan, kelembagaan, dan mekanisme penyelesaian

sengketa yang diawali dengan pengajuan permohonan atau

gugatan, pemeriksaan, anjuran atau putusan sampai dengan

eksekusi. Undang-Undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial ini merupakan seperangkat aturan-aturan yang memuat

tentang cara-cara untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di

dalam hubungan industrial atau aturan-aturan hukum yang

mengatur bagaimana cara menegakkan, mempertahankan hak-hak

dan kewajiban dari pekerja maupun pengusaha yang telah

ditentukan oleh hukum materiil.16

B. Kerangka Teori

1. Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau

ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai

pedoman kelakuan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus

menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil

dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya.

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara

normatif, bukan sosiologi.17

16 Ugo dan Pujiyo, HUKUM ACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN

INDUSTRIAL: Tata Cara dan Proses Penyelesaian Sengketa Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 6

17 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,(Yogayakarta: Laksbang Pressindo, 2010), h. 59

Page 35: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

25

Kepastian hukum berkaitan dengan efektivitas hukum.18 Sehingga

kepastian hukum hanya terjamin, bila pemerintah Negara mempunyai

sarana-sarana yang cukup untuk memastikan peraturan- peraturan yang

ada. Stake holder jangan hanya bersifat konseptual, akan tetapi harus

bersifat lebih eksekutif demi menjamin kepastian hukum dan memberikan

kenyamanan bermasyarakat.

Implementasi hukum berdasarkan kaidahnya secara langsung akan

mempengaruhi tatanan hukum baik vertikal maupun horizontal. Artinya

tugas dan wewenang yang dimiliki para penegak hukum dapat

memberikan jaminan kepastian hukum terhadap pelanggar atau korban

secara proporsional (vertikal). Sedangkan pada sisi lain, cerminan hukum

yang baik dapat dilihat saat seperangkat hukum secara bersama-sama

melakukan kompromi hukum tentunya berdasarkan tufoksinya

menyelenggarakan norma dengan baik (horizontal). Hal ini untuk

menghindari adanya tumpang tindih dan jurang pemisah antara aparat

penegak hukum dalam menyelenggarkan hukum tertulis dengan

masyarakat sebagai target dari norma tersebut.

Menurut Fance M. Wantu, kepastian hukum dirumuskan sebagai

berikut:

a) Melakukan solusi autoritatif yaitu memberikan jalan keluar untuk

menciptakan stabilitas yakni memberikan ketertiban dan ketentraman

bagi para pihak dan masyarakat.

b) Efisiensi prosesnya cepat, sederhana, dan biaya ringan.

c) Sesuai dengan tujuan hukum yaitu Undang-Undang yang dijadikan

dasar dari putusan untuk memberikan kepastian dalam hukum itu

sendiri dan kepastian karena hukum.19

d) Mengandung equality memberikan kesempatan yang sama kepada

para pihak.20

18 Theo Huijbers, Filsafat Hukum (Yogyakarta: Kanisius, Cet. 15, 2010), h. 119.

19 Syafruddin Kalo, “Penegakan Hukum yang Menjamin Kepastian Hukum dan Rasa keadilan Masyarakat”, h. 4.

Page 36: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

26

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah

pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan

menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan.

Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang berpinsip pada

pertimbangan baik dan buruk suatu norma. Undang-Undang yang berisi

aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu

bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan

sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-

aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau

melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan

aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.21

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan

dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan

logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir)

dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma

lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.

Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas,

tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat

dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan

keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual

mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil

bukan sekedar hukum yang buruk.22

Kepastian hukum merupakan jaminan mengenai hukum yang berisi

keadilan. Norma-norma yang memajukan keadilan harus sungguh-

sungguh berfungsi sebagi peraturan yang ditaati. Menurut Gustav

Radbruch keadilan dan kepastian hukum merupakan bagian-bagian yang

20 Fence M. Wantu, “Mewujukan Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dan

putusan hakim perdata”, h. 485.

21 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana,2008), h.158

22 Cst Kansil, dkk, Kamus Istilah Aneka Hukum, (Jakarta: Jala Permata Aksara,2009), h. 385

Page 37: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

27

tetap dari hukum. Beliau berpendapat bahwa keadilan dan kepastian

hukum harus diperhatikan, kepastian hukum harus dijaga demi keamanan

dan ketertiban suatu negara. Akhirnya hukum positif harus selalu ditaati.

Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu nilai

keadilan dan kebahagiaan.23

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan,

yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga unsur tersebut

harus ada kompromi, harus mendapat perhatian secara proporsional

seimbang. Tetapi dalam praktek tidak selalu mudah mengusahakan

kompromi secara proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut.

Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan

akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitik beratkan pada kepastian

hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan

menimbulkan rasa tidak adil.

2. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat,

serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek

hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai

kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari

hal lainnya. 24 Di Indonesia, perlindungan hukum yang dimaksud

senantiasa didasari oleh Pancasila sebagai landasan idiil, meski konsep

perumusannya menggunakan pemikiran-pemikiran dunia barat yang

penekanan konsepnya bertumpu pada perlindungan hak-hak asasi manusia.

Dengan demikian, secara sederhana konsep perlindungan hukum terhadap

pekerja di Indonesia tetap bertumpu pada perlindungan harkat dan

martabat kaum pekerja, berikut hak-hak kemanusiaannya, baik secara

individual maupun sebagai “pekerja”.

23 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta:

Toko Gunung Agung, 2002), h. 95

24 Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Indonesia, (Surabaya; Bina Ilmu, 1983), h. 38

Page 38: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

28

Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan

perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia yang dirugikan yang lain dan perlindungan tersebut diberikan

kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

oleh hukum.25

Aspek perlindungan terhadap pekerja meliputi dua hal mendasar,

yaitu perlindungan dari kekuasaan pengusaha dan perlindungan dari

tindakan pemerintah. 26 Perlindungan hukum dari kekuasaan pengusaha/

majikan terlaksana apabila peraturan perundang-undangan dalam bidang

perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak seperti

dalam perundang-undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua

pihak, karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja,

tetapi diukur secara sosiologis dan filosofis.27

Imam Soepomo membagi 3 macam perlindungan terhadap pekerja /

buruh, masing-masing:

a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu

bekerja di luar kehendaknya.

b. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan

hak untuk berorganisasi.

c. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

keamanan dan keselamatan kerja.28

25 Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cet.5, 2000), h. 53.

26 Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), h. 30

27 Zainal Asikin, dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 5

28 Abdul Hakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 25

Page 39: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

29

Menurut Imam Soepomo pemberian perlindungan pekerja meliputi

lima bidang hukum perburuhan, yaitu:

a. Pengerahan / penempatan tenaga kerja

b. Hubungan kerja

c. Bidang kesehatan kerja

d. Bidang keamanan kerja

e. Bidang jaminan sosial buruh

Perlindungan pekerja secara tegas diatur berdasarkan Pasal 5

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal

tersebut menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai

kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan

yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran

politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang

bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang

cacat. Selanjutnya Pasal 6 mewajibkan kepada pengusaha untuk

memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa membedakan jenis

kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan aliran politik.29

Secara terinci hak lain yang juga diatur berdasarkan Undang-Undang

ketenagakerjaan tertuang dalam pasal-pasal berikut:

a. Pasal 11, memuat hak untuk memperoleh dan mengembangkan

kompetensi

b. Pasal 12 ayat (3), memuat hak untuk mengikuti (mendapatkan)

pelatihan

c. Pasal 31, jo; Pasal 88, menyatakan hak untuk memilih jenis pekerjaan

dan memperoleh penghasilan, baik di dalam maupun di luar negeri

d. Pasal 86 ayat (1), menyatakan hak atas kesehatan dan keselamatan

kerja

e. Pasal 99 ayat (1), memuat hak pekerja dan keluarganya untuk

memperoleh jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek)

29 Eko Wahyudi, dkk, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h. 30

Page 40: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

30

f. Pasal 104 ayat (1), hak bagi pekerja untuk terlibat (membentuk atau

menjadi anggota) dalam serikat pekerja/buruh.

Berdasarkan muatan pasal-pasal Ketenagakerjaan tersebut, maka

lingkup perlindungan terhadap pekerja mencakup :30

a. Hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan pengusaha;

b. Keselamatan dan kesehatan kerja;

c. Perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan, anak, dan

penyandang cacat; dan

d. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga

kerja.

30 Eko Wahyudi, dkk, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h. 32

Page 41: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

31

BAB III

Latar Belakang Akusisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap

PT Uber Indonesia Technology

A. Profil Perusahaan

1. PT Uber Indonesia Technology

a. Sejarah Berdirinya PT Uber Indonesia Technology

Uber terbentuk pada bulan maret tahun 2009 di San Fransisco

dengan nama pertamanya yaitu Ubercap. Awalnya Uber hanya

melayani permintaan mobil-mobil premium di beberapa kota sibuk di

Amerika yang kemudian berucak menjadi jasa pengantaran apa saja,

mulai dari mengantar seseorang, paket, atau bahan makanan. Uber

sendiri tidak seperti taksi konvensional yang memiliki standar, namun

armada Uber merupakan mobil prbadi yang dimiliki setiap supirnya.

Uber sendiri tidak memberikan modal mobil seperti taksi

konvensional yang lain. Uber memberikan kebebasan kepada supirnya

untuk memiliki modal mobil sendiri.1

Uber masuk ke Indonesia pada 13 Agustus 2014, awalnya Uber

baru melayani pelanggannya di kawasan CBD seperti Kuningan atau

Sudirman, Jakarta. Skema Uber di Indonesia pun masih sama seperti

di luar negeri. Di Jakarta layanan uber sudah ada yang berupa mobil

pribadi, motor, hingga helicopter yang layanan ada pada tanggal 20

November 2015 walaupun hanya bertujuan untuk kampanye. Uber

tidak memiliki mobil sendiri, mobil-mobil tersebut berasal dari

rekanan Uber yang disewa. Cara pemesanannya pun layaknya

memesan taksi pada umumnya, pengguna diminta registrasi yang

berisikan data pribadi dan nomor kartu kredit untuk pembayaran.

Untuk memesannya pun cukup mengaktifkan fitur GPS dan nama

supir beserta nomor plat mobil pun dapat langsung terlihat. Mobil-

1 https://id.techinasia.com/uber-sejarah-pendirian-startup-taksi, diakses pada tanggal 06

Agutus 2019, pukul 10.30 WIB

Page 42: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

32

mobil yang ada pun tergolong mobil mewah, sebut saja Toyota

Alphard, Camry, hingga Mercedes Benz S-Class, dan semuanya plat

hitam dan tanpa ada tulisan “taksi” satu pun pada badan mobil.

Uber muncul setelah grabcar, Namun Uber sebagai perusahaan

internasional tidak mau kalah dengan selalu melakukan promosi,

bahkan Uber memunculkan layanan ojek online yang sudah lebih

dahulu dikuasai oleh Gojek dan GrabBike. Uber percaya bahwa

dengan solusi solusi yang ditawarkan, maka calon penumpang akan

memilih uber.

Uber sekarang merupakan perusahaan internasional yang

jaringan layanannya sudah meluas ke 77 negara dan 507 kota yang

tersebar ke seluruh belahan dunia.Tidak menutup kemungkinan bagi

Uber untuk memperluas jaringannya ke negara-negara lain yang

belum tersentuh. Perusahaan besar seperti Uber merupakan salah satu

jenis organisasi formal yang jumlah pegawainya tidak dapat terhitung

di dunia ini.

b. Visi Misi PT Uber Indonesia Technology

1) Visi perusahaaan uber taxi adalah : Transportasi yang dapat

diandalkan seperti air mengalir, dimana mana ada untuk setiap

orang

2) Misi perusahaan Uber Taxi adalah : membuat cost para

penumpang lebih murah daripada menggunakan mobil pribadi

serta uber dapat menguasai jalanan mengingat biayanya lebih

murah.

2. PT Solusi Transportasi Indonesia (GRAB)

a. Sejarah PT Solusi Transportasi Indonesia (GRAB)

Grab adalah Perusahaan teknologi asal Malaysia yang berkantor

di Singapura yang menyediakan aplikasi layanan transportasi

angkutan umum meliputi kendaraan bermotor roda 2 maupun roda 4.

Perusahaan Grab hanya perusahaan teknologi yang meluncurkan

Page 43: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

33

Aplikasi saja dan untuk kendaraannya sendiri adalah kendaraan milik

mitra yang sudah bergabung di PT Solusi Transportasi Indonesia.2

Grab didirikan oleh Anthony Tan dan Hooi Ling Tan yang

merupakan warga negara Malaysia, yang menawarkan layanan Grab

ditujukan untuk memberikan alternatif berkendara bagi para

pengemudi dan penumpang yang menekankan pada kecepatan,

keselamatan, dan kepastian. Grab sendiri telah hadir di Indonesia pada

bulan Juni 2012 dengan nama PT Solusi Transportasi Indonesia atau

yang biasa disebut Grab Indonesia sebagai aplikasi pemesanan taksi

dan sejak itu telah memberikan beragam pilihan transportasi seperti

mobil dan ojek.3

Grab atau yang sebelumnya dikenal sebagai GrabTaxi adalah

sebuah perusahaan yang berasal Singapura yang melayani aplikasi

penyedia transportasi dan tersedia di enam negara di Asia Tenggara,

yakni Malaysia, Singapura, Thailand,

Pada tanggal 14 Juli 2016, Grab memaparkan perkembangan

bisnisnya dimana Grab mencatat pertumbuhan layanan GrabCar dan

GrabBike yang luar biasa, terutama di Indonesia pada semester

pertama 2016 sejak Grab melakukan rebrand sebagai platform

penyedia layanan pemesanan kendaraan terlengkap. Sekarang Grab

merupakan salah satu perusahaan terdepan di Indonesia.

Perkembangan Grab di Indonesia memang bertahap. Mulai dari

muncul dengan nama Grabtaxi, kemudian berganti nama hingga logo.

Semua kami jalani secara bertahap. Dulu masyarakat mengenal kami

dengan Grabtaxi, tetapi sekarang kami hadir lebih lengkap dengan

beragam layanan. Alasan kami membuat beragam servis karena

2 https://www.grab.com/id/brand-story/, diakses pada tanggal 06 Agustus 2019, pukul 11.40

WIB

3 http://economy.okezone.com yang diakses pada tanggal 06 Agustus 2019, pukul 11.49 WIB

Page 44: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

34

masyarakat merespons transportasi daring sebagai kebutuhan. Itu

sebabnya, perkembangannya begitu pesat. Grabcar dan GrabBike di

Indonesia tumbuh lebih dari 250 kali sejak pertengahan 2015 Kini,

layanan penyewaan mobil pribadi dan ojek online menjadi bagian

besar dari bisnis Grab secara keseluruhan, yang juga meliputi

pemesanan taksi dan layanan kurir

b. Visi dan Misi PT Grab Indonesia

1) Visi Menjadi yang terdepan di Asia Tenggara, dengan

memecahkan permasalahan transportasi yang ada serta

memberikan kemudahan mobilitas pada 620 juta orang di Asia

Tenggara setiap harinya.

2) Misi PT Solusi Transportasi Indonesia ada 3, yaitu : Menjadi

penyedia layanan teraman di Asia Tenggara, memberikan layanan

yang mudah diakses oleh banyak orang, dan meningkatkan

kehidupan para partner, baik pengemudi maupun penumpang.

B. Kontrak Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) PT Uber Indonesia

Technology

Dalam perjanjian kerja waktu tertentu PT Uber Indonesia Technology

tertulis jangka waktu kerja dimana tertulis “pekerja dipekerjakan untuk

jangka waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal 3 Juli 2017 sampai

dengan Juni 2018. Suatu perubahan atas jangka waktu pekerjaan akan dan

tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku akan dibicarakan bersama

sebelum perubahan tersebut dilakukan”

Didalam perjanjian tersebut juga menyebutkan tentang pengakhiran

hubungan kerja yang dimana perusahaan mempunyai hak untuk mengakhiri

perjanjian sebelum berakhirnya jangka waktu sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan berdasarkan alasan-alasan lain yang diperbolehkan

menurut undang-undang. Dalam perjanjian ini juga tertera bahwa apabila

perusahaan hendak mengakhiri perjanjian sebelum berakhirnya jangka waktu

Page 45: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

35

disebabkan adanya perubahan atas lingkup kerja maka perusahaan akan

memberikan pemberitahuan 30 (tiga puluh) hari sebelumnya.

Perusahaan dapat mengakhiri perjanjian atas dasar kinerja buruk,

perilaku kerja tidak patut, pelanggaran serius, kelalaian berat, atau karena

suatu tindak pidana. Atas dasar pengakhiran perjanjian kerja yang disebabkan

oleh alasan-alasan tersebut perusahaan hanya akan membayar pekerja sampai

dengan jangka waktu dimana pekerja telah melakukan pekerjaannya, tanpa

adanya kewajiban untuk membayar gaji pekerja selama sisa masa jangka

waktu.

C. Studi Kasus akuisisi PT Uber Indonesia Technology oleh PT Grab

Indonesia (GRAB)

1. Hasil wawancara dan penelitian media massa

Rumor Grab akan mengakuisisi Uber sudah lama berhembus,

tepatnya sekitar september tahun 2017. Kabar akusisi sempat menghilang

dan kembali santer pada awal 2018. Pada awal tahun 2018 CEO Uber

Indonesia meyakinkan bahwa perusahaan baik-baik saja dan perusahaan

akan tetap berjalan seperti biasanya.

Untuk meneliti tentang akuisisi antara PT Uber Indonesia

Technology oleh PT Solusi Transportasi Indonesia peneliti melakukan

wawancara terhadap mantan pekerja PT Uber Indonesia Technology yang

statusnya adalah Pekerja Kontrak Waktu Tertentu (PKWT). Dalam

wawancara narasumber menyatakan bahwa saat terjadinya akuisisi

mereka tidak mengetahuinya sama sekali bahkan pada tanggal 26 maret

2018 mereka diberitahukan bahwa mereka harus mengemasi barang-

barang mereka dan meninggalkan kantor sebelum jam 4 sore. Pada hari

itu juga PKWT tidak diikutsertakan dalam rapat mengenai kelanjutan

status mereka setelah akusisi hanya pekerja waktu tidak tertentu

(PKWTT) atau pekerja tetap yang diikutsertakan dalam rapat tersebut.

Page 46: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

36

Beberapa waktu setelah dilakukannya akusisi para PKWT barulah

diberikan kejelasan bahwa mereka tetap mendapatkan gaji sampai

berakhirnya jangka waktu kontrak yang dimana jangka waktu kontrak ini

baru ditetapkan saat beredar rumor-rumor akuisisi antar kedua perusahaan

tersebut. Setelah itu sekitar sebulan kemudian sebagian PKWT baru

diadakan meeting antara Grab dan PKWT untuk diberikan kejelasan

mengenai perpindahaan dari PT Uber Indonesia Technology ke PT Solusi

Transportasi Indonesia.

Dalam beberapa media menyebutkan bahwa para pekerja

mendapatkan email dari perusahaan sehari sebelum dilakukannya akusisi

tetapi saat saya menanyakan kepada para narasumber mereka sama sekali

tidak mendapatkan email ataupun pemberitahuan. Bahkan email

perusahaan yang mereka miliki sudah diblokir dan tidak dapat digunakan

kembali. Seperti yang media sebutkan bahwa mereka diminta perusahaan

untuk mengemas barang-barang mereka dan meninggalkan kantor pada

hari itu juga sebelum jam 4 sore tanpa adanya kejelasan bagaimana status

mereka. Status mereka dibekukan selama tiga bulan untuk menunggu

offering dari Grab. Mereka tidak mendapatkan kepastian baik dari

pesangon maupun kelanjutan pekerjaan mereka.

2. Latar belakang akusisi PT Grab Indonesia terhadap PT Uber

Indonesia Technology

Uber merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi

yang memiliki bisnis yang sangat kuat di negara asia tenggara. Awal mula

Uber memasuki pasar Asia Tenggara dan masuk ke delapan negara mulai

dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Myanmar, Thailand,

Kamboja, dan juga Vietnam. Saat awal Uber sangat agresif memberikan

promosi-promosi untuk menarik konsumen dan insentif bagi pengemudi

Uber. Uber juga memiliki banyak insinyur dan Sillicon Valley dengan

dana yang tak terbatas dan kemampuan yang tidak perlu diragukan lagi.

Page 47: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

37

Pengambilalihan yang dilakukan turut membuat Grab

mengambilalih Uber di beberapa negara di Asia tenggara seperti

Kamboja, Myanmar, Thailand, Singapur, Malaysia, Filipina, Vietnam,

Termasuk Indonesia. Dimana anak perusahaan Grab di Indonesia yaitu

Grab Indonesia mengambilalih anak perusahaan Uber di Indonesia yaitu

Uber Indonesia.4

Grab mengakuisisi operasional Uber di wilayah Asia Tenggara.

Kesepakatan bisnis terbesar yang pernah dibuat Grab itu diumumkan ke

publik pada tanggal 26 Maret 2018. Manajemen Grab menyampaikan

rencana bisnis kedepan, Grab akan mengintegrasikan bisnis layanan

pemesanan kendaraan dan pesan-antar makanan milik Uber di wilayah

Asia Tenggara ke paltform transportasi multimoda serta financial

technology (fintech) ke dalam aplikasi Grab. Grab juga nantinya akan

menjadi mobile platform online-to-offline terbesar di Asia Tenggara dan

menyediakan layanan fundamental paling dibutuhkan bagi konsumen di

Asia Tenggara. Diantaranya, layanan transportasi aman dan terjangkau,

layanan pesan antar makan, pengiriman paket, layanan pembayaran

berbasis ponsel cerdas, dan layanan keuangan.

Kompetisi di Asia Tenggara terbilang keras karena ada sejumlah

pemain yang bersaing di dalamnya. Selain Uber, ada Grab dan Gojek di

Indonesia. Secara keseluruhan Grab mendominasi bisnis ride-hailing di

Asia Tenggara. Sementara Uber masih bergerilya menghadapi Grab

melalui perang promo dan diskon. Sedangkan utang yang ditanggung oleh

Uber saat itu sudah mencapai US$645 juta atau sekitar Rp8,7 triliun.

Angka yang cukup membuat para investor waspada. Menutup operasional

di Asia Tenggara adalah salah satu opsi untuk mengurangi beban tersebut.

Pertanda Uber kesulitan di Asia Tenggara adalah hengkangnya

sejumlah eksekutif di sejumlah negara operasionalnya seperti Indonesia,

Malaysia, dan Vietnam. Wacana hengkangnya Uber dari pasar Asia

4 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190812121836-37-91319/kisah-di-balik-kerugian-uber-rp-728-t-dalam-3-bulan, diakses 13 Agustus 2019, Jam 17.09 WIB

Page 48: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

38

Tenggara ini muncul dari kesepakatan SoftBank berinvestasi ke Uber.

Sudah jadi pengetahuan publik bahwa SoftBank adalah salah satu investor

utama Grab.

Skema kesepakatan antara Uber dan Grab yang ditengahi oleh

SoftBank nanti bisa berlangsung seperti yang terjadi antara Uber dan Didi

di China. Sadar kalah bersaing dari Didi di China, Uber memutuskan

hengkang. Caranya adalah dengan menerima pinangan Didi terhadap

operasionalnya di China dan sebagai gantinya, Uber memiliki saham di

Didi.

Menurut data keuangan juni 2016, valuasi atau nilai perusahaan

Uber sekitar $ 66 Billion atau kurang lebih 860 triliun rupiah. Sayangnya,

Uber terperangkap jargon “grow first, make money later.” Dengan

cepatnya pertumbuhan yang mencapai 40% disetiap kuartal ditahun 2015,

pada tahun 2016 Uber menderita kerugian sebesar 520 juta dolar AS pada

kuartal pertama dan kembali rugi 750 juta dolar AS pada kuartal kedua

2016. Tercatat total kerugian Uber selama 7 tahun operasional berjumlah

4 miliar USD.

Adapun penyebab utama kerugian perusahaan adalah subsidi bagi

driver. Kerugian yang dialami Uber adalah hal yang yang tidak

mengejutkan dan inipun tidak hanya dialami oleh Uber. Sudah menjadi

pola bagi riwayat layanan transportasi berbasis aplikasi untuk menderita

kerugian terlebih dahulu dengan tujuan bisa menarik mitra dan user

sebanyak mungkin untuk mempercepat pertumbuhan usaha. Yang

akhirnya pada tanggal 15 april 2018 uber resmi ditutup di asia tenggara,

Indonesia kehilangan salah satu pilihan layanan transportasi online, uber

yang berasal dari Amerika Serikat, harus angkat kaki dari Asia Tenggara,

termasuk Indonesia, setelah menjual seluruh bisnisnya di kawasan ini

kepada sang kompetitor grab pada 26 Maret 2018 lalu.

Alasan Grab melakukan akusisi pada Uber di Indonesia di dasarkan

pada beberapa alasan yaitu alasan keuntungan operasional, keuntungan

finansial, pertumbuhan perusahaan, dan potensi divertifikasi.

Page 49: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

39

Keuntungan operasional yang dimaksud adalah dengan melakukan

akuisisi pada Uber, Grab mendapatkan sejumlah aset dan operasional

Uber di 8 negara di Asia Tenggara, serta mitra pengemudi, pelanggan,

hingga marchant yang sebelumnya menjadi mitra Uber akan berpindah

pada Grab.

Keuntungan finansial yang menjadi pertimbangan Grab

mengakuisisi Uber yaitu kesepakatan harga Uber Asia Tenggara yang

dapat disebut murah yaitu sebesar USD 100 juta, karena nilai tersebut

terbilang kecil mengingat valuasi Uber yang dikutip dari CNBC News

pada 19 Maret 2018 mencapai US$68 milyar. Selain itu Grab akan dapat

menarik perhatian investor besar untuk menanamkan modalnya pada Grab

sehingga secara finansial Grab akan mendapat keuntungan serta dukungan

kepercayaan dari investor-investor besar. Hal ini terbukti pasca akuisisi

Grab pada Uber beberapa perusahaan otomotif besar turut berinvestasi

sebesar US$250 juta, dan yamaha pada desember 2018 berinvestasi

sebesar US$150 juta.

Keuntungan perkembangan usaha yaitu dengan naiknya jumlah

driver Grab dari tahun 2017 sebanyak 930.000 menjadi 2 juta driver pada

tahun 2018, begitupun tingkat diunduhnya aplikasi juga meningkat dari

tahun 2017 45 juta kali diunduh ke tahun 2018 menjadi 68 juta kali di

unduh. Keuntungan diversifikasi yaitu adanya sinergi antara GrabFood

dan UberEat dengan bertambahnya mitra GrabFood dari UberEat

sehingga memberi pelanggan semakin banyak pilihan. Selain itu ada pula

layanan OVO dan Grab Finansial yang merupakan layanan e-money dari

Grab untuk mempermudah pelanggan melakukan pembayaran cashless.

Page 50: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

40

BAB IV

Proses Akuisisi PT Uber Indonesia Technology oleh PT Solulsi Transportasi

Indonesia Serta Dampak Hukum Terhadap Pekerja Waktu Tertentu

A. Akuisisi PT Solusi Transportasi Indonesia Terhadap PT Uber Indonesia

Technology

Restrukturisasi perusahaan merupakan upaya yang dilakukan

perusahaan karena ingin melakukan kerjasama untuk memenuhi target

tertentu ataupun berkeinginan untuk memperkuat aset dan modalnya atau

alasan lain seperti untuk meningkatkan penjualan dan operasional, perbaikan

manajemen, adanya informasi asimetris (tidak seimbang) yang dimiliki oleh

pihak manajemen dan pasar secara umum, serta masalah keuntungan.

Tujuan restrukturisasi perusahaan antara lain adalah untuk memperbaiki

dan memaksimalkan kinerja perusahaan, meningkatkan nilai perusahaan,

memberikan manfaat dividen dan pajak terhadap negara, menghasilkan

produk dan layanan dengan harga kompetitif kepada konsumen, memudahkan

pelaksanaan privatisasi. Selanjutnya manfaat dari restrukturisasi perusahaan

adalah meningkatkan efisiensi perusahaan, memperkuat daya saing

perusahaan, meningkatkan pertumbuhan lebih cepat dalam bisnis terutama

tingkat pertumbuhan internal dan yang terakhir adalah meningkatkan

produktivitas aset perusahaan.1

Terkadang upaya restrukturisasi perusahaan hanya digunakan dalam

rangka melakukan efisensi kinerja perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang

40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa terdapat tiga

jenis restrukturisasi antara lain penggabungan yang disebut merger, peleburan

yang disebut dengan konsolidasi dan pengambilalihan yang biasa disebut

akuisisi. Ketiga jenis restrukturisasi tersebut merupakan strategi yang sering

dilakukan oleh pelaku bisnis untuk menyelamatkan perusahaannya karena

pelaku usaha sebagai subjek ekonomi yang senantiasa berupaya untuk

1 Steven Leonardo Soegiono dan Eddy Madiono Sutanto, ‘Restrukturisasi Organisasi di PT

Samudra Alam Raya Surabaya’, Vol. 1, No. 3, 2013

Page 51: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

41

memaksimalkan keuntungan dalam mengelola perusahaannya. Salah satu

jenis restrukturisasi perusahaan yang sedang marak dilakukan oleh pelaku

usaha adalah akuisisi atau disebut pengambilalihan.

Menurut Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas yang dimaksud dengan akuisisi adalah perbuatan

hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk

mengambilalih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian atas perseroan tersebut. Dalam kepustakaan terdapat dua

macam akuisisi yaitu, akuisisi saham dan akuisisi aset.

Dalam beberapa hal tertentu, pilihan untuk melakukan akuisisi saham

banyak dilakukan oleh perseroan terbatas dengan beberapa alasan,

diantaranya efisiensi pajak. Namun demikian, karena beberapa alasan

tertentu, akuisisi aset sering kali menjadi pilihan karena dinggap lebih mudah

dan menguntungkan baik dari segi prosedur maupun resiko yang harus

dilakukan oleh perseroan terbatas yang melakukannya.

Keuntungan dari akuisisi aset jika dibandingkan dengan akuisisi saham

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Perseroan terbatas pengakuisisi lebih fokus terhadap objek transaksi

untuk melakukan pemeriksaaan hukum secara mendalam untuk

memeriksa keabsahan dari objek yang akan diakuisisi dan resiko hukum

yang mungkin terjadi

2. Menghindari adanya resiko kewajiban terhadap pihak ketiga baik yang

timbul dari perjanjian perseroan yang diakuisisi dengan pihak ketiga

atau kewajiban yang lahir dari undang-undang.2

Pengambilalihan atau akuisisi aset merupakan salah satu jenis

restrukturisasi yang kian marak di lakukan oleh perusahaan besar maupun

kecil dengan berbagai macam tujuan seperti mengembangkan usaha,

memperbaiki struktur perusahaan, dan mempertahankan eksistensi

perusahaan. Seperti contohnya di tahun 2018 setidaknya telah terjadi cukup

2 Felix Oentoeng Soebagjo. Hukum Tentang Akuisisi Perusahaan Di Indonesia, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2006), h. 17

Page 52: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

42

banyak akuisisi seperti akuisisi aset yang dilakukan oleh PT Uber Indonesia

Technology oleh PT Solusi Transportasi Indonesia atau yang biasa disebut

dengan Grab Indonesia.3

Grab Indonesia merupakan anak perusahaan Grab yang beraktivitas

usaha di Indonesia dan telah berbentuk badan hukum dengan nama PT Grab

Indonesia. Tidak berbeda dengan PT Solusi Transportasi Indonesia, Uber juga

memiliki anak perusahaannya yang beraktivitas dan telah memiliki badan

hukum di Indonesia melalui PT Uber Indonesia Technology.

Adanya fakta bahwa masing-masing Grab Indonesia dan Uber

Indonesia tersebut merupakan sebuah badan hukum di Indonesia serta

melakukan kegiatannya dalam wilayah hukum Indonesia, menunjukkan

bahwa keduanya memenuhi kriteria perseroan terbatas. Dimana definisi

perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

Aksi korporasi berupa pengambilalihan yang dilakukan oleh Grab

terhadap Uber di Singapura pada tanggal 26 Maret 2018 yang lalu merupakan

aksi yang terbesar yang pernah dilakukan oleh sebuah perusahaan teknologi

di Asia Tenggara.Total transaksi yang terjadi di antara Grab dan Uber ditaksir

memiliki nilai USD 2 miliar atau setara dengan Rp 27,5 triliun. 4 Dalam

pengambilalihan tersebut, Grab mengambil alih aset-aset berikut kegiatan

operasional yang dimiliki oleh Uber di Asia Tenggara, sehingga

pengambilalihan yang terjadi di antara dua perusahaan di bidang ride-hailing

3 Andri Donnal Putera, Grab Akuisisi Uber, Ini Dampaknya bagi Penumpang dan

Pengemudi, https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/27/120600926/grab-akuisi- si-uber-ini-dampaknya-bagi-penumpang-dan-mitra-pengemudi, diakses pada tanggal 19 Oktober 2019, pukul 09.30 WIB.

4 Bintoro Agung, Pengambilalihan Ditaksir Capai Rp27 T, KPPU Minta Grab Segera Lapor,https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180402184919-185287679/pengambilalihan-ditaksir- capai-rp27-t-kppu-minta-grab-segera-lapor, diakses pada tanggal 25 Oktober 2019, pukul 12.20 WIB

Page 53: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

43

tersebut tergolong sebagai pengambilalihan dengan objek aset atau yang biasa

dikenal dengan sebutan pengambilalihan aset.

Pengambilalihan aset yang dilakukan Grab terhadap Uber juga turut

membuat Grab mengambil alih aset dan operasi Uber di Kamboja, Indonesia,

Malaysia, Myanmar, Filipina, dan Singapura, Thailand, dan Vietnam. Hal

tersebut mengakibatkan anak perusahaan Grab di Indonesia, yakni Grab

Indonesia, juga ikut serta mengambil alih aset dan operasional anak

perusahaan Uber di Indonesia, yakni Uber Indonesia.

Pengambilalihan aset Uber oleh Grab disebut-sebut dilatarbelakangi

oleh kondisi perusahaan Uber yang sedang dihadapkan pada berbagai macam

masalah. Uber yang sedang mempersiapkan potensi penawaran umum

perdana pada tahun 2019, kehilangan USD 4,5 miliar tahun lalu dan

menghadapi persaingan sengit di negara asal pendiriannya, yakni Amerika

Serikat, dan di seluruh Asia.

CEO Uber, Dara Khosrowshahi mengaku keputusan penjualan Uber di

Asia Tenggara pada Grab adalah karena Uber menghadapi terlalu banyak

persaingan dan jadi kurang fokus. Sehingga perlu melepas bisnis di pasar

tertentu.

Akuisisi Uber oleh Grab ini bertujuan untuk mengembangkan bisnis

Grab dengan mengakses teknologi Uber. Keuntungan finansial yang

didapatkan Grab mengakuisisi Uber yaitu kesepakatan harga Uber Asia

tenggara yang dapat disebut murah yaitu sebesar USD 100 juta, karena nilai

tersebut terbilang kecil mengingat valuasi Uber yang dikutip dari CNBC

News 19 Maret 2018 mencapai US$68 miliar. Selain itu Grab akan dapat

menarik investor-investor besar lainnya untuk menanamkan modalnya kepada

Grab sehingga secara finansial Grab akan mendapatkan keuntungan serta

dukungan kepercayaan dari investor-investor besar. Hal ini terbukti pasca

akuisisi Grab pada Uber yg dilakukan pada bulan Maret 2018, beberapa

perusahaan otomotif besar turut menyuntikkan dana investasi kepada Grab

antara lain Hyundai pada November 2018 menyuntikkan dana sebesar

Page 54: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

44

US$250 juta, dan Yamaha pada Desember 2018 menyuntikkan dana sebesar

US$150 juta.

Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia belum secara

eksplisit menjelasakan tentang akuisisi aset. Namun Akuisisi aset pada

hakekatnya merupakan suatu bentuk transaksi jual beli atas benda bergerak

maupun tidak bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud. Meskipun

demikian terdapat sejumlah ketentuan hukum yang harus dipenuhi oleh

direksi perusahaan baik yang akan mengakuisisi maupun bagi perusahaan

yang akan terakuisisi.

Adapun prosedur tahapan-tahapan akuisisi aset sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan yang akan melakukan pengalihan atas aset perseroan

yang melebihji 50% (lima puluh persen) dari total kekayan bersih

perusahaan maka wajib untuk meminta persetujuan dari Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS)

2. Hubungan hukum yang tejadi dalam akuisisi aset merupakan suatu

transaksi jual beli. Oleh karena itu, maka berlaku ketentuan jual beli

berdasarkan ketentuan pada Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Dalam hal ini pembeli diwajibkan untuk membayar harga

pembelian yang disepakati penjual dan pembeli berdasarkan perjanjian jual

beli tersebut.5

3. Beralihnya hak kebendaan sebagai implikasi akuisisi aset perseroan

terbatas. Oleh karena itu prinsip dasar yang harus dipahami dalam setiap

tansaksi akuisisi aset adalah mengenai apa objek dari akuisisi aset yang

akan dilakukan. Yang dimana objek dari akuisisi ini lalu dilakukan

penyerahan atau pengalihan hak kebendaan kepada perusahaan yang

mengakuisisi.6

5 Gunawan Widjaya dan Kartini Muljadi, Jual Beli, (Jakarta : Rajagrafindo

Persada, 2004), h. 32 6 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Kebendaan Pada Umumnya, (Jakarta :

Prenada Media, 2005), h. 40

Page 55: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

45

Dapat dilihat dalam kesepakatan akusisi PT Solusi Transportasi

Indonesia terhadap PT Uber Indonesia Technology hanya beberapa aset yang

ditransaksikan antara lain operasional Uber di Indonesia dan karyawan,

sementara teknis kepemilikan aplikasi masih atas nama Uber. Grab membeli

aset Uber dan sebagian dibayari dengan saham, sementara aset inti berupa

aplikasi tetap berada ditangan Uber. Uber tidak memiliki kantor atau badan

hukum khusus di Asia Tenggara, namun kantor didirikan di tiap negara yang

terdapat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Aset PT Uber Indonesia

Technology yang dialihkan ke PT Solusi Transportasi Indonesia meliputi

peralatan, kontrak, dan karyawan yang dimiliki. Sedangkan untuk teknologi

informasi dan hak kekayaan intelektual tetap dimiliki oleh Uber.

Proses perpindahan operasional dilakukan oleh perusahaan PT Solusi

Transportasi Indonesia dan PT Uber Indonesia Technology. Proses transfer

atau perpindahan pelanggan dari Uber Indonesia ke Grab dilakukan dengan

cara mengalihkan data pelanggan yang sebelumnya terdaftar pada jaringan

Uber ke jaringan Grab. Dalam kaitannya dengan tarif, penetapannya tetap

didasarkan pada jauh jarak yang ditempuh, dengan turut memperhatikan

kondisi frekuensi penawaran dan permintaan di waktu tertentu, serta kondisi

lalu lintas yang terjadi pada saat itu. Sedangkan untuk mitra pengemudi dari

Uber, diberikan kesempatan untuk melakukan proses perpindahan ke PT

Solusi Transportasi Indonesia dengan cara mendaftar secara online.7 Khusus

untuk Indonesia, mitra pengemudi PT Uber Indonesia Technology dibebaskan

untuk menentukan pilihan

Walaupun didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tidak

memberikan pengertian secara eksplisit mengenai pengertian aset maupun

tindakan pengambilalihan aset. Meski demikian, walaupun tidak disebutkan

dengan jelas, di dalam undang-undang tersebut, terdapat peraturan mengenai

pengambilalihan aset. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

7 Eka Santhika, Serahkan Bisnis, Aplikasi Uber Akan Ditutup dalam 2 Minggu,

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180326093839- 185-285859/serahkan-bisnis-aplikasi-uber-akan-ditutup-dalam-2-minggu?, diakses pada tanggal 20 januari 2020, pukul 12.39 WIB

Page 56: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

46

Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akuisisi sebagai

perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan

untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang

dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Di dalam penjelasan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tersebut, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “kekayaan perseroan”

adalah semua barang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik berwujud

maupun tidak berwujud, milik Perseroan. Oleh karena itu, ketentuan dalam

Pasal 102 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menggantikan Pasal

88 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas tersebut

dapat ditafsirkan sebagai embrio dari pengambilalihan perusahaan dengan

cara pengambilalihan aset.8

Pengambilalihan aset dinyatakan dengan terminologi “pengalihan

kekayaan” sebagaimana diatur dalam Pasal 102 Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa

“Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan

kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen)

jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik

yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, maka wajib untuk meminta

persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)”

Jika mengaju pada teori kepastian hukum secara normatif adalah ketika

suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara

jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi

tafsir) dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan

norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.

Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap,

konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh

8 Mys, “Pengambilalihan Perusahaan Tidak Bisa Dilakukan dengan Cara Penggabungan”,

https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20496/pengambilalihan- perusahaan-tidakbisa-dilakukan-dengan-cara-penggabungan, diakses pada tanggal 20 januari 2020, 13.06 WIB

Page 57: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

47

keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan keadilan bukanlah

sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual mencirikan hukum.9 Maka

dari itu jika dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak menjelaskan

proses pengambilalihan aset secara eksplisit maka akan menimbulkan multi

tafsir. Dalam kepastian hukum memastikan bahwa keberlakuan hukum yang

jelas dan secara eksplisit.

Pada umumnya, dalam tindakan pengambilalihan, perpindahan kontrol

terjadi apabila pengambilalihan tersebut dilakukan dengan mengambil alih

saham perusahaan yang diambil alih atau yang dikenal dengan

pengambilalihan saham. Untuk dapat merubah kontrol, saham yang diambil

alih tersebut merupakan saham yang mencapai nilai lebih dari 50% atau

kurang dari atau sama dengan 50% tetapi dapat mempengaruhi dan

menentukan kebijakan pengelolaan perusahaan yang diambil alih kepada

perusahaan pengambil alih. Tidak sama dengan pengambilalihan saham,

dalam pengambilalihan aset, kepemilikan dan pengendalian perusahaan yang

diambil alih tidak berubah.10 Dalam kata lain, pada pengambilalihan jenis ini,

perusahaan yang diambil alih tetap memiliki usahanya tersebut, hanya saja

aset-aset perusahaannya beralih kepada pengambil alih.11

Seiring berjalannya waktu, meskipun pengambilalihan aset pada

umumnya tidak menyebabkan peralihan kendali atau kontrol perusahaan,

namun dalam beberapa kondisi, hal tersebut masih dimungkinkan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa perubahan kontrol perusahaan dapat diindikasikan oleh

adanya perjanjian yang memungkinkan perusahaan pengambil alih untuk

melakukan decisive influence terhadap perusahaan yang diambil alih sebagai

akibat dari dialihkannya kepemilikan aset perusahaan yang diambil alih

tersebut kepada perusahaan pengambil alih. Decisive influence ialah

9 Cst Kansil, dkk, Kamus Istilah Aneka Hukum, (Jakarta: Jala Permata Aksara, 2009), h.

385.

10 Munir Fuady, Hukum Tentang Pengambilalihan, Take Over, dan LBO, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014), h. 3-4

11 Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008) h. 202

Page 58: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

48

kemampuan untuk membuat keputusan dalam strategi kebijakan komersial

perusahaan. 12 Agar dapat menyebabkan decisive influence terhadap

perusahaan yang diambil alih, maka aset-aset yang beralih kepada pengambil

alih haruslah aset-aset yang berpengaruh terhadap bisnis atau kegiatan usaha

perusahaan yang diambil alih teresebut sehingga dapat diperoleh keuntungan

darinya.

Pengambilalihan aset yang berpengaruh terhadap bisnis perusahaan

dapat disebut juga dengan pengambilalihan bisnis. Dalam pengambilalihan

bisnis, objek yang diambil alih ialah aset-aset dari perusahaan yang diambil

alih, namun aset- aset tersebut haruslah aset-aset yang mampu digunakan

untuk mencapai tujuan dari bisnis perusahaan yang diambilalih tersebut.13

Bisnis merupakan suatu rangkaian terpadu dari adanya aktivitas dan aset.14

Oleh karena itu, untuk dikatakan sebagai suatu bisnis maka harus ada

rangkaian terpadu antara aset (input) dan aktivitas (proses) untuk mencapai

tujuan (output) bisnis.

Adanya kontrol atau decisive influence dari perusahaan pengambil alih

terhadap perusahaan yang diambil alih, sebagaimana bunyi dari ketentuan

persaingan usaha eropa yang telah disebutkan di atas, haruslah didasari oleh

adanya perjanjian diantara kedua belah pihak yang memungkinkan untuk

melakukan hal demikian. Dalam kaitannya dengan tindakan pengambilalihan

aset, perjanjian yang dimaksud tersebut dapat berbentuk jaminan bagi

perusahaan yang diambil alih untuk tetap dapat menggunakan aset-aset yang

12 IngMarie Sjögren terjemahan syarifah nurul nugrahaningsih, The Concept of Control

Under the Merger Regulation, Tesis Lunds Universitet, 1999, h. 22, http://lup.lub.lu.se/luur/download?func=downloadFile&recordOId=1561947&fileOId=1565802, diakses pada tanggal 22 Oktober 2019, pukul 17.30 WIB

13 Sukarnen, “Pengalihan Aset atau Pengalihan Bisnis: Kemungkinan Aset Deal adalah Business Deal atau Bukan?”, https://futurumcorfinan.com/article-video/merger-acquisition- restructuring/futurum-pengalihan-aset-atau-pengalihan-bisnis-draf/ , diakses pada tanggal 21 Oktober 2019, pukul 20.21 WIB, h. 20

14 Sukarnen, “Pengalihan Aset atau Pengalihan Bisnis: Kemungkinan Aset Deal adalah Business Deal atau Bukan?”, https://futurumcorfinan.com/article-video/merger-acquisition- restructuring/futurum-pengalihan-aset-atau-pengalihan-bisnis-draf/ , diakses pada 21 Oktober 2019, pukul 20.21, h. 35

Page 59: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

49

telah ia alihkan di dalam proses kegiatan usahanya, meskipun hak milik aset

tersebut telah beralih kepada pihak pengambil alih. 15 Dalam kondisi

demikian, yakni adanya keterkaitan antara kedua belah pihak secara terus

menerus, maka kemungkinan adanya decisive influence dari pihak

pengambilalih semakin besar. Oleh karena itu, bentuk-bentuk perjanjian

dalam Pengambilalihan aset seperti dapat menimbulkan perubahan atas

kontrol perusahaan.

Dalam Hukum Akuisisi, kasus pengambilalihan aset PT Uber Indonesia

Technology oleh PT Solusi Transportasi Indonesia dapat pula dikategorikan

sebagai pengambilalihan aset yang menyebabkan perubahan kontrol.

Sebagaimana diketahui dalam kasus tersebut, PT Solusi Transportasi

Indonesia mengambil alih aset-aset dari PT Uber Indonesia Technology yang

diantaranya berupa peralatan, kontrak, dan karyawan. Selanjutnya, kedua

perusahaan tersebut menyepakati bahwa layanan aplikasi milik PT Uber

Indonesia Technology digabungkan dengan layanan aplikasi milik PT Solusi

Transportasi Indonesia. Data-data pelanggan milik Uber Technology

Indonesia juga dialihkan ke PT Solusi Transportasi Indonesia. Aset-aset Uber

Indonesia yang diambil alih oleh PT Solusi Transportasi Indonesia tersebut

merupakan aset-aset yang berpengaruh bagi proses bisnis PT Uber Indonesia

Technology untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu, mereka juga

menyepakati bahwa Uber Indonesia tidak lagi beroperasi di dalam industri

ride-hailing Indonesia. Meskipun demikian, badan hukum PT Uber Indonesia

Technology tetap ada dan tidak bergabung dengan PT Solusi Transportasi

Indonesia.16

Kondisi demikian tidak terlepas dari keputusan induk kedua perusahaan

tersebut di Singapura yang juga melakukan tindakan hukum yang sama.

Sebagai ganti dari aset-asetnya yang telah diambil alih, Uber memiliki saham

15 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia: Dalam Teori Dan Praktik

Serta Penerapan Hukumnya, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), h. 487

16 KPPU, Pendapat KPPU terkait Pengambilalihan Aset Uber Indonesia oleh Grab Indonesia, http://www.kppu.go.id/id/blog/2018/04/pendapat-kppu-terkait-pengambilalihan-aset- uber-indonesia-oleh-grab-indonesia/, diakses pada tanggal 25 Oktober 2019, pukul 11.24 WIB

Page 60: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

50

sebesar 27.5% di Grab, sehingga menunjukkan adanya keuntungan dari bisnis

Grab yang juga akan dinikmati oleh Uber sesuai dengan jumlah presentase

saham tersebut. Hal demikian mengindikasikan bahwa telah terjadi kontrol

atau desicive influence (termasuk Grab Indonesia) terhadap jalannya kegiatan

usaha yang dimiliki oleh Uber (termasuk Uber Indonesia).

Dengan demikian, meski pada hakikatnya pengambilalihan aset tidak

dapat memindahkan kendali atau kontrol atas suatu perusahaan, namun hal itu

masih mungkin bisa terjadi, yakni dengan pengambilalihan aset dengan

mengadakan perjanjian yang memungkinkan adanya desicive influence

terhadap perusahaan yang diambil alih tersebut. Desicive influence terjadi

apabila aset-aset yang diambil alih merupakan aset-aset yang berpengaruh

terhadap jalannya bisnis perusahaan yang diambilalih.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa ada beberapa macam akuisisi

perusahaan antaranya yaitu; Akuisisi horizontal, vertikal, konsentrik, akuisisi

konsentrik teknologi, dan konglomerat. Dalam hal ini akuisisi yang dilakukan

PT Grab Indonesia terhadap PT Uber Indonesia Technology termasuk dalam

akuisisi horizontal. Yang dimana akuisisi horizontal adalah akuisisi yang

terjadi antara dua perusahaan yang sejenis. Maksud dari akuisisi ini agar

dapat memeperoleh economis of scale atau untuk memperoleh kedudukan

monopolistik, terutama yang dilakukan terhadap perusahaan pesaing,

sehingga dengan adanya akuisisi perusahaan dapat mengurangi persaingan. 17Hal ini dapat dilihat dari kegiatan usaha kedua perusahaan sama-sama

bergerak dalam bidang transportasi online dan PT Uber Indonesia

Technology sepakat untuk tidak beroperasi lagi di Indonesia. Dimana

otomatis ada terjadinya pengurangan pesaing usaha dalam bidang transportasi

online yang hanya menyisakan Grab dan Gojek.

Jika melihat status PT Uber Indonesia Technology yang masih ada

tetapi tidak menjalankan kegiatan usaha lagi dan masih memiliki izin-izin

atau lisensi seyogyanya perusahaan tersebut merupakan perusahaan kosong

17 Rushi Prasetya, Teori & Praktik Perseroan Terbatas, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.

142

Page 61: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

51

atau PT kosong. Dengan adanya PT Uber Technology Indonesia tidak

menjalakan kegiatan usaha ride hailing di Indonesia maka secara otomatis

pesaing dalam bisnis angkutan umum berbasis aplikasi juga berkurang hal ini

dikhawatirkan tejadinya monopoli.

Namun berdasarkan keterangan yang diperoleh dari kepala Biro Hukum

dan Humas Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, Taufik Arianto pada 26

April 2018 melalui pernyataannya pada CNN Indonesia, menyatakan bahwa

akusisi Grab terhadap Uber Asia tenggara bukan termasuk akusisi saham.

Akuisisi yang dilakukan oleh PT Solusi Transportasi Indonesia terhadap PT

Uber Indonesia Technology termasuk akuisisi ekonomis yang artinya adalah

pengambilalihan aset perusahaan dan yang diambil alih hanya semata-mata

asetnya. Lembaga itu menilai transaksi itu menjadi tak wajib dinotifikasikan

karena berada di luar cakupan definisi penggabungan usaha, peleburan atau

pengambilalihan oleh UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.18

B. Dampak Akuisisi Terhadap Pekerja Waktu Tertentu

Sebagaimana diketahui, pengambilalihan merupakan suatu bentuk

perbuatan hukum yang bersifat materil sehingga akan membawa banyak

pengaruh dari berbagai aspek yang sangat luas ruang lingkupnya. 19 Hal

tersebut dikarenakan dalam tindakan pengambilalihan, perusahaan-

perusahaan yang tadinya independen kini saling terkait satu sama lain.

Akuisisi tentunya akan menimbulkan akibat hukum tersendiri baik

terhadap status dari perusahaan tersebut maupun status terhadap pekerja dari

perusahaan PT yang bersangkutan. Karena proses pengambilalihan

perusahaan atau akuisisi dilakukan dengan cara pembelian sebagian atau

seluruhnya saham ataupun aset dari perusahaan perseroan yang diambil alih,

18 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180425143515-185-293465/kppu-sebut-

akuisisi-grab-indonesia-tak-kendalikan-uber, diakses pada tanggal 20 Mei 2020, pukul 19.34 WIB

19 Andi Fahmi Lubis et al., Hukum Persaingan Usaha: Buku Teks, (Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), 2017), h. 20

Page 62: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

52

maka akibat hukumnya bagi status perusahaan perseroan yang diambil alih

adalah beralihnya pengendalian perseroan tersebut oleh pihak yang

mengambil alih.

Meskipun dalam akuisisi tidak ada perusahaan yang bubar status badan

hukumnya. Namun, dengan adanya pengendali baru akan menimbulkan

dampak yang cukup signifikan terhadap pemegang saham minoritas,

masyarakat atau konsumen, kreditor, dan yang terpenting terhadap pekerja.

Hal tersebut dikarenakan merupakan salah satu komponen penting dalam

sebuah perusahaan. Maka dari itu Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memberikan perlindungan bagi

pihak-pihak yang terkait dengan akuisisi perusahaan.

Dalam proses akuisisi terjadi perubahan pengendalian perusahaan yang

menyebabkan perubahan direksi serta dimungkinkan perubahan peraturan-

peraturan yang selama ini diterapkan dalam sebuah perusahaan. Oleh sebab

itu, sebelum proses akuisisi menurut Pasal 127 ayat (2) Undang-Undang

Perseroan Terbatas menjelaskan:

“Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan, Peleburan,

Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib mengumumkan ringkasan rancangan

paling sedikit dalam 1 (satu) surat kabar dan mengumumkan secara tertulis

kepada karyawan dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan dalam jangka waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.”

Menurut penjelasan Pasal 127 ayat (2) Undang-Undang Perseroan

Terbatas “Pengumuman dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada

pihak-pihak yang bersangkutan agar mengetahui adanya rencana tersebut dan

mengajukan keberatan jika mereka merasa kepentingannya dirugikan.”

Sebelum penandatanganan perjanjian akuisisi perusahaan wajib

memberikan pengumuman terhadap pekerja mengenai penggantian

pengendali menurut pasal (127) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Perseroan Terbatas. Apabila setelah diumumkan pekerja tidak menyetujui hal

tersebut pekerja memiliki hak untuk mengajukan permohonan PHK atau

Page 63: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

53

mengundurkan diri begitu juga sebaliknya pengusaha yang baru juga

memiliki hak untuk melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja.

Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan secara serta merta baik oleh pekerja

maupun pengusaha.

Pada Kasus PT Uber Indonesia Technology ini para pekerja tidak

mendapatkan pemberitahuan terlebih dahulu bahwa perusahaan akan

melakukan akuisisi dalam jangka waktu 30 hari sebelum dilakukannya RUPS

ataupun detik-detik perusahaan akan melakukan akuisisi. Pada hari senin

tanggal 26 Maret mereka diminta untuk meninggalkan kantor tanpa adanya

kejelasan tentang status pekerja mereka ataupun uang pesangon jika mereka

di PHK yang seharusnya mereka dapatkan.

Dalam perjanjian kerja PT Uber Indonesia Technology poin ke-10

sangat jelas tertulis tentang pengakhiran perjanjian yang berisikan:

“Perusahaan mempunyai hak untuk mengakhiri Perjanjian ini sebelum

berakhirnya jangka waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

berdasarkan alasan-alasan lain yang diperbolehkan menurut peraturan

perundang undangan yang berlaku. Apabila Perusahaan hendak mengakhiri

Perjanjian ini sebelum berakhirnya Jangka Waktu disebabkan adanya

perubahan atas lingkup kerja, perusahaan akan memberikan pemberitahuan

30 (tiga puluh) hari kalender sebelumnya.”

Tertulis jelas bahwa seharusnya perusahaan memberitahukan terlebih

dahulu jika ingin mengakhiri perjanjian kerja sebelum berakhirnya jangka

waktu perjanjian. Tetapi pada kenyataannya pekerja bahkan tidak

diberitahukan tentang proses akuisisi kedua perusahaan dan langsung

memberhentikan kegiatan kerja dan menggantungkan status pekerjanya.

Menurut pasal 55 Undang-Undang Ketenagakerjaan, perjanjian kerja

tidak dapat ditarik kembali dan/ atau diubah, kecuali atas persetujuan para

pihak yaitu pengusaha dan pekerja yang bersangkutan. Perubahan akan

perjanjian kerja mengenai upah, jenis pekerjaan, serta hak dan kewajiban

pekerja memang tidak dilarang karena hubungan yang terbentuk antara

pekerja dan pengusaha adalah hubungan kontraktual. Sehingga apabila terjadi

Page 64: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

54

perubahan tidak dilarang selama ada kesepakatan antara pekerja dan

pengusaha karena asas kebebasan berkontrak. Oleh sebab itu, apabila ada

pelanggaran atas perubahan dari perjanjian tersebut secara sepihak maka

pihak tersebut telah melakukan wanprestasi terhadap perjanjian kerja. 20

Apabila terjadi wanprestasi maka pekerja memiliki hak untuk menggugat ke

pengadilan dengan gugatan wanprestasi berdasarkan pasal 52 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Menurut teori perlindungan hukum Philipus M Hadjon aspek

perlindungan hukum terhadap pekerja meliputi dua hal mendasar, yaitu

perlindungan dari kekuasaan pengusaha dan perlindungan dari tindakan

pemerintah.21 Jika merujuk pada teori perlindungan hukum tersebut maka

jelas bahwa pekerja tidak mendapatkan perlindungan hukum yang selayaknya

diberikan oleh pengusaha kepada mereka sebagai pekerja.22

Hubungan kerja ini berhubungan erat dengan perjanjian kerja yang

disepakati oleh pihak perusahaan dan pekerja. Melihat hal ini PT Uber

Indonesia Technology tidak memenuhi perlindungan hukum bagi pekerja

karena tidak mematuhi perjanjian kerja dimana dalam perjanjian tersebut

seharusnya perusahaan memberikan pemberitahuan 30 hari sebelumnya jika

terjadi perubahan atas lingkup kerja.

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 61 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa:

“Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerja/buruh

menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam

perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.”

20 Diana Kusumasari, ‘Gaji Diturunkan karena Lebih Tinggi dari Karyawan Lain’,

(Hukumonline, 2016) (https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4ea142f525d8e/gaji-diturunkan- karena-lebih-tinggi-dari-karyawan-lain), diakses pada tanggal 30 Desember 2019, pukul 12.43 WIB

21 Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, (Bina Ilmu, 1987), h. 30

22 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.11

Page 65: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

55

Sehingga hak-hak pekerja atau buruh harus diberikan oleh pengendali

baru. hal tersebut dikarenakan pada prinsipnya yang bertanggung jawab

terhadap hak-hak pekerja ialah perusahaan tidak terkait dengan pergantian

kepemilikan ataupun pengendali namun demikian dimungkinkan adanya

kesepakatan antara pemilik lama dan pemilik baru sesuai dengan Pasal 61

ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan terkait dengan pemenuhan hak-hak

pekerja sehingga apabila ada kesepakatan selain yang tertulis dalam Pasal 61

ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan harus diberitahukan terhadap

pekerja.

Dalam kasus akuisisi PT Uber Indonesia Technology memberitahukan

bahwa mereka akan mendapatkan offering dari PT Grab Indonesia, dimana

kenyataannya beberapa lama setelah proses akuisisi tesebut tidak semua

pekerja mendapatkan offering tersebut. Hanya beberapa karyawan yang

mendapatkan tawaran tersebut itupun mereka harus melewati tahapan-tahapan

tes kembali tidak semata-mata langsung melanjutkan di PT Grab Indonesia.

Jadi Karyawan yang tidak mendapatkan panggilan tidak dapat melanjutkan

kerja di PT Grab Indonesia.

Setiap pekerja memiliki hubungan kerja dengan majikan yang dalam

hal ini ialah perusahaan, hubungan kerja terjadi setelah diadakannya

perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan

kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan

majikan menyatakan kesanggupannya untuk memperkerjakan buruh dengan

membayar upah.23

Perjanjian kerja harus disepakati oleh kedua belah pihak yakni

perusahaan sebagai majikan dan pekerja. “perjanjian kerja adalah suatu

perjanjian dimana pihak yang satu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja

pada pihak lain yaitu majikan, selama suatu waktu tertentu dengan menerima

23 Lanny Ramly, Hukum Ketenagakerjaan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2008),

h. 28

Page 66: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

56

upah. 24 Perjanjian pekerja dibuat sebelum pekerja memulai pekerjaannya.

Dengan demikian maka perjanjian pekerja tersebut dibuat antara pekerja

dengan pengendali yang lama bukan yang baru. Sehingga hal tersebut

menimbulkan kerancuan apabila hak-hak pekerja dan kewajiban perusahaan

disimpangi sejak sebelum pengambilalihan terjadi hingga proses

pengambilalihan selesai pihak manakah yang harus bertanggung jawab

terhadap penyelesaian hak pekerja pemegang saham yang baru atau lama.

Setelah terjadi akuisisi kemungkinan munculnya ketidakpastian status

pekerja yang memunculkan pertanyaan ketika pekerja tidak menyetujui

adanya akuisisi perusahaan dan memilih untuk keluar karena dalam proses

akuisisi terutama apabila yang terjadi adalah akuisisi aset seperti akuisisi PT

Grab Indonesia terhadap PT Uber Indonesia Technology. Dalam Undang-

Undang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan jika

pekerja tidak bersedia untuk untuk melanjutkan hubungan kerja dengan

perusahaan setelah akuisisi atau perusahaan menolak untuk melanjutkan

hubungan kerja dengan pekerja.

Tidak hanya pengusaha yang memiliki hak untuk melakukan pemutusan

hubungan kerja demi efisiensi perusahaan. Pekerja juga memiliki hak baik

untuk mengajukan atau mengundurkan diri. Seorang pekerja berhak

mengajukan pemutusan hubungan kerja setelah dilakukannya akuisisi

perusahaan apabila setelah dilakukannya akuisisi tersebut berakibat langsung

pada posisi pekerja atau buruh yang bersangkutan. Dalam artian pekerja

memiliki hak opsi untuk menyatakan tidak bersedia melanjutkan hubungan

kerja hanya apabila syarat-syarat kerja sebagaimana yang tercantum dalam

perjanjian kerja tidak sesuai dengan job pada posisi baru sehubungan dengan

adanya reposisi atau rotasi akibat adanya restrukturisasi sumber daya manusia

di perusahaan yang bersangkutan.25 Sehingga tidak serta merta pekerja tidak

bersedia melanjutkan hubungan kerja dan meminta untuk diputuskan

24 Lanny Ramly, Hukum Ketenagakerjaan, (Surabaya: Airlangga University Press 2008), h.

2

25 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 117/PUU-X/2012

Page 67: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

57

hubungan kerjanya tanpa adanya reposisi atau rotasi sumber daya manusia

(dalam hal ini pekerja/buruh), baik itu mutasi (perpindahan jabatan yang

sederajat), demosi (turun jabatan) atau bahkan promosi (naik jabatan).

Terjadinya reposisi atau rotasi, berarti terjadi perubahan ketentuan yang

disepakati dan syarat-syarat kerja yang tertuang dalam perjanjian kerja.

Pekerja dan pengusaha memiliki perjanjian kerja yang pokok isinya

adalah jabatan atau jenis pekerjaan, besarnya upah beserta cara

pembayarannya, dan syarat- syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban

pengusaha serta pekerja mengenai jaminan sosial, jaminan kesehatan,

jaminan keselamatan kerja, cuti, istirahat, mogok kerja, dan membentuk

serikat pekerja. Oleh sebab itu hubungan antara pengusaha dan pekerja

merupakan hubungan privat yang berarti isi dari perjanjian kerja menganut

asas kebebasan berkontrak (freedom of contract) dalam pasal 1338 BW.

Pasca di akuisisi, pekerja berhak untuk mempertahankan perjanjian kerjanya

agar tidak terjadi perubahan.26

Dalam kasus akuisisi PT Grab Indonesia terhadap PT Uber Indonesia

Technology peneliti melakukan wawancara pada mantan pekerja berstatus

PKWT PT Uber Indonesia Technology dimana menurut narasumber adalah,

perusahaan tidak memberikan kejelasan terhadap status pekerja, dimana

perusahaan menangguhkan status pekerja dan pekerja tetap mendapatkan

uang gaji sampai batas waktu kontrak kerja dan jika pekerja telah bekerja di

perusahaan lain dan PT Uber Indonesia Technology mengetahuinya maka

pekerja dianggap wanprestasi dan kontrak kerja mereka dianggap berhenti

dan tidak lagi mendapatkan gaji. Dari hasil wawancara tersebut dilihat bahwa

tidak ada ketegasan dari perusahaan mengenai pemutusan hubungan kerja

maupun akan mempekerjakan karyawannya setelah proses akuisisi.

Dalam Pasal 163 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa Pengusaha dapat melakukan pemutusan

hubungan kerja terhadap pekerja dalam hal terjadi perubahan status,

26 Rizki Istighfariana Achmadi, Perlindungan Hukum Pekerja Pasca Terjadinya Akuisisi

Perusahaan, Vol. 2 No. 4, Juli 2019 hal.1466

Page 68: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

58

penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan

pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja maka pekerja

berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali sesuai Pasal 156 ayat (2),

uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan

uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).

Jika perusahaan menolak untuk mempekerjakan pekerjanya maka

pekerja berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali sesuai Pasal 156 ayat

(2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)

dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).

Dalam Pasal 156 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan

menjelaskan perhitungan uang pesangon sebagai berikut:

1. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;

2. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2

(dua) bulan upah;

3. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3

(tiga) bulan upah;

4. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4

(empat) bulan upah;

5. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5

(lima) bulan upah;

6. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6

(enam) bulan upah;

7. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7

(tujuh) bulan upah.

8. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun,

8 (delapan) bulan upah; i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9

(sembilan) bulan upah

Perhitungan uang penghargaan masa kerja yang dijelaskan dalam Pasal

156 ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan ditetapkan sebagai berikut :

Page 69: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

59

1. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2

(dua) bulan upah;

2. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan)

tahun, 3 (tiga) bulan upah;

3. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas)

tahun, 4 (empat) bulan upah;

4. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima

belas) tahun, 5 (lima) bulan upah;

5. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan

belas) tahun, 6 (enam) bulan upah;

6. Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua

puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;

7. Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua

puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah;

8. Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh ) bulan

upah.

Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 156 ayat (4) Undang-Undang Ketenagakerjaan

meliputi:

1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;

2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat

dimana pekerja/buruh diterima bekerja;

3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%

(lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan

masa kerja bagi yang memenuhi syarat;

4. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan

atau perjanjian kerja bersama.

Dalam hal mendapat hak uang pesangon dan uang penghargaan masa

kerja sebenarnya hanya didapatkan jika pekerja berstatus Perjanjian Kerja

Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Tetapi dari hasil wawancara bahwa ada

Page 70: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

60

PKWT yang telah bekerja lebih dari tiga tahun yang dimana dalam Pasal 159

Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa PKWT hanya boleh

untuk pekerjaan tertentu dan jangka waktu 2 tahun dengan perpanjangan satu

kali paling lama 1 tahun yang dimana totalnya 3 tahun. Apabila melebihi

jangka waktu PKWT maka secara hukum otomatis status menjadi PKWTT.

Yang dimana hak-hak pekerja juga mengikuti Pasal 156 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Idealnya perusahaan memberikan kepastian seperti yang disebutkan

diatas dalam proses akusisi. Bukannya dengan menangguhkan status pekerja

yang tidak jelas. Dengan tindakan tersebut muncul pertanyaan apakah pekerja

dianggap melakukan pengunduran diri atau dianggap telah di putus hubungan

kerjanya karena hak dan kewajiban pekerja yang melakukan pengunduran diri

dan pemutusan hubungan kerja memiliki perbedaan.

Imam Soepomo mengelompokkan perlindungan kerja ke dalam 3 jenis

perlindungan yaitu, Perlindungan ekonomis, perlindungan sosial dan

perlindungan teknis. 27 Perlindungan Ekonomis terkadang disebut sebagai

Jaminan Sosial 28 yang merupakan perlindungan terhadap pekerja/buruh

terkait penghasilannya. Perlindungan ini meliputi usaha-usaha yang dilakukan

untuk memberikan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan hidup pekerja.

Termasuk perlindungan pekerja bila bekerja diluar kehendaknya.

Sehubungan dengan perlindungan terkait penghasilan, maka yang

menjadi dasar permasalahannya adalah mengenai imbalan kerja yang

didapatkan oleh pekerja yang diistilahkan dengan upah. Permasalahan upah

merupakan persoalan klasik dalam bidang ketenagakerjaan dari masa kemasa.

Sebab sulit mempertemukan 2 pihak yang masing masing mempunyai

kepentingan yang berbeda. Oleh sebab itu dalam kerangka memberikan

perlindungan secara ekonomis, maka kebutuhan terhadap aturan tentang

pengupahan menjadi mutlak adanya. Sebagaimana diketahui, bahwa secara

27 Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Djambatan, 2003), h. 164

28 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 9

Page 71: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

61

ekonomi status pengusaha berada di atas pekerja, terlebih jika ditarik ke

dalam lingkup perusahaan, maka yang terjadi adalah status atasan dan

bawahan. Oleh sebab itu hubungan ini cenderung menempatkan para pekerja

pada posisi yang tidak menguntungkan.

Maka dari itu perlindungan ekonomis dan perlindungan dari tindakan

pengusaha sangat diperlukan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu

peran pemerintah sebagai yang menetapkan kebijakan, memberikan

pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap

pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

Page 72: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan Akuisisi yang dilakukan oleh PT Grab Indonesia terhadap PT

Uber Indonesia Technology hanya beberapa aset yang ditransaksikan

antara lain operasional Uber di Indonesia antara teknis kepemilikan

aplikasi masih atas nama Uber. Grab membeli aset Uber dan sebagian

dibayari dengan saham. Dalam Hukum Akuisisi, kasus pengambilalihan

aset Uber Indonesia oleh Grab Indonesia dapat pula dikategorikan sebagai

pengambilalihan aset yang menyebabkan perubahan kontrol decisive

influence dari perusahaan pengambil alih terhadap perusahaan yang

diambil alih, yang didasari oleh adanya perjanjian diantara kedua belah

pihak yang memungkinkan untuk melakukan hal demikian. Akuisisi yang

dilakukan PT Grab Indonesia terhadap PT Uber Indonesia Technology

termasuk dalam akuisisi horizontal dimana akuisisi horizontal adalah

akuisisi yang terjadi antara dua perusahaan yang sejenis agar dapat

memperoleh economis of scale atau untuk memperoleh kedudukan

monopolistik, terutama yang dilakukan terhadap perusahaan pesaing,

sehingga dengan adanya akuisisi perusahaan dapat mengurangi persaingan.

2. Dampak akuisisi terhadap PKWT PT Uber Indonesia Technology adalah

pekerja tidak diberikan hak-hak yang seharusnya diberikan oleh

perusahaan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Beberapa hal yang bertentangan

pada proses akuisisi tersebut dimana tidak beritahukannya proses akuisisi

yang seharusnya pekerja diberitahuan 30 hari sebelum pemanggilan RUPS

hal ini telah melanggar Pasal 127 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas dan Kontrak PKWT PT Uber Indonesia

Technology.

Page 73: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

63

Status pekerja PKWT juga ditangguhkan oleh PT Uber Indonesia

Technology dengan tetap memberikan gaji sampai dengan kontrak berakhir,

dan tidak diberikannya hak-hak pekerja berstatus PKWTT yang seharusnya

diberikan terlihat bahwa PT Uber Indonesia Technology tidak melakukan

kewajibannya sesuai dengan Pasal 163 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu memberikan dua kali uang pesangon dan

satu kali uang masa penghargaan kerja apabila perusahaan tidak bersedia

untuk menerima pekerja setelah dilakukannya akuisisi.

B. Rekomendasi

1. Dalam terjadinya proses akuisisi PT Uber Indonesia Technology

seharusnya memberi kepastian status pekerja kontrak waktu tertentu agar

para pekerja tidak menunggu dan dapat mencari pekerjaan lain dan juga

memberikan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan sesuai dengan

yang tertera pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

2. Dalam hal proses akuisisi yang mana rentan terjadinya perselisihan

hubungan industrial antara perusahaan dan pekerja sebagai pihak pertama

dan pihak kedua terdapat juga pihak ketiga yaitu pemerintah yang dimana

mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan,

melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap

pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Dalam

proses akuisisi ini seharusnya pemerintah terutama Dinas

Ketenagakerjaan diharapkan dapat memberikan pengawasan lebih

terhadap proses akuisisi agar tidak merugikan hak-hak pekerja yang

perusahaannya terakuisisi.

Page 74: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

64

DAFTAR PUSTAKA

Buku: Agusmidah. 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia

Ali, Achmad. 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Jakarta: Toko Gunung Agung

Asikin, Zainal dan Wira Pria Suhartana. 2016, Pengantar Hukum Perusahaaan, Jakarta: Kencana

Asikin, Zainal, dkk. 1993, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Diantha, I Made. 2017, Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Kencana

Djumialdji, FX. 2005, Perjanjian Kerja , Jakarta: PT Sinar Grafik

Fuady, Munir. 2014, Hukum Tentang Pengambilalihan, Take Over, dan LBO, Bandung: Citra Aditya Bakti

__________.2008, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007), Bandung: Citra Aditya Bakti

Hadiwiryo, Iswanto Sastro. 2001, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara

Hakim, Abdul. 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Bandung: PT Citra Aditya Bakti

H Manulang, Sedjun. 1995, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta

Huijbers, Theo. 2010, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius

Ibrahim, Johnny, 2005, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Surabaya: Bayumedia Publishing

Kansil, Cst, dkk. 2009, Kamus Istilah Aneka Hukum, Jakarta: Jala Permata Aksara

Lubis, Andi Fahmi, dkk. 2017, Hukum Persaingan Usaha: Buku Teks, Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Marzuki, Peter Mahmud. 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana

Page 75: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

65

M Hadjon, Philipus. 1987, Perlindungan Bagi Rakyat diIndonesia, Surabaya: PTBina Ilmu

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. 2005, Kebendaan Pada Umumnya, Jakarta : Prenada Media

Nugroho, Susanti Adi. 2012, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia: Dalam Teori Dan Praktik Serta Penerapan Hukumnya, Jakarta: Prenadamedia Group

Pangaribuan, Juanda. 2010, Tuntunan Praktis Penyelesaian Perselisihan hubungan industrial, Jakarta: BIS

Prasetya, Rudhi. 2011, Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, Jakata: Sinar Grafika

Ramly, Lanny. 2008, Hukum Ketenagakerjaan, Surabaya: Airlangga University Press

Rato, Dominikus. 2010, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Yogayakarta: Laksbang Pressindo

Rahardjo, Satjipto. 2000, Ilmu hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti

Saliman, Abdul R. 2015, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Jakarta, Kencana Prenadamedia Group

Soepomo, Imam. 2001, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta: Djambatan

__________. 2003, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan

Soebagjo, Felix Oentoeng. 2006, Hukum Tentang Akuisisi Perusahaan Di Indonesia, Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum

Sutedi, Adrian. 2009, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika

Ugo dan Pujiyo. 2011, HUKUM ACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL: Tata Cara dan Proses Penyelesaian Sengketa Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika

Wahyudi, Eko, dkk. 2016, Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: Sinar Grafika

Widjaya, Gunawan dan Kartini Muljadi. 2004, Jual Beli, Jakarta : Rajagrafindo Persada

___________. 2005, Kebendaan Pada Umumnya, Jakarta : Prenada Media

Page 76: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

66

Wijayanti, Asri. 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika

Jurnal: Adianto, Jepi dan Muhammad Ferdyansyah. 2018. Peningkatan Kualitas Tenaga

Kerja Dalam Menghadapi Asean Economy Community. Vol.1 (2)

Achmadi, Rizki Istighfariana. Perlindungan Hukum Pekerja Pasca Terjadinya Akuisisi Perusahaan, Vol. 2 No. 4, Juli 2019

Kalo, Syafruddin“Penegakan Hukum yang Menjamin Kepastian Hukum dan Rasa keadilan Masyarakat

Silambi, Erni Dwita. Pemutusan Hubungan Kerja Ditinjau Dari Segi Hukum ( Studi Kasus P TMedco Lestari Papua), Vol. 5 No. 4, 2014

Sjögren, IngMarie. The Concept of Control Under the Merger Regulation Penerjemah syarifah nurul nugrahaningsih, Tesis Lunds Universitet, 1999

Soegiono, Steven Leonardo. dan Eddy Madiono Sutanto, ‘Restrukturisasi Organisasi di PT Samudra Alam Raya Surabaya’, Vol. 1, No. 3, 2013

Wantu, Fence M, Mewujukan Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dan putusan hakim perdata. Vol.12 No. 3, 2012

Zakie, Mukmin. Perlindungan Hukum Terhadap Buruh Perempuan Pada Malam Hari. Vol.1 No.13, 2006

Link: https://id.techinasia.com/uber-sejarah-pendirian-startup-taksi

https://www.grab.com/id/brand-story/

http://economy.okezone.com

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190812121836-37-91319/kisah-di-balik-kerugian-uber-rp-728-t-dalam-3-bulan

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/27/120600926/grab-akuisi- si-uber-ini-dampaknya-bagi-penumpang-dan-mitra-pengemudi

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180402184919-185-287679/pengambilalihan-ditaksir- capai-rp27-t-kppu-minta-grab-segera-lapor

Page 77: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

67

http://www.kppu.go.id/id/blog/2018/04/pendapat-kppu-terkait-pengambilalihan-aset- uber-indonesia-oleh-grab-indonesia/

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180326093839-185-285859/serahkan-bisnis-aplikasi-uber-akan-ditutup-dalam-2-minggu?

https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20496/pengambilalihan- perusahaan-tidakbisa-dilakukan-dengan-cara-penggabungan

https://futurumcorfinan.com/article-video/merger-acquisition- restructuring/futurum-pengalihan-aset-atau-pengalihan-bisnis-draf/

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4ea142f525d8e/gaji-diturunkan- karena-lebih-tinggi-dari-karyawan-lain

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180425143515-185-293465/kppu-sebut-akuisisi-grab-indonesia-tak-kendalikan-uber

Page 78: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

68

LAMPIRAN

Page 79: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

69

Page 80: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

70

Page 81: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

71

Page 82: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

72

Page 83: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

73

Page 84: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

74

Page 85: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

75

Page 86: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

76

Page 87: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

77

Page 88: AKIBAT HUKUM AKUISISI PERUSAHAAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK

78