wanprestasi dalam kontrak pengadaan barang …karyailmiah.narotama.ac.id/files/wanprestasi dalam...

24
WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG PEMERINTAH ARNI WINARSIH FakultasHukum,UniversitasNarotamaSurabaya Pembimbing : SOEMALI, S.H., M.Hum. e-mail : [email protected] Abstrak Prinsip-prinsip kontrak secara universal yang dalam KUH Perdata tetap berlaku dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang pemerintah, seperti prinsip kebebasan berkontrak, prinsip konsensualisme, prinsip kekuatan mengikat, dan prinsip keseimbansagan. Prinsip transparansi dalam kontrak pengadaan barang pemerintah merupakan prinsip dasar yang digunakan dalam rangka pelaksanaan penawaran dan penerimaan (akseptasi) yang dilakukan melalui pelelangan secara terbuka. Prinsip transparansi bukan merupakan salah salah prinsip yang digunakan dalam kontrak pengadaan barang pemerintah, karena dalam pengadaan barang pemerintah masih terdapat prinsip-prinsip: efisien, efektif, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel Dalam kontrak pengadaan barang pemerintah terdapat ketentuan atau norma yang mengatur tentang wanprestasi bagi penyedia barang pemerintah maupun pejabat pembuat komitmen (PPK). Wanprestasi dalam kontrak pengadaan barang pemerintah terjadi karena keterlambatan penyelesaian pekerjaan dank arena cacat mutu. Penyedia barang pemerintah dikatakan wanprestasi atau cidera janji dalam menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang ditentukan atau gagal atau lalai memenuhi kewajiban kontraktualnya serta ditemukan dan diberitahukan cacat mutu kepada penyedia barang pemerintah, tetapi tidak memperbaiki dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam pemberitahuan. Jika penyedia barang pemerintah tidak melaksanakan prestasi setelah diberi tambahan waktu menyelesaikan ternyata tidak dilaksanakan, dan jika penyedia barang pemerintah tidak memperbaiki cacat mutu dalam jangka waktu yang ditentukan, maka PPK dapat memutus kontrak secara sepihak dan penyedia barang pemerintah dinenakan sanksi atau PPK secara langsung atau melalui pihak ketiga yang ditunjuk melakukan perbaikan tersebut. Serta PPK dapat mengenakan denda keterlambatan untuk setiap keterlambatan perbaikan cacat mutu. Besarnya denda yang dikenakan kepada penyedia barang pemerintah atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak yang belum dikerjakan, apabila pekerjaan yang sudah selesai dapat berfungsi secara mandiri/tidak dipengaruhi bagian yang belum selesai atau 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi, dan pilihan denda ditetapkan dalam SSKK ( syarat-syarat khusus kontrak). Kata kunci : Wanprestasi, Pengadaan Barang, Pemerintah Latar Belakang dan Rumusan masalah Perubahan merupakan tumpuan setiap manusia bahkan setiap negara guna meningkatkan kesejahteraan. Tanpa perubahan kesejahteraan tidak mungkin akan terwujud. Perubahan dapat dilakukan dengan cara melaksanakan pembangunan. Pembangunan digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan. Kesejahteraan dapat diwujudkan dengan terlaksananya pembangunan yang menghendaki pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan (growth plus change). Dalam arti bahwa pembangunan dilaksanakan bertujuan untuk merubah kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian, pembangunan merupakan sarana perubahan untuk menuju kehidupan yang lebih baik setiap manusia dan negara yang ada di dunia ini. Pembangunan negara dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan dibiayai oleh anggaran belanja negara. Anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan dengan undang-undang. Anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan berdasarkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Artinya bahwa rakyat sebagai bangsa akan hidup dan dari mana didapatnya belanja buat hidup harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri dengan perantara Dewan Perwakilan Rakyat. Kebijakan tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa “anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka

Upload: trinhphuc

Post on 06-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG PEMERINTAH

ARNI WINARSIH

FakultasHukum,UniversitasNarotamaSurabaya

Pembimbing : SOEMALI, S.H., M.Hum.

e-mail : [email protected]

Abstrak

Prinsip-prinsip kontrak secara universal yang dalam KUH Perdata tetap berlaku dalam

pelaksanaan kontrak pengadaan barang pemerintah, seperti prinsip kebebasan berkontrak, prinsip

konsensualisme, prinsip kekuatan mengikat, dan prinsip keseimbansagan. Prinsip transparansi dalam

kontrak pengadaan barang pemerintah merupakan prinsip dasar yang digunakan dalam rangka

pelaksanaan penawaran dan penerimaan (akseptasi) yang dilakukan melalui pelelangan secara terbuka.

Prinsip transparansi bukan merupakan salah salah prinsip yang digunakan dalam kontrak pengadaan

barang pemerintah, karena dalam pengadaan barang pemerintah masih terdapat prinsip-prinsip: efisien,

efektif, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel

Dalam kontrak pengadaan barang pemerintah terdapat ketentuan atau norma yang mengatur

tentang wanprestasi bagi penyedia barang pemerintah maupun pejabat pembuat komitmen (PPK).

Wanprestasi dalam kontrak pengadaan barang pemerintah terjadi karena keterlambatan penyelesaian

pekerjaan dank arena cacat mutu. Penyedia barang pemerintah dikatakan wanprestasi atau cidera janji

dalam menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang ditentukan atau gagal atau lalai memenuhi kewajiban

kontraktualnya serta ditemukan dan diberitahukan cacat mutu kepada penyedia barang pemerintah, tetapi

tidak memperbaiki dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam pemberitahuan. Jika penyedia barang

pemerintah tidak melaksanakan prestasi setelah diberi tambahan waktu menyelesaikan ternyata tidak

dilaksanakan, dan jika penyedia barang pemerintah tidak memperbaiki cacat mutu dalam jangka waktu

yang ditentukan, maka PPK dapat memutus kontrak secara sepihak dan penyedia barang pemerintah

dinenakan sanksi atau PPK secara langsung atau melalui pihak ketiga yang ditunjuk melakukan

perbaikan tersebut. Serta PPK dapat mengenakan denda keterlambatan untuk setiap keterlambatan

perbaikan cacat mutu. Besarnya denda yang dikenakan kepada penyedia barang pemerintah atas

keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak yang

belum dikerjakan, apabila pekerjaan yang sudah selesai dapat berfungsi secara mandiri/tidak dipengaruhi

bagian yang belum selesai atau 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak, apabila bagian pekerjaan

yang sudah dilaksanakan belum berfungsi, dan pilihan denda ditetapkan dalam SSKK ( syarat-syarat

khusus kontrak).

Kata kunci : Wanprestasi, Pengadaan Barang, Pemerintah

Latar Belakang dan Rumusan

masalah

Perubahan merupakan tumpuan setiap manusia

bahkan setiap negara guna meningkatkan

kesejahteraan. Tanpa perubahan kesejahteraan

tidak mungkin akan terwujud. Perubahan dapat

dilakukan dengan cara melaksanakan

pembangunan. Pembangunan digunakan untuk

mewujudkan kesejahteraan. Kesejahteraan

dapat diwujudkan dengan terlaksananya

pembangunan yang menghendaki pertumbuhan

ekonomi yang diikuti dengan perubahan

(growth plus change). Dalam arti bahwa

pembangunan dilaksanakan bertujuan untuk

merubah kehidupan yang lebih baik. Dengan

demikian, pembangunan merupakan sarana

perubahan untuk menuju kehidupan yang lebih

baik setiap manusia dan negara yang ada di

dunia ini.

Pembangunan negara dilaksanakan oleh

pemerintah. Pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan dibiayai oleh

anggaran belanja negara. Anggaran

pendapatan dan belanja negara ditetapkan

dengan undang-undang. Anggaran pendapatan

dan belanja negara ditetapkan berdasarkan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Artinya

bahwa rakyat sebagai bangsa akan hidup dan

dari mana didapatnya belanja buat hidup harus

ditetapkan oleh rakyat itu sendiri dengan

perantara Dewan Perwakilan Rakyat. Kebijakan

tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Pasal

23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan

bahwa “anggaran pendapatan dan belanja

negara sebagai wujud dari pengelolaan

keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan

undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka

Page 2: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”.

Dalam pelaksanaan pembangunan salah

satunya diperlukan pengadaan barang/ jasa

pemerintah. Pengadaan barang/jasa pemerintah

dibiayai dengan anggaran pendapatan dan

belanja negara/anggaran pendapatan dan belanja

daerah. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah harus dilaksanakan dengan efektif

dan efisien dengan prinsip persaiongan sehat,

transparan, terbuka, dan perlakuan yang adil

bagi semua pihak. Prinsip-prinsip tersebut harus

dilaksanakan dalam pengadaan barang/jasa,

sehingga hasilnya dapat dipertanggung

jawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun

manfaatnya.

Pengadaan barang/jasa instansi

pemerintah dilakukan dengan cara pelelangan

dan penunjukkan. Pelelangan tersebut dilakukan

dengan cara menyeleksi secara umum, secara

terbatas, seleksi langsung dan penunjukkan

langsung. Penetapan pemenang dilakukan

dengan cara klarifikasi dan negosiasi. Bagi

pihak yang menang dalam pelelangan atau

penunjukkan akan dibuat dokumen kontrak.

Dokumen kontrak telah disiapkan oleh

pemerintah atau oleh panitia/ pejabat pengadaan

barang/jasa. Kontrak tersebut merupakan

perikatan antara pengguna barang/jasa dengan

penyedia barang/jasa dalam pengadaan

barang/jasa. Kontrak merupakan bagian dari

dokumen pemilihan penyedia barang/jasa yang

memuat ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik

yang sifatnya mengikat bagi para pihak.

Kontrak pengadaan barang/jasa instansi

pemerintah merupakan perikatan. Dalam

ketentuan Pasal 1234 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUH

Perdata) dinyatakan bahwa “tiap-tiap perikatan

adalah untuk memberikan sesuatu, untuk

berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat

sesuatu”.1 Perikatan merupakan “hubungan

hukum dalam lapangan hukum kekayaan, di

mana di satu pihak ada hak dan di lain pihak

ada kewajiban”.2 Perikatan tersebut

sebagaimana dalam Pasal 1233 KUH Perdata

dikatakan bahwa “tiap-tiap perikatan dilahirkan

baik karena persetujuan, baik karena undang-

1R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (BurgerlijkWetboek), Balai

Pustaka, Jakarta, 2012, h. 323. 2J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Pada

Umumnya, Alumni, Bandung, 1993, hlm. 12

undang”.3Berdasarkan ketentuan tersebut,

bahwa perikatan bersumber pada persetujuan

atau perjanjian dan bersumber pada undang-

undang.

Perjanjian merupakan hubungan hukum

para pihak yang bersifat obligatoir. Artinya

bahwa “dengan ditutupnya perjanjian itu pada

asanya hanya melahirkan perikatan-perikatan

saja, dalam arti bahwa hak atas objek perjanjian

belum beralih, untuk peralihan tersebut masih

diperlukan adanya levering/penyerahan”.4

Hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang

“menyangkut hukum harta kekayaan antara dua

orang (persoon) atau lebih yang memberi hak

pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain

tentang suatu prestasi”.5 Jadi, dalam hubungan

hukum tersebut melahirkan hak dan kewajiban,

satu pihak memperoleh hak dan pihak lain

memikul kewajiban menyerahkan atau

menunaikan prestasi.

Prestasi adalah objek dari

perjanjian.Tanpa prestasi, maka hubungan

hukum yang dilakukan tidak mempunyai arti

apa-apa. Prestasi dalam pengadaan barang

adalah barang, yaitu benda dalam berbagai

bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku,

barang setengah jadi, barang jadi/peralatan,

yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna

barang. Pengguna barang adalah kepaka

kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/pemimpin

bagian proyek/pengguna anggaran/pejabat yang

disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang

bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan

barang/jasa dalam lingkungan unit kerja/proyek

tertentu.

Pelaksanaan kontrak pengadaan barang

instansi pemerintah setelah penandatangan

kontrak. Para pihak melaksanakan hak dan

kewajibannya masing-masing sesuai yang diatur

dalam kontrak pengadaan barang. Hak dan

kewajiban harus dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan waktu yang ditetapkan, termasuk

barang yang diserahkan harus sesuai dengan

spesifikasi yang ditentukan termasuk

pembayaran prestasi pekerjaan harus

dilaksanakan sesuai ketentuan yang diatur

dalam kontrak.

Dalam praktek pelaksanaan kontrak

pengadaan barang terdapat pemutusan atau

3R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op, Cit., h.

323. 4J, Satrio, Op. Cit. ,h.38. 5 M. YahyaHarahap, Segi-segi Hukum

Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, h. 6.

Page 3: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

penghentian kontrak, Penghentian kontrak

tersebut dapat dilakukan bilamana terjadi hal-

hal di luar kekuasaan para pihak untuk

melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam

kontrak karena keadaan kahar (suatu keadaan

yang memaksa/force mayor). Pemutusan

kontrak dapat juga dilakukan bilamana para

pihak cidera janji dan/atau tidak memenuhi

kewajiban dan tanggung jawabnya sesuai yang

ditentukan dalam kontrak. Penghentian dan/atau

pemutusan kontrak tersebutakan menimbulkan

akibat hukum para pihak, karena terdapat salah

satu pihak terdapat yang dirugikan.

Berdasarkan uraian latar belakang

permasalahan yang diuraikan tersebut di atas,

maka dapat dirumuskan beberapa rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apa prinsip-prinsip dalam

pelaksanaan kontrak pengadaan barang instansi

pemerintah ?

2. Apa akibat hukum bagi para pihak

yang wanprestasi dalam pelaksanaan kontrak

pengadaan barang instansi pemerintah ?

TIPE PENELITIAN

Tipologi penelitian hukum berupa skripsi

ini adalah yuridis normatif atau pene-litian

hukum normatif, karena “penelitian ini

berkaitan dengan prinsip-prinsip atau asas-asas

hukum yang berasal dari hukum

positip”.6Berhubung penelitian ini meru- kan

penelitian yang berasal dari hukum positip,

maka pendekatan yang digunakan dengan

menggunakan peraturan perundang-undangan

(statute approach). Guna mendukung penelitian

ini, maka juga digunakan pendekatan

konseptual (conceptual approach), yang

beruapa pendapat para ahli hukum yang

terdapat dalam hasil-hasil penelitian, hasil karya

dari kalangan dari para ahli hukum dan

seterusnya.

6SorjonoSoekanto, Pengantar Penelitian Hukum,

Universitas Indonesia (UI-Pres), Jakarta, 1984, h. 50-51.

PEMBAHASAN

PRINSIP-PRINSIP DALAM

PELAKSANAAN KONTRAK

PENGADAAN BARANG PEMERINTAH

Prinsip-prinsip Kontrak

Secara harfiah kata prinsip adalah “asas

(kebenaran yang menjadi pokok dasar pikiran

bertindak dan sebagainya), dasar”.7Asas adalah

dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir

atau berpendapat) dasar cita-cita (perkumpulan

atau organisasi); dan hukum dasar”.8

Prinsip atau asas dalam istilah asingnya

adalah “beginsel”, berasal dari kata “begin”

yang artinya “permulaan atau awal atau pula

dasar. Jadi, asas itu mengawali atau menjadi

permulaan atau menjadi dasar sesuatu dan yang

dimaksud dengan sesuatu di sini adalah kaidah

atau norma atau pula peraturan”.9

The Liang Gie menyatakan bahwa “asas

adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam

istilah umum tanpa menyarankan cara-cara

khusus mengenai pelaksanaannya, yang

diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk

menjadi petunjuk yang tepat bagi

perbuatan”.10Dengan demikian, jelas bahwa

asas merupakan pedoman atau petunjuk yang

digunakan dalam melakukan perbuatan.

Asas merupakan dasar dan sarana

pertimbangan dalam hidup, karena adanya suatu

tuntutan etis bagi pembentukan suatu hidup

bersama. Berhubung di mana ada masyarakat di

situ ada hukum, maka perlu dicari pedoman

dalam memikirkan hukum dan membentuk

hukum supaya dengan cita-cita hidup dan

kebutuhan hidup. Dalam benak kita bilamana

berbicara tentang hukum, yang pertama-tama

terpikirkan adalah ketentuan perundang-

undangan, aturan-aturan yang ditetapkan oleh

penguasa yang berwenang. Artinya bahwa

dalam membicarakan hukum di sini hanya

dibatasi pada hukum positif, hukum yang

berlaku pada dan tempat tertentu, artinya hanya

berbicara mengenai aturan. Aturan sebagai

pedoman bagi sikap tindak manusia dan sarana

menilai perbuatan manusia.

7Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Op. Cit., h. 788. 8Ibid., h. 60. 9Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia

Terpadu, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, h. 47. 10 The Liang Gie, Teori-teori Keadilan,

Super, Jakarta, 1977, h. 9.

Page 4: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

Nieuwennhuis, mengatakan bahwa

pengertian asas-prinsip (beginsel) dapat didekati

dengan dua cara, yaitu, “pertama, adalah dalam

makna global (globalebetekenis), yakni, asas

dimengerti sebagai sifat yang penting

(belangrijkeeigenschap). Kedua, asas juga dapat

dimengerti dalam konteks yang sangat khusus,

yakni, sebagai dasar pembenaran

(terrechvaardiging) dari aturan-aturan maupun

putusan-putusan”.11

Asas-asas atau prinsip-prinsip tersebut

berkaitan dengan kontrak. Dalam bahasa

Belanda, adalah “contract”, atau “verbintenis”

yang berarti perjanjian. Perjanjian atau

persetujuan adalah suatu perbuatan di mana

seorang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap seseorang lain atau lebih. Perjanjian

adalah “suatu tindakan hukum dua pihak, jika

norma sekunder yang mewajibkan dan memberi

wewenang kepada para pihak yang melakukan

perjanjian dilahirkan oleh kerja sama

(kolaborasi) dan sekurang-kurangnya dua orang

individu”.12Perjanjian merupakan “transaksi

hukum yang khas dari hukum perdata, yang

berlaku prinsip otonomi, yakni, prinsip di mana

tidak seorang pun dapat diwajibkan terhadap,

atau bahkan tanpa, persetujuannya sendiri”.13

M. Yahya Harahap memberi pengertian

perjanjian atau verbintenis mengandung

pengertian “suatu hubungan hukum

kekayaan/harta benda antara lain hubungan

hukum kekayaan/harta benda antara dua orang

atau lebih yang memberi kekuatan hak pada

satu dan pihak untuk memperoleh prestasi dan

sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk

menunaikan prestasi”.14Dari pengertian

perjanjian tersebut, di dalamnya terdapat unsur

yang memberi wujud pengertian perjanjian

antara lain : “hubungan hukum

(rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum

kekayaan antara dua orang (persoon) atau lebih,

yang memberi hak pada satu pihak dan

kewajiban pada pihak lain tentang suatu

prestasi”.15

11 J.H. Nieuwieenhuis, DrieBeginselen van

Contractenrecht, diss, RUL, 1979, Deventer, 1979,

h. 5. 12 Hans Kelsen, Teori Hukum tentang

Hukum dan Negara, terjemahan RaisulMuttaqin,

Nusamedia dan Nuansa, Bandung, 2006, h. 204. 13Ibid., h. 204. 14 M. YahyaHarahap, Op. Cit., h. 6. 15Ibid.,

Wirjono Prodjodikoro memberi

pengertian perjanjian sebagai “suatu hubungan

hukum mengenai harta kekayan antara dua

pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau

dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal

atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang

pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji

itu”.16Perjanjian merupakan hubungan hukum

mengenai harta kekayaan, dan sebagian besar

dari perjanjian ini bersumber pada kata sepakat

atau persetujuan antara kedua belah pihak.

R. Subekti memberikan pengertian

perjanjian adalah suatu peristiwa di mana

seorang berjanji kepada seorang lain atau di

mana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal”.17Dari peristiwa ini,

menurut R. Subekti, “timbulah suatu hubungan

antara dua orang tersebut yang dinamakan

perikatan”.18 Suatu perikatan adalah “suatu

perhubungan hukum antara dua orang atau dua

pihak, berdasarkan mana pihak yang satu

hendak menuntut sesuatu hal dari pihak yang

lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk

memenuhi tuntutan itu”.19

Pengertian perjanjian secara yuridis

terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata

menyatakan “suatu perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

atau lebih”. Mariam Darus Badrul zaman

mengatakan bahwa “ para sarjana hukum

perdata pada umumnya berpendapat bahwa

definisi perjanjian yang terdapat di dalam

ketentuan di atas adalah tidak lengkap, dan pula

terlalu luas”.20Alasan tidak lengkap karena yang

dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian

sepihak saja. Definisi itu dikatakan terlalu luas

karena dapat mencakup hal-hal yang mengenai

janji kawin, yaitu, perbuatan di dalam lapangan

hukum keluarga yang menimbulkan perjanjian

juga, namun istimewa sifatnya karena dikuasai

oleh ketentuan-ketentuan tersendiri, sehingga

Buku III KUH Perdata secara langsung tidak

berlaku terhadapnya.

16WirjonoProdjodikoro, Hukum Perdata

tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, Sumur,

Bandung, 1991, h. 1. 17 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa,

Jakarta, 2001, h. 1. 18Ibid., 19Ibid., 20 Mariam DarusBadrulzaman, K.U.H.

Perdata, Buku III, Hukum Perikatan Dengan

Penjelasan, Alumni, Bandung, 1996, h. 89.

Page 5: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

Menurut Purwahid Patrik, rumusan

perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan

Pasal 1313 KUH Perdata, kurang lengkap dan

bahkan dikatakan terlalui luas banyak

mengandung kelemahan-kelemahan. Adapun

kelemahan-kelemahan tersebut dapat diperinci “

1) hanya menyangkut perjanjian sepihak saja; 2)

kata perbuatan mencakup juga tanpa

consensus/kesepakatan. Dalam Pasal 1313

KUH Perdata terdapat rumusan “satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

atau lebih lainnya”. Kata mengikatkan

merupakan kata kerja yang sifatnya hanya

datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua

belah pihak. Sedangkan maksud dari perjanjian

itu mengikatkan diri dari kedua belah pihak,

sehingga nampak kekurangannya di mana

setidak-tidaknya Perlu adanya rumusan saling

mengikatkan diri. Demikian juga, dalam

pengertian perbuatan termasuk juga tindakan

meliputi mengurus kepentingan orang lain, dan

perbuatan melawan hukum. Dari kedua hal

tersebut, merupakan perbuatan yang tidak

mengandung adanya konsensus atau tanpa

adanya kehendak untuk menimbulkan perbuatan

hukum”.21

Berdasarkan pengertian perjanjian yang

terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata,

ternyata masih terdapat kelemahannya, maka

kemudian Rutten merumuskan perjanjian adalah

“perbuatan hukum yang terjadi sesuai dengan

formalitas-formalita dari peraturan hukum yang

ada tergantung dari persesuaian pernyataan

kehendak dua atau lebih orang-orang yang

ditujukan untuk timbulnya akibat hukum demi

kepentingan dan atas beban masing-masing

pihak secara timbal balik”.22J. Van Dune

memberikan definisi perjanjian sebagai suatu

hubungan hukum penawaran dari satu pihak dan

perbuatan hukum penerimaan dari pihak lain”.23

Hubungan hukum dalam lapangan harta

kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum.

Akibat hukum dari suatu perjanjian atau

peristiwa hukum lain yang menimbulkan

perikatan. Adapun yang dimaksud perikatan

menurut R. Subekti adalah “suatu hubungan

hukum (mengenai kekayaan harta beda) antara

dua orang yang memberi hak pada yang satu

untuk menuntut barang sesuatu di yang lainnya,

21PurwahidPatrik, Dasar-dasar Hukum

Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 1994, h. 46. 22Ibid., h. 46. 23Ibid.,

sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan

memenuhi tuntutan itu”.24 Perjanjian

menimbulkan perikatan secara jelas terdapat

dalam perumusan Pasal 1313 KUH Perdata

bahwa yang dimaksud dengan perjanjian dalam

pasal tersebut adalah perjanjian yang

menimbulkan perikatan atau perjanjian

obligatoir. Kesimpulan tersebut didasarkan

bahwa pasal tersebut ditaruh pada awal titel

kedua Buku III KUH Perdata yang mengatur

tentang perikatan yang lahir dari perjanjian dan

perumusan tersebut dimaksudkan sebagai

perumusan tentang perjanjian sebagai yang

dimaksud dalam pasal-pasal selanjutnya,

sehingga dengan demikian ketentuan dalam titel

kedua hanyalah berlaku untuk perjanjian

obligatoir saja.

Perjanjian menerbitkan suatu perikatan

bagi orang membuatnya. Hubungan antara

perikatan dan perjanjian adalah bahwa

perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian

adalah sumber perikatan, di samping sumber-

sumber lain. Perjanjian juga dinamakan

persetujuan, karena dua pihak setuju untuk

melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa

“antara perjanjian dengan persetujuan itu adalah

sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit,

karena ditujukan kepada perjanjian atau

persetujuan yang tertulis”,25 dan sekarang

mengalami perkembangan dengan

menggunakan media elektronika.

Perjanjian merupakan sumber

perikatan yang terpenting, di samping undang-

undang. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata

dinyatakan bahwa “tiap-tiap perikatan

dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena

undang-undang”. Perikatan yang lahir dari

perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang

atau lebih pihak yang membuat perjanjian,

sedangkan perjanjian yang lahir dari undang-

undang diadakan oleh undang-undang di luar

kemauan para pihak yang bersangkutan.

Apabila dua orang mengadakan suatu

perjanjian, maka mereka bermaksud supaya

antara mereka berlaku suatu perikatan (ikatan)

hukum. Perjanjian adalah suatu hal yang konkrit

atau suatu peristiwa, sedang perikatan adalah

suatu pengertian abstrak.

24R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata,

Intermasa, Bandung, 1984, h. 122. 25 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa,

Bandung, 2004, h. 1.

Page 6: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

Perjanjian sumber perikatan,

pengaturannya dalam Buku III KUH Perdata,

yang menganut sistem terbuka. Dalam aturan

perjanjian, memberikan kebebasan yang seluas-

luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan

perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak

melanggar undang-undang, ketertiban umum,

dan kesusilaan sesuai yang diatur dalam Pasal

1337 KUH Perdata bahwa “suatu sebab adalah

terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang,

atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik

atau ketertiban umum”.

Sistem terbuka yang terdapat dalam

perjanjian yang terdapat dalam Buku III KUH

Perdata mengandung suatu asas kebebasan

membuat perjanjian, termasuk juga kontrak,

mengandung suatu prinsip kebebasan,

sebagaimana disimpulkan dalam Pasal 1338

ayat (1) KUH Perdata menyatakan “semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”. Prinsip atau alasan kebebasan

berkontrak, terletak pada kata “semua”.

Menurut R. Subekti, menyatakan bahwa “pasal

tersebut “seolah-olah berisikan suatu pernyataan

kepada masyarakat bahwa kita diperbolehkan

membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa

saja (atau tentang apa saja) dan perjanjian itu

akan mengikat mereka yang membuatnya

seperti suatu undang-undang”.26 Dalam

perkataan lain, dalam perjanjian, kita

diperbolehkan membuat undang-undang bagi

kita sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas

sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1338

ayat (1) KUH Perdata, maka jelas bahwa prinsip

yang terdapat dalam kontrak adalah prinsip

kebebasan, artinya para pihak bebas membuat

kontrak yang berupa dan berisi apa saja atau

tentang apa saja, dan kontrak tersebut mengikat

bagi para pihak yang membuatnya seperti suatu

undang-undang. Prinsip lain dalam kontrak

sebagaimana dapat disimpulkan dalam Pasal

1338 ayat (1) adanya prinsip kekuatan mengikat

atau prinsip kepastian hukum, yang dinyatakan

bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah,

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Artinya bahwa setiap

kontrak yang dibuat adalah mengikat kedua

belah pihak.

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata

menyatakan perjanjian yang dibuat secara sah

26 Ibid., h. 4.

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Syarat secara sah tersebut

menentukan bagaimana perjanjian itu lahir, atau

kontrak itu lahir. Untuk mengetahui hal

tersebut, Pasal 1320 KUH Perdata memberikan

patokan umum tantang bagaimana kontrak atau

perjanjian itu lahir. Pasal tersebut memberikan

patokan atau menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dilakukan agar kontrak yang

dibuat itu sah. Dalam ketentuan Pasal 1320

KUH Perdata dinyatakan bahwa “untuk sahnya

suatu perjanjian diperlukan empat syarat : 1.

sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, 2.

kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3.

suatu hal tertentu dan 4. suatu sebab yang

halal”.

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata tidak

disebutkan suatu formalitas untuk sahnya

perjanjian. Namun, hanya kesepakatan apabila

telah tercapai, maka perjanjian atau kontrak itu

sah, dan mengikat bagi para pihak. Artinya

bahwa apabila para pihak sudah tercapai

kesepakatan mengenai hal-hal yang pokok dari

suatu perjanjian atau kontrak, maka perjanjian

atau kontrak tersebut sudahlah sah. Kesepakatan

tersebut merupakan prinsip yang terdapat dalam

perjanjian atau kontrak, yang dinamakan prinsip

atau asas konsensualisme. Arti prinsip

konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian

atau kontrak yang timbul karenanya itu sudah

dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan.

Perjanjian atau kontrak sudah sah apabila sudah

sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan

tidaklah diperlukan sesuatu formalitas.

Prinsip-prinsip dasar yang melandasi

perjanjian atau kontrak menurut Herlien

Boediono ialah “asas konsensualisme, asas

kekuatan mengikat perjanjian (verbin

dendekrachtdetovereenkomst) dan asas

kebebasan berkontrak

(contractsvrijheid)”.27Prinsip konsensualisme

berkaitan dengan terbentuknya suatu perjanjian.

Prinsip kekuatan mengikat merujuk pada akibat

dari perjanjian. Prinsip kebebasan berkontrak

terutama menyangkut isi atau cakupan dari

perjanjian.

Mariam Darus Badrul zaman,

menyebutkan prinsip atau asas hukum kontrak

meliputi “asas konsensualisme, asas

kepercayaan, asas kekuatan mengikat, asas

27Herline Boediono, Asas Keseimbangan

bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2006, h. 95.

Page 7: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

persamaan hak, asas keseimbangan, asas moral,

asas kepatutan, asas kebiasaan dan asas

kepastian hukum”.28Prinsip konsensualisme,

prinsip kepercayaan, prinsip persamaan hak,

prinsip keseimbangan, terletak pada syarat

sahnya kontrak adalah kesepakatan atau sepakat

mereka yang mengikatkan dirinya sebagaimana

dalam Pasal 1320 angka 1 KUH Perdata. Di

dalam suatu kontrak, para pihak

mengungkapkan kehendak mereka dalam

bentuk janji. Kenyataan bahwa orang menutup

kontrak karena dilandasi suatu tujuan atau

maksud tertentu. Keterjalinan dan kepercayaan

para pihak dibentuk oleh para pihak.

Keterikatan dan kekuatan mengikat setelah

disepakati kontrak yang bersangkutan. Melalui

suatu kontrak, maksud dan tujuan para pihak

dapat tercapai.

Prinsip kepastian hukum bahwa kontrak

mengikat bagi para pihak sebagaimana

tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata, karena perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku bagi para pihak yang membuatnya,

sehingga mengikat para pihak, yang

mencerminkan prinsip kekuatan mengikat. Oleh

karena itu, sebagaimana dalam Pasal 1338 ayat

(2) bahwa suatu perjanjian tidak dapat ditarik

kembali selain dengan sepakat kedua belah

pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh

undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

Kontrak yang dibuat secara sah, mengandung

prinsip moral, karena harus dengan itikat baik

sebagaimana tercermin dalam Pasal 1338 ayat

(3) bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan

dengan itikad baik. Selain itu, kontrak

mengandung prinsip kepatutan, prinsip

kebiasaan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal

1339 juncto Pasal 1347 KUH Perdata. Dalam

Pasal 1339 KUH Perdata dinyatakan “suatu

perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal

yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya,

tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut

sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan,

kebiasaan atau undang-undang”. Sedangkan

Pasal 1347 KUH Perdata menyatakan “hal-hal

yang menurut kebiasaan selamanya

diperjanjikan, dianggap secara diam-diam

dimasukan dalam perjanjian, meskipun tidak

dengan tegas dinyatakan”. Di samping itu,

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1337

KUH Perdata dinyatakan bahwa suatu sebab

28Mariam Darusbadrulzaman, Aneka

Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, h. 42-44.

adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-

undang, atau apabila berlawanan dengan

kesusilaan baik atau ketertiban umum. Artinya

bahwa kontrak yang dibuat tidak boleh

melanggar undang-undang, ketertiban umum,

kesusilaan dan kepatutan serta kebiasaan.

Dalam perkembangan sekarang kontrak

atau perjanjian dapat dilaksanakan dengan

menggunakan media elektronika. Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronika dalam

Pasal 1 angka 17 berbunyi : “kontrak

elektronika adalah perjanjian para pihak yang

dibuat melalui sistem elektronika”. Angka 2

memberikan pengertian “transaksi elektronika

adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan

menggunakan computer, jaringan computer,

dan/atau media elektronik lainnya”. Informasi

elektronika dan/atau dokumen elektronika

dan/atau hasil cetaknya menurut Pasal 5 ayat (1)

merupakan alat bukti yang sah.

Prinsip-prinsip Kontrak Pengadaan Barang

Pemerintah Pemerintah merupakan salah satu unsur

adanya suatu negara, termasuk negara Kesatuan

Republik Indonesia. Menurut M. Nasroen,

negara itu mempunyai 3 (tiga) buah syarat,

yaitu, rakyat tertentu, daerah tertentu, dan

pemerintah tertentu”.29 Negara itu adalah alat

dari sekumpulan manusia, yang merupakan

rakyat negara itu untuk mencapai tujuan, yaitu,

yang disebut tujuan negara. Tujuan negara

merupakan tujuan rakyat bernegara, sebab

negara itu sebagai negara tidak mungkin

mempunyai tujuan, sebab negara itu sebagai

negara tidak mempunyai kemauan. Oleh karena

itu, usaha untuk mencapai tujuan bernegara itu

diserahkan kepada pemerintah negara itu,

berdasarkan kemauan bersama rakyat negara

itu. Kemauan bersama rakyat sesuatu negara

yang menghidupkan dan yang menjalankan

negara itu seterusnya.

Bentuk negara Indonesia adalah

republik, sebagaimana ditegaskan dalam Alinea

Ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 menyatakan “… maka disusunlah

Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam

suatu Undang-Undang Dasar Negara itu dalam

suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,

yang terbentuk dalam suatu susunan Negara

29 M. Nasroen, Ilmu Perbandingan

Pemerintahan, Aksara Baru, Jakarta, 1986, h. 33.

Page 8: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

Republik Indonesia …”. Di sisi lain, dalam

Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa “Negara

Indonesia ialah Negara Kesatuan yang

berbentuk Republik”. Menurut Jellinek, apabila

“kehendak negara itu ditentukan oleh orang

banyak yang merupakan suatu majelis, maka

bentuk negaranya adalah republik”,30 Artinya

bahwa negara republik, kepala negaranya

dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk

masa jabatan yang ditentukan dan kepala

negaranya adalah seorang presiden.

Presiden Republik Indonesia memegang

kekuasaan pemerintahan menurut Undang-

Undang Dasar, dan dalam melakukan

kewajibannya presiden dibantu oleh satu orang

wakil presiden sesuai yang ditentukan Pasal 4

Undang-Undang Dasar 1945. Presiden dan

wakil presiden dipilih secara langsung oleh

rakyat dan memegang jabatan selama lima

tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali

dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali

masa jabatan Ini merupakan model negara

Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam

Pasal 6A dan Pasal 7 Undang-Undang Dasar

1945.

Dalam melaksanakan pembangunan

yang dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia,

salah satunya di bidang pengadaan barang/jasa.

Pengadaan barang/jasa pemerintah diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Dalam Pasal 1 angka 1 peraturan ini dinyatakan

bahwa :

“pengadaan barang/jasa pemerintah

yang selanjutnya disebut dengan pengadaan

barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh

barang/jasa oleh kementerian/ lembaga/satuan

kerja perangkat daerah/institusi lainnya yang

prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan

sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk

memperoleh barang/jasa”.

Barang adalah setiap benda baik

berwujud maupun tidak berwujud, bergerak

maupun tidak bergerak, yang dapat

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau

dimanfaatkan oleh pengguna barang

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 4.

Sedangkan jasa berkaitan dengan jasa

konsultasi dan jasa lainnya. Jasa Konsultansi

30Moch.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,

Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1985, h. 167.

adalah jasa layanan profesional yang

membutuhkan keahlian tertentu diberbagai

bidang keilmuan yang mengutamakan adanya

olah pikir (brainware). Jasa Lainnya adalah jasa

yang membutuhkan kemampuan tertentu yang

mengutamakan keterampilan (skillware) dalam

suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas

di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau

penyediaan jasa selain jasa konsultasi,

pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan

pengadaan barang sebagaimana dinyatakan

dalam Pasal 1 angka 16 dan angka 17.

Pengguna barang/jasa adalah pejabat pemegang

kewenangan penggunaan barang dan/atau jasa

milik negara/daerah di masing-masing K/L/D/I.

Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau

orang perseorangan yang menyediakan

barang/pekerjaan konstruksi/ jasa

konsultansi/jasa lainnya. Pejabat pembuat

komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah

pejabat yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Pejabat

pengadaan adalah personil yang memiliki

sertifikat keahlian pengadaan barang/Jasa yang

melaksanakan pengadaan barang/jasa. penyedia

barang/Jasa adalah badan usaha atau orang

perseorangan yang menyediakan

barang/pekerjaan konstruksi/ jasa

konsultansi/jasa lainnya.

Kontrak pengadaan barang/jasa yang

selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian

tertulis antara PPK dengan penyedia

barang/Jasa atau pelaksana swakelola. Kontrak

ini terejadi karena adanya penawaran yang

dilakukan pengguna barang. Penawaran

pengadaan barang dilakukan secara terbuka dan

transparan dengan menggunakan cara

pelelangan secara terbuka. Prinsip-Prinsip

pengadaan barang/jasa sebagaimana dinyatakan

dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 54

Tahun 2010 menerapkan prinsip-prinsip

sebagai berikut: a. efisien, b. efektif, c.

transparan dan d. terbuka.

Dalam pengadaan barang pemerintah

dilakukan sesuai dengan tahapan, seperti tahap

persiapan dalam pengadaan dengan melakukan

perencanaan pengadaan, pembentukan penitia

pengadaan, penetapan sistem pengadaan,

penyusunan jadwal pelaksanaan, penyusunan

harga perhitungan sendiri (HPS) dan

penyusunan dokumen pengadaan. Penetapan

sistem pengadaan barang dilakukan atau

dilaksanakan dengan mempertimbangkan jenis,

Page 9: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

sifat dan nilai barang serta kondisi lokasi,

kepentingan, dan jumlah penyedia barang yang

ada. Dalam menetapkan sistem pengadaan

barang, pengguna barang bersama dengan

panitia/pejabat pengadaan terlebih dahulu

menetapkan metode pemilihan penyedia barang,

metode penyampaian dokumen penawaran,

metode evaluasi penawaran dan jenis kontrak

yang dipergunakan dalam pengadaan barang

yang bersangkutan.

Penawaran pada prinsipnya merupakan

pernyataan kehendak, dan karenanya harus

dinyatakan/diutarakan, dapat dilakukan secara

lisan, tulis dan melalui media elektronika.

Penawaran merupakan suatu usul yang

ditujukan kepada pihak lain untuk menutup

perjanjian, di mana usul tersebut telah

ditetapkan sedemikian rupa sehingga

penerimaan pihak lain segera akan melahirkan

perjanjian. Penawaran merupakan pernyataan

kehendak yang mengandung maksud untuk

mendapatkan penerimaan. Pernyataan kehendak

yang dibuat oleh kedua belah pihak bisa

melahirkan perjanjian. Oleh sebab itu,suatu

perjanjian dikatakan lahir karena tawaran dan

permintaan.31Pertemuan kehendak karena

penawaran dan permintaan tersebut merupakan

kesepakatan yang melahirkan adanya

perjanjian.Artinya apabila penawaran dan

penerimaan terjadi kehendak adanya

kesepakatan, maka perjanjian itu lahir. Prinsip

konsensualisme lahir dalam kontrak pengadaan

barang pemerintah, di samping prinsip

transparansi dan kepercayaan yang terdapat

dalam proses penawaran dan penerimaan dalam

pengadaan barang pemerintah.

Kontrak merupakan hasil dari

penawaran dan penerimaan, yang dilakukan

dengan kehendak bebas yang mencerminkan

prinsip kebebasan berkontrak. Dengan

menerima tawaran, sebuah norma menjadi

abash secara hukum dan mengatur prilaku

timbal balik dari pihak-pihak yang mengadakan

kontrak pengadaan barang pemerintah. Apabila

kontrak tersebut ditandatangani, atau telah

disepakati oleh para pihak, maka kontrak

tersebut sah dan berlaku sebagai undang-

undang bagi para pihak, mencerminkan prinsip

kekuatan mengikat dan kepastian hukum. Di

sisi lain, kewajiban dan hak para pihak wajib

31Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum

dan Negara, terjemahan RaisulMuttaqin, Nusamedia

dan Nusanba, Bandung, 2006, h. 202.

dilaksanakan sesuai dengan prinsip

keseimbangan para pihak sesuai dengan sepakat

yang dikehendakinya. Dengan demikian, yang

namanya kesepakatan sebenarnya terdiri dari

penawaran dn penerimaan (akseptasi).

Kontrak pengadaan barang/jasa yang

selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian

tertulis antara PPK dengan penyedia

barang/Jasa atau pelaksana swakelola. PPK

merupakan pejabat pembuat komitmen yang

mewakili pengguna barang pemerintah,

sedangkan penyedia barang merupakan badan

usaha, baik badan hukum atau bukan, atau

perorangan yang menyediakan barang

pemerintah.

Penyedia barang dalam pelaksanaan

pengadaan barang wajib memenuhi persyaratan

sebagai berikut: a. memenuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan untuk

menjalankan kegiatan/usaha; b. memiliki

keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan

manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa; c.

memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan

sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun

waktu 4 (empat) tahun terakhir baik

dilingkungan pemerintah maupun swasta,

termasuk pengalaman subkontrak; d. ketentuan

sebagaimana dimaksud pada huruf c.

dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang

baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun; e.

memiliki sumber daya manusia, modal,

peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan

dalam Pengadaan Barang/Jasa; f. dalam hal

Penyedia Barang/Jasa akan melakukan

kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus

mempunyai perjanjian kerja sama

operasi/kemitraan yang memuat persentase

kemitraan dan perusahaan yang mewakili

kemitraan tersebut; g. memiliki kemampuan

pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha

Mikro, Usaha Kecil dan koperasi kecil serta

kemampuan pada sub bidang pekerjaan yang

sesuai untuk usaha non kecil; h. memiliki

Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non kecil,

kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa

Konsultansi; i. khusus untuk Pengadaan

Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus

memperhitungkan Sisa Kemampuan

Paket(SKP); j. tidak dalam pengawasan

pengadilan, tidak pailit, kegiatanusahanya tidak

sedang dihentikan dan/atau direksi yang

bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak

sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang

dibuktikan dengan surat pernyataan yang

Page 10: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

ditandatangani penyedia barang; k. sebagai

wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi

kewajiban perpajakantahun terakhir (SPT

Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh

Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi),PPh

Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha

KenaPajak) paling kurang 3 (tiga) bulan

terakhir dalam tahun berjalan . l. secara hukum

mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri

pada kontrak; m. tidak masuk dalam Daftar

Hitam; n. memiliki alamat tetap dan jelas serta

dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan o.

menandatangani pakta integritas. Persyaratan,

dikecualikan bagi penyedia barang orang

perorangan. Pegawai K/L/D/I dilarang menjadi

penyedia barang, kecuali yang bersangkutan

mengambil cuti diluar tanggungan K/L/D/I.

Penyedia barang yang keikut sertaannya

menimbulkan pertentangan kepentingan

dilarang menjadi penyedia barang.

Pengadaan barang pemerintah

dilakukan dengan cara tawar menawar melalui

pelelangan. Sebelum dilakukan pelelangan

pengadaan barang dilakukan persiapan terlebih

dahulu, yaitu persiapan pengadaan barang

pemerintah. Persiapan dimulai dengan

mengadakan perencanaan pengadaan barang.

Dalam Pasal 12 Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010, Pengguna Anggaran (disingkat

PA) menyusun rencana umum pengadaan

barang sesuai dengan kebutuhan pada K/L/D/I

masing-masing, Rencana umum pengadaan

barang sebagaimana dimaksud meliputi: a.

kegiatan dan anggaran pengadaan barang yang

akan dibiayai oleh K/L/D/I sendiri; dan/atau b.

kegiatan dan anggaran pengadaan barang yang

akan dibiayai berdasarkan kerja sama antar

K/L/D/I secara pembiayaan bersama (co-

financing), sepanjang diperlukan. Rencana

umum pengadaan barang meliputi kegiatan

sebagai berikut: a. mengindentifikasi

kebutuhan barang yang diperlukan K/L/D/I; b.

menyusun dan menetapkan rencana

penganggaran untuk pengadaan barang dan

c.menetapkan kebijakan umum tentang: 1)

pemaketan pekerjaan; 2) cara pengadaan

barang; dan 3) pengorganisasian pengadaan

barang/; d. menyusun Kerangka Acuan Kerja

(KAK). KAK sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) huruf d paling sedikit memuat: a. uraian

kegiatan yang akan dilaksanakan; b. waktu

pelaksanaan yang diperlukan; c. spesifikasi

teknis barang yang akan diadakan; dan d.

besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.

Pengguna anggaran (PA) memiliki

tugas dan kewenangan sebagai berikut: a.

menetapkan Rencana Umum Pengadaan; b.

mengumumkan secara luas rencana umum

pengadaan paling kurang diwebsite K/L/D/I; c.

menetapkan PPK; d. mene-tapkan pejabat

pengadaan; e. menetapkan panitia/pejabat

penerima hasil pekerjaan;f. menetapkan: 1)

pemenang pada pelelangan atau penyedia

padapenunjukan langsung untuk paket

pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa

lainnya dengan nilai diatas

Rp100.000.000.000,00 (seratus milar rupiah)

untuk paket pengadaan jasa konsultansi dengan

nilai diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah). g. mengawasi pelaksanaan

anggaran; h. menyampaikan laporan keuangan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; i. menyelesaikan perselisihan antara

PPK dengan ULP/Pejabat pengadaan, dalam hal

terjadi perbedaan pendapat; dan j. mengawasi

penyimpanan dan pemeliharaan seluruh

dokumen pengadaan barang/jasa. Selain tugas

pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dalam hal diperlukan, PA dapat:

a. menetapkan tim teknis; dan/atau b.

menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan

Pengadaan melalui sayembara/ kontes.

Sesuai Pasal 22 Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010, PA menyusun Rencana

Umum Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan

kebutuhan pada K/L/D/I masing-masing.

Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. kegiatan dan anggaran Pengadaan

Barang/Jasa yang akan dibiayai oleh K/L/D/I

sendiri; dan/atau b. kegiatan dan anggaran

Pengadaan Barang yang akan dibiayai

berdasarkan kerja sama antar K/L/D/I secara

pembiayaan bersama (co-financing), sepanjang

diperlukan. Rencana umum pengadaan

barang/jasa meliputi kegiatan-kegiatan sebagai

berikut: a. mengindentifikasi kebutuhan barang

yang diperlukan K/L/D/I; b. menyusun dan

menetapkan rencana penganggaran untuk

pengadaan barang/jasa; dan c. menetapkan

kebijakan umum tentang:1) pemaketan

pekerjaan; 2) cara pengadaan barang; dan 3)

memuat: a. uraian kegiatan yang akan

dilaksanakan; b. waktu pelaksanaan yang

diperlukan; c. spesifikasi teknis barang yang

akan diadakan; dan d. besarnya total perkiraan

biaya pekerjaan.

Page 11: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

Penyusunan rencana umum pengadaan

barang/jasa pada K/L/D/I untuk Tahun

Anggaran berikutnya atau Tahun Anggaran

yang akan datang, harus diselesaikan pada

Tahun Anggaran yang berjalan. K/L/D/I

menyediakan biaya untuk pelaksanaan

pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dibiayai

dari APBN/APBD, yang meliputi: a.

honorarium personil organisasi Pengadaan

Barang/Jasatermasuk tim teknis, tim pendukung

dan staf proyek; b. biaya pengumuman

Pengadaan Barang/Jasa termasuk

biaya pengumuman ulang; c. biaya

penggandaan Dokumen Pengadaan

Barang/Jasa;

dan d. biaya lainnya yang diperlukan untuk

mendukung pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa. K/L/D/I menyediakan biaya untuk

pelaksanaan pemilihanPenyedia Barang/Jasa

yang pengadaannya akan dilakukan pada Tahun

Anggaran berikutnya. (SBU) terkait honorarium

bagi personil organisasi pengadaan, sebagai

masukan/pertimbangan dalam penetapan SBU

oleh Menteri Keuangan/Kepala Daerah.

PA melakukan pemaketan barang

dalam rencana umum pengadaan barang

kegiatan dan anggaran K/L/D/I. Pemaketan

dilakukan dengan menetapkan sebanyak-

banyaknya paket usaha untuk usaha mikro dan

usaha kecil serta koperasikecil tanpa

mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan

sehat,kesatuan sistem dan kualitas kemampuan

teknis. Dalam melakukan pemaketan barang,

PA dilarang : a. menyatukan atau memusatkan

beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa

lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan

tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di

beberapa lokasi/daerah masing-masing; b.

menyatukan beberapa paket pengadaan yang

menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa

dipisahkan dan/atau besaran nilainya

seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro dan

Usaha Kecil serta koperasi kecil; c. memecah

Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa

paketdengan maksud menghindari pelelangan;

dan/atau d. menentukan kriteria, persyaratan

atau prosedur pengadaan yang diskriminatif

dan/atau dengan pertimbangan yang tidak

obyektif.

PA mengumumkan Rencana Umum

Pengadaan Barang/Jasa di masing-masing

K/L/D/I secara terbuka kepada masyarakat luas

setelah rencana kerja dan anggaran K/L/D/I

disetujui oleh DPR/DPRD. Pengumuman,

paling kurang berisi: a. nama dan alamat

Pengguna Anggaran; b. paket pekerjaan yang

akan dilaksanakan; c. lokasi pekerjaan; dan d.

perkiraan besaran biaya. Pengumuman

dilakukan dalam website K/L/D/I masing-

masing dan papan pengumumanresmi untuk

masyarakat serta Portal Pengadaan Nasional

melalui LPSE. K/L/D/I dapat mengumumkan

rencana pelaksanaan pengadaan barang yang

kontraknya akan dilaksanakan pada tahun

anggaran berikutnya/yang akan datang.

Persiapan pemilihan penyedia barang

terdiri atas kegiatan: a. perencanaan pemilihan

penyedia; b. pemilihan sistem pengadaan; c.

penetapan metode penilaian kualifikasi; d.

penyusunan jadwal pemilihan penyedia barang;

e. penyusunan dokumen pengadaan barang; dan

f. penetapan HPS. Perencanaan pemilihan

penyedia barang terdiri atas kegiatan: a.

pengkajian ulang paket pekerjaan; dan b.

pengkajian ulang jadwal kegiatan pengadaan.

Perencanaan pemilihan penyedia barang, dapat

dilakukan oleh: a. PPK; dan/atau b.

ULP/Pejabat Pengadaan. Perencanaan

pemilihan penyedia barang dilakukan dengan: a.

menyesuaikan dengan kondisi nyata di

lokasi/lapangan pada saat akan melaksanakan

pemilihan penyedia barang; b.

mempertimbangkan kepentingan masyarakat; c.

mempertimbangkan jenis, sifat dan nilai barang

serta jumlah penyedia barang yang ada; dan d.

memperhatikan ketentuan tentang pemaketan.

Apabila terjadi perubahan paket pekerjaan

maka: a. PPK mengusulkan perubahan paket

pekerjaan kepada PA/KPA untuk ditetapkan;

atau b. ULP/Pejabat Pengadaan mengusulkan

perubahan paket pekerjaan melalui PPK untuk

ditetapkan oleh PA/KPA.

Pemilihan sistem pengadaan barang

dengan melalui penetapan metode pemilihan

penyedia barang. ULP/Pejabat pengadaan

menyusun dan menetapkan metode pemilihan

penyedia barang. Pemilihan penyedia barang

dilakukan dengan: a. pelelangan yang terdiri

atas pelelangan umum dan pelelangan

sederhana; b. penunjukan langsung; c.

pengadaan langsung; atau d. kontes/sayembara.

Pemilihan penyedia barang pada prinsipnya

dilakukan melalui metode pelelangan umum

dengan pasca kualifikasi. Pemilihan penyedia

barang melalui metode pelelangan umum

diumumkan paling kurang di website K/L/D/I,

dan papan pengumuman resmi untuk

Masyarakat serta Portal Pengadaan Nasional

Page 12: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan

dunia usaha yang berminat dan memenuhi

kualifikasi dapat mengikutinya. Dalam

pelelangan umum tidak ada negosiasi teknis dan

harga.

Dalam Pasal 37 Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 datur tentang pengadaan

pekerjaan yang tidak kompleks dan bernilai

paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) dapat dilakukan dengan: a. pelelangan

sederhana untuk pengadaan barang/jasa lainnya;

atau b. pemilihan langsung untuk pengadaan

pekerjaan konstruksi. pelelangan sederhana atau

pemilihan langsung dilakukan melalui proses

pascakualifikasi. Pelelangan sderhana atau

pemilihan langsung diumumkan sekurang-

kurangnya diwebsite K/L/D/I, dan papan

pengumuman resmi untuk masyarakat serta

Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE,

sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang

berminat dan memenuhi kualifikasi dapat

mengikutinya. Dalam pelelangan sederhana atau

pemilihan langsung tidak ada negosiasi teknis

dan harga.

Dalam Pasal 47 Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 diatur tentang metode

penyampaian dokumen. ULP/Pejabat

Pengadaan menyusun dan menetapkan metode

pemasukan dokumen penawaran. Metode

pemasukan dokumen penawaran terdiri atas: a.

metode satu sampul; b. metode dua sampul;

atau c. metode dua tahap. Metode satu sampul

digunakan untuk pengadaan barang/jasayang

sederhana dan memiliki karakteristik sebagai

berikut: a. pengadaan barang yang standar

harganya telahditetapkan pemerintah; b.

pengadaan jasa konsultansi dengan KAK yang

sederhana;atau c. pengadaan barang/pekerjaan

konstruksi/Jasa lainnya yang spesifikasi teknis

atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas

dalam dokumen pengadaaan. Metode satu

sampul digunakan dalam penunjukan

langsung/pengadaan

langsung/kontes/sayembara. Metode dua

sampul digunakan untuk: a. pengadaan

Barang/Jasa Lainnya yang menggunakan

evaluasi sistem nilai atau sistem biaya selama

umur ekonomis. b. pengadaan jasa konsultansi

yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)

dibutuhkan penilaian yang terpisah antara

persyaratan teknis dengan harga penawaran,

agar penilaian harga tidak mempengaruhi

penilaian teknis; atau 2) pekerjaan bersifat

kompleks sehingga diperlukan evaluasi teknis

yang lebih mendalam. Metode dua tahap

digunakan untuk pengadaan barang/ pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya yang memiliki

karakteristik : a. pekerjaan bersifat kompleks;

b. memenuhi kriteria kinerja tertentu dari

keseluruhan sistem, termasuk pertimbangan

pengoperasian dan pemeliharan peralatannya;

dan/atau c. mempunyai beberapa desain

penerapan teknologi yang berbeda.

Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor

54 Tahun 2010 mengatur tentang penetapan

metode evaluasi pengadaan barang pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya. Metode evaluasi

penawaran dalam pemilihan Penyedia

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya

terdiri atas: a. sistem gugur; b. sistem nilai; dan

c. sistem penilaian biaya selama umur

ekonomis. Metode evaluasi penawaran untuk

Pengadaan Barang/PekerjaanKonstruksi/Jasa

Lainnya pada prinsipnya menggunakan

penilaian sistem gugur. Pengadaan

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya

yang bersifat kompleks, dapat menggunakan

metode evaluasi sistem nilai atau metode

evaluasi penilaian biaya selama umur ekonomis.

Sistem nilai dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut: a. besaran bobot biaya antara

70% (tujuh puluh perseratus) sampai dengan

90% (sembilan puluh perseratus) dari total

bobot keseluruhan; b. unsur yang dinilai harus

bersifat kuantitatif atau yang dapat

dikuantifikasikan; dan c. tata cara dan kriteria

penilaian harus dicantumkan dengan jelas dan

rinci dalam Dokumen Pengadaan. Dalam

melakukan evaluasi ULP/Pejabat Pengadaan

dilarang mengubah, menambah dan/atau

mengurangi kriteria serta tata cara evaluasi

setelah batas akhir pemasukan Dokumen

Penawaran.

Penetapan jenis kontrak pengadaan

barang pemerintah diatur dalam Pasal 50

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.

ULP/Pejabat Pengadaan menetapkan jenis

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa. Kontrak

Pengadaan Barang/Jasa meliputi : a. Kontrak

berdasarkan cara pembayaran; b. Kontrak

berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran; c.

Kontrak berdasarkan sumber pendanaan; dan d.

Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan. Kontrak

Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan cara

pembayaran terdiri atas: a. Kontrak Lump Sum;

b. Kontrak Harga Satuan; c. Kontrak gabungan

Lump Sum dan Harga Satuan; d. Kontrak

Persentase; dan e. Kontrak Terima Jadi

Page 13: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

(Turnkey). Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran

terdiri atas: a. Kontrak Tahun Tunggal; dan b.

Kontrak Tahun Jamak. Kontrak Pengadaan

Barang/Jasa berdasarkan sumber pendanaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c

terdiri atas: a. Kontrak Pengadaan Tunggal; b.

Kontrak Pengadaan Bersama; dan c. Kontrak

Payung (Framework Contract). Kontrak

Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan jenis

pekerjaan terdiri atas: a. Kontrak Pengadaan

Pekerjaan Tunggal; dan b. Kontrak Pengadaan

Pekerjaan Terintegrasi.

Kontrak Lump Sum merupakan

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas

waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam

Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: a.

jumlah harga pasti dan tetap serta tidak

dimungkinkan penyesuaian harga; b. semua

risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia

Barang/Jasa; c. pembayaran didasarkan pada

tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai

dengan isi Kontrak; d. sifat pekerjaan

berorientasi kepada keluaran (output based); e.

total harga penawaran bersifat mengikat; dan f.

tidak diperbolehkan adanya pekerjaan

tambah/kurang.

Kontrak Harga Satuan merupakan

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas

waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan

sebagai berikut: a. harga satuan pasti dan tetap

untuk setiap satuan atauunsur pekerjaan dengan

spesifikasi teknis tertentu; b. volume atau

kuantitas pekerjaannya masih bersifatperkiraan

pada saat Kontrak ditandatangani; c.

pembayarannya didasarkan pada hasil

pengukuran bersama atas volume pekerjaan

yang benar-benar telah dilaksanakan oleh

Penyedia Barang/Jasa; dan d. dimungkinkan

adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan

hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang

diperlukan.

Kontrak gabungan Lump Sum dan

Harga Satuan adalah Kontrak yang merupakan

gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam1

(satu) pekerjaan yang diperjanjikan. Kontrak

Persentase merupakan Kontrak Pengadaan Jasa

Konsultansi/Jasa Lainnya, dengan ketentuan

sebagai berikut: a. Penyedia Jasa

Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan

berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan

tertentu; dan b. pembayarannya didasarkan

pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan

sesuai dengan isiKontrak.

Kontrak Terima Jadi (Turnkey)

merupakan Kontrak Pengadaan

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas

waktu tertentu dengan ketentuan sebagai

berikut: a. jumlah harga pasti dan tetap sampai

seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; dan b.

pembayaran dilakukan berdasarkan hasil

penilaian bersama yang menunjukkan bahwa

pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan

kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

Kontrak Tahun Tunggal merupakan Kontrak

yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana

anggaran selama masa 1 (satu)Tahun Anggaran.

Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak yang

pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari

1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran,

yang dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan : a. Menteri Keuangan untuk

kegiatan yang nilainya diatas

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

b. Menteri/Pimpinan Lembaga yang

bersangkutan untuk kegiatan yang nilai

kontraknya sampai dengan

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

bagi kegiatan: penanaman benih/bibit,

penghijauan, pelayanan perintis laut/udara,

makanan dan obat di rumah sakit, makanan

untuk nara pidana di Lembaga Pemasyarakatan,

pengadaan pita cukai, layanan pembuangan

sampah danpengadaan jasa cleaning service.

Kontrak Tahun Jamak pada pemerintah daerah

disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kontrak Pengadaan Tunggal merupakan

Kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK dengan

1 (satu) Penyedia Barang/Jasa tertentu untuk

menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu

tertentu. Kontrak Pengadaan Bersama

merupakan Kontrak antara beberapa PPK

dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa untuk

menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu,

sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK

yang menandatangani kontrak.

Kontrak Payung (Framework Contract)

merupakan Kontrak Harga Satuan antara

Pemerintah dengan Penyedia Barang/Jasa yang

dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I, dengan

ketentuan sebagai berikut: a. diadakan untuk

menjamin harga Barang/Jasa yang lebih efisien,

ketersediaan Barang/Jasa terjamin dan sifatnya

dibutuhkan secara berulang dengan volume atau

Page 14: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

kuantitas pekerjaan yang belum dapat

ditentukan pada saat Kontrak ditandatangani;

dan b. pembayarannya dilakukan oleh setiap

PPK/Satuan Kerja yang didasarkan pada hasil

penilaian/pengukuran bersama terhadap

volume/kuantitas pekerjaan yang telah

dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa secara

nyata. Pembebanan anggaran untuk Kontrak

Pengadaan Bersama, diatur dalam kesepakatan

pendanaan bersama.

Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal

merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan

perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan.

Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi

merupakan Kontrak Pengadaan Pekerjaan

Konstruksi yang bersifat kompleks dengan

menggabungkan kegiatan perencanaan,

pelaksanaan dan/atau pengawasan.

Pasal 56 Peraturan Pemerintah Nomor

54 Tahun 2010 mengatur tentang kualifikasi.

Kualifikasi merupakan proses penilaian

kompetensi dan kemampuan usaha serta

pemenuhan persyaratan tertentulainnya dari

Penyedia Barang/Jasa. Kualifikasi dapat

dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu

prakualifikasi atau pasca-kualifikasi.

Prakualifikasi merupakan proses penilaian

kualifikasi yangdilakukan sebelum pemasukan

penawaran. Prakualifikasi dilaksanakan untuk

Pengadaan sebagai berikut: a. pemilihan

Penyedia Jasa Konsultansi; b. pemilihan

Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa

Lainnya yang bersifat kompleks melalui

Pelelangan Umum; atau c. pemilihan Penyedia

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya

yang menggunakan Metode Penunjukan

Langsung, kecuali untuk penanganan darurat.

Proses penilaian kualifikasi untuk Penunjukan

Langsung dalampenanganan darurat dilakukan

bersamaan dengan pemasukan Dokumen

Penawaran.

Proses prakualifikasi menghasilkan: a.

daftar calon Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya; atau b. daftar pendek

calon Penyedia Jasa Konsultansi. Dalam proses

prakualifikasi, ULP/Pejabat Pengadaan segera

membuka dan mengevaluasi Dokumen

Kualifikasi paling lama 2(dua) hari kerja setelah

diterima. Pascakualifikasi merupakan proses

penilaian kualifikasi yang dilakukan setelah

pemasukan penawaran.

Pascakualifikasi dilaksanakan untuk

Pengadaan sebagai berikut: a. Pelelangan

Umum, kecuali Pelelangan Umum untuk

Pekerjaan Kompleks; b. Pelelangan

Sederhana/Pemilihan Langsung; dan c.

Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Perorangan. ULP/Pejabat Pengadaan dilarang

menambah persyaratan kualifikasi yang

bertujuan diskriminatif serta diluar yang telah

ditetapkan dalam ketentuan Peraturan Presiden

ini. ULP/Pejabat Pengadaan wajib

menyederhanakan proses kualifikasi dengan

ketentuan: a. meminta Penyedia Barang/Jasa

mengisi formulirkualifikasi; dan tidak

meminta seluruh dokumen yang disyaratkan

kecuali pada tahap pembuktian kualifikasi.

Penilaian kualifikasi dilakukan dengan metode:

a. Sistem Gugur, untuk Pengadaan

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya; b.

Sistem nilai untuk Pengadaan Jasa Konsultansi.

Pasal 57 mengatur mengenai tahapan

pemilihan penyedia barang. Pemilihan Penyedia

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya

dengan metode Pelelangan Umum meliputi

tahapan sebagai berikut: a. Pelelangan Umum

untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya

dengan prakualifikasi, metode dua sampul yang

meliputi kegiatan: 1) pengumuman

prakualifikasi; 2) pendaftaran dan pengambilan

Dokumen Kualifikasi; 3) pemasukan dan

evaluasi Dokumen Kualifikasi; 4) pem-buktian

kualifikasi dan pembuatan Berita Acara

Pembuktian Kualifikasi; 5) penetapan hasil

kualifikasi; 6) pengumuman hasil kualifikasi; 7)

sanggahan kualifikasi; 8) undangan; 9)

pengambilan Dokumen Pemilihan; 10)

pemberian penjelasan; 11) pemasukan

Dokumen Penawaran; 12) pembukaan

Dokumen Penawaran sampul; 13) evaluasi

Dokumen Penawaran sampul; 14)

pemberitahuan/pengumuman peserta yang lulus

evaluasi sampul ; 15) pembukaan Dokumen

Penawaran sampul; 16) evaluasi Dokumen

Penawaran sampul; 17) pembuatan Berita Acara

Hasil Pelelangan; 18) penetapan pemenang; 19)

pengumuman pemenang; 20) sanggahan; 21)

sanggahan banding (apabila diperlukan); dan

22) penunjukan Penyedia Barang/Jasa.

Pelelangan Umum untuk pemilihan

Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa

Lainnya dengan prakualifikasi atau Pelelangan

Terbatas untuk pemilihan Penyedia Pekerjaan

Konstruksi, metode dua tahap yang meliputi

kegiatan: 1)pengumuman prakualifikasi;

2)pendaftaran dan pengambilan Dokumen

Kualifikasi; 3) pemasukan dan evaluasi

Page 15: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

Dokumen Kualifikasi; 4)pembuktian

kualifikasi; 5)penetapan hasil kualifikasi;

6)pengumuman hasil kualifikasi; 7)sanggahan

kualifikasi; 8)undangan; 9)pengambilan

Dokumen Pemilihan; 10)pemberian penjelasan;

11)pemasukan Dokumen Penawaran tahap I ;

12)pembukaan Dokumen Penawaran tahap I

;13)evaluasi Dokumen Penawaran tahap I ;

14)penetapan peserta yang lulus evaluasi tahap I

; 15)pemberitahuan/pengumuman peserta yang

lulusevaluasi tahap I ; 16) pemasukan Dokumen

Penawaran tahap II ; 17)pembukaan Dokumen

Penawaran tahap II ; 18)evaluasi Dokumen

Penawaran tahap II; 19) pembuatan Berita

Acara Hasil Pelelangan; 20) penetapan

pemenang; 21)pengumuman pemenang; 22)

sanggahan; 23) sanggahan banding (apabila

diperlukan); dan 24) penunjukan Penyedia

Barang/Jasa.

Pelelangan Umum untuk pemilihan

Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa

Lainnya dengan pasca kualifikasi yang meliputi

kegiatan: 1) pengumuman; 2) pendaftaran dan

pengambilan Dokumen Pengadaan; 3)

pemberian penjelasan; 4)pemasukan Dokumen

Penawaran; 5) pembukaan Dokumen

Penawaran;6) evaluasi penawaran; 7) evaluasi

kualifikasi; 8) pembuktian kualifikasi; 9)

pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan; 10)

penetapan pemenang; 11) pengumuman

pemenang; 12) sanggahan; 13) sanggahan

banding (apabila diper-lukan); dan 14)

penunjukan Penyedia Barang/Jasa.

Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Lainnya dengan metode Pelelangan Sederhana

atau Pemilihan Langsung untuk Pekerjaan

Konstruksi, meliputi tahapan sebagai berikut: a.

pengumuman; b. pendaftaran dan pengambilan

Dokumen Pengadaan; c. pemberian penjelasan;

d. pemasukan Dokumen Penawaran; e.

pembukaan Dokumen Penawaran; f. evaluasi

penawaran; g. evaluasi kualifikasi; h.

pembuktian kualifikasi; i. pembuatan Berita

Acara Hasil Pelelangan; j. penetapan pemenang;

k. pengumuman pemenang; l. sanggahan; m.

sanggahan banding (apabila diperlukan); dan n.

penunjukan Penyedia Barang/Jasa.

Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya untuk penanganan

darurat dengan metode PenunjukanLangsung,

meliputi tahapan sebagai berikut: a. PPK dapat

menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja

(SPMK) kepada: 1) Penyedia terdekat yang

sedang melaksanakan pekerjaan sejenis; atau 2)

Penyedia lain yang dinilai mampu dan

memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan

pekerjaan tersebut, bila tidak ada Penyedia..

Proses dan administrasi Penunjukan

Langsung dilakukan secara simultan, sebagai

berikut : 1) opname pekerjaan di lapangan; 2)

penetapan jenis, spesifikasi teknis dan volume

pekerjaan, serta waktu penyelesaian pekerjaan;

3) penyusunan Dokumen Pengadaan; 4)

penyusunan dan penetapan HPS; ) penyampaian

Dokumen Pengadaan kepada Penyedia

Barang/Pekerjaan Konstruksi/JasaLainnya; 6)

penyampaian Dokumen Penawaran; 7)

pembukaan Dokumen Penawaran; 8) klarifikasi

dan negosiasi teknis serta harga; 9) penyusunan

Berita Acara Hasil Penunjukan Langsung; 10)

penetapan Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya; 11) pengumuman

Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa

Lainnya; dan 12) Penunjukan Penyedia

Barang/Jasa.

Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya untuk bukan

penanganan darurat dengan Metode Penunjukan

Langsung meliputi tahapan sebagai berikut: a.

undangan kepada peserta terpilih dilampiri

Dokumen Pengadaan; b. pemasukan Dokumen

Kualifikasi; c. evaluasi kualifikasi; d.

pemberian penjelasan;e. pemasukan Dokumen

Penawaran; f. evaluasi penawaran serta

klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga; g.

penetapan pemenang; h. pengumuman

pemenang; dan i. penunjukan Penyedia

Barang/Jasa.

Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya dengan metode

Pengadaan Langsung meliputi paling kurang

tahapan sebagai berikut: a. survei harga pasar

dengan cara membandingkan minimal dari 2

(dua) Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/JasaLainnya yang berbeda; b.

membandingkan harga penawaran dengan HPS;

dan c. klarifikasi teknis dan negosiasi

harga/biaya.

Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Lainnya dengan metode Kontes/Sayembara

meliputi paling kurang tahapan sebagaiberikut:

a. pengumuman; b. pendaftaran dan

pengambilan Dokumen Kontes/ Sayembara; c.

pemberian penjelasan; d. pemasukan proposal;

e. pembukaan proposal; f. pemeriksaan

administrasi dan penilaian proposal teknis;g.

pembuatan Berita Acara Hasil

Kontes/Sayembara; h. penetapan pemenang; i.

Page 16: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

pengumuman pemenang; dan j. penunjukan

pemenang.

ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dan

menetapkan jadwal pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa.Penyusunan jadwal pelaksanaan

Pengadaan harus memberikan alokasi waktu

yang cukup untuk semua tahapan proses

Pengadaan, termasuk waktu untuk: a.

pengumuman Pelelangan/Seleksi; b.

pendaftaran dan pengambilan Dokumen

Kualifikasi atau Dokumen Pengadaan; c.

pemberian penjelasan; d. pemasukan Dokumen

Penawaran; e. evaluasi penawaran; f. penetapan

pemenang; dan g. sanggahan dan sanggahan

banding.

Pelelangan Umum dengan

prakualifikasi, Pelelangan Terbatas atau Seleksi

Umum dilakukan dengan ketetapan waktu

sebagai berikut: a. penayangan pengumuman

prakualifikasi paling kurang 7(tujuh) hari kerja;

b. pendaftaran dan pengambilan Dokumen

Kualifikasi dimulai sejak tanggal pengumuman

sampai dengan 1(satu) hari kerja sebelum batas

akhir pemasukan Dokumen Kualifikasi; c.

batas akhir pemasukan Dokumen Kualifikasi

paling kurang 3 (tiga) hari kerja setelah

berakhirnya penayangan pengumuman

kualifikasi; d. masa sanggah terhadap hasil

kualifikasi dilakukan selama5 (lima) hari kerja

setelah pengumuman hasil kualifikasi dan tidak

ada sanggahan banding; e. undangan

lelang/seleksi kepada peserta yang lulus

kualifikasi disampaikan 1 (satu) hari kerja

setelah selesainya masalah sanggah; f.

pengambilan Dokumen Pemilihan dilakukan

sejak dikeluarkannya undangan lelang/seleksi

sampai dengan 1(satu) hari kerja sebelum batas

akhir pemasukan Dokumen Penawaran; g.

pemberian penjelasan dilaksanakan paling cepat

4(empat) hari kerja sejak tanggal undangan

lelang/seleksi; h. pemasukan Dokumen

Penawaran dimulai 1 (satu) hari kerja setelah

pemberian penjelasan sampai dengan

palingkurang 7 (tujuh) hari kerja setelah

ditandatanganinyaBerita Acara Pemberian

Penjelasan; i. masa sanggah terhadap hasil

lelang/seleksi selama 5(lima) hari kerja setelah

pengumuman hasil lelang/seleksi dan masa

sanggah banding selama 5 (lima) hari kerja

setelah menerima jawaban sanggahan; j. Surat

Penunjukan Penyedia barang/ jasa (SPPBJ)

diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja

setelah pengumuman penetapan pemenang

lelang/seleksi apabila tidak ada sanggahan, atau

setelah sanggahan dijawab dalam hal tidak ada

sanggahan banding;

PPK menyempurnakan rancangan

Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa untuk

ditandatangani. Penandatanganan Kontrak

Pengadaan Barang/Jasa dilakukan setelah

DIPA/DPA disahkan. Para pihak

menandatangani Kontrak setelah Penyedia

Barang/ Jasa menyerahkan Jaminan

Pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari

kerja terhitung sejak diterbitkannya SPPBJ.

Penandatanganan Kontrak Pengadaan barang/

jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)

dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli

hukum kontrak.

Pihak yang berwenang menandatangani

Kontrak PengadaanBarang/Jasa atas nama

Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang

disebutkan namanya dalam Akta

Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia

Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Pihak

lain yang bukan Direksi atau yang namanya

tidak disebutkan dalam Akta

Pendirian/Anggaran Dasar dapat

menandatangani Kontrak Pengadaan

Barang/Jasa, sepanjang mendapat

kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari

Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta

Pendirian/Anggaran Dasar untuk

menandatangani Kontrak Pengadaan

Barang/Jasa.

AKIBAT WANPRESTASI BAGI

PENYEDIA BARANG DALAM

PELAKSANAAN KONTRAK

PENGADAAN BARANG PEMERINTAH

Sebab-sebab Wanprestasi Dalam Pengadaan

Barang Pemerintah

Sesuai ketentuan Pasal 1234 KUH

Perdata dinyatakan bahwa “tiap-tiap perikatan

adalah untuk memberikan sesuatu, untuk

berbuat sesuatu, dan untuk tidak berbuat

sesatu”. Kontrak pengadaan barang pemerintah

merupakan perjanjian.Suatu perjanjian adalah

suatu peristiwa di mana seorang berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa itu,

timbulah suatu hubungan antara dua orang

tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian

itu menerbitkan suatu perikatan antara dua

Page 17: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

orang yang membuatnya. Perikatan merupakan

suatu perhubungan hukum antara dua orang

atau lebih, berdasarkan mana pihak yang satu

berhak menuntut sesuatu hak dari pihak yang

lain, dan pihak yang lain, dan pihak yang lain

berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.

Dengan demikian, hubungan antara perikatan

dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu

menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah

sumber perikatan, sebagai dinyatakan oleh Pasal

1233 KUH Perdata bahwa “tiap-tiap perikatan

dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena

undang-undang”.

Perikatan juga dinamakan persetujuan.

Perikatan adalah persetujuan, karena dua kata

tersebut mempunyai arti yang sama. Perkataan

kontrak menurut R. Subekti, “lebih sempit

karena ditujukan kepada perjanjian atau

persetujuan yang tertulis”.32Kontrak yang dibuat

secara sah, mempunyai kekuatan hukum yang

sah, mempunyai nilai dan mempunyai kekuatan

yang mengikat bagi para pihak yang

membuatnya. Ini merupakan prinsip

konsensualisme yang terdapat dalam kontrak,

dan merupakan landasan hukum yang terdapat

dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata bahwa

setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi para pihak yang

membuatnya. Prinsip yang terdapat dalam pasal

tersebut berlaku secara universal, dan juga

berlaku bagi kontrak pengadaan barang

pemerintah.

Sebagaimana yang dijabarkan dalam

Pasal 1234 KUH Perdata bahwa suatu perikatan

atau perjanjian atau kontrak harus dilaksanakan

dan ditepati pelaksanaannya. Artinya bahwa

kontrak pengadaan barang pemerintah harus

dilaksanakan atau dipenuhi isi kontrak. Inilah

tujuan daripada kontrak pengadaan barang

pemerintah sesuai dengan kehendak yang telah

disetujui oleh para pihak. Pelaksanaan isi

daripada kontrak pengadaan barang pemerintah

bisa dilakukan sendiri oleh para pihak,

dilakukan dengan bantuan orang lain, dan bisa

juga pemenuhan prestasi kontrak pengadaan

barang dilakukan oleh pihak ketiga untuk

kepentingan dan atas nama debitur (penyedia

barang pemerintah). Artinya pihak penyedia

barang pemerintah melaksanakan kewajibannya

memenuhi isi kontrak, yang ukurannya

didasarkan pada prinsip kepatutan atau etikat

baik. Artinya, penyedia barang pemerintah telah

32R. Subekti, Hukum Perjanjian, Op. Cit., h. 1.

melaksanakan kewajibannya menurut yang

sepatutnya, serasi dan selayaknya menurut

semestinya sesuai dengan ketentuan yang telah

disetujui bersama.

Pelaksanaan kontrak pengadaan barang

pemerintah dilaksanakan dengan selayaknya

atau sepatutnya, harus dilihat pada saat

pelaksanaan kontrak. Sejak saat pelaksanaan

kontrak pengadaan barang pemerintah,

tanggung jawab dapat ditagih pada penyedia

barang pemerintah, terutama tentang segala

kekurangan yang merugikan atau kurang

tepatnya waktu pelaksanaan kontrak pengadaan

barang pemerintah, sehingga penyedia barang

pemerintah dapat dianggap telah berbuat tidak

sepatutnya, seperti dirumuskan dalam Pasal

1339 KUH Perdata yang menyatakan bahwa

perjanjian tidak hanya mengikat sesuai dengan

apa yang disebut secara tegas, tapi juga segala

apa yang diharuskan, menurut sifat, kepatutan,

kebiasaan dan undang-undang. Demikian juga

ditegaskan dalam Pasal 1235 KUH Perdata

bahwa perjanjian untuk memberikan sesuatu

meliputi kewajiban menyerahkan, menjaga

keselamatan barang sampai pada saat

penyerahan. Sebab apabila pihak penyedia

barang pemerintah tidak melakukan

pelaksanaan prestasi sebagaimana ditentukan

dalam kontrak pengadaan barang pemerintah,

atau telah lalai, sehingga terlambat dari jadwal

yang ditentukan atau dalam melaksanakan

prestasi tidak menurut sepatutnya atau

selayaknya, maka penyedia barang pemerintah,

dapat dikatakan melakukan wanprestasi.

Wanprestasi berari tidak melaksanakan

ketentuan sebagaimana dalam Pasal 1234 KUH

Perdata bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk

memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu,

atau untuk tidak berbuat sesuatu. M. Yahya

Harahap memberikan pengertian wanprestasi

adalah “pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat

pada waktunya atau dilakukan tidak menurut

selayaknya”.33 Berdasarkan pengertian tersebut,

maka penyedia barang pemerintah disebut dan

berada dalam keadaan wanprestasi, apabila

yang bersangkutan dalam melakukan

pelaksanaan kontrak pengadaan barang

pemerintah telah lalai, sehingga terlambat dari

jadwal waktu yang ditentukan atau dalam

melaksanakan prestasi yang ditentukan dalam

kontrak pengadaan barang pemerintah tidak

menurut sepatutnya atau selayaknya. Artinya

33M. YahyaHarahap, Op. Cit., h. 60.

Page 18: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

bahwa penyedia barang pemerintah, dikatakan

wanprestasi, dalam hal tidak memenuhi prestasi

sama sekali, terlambat dalam memenuhi

prestasi, dan prestasi yang terdapat dalam

kontrak pengadaan barang pemerintah tidak

dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Penyedia barang pemerintah dinyatakan

wanprestasi, apabila dinyatakan lalai

berdasarkan teguran bahwa yang bersangkutan

dalam keadaan lalai, seperti diatur dalam Pasal

1238 KUH Perdata bahwa si berutang adalah

lalai, apabila ia dengan surat perintah atau

dengan sebuah akta sejenis itu dinyatakan lalai

atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini

menetapkan bahwa si berutang akan harus

dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang

ditentukan. Dengan merujuk pada pasal

tersebut, mengenai bentuk pernyataan lalai

dapat berbentuk surat perintah atau akta lain

yang sejenis, berdasarkan kekuatan kontrak

pengadaan barang pemerintah itu sendiri.

Teguran harus dilakukan barulah menyusul

peringatan atau “aanmaning”, atau bisa juga

disebut sommasi. Sommasi berarti peringatan

agar debitur melaksanakan kewajibannya sesuai

dengan tegoran/pernyataan kelalaian yang telah

disampaikan kreditur kepadanya.

Dalam Pasal 118 Peraturan Pemerintah

Nomor 54 tahun 2010 menentukan bahwa

perbuatan atau tindakan penyedia barang yang

dapat dikenakan sanksi adalah:tidak dapat

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak

secara bertanggung jawab. Di sisi lain, apabila

APIP setelah melakukan pemeriksaan terhadap

pemenuhan penggunaan produksi dalam negeri

dalam pengadaan barang untukkeperluan

instansinya masing-masing menyatakan adanya

ketidaksesuaian dalam penggunaanbarang

produksi dalam negeri, maka penyedia

barangdikenakan sanksi sesuai dengan

Peraturan Presiden ini. Sebelum pengenaan

sanksi, APIP segera melakukan langkah serta

tindakan yang bersifat kuratif/perbaikan, dalam

hal terjadi ketidaksesuaian dalampenggunaan

produksi dalam negeri, termasuk audit teknis

(technical audit) berdasarkan dokumen

pengadaan dan kontrakpengadaan barang yang

bersangkutan. Dalam hal hasil

pemeriksaanmenyatakan adanya ketidaksesuai-

an dalam penggunaanBarang produksi dalam

negeri, penyedia barangdikenakan sanksi sesuai

dengan Peraturan Presiden ini. PPK yang

menyimpang dari ketentuan ini dikenakan

sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan sebagaimanna diatur

dalam Pasal 99 Peraturan Pemerintah Nomor 54

Tahun 2010.

Contoh dalam praktek mengenai wanprestasi

seperti yang terdapat pada Surat Perjanjian

Nomor 027/3824/114.3/2015, tanggal 12 Mei

2015, Jenis Pekerjaan : Pengadaan Pupuk NPK

Untuk Percontohan Intensifikasi Tembakau

Jawa Wilayah Timur Kegiatan Standardisasi

Kualitas Bahan Baku, Kewajiban penyedia

barang adalah menyelesaikan pekerjaan

sebagaimana yang telah disepakati dengan

waktu yang telah ditentukan. Kewajiban

penyedia barang menyelesaikan distribusi

dan/atau melakukan penggantian apabila jumlah

hasil uji laboratorium tidak sesuai dengan

spesifikisai yang diminta.Apabilapenyedia

barang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan

dengan penambahan waktu yang telah diberikan

oleh pihak PPK, maka penyedia barang

menerima pemutrusan kontrak dan sanksi denda

serta masuk daftar hitam. Keterlambatan

merupakan sebab-sebab atau alasan adanya

wanprestasi, juga seperti dinyatakan dalam

angka 5 huruf a angka 6), 7), dan 8) dinyatakan

bahwa apabila pelaksanaan pekerjaan dimaksud

(pengiriman/penyerahan pupuk NPK ke titik

bagi/kelompok tani, pemeriksaan

barang/pekerjaan, pengambilan sample pupuk

dan pengujian ke laboratorium yang ditunjuk

oleh PPK sesuai Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 43/Permentan/SR.140/8/2011, melebihi

enam puluh hari kalender, maka penyedia akan

dikenakan sanksi denda keterlambatan sebesar

1/1000 (satu per mil) dari nilai kontrak

dikaitkan dengan jumlah hari kalender

keterlambatan.Denda tersebut dibayarkan oleh

penyedia apabila terjadi keterlambatan atau

wanprestasi. Penyedia berkewajiban

menyelesaikan pekerjaan selambat-lambatnya

pada tanggal penyelesaian yang ditetapkan

dalam kontrak, gagal mengirimkan barang

sesuai jadwal, gagal memperbaiki cacat mutu,

dan penyedia lalai/cidera janji dalam

melaksanakan kewajibannya dan tidak

memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu

yang ditetapkan.

Tanggung Gugat Bagi Penyedia Barang

Pemerintah Akibat Wanprestasi Prinsip tanggung gugat sebenarnya

berkaitan dengan prinsip tanggung jawab, yang

dalam bahasa Belanda adalah

“verantwoordelijk”, yang berarti “kewajiban

me-mikul pertanggungjawaban dan memikul

Page 19: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

kerugian yang diderita (bila dituntut) baik

dalam hukum maupun dalam administrasi”.34

Tanggung gugat tersebut selalu dikaitkan

dengan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata

bahwa setiap perbuatan melawan hukum, yang

oleh karena itu menimbulkan kerugian pada

orang lain, mewajibkan orang yang karena

kesalahannya menyebabkan kerugian tersebut

mengganti kerugian. Pasal tersebut terkenal

dengan sebutan pasal perbuatan melawan

hukum atau pasal mengenai tanggung jawab

berdasarkan kesalahan.

Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam

suatu gugatan berdasarkan Pasal 1365 KUH

Perdata adalah pertama, adanya perbuatan

melawan hukum dari pihak tergugat; kedua,

perbuatan tersebut dapat dipersalahkan

kepadanya; ketiga, adanya kerugian yang

diderita penggugat sebagai akibat dari kesalahan

tersebut. Pengertian kesalahan di sini adalah

baik karena kesengajaan maupun karena

kelalaian. Ukuran yang digunakan terhadap

perbuatan pelaku adalah perbuatan manusia

normal yang dapat membedakan kapan dia

harus melakukan sesuatu dan kapan dia tidak

boleh melakukan sesuatu.

Pengertian perbuatan melawan hukum

mengalami perkembangan dengan adanya

putusan HogeRaad, 31 Januari 1919, dalam

perkara Lindenbaum-Cohen. Pengertian

perbuatan melawan hukum, termasuk setiap

perbuatan (ataupun tidak berbuat) yang ataukah

melanggar hak subyektif orang lain atau

bertentangan dengan kewajiban hukum si

pelaku; ataupun bertentangan dengan tata susila

ataupun bertentangan dengan kepatutan,

ketelitian dan sikap hati-hati, yang seharusnya

dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan

sesame warga masyarakat dan terhadap harta

benda orang lain. Pengertian ini lebih luas

dibanding yang terdapat dalam Pasal 1365 KUH

Perdata, bahwa perbuatan melanggar hukum

hanya melanggar undang-undang saja.

Tanggung jawab terhadap pelaku perbuatan

melawan atau melanggar hukum sebagaimana

diatur dalam Pasal 1366 KUH Perdata bahwa

“setiap orang bertanggung jawab tidak saja

untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya,

tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan

kelalaian atau kurang hati-hatinya”.

Kelalaian dalam pelaksanaan perjanjian

atau kontrak biasa dinamakan

34N..E. Algra, et, al., Op. Cit., h. 608.

wanprestasi.Wanprestasi terjadi dalam

pengadaan barang pemerintah, apabila para

pihak tidak melakukan apa yang diperjanjikan.

Dalam pengadaan barang pemerintah,

kebanyakan yang lalai, alpa, atau ingkar janji

adalah penyedia barang pemerintah.

Wanprestasi tersebut dapat berupa tidak

melakukan apa yang disanggupi akan

dilakukannya; melaksanakan apa yang

diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan; melakukan apa yang diperjanjikan

tetapi terlambat; dan melakukan sesuatu yang

menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Penyedia barang pemerintah yang

wanprestasi dalam pelaksanaan kontrak

pengadaan barang pemerintah akan

menimbulkan akibat hukum. Penyedia barang

pemerintah dinyatakan lalai atau wanprestasi

secara umum diatur dalam Pasal 1238 KUH

Perdata yang berbunyi “si berutang adalah lalai,

bila ia dengan surat perintah atau dengan

sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai,

atau demi perikatannya sendiri, jika ini

menetapkan bahwa si berutang akan harus

dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang

ditentukan”. Apabila penyedia barang

pemerintah, sudah diperingatkan atau sudah

dengan tegas ditagih janjinya, maka jika ia tetap

tidak melakukan prestasinya, dan penyedia

barang pemerintah tetap berada dalam keadaan

lalai atau alpa, terhadap penyedia barang

pemerintah dapat dikenakan sanksi berupa ganti

rugi, pembatalan perjanjian, bunga, dan

peralihan resiko. Penggantian biaya, rugi dan

bunga karena tidak dipenuhinya perikatan,

sesuai ketentuan Pasal 1243 KUH Perdata,

barulah diwajibkan, apabila penyedia barang

pemerintah, setelah dinyatakan lalai memenuhi

kontrak pengadaan barang pemerintah, tetap

melalaikannya atau jika sesuatu yang harus

diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu

yang telah dilampauinya.

Pasal 118 ayat (1) Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 dinyatakan bahwa

perbuatan atau tindakan penyedia barang yang

dapat dikenakan sanksi adalah tidak dapat

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak

secara bertanggung jawab; dan/atau

berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana

dimaksuddalam Pasal 99 ayat (3), ditemukan

adanya ketidak sesuaian dalam penggunaan

barang produksi dalam negeri. Pasal 99 ayat (3)

menyatakan bahwa dalam hal hasil pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Page 20: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

menyatakan adanya ketidaksesuaian dalam

penggunaanbarang produksi dalam negeri,

penyedia barang dikenakan sanksi sesuai

dengan Peraturan Presiden ini. Pasal 99 ayat (1)

menyatakan bahwa “APIP melakukan

pemeriksaan terhadap pemenuhan

penggunaanproduksi dalam negeri dalam

Pengadaan Barang/Jasa untuk keperluan

instansinya masing-masing. Perbuatan penyedia

barang pemerintah tersebut merupakan

perbuatan wanprestasi.

Perbuatan penyedia barang pemerintah

sebagaimana terurai tersebut di atas, dapat

dikenakan sanksi berupa: a. sanksi

administratif; b. sanksi pencantuman dalam

Daftar Hitam; c. gugatan secara perdata;

dan/atau d. pelaporan secara pidana kepada

pihak berwenang. Pemberian sanksi dilakukan

oleh PPK/ULP/Pejabat Pengadaan sesuai

dengan ketentuan dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Apabila ditemukan penipuan/pemalsuan atas

informasi yang disampaikan Penyedia

Barang/Jasa, dikenakan sanksi pembatalan

sebagai calon pemenang dan dimasukkan

dalamDaftar Hitam.Pasal 124 (1) K/L/D/I

dapat membuat Daftar Hitam sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf b,yang

memuat identitas Penyedia Barang/Jasa yang

dikenakan sanksi oleh K/L/D/I. (2) Daftar

Hitam sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

memuatdaftar Penyedia Barang/Jasa yang

dilarang mengikuti Pengadaan Barang/Jasa pada

K/L/D/I yang bersangkutan.(3) K/L/D/I

menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk

dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional. (4)

Daftar Hitam Nasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), dimutakhirkan setiap saat dan

dimuat dalam Portal Pengadaan Nasional.

Apabila terjadi pelanggaran dan/atau

kecurangan dalam proses pengadaan

barang/jasa, maka ULP dikenakan sanksi

administrasi; a. dituntut ganti rugi; dan/atau

b.dilaporkan secara pidana.

Penyedia barang pemerintah dibebaskan

dari tanggung jawab dan/atau ganti rugi, apabila

dalam keadaan overmacht atau kahar.

Overmacht atau kahar merupakan keadaan yang

memaksa. Overmacht merupakan landasan

hukum yang memaafkan penyedia barang

pemerintah. Peristiwa overmacht mencegah

penyedia barang pemerintah menanggung

akibat dan resiko kontrak pengadaan barang

pemerintah. Itulah sebabnya ovarmacht

merupakan penyimpangan dari asas umum

kontrak pengadaan barang pemerintah.

Penyedia barang pemerintah dibebaskan atau

dihukum mengganti biaya, rugi, dan bunga,

apabila dapat membuktikan bahwa hal tidak

atau tidak pada waktu yang tepat

dilaksanakannya kontrak pengadaan barang

pemerintah disebabkan suatu hal yang tak

terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan

padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk

tidaklah ada pada pihaknya, seperti yang

ditentukan dalam Pasal 1244 KUH Perdata.

Overmacht atau keadaan kahar diatur

dalam Pasal 91 Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010. Keadaan Kahar adalah suatu

keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak

dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,

sehingga kewajiban yang ditentukan dalam

kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi. Yang

dapat digolongkan sebagai keadaan kahar dalam

kontrak pengadaan barang meliputi: a. bencana

alam; b. bencana non alam; c. bencana sosial; d.

pemogokan; e. kebakaran; dan/atau f. gangguan

industri lainnya sebagaimana dinyatakan

melalui keputusan bersama Menteri Keuangan

danmenteri teknis terkait. Dalam hal terjadi

keadaan kahar, penyedia barang

memberitahukan tentang terjadinya keadaan

kahar kepada PPKsecara tertulis dalam waktu

paling lambat 14 (empat belas) hari kalender

sejak terjadinya keadaan kahar, dengan

menyertakan salinan pernyataan keadaan kahar

yang dikeluarkan oleh pihak/instansi yang

berwenang sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan. Tidak termasuk keadaan

kahar adalah hal-hal merugikan yang

disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para

pihak. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

yang diakibatkan oleh terjadinya keadaan kahar

tidak dikenakan sanksi. Setelah terjadinya

keadaan kahar, para pihak dapat melakukan

kesepakatan, yang dituangkan dalam perubahan

kontrak pengadaan barang pemerintah

PENUTUP

Kesimpulan

1. Prinsip-prinsip kontrak secara universal

yang terdapat dalam norma KUH

Perdata tetap berlaku dalam

pelaksanaan kontrak pengadaan barang

pemerintah, seperti prinsip kebebasan

Page 21: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

berkontrak, prinsip konsensualisme,

prinsip kekuatan mengikat, dan prinsip

keseimbansagan. Prinsip transparansi

dalam kontrak pengadaan barang

pemerintah merupakan prinsip dasar

yang digunakan dalam rangka

pelaksanaan penawaran dan penerimaan

(akseptasi) yang dilakukan melalui

pelelangan secara terbuka, baik melalui

media cetak dan/atau melalui media

elektronika. Prinsip transparansi bukan

merupakan salah salah prinsip yang

digunakan dalam kontrak pengadaan

barang pemerintah, karena dalam

pengadaan barang pemerintahmasih

terdapat prinsip-prinsip efisien;. efektif;

terbuka; . bersaing; adil/tidak

diskriminatif; dan akuntabel.Dalam

kontrak pengadaan barang pemerintah,

para pihak bertindak berdasarkan

prinsip saling percaya yang disesuaikan

dengan hak-hak yang terdapat dalam

kontrak. Para pihak sepakat

melaksanakan kontrak dengan jujur

tanpa menonjolkan kepentingan

masing-masing pihak dan berkewajiban

untuk bertindak berdasarkan prinsip

itikad baik dalam melaksanakan

terpenuhinya tujuan dan isi kontrak

pengadaan barang pemerintah.

2. Dalam kontrak pengadaan barang

pemerintah terdapat ketentuan atau

norma yang mengatur tentang

wanprestasi bagi penyedia barang

pemerintah maupun pejabat pembuat

komitmen (PPK).Wanprestasi dalam

kontrak pengadaan barang pemerintai

terjadi karena keterlambatan

penyelesaian pekerjaan dank arena

cacat mutu. Penyedia barang

pemerintah dikatakan wanprestasi atau

cedera janji dalam menyelesaikan

pekerjaan dalam waktu yang ditentukan

atau gagal atau lalai memenuhi

kewajiban kontraktualnya serta

ditemukan dan diberitahukan cacat

mutu kepada penyedia barang

pemerintah, tetapi tidak memperbaiki

dalam jangka waktu yang ditetapkan

dalam pemberitahuan. Jika penyedia

barang pemerintah tidak melaksanakan

prestasi setelah diberi tambahan waktu

menyelesaikan ternyata tidak

dilaksanakan, dan jika penyedia barang

pemerintah tidak memperbaiki cacat

mutu dalam jangka waktu yang

ditentukan, maka PPK dapat memutus

kontrak secara sepihak dan penyedia

barang pemerintah dinenakan sanksi

atau PPK secara langsung atau melalui

pihak ketiga yang ditunjuk melakukan

perbaikan tersebut.serta PPK dapat

mengenakan denda keterlambatan untuk

setiap keterlambatan perbaikan cacat

mutu. Besarnya denda yang dikenakan

kepada penyedia barang pemerintah

atas keterlambatan penyelesaian

pekerjaan adalah 1/1000 (satu

perseribu) dari sisa harga bagian

kontrak yang belum dikerjakan, apabila

pekerjaan yang sudah selesai dapat

berfungsi secara mandiri/tidak

dipengaruhi bagian yang belum selesai;

atau 1/1000 (satu perseribu) dari harga

kontrak, apabila bagian pekerjaan yang

sudah dilaksanakan belum berfungsi,

dan pilihan denda ditetapkan dalam

SSK

Saran

1. Pemerintah hampir setiap tahun

melaksanakan pembangunan dengan

salah satunya melalui pengadaan

barang pemerntah, yang dilakukan

secara rutin melakukan tindakan

melakukan kontraktualisasi, yang

dilakukan oleh pejabat pembuat

komitmen. Banyak pejabat pembuat

komitmen sebagai penanggung jawab

kontrak, ternyata bukan seorang yang

paham hukum, walaupun seorang

sarjana hukum.Oleh karena itu, agar

pelaksanaan kontrak seuai dan

terjamin adanya kepastian hukum,

diperlukan legislasi yang khusus

mengatur dan menangani kontrak

pengadaan barang dan/atau jasa

pemerintah, yang bertumpu pada

hukum kontrak.

2. Aturan dan materi muatan, baik

prosedur, materi dan/atau isi atau

klausula dalam kontrak pengadaan

barang pemerintah, dipandang perlu

dipertegas dan diperjelas, karena

masih menggunakan lampiran standar

dokumen pengadaan secara

elektronik, yang dicetak atau

diperbanyak dengan melalui foto kopi.

Hal tersebut bukan merupakan

Page 22: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

pembelajaran yang baik dalam

pelaksanaan kontrak pengadaan

barang pemerintah, bahkan dalam

memahami hukum-hukum

perjanjian/kontrak. Oleh karena itu,

dokumen kontrak pengadaan barang

pemerintah perlu pembaharuan,

termasuk petugas atau aparat yang

dilibatkan dalam kontrak tersebut,

minimal seorang sarjana hukum yang

betul-betul dan paham dalam hukum

perjanjian/kontrak

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia

Terpadu, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1991.

Hans Kelsen, Teori Hukum tentang Hukum dan

Negara, terjemahan Raisul Muttaqin,

Nusamedia dan Nuansa, Bandung, 2006.

Herline Boediono, Asas Keseimbangan bagi

Hukum Perjanjian Indonesia, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2006.

J.H. Nieuwieenhuis, Drie Beginselen van

Contractenrecht, diss, RUL, 1979,

Deventer, 1979.

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Pada

Umumnya, Alumni, Bandung, 1993.

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum

Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986.

M. Nasroen, Ilmu Perbandingan Pemerintahan,

Aksara Baru, Jakarta, 1986.

Mariam Darus badrulzaman, Aneka Hukum

Bisnis, Alumni, Bandung, 1994.

------------------, K.U.H. Perdata, Buku III,

Hukum Perikatan Dengan Penjelasan,

Alumni, Bandung, 1996.

Moch. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,

Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,

Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

Jakarta, 1985.

N. E. Algra et., al., Kamus istilah Hukum,

Fockema Andreae, Belanda Indonesia,

Bina Cipta, Jakarta, 1983.

Herline Boediono, Asas Keseimbangan bagi

Hukum Perjanjian Indonesia, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2006.

Ole R. Holsti, Contens Analysis for the Social

Sciences and Humanities, Reading Mass,

Addision Wesley. 1969.

Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum

Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 1994.

R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata,

Intermasa, Bandung, 1984.

------------, Hukum Perjanjian, Intermasa,

Jakarta, 2001.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (Burgerlijk

Wetboek), Balai Pustaka, Jakarta, 2012.

Sorjono Soekanto, Pengantar Penelitian

Hukum, Universitas Indonesia (UI-Pres),

Jakarta, 1984.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

Penelitian Hukum Normatif, Suatu

Tinjauan Singkat, Rajawali, Cetakan

Ketiga, Jakarta,1992.

The Liang Gie, Teori-teori Keadilan, Super,

Jakarta, 1977.

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang

Persetujuan-persetujuan Tertentu, Sumur,

Bandung, 1991.

Yan Pramadiya PUSPA, Kamus Hukum, Edisi

Lengkap, Aneka Ilmu, Semarang, 1977

2. Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Page 23: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan

yang telah beberapa kali diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010; Peraturan Presden

Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/jasa Pemerintah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor

155, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5334);

Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014

tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 368, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5642);

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015

tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor .5 Tahun 2015 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 56.

Page 24: WANPRESTASI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG …karyailmiah.narotama.ac.id/files/WANPRESTASI DALAM KONTRAK... · 2. Apa akibat hukum bagi para pihak yang wanprestasi dalam pelaksanaan