akalah tugas akhir - digilib.its.ac.id · besarnya momen lawanan di tempat-tempat ... primer yang...

17
Makalah Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gedung Bank Central Asia Cabang Kayun merupakan gedung dengan 5 lantai yang dibangun di kota Surabaya berada dalam zonasi daerah gempa menengah. Gedung tersebut dibangun dengan menggunakan beton bertulang biasa dengan sistem cor di tempat. Ditinjau dari lokasinya Indonesia adalah negara yang terletak di antara dua lempengan gempa tektonik yang rawan untuk terjadi gempa. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur sekarang ini harus memenuhi syarat ketahanan terhadap gempa. Struktur yang tahan terhadap gempa dapat meminimalisir terjadinya kerusakan yang timbul akibat gempa. Mengingat tingginya resiko dan intensitas gempa di Indonesia sekarang ini, maka dalam penyusunan tugas akhir ini akan direncanakan gedung yang terdiri dari 10 lantai dengan semi basemen dan dirancang sebagai gedung bank dan perkantoran di wilayah gempa kuat. Daerah pesisir Sumatera Barat merupakan daerah berzona gempa kuat karena letaknya yang tepat berada di atas perbatasan dua lempeng gempa. Kota Padang, ibukota propinsi Sumatera Barat dikenal dengan derah yang rawan terjadi gempa kuat yang nantinya akan dipakai sebagai tempat direncanakannya gedung ini. Sehingga, Gedung Bank BCA harus dirancang sesuai dengan perhitungan gempa rencana di daerah zona gempa kuat. Dalam perencanaannya, gedung akan dibangun dengan menggunakan metode flat slab. Metode flat slab sendiri sebenarnya kurang cocok bahkan tidak diperbolehkan untuk dibangun pada daerah gempa kuat. Untuk itu gedung tersebut direncanakan dengan memadukan metode flat slab dan sistem rangka gedung, dimana seluruh beban gempa akan dipikul oleh dinding geser ( shear wall) sehingga metode flat slab dapat digunakan pada daerah gempa kuat. Flat slab merupakan sistem pelat lantai dua arah yang memikul beban gravitasi langsung ke kolom tanpa terdistribusi ke arah tributari dari balok panelnya. Flat slab dicirikan dengan adanya drop panel. Drop Panel merupakan pertambahan tebal pelat di daerah kolom yang berfungsi dalam mengurangi tegangan geser pons yang ditimbulkan oleh kolom terhadap pelat. Penebalan ini juga dapat meningkatkan besarnya momen lawanan di tempat-tempat daerah momen negatif bekerja. Keuntungan yang didapat bila menggunakan flat slab sangat banyak, adapun keuntungan flat slab menurut Darsono (2002) yaitu fleksibilitasnya terhadap tata ruang; waktu pengerjaannya relatif lebih pendek, hal ini dapat dilihat dari proses pembuatan bekisting pelat yang langsung dapat dibuat merata secara keseluruhan tanpa harus membuat bekisting balok baloknya terlebih dahulu; kemudahan dalam pemasangan instalasi mekanikal dan elektrikal; menghemat tinggi bangunan (tinggi ruang bebas lebih besar dikarenakan tidak adanya pengurangan ketinggian akibat balok dan komponen pendukung struktur lainnya); pemakaian tulangan pelat bisa dengan tulangan fabrikasi (wire mesh). Dengan berbagai keuntungan di atas diharapkan penggunaan metode flat slab banyak digunakan pada pembangunan infrstruktur di Indonesia. Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang ditinjau dalam modifikasi perencanaan struktur gedung Bank BCA cabang kayun ini antara lain : 1. Bagaimana cara merencanakan dimensi struktur (preliminary design) yang meliputi : Bangunan atas : Struktur primer : Flat slab(pelat), drop panel, balok tepi, kolom dan dinding geser Struktur sekunder : Tangga dan lift Bangunan bawah : Pondasi tiang pancang, poer

Upload: lamlien

Post on 16-May-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Makalah Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Gedung Bank Central Asia Cabang Kayun merupakan gedung dengan 5 lantai yang dibangun di kota Surabaya berada dalam zonasi daerah gempa menengah. Gedung tersebut dibangun dengan menggunakan beton bertulang biasa dengan sistem cor di tempat. Ditinjau dari lokasinya Indonesia adalah negara yang terletak di antara dua lempengan gempa tektonik yang rawan untuk terjadi gempa. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur sekarang ini harus memenuhi syarat ketahanan terhadap gempa.

Struktur yang tahan terhadap gempa dapat meminimalisir terjadinya kerusakan yang timbul akibat gempa. Mengingat tingginya resiko dan intensitas gempa di Indonesia sekarang ini, maka dalam penyusunan tugas akhir ini akan direncanakan gedung yang terdiri dari 10 lantai dengan semi basemen dan dirancang sebagai gedung bank dan perkantoran di wilayah gempa kuat.

Daerah pesisir Sumatera Barat merupakan daerah berzona gempa kuat karena letaknya yang tepat berada di atas perbatasan dua lempeng gempa. Kota Padang, ibukota propinsi Sumatera Barat dikenal dengan derah yang rawan terjadi gempa kuat yang nantinya akan dipakai sebagai tempat direncanakannya gedung ini. Sehingga, Gedung Bank BCA harus dirancang sesuai dengan perhitungan gempa rencana di daerah zona gempa kuat.

Dalam perencanaannya, gedung akan dibangun dengan menggunakan metode flat slab. Metode flat slab sendiri sebenarnya kurang cocok bahkan tidak diperbolehkan untuk dibangun pada daerah gempa kuat. Untuk itu gedung tersebut direncanakan dengan memadukan metode flat slab dan sistem rangka gedung, dimana seluruh beban gempa akan dipikul oleh dinding geser (shear wall) sehingga metode flat slab dapat digunakan pada daerah gempa kuat.

Flat slab merupakan sistem pelat lantai dua arah yang memikul beban gravitasi langsung ke kolom tanpa terdistribusi ke arah tributari dari balok panelnya. Flat slab dicirikan dengan adanya drop panel. Drop Panel merupakan pertambahan tebal pelat di daerah kolom yang berfungsi dalam mengurangi tegangan geser pons yang ditimbulkan oleh kolom terhadap pelat. Penebalan ini juga dapat meningkatkan besarnya momen lawanan di tempat-tempat daerah momen negatif bekerja.

Keuntungan yang didapat bila menggunakan flat slab sangat banyak, adapun keuntungan flat slab menurut Darsono (2002) yaitu fleksibilitasnya terhadap tata ruang; waktu pengerjaannya relatif lebih pendek, hal ini dapat dilihat dari proses pembuatan bekisting pelat yang langsung dapat dibuat merata secara keseluruhan tanpa harus membuat bekisting balok baloknya terlebih dahulu; kemudahan dalam pemasangan instalasi mekanikal dan elektrikal; menghemat tinggi bangunan (tinggi ruang bebas lebih besar dikarenakan tidak adanya pengurangan ketinggian akibat balok dan komponen pendukung struktur lainnya); pemakaian tulangan pelat bisa dengan tulangan fabrikasi (wire mesh). Dengan berbagai keuntungan di atas diharapkan penggunaan metode flat slab banyak digunakan pada pembangunan infrstruktur di Indonesia.

Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang ditinjau

dalam modifikasi perencanaan struktur gedung Bank BCA cabang kayun ini antara lain :

1. Bagaimana cara merencanakan dimensi struktur (preliminary design) yang meliputi :

Bangunan atas : Struktur primer : Flat

slab(pelat), drop panel, balok tepi, kolom dan dinding geser

Struktur sekunder : Tangga dan lift

Bangunan bawah : Pondasi tiang pancang, poer

Makalah Tugas Akhir

pondasi(pilecap), dan struktur-struktur pada semi basemen

2. Bagaimana cara merencanakan beban yang bekerja pada struktur gedung tersebut beserta kombinasinya setelah diadakan modifikasi.

3. Bagaimana cara merencanakan elemen struktur sekunder yang ada.

4. Bagaimana cara menganalisa gaya dalam akibat beban gravitasi dan gempa pada struktur tersebut dengan menggunakan program bantu ETABS 9.71.

5. Bagaimana cara merencanakan elemen struktur primer berupa pelat lantai(flat slab), balok tepi,kolom,dan dinding geser.

6. Bagaimana cara merencanakan basemen dan pondasi yang yang mampu mendukung kestabilan struktur gedung setelah modifikasi.

7. Bagaimana menggambarkan hasil perencanaan menjadi bentuk gambar teknik dengan program bantu AutoCad.

Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan tugas akhir ini yaitu memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah sehingga mampu memenuhi keamanan, kenyamanan dan kestabilan konstruksi antar lain:

1. Mendapatkan nilai dimensi struktur atas yaitu dimensi flatslab, drop panel, balok tepi, kolom, dinding geser, tangga, dan balok lift serta dimensi struktur bawah yaitu dimensi pondasi tiang pancang, pilecap dan struktur pada semi basement yang keseluruhannya mampu menahan gempa kuat.

2. Mendapatkan pemahaman mengenai beban yang bekerja pada struktur gedung tersebut dan mengkombinasikannya.

3. Mendapatkan hasil elemen struktur sekunder.

4. Mengetahui dan mendapatkan hasil dari gaya dalam yang bekerja pada struktur yang direncanakan.

5. Mendapatkan hasil elemen struktur primer yang mampu menahan gempa kuat.

6. Mendapatkan hasil pondasi yang mendukung kestabilan struktur.

7. Mampu menuangkan hasil perencanaan kedalam gambar teknik.

Batasan Masalah Untuk menghindari timbulnya penyimpangan pembahasan maka dalam penyusunan tugas akhir ini perlu dibuat batasan-batasan permasalahan. Adapun batasan masalah tersebut antara lain:

1. Perencanaan modifikasi 5 lantai menjadi 10 lantai dan 1 semi basement, dengan struktur atap dari pelat beton.

2. Mutu beton dan baja yang digunakan f’c = 35 MPa ; fy = 400 MPa untuk keseluruhan struktur.

3. Metode yang digunakan menggunakan flat slab dan shear wall dengan Sistem Rangka Gedung.

4. Perencanaan gedung direncanakan pada daerah zona gempa kuat untuk daerah kota Padang dan sekitarnya.

5. Perencanaan tidak meninjau analisa biaya dan manajemen konstruksi.

6. Perencanaan tidak meninjau estetika dari segi arsitektural gedung dan desain interior gedung.

7. Perencanaan tidak memperhitungkan letak sistem utilitas namun tetap digunakan beban utilitas-nya untuk perhitungan beban gravitasi.

8. Perencanaan tidak meninjau sistem sanitasi, mekanikal-elektrikal,dan plumbing.

9. Data tanah yang digunakan merupakan hasil peninjauan yang dilakukan oleh Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil ITS, sehingga tidak perlu melakukan peninjauan kembali di derah yang direncanakan.

10. Program bantu gambar teknik yang dipakai yaitu AutoCad.

11. Program bantu analisa struktur yang dipakai diantaranya ETABS v.9.71 dan PCACOL.

Makalah Tugas Akhir

12. Peraturan yang dipakai yaitu SNI 03-2847-2002, Revisi SNI 03-1726-2010, Revisi SNI 03-1727-1989

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Umum Perencanaan bangunan tahan gempa ialah bangunan yang dirancang untuk tahan dan tetap berdiri ketika terjadi gempa yang besar walaupun nantinya sedikit terdapat kerusakan pada beberapa bagian bangunan sesuai falsafah perencanaan gedung tahan gempa.

Perencanaan suatu struktur gedung pada daerah gempa haruslah memenuhi falsafah perencanaan gedung tahan gempa, yaitu:

Bangunan dapat menahan gempa bumi kecil atau ringan tanpa mengalami kerusakan.

Bangunan dapat menahan gempa bumi sedang tanpa kerusakan yang berarti pada struktur utama walaupun ada kerusakan pada struktur sekunder.

Bangunan dapat menahan gempa bumi kuat tanpa mengalami keruntuhan total bangunan, walaupun bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan (Teruna,2007).

Macam-Macam Pelat Pada umumnya pelat diklasifikasikan dalam pelat satu-arah dan pelat dua-arah. Pelat berdefleksi secara dominan dalam satu arah disebut pelat satu-arah. Jika pelat dipikul oleh kolom yang disusun berbaris sehingga pelat dapat berdefleksi dalam dua-arah, pelat disebut pelat dua-arah.

Pelat dua-arah dapat diperkuat dengan menambahkan balok di antara kolom, dengan mempertebal pelat di sekeliling kolom (drop panel) dan dengan penebalan kolom di bawah pelat (kepala kolom). Ada beberapa macam bentuk pelat diantaranya yaitu pelat datar (flat plate) dan flat slab. Pelat datar (flat plate) termasuk pelat dua-arah berupa pelat beton dengan tebal merata yang mentransfer beban secara langsung ke kolom pendukung

tanpa bantuan balok atau kepala kolom atau drop panel. Pelat datar dapat dibuat dengan dengan cepat karena bekisting dan susunan tulangan yang sederhana. Pelat ini memerlukan tinggi lantai terkecil untuk memberikan persyaratan tinggi ruangan dan memberikan fleksibilitas terbaik dalam susunan kolom dan partisi.

Pelat datar kemungkinan memunculkan masalah dalam transfer geser di sekeliling kolom. Dengan kata lain, ada bahaya di mana kolom akan menembus pelat. Oleh karena itu seringkali perlu memperbesar dimensi kolom atau ketebalan pelat atau dengan menambahkan drop panel dan kepala kolom yang nantinya disebut flat slab. Flat slab termasuk pelat beton dua-arah dengan kepala kolom (column capital), drop panel, atau keduanya. Pelat ini sangat sesuai untuk beban berat dan bentang panjang. Meskipun untuk bekisting lebih mahal dibandingkan dengan pelat datar (flat plate) akan tetapi flat slab memerlukan beton dan tulangan yang lebih sedikit dibandingkan pelat datar untuk beban dan bentang yang sama.

Berikut gambar dari macam-macam tipe pelat:

a. Pelat satu-arah dengan balok Pelat Datar (flat plate)

b. Pelat Datar (flat plate) tanpa balok

Makalah Tugas Akhir

c. Lantai Cendawan (Flat Slab)

d. Pelat dua-arah dengan balok

Struktur Flat Slab Flat slab merupakan pelat dua-arah yang mentransfer beban secara langsung ke kolom pendukung tanpa bantuan balok yang dicirikan dengan adanya drop panel dan kepala kolom yang membedakannya dengan pelat datar (flat plate). Adapun pengertian dari keduanya yaitu:

a. Drop panel yaitu pertambahan tebal pelat didalam daerah kolom. Dimana pertebalan pelat ini bermanfaat dalam mengurangi tegangan geser pons yang mungkin ditimbulkan oleh kolom terhadap pelat. Pertebalan ini juga meningkatkan besarnya momen lawan di tempat-tempat dimana momen-momen negatif besar (Mosley dan Bungey 1984).

b. Kepala kolom (column capital) yaitu pelebaran mengecil dari ujung kolom atas. Tujuan dari kepala kolom adalah untuk mendapatkan pertambahan keliling sekitar kolom untuk memindahkan geser dari beban lantai dan untuk menambah tebal dengan berkurangnya perimeter di dekat kolom (Wang dan Salmon, 1990)

Dinding Geser (Shear Wall) Dinding geser merupakan suatu dinding struktur yang sangat berguna dalam

gedung tingkat tinggi. Dimana dinding geser merupakan sistem penahan gaya lateral yang menahan gaya lateral akibat gempa dan gaya geser dasar horizontal yang diakibatkan oleh gaya lateral tersebut. Dalam struktur dinding penahan lateral memiliki bentuk-bentuk dan variasi yang berbeda-beda, dimana dimensi dari dinding geser dipengaruhi oleh besarnya gaya lateral yang diterima oleh dinding geser.

Gedung modifikasi perencanaan ini direncanakan, berada di zona gempa kuat, sehingga hubungan antara pelat dengan dinding geser diperlukan detailing khusus.

Analisa Pembebanan Dalam penyusunan tugas akhir ini

untuk pembebanan mengacu pada RSNI 03-1727-1989 dan RSNI 03-1726-2010. Besarnya beban mati, hidup, dan angin sesuai dengan ketentuan yang ada pada RSNI 03-1727-1989 dan besarnya beban gempa sesuai dengan ketentuan RSNI 03-1726-2010.

Adapun kombinasi pembebanan tersebut antara lain:

1. U = 1,4D 2. U = 1,2D + 1,6L 3. U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E 4. U = 0,9D ± 1,0E

Analisa Gaya Gempa Analisa gaya gempa diperlukan untuk

memberikan beban gempa rencana yang nantinya untuk memberikan suatu prediksi beban lateral bila suatu saat terjadi beban gempa yang sesungguhnya walaupun pada kenyataannya beban gempa rencana lebih kecil dari pada gempa yang sesungguhnya.

Dalam menganalisa gaya gempa mengacu pada Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung Dan Non Gedung (RSNI 03-1726-2010)

Analisa Struktur Analisa Struktur terbagi atas analisa struktur primer dan sekunder, dimana analisa struktuk sekunder direncanakan terlebih dahulu untuk mendapatkan beban yang bekerja nantinya pada struktur primer.

Makalah Tugas Akhir

Analisa Struktur Sekunder

Perencanaan Tangga Dalam menentukan batasan harga

tulangan dengan menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan pada SNI 03-2847-2002 Ps.10.4.3, sebagai berikut:

fyfycxfx

b 600600'85.0 1

(SNI 03-2847-2002 Ps.10.4.3) (2.8) Dimana : 1 = 0,85 untuk 0 < f’c < 30 MPa

1 = 0,85- (

untuk f’c > 30 MPa Dan 1 minimum tidak boleh kurang dari 0,65

min = yf4,1

dan min = yfcf

4'

Dipilih yang terbesar (SNI 03-2847-2002 Ps.12.5.1) (2.9)

maks = b.75,0 (SNI 03-2847-2002 Ps.12.3.3)

Untuk menghitung rasio tulangan lentur yang disyaratkan, sebagai berikut:

perlu =

yfnRm

m

..211

1

(2.11)

dengan harga :

m = cf

yf

'.85,0 ; nR = 2.. db

M u

Dimana perlu harus memenuhi :

min < perlu < maks

As = .b.d (2.14) Rasio untuk tulangan susut dan suhu: Tulangan menggunakan mutu baja fy= 300MPa min= 0,0020 Tulangan menggunakan mutu baja fy= 400MPa min= 0,0018

Perencanaan Balok Lift

Dalam perencanaan balok lift direncanakan seperti halnya balok biasa pada perencanaan struktur primer, bedanya hanya pada beban yang diterima oleh balok tersebut beserta fungsinya. Lift yang direncanakan menggunakan brosur yang di ada di pasaran.

Analisa Struktur Primer Analisa Struktur Flat Slab

Perilaku struktural flat slab bisa diidealis dengan menganggap plat ini berlaku sebagai pelat menerus yang bertumpu pada barisan kolom yang kekakuan lenturnya bisa diabaikan, selain itu kita bisa menganggap bahwa reaksi kolom tersebar merata pada suatu luas yang kecil. Jika dimensi suatu flat slab yang memikul beban merata relatif besar dibandingkan dengan jarak antar kolomnya, sifat simetri pada konfigurasi struktur dan pembebanan bisa dimanfaatkan untuk mereduksi masalahnya ke analisis satu panel dalam.

Analisa Struktur Kolom Persyaratan dimensi kolom:

AP

fc '30,0

(SNI 03-2847-2002

Ps.25.3.1.(3)) Dimana : P = Berat total yang dipikul oleh kolom A = Penampang kolom f’c = Kuat tekan beton

Perhitungan Penulangan Lentur Kolom

1) Kontrol kelangsingan kolom balok

kolom

EIEI

//

(SNI-03-2847-2002 Ps.12.11.6)

d

gck

IEEI

1.4,0

(SNI-03-2847-2002 Ps.12.11.6)

2

2

u

kolomc xK

EIxP

(SNI-03-2847-2002 Ps.12.12.3)

2

11234MM

rxK u

(SNI-03-2847-2002 Ps.12.12.2)

Makalah Tugas Akhir

Tebal Minimum, h

Komponen struktur

Dua tumpuan sederhana

Satu ujung menerus

Kedua ujung menerus

Kantilever

Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak oleh lendutan yang besar

Pelat masif satu arah l/20 l/24 l/28 l/10

Balok atau pelat rusuk satu arah l/16 l/18,5 l/21 l/8

(untuk rangka portal tak bergoyang)

2

11234MM

rxK u

(SNI-03-2847-2002 Ps.12.13.2) ( untuk rangka portal bergoyang )

2) Apabila 22r

lxK u

(SNI-03-2847-2002 psl.12.11.5), maka diperlukan perhitungan momen orde dua.

3) Pembesaran momen

2xMM nsc (SNI-03-2847-2002 Ps.12.12) ( untuk rangka portal tak bergoyang)

c

u

mns

PxP

C

75,01

> 1 (2.24)

ssns xMMM 111 (2.25)

ssns xMMM 222 (2.26)

(SNI-03-2847-2002 Ps.12.13.3 ) (untuk rangka portal bergoyang)

c

u

Sss

PxP

MM

75,01

> Ms (2.27)

4) Perhitungan penulangan lentur Menggunakan program bantu PCACOL

(2.28)

Perhitungan Penulangan Geser Kolom

1. Gaya lintang rencana rangka ruang

hnMprMprVu

(SNI-03-2847-2002

psl.23.10.2) Dimana Mpr didapat dari momen balance dari analisa menggunakan program PCACOL (2.30)

2. Gaya geser yang disumbangkan beton akibat gaya tekan aksial

dxbxf

AN

Vc wc

g

u

6'

.141

'

(SNI-03-2847-2002 psl.13.3.1.2)

3. Kontrol kekuatan geser (SNI-03-2847-2002 psl.13.5.6.2)

un VV

scn VVV

SdxfxA

V yvs

Analisa Struktur Balok Tepi

Penentuan tinggi balok minimum (hmin) dihitung berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5.2 Tabel 8 atau tabel 2.4 di bawah ini, dimana bila persyaratan ini ini telah dipenuhi maka tidak perlu dilakukan kontrol lendutan.

SNI 03-2847 Ps. 11.5.2.2 tabel8

Panjang bentang l dalam mm.

Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal (γc = 2.400 kg/m3) dan tulangan BJ-40. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus dimodifikasikan sebagai berikut:

(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis diantara 1.500-2.000 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65 - 0,0003γc) tetapi tidak kurang dari 1,09, di mana γc adalah berat jenis dalam kg/m3.

(b) Untuk yf selain 400 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).

Analisa Struktur Pondasi Untuk perencanaan pondasi

menggunakan tiang pancang produk PT. WIKA– Beton, sedangkan data tanah yang digunakan yaitu data sondir dan boring.

Pondasi Tiang Pancang Nilai Konus diambil 4 D keatas & 4 D kebawah

Makalah Tugas Akhir

P ijin 1 tiang Sf2

QJHPSf1

CntiangA

Sf1 = ( 2 – 3 ) Sf2 = ( 5 – 8 )

Jumlah tiang pancang yang diperlukan ( n )

PijinPun

22min57,1

nmDDS

Efisiensi tiang

nmnmmn

o

90111

Dimana, = arc tg

SD

22

maxmaxyYMx

xXMy

nPumaksP

P ult = Efisiensi tiang x Pu 1 tiang berdiri Kontrol Kekuatan Tiang

.maksPPult Poer Pondasi

Dalam merencanakan tebal poer, harus memenuhi persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus lebih besar dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton diambil terkecil, sesuai SNI 03-2847-2002 Ps.13.12.2.1.a- Ps.13.12.2.1.

Kontrol Geser Ponds Pada Poer dalam SNI 03-2847-2002 Pasal 13.12 ditentukan (diambil nilai terkecil) :

dbfcc

Vc o

6121

dbfcVc o 31

Keterangan : c = rasio sisi panjang terhadap sisi pendek penampang kolom

Keterangan: bo = perimeter penampang kritis Vu < Vc tidak perlu tulangan geser Vu > Vc perlu tulangan geser

BAB III METODOLOGI

Diagram Alir Metodologi

Makalah Tugas Akhir

Data Umum Bangunan Nama gedung : BCA Cabang Kayun Lokasi : Jl. Kayun Surabaya Fungsi : Bank Jumlah lantai : 5 Lantai Struktur gedung : Beton Bertulang Biasa

Data Bangunan Setelah Modifikasi Nama Gedung:BCA Lokasi :Kota Padang dan sekitarnya

Fungsi Fungsi :Gedung Bank dan Perkantoran Struktur gedung : Beton Bertulang Khusus Jumlah lantai: 10 Lantai dan 1 Semi Basemen Zone gempa : Kuat Tinggi Ketinggian tiap lantai: lantai 1s/d10 = 4m semi basemen : 5m Tinggi Total Bangunan :45 m

Data Bahan : Kuat tekan beton (f’c) : 35 MPa Teg. leleh baja (fy) : 400 Mpa Data Tanah: Sondir & Boring (Data tanah menggunakan data tanah di daerah Padang atau sekitarnya)

Studi Literatur Mempelajari literatur/pustaka yang berkaitan dengan perencanaan diantaranya tentang : 1. Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara

Perhitungan struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

2. Badan Standarisasi Nasional. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (RSNI 03-1726-2010).

3. Badan Standarisasi Nasional. Tata cara Penghitungan Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung (RSNI 03-1727-1989)

4. McCormac,Jack C.2001. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.

5. Purwono, Rahmat.2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: ITS Press

6. Wahyudi,Herman.1999. Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Jurusan Teknik Sipil. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

7. Wang,Chu-Kia.Salmon,Charles.1990. Desain Beton Bertulang Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

8. Nawy,Edward G.1998. Beton Bertulang (Suatu Pendekatan Dasar).

9. Asroni,Ali.2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang edisi pertama.Yogyakarta: Graha Ilmu.

10. Asroni,Ali.2010. Kolom Fondasi dan Balok T edisi kedua.Yogyakarta: Graha Ilmu.

BAB IV PERENCANAAN DIMENSI

STRUKTUR

Perencanaan Dimensi Pelat Tebal minimum pelat tanpa balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya dan mempunyai rasio bentang panjang terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari dua, harus memenuhi ketentuan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.2 yaitu :

Tebal minimum pelat dalam dan luar tanpa balok interior tetapi dengan balok pinggir dan penebalan :

h=

Perencanaan pelat didasarkan pada panel dengan ukuran 8,5 m x 8,5 m

h=

=

= 236,11 mm

diambil h = 250 mm

# Jadi tebal pelat untuk keseluruhan lantai direncanakan dengan ketebalan hf = 250 mm

Perencanaan Dimensi Drop Panel Direncanakan drop panel untuk menahan gaya geser memenuhi ketentuan dalam SNI 03-2847-2002.yaitu :

L drop panel ≥

L

(SNI 03-2847-2002 pasal 15.3.7.1)

L drop panel ≥

x 8500 mm = 1416,7 mm =

141,67 cm

Makalah Tugas Akhir

Jadi drop panel direncanakan Ldrop panel= 2000 mm = 200 cm untuk arah X maupun Y diukur dari pusat kolom.

h drop panel ≥

hpelat (SNI 03-2847-2002

pasal 15.3.7.2)

h drop panel ≥

x 250 mm = 62,5 mm =

6,25 cm dan tidak boleh melebihi dari yang telah ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 pasal 15.3.7.3 berikut:

h drop panel ≤

jarak tepi kolom ekivalen ke

tepi drop panel

h drop panel ≤

x(

mm -

mm)

h drop panel ≤

x 500 mm = 125 mm

# Jadi tebal drop panel yang direncanakan untuk keseluruhan lantai, hdrop panel =120mm = 12cm.

Tebal Ekivalen Dengan adanya drop panel di sekitar kolom, maka beban per meter persegi pelat lantai didapat berdasarkan tebal ekivalen (tebal berbobot) dengan perbandingan luas (L) :

h=

x h pelat +

x

(h pelat + h drop panel)

h=

x250mm+

x(250mm+120mm) hekivalen= 256,295 mm = 25,65 cm

Perencanaan Dimensi Balok Tepi dan Perangkai Dimensi balok yang direncanakan hanya balok tepi (eksterior). Dalam perhitungan dimensinya sesuai dengan dengan ketentuan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2.2 tabel 8, dimana jika persyaratan ini

terpenuhi maka tidak perlu memeperhitungkan lendutan.

hmin=

L untuk fy 400 MPa,

bila fy selain 400 MPa maka nilainya harus dikalikan dengan (0,4+fy/700)

Balok Tepi :

Untuk L= 8500mm hmin=

x 8500 mm =

531,25 mm diambil hmin= 550 mm = 55 cm

b =

h =

x 550 mm = 275 mm

diambil b = 30 cm

#Jadi direncanakan dimensi balok tepi untuk keseluruhan lantai adalah 30/55 cm

Balok Perangkai (Tangga dan Lift): Balok Perangkai pada lift dan tangga ini nantinya dapat dipakai sebagai bresing antar shear wall.

Untuk L= 8500 mm hmin=

x 8500

mm = 531,25 mm diambil hmin= 700 mm

b =

h =

x 70cm = 35 diambil b=

40cm

# Jadi direncanakan dimensi untuk balok perangkai adalah 40/70 cm

Perencanaan Dimensi Kolom Cara yang digunakan sesuai dengan ketentuan SNI 03-2847-2002 Pasal 10.8.1 mensyaratkan kolom harus direncanakan memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau.

Direncanakan:

Tebal pelat ekivalen = 25,65 cm Tinggi tiap lantai (lantai 1-10) = 400 cm Asumsi awal dimensi kolom = 100 cm Beban-beban berdasarkan RSNI 03-1727-1989 tabel P3-1.

Tabel 4.1 Beban hidup

Makalah Tugas Akhir

Menurut RSNI 03-1727-1989 pasal 4.8.2 : Beban hidup dapat direduksi hingga 20% untuk komponen struktur yang menumpu dua lantai atau lebih. Sehingga berat total LL menjadi = 80% x 180625 Kg = 144500 Kg

Tabel 4.2 Beban Mati

Jadi, Berat Total = DL+LL = 648343 Kg+ 144500 Kg = 792843Kg

b x h = A =

=

= 7550,88 cm2 dimana b=h A= b2 = 7550,88 cm2 b = 86,90 cm direncanakan: diambil b= h lantai basemen s.d. lantai 3 = 100 cm diambil b= h lantai 4 s.d. lantai 7 = 90 cm diambil b= h lantai 8 s.d. lantai 10 = 80 cm 4.5 Perencanaan Dimensi Shear Wall Tebal shear wall tidak boleh kurang dari 1/25x L dan tidak tidak boleh kurang dari 100mm. (SNI 03-2847-2002 pasal 16.5.3.1). Sedangkan untuk struktur basement tebal shear wall tidak boleh kurang dari 190 mm (ACI 14.5.3.2) Hshear wall (lantai basement-10) = 45 m = 45000 mm Panjang antar bentang (L) = 8,5 m = 8500 mm Direncanakan tebal shear wall = 400 mm

400 mm ≥

400 mm ≥ 180 mm …OK

400 cm ≥

400 mm ≥ 340 mm …OK Tidak boleh kurang dari 100mm

400mm > 100mm … OK # Jadi tebal shear wall sebesar 400 mm = 40 cm telah memenuhi syarat dan dapat digunakan.

BAB V

PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

Perencanaan Tangga

Dalam perencanaannnya, tangga dimodelkan dengan perletakan sendi-rol (perletakan rol terletak di bordes).Tangga yang direncanakan diambil tangga untuk lantai 1 s/d atap.

Data-Data Perencanaan : Mutu beton (f’c) : 35 MP Mutu baja (fy) : 400MPa Panjang horizontal tangga :300cm Lebar tangga: 180cm Tinggi tangga total: 400cm Tebal pelat dasar tangga:15cm Lebar bordes: 125cm Tebal pelat bordes:15cm Tebal selimut beton:20mm Tinggi injakan (t):20cm Lebar injakan (i):30cm

Jumlah tanjakan ke bordes =

= 10 buah

Jumlah injakan (n)=

= 10 buah

Kemiringan tangga=

arc tan α= 0,666 α = 33,69°

Syarat kemiringan tangga: 20° ≤ α ≤ 40° ok

Didapat Gaya-Gaya Dalam

Makalah Tugas Akhir

A

B

C

+

+-

3266,14 Kg

1669,14 Kg

-1388,81 Kg

3099,82 Kg

A

B

C

+925,87 Kg

-2066,543 Kg

-

0 Kg

A

B

C

+

+

3084,57 Kgm

3851,08 Kgm

0 Kgm

0 Kgm

A B

C-2066,543 Kg

3725,52 Kg

3099,82 Kg

-1388,81 Kg

925,87 Kg

1669,14 Kg3266,14 Kg

Gambar Free body diagram gaya-gaya

pada tangga

Gambar Bidang lintang (D) pada tangga

Gambar 5.6 Bidang Normal(N) pada tangga

Gambar 5.7 Bidang Momen (M) pada tangga

Hasil Tulangan Pelat Tangga

Tulangan Utama

ρpakai = 0,0083 ρmin < ρperlu < ρmax

Asperlu = ρperlu.b.dx = 0,0083 1000 122 = 1027,806 mm2

Dipasang tulangan Ø12 – 100 (As = 1130 mm2) Kontrol spasi maksimum (SNI 03-2847-2002 Pasal 15.3.2). Smax = 2.h = 2 150mm = 300 mm S = 100 mm < Smax …OK a. Tulangan Susut

Penulangan arah y dipasang tulangan susut dan suhu dengan : = 0,0018 untuk fy = 400 Mpa (SNI 03-2847-2002 Ps.9.12.2.1) Asperlu = 0,0018.b.h

= 0,0018 1000 122 = 219,6 mm.

Dipasang tulangan Ø8 – 200 (Asada = 251,2 mm2)

Penulangan Pelat Bordes ρpakai = 0.0066 ρmin < ρperlu < ρmax

Makalah Tugas Akhir

Asperlu = ρpakai.b.dx = 0,0066 1000 mm 122 mm = 813,215 mm2

Dipasang tulangan Ø12 – 120 (As = 814 mm2) Kontrol spasi maksimum (SNI 03-2847-2002 Pasal 15.3.2). Smax = 2.h = 2 150mm = 300 mm S = 120 mm < Smax …OK a. Tulangan Susut

Penulangan arah y dipasang tulangan susut dan suhu dengan :

= 0,0018 untuk fy = 400 Mpa (SNI 03-2847-2002 Ps.9.12.2.1) Asperlu = 0,0018.b.dy

= 0,0018 1000 mm 122 mm = 219,6 mm2.

Dipasang tulangan Ø8 – 200 (Asada = 251,2 mm2)

Hasil Penulangan Lentur Balok Bordes Digunakan tulangan tumpuan tarik 5Ø16 (1004,8 mm2) Digunakan tulangan tumpuan tekan 3Ø16 (602,88 mm2) Digunakan tulangan lapangan tarik 3Ø16 (602,88 mm2) Digunakan tulangan lapangan tekan 2Ø16 (401,92 mm2)

Penulangan Geser Balok Bordes Dipasang tulangan geser Ø10–170mm

BAB VI

PEMBEBANAN DAN ANALISA GAYA GEMPA

Tahapan Analisis Kategori Resiko Bangunan (KRB) Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung harus sesuai dengan RSNI 03-1726-2010 tabel 4.1-1.

Faktor Keutamaan I menurut tabel 4.1-2 RSNI 03-1726-2010.

Pada perencanaan ini gedung difungsikan sebagai bank dan perkantoran yang dikondisikan mampu dalam menahan gempa tinggi, sehingga untuk perencanaan ini gedung tersebut masuk kedalam kategori resiko bangunan III. # KRB = III

Faktor Keutamaan Untuk kategori resiko III didapatkan Faktor Keutamaan I menurut Tabel 4.1-2 RSNI 03-1726-2010 yaitu 1,25 # I = 1,25

Analisa Kelas Situs Tiap situs yang ditetapkan harus sesuai dengan RSNI 03-1726-2010 tabel 5.3-1. # Kelas Situs = SC (Tanah Keras)

Perhitungan Berat Efektif

Berat total untuk lantai basemen: WT bas = WD bas+WL bas = 1137565 Kg Berat total untuk lantai 1: WT lantai1= WD lantai1+WL lantai1 = 1670416 Kg Berat total tiap lantai untuk lantai 2 s/d 3: WT lantai(2s/d3) = WD lantai(2s/d3) + WL lantai(2s/d3)

= 1549507 Kg Berat total tiap lantai untuk lantai 4s/d7: WT lantai(4s/d7) = WD lantai(4s/d7) + WL lantai(4s/d7)

= 1507327 Kg Berat total lantai atap : WT lantai atap = WD lantai atap + WL lantai atap

= 1011257 Kg Berat struktur keseluruhan =WTbas+WTlantai1+WTlantai(2s/d3)x2+WTlantai(4s/d7)x4+WTlantai(8s/d10)x3+WT lantai atap

= 17356321 Kg

6.7.1 Parameter Percepatan Gempa Dalam hal ini kota padang pada Peta

Gerak Tanah Seismik didapatkan nilai Ss =

1,5g dan S1 = 0,6g

Makalah Tugas Akhir

Kelas Situs

Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER Terpetakan Pada Perioda 1 detik, S1

S1 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1 1 1 1 1 SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5 SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4 SF SSb

Kelas Situs

Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER Terpetakan Pada Perioda Pendek, T=0,2 detik, Ss

Ss 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1 Ss ≥ 1,25 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1 1 1 1 1 SC 1,2 1,2 1,1 1 1 SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1 SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9 SF SSb

Gambar Ss (Percepatan Respons Spektral 1 detik)

Koefisien Situs dan Paramater Respons Spektral Percepatan Gempa harus ditentukan dengan perumusan sesuai RSNI 03-1726-2010 pasal 6.2 berikut ini: SMS = Fa. x SS SM1 = Fv x S1 Untuk koefisien situs Fa dan Fv mengikuti

Tabel Koefisien Situs, Fa (RSNI 03-1726-2010 tabel 6.2-1)

Tabel Koefisien Situs, Fv (RSNI 03-1726-2010 tabel 6.2-2)

Jadi parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) pada perencanaan ini adalah SMS = Fa x SS = 1 x 1,5g =1,5g SM1 = Fv x S1 = 1,3 x 0,6g =0,78g Parameter Percepatan Spektral Disain

Parameter percepatan spektral disain untuk perioda pendek, SDS dan pada perioda 1 detik, SD1, harus ditentukan melalui perumusan dari RSNI 03-1726-2010 pasal 6.3. SDS = 2/3 SMS = 2/3 x 1,5g = 1g SD1 = 2/3 SM1 = 2/3 x 0,78g = 0,52g

Perioda Fundamental Alami Perioda struktur fundamental, T, dalam arah yang ditinjau harus diperoleh menggunakan properti struktur dan karateristik deformasi elemen penahan dalam analisis yang teruji. Perioda fundamental, T, tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dikali perioda fundamental pendekatan, Ta.

T < Cu x Ta

Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda fundamental, T diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan pendekatan, Ta, yang dihitung sesuai dengan RSNI 03-1726-2010 pasal 7.8.2.1.

Makalah Tugas Akhir

Parameter Percepatan Respons Spektral Disain

pada 1 detik, SD1 Koefisien Cu

0,4 1,4 0,3 1,4 0,2 1,5 0,15 1,6 0,1 1,7

nw

a hC

T 0062,0

(RSNI 03-1726-2010 pasal 7.8.2.1 persamaan 7.8-8) (7.8-8)

di mana : hn adalah ketinggian struktur (dalam m) di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur dan Cw dihitung dari Persamaan berikut:

2

2

183,01

100

i

i

ix

i i

n

Bw

Dh

Ahh

AC

(RSNI 03-1726-2010 pasal 7.8.2.1 persamaan 7.8-9) di mana AB = luas dasar struktur, m2 Ai = luas badan dinding geser “i”

dalam m2 Di = panjang dinding geser “i” dalam

m hi = tinggi dinding geser “i” dalam m x = jumlah dinding geser dalam CW = 0,00363

n

wa h

CT 0062,0

4500363,00062,0 x = 1,464 detik

Sehingga T yang nantinya didapat dari analisa komputer harus kurang dari Cu x Ta T < 1,4 x 1,464 = 2,05 detik

Perioda Hasil Analisa Struktur Analisa struktur dilakukan dengan menggunakan program ETABS v9.71dengan menggunakan spectrum respon gempa IBC 2006 yang typical dengan spectrum respon SNI-1726-2010.

Dari hasil analisa struktur diperoleh periode alami fundamental gempa tertinggi sebesar T= 1,338 detik. Periode tidak boleh melebihi Cu x Ta ,serta data simpangan tiap lantai yang tercantum pada Tabel 6.12.

T= 1,338 detik < Cu x Tax = 1,4 x 1,464 detik = 2,05 detik ..OK

# Dipakai T= 1,338 detik

Kategori Desain Gempa Apabila S1 lebih kecil dari 0,75,

kategori disain seismik diijinkan untuk ditentukan (sesuai Tabel 6.5-1 RSNI 03-1726-2010)

Kategori Risiko

Nilai SDS I atau II atau III IV

SDS < 0,167 A A 0,167 ≤ SDS < 0,33 B C 0,33 ≤ SDS < 0,50 C D

0,50 ≤ SDS D D # Kategori disain seismik D

Faktor Sistem Penahan Seismik Faktor R, Cd, dan 0 Untuk Sistem Penahan

GayaSeismik (RSNI 03-1726-2010 tabel 7.2-1)

Harga tabel faktor kuat-lebih(0), diijinkan untuk direduksi dengan mengurangi setengah untuk struktur dengan diafragma fleksibel, tetapi tidak boleh diambil kurang dari 2,0 untuk segala struktur, kecuali untuk sistim kolom kantilever.

Dari tabel didapat data perencanaan untuk Disain Seismik D sebagai berikut :

# Koefisien modifikasi respon R = 6 # Faktor kuat-lebih 0 = 2 # Pembesaran defleksi Cd = 5

Fleksibilitas Diafragma . Diafragma pelat beton dikatakan kaku apabila memenuhi persamaan SNI 03-726-2010 Pasal 7.3.1.2 dengan persamaan: S/De ≤ 3 dimana : S = lebar keseluruhan gedung De = panjang keseluruhan gedung dan jika struktur tidak memiliki ketidakberaturan horizontal. S = 25,5m ; De = 42,5 m

Makalah Tugas Akhir

Struktur Kategori Risiko

I atau II III IV Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding eksterior yang telah didisain untuk mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.

0,025hsxc 0,020hsx 0,015hsx

Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx

Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx

Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx

25,5m/42,5m = 0,6 ≤ 3,maka struktur pelat beton sebagai diafragma adalah kaku.

Faktor Redundansi Untuk Kategori Desain Gempa D Nilai faktor redundansi ρ dapat diambil = 1,0 bila memenuhi ketentuan SNI 03-1726-2010 Pasal 7.3.4.2

Gaya Geser Dasar Seismik Geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:

V = Cs .W (RSNI 03-1726-2010 Persamaan 7.8-1)

Perhitungan Koefisien Respons Seismik Koefisien respons seismik, Cs, harus ditentukan sesuai dengan persamaan :

e

DSs

IR

SC

(RSNI 03-1726-2010 Persamaan7.8-2)

Nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi berikut ini :

e

Ds

IRT

SC 1

(RSNI 03-1726-2010 Persamaan7.8-3) (7.8-3) Cs harus tidak kurang dari Cs= 0,044SDS Ie ≥ 0,01 (RSNI 03-1726-2010 Persamaan7.8-4)

Untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana S1 sama dengan atau lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari

e

s

IRSC 15,0

di mana I dan R sebagaimana didefinsikan dalam RSNI 03-1726-2010 Pasal 7.8.1.1

Jika kombinasi respons untuk geser dasar ragam (Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung (V) menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya

harus dikalikan dengan 0,85V/Vt (SNI 03-1726-2010 Pasal 7.9.4.1).

Distribusi Vertikal Gaya Gempa Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut:

Fx = CvxV (RSNI 03-1726-2010 Persamaan7.8-10) (7.8-10)

n

i

kii

kxx

vx

hw

hwC

1

(RSNI 03-1726-2010 Persamaan7.8-11) (7.8-11)

Distribusi Horisontal Gaya Gempa Geser tingkat disain gempa di semua tingkat (Vx) (kN) harus ditentukan dari persamaan berikut:

n

xiix FV (7.8-12)

Batasan Simpangan Antar Lantai Tingkat

Kontrol Drift ( Simpangan Antar Lantai )

Defleksi pusat massa di Tingkat x (x) (mm) harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:

e

xedx I

C (RSNI 03-1726-2010

Persamaan 7.8-14) (7.8-14) Untuk struktur Sistem Rangka

Gedung (Building Frame System), drift dibatasi sebesar:

∆s = 0,015hsx

Makalah Tugas Akhir

SRPM Shear Wall SRPM Shear Wall1 Gempa X 6.85% 93.15% 2.01% 97.99%2 Gempa Y 4.12% 95.88% 2.89% 97.11%

No. Beban FX FYProsentase dalam menahan gempa (%)

Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapanganatas D22-230 D22-330 D22-300 D22-350 D22-230 D22-350 D22-180 D22-350bawah D22-450 D22-180 D22-160 D22-180 D22-450 D22-180 D22-350 D22-180atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140atas D22-170 D22-250 D22-230 D22-250 D22-210 D22-250 D22-250 D22-250bawah D22-330 D22-130 D22-120 D22-140 D22-400 D22-140 D22-130 D22-140

1

atap

Lantai

10

9

8

7

6

5

4

3

2

Arah X Arah YLajur Kolom Lajur Tengah Lajur Kolom Lajur Tengah

Kontrol Sistem Rangka Gedung

Ok,lebih dari 90%

BAB VII PERENCANAAN STRUKTUR

PIMER

Hasil Perencanaan Tulangan Lentur Pelat

Hasil Penulangan Balok Tepi

Rekapitulasi tulangan lentur pada daerah tumpuan kiri balok memanjang

# Tulangan yang dipakai adalah: Tulangan atas= 6D25(As= 2943,75 mm2) Tulangan bawah= 3D25(As = 1471,88 mm2)

Rekapitulasi tulangan lentur pada daerah tumpuan kanan balok tepi memanjang

Tulangan atas= 6D25 (As= 2943,75 mm2) Tulangan bawah= 4D25 (As = 1471,88 mm2)

Hasil Penulangan Kolom Interior Kolom 100/100 = 20D25 Kolom 90/90 = 16D25 Kolom 80/80 = 16D25 Hasil Penulangan Kolom Eksterior Kolom 100/100 = 20D25 Kolom 90/90 = 16D25

Kolom 80/80 = 16D25

Hasil Perencanaan Shearwall Siku

Penulangan Geser Vertikal Dipakai 2 lapis Ø12 mm tulangan vertikal dengan s = 250 mm Penulangan Geser Vertikal Dipakai 2 lapis Ø12 mm tulangan vertikal dengan s = 250 mm Hasil Perencanaan Shearwall Canal

Penulangan Geser Vertikal Dipakai 2 lapis Ø13 mm tulangan vertikal dengan s = 100 mm Penulangan Geser Vertikal

Makalah Tugas Akhir

P2

P2 P2

P2

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1P1

P1

P3

8.50 8.50 8.50 8.50 8.50

8.50

8.50

8.50

1

2

3

4

A B C D E F

40/60 40/6040/6040/60

40/60 40/60

40/60 40/60 40/60

40/60 40/60

40/6040/60

40/60 40/60

40/60 40/60

40/6040/60

40/60 40/60P1

P1P1

MxMyP

1.50 1.50 0.900.90

1.10

4.80

1 4 7

2 5 8

3 6 9

My

Mx

1.50 1.50 0.900.90

0.90

1.50

1.50

0.90

4.80

4.80

0.90 1.50 1.50 1.50 0.90

6.30

7.80

0.90

1.50

1.50

1.50

1.50

0.90

My

Mx

0.90 1.70 1.68 1.70 1.70 1.70 1.70 0.9012.00

0.90

1.70

1.70

1.70

1.70

1.70

1.70

0.90

12.00

Mx

My

Dipakai 2 lapis Ø13 mm tulangan vertikal dengan s = 100 mm Pondasi kolom Pondasi Shear Wall

DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara

Perhitungan struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

2. Badan Standarisasi Nasional. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (RSNI 03-1726-2010).

3. Badan Standarisasi Nasional. Tata cara Penghitungan Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung (RSNI 03-1727-1989)

4. McCormac,Jack C.2001. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.

5. Purwono, Rahmat.2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: ITS Press

6. Wahyudi,Herman.1999. Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

7. Wang,Chu-Kia.Salmon,Charles.1990. Desain Beton Bertulang Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

8. Nawy,Edward G.1998. Beton Bertulang (Suatu Pendekatan Dasar).

9. Asroni,Ali.2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang edisi pertama.Yogyakarta: Graha Ilmu.

10. Asroni,Ali.2010. Kolom Fondasi dan Balok T edisi kedua.Yogyakarta: Graha Ilmu.