air terjun nosimpokono
DESCRIPTION
wisata lore linduTRANSCRIPT
AIR TERJUN NOSIMPOKONO
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendata potensi jalur menuju air terjun yang
selama ini disebut air terjun Kamarora 2 yang akhirnya kami namakan Air Terjun
NOSIMPOKONO. Pada saat pelaksanaan kegiatan, Tim Survey dibantu oleh beberapa
anggota Kelompok Pecinta Alam binaan Taman Nasional Lore Lindu. Sedikit kendala
yang dihadapi Tim pada saat pelaksanaan kegiatan adalah kondisi cuaca, dimana
beberapa kali terjadi hujan deras yang menyulitkan Tim untuk mengambil dokumentasi
dan mengambil titik koordinat yang dikarenakan sulitnya menangkap sinyat satelit.
Namun kendala pengambilan titik koordinat ini dapat diatasi dengan pengambilan titik
ikat dan diproyeksikan menuju titik yang dituju.
3.1. Gangguan Kawasan
a. Jenis : Batas Akhir Kebun Coklat
Start awal dari batas kawasan yaitu titik S1º11’42,56”E120º7’59,00” menuju titik
tertentu adalah berupa kebun coklat yang merupakan perambahan lama di taman
nasional lore lindu. Untuk itu kami mengidentifijasi adalah batas akhir dari kebun
coklat yang masuk ke dalam kawasan hingga daerah kebun yang berbatasan
dengan hutan sekunder dimana menjadi titik akhir batas perambahan. Batas ini
dapat menjadi referensi luasan daerah perambahan lama masyarakat ke dalam
area TNLL.
Gambar 1. Batas Kebun dan Hutan Sekunder
Batas akhir kebun coklat berada pada titik S1º12’0,08”E120º7’53,6” pada
kettinggian 777 mdpl. Pada daerah sekitar batas ini menuju daerah batas luar,
kami melihat adanya kondisi tanah turun yang mengindikasikan bahwa kestabilan
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 1 -
tanah sudah terganggu. Hal ini dapat menunjukkan bahwa daerah ini sangat
rawan terjadi longsor karena terlihat beberapa tempat telah terjadi penurunan
tanah sekitar 5 cm dan terjadi tanah pecah yang membentuk parit-parit dengan
kedalaman sekitar 50 cm. Bahkan kami menemui adanya pondok kebun yang
rubuh karena tanah turun.
3.2. Flora
a. Spesies : Eucalyptus sp
Vegetasi unik yang kami jumpai pada jalur perjalanan adalah vegetasi Eucalyptus
sp. Eucalyptus ini cukup unik karena biasanya Eucalyptus yang ditemukan di
sekitar Taman Nasional Lore Lindu adaklah Eucalyptus deglupta atau leda.
Namun vegetasi eucalyptus pada jalur ini sedikit berbeda. Perbedaan mencolok
antara kedua spesies ini adalah pada penampakan warna kayu, dimana
Eucalyptus deglupta penampakan kayunya berwarna hijau coklat segar,
sedangkan Eucalyptus sp yang kami temui berwarna coklat dan terkesan kering,
baik ketika masih kecil maupun ketika sudah besar.
Gambar 2. Eucalyptus sp yang berbeda corak dengan E. deglupta (Leda)
Jumlah individu Eucalyptus sp ini cukup banyak. Spesies ini tumbuh
berkelompok sepanjang jalur mulai dari titik S1º12’18,54”E120º7’45,84”,
S1º12’20,49”E120º7’45,82”, sampai S1º12’23,07E120º7’45,77”. Selain itu di
beberapa titik perjalanan juga ditemui tanaman ini tumbuh secara tunggal.
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 2 -
Gambar 3. Perbandingan corak Eucalyptus sp dengan E. deglupta (Leda)
Tanaman ini tumbuh berkelompok dengan jarak yang tidak begitu rapat namun
terlihat mendominasi, dengan luasan total sekitar 2 ha dan jumlah tanaman pada
jalur sekitar kurang lebih 40 pohon. Tanaman ini tumbuh pada hutan
primer/sekunder dengan ketinggian sekitar 879 mdpl sampai 898 mdpl. Sampai
laporan ini dibuat, kami belum berhasil mengidentifikasi spesies tersebut apakah
varietas dari E. deglupta atau spesies Eucalyptus lain.
3.3. Fauna
a. Spesies : Tarsius (Tarsius dianae)
Gambar 4. Tarsius dianae
Ditemukan di titik S1º12’47,07E120º7’48,20”, yaitu di wilayah sekitar wilayah air
terjun dengan pertemuan tidak langsung berupa suara. Jumlah diperkirakan
sekira satu pasang, dengan posisi ketika didiidentifikasi adalah ketika keluar dari
sarang. Habitat ditemukan adalah hutan primer dengan ketinggian 1026 mdpl.
b. Spesies : Elang (Accipiter sp)
Pada saat perjalanan, kami melihat dan mendengar suara elang, namun tidak
dapat mengidentifikasi secara jelas apakah elang yang ditemui adalah Elang
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 3 -
Sulawesi atau Elang hitam atau Elang Perut karat, namun yang jelas beraasal
dari marga Accipiter. Satwa ini dijumpai secara langsung, namun tidak dapat
terlihat dengan jelas, saat sedang bertengger ataupun bersarang di pohon dan
mengeluarkan suara pada titik S1º12’13,89”E120º7’45,84”. Habitat dimana
teridentifikasi satwa tersebut berada pada hutan sekunder pada ketinggian 893
mdpl
c. Spesies : Kepudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis)
Ditemukan 2 ekor atau 1 pasang secara langsung saat sedang betengger dan
bermain dia atas pohon. Berada pada hutan sekunder pada titik 1º12’13,60”
120º7’46,60” dan ketinggian 890 mdpl. Berada pada habitat hutan sekunder.
Gambar 5. Kepodang Kuduk Hitam
d. Spesies : Burung Srigunting (Dicrurus macrocerus)
Ditemukan 1 kelompok 8 ekor secara langsung saat sedang betengger dan
bermain dia ats pohon mati. Berada pada hutan sekunder pada titik S1º12’13,60”
E120o7’46,60” danketinggian 890 mdpl
3.4. Hasil Hutan Bukan Kayu
a. Spesies : Rotan (Calamus sp)
Rotan dtemukan cukup banyak di sepanjang jalur perjalanan mulai dari titik
S1o12’28,9”E120o7’46,52”, titik S1o12’33,55”E120o7’46,70”, titik S1o12’38,21”
E120o7’ 46,84”, serta titik sekitar S1º12’45,96”E120º7’ 46,81 detik. Kondisi rotan
di sekitar daerah ini masih cuup banyak dan terlihat belum banyak terusik.
Bahkan beberapa pohon terlihat rotan lambing yang masih cukup panjang yang
mengindikasikan bahwa sudah cukup lama tidak terjadi pengambilan rotan di
daerah ini.
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 4 -
Gambar 6. Jalur perjalanan yang banyak ditumbuhi rotan
Jumlah rumpun rotan yang terlihat di lokasi dihitung secara kasar sekitar 60
rumpun. Bahkan banyaknya rotan yang tumbuh membuat perjalanan tim
memnjadi sedikit berat karena harus menembus duri-duri rotan yang pada
beberapa tempat cukup rapat. Lokasi tumbuhnya rotan memang cukup curam
dengan kemiringan rata rata 45-50o.
3.5. Wisata
a. Obyek Wisata : Air terjun
Gambar 7. Air terjun yang kami beri nama NOSIMPOKONO
Air terjun ini sangat indah dan perawan dengan tinggi sekiytar 20 meter.
Dikelilingi oleh ttebing-tebing batu yang sangat tinggi dan kokoh yang membentuk
seperti kanopi dengan lebar dasar sekitar 15 meter. Dibawah luncuran air terjun
ini terdapat kolam yang dapat digunakan untuk mandi dengan diameter sekitar 4
m dengan kedalaman paling dalam sekitar 1 meter. Luncuran air terjun ini masih
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 5 -
cukup lembut yang memungkinkan pengunjung mandi di bawah turunan airnya.
Pada tebing-tebing di sekitar air terjun, terdapat rembesan-rembesan air diantara
batu batu, sehinggga tebing di sekitar air tterjun selalu meneteskan air-air
seoperti hujan gerimis. Air terjun ini sangat indah dan sangat layak dijadikan
tempat wisata.
Gambar 8. Kolam dibawah air terjun
Air terjun ini berada pada titik koordinat S1º12’47,07”E120º7’48,20” dengan
ketinngian 1029 mdpl dan merupakan salah satu hulu sungai kamarora.
Gambar 9. Papan Nama Air Terjun Nosimpokono dan Tenda berlatar air terjun
Dikarenakan air terujn ini belum memiliki nama, maka kami berembuk dan
bersepakat memberikan nama air terjun ini dengan nama Air Terjun
“NOSIMPOKONO”.
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 6 -
Nama NOSIMPOKONO kami pilih karena nama ini merupakan bahasa kaili yang
pengucapannya mudah dan dapat diucapkan dengan mudah oleh suku-suku lain.
Nama NOSIMPOKONO berarti “Saling Menyukai”. Kami berharap jika nantinya
Air Terjun ini ttelah dibuka unntuk wisata secara umum, makamasyarakat yang
saling menyukai atau salaing jatuh cinta dapat tertarik untuk mengunjungi air
terjun ini.
Gambar 10. Foto Tim di Depan Air Terjun
b. Obyek wisata : Camping Ground
Gambar 11. Lokasi Camping Ground yang cukup datar dan luas
Camping ground adalah obyek pendukung dari wisata air terjun. Camping ground
ini adalah tempat yang menurut pertimbangan kami paling ideal digunakan
sebagai area berkemah ketika wisatawan berkunjung keair terjun, dilihat dari sisi
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 7 -
luasan, kedataran tempat, jarak kerapatan vegetasi, ketersediaan air dan
keamanan. Tempat ini merupakan area yang cukup datar dengan luas sekitar 2
ha, di atas air terjun. Vegetasi kecil dengan jarak tidak terlalu rapat. Berada
pada titik S1º12’44,5”E120º7’46,10” dengan ketinggian 1029 mdpl Daerah ini
menurut pengamatan kami cukup aman dari bahaya longsor dan banjir dibanding
jika berkemah di sekitar air terjun.
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 8 -
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan kegiatan ini adalah, bahwa pada jalur menuju air terjun kamarora 2
(Nosimpokono) data dan potensi yang dapat diketahui adalah sebagi berikut :
1. Batas akhir perambahan berada pada titik S1º12’0,08”E120º7’53,6”;
2. Flora penting yang ditemui adalah Eucalytus sp;
3. Fauna yang dijumpai Kepodang kuduk hitam, Srigunting, Elang dan Tarsius;
4. Hasil Hutan Bukan Kayu dominan adalah Rotan;
5. Obyek wisata utama adalah Air Terjun Nosimpokono dan Camping Ground.
4.2. Saran
Selama kegiatan berlangsung, jalur menuju air terjun yang kami lalui masih cukup
berat dan curam di beberapa tempat. Untuk itu masih memerlukan beberapa kali
survey dan pembukaan jalur lagi untuk mendapatkan jalur yang aman dan tidak
terlalu berat bagi wisatawan umum.
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 9 -
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 11 -
PETA CITRA TEMATIKKEGIATAN
SURVEI BERBASIS RESORT KE-3RESORT KADIDIA
TAMAN NASIONAL LORE LINDU19 s/d 22 Agustus 2014
Dokumentasi Kegiatan
SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 12 -
Orientasi jalur
Kehujanan
Pengambilan titikIstirahat hujan
Istirahat
Kondisi jalur
Camping Ground
Masak malam