air terjun nosimpokono

18
AIR TERJUN NOSIMPOKONO Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendata potensi jalur menuju air terjun yang selama ini disebut air terjun Kamarora 2 yang akhirnya kami namakan Air Terjun NOSIMPOKONO. Pada saat pelaksanaan kegiatan, Tim Survey dibantu oleh beberapa anggota Kelompok Pecinta Alam binaan Taman Nasional Lore Lindu. Sedikit kendala yang dihadapi Tim pada saat pelaksanaan kegiatan adalah kondisi cuaca, dimana beberapa kali terjadi hujan deras yang menyulitkan Tim untuk mengambil dokumentasi dan mengambil titik koordinat yang dikarenakan sulitnya menangkap sinyat satelit. Namun kendala pengambilan titik koordinat ini dapat diatasi dengan pengambilan titik ikat dan diproyeksikan menuju titik yang dituju. 3.1. Gangguan Kawasan a. Jenis : Batas Akhir Kebun Coklat Start awal dari batas kawasan yaitu titik S1º11’42,56”E120º7’59,00” menuju titik tertentu adalah berupa kebun coklat yang merupakan perambahan lama di taman nasional lore lindu. Untuk itu kami mengidentifijasi adalah batas akhir dari kebun coklat yang masuk ke dalam kawasan hingga daerah kebun yang berbatasan dengan hutan sekunder dimana menjadi titik akhir batas perambahan. Batas ini dapat menjadi referensi luasan daerah perambahan lama masyarakat ke dalam area TNLL. SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 1 -

Upload: agus-rahman

Post on 11-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

wisata lore lindu

TRANSCRIPT

AIR TERJUN NOSIMPOKONO

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendata potensi jalur menuju air terjun yang

selama ini disebut air terjun Kamarora 2 yang akhirnya kami namakan Air Terjun

NOSIMPOKONO. Pada saat pelaksanaan kegiatan, Tim Survey dibantu oleh beberapa

anggota Kelompok Pecinta Alam binaan Taman Nasional Lore Lindu. Sedikit kendala

yang dihadapi Tim pada saat pelaksanaan kegiatan adalah kondisi cuaca, dimana

beberapa kali terjadi hujan deras yang menyulitkan Tim untuk mengambil dokumentasi

dan mengambil titik koordinat yang dikarenakan sulitnya menangkap sinyat satelit.

Namun kendala pengambilan titik koordinat ini dapat diatasi dengan pengambilan titik

ikat dan diproyeksikan menuju titik yang dituju.

3.1. Gangguan Kawasan

a. Jenis : Batas Akhir Kebun Coklat

Start awal dari batas kawasan yaitu titik S1º11’42,56”E120º7’59,00” menuju titik

tertentu adalah berupa kebun coklat yang merupakan perambahan lama di taman

nasional lore lindu. Untuk itu kami mengidentifijasi adalah batas akhir dari kebun

coklat yang masuk ke dalam kawasan hingga daerah kebun yang berbatasan

dengan hutan sekunder dimana menjadi titik akhir batas perambahan. Batas ini

dapat menjadi referensi luasan daerah perambahan lama masyarakat ke dalam

area TNLL.

Gambar 1. Batas Kebun dan Hutan Sekunder

Batas akhir kebun coklat berada pada titik S1º12’0,08”E120º7’53,6” pada

kettinggian 777 mdpl. Pada daerah sekitar batas ini menuju daerah batas luar,

kami melihat adanya kondisi tanah turun yang mengindikasikan bahwa kestabilan

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 1 -

tanah sudah terganggu. Hal ini dapat menunjukkan bahwa daerah ini sangat

rawan terjadi longsor karena terlihat beberapa tempat telah terjadi penurunan

tanah sekitar 5 cm dan terjadi tanah pecah yang membentuk parit-parit dengan

kedalaman sekitar 50 cm. Bahkan kami menemui adanya pondok kebun yang

rubuh karena tanah turun.

3.2. Flora

a. Spesies : Eucalyptus sp

Vegetasi unik yang kami jumpai pada jalur perjalanan adalah vegetasi Eucalyptus

sp. Eucalyptus ini cukup unik karena biasanya Eucalyptus yang ditemukan di

sekitar Taman Nasional Lore Lindu adaklah Eucalyptus deglupta atau leda.

Namun vegetasi eucalyptus pada jalur ini sedikit berbeda. Perbedaan mencolok

antara kedua spesies ini adalah pada penampakan warna kayu, dimana

Eucalyptus deglupta penampakan kayunya berwarna hijau coklat segar,

sedangkan Eucalyptus sp yang kami temui berwarna coklat dan terkesan kering,

baik ketika masih kecil maupun ketika sudah besar.

Gambar 2. Eucalyptus sp yang berbeda corak dengan E. deglupta (Leda)

Jumlah individu Eucalyptus sp ini cukup banyak. Spesies ini tumbuh

berkelompok sepanjang jalur mulai dari titik S1º12’18,54”E120º7’45,84”,

S1º12’20,49”E120º7’45,82”, sampai S1º12’23,07E120º7’45,77”. Selain itu di

beberapa titik perjalanan juga ditemui tanaman ini tumbuh secara tunggal.

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 2 -

Gambar 3. Perbandingan corak Eucalyptus sp dengan E. deglupta (Leda)

Tanaman ini tumbuh berkelompok dengan jarak yang tidak begitu rapat namun

terlihat mendominasi, dengan luasan total sekitar 2 ha dan jumlah tanaman pada

jalur sekitar kurang lebih 40 pohon. Tanaman ini tumbuh pada hutan

primer/sekunder dengan ketinggian sekitar 879 mdpl sampai 898 mdpl. Sampai

laporan ini dibuat, kami belum berhasil mengidentifikasi spesies tersebut apakah

varietas dari E. deglupta atau spesies Eucalyptus lain.

3.3. Fauna

a. Spesies : Tarsius (Tarsius dianae)

Gambar 4. Tarsius dianae

Ditemukan di titik S1º12’47,07E120º7’48,20”, yaitu di wilayah sekitar wilayah air

terjun dengan pertemuan tidak langsung berupa suara. Jumlah diperkirakan

sekira satu pasang, dengan posisi ketika didiidentifikasi adalah ketika keluar dari

sarang. Habitat ditemukan adalah hutan primer dengan ketinggian 1026 mdpl.

b. Spesies : Elang (Accipiter sp)

Pada saat perjalanan, kami melihat dan mendengar suara elang, namun tidak

dapat mengidentifikasi secara jelas apakah elang yang ditemui adalah Elang

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 3 -

Sulawesi atau Elang hitam atau Elang Perut karat, namun yang jelas beraasal

dari marga Accipiter. Satwa ini dijumpai secara langsung, namun tidak dapat

terlihat dengan jelas, saat sedang bertengger ataupun bersarang di pohon dan

mengeluarkan suara pada titik S1º12’13,89”E120º7’45,84”. Habitat dimana

teridentifikasi satwa tersebut berada pada hutan sekunder pada ketinggian 893

mdpl

c. Spesies : Kepudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis)

Ditemukan 2 ekor atau 1 pasang secara langsung saat sedang betengger dan

bermain dia atas pohon. Berada pada hutan sekunder pada titik 1º12’13,60”

120º7’46,60” dan ketinggian 890 mdpl. Berada pada habitat hutan sekunder.

Gambar 5. Kepodang Kuduk Hitam

d. Spesies : Burung Srigunting (Dicrurus macrocerus)

Ditemukan 1 kelompok 8 ekor secara langsung saat sedang betengger dan

bermain dia ats pohon mati. Berada pada hutan sekunder pada titik S1º12’13,60”

E120o7’46,60” danketinggian 890 mdpl

3.4. Hasil Hutan Bukan Kayu

a. Spesies : Rotan (Calamus sp)

Rotan dtemukan cukup banyak di sepanjang jalur perjalanan mulai dari titik

S1o12’28,9”E120o7’46,52”, titik S1o12’33,55”E120o7’46,70”, titik S1o12’38,21”

E120o7’ 46,84”, serta titik sekitar S1º12’45,96”E120º7’ 46,81 detik. Kondisi rotan

di sekitar daerah ini masih cuup banyak dan terlihat belum banyak terusik.

Bahkan beberapa pohon terlihat rotan lambing yang masih cukup panjang yang

mengindikasikan bahwa sudah cukup lama tidak terjadi pengambilan rotan di

daerah ini.

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 4 -

Gambar 6. Jalur perjalanan yang banyak ditumbuhi rotan

Jumlah rumpun rotan yang terlihat di lokasi dihitung secara kasar sekitar 60

rumpun. Bahkan banyaknya rotan yang tumbuh membuat perjalanan tim

memnjadi sedikit berat karena harus menembus duri-duri rotan yang pada

beberapa tempat cukup rapat. Lokasi tumbuhnya rotan memang cukup curam

dengan kemiringan rata rata 45-50o.

3.5. Wisata

a. Obyek Wisata : Air terjun

Gambar 7. Air terjun yang kami beri nama NOSIMPOKONO

Air terjun ini sangat indah dan perawan dengan tinggi sekiytar 20 meter.

Dikelilingi oleh ttebing-tebing batu yang sangat tinggi dan kokoh yang membentuk

seperti kanopi dengan lebar dasar sekitar 15 meter. Dibawah luncuran air terjun

ini terdapat kolam yang dapat digunakan untuk mandi dengan diameter sekitar 4

m dengan kedalaman paling dalam sekitar 1 meter. Luncuran air terjun ini masih

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 5 -

cukup lembut yang memungkinkan pengunjung mandi di bawah turunan airnya.

Pada tebing-tebing di sekitar air terjun, terdapat rembesan-rembesan air diantara

batu batu, sehinggga tebing di sekitar air tterjun selalu meneteskan air-air

seoperti hujan gerimis. Air terjun ini sangat indah dan sangat layak dijadikan

tempat wisata.

Gambar 8. Kolam dibawah air terjun

Air terjun ini berada pada titik koordinat S1º12’47,07”E120º7’48,20” dengan

ketinngian 1029 mdpl dan merupakan salah satu hulu sungai kamarora.

Gambar 9. Papan Nama Air Terjun Nosimpokono dan Tenda berlatar air terjun

Dikarenakan air terujn ini belum memiliki nama, maka kami berembuk dan

bersepakat memberikan nama air terjun ini dengan nama Air Terjun

“NOSIMPOKONO”.

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 6 -

Nama NOSIMPOKONO kami pilih karena nama ini merupakan bahasa kaili yang

pengucapannya mudah dan dapat diucapkan dengan mudah oleh suku-suku lain.

Nama NOSIMPOKONO berarti “Saling Menyukai”. Kami berharap jika nantinya

Air Terjun ini ttelah dibuka unntuk wisata secara umum, makamasyarakat yang

saling menyukai atau salaing jatuh cinta dapat tertarik untuk mengunjungi air

terjun ini.

Gambar 10. Foto Tim di Depan Air Terjun

b. Obyek wisata : Camping Ground

Gambar 11. Lokasi Camping Ground yang cukup datar dan luas

Camping ground adalah obyek pendukung dari wisata air terjun. Camping ground

ini adalah tempat yang menurut pertimbangan kami paling ideal digunakan

sebagai area berkemah ketika wisatawan berkunjung keair terjun, dilihat dari sisi

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 7 -

luasan, kedataran tempat, jarak kerapatan vegetasi, ketersediaan air dan

keamanan. Tempat ini merupakan area yang cukup datar dengan luas sekitar 2

ha, di atas air terjun. Vegetasi kecil dengan jarak tidak terlalu rapat. Berada

pada titik S1º12’44,5”E120º7’46,10” dengan ketinggian 1029 mdpl Daerah ini

menurut pengamatan kami cukup aman dari bahaya longsor dan banjir dibanding

jika berkemah di sekitar air terjun.

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 8 -

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan kegiatan ini adalah, bahwa pada jalur menuju air terjun kamarora 2

(Nosimpokono) data dan potensi yang dapat diketahui adalah sebagi berikut :

1. Batas akhir perambahan berada pada titik S1º12’0,08”E120º7’53,6”;

2. Flora penting yang ditemui adalah Eucalytus sp;

3. Fauna yang dijumpai Kepodang kuduk hitam, Srigunting, Elang dan Tarsius;

4. Hasil Hutan Bukan Kayu dominan adalah Rotan;

5. Obyek wisata utama adalah Air Terjun Nosimpokono dan Camping Ground.

4.2. Saran

Selama kegiatan berlangsung, jalur menuju air terjun yang kami lalui masih cukup

berat dan curam di beberapa tempat. Untuk itu masih memerlukan beberapa kali

survey dan pembukaan jalur lagi untuk mendapatkan jalur yang aman dan tidak

terlalu berat bagi wisatawan umum.

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 9 -

Lampiran-Lampiran

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 10 -

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 11 -

PETA CITRA TEMATIKKEGIATAN

SURVEI BERBASIS RESORT KE-3RESORT KADIDIA

TAMAN NASIONAL LORE LINDU19 s/d 22 Agustus 2014

Dokumentasi Kegiatan

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 12 -

Orientasi jalur

Kehujanan

Pengambilan titikIstirahat hujan

Istirahat

Kondisi jalur

Camping Ground

Masak malam

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 13 -

Kondisi jalur

SURVEY BERBASIS RESORT Ke-3 di RESORT KADIDIA Tahun 2014 - 14 -