ahmad syafi
DESCRIPTION
Konsep Pendidikan (Fungsi dan Tujuan) Ahmad Syafi'iTRANSCRIPT
AHMAD SYAFI’I
Kondisi di negara kita saat ini, sekolah yang baik dan benar masih dapat
dihitung dalam hitungan jari. Hal-hal yang sudah ada tersebut menjadi terlupakan
bahkan hilang. Yang terjadi saat ini, kita sebagai bangsa Indonesia malah senang
berorientasi dengan apa yang berbau ”Barat”, dengan kata lain luar negeri. Bisa
jadi, kekaguman kita pada hal-hal yang berbau luar negeri karena budaya kita
tidak pernah menghargai hasil karya bangsanya sendiri. Bisa jadi pula, karena kita
tidak terlalu peduli sejarah. Kita tidak terlalu dikenalkan dengan ”sejarah” yang
sebenarnya.
Bagaimanapun, kita memiliki banyak tokoh pendidikan yang hebat dalam
konsep pendidikan dalam membangun bangsa Indonesia. Sebagai contoh, Engku
Moehammad Syafei (Ahmad Syafi’i) yang hidup pada masa penjajahan kolonial
Belanda, ia mendirikan INS Kayu Tanam. Tokoh pendidikan ini berkeyakinan
konsep yang ada di INS Kayu Tanam akan mendidik siswa berwatak mandiri,
berkemauan, dan bekerja keras.
Dasar dan Nilai Filosofis INS Kayu tanam
Nasionalisme, jati diri bangsa-jati diri masing-masing individu (karakter
bangsa dan karakter diri) membangun kembali
Patriotisme
Idealisme
Wirausaha entrepreneur mandiri
Masyarakat komunal
3H (head = cipta, heart = rasa, hand = karsa) manusia seutuhnya. Tiga
komponen tersebut merupakan komponen utama dalam sistem pendidikan ins
kayu tanam, yaitu tenaga ia bisa bekerja, otak ia bisa berpikir, dan jiwa ia bisa
merasa.
Fungsi INS Kayu Tanam
Agar peserta didik mampu :
A. Menumbuh kembangkan budi perkerti dan akhlak mulia (sesuai dengan
ajaran agama, etika dan moral)
B. Menumbuh kembangkan kemerdekaan berpikir (aktif-kreatif)
C. Menumbuh kembangkan pengetahuan, bakat / talenta dan potensi diri sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
D. Menumbuh kembangkan etos / unjuk kerja yang tinggi
E. Menanamkan percaya diri, kreativitas, kemandirian, dan kewirausahaan
(entrepreneurship)
F. Mewujudkan dalam tindakan nyata semboyan: “cari sendiri dan kerjakan
sendiri ”, artinya sekolah harus mampu membiayai dirinya dan tidak mau
menerima bantuan yang dapat mengurangi kebebasan untuk mencapai cita-
cita.
G. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
H. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
I. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung
jawab
J. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan
Di Ruang Pendidikan INS Kayutanam, Ahmad Syafi’i merintis dan
menumbuh-kembangkan kemandirian, kereativitas dan jiwa
entrepereneurship/wirausaha, yaitu yang sejalan dengan life skills dari kurikulum
yang berbasis kompetensi (KBK).
A. Kemandirian
Mampu berdiri sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. Kemandirian
adalah memiliki jati diri yang kuat, gigih, ulet, rasa percaya diri yang tinggi,
mampu tampil beda, tetapi rendah hati. Kita (orang Indonesia) harus mampu
hidup seperti “ayam kampung ”, dan bukan halnya seperti selama ini, di mana
kita dibesarkan dan dididik seperti “ayam ras ”. Dengan demikian, agar
mampu eksis menghadapi tantangan global haruslah didukung oleh individu-
individu yang mampu menjadi “jago ” yang tidak hanya “jago kandang ”,
tetapi mampu menjadi tenaga ahli, tidak hanya TKI-sebagai tenaga pembantu
rumah tangga dan buruh kasar ( lebih satu juta orang) di Malaysia, Singapura,
Hongkong, Taiwan, Korea, Saudi Arabia, Abu Dabi, dsb. dan sekitanya, dll.
Melihat berbagai kasus penganiayaan, pelecehan serta tindakan semena-mena
dari majikan menjadi TKI di luar negari sebagai tenaga pembantu dan buruh
kasar, “martabat dan harga diri bangsa Indonesia betul-betul diuji dan
dipertaruhkan ”. Kadang-kadang memang tidak ada pilihan kerja lain, dari
pada makan nasi tiwul seperti di berbagai tempat di P Jawa, makan singkong
rebus di Indramayu, kawin kontrak di daerah Bogor, puncak dan sekitarnya,
dll.
B. Kreativitas
Kreativitas adalah menghasilkan produk baru yang penting atau meliputin
semua usaha produktif dari seseorang. Ada sejumlah karakteristik kreatifitas,
di antaranya (1) hasrat ingin tahu, (2) cenderung/senang untuk menemukan
sesuatu, (3) berkemampuan mandiri dan independent, (4) memilih melakukan
tugas yang sulit dan menantang, (5) mampu memecahkan masalah dengan
baik dan yakin dengan putusan yang telah diambil, (6) senang/bergairah
memecahkan masalah, (7) pemikir yang fleksibel, (8) bekerja dengan dedikasi
yang tinggi dengan waktu yang lebih panjang terhadap masalah yang tidak
terpecahkan, (9) memberikan respons cepat dan di luar dugaan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, (10) memperlihatkan kemampuan
untuk mensintesis dan memahami implementasinya, dan (11) berkemampuan
untuk membaca dengan baik.
C. Wirausaha, Thomas Paine (1776); Entrepreneur’s Credo :
“I do not to choose to be a common man, it is my right to be uncommon…
if I can. I seek opportunity… not security. I do not wish to be a kept citizen,
humbled and dulled by having the state look after me. I refuse to barter
incentive for a dole; I prefer the challenges of life the guaranteed existence;
the thrill of fulfillment to the state calm of Utopia. I will not trade freedom for
beneficence nor my dignity for a handout. I will never cower before any
master nor bend to any thereat. It is any heritage to stand erect, proud and
unafraid; to think and act for myself, to help, I have done. All this what it
means to be Entrepreneur”
Proses Pendidikan Kayu Tanam
1. Landasan dan Niai-Nilai Filososfi RP INS Kayu tanam
A. Landasan
1. Berpikir logis dan rasional
Keaktifan atau kegiatan
Pendidikan masyarakat
Memperhatikan pembawaan anak
Menentang intelektualisme
Setelah kemerdekaan landasan tersebut dikembangkan menjadi dasar-
dasar pendidikan Republik Indonesia :
2. Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Kemanusiaan
4. Kesusilaan
5. Kerakyatan
6. Kebangsaan
7. Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan
8. Percaya pada diri sendiri juga dari Tuhan
9. Berakhlak (bersusila) setinggi mungkin
10. Bertanggung jawab atas keselamatan nusa dan bangsa
11. Berjiwa aktif positif dan aktif negative
12. Mempunyai daya cipta
13. Cerdas, logis dan rasional
14. Berperasaan tajam, halus dan estetis
15. Gigih atau ilet yang sehat
16. Correct atau tepat
17. Emosional
18. Jasmani sehat dan kuat
19. Cakap berbahasa Indonesia
20. Sanggup hidup bersusah payah dan sederhana
21. Sanggup mengerjakan pekerjaan dengan alat serba kurang
22. Sebanyak mungkin memakai kebudayaan nasional waktu mendidik
23. Waktu mengajar peran guru sebanyak mungkin menjadi obyek dan
murid-murid menjadi obyek, bila hal ini tidak mungkin barulah para
guru mnjadi subyek dan murid menjadi obyek.
24. Sebanyak mungkin para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya,
tidak hanya pandai menyuruh saja
25. Diusahakan supaya pelajaran mempunyai darah kesatria, berani
karena benar
26. Mempunyai jiwa konsetrasi
27. Pemeliharaan (perawatan) sesuatu
28. Menepati janji
29. Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-
baiknya
30. Kewajiban harus dipenuhi
31. Hemat
B. Nilai – nilai Filosofis
Nasionalisme
Develop Mentalisme
2. Landasan Penyusunan Kurikulum Kurikulum (Mata Pelajaran) RP INS
Kayutanam
A. Landasan Idiil
Pancasila yang merupakan sumber hukum dan digali dari
kebudayaan-kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tanah air
Indonesia
B. Landasan Konstitusional
Sebagai tujuan dari landasan pendidikan Indonesia yang tertuang
dalam RP ISN Kayutanam ada dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4
C. Landasan Operasional
Landasan operasional sudah tertuang dalam GBHN yang
merupakan rintisan dari RP INS Kayutanam yang direalisasikan dalam
bentuk Sisdiknas yakni membentuk watak bangsa Indonesia seutuhnya.
D. Kurikulum
Dalam kurikulum ini yang dikembangkan oleh RP INS Moh. Syafei
yakni kurikulum pendidikan dasar yang tahun awalnya berupa pendidikan
pra-sekolah. Dari segi tujuan operasional pendidikan kurikulumnya terdiri
atas pendidikan umum dan kejuruan yang berpusat pada pekerjaan tangan.
Alokasi waktu kerja tangan kelas 1 dan kelas 2 (satu setengah jam)
perminggu, dan untuk kelas 3 (3 jam per-minggu). Kelas rendah
ditekankan pada kerja mencontoh. Sementara teknik membaca yang
merupakan keharusan menggunakan pendekatan individual, artinya setelah
diterangkan oleh guru secara umum hanya satu murid saja yang berada di
kelas sementara yang lainnya dikelas yang berdekatan. Mata pelajaran
olahraga/permainan rakyat diberikan 5 jam perminggu. Mata pelajaran
kesenian (menyanyi) diberikan 2,5 jam setiap kelas dan di kelas 2 harus
menggunakan bahasa Belanda yang diiringi oleh biola, seruling dan gitar.
3. Tingkat Pendidikan dan Mata Pelajaran RP INS Kayutanam
A. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan yang dikembangkan di INS Kayutanam hádala
pendidikan dasar dimana untuk tahun-tahun awal sekolah hádala
pendidikan prasekolah. Dari tujuan kurikulum maka pendidikan terdiri
atas pendidikan umum dan pendidikan kejuruan
B. Mata Pelajaran :
Mata pelajaran yang dkembangkan di INS Kayutanam adalah :
Bahasa Ibu (terdiri atas 3 aktifitas yaitu pasif, setengah aktif dan aktif)
Menggambar (terdiri atas : menggambar bebas, menggambar menurut
contoh (gambar orang lain, benda-benda buatan manusia, benda-benda
alam),menggambar di luar kepala, kerangka, gelas, otak dll,
menggambar garis lupus, dengan cata ir dan menggambar perspektif)
Membersihkan sekolah dan kelas ( pembentukan tabita yang positif,
bekerja tuntas dari awal hinggá akhir, tertib penggunaan alat dan
langkag-langkah kerja harus diperhatikan serta menumbuhkan
kecakapan sosial, komunikasi, kepemimpinan dan kerjasama
Berkebun (prinsipnya sama dengan kebersihan sekolah Namur
tahapannya dimulai dari persiapan, penanaman, pemeliharaan dan
pemetikan hasil). Penekanannya untuk menjalani pelajaran berhitung
Bermain-main (Kegiatan yang menyenangkan dilakukan
berkelompok, melibatkan cala dan menang. Hal ini menanamkan rasa
sportifitas, kebersamaan, dan kepemimpinan.
4. Strategi Pembelajaran dan Nilai-Nilai yang dikembangkan di RP INS Kayu
tanam
A. Strategi Pembelajaran
CTL : Komponennya Konstrukivisme, inquiri, questioning,modeling,
lerning community, reflecting, autenthic assessment.
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Memanfaatkan lingkungan (alam tak ambang jadi guru)
Pendekatan SAVI : Somatic (Learning by moving and doing)
Auditoric (learning hearing and teaching)
Fisual (learning by observing and grafling
Intellectual (learning by problem solving and reflecting)
Quantum Lerning (PAKEM)
B. Nilai – nilai yang ditanamkan
Imtaq, kebangsaan, budi pekerti, tanggung jawab, jujur dan ihlas, mandiri,
satria, empati, gigih/ulet, rendah hati (bersahaja)
5. Evaluasi Proses Pembelajaran RP ISN Kayutanam
A. Evaluasi Proses
B. Evaluasi Produk
6. Strategi Implementasi Konsep dan Nilai-Nilai RP INS Kayutanam di
Indonesia saat iini dan dimasa mendatang
Bila kita perhatikan konsep dan nilai-nilai RP INS Kayutanam sangat
sejalan dengan UU Pendidikan No 20 Th. 2003 Pasal 26 yang menyatakan
bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan
pendidika yang bermakna, menyenangkan, kreatif dinamis dan dialogis. UU
ini telah diperkuat oleh PP No 19 2004 tentang BSNP. Kemudian BSNP
melahirkan 8 standar nasional pendidikan dimana salah salah satunya adalah
standar proses. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berparsitipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreatifitas dan kemandiriansesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Adapun strategi
implementasi konsep dan nilai-nilai RP INS Kayutanam adalah :
A. Sosialisasi konsep dan nilai INS kepada Kepala Dinas, Pengawas, Kepala
Sekolah dan Guru
B. Mengadakan diklat untuk guru-guru
C. Mengadakan sekolah percobaan yang melaksanakan nilai-nilai INS
Kayutanam
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis pesertra didik”. Selain semua
kriteria tersebut ditegaskan pula pada ayat (2) bahwa dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladan