ahb sk 1 kgp
DESCRIPTION
WQWQWQWTRANSCRIPT
LO1
Terdapat 3 domain perilaku yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya
datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
orang lain, didapat dari buku, atau media massa dan elektronik Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior). Pada dasarnya
pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang
dihadapi.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahaun dapat ditingkatkan melalui penyuluhan,
baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan
kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan,
yaitu:
1) Tahu (Know) : Mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain orang tersebut dapat menyebutkan,
mendefinisikan dan mengatakan terhadap objek yang dipelajari.
2) Memahami (Comprehension) : Kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.\
3) Aplikasi (Aplication) : Kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus,
metode, prinsip dlam konteks atau situasi lain.
4) Analisis (Analysis): Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis) : Kemampuan untuk menghubungkan bagian-
bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan
formulasi-formulasi yang ada. Seperti dapat menyususun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation) : Kemampuan-kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
2. Sikap
Sikap merupakan salah satu di antara kata yang paling samar namun paling
sering digunakan di dalam kamus ilmu-ilmu perilaku. Sikap sebagai suatu
kecenderung jiwa atau perasaan yang relatif tetap terhadap kategori tertentu dari
objek, atau situasi. Sikap digambarkan sebagai tanggapan batin dari sebuah
pengetahuan, sikap bersifat covert, artinya belum ada sebuah wujud konkret
dari tanggapan. Menurut Notoatmodjo, sikap mempunyai 4 (empat) tingkatan,
yaitu:
1) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggungjawab (responsible), bertanggungjawab atas segala suatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang
memiliki tingkatan paling tinggi.
3. Tindakan / praktik
Terbentuknya praktik/tindakan terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru
pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk
sikap subjek terhadap objek yang diketahui. Secara lebih operasional praktik dapat
diartikan sebagai suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan
(stimulasi) dari luar objek tersebut. Respons manusia tersebut dapat bersifat pasif
yang meliputi pengetahuan, persepsi dan sikap, sedangkan yang bersifat aktif
merupakan tindakan yang nyata atau disebut practice. Menurut Notoatmodjo,
tindakan mempunyai 4 (empat) tingkatan, yaitu:
1) Persepsi : Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin: Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat
dua.
3) Mekanisme: Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka
dia sudah mencapai praktik pada tingkat tiga.
4) Adaptasi: Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya
sendiri tanpa mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut.
LO 4
Contoh pada hambatan pada perubahan perilaku yang disebabkan karena agama
seperti, menurut agama yang dianut pada kebanyakan masyarakat melakukan
aborsi merupakan sesuatu yang dii larang dan berdosa, namun apabila secara
secara medis disarankan untuk melakukan aborsi yang mana hal ini dapat
membahayakan nyawa ibu jika tidak dilakukan seperti terdapat kista di
rahimnya, maka diharuskan untuk mengangkat janinnya. Namun karena
perbuatan ini menentang agama ataupun kepercayaan maka masyarakat tidak
melakukannya.