agustina fd.docx · web viewmedia dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa...
TRANSCRIPT
PEMBERITAAN KEBIJAKAN PRESIDEN DALAM MENETAPKAN
BUDI GUNAWAN SEBAGAI CALON KAPOLRI PADA SURAT KABAR
KOMPAS (Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang Pemberitaan Kebijakan
Presiden Dalam Menetapkan Budi Gunawan Sebagai Calon Kapolri Pada
Surat Kabar Harian Kompas Periode Januari–Februari 2015)
Agustina Fitria Dewi
Dwi Tiyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Media is a means of learning to find out various events. Such the role makes the mass media office as the provider of information and news service grows very rapidly within society. It makes every mass media office competing for organizing news coverage optimally. The objective of research was to find out the content of news coverage concerning the assignment of Budi Gunawan to be the candidate of Police Head (Kapolri) in Kompas daily in the period of January-February 2015.
This study was a quantitative content analysis research with descriptive approach. The population of research was all news coverage concerning the assignment of Budi Gunawan as the candidate of Police Head (Kapolri) published in Kompas daily editions of January-February 2015. Meanwhile, the sample was news concerning the assignment of Budi Gunawan to be the candidate of Police Head (Kapolri) in Kompas daily editions of January 8-February 23, 2015. The types of data used were primary and secondary ones. The primary data was collected by means of observing and calculating the emergence of news coverage concerning the assignment of Budi Gunawan to be the candidate of Police Head (Kapolri) in Kompas daily editions of January 8-February 23, 2015 and secondary data was obtained indirectly by the author through collecting literature, journals and other document supporting the primary data.
The result of content analysis conducted in this research showed that the news coverage largely used straight news format, the one featured actually and simply, the titles were written more implicitly put on non-headline, with combined informative and argumentative nature, one-direction coverage type and neutral direction.
Keywords : News and Content Analysis
1
Pendahuluan
Saat ini berita sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Hampir
seluruh elemen masyarakat membutuhkan berita sebagai sumber informasi
mengenai apa saja yang terjadi di sekelilingnya. Hal ini seperti yang dijelaskan
McQuail sebagai salah satu peran media dalam kehidupan sosial, bahwa media
massa sebagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela
yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana.1
Media juga merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.
Dengan peranan tersebut membuat kantor media massa sebagai penyedia jasa
informasi dan berita sudah semakin tumbuh pesat di masyarakat. Sehingga
membuat setiap kantor media massa bersaing untuk mengelola pemberitaan secara
optimal.
Seperti yang terjadi di awal tahun 2015, lebih kurang sebulan terakhir
kondisi suhu politik di Indonesia sedang memanas. Bukan lain karena rencana
pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kapolri yang menjadi perdebatan.2
Bagaimana tidak, calon Kapolri tunggal yang dipilih langsung oleh Jokowi ini
memiliki catatan kepemilikan rekening gendut di KPK. Meskipun menurut Jusuf
Kalla, dalam pemilihan Kepala Polri (Kapolri) merupakan hak prerogatif presiden.
Presiden tidak harus melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi serta Pusat
Pelaporan dan Analisis Keuangan (PPATK) dalam menyeleksi Kapolri
sebagaimana Jokowi menyeleksi calon menteri.3
Kasus ini cukup memiliki magnet yang cukup kuat bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Sebab dalam pemerintahannya Jokowi berkomitmen ingin
memberantas korupsi di Indonesia. Termasuk semua pemimpin disetiap lini
pemerintahan pada masa kepemimpinannya ini diharapkan bersih dari kasus
korupsi. Sehingga ketika Jokowi mengajukan calon Kapolri yang dalam track
1 Derry Ulum, Menghadapi Tantangan Global Peranan Media, www. media.kompasiana.com , diakses 17 Maret 2015 pukul 19.20 WIB.2 Calon Kapolri Pilihan Jokowi , www. news.liputan6.com , diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 13.00 WIB.
3Komentar Wapres soal Catatan Merah Calon Kapolri Pilihan Jokowi, www. nasional.kompas.com , diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 13.15 WIB
2
record-nya pernah tersandung masalah korupsi maka masyarakat langsung
merespon dengan cepat.
Perdebatan ini tidak hanya panas dibicarakan di kalangan pemerintahan
dan masyarakat tetapi juga membuka kembali perseteruan di antara dua institusi
besar di Indonesia yakni KPK dan Polri. Kondisi ini membuat semua mata media
mengarah pada kasus tersebut. Tidak hanya media massa elektronik seperti tv dan
radio tapi juga media cetak dan media online bertaraf lokal maupun nasional
mereka beramai-ramai memberitakan kasus ini.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan surat kabar / harian Kompas
sebagai objek penelitian. Kompas merupakan surat kabar nasional yang lahir pada
Juni 1965. Ide awal diterbitkannya surat kabar nasional ini berawal dari keinginan
sang pendiri yang bertujuan menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel,
dan independen. Sehingga pemberitaan Harian Kompas yang dibuat juga bisa
mewakili semua orang tanpa ada kepentingan tertentu.
Dari uraian yang telah disampaikan, penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana Kompas menyajikan fakta-fakta pemberitaan tentang kebijakan
presiden yang memilih calon Kapolri Komjen Polisi Budi Gunawan. Dengan
demikian penulis mengambil judul Pemberitaan Kebijakan Presiden Dalam
Menetapkan Budi Gunawan Sebagai Calon Kapolri Pada Surat Kabar Kompas
(Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang Pemberitaan Kebijakan Presiden Dalam
Menetapkan Budi Gunawan Sebagai Calon Kapolri Pada Surat Kabar Harian
Kompas Periode Januari–Februari 2015).
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana isi pemberitaan mengenai kebijakan presiden dalam
menetapkan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri pada surat kabar Kompas
periode Januari – Februari 2015 ?“
3
Tinjauan Pustaka
1) Komunikasi Massa
Komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang
tujuannya untuk mencapai kebersamaan. Ilmu komunikasi merupakan bagian
dari ilmu sosial yang artinya sebagai suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner.
Menurut Harold Lasswell, komunikasi merupakan proses yang menjelaskan
“siapa” mengatakan “apa” dengan saluran “apa” kepada “siapa” dan dengan
akibat “apa” atau hasil “apa” (who says what in which channel to whom and
with what effect).
Berdasar definisi Lasswell terdapat lima unsur komunikasi yang saling
bergantung satu sama lain. Pertama, sumber (source) / komunikator, adalah
pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Misalnya individu,
kelompok, organisasi, perusahaan ataupun sebuah negara. Kedua, pesan, yakni
apa yang akan dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Ini merupakan
seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai,
gagasan, atau maksud dari sumber tersebut. Ketiga, saluran/media, adalah alat
yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima, bisa
melalui tatap muka ataupun dengan media tertentu. Keempat, penerima
(receiver), adalah orang yang menerima pesan berupa simbol verbal maupun
non verbal. Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada si penerima setelah
menerima pesan tersebut. Bisa berupa pengetahuan, perubahan sikap maupun
perubahan perasaan.
Komunikasi massa adalah suatu proses. Sebagai suatu proses,
komunikasi massa pada dasarnya tidak berbeda dengan proses-proses
komunikasi yang lainnya. Perbedaan yang khas adalah bahwa komunikasi
massa dipergunakan media massa.4 Komunikasi massa merupakan suatu
bentuk komunikasi yang melibatkan khalayak luas dengan menggunakan
teknologi media massa seperti, radio, televisi, surat kabar, dan majalah.
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan seseorang kepada orang
4 Riyono Pratikto, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya CV, 1987), hal 73-74.
4
lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui media.
2) Media Massa
Media atau media massa berfungsi sebagai sarana atau wadah bagi
komunikasi massa. Tanpa media, pesan atau informasi yang dibuat tidak akan
sampai kepada penerima pesan (audience). Media massa itu adalah pers, film,
radio, dan televisi. Kewajiban media adalah bagaimana informasi penting
tersebut sampai ke publik. Dalam komunikasi massa, informasi yang
diproduksi dan disiarkan media dikelola oleh jurnalisme berdasar etika, kaidah,
dan teknik tertentu.
Suatu media dikualifikasikan sebagai suatu media massa apabila tidak
hanya mempunyai kemampuan untuk dapat menyalurkan suatu komunikasi
yang dapat membuat hubungan yang impersonal antara komunikator dan
komunikan atau audience. Tapi juga dapat dipergunakan untuk berkomunikasi
dari suatu sumber tunggal kepada sejumlah besar orang atau audience yang
luas. Karenanya, televisi yang dipergunakan untuk memutar video kaset
bukanlah media massa.5
3) Surat Kabar
Dalam buku Dasar-dasar Hukum Media karya Hari Wiryawan,
dijelaskan bahwa surat kabar adalah media cetak, dimana memiliki banyak
kesamaan dengan komunikasi massa. Surat kabar adalah media cetak yang
diterbitkan secara berkala berupa lembaran-lembaran kertas yang relatif lebar
dan tidak dijilid. Lembaran tersebut memuat berita atau iklan.6
Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan
sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain7 :
5 Riyono Pratikto, op.cit, hal 76.6 Hari Wiryawan, Dasar-dasar Hukum Media, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 62.
7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal 154.
5
a) Publisitas, mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada
publik, bahwa surat kabar diperuntukkan untuk umum karena berita, tajuk
rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum.
b) Periodesasi, berarti keteraturan dalam suatu penerbitan. Sebuah penerbitan
dapat dikatakan sebagai surat kabar apabila terbit secara periodik, yakni bisa
satu kali sehari, bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu.
c) Universalitas, berarti kemestaan dan keragaman. Dalam arti bahwa memuat
aneka berita mengenai kejadian-kejadian diseluruh dunia, dan tentang segala
aspek kehidupan manusia.
d) Aktualitas, kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di
masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan
faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar
lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan.
4) Berita
Dalam kamus Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwodarminta, berita
diartikan sebagai ‘kabar atau warta’. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi ‘laporan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat’. Jadi, berita dapat dikaitkan
dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.8
Menurut Pers Barat, berita adalah NEWS, yang merupakan kependekan
dari North, East, West, and South. Maksudnya adalah laporan
peristiwa/kejadian/informasi dari empat penjuru mata angin. Jadi,
peristiwa/kejadian/informasi dari mana saja selama mengandung nilai-nilai
berita dan patut diketahui publik adalah layak untuk dijadikan berita.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua informasi yang tertulis
dalam media cetak atau ditayangkan oleh media elektronik disebut sebagai
berita. Iklan, resep masakan, opini para pakar atau ahli yang biasa dimuat di
koran, majalah dan tabloid misalnya, juga tidak termasuk berita. Yang disebut
8 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantara Teori dan Praktik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal 67-68.
6
berita adalah laporan tentang sebuah peristiwa/fakta. Jadi, sebuah peristiwa
tidak akan pernah menjadi berita bila tidak dilaporkan melalui media massa,
baik media cetak maupun elektronik.
Intinya, berita adalah laporan yang berisikan informasi yang
terbaru/aktual (bisa sementara terjadi atau baru telah terjadi), bersifat penting
dan menarik perhatian untuk diketahui oleh publik, yang mencerminkan hasil
kerja jurnalistik waratawan (bukan opini atau pendapat wartawan).9
5) Kapolri
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Kapolri adalah pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
penanggung jawab penyelenggaraan fungsi kepolisian.10 Dalam melaksanaan
tugasnya, Kapolri bertanggung jawab langsung kepada Presiden sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Sesuai UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian, berikut ini prosedur
pengangkatan dan penghentian Kapolri seperti yang tertulis dalam pasal 1111 :
1) Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
2) Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden
kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya.
3) Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul
Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam
jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari terhitung sejak tanggal surat
Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
4) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh
Presiden dianggap disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
9 Ibid, hal 69.
10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 Tentang Kepolisian, (Bandung: Citra Umbara, 2010), hal 4.
11 Ibid, hal 7-8.
7
5) Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara
Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya
dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
6) Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.
7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Presiden.
8) Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan selain
yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.
6) Analisis Isi
Analisis isi merupakan salah satu metode utama dalam disiplin ilmu
komunikasi, terutama dipakai untuk menganalisis isi media cetak maupun
elektronik. Selain itu analisi isi juga dipakai untuk mempelajari isi semua
konteks komunikasi, baik komunikasi antarpribadi, kelompok, ataupun
organisasi. Asalkan ada dokumen yang tersedia, analisis isi dapat diterapkan.
Karena analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik
kesimpulan suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen (teks).12 Melalui
analisis isi, peneliti dapat mempelajari gambaran isi, karakteristik pesan, dan
perkembangan (tren) dari suatu isi.
Analisis isi kuantitatif berbeda dengan jenis analisi isi lainnya seperti
semiotika, framing, wacana, naratif, dan yang lainnya. Secara umum, analisis
isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang
ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi
dari isi. Menurut Barelson, analsis isi adalah suatu teknik penelitian yang
dilakukan secara objektif, sistematis, dan deskripsi kuantitatif dari isi
komunikasi yang tampak (manifest). Sedangkan menurut Holsti, analisis isi
12 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), hal 10.
8
adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara
objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan.13
Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis isi
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Analisis isi deskriptif adalah analisis
isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan atau
suatu teks tertentu. Desain analisis isi deskriptif tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, atau menguji hubungan antar variabel. Analisis isi
semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik dari
suatu pesan.14
Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa atau melihat isi berita
mengenai pemberitaan kebijakan presiden dalam menetapkan Budi Gunawan
sebagai calon Kapolri pada surat kabar Kompas periode Januari – Februari
2015. Jenis penelitian ini menjelaskan atau memaparkan situasi/ keadaan yang
tujuannya untuk membahas secara mendalam tentang pesan yang terkandung
dalam surat kabar Kompas terkait pemberitaan kebijakan presiden dalam
menetapkan calon Kapolri Budi Gunawan.
2) Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan adalah analisis isi. Analisis isi
kuantitatif berbeda dengan jenis analisis isi lainnya seperti semiotik, framing,
wacana, dan lainnya. Analisis isi kuantitatif adalah suatu teknik penelitian
ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan
menarik inferensi dari isi. Menurut Riffe, Lacy, dan Fico (1998: 20) analisis isi
adalah pengujian yang sistematis dan dapat direplikasi dari simbol-simbol
13 Ibid, hal 15.14Ibid, hal 47.
9
komunikasi, dimana simbol ini diberikan nilai numerik berdasarkan
pengukuran yang valid, dan analisis menggunakan metode statistik untuk
menggambarkan isi komunikasi, menarik kesimpulan dan memberikan
konteks, baik produksi ataupun konsumsi.15
Penelitian ini menggunakan metode Content Analysis, karena yang
dijadikan permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai isi pesan yang
tampak, sasaran/tujuan, dan teks atau bahasa yang digunakan, serta banyaknya
pelanggaran berdasarkan kategori yang sudah ditetapkan. Metode analisis isi
adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi–inferensi (kesimpulan)
yang dapat ditiru (replicable).16
Penggunaan analisis isi dalam penelitian ini menggambarkan atau
mengidentifikasikan pemberitaan penetapan Budi Gunawan sebagai calon
Kapolri. Penelitian ini bersifat kuantitatif karena menitikberatkan pada
pengukuran (measurement) dari beberapa kategori yang telah ditetapkan.
3) Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua anggota objek yang ingin kita ketahui isinya.
Populasi adalah konsep yang abstrak. Karena itu, populasi harus didefinisikan
secara jelas agar anggota dari populasi dapat ditentukan secara cermat.17
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemberitaan mengenai kebijakan
presiden dalam menetapkan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri yang terbit
pada surat kabar harian Kompas terbitan 1 Januari sampai dengan 28 Februari
2015. Periode ini dipilih karena pada kedua bulan tersebut pemberitaan yang
mengangkat tentang kebijakan presiden yang menetapkan Budi Gunawan
sebagai calon Kapolri sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.18 Sampel pada penelitian ini adalah berita tentang kebijakan
15 Ibid, hal 15.16 Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Rajawali GrafindoPersada, 1993), hal 20.17 Eriyanto, op.cit,hal 109.18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabet, 2013), hal 81
10
presiden dalam menetapkan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri pada harian
Kompas edisi 8 Januari – 23 Februari 2015.
4) Unit Analisis
Unit Analisis dalam penelitian ini adalah semua berita tentang
pemberitaan kebijakan presiden dalam menetapkan Budi Gunawan sebagai
Calon Kapolri dalam surat kabar Kompas selama periode 8 Januari – 23
Februari 2015. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Unit Tematik
Unit tematik ini diidentifikasi dengan kesesuaiannya dengan definisi
struktural tentang isi cerita, penjelasan, dan interpretasi.19
b) Unit Refrensi
Unit referensi menuntut adanya pengetahuan tentang semantik bahasa
sumber, simbol dan makna referensial unsur-unsurnya.20
Penyajian dan Analisis Data
1) Analisis Isi
Setelah diketahui bahwa seluruh data penelitian ini adalah reliabel maka
selanjutnya akan dilakukan analisis data yang akan disajikan dalam bentuk
tabel yakni menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan tujuan untuk
mendeskripsikan distribusi frekuensi dalam setiap analisa isi dalam setiap
kategori yang diteliti. Masing-masing kategori yang diteliti dalam analisis isi
berita akan diukur dari frekuensi tingkat keseringan munculnya mengenai
pemberitaan ini selama masa periode penelitian.
Berikut ini adalah uraian hasil analisisi isi berita berdasar masing-
masing kategorinya :
1. Analisis Isi Pemberitaan Pada Unit Analisis Format Berita
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berita Unit Analisis Format Berita
19 Klaus Krippendorff, Op.Cit., hal. 85.20 Ibid, hal. 83.
11
No Unit Analisis Format Berita Frekuensi Persentase
1 Straight news 26 63%2 Soft news 13 32%3 Feature 2 5%Jumlah 41 100%
Sumber : Data Primer diolah
Hasil analisis tabel di atas dapat diketahui bahwa harian Kompas
dalam menyajikan pemberitaan ini lebih banyak menggunakan format berita
straight news. Rangkaian pemberitaan ini merupakan pemberitaan yang
menjadi peristiwa besar di negeri ini yang melibatkan elite politik bahkan
juga kepala negara (Presiden) sehingga akan banyak orang yang ingin
segera membaca berita dengan format straight news karena berita lebih
lugas dan aktual.
2. Analisis Isi Pemberitaan Pada Unit Analisis Judul Berita
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berita Unit Analisis Judul Berita
No Unit Analisis Judul Berita Frekuensi Persentase 1 Implisit 23 56%2 Eksplisit 18 44%Jumlah 41 100%
Sumber : Data primer diolah
Judul berita menjadi unit analisis isi karena judul berita merupakan
hal yang sangat penting dalam membuat orang ada keinginan untuk
membaca berita dengan melihat judul yang dibuat menarik. Hasil analisis di
atas diketahui bahwa berdasarkan judul berita harian Kompas dalam
pemberitaan ini cenderung menggunakan judul berita implisit.
3. Analisis Isi Pemberitaan Pada Unit Analisis Letak Berita
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Berita Unit Analisis Letak Berita
No Unit Analisis Letak Berita Frekuensi Persentase 1 Headline News 14 34%2 Non Headline News 27 66%Jumlah 41 100%
Sumber : Data primer diolah
12
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa letak berita yang
terbanyak terdapat di non headline. Non headline disini bukan berarti berita
tersebut seluruhnya terdapat di halaman dalam tetapi beberapa diantaranya
juga terdapat di halaman utama namun kalah penting dengan
berita/peristiwa lainnya yang lebih besar.
4. Analisis Isi Pemberitaan Pada Unit Analisis Sifat Berita
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Berita Unit Analisis Sifat Berita
No Unit Analisis Sifat Berita Frekuensi Persentase1 Informatif 6 15%2 Argumentatif 0 0%3 Deskriptif 0 0%4 Informatif + Argumentatif 19 46%5 Argumentatif + Deskriptif 2 5%6 Informatif + Deskriptif 5 12%7 Informatif + Argumentatif + Deskriptif 9 22%
Jumlah 41 100% Sumber : Data Primer diolah
Hasil analisis tabel di atas diketahui bahwa sifat berita yang paling
banyak digunakan adalah informatif + argumentatif. Sifat berita secara
informatif + argumentatif dipilih oleh karena selama ini Kompas
menyajikan fakta informasi yang ada di lapangan dengan didukung argumen
dari berbagai narasumber. Argumen tersebut merupakan informasi yang
perlu disampaikan narasumber berita untuk kemudian disusun menjadi
berita sehingga masyarakat bisa mendapatkan pandangan terhadap berita
yang disajikan.
5. Analisis Isi Pemberitaan Pada Unit Analisis Tipe Liputan Berita
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Berita Unit Analisis Tipe Liputan
13
No Unit Analisis Tipe Liputan Frekuensi Persentase
1 Satu Sisi 22 54%2 Dua Sisi 19 46%Jumlah 41 100%
Sumber : Data primer diolah
Hasil analisis tabel di atas dapat dilihat lebih banyak menggunakan
tipe liputan satu sisi. Banyaknya pemberitaan dengan tipe liputan satu sisi,
bukan berarti membuat surat kabar harian Kompas begitu saja memihak
salah satu kubu. Yang dilakukan oleh Kompas pada kasus ini, dengan
memberitakan narasumber dari pihak pertama dalam satu judul
pemberitaannya, kemudian pada judul di pemberitaan lainnya Kompas juga
memberitakan berita dari narasumber pihak yang lainnya. Namun tak
jarang, pemberitaan dengan narasumber pihak yang lain diterbitkan oleh
Kompas pada hari berikutnya. Namun dengan cara ini sebenarnya Kompas
sudah memenuhi cover both side karena kedua pihak narasumber tetap
diberi hak jawab secara terbuka dalam pemberitaan dengan porsi yang sama
meski dalam judul/waktu yang berbeda.
6. Analisis Isi Pemberitaan Pada Unit Analisis Arah Pemberitaan
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Unit Analisis Arah Pemberitaan
No Unit Analisis Arah Pemberitaan Frekuensi Persentase1 Favorable 6 15%2 Netral 25 61%3 Unfavorable 10 24%Jumlah 41 100%
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel di atas diketahui bahwa harian Kompas pada pemberitaan
ini lebih di dominasi berita yang arah pemberitaannya netral. Surat kabar
harian Kompas berusaha untuk tidak memihak maupun mendukung dalam
pemberitaannya. Pilihan pemberitaan yang netral ini karena adanya
keengganan Kompas untuk memihak pada pihak manapun.
2) Analisis Tabulasi Silang
1. Tabulasi Silang Antara Format Berita dengan Judul Berita
Tabel 7
Tabulasi Silang Format Berita dengan Judul Berita
14
Judul Berita
TotalImplisit Eksplisit
Format Berita Straight News 9 17 26
Soft News 12 1 13
Feature 2 0 2
Total 23 18 41
Sumber : Data primer diolah
Hasil analisis tabulasi silang itu menunjukkan bahwa surat kabar
Kompas dalam memberitakan kebijakan presiden dalam menetapkan
Komjen Polisi Budi Gunawan sebagai calon Kapolri cenderung
menggunakan format berita straight news dengan judul yang eksplisit. Hal
itu berarti bahwa pemberitaan yang dibuat dengan format straight news jika
diberi judul eksplisit maka akan membuat pembaca semakin tertarik untuk
membacanya. Karena dengan pemberian judul yang jelas maka lebih
memudahkan pembaca mengetahui kira-kira berita itu berisi tentang apa.
2. Tabulasi Silang Antara Format Berita dengan Letak Berita
Tabel 8
Tabulasi Silang Format Berita dengan Letak Berita
Letak Berita
TotalHeadline Non Headline
Format Berita Straight News 13 13 26
Soft News 1 12 13
Feature 0 2 2
Total 14 27 41
Sumber : Data primer diolah
Hasil analisa tabulasi silang menunjukkan bahwa Kompas dalam
memberitakan tentang kebijakan presiden dalam menetapkan Komjen Budi
Gunawan sebagai calon Kapolri bahwa berita dengan format straight news
diletakkan cukup berimbang yakni di headline dan non headline. Dalam
pemberitaan tersebut ada juga beberapa berita yang ada dihalaman depan
tetapi bukan termasuk berita utama. Karena saat berlangsungnya kasus
tersebut ada peristiwa lain yang lebih penting untuk diberitakan sebagai
berita utama.
15
3. Tabulasi Silang Antara Format Berita dengan Tipe Liputan
Tabel 9
Tabulasi Silang Format Berita dengan Tipe Liputan
Tipe Liputan
TotalSatu Sisi Dua Sisi
Format Berita Straight News 11 15 26
Soft News 9 4 13
Feature 2 0 2
Total 22 19 41
Sumber : Data primer diolah
Sesuai dengan hasil analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa
Kompas dalam pemberitaan ini paling banyak menggunakan format berita
straight news dengan berita yang tipe liputannya dua sisi. Hal itu berarti
bahwa pemberitaan yang dibuat surat kabar Kompas dengan format dan tipe
liputan tersebut menandakan bahwa berita tersebut memang sedang menjadi
topik pemberitaan dengan menyajikan berita yang aktual, lugas, dan tidak
bertele-tele dengan menghadirkan informasi narasumber dari dua kubu. Ini
menunjukkan Kompas telah memenuhi salah satu sifat berita yaitu cover
both side dengan menghadirkan narasumber dari kedua belah pihak yang
bertikai.
4. Tabulasi Silang Antara Format Berita dengan Arah Pemberitaan
Tabel 10
Tabulasi Silang Format Berita dengan Arah Pemberitaan
Arah Pemberitaan
TotalFavorable Netral Unfavorable
Format Berita Straight News 4 14 8 26
Soft News 2 9 2 13
Feature 0 2 0 2
Total 6 25 10 41
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang itu menunjukkan bahwa
surat kabar Kompas dalam memberitakan tentang kebijakan presiden dalam
menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri cenderung
16
menggunakan format berita Straight news dengan arah berita yang netral.
Hal itu berarti bahwa surat kabar Kompas berusaha untuk bersikap netral
terhadap pemberitaan yang sedang terjadi, tidak mendukung maupun
menjatuhkan. Dengan sikap netral dalam pemberitaan tersebut menunjukkan
bahwa Kompas sebagai media yang obyektif atau media yang tidak
berpihak kepada salah satu pihak yang berkonflik.
5. Tabulasi Silang Antara Judul Berita dengan Letak Berita
Tabel 11
Tabulasi Silang Judul Berita dengan Letak Berita
Letak Berita
TotalHeadline Non Headline
Judul Berita Implisit 4 19 23
Eksplisit 10 8 18
Total 14 27 41
Sumber : Data primer diolah
Sesuai dengan hasil tabulasi di atas dapat diketahui bahwa berita
Kompas dalam memberitakan tentang kebijakan presiden dalam
menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai calon Kapolri
kecenderungannya judul berita implisit yang terletak di non headline.
Karena berita ini masuk ranah politik maka dari awal berita ini muncul lebih
banyak diberitakan di rubrik politik di halaman kedua (halaman dalam)
harian Kompas.
6. Tabulasi Silang Antara Tipe Liputan dengan Arah Pemberitaan
Tabel 12
Tabulasi Silang Tipe Liputan dengan Arah Pemberitaan
Arah Pemberitaan
TotalFavorable Netral Unfavorable
Tipe Liputan Satu sisi 3 15 4 22
Dua sisi 3 10 6 19
Total 6 25 10 41
Sumber : Data primer diolah
17
Berdasarkan hasil analisa dengan tabulasi silang menunjukkan
bahwa surat kabar Kompas dalam memberitakan tentang kebijakan presiden
dalam menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri cenderung
menggunakan tipe liputan satu sisi dengan berita yang arahnya lebih netral.
Hal itu berarti, meskipun lebih banyak menggunakan tipe liputan satu sisi
namun Kompas berusaha memberitakan dengan arah tidak terlalu membuat
berita yang mendukung maupun terlalu membuat berita yang negatif /
menjatuhkan (obyektif).
Kesimpulan
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian awal, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana isi pemberitaan kebijakan presiden dalam
menetapkan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri pada surat kabar Kompas
periode Januari – Februari 2015. Berdasarkan dari rangkaian pemberitaan ini
dapat dilihat bahwa Presiden Jokowi akhirnya tidak jadi melantik Komjen Budi
Gunawan sebagai Kapolri karena yang bersangkutan memiliki catatan
kepemilikan rekening gendut di KPK. Meskipun dalam memilih seorang Kapolri
merupakan hak prerogatif Presiden tetapi sebaiknya presiden tetap memperhatikan
faktor lain misalnya, rekam jejak calon Kapolri sebagai bahan pertimbangan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, peneliti
menyimpulkan bahwa analisa isi berita pada unit analisis format berita dalam
pemberitaan mengenai kebijakan presiden dalam menetapkan Komjen Polisi Budi
Gunawan sebagai calon Kapolri di harian Kompas mempunyai kecenderungan
menggunakan format berita straight news. Pada unit analisis judul berita
cenderung menggunakan judul berita yang implisit. Pada unit analisa letak berita
mempunyai kecenderungan letak beritanya di non headline. Pada unit analisis
sifat berita mempunyai kecenderungan menggunakan sifat berita Informatif +
argumentatif. Analisa lainnya yakni pada unit analisis tipe liputan dalam
pemberitaan ini mempunyai kecenderungan menggunakan tipe liputan satu sisi.
Kemudian pada unit analisis arah pemberitaan mempunyai kecenderungan
menggunakan arah berita netral.
18
Selanjutnya berdasarkan data analisis tabulasi silang diperoleh bahwa
tabulasi silang antara format berita dengan judul berita cenderung menggunakan
format berita straight news dengan judul yang eksplisit. Tabulasi silang antara
format berita dengan letak berita, kecenderungannya dengan format straight news
letak beritanya cukup berimbang yakni di headline dan non headline. Tabulasi
silang antara format berita dengan tipe liputan paling banyak menggunakan
format berita straight news dengan berita yang tipe liputannya dua sisi. Tabulasi
silang antara format berita dengan arah pemberitaan cenderung menggunakan
format berita straight news dengan arah berita yang netral. Tabulasi silang antara
judul berita dengan letak berita kecenderungannya judul berita implisit yang
terletak di non headline. Tabulasi silang antara tipe liputan dengan arah
pemberitaan cenderung menggunakan tipe liputan satu sisi dengan berita yang
arahnya lebih netral.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti memberikan saran-saran antara lain; dari segi format beritanya porsi yang
dipilih sudah tepat yaitu straight news yang paling banyak. Sehingga pembaca
dapat dengan mudah membaca inti dan mengikuti kelanjutan dari pemberitaan
tersebut. Akan tetapi Kompas juga perlu mempertimbangkan untuk menambah
porsi feature diantara berita straight news dan soft news agar pembaca lebih
tertarik dengan pemberitaan yang bervariasi. Kemudian untuk tipe pemberitaan
dalam bentuk jajak pendapat sebaiknya juga perlu dibuat di akhir pemberitaan
dengan narasumber masyarakat. Hal ini untuk mengetahui sikap masyarakat
mengenai pemberitaan yang sedang hangat dibicarakan ini. Sedangkan untuk
kategori tipe liputan sebaiknya sebisa mungkin selalu dibuat dua sisi sekaligus.
Sehingga dalam sekali penerbitan, masyarakat langsung tahu pendapat ataupun
informasi dari kedua belah pihak narasumber. Dan untuk penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menggali lebih dalam dengan memperkaya unit analisis dan
kategorisasinya, serta rentang waktu penelitian yang lebih panjang agar penelitian
lebih variatif.
19
Daftar Pustaka
2010. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 Tentang Kepolisian, Bandung: Citra Umbara.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Eriyanto. 2013. Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Kompas online. “Komentar Wapres soal Catatan Merah Calon Kapolri Pilihan Jokowi”, www. nasional.kompas.com , diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 13.15 WIB.
Krippendorff, Klaus. 1993. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
Liputan6 online. “Calon Kapolri Pilihan Jokowi ”, www. news.liputan6.com , diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 13.00 WIB.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabet.
Pratikto, Riyono. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Bandung: Remadja Karya CV.
Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantara Teori dan Praktik, Bogor: Ghalia Indonesia.
Ulum, Derry. “Menghadapi Tantangan Global Peranan Media”, www. media.kompasiana.com , diakses 17 Maret 2015 pukul 19.20 WIB.
Wiryawan, Hari. 2007. Dasar-dasar Hukum Media, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
20