agrowisata sebagai pariwisata alternatif...

250
AGROWISATA SEBAGAI PARIWISATA ALTERNATIF INDONESIA (Solusi Masif Pengentasan Kemiskinan)

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

33 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • AGROWISATA SEBAGAI PARIWISATA

    ALTERNATIF INDONESIA

    (Solusi Masif Pengentasan Kemiskinan)

  • ii

    UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

    Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2

    1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi

    pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Hak Terkait Pasal 49 1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang

    pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

    Sanksi Pelanggaran Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)

    bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling

    banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,

    atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana

    penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

  • iii

    Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA.

    Dr. I Wayan Ruspendi Junaedi, SE., MA.

    AGROWISATA SEBAGAI PARIWISATA

    ALTERNATIF INDONESIA:

    Solusi Masif Pengentasan Kemiskinan

  • iv

    Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    UTAMA, I Gusti Bagus Rai

    Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif Indonesia: Solusi Masif Pengentasan Kemiskinan/oleh I Gusti Bagus Rai Utama dan I Wayan Ruspendi Junaedi.--Ed.1, Cet. 2--Yogyakarta: Deepublish, April 2016.

    x 240 hlm.; Uk:14x20 cm ISBN 978-602-280-886-2 1. Aneka Ragam tentang Perjalanan I. Judul

    910.2 Hak Cipta 2016, Pada Penulis

    Cetakan Pertama Juli 2015

    Desain cover : Herlambang Rahmadhani Penata letak : Rizky Selvasari

    Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman

    Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581 Telp/Faks: (0274) 4533427

    Website: www.deepublish.co.id www.penerbitdeepublish.com E-mail: [email protected]

    PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

    Anggota IKAPI (076/DIY/2012)

    Copyright © 2016 by Deepublish Publisher All Right Reserved

    Isi diluar tanggung jawab percetakan

    Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

    tanpa izin tertulis dari Penerbit.

  • v

    Prakata

    Sektor pertanian memegang peranan penting bagi tegaknya kedaulatan suatu negara. Kedaulatan suatu Negara dapat dilihat dari kemampuannya untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi warganya karena pangan merupakan faktor kritis untuk kelangsungan hidup manusia. Menempatkan sector pertanian dalam posisi yang setara dengan bidang-bidang keilmuan dan usaha yang lainnya seperti keteknikan, kedokteran, manajemen dan lain-lainnya adalah menjadi suatu keharusan saat ini. Saat ini, Indonesia mengalami krisis kepercayaan terhadap sector pertanian. Nasib para petani sangat mudah dijadikan komoditi politik, dan menjadi objek permainan para pedagang. Pada saat ini, negara dituntut untuk mampu meyakinkan masyarakat bahwa belajar ilmu pertanian, atau berinvestasi di bidang pertanian dapat memberikan jaminan masa depan yang menjanjikan kehidupan yang sama dengan pekerjaan lainnya. Masyarakat perlu dibuka kesadaran dirinya untuk memberikan penghargaan yang layak bagi pekerjaannya dan usaha taninya serta tidak menempatkannya dalam posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan bidang pekerjaan lainnya.

    Para akademisi dan praktisi pariwisata saat ini telah mencoba menolong sektor pertanian yang nyaris mati suri ini dengan mengembangkan agrowisata karena agrowisata diharapkan dapat dikembangkan secara masif di Indonesia untuk mengentaskan masyarakat miskin dari kubangan kemiskinan tersebut. Pertanian dalam arti luas, semakin

  • vi

    menemui jalan terang untuk dapat bangkit kembali, setidaknya pariwisata dapat menjadi penolong bagi program pengentasan kemiskinan tersebut dan lambat laun sektor pertanian dapat dibangkitkan kembali seperti yang terjadi di Amerika saat ini.

    Buku ini menyajikan persoalan seputar agrowisata, baik secara teoritis maupun praktis, serta peluang pengembangan-nya di Indonesia. Kajian secara teoritis dengan cara merujuk pandangan-pandangan para ahli dan pelaku agrowisata yang dilakukan secara desk research dan juga menyajikan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan yang terkait dengan agrowisata. Seiring dengan lahirnya ilmu pariwisata yang telah memberikan manfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Perjalanan dan pergerakan wisatawan merupakan salah satu bentuk kegiatan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, baik dalam bentuk pengalaman, pencerahan, penyegaran fisik dan psikis maupun dalam bentuk aktualisasi diri. Buku ini baik sebagai rujukan untuk memahami produk pariwisata dalam bentuk daya tarik wisata agro, memahami keterkaitan antara komponen pariwisata dan hubungan dengan daya tarik pariwisata agro, memahami bentuk dan jenis agrowisata yang akan dipasarkan, dan memberikan gambaran dalam proses perencanaan, pengenalan, pengembangan agrowisata serta promosi daya tarik agrowisata yang efektif dan efesien sesuai dengan budaya masyarakat lokal.

    Terimakasih penulis ucapkan kepada banyak pihak yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung untuk rencana terbitnya buku ini, semoga bermanfaat untuk kemajuan pendidikan pariwisata dan pertanian di Indonesia.

  • vii

    Denpasar, Oktober 2017 Penulis, Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., M.A.

  • viii

    Daftar Isi

    PRAKATA.............................................................................................................. v

    DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

    BAB 1 MENGAPA MEMBANGUN PARIWISATA .......................1

    Arti Penting Pariwisata ............................................... 1

    Daya Tarik Wisata ........................................................ 3

    Wisata Desa .................................................................. 5

    BAB 2 HAKEKAT PARIWISATA ........................................................8

    Sejarah Perjuangan Kemandirin Pariwisata

    sebagai Ilmu Mandiri ................................................. 13

    Kajian Tentang Ilmu Pariwisata sebagai

    sebuah Ilmu yang Mandiri ........................................ 16

    BAB 3 PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA

    BERKELANJUTAN .................................................................. 30

    Prinsif Pembangunan Berkelanjutan ...................... 30

    Prinsip Pembangunan Pariwisata

    Berkelanjutan ............................................................. 36

    BAB 4 CITRA NEGARA AGRARIS UNTUK

    INDONESIA ................................................................................ 49

    Pertanian adalah Citra Indonesia ............................ 49

    BAB 5 TINJAUAN AGROWISATA DARI PERSPEKTIF

    PERTANIAN .............................................................................. 66

  • ix

    BAB 6 AGROWISATA PERSPEKTIF PARIWISATA .............. 74

    BAB 7 DEFINISI AGROWISATA DARI BERBAGAI

    PERSPEKTIF ............................................................................. 84

    BAB 8 PENAWARAN DAN PERMINTAAN

    AGROWISATA .......................................................................... 92

    Aspek Penawaran Pariwisata ................................... 92

    Aspek Permintaan Pariwisata .................................. 94

    BAB 9 KONDISI AGROWISATA DI INDONESIA ..................... 98

    BAB 10 MODEL IDEAL PENGEMBANGAN

    AGROWISATA INDONESIA ............................................ 111

    BAB 11 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

    DENGAN DINAMIKA AGROWISATA ......................... 119

    BAB 12 SISI POSITIF DAN SISI NEGATIF

    AGROWISATA ....................................................................... 128

    BAB 13 POTENSI PENGEMBANGAN AGROWISATA DI

    INDONESIA ............................................................................ 136

    BAB 14 AGROWISATA ADALAH BENTUK

    PARIWISATA YANG BERKUALITAS .......................... 146

    BAB 15 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI DAN

    MENARIK WISATAWAN BERWISATA KE

    DESA WISATA AGRO......................................................... 157

    BAB 16 ETIKA PERENCANAAN AGROWISATA PADA

    KAWASAN SEKITAR TAMAN WISATA ALAM ...... 176

    GLOSARIUM .................................................................................................. 193

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 200

  • x

    INDEXS ............................................................................................................ 233

    BIODATA PENULIS .................................................................................... 237

  • 1

    BAB 1

    MENGAPA MEMBANGUN

    PARIWISATA

    Arti Penting Pariwisata

    Pariwisata adalah

    kegiatan yang bertujuan

    menyelenggarakan jasa

    pariwisata, menyediakan

    dan mengusahakan daya

    tarik wisata, usaha sarana

    pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang pariwisata.

    Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian

    dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap

    kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata

    mampu menggairahkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan

    manfaat sosial. budaya, dan ekonomi yang signifikan bagi

    suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan dengan baik,

    mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat

    pada sebuah destinasi. Keberhasilan pariwisata terlihat dari

    penerimaan pemerintah dari sektor pariwisata dapat

    mendorong sektor lainnya untuk berkembang.

    Keberhasilan yang paling mudah untuk diamati adalah

    bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan dari periode ke

    periode. Pertambahan jumlah wisatawan dapat terwujud jika

    wisatawan yang telah berkunjung puas terhadap destinasi

    dengan berbagai atribut yang ditawarkan oleh pengelolanya.

    Capaian pembelajaran : memahami arti penting

    pembangunan sector pariwisata, persyaratan

    minimum daya tarik wisata.

  • 2

    Wisatawan yang puas akan cenderung menjadi loyal untuk

    mengulang liburannya dimasa mendatang, dan memungkin-

    kan mereka merekomen teman-teman, dan kerabatnya untuk

    berlibur ke tempat yang sama. Fenomena yang terjadi pada

    trend pariwisata, khususnya di dunia saat ini adalah pesatnya

    pertumbuhan wisata agro.

    Dari perspektif ekonomi, dampak positif pariwisata

    yaitu: (1) mendatangkan devisa bagi negara melalui

    penukaran mata uang asing di daerah tujuan wisata, (2) pasar

    potensial bagi produk barang dan jasa masyarakat setempat,

    (3) meningkatkan pendapatan masyarakat yang kegiatannya

    terkait langsung atau tidak langsung dengan jasa pariwisata,

    (4) memperluas penciptaan kesempatan kerja, baik pada

    sektor-sektor yang terkait langsung seperti perhotelan,

    restoran, agen perjalanan, maupun pada sektor-sektor yang

    tidak terkait langsung seperti industri kerajinan, penyediaan

    produk-produk pertanian, atraksi budaya, bisnis eceran, jasa-

    jasa lain dan sebagainya, (5) sumber pendapatan asli daerah,

    dan (6) merangsang kreaktivitas seniman, baik seniman

    pengrajin industri kecil maupun seniman ‘tabuh’ dan tayang

    diperuntukkan konsumsi wisatawan.

    Kasus pembangunan pariwisata di banyak destinasi,

    memang tak terbantahkan telah menimbulkan dampak positif

    bagi perekonomioan regional dan nasional, namun patut pula

    diakui bahwa pariwisata juga menimbulkan dampak negatif

    antara lain, menyusutnya lahan pertanian untuk pembangun-

    an pendukung infrastruktur pariwisata, meningkatnya

    kriminalitas, kepadatan lalu lintas, urbanisasi dan emigrasi,

    bermuculannya ruko-ruko, shopping centre yang melanggar

    tataruang wilayah, degradasi lingkungan dan polusi. Dampak

  • 3

    negatif yang disebutkan terakhir disebut eksternalitas, utama-

    nya eksternalitas negatif yaitu aktivitas kepariwisataan yang

    menimbulkan kerusakan lingkungan, polusi air (sungai, laut

    dan sumur) dan tanah, sehingga menyebabkan kerugian

    sosial yang ditanggung oleh masyarakat di daerah tujuan

    wisata.

    Daya Tarik Wisata

    Sejarah Daya tarik wisata pada awal perkembangan

    pariwisata di Indonesia adalah untuk mengistilahkan objek

    wisata, namun setelah Peraturan Pemerintah (PP) pada tahun

    2009 diterbitkan, kata objek wisata selanjutnya tidak

    digunakan lagi untuk menyebut kata objek wisata yang

    merupakan suatu daerah tujuan para wisatawan. Untuk

    memahami pengertian dan makna dari kata daya tarik wisata

    tersebut, berikut dijabarkan pengertian daya tarik wisata dari

    beberapa sumber berikut ini: Sesuai dengan Undang-undang

    Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, daya tarik wisata

    bisa dijelaskan sebagai segala sesuatu yang mempunyai

    keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud

    keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

    manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para

    wisatawan.

    Pada dasarnya, daya tarik wisata dapat

    dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni daya tarik

    wisata alamiah, dan daya tarik wisata buatan. Daya tarik

    wisata alamiah adalah daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang

    Maha Esa yang terdiri dari keadaan alam, flora dan fauna,

    sedangkan daya tarik wisata buatan merupakan hasil karya

    manusia yang terdiri dari museum, peninggalan sejarah, seni

  • 4

    dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan

    alam, taman rekreasi, dan kompleks hiburan. Daya tarik

    wisata lainnya yakni minat khusus yang merupakan suatu hal

    yang menjadi daya tarik sesuai dengan minat dari

    wisatawannya seperti berburu, mendaki gunung, menyusuri

    gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air

    deras, tempat-tempat ibadah, tempat ziarah dan lainnya.

    Daya tarik daerah untuk tujuan wisata akan mampu

    menarik wisatawan untuk mengunjunginya jika memenuhi

    unsur-unsur daya tarik wisata, yakni: (1) Daya tarik yang

    dapat disaksikan (what to see), hal ini mengisyaratkan bahwa

    pada daerah harus ada sesuatu yang menjadi daya tarik

    wisata, atau suatu daerah mestinya mempunyai daya tarik

    yang khusus dan atraksi budaya yang bisa dijadikan sebagai

    hiburan bagi wisatawan. Apa yang disaksikan dapat terdiri

    dari pemandangan alam, kegiatan, kesenian, dan atraksi

    wisata. (2) Aktivitas wisata yang dapat dilakukan (what to

    do), hal ini mengisyaratkan bahwa di tempat wisata,

    menyaksikan sesuatu yang menarik, wiatawan juga mesti

    disediakan fasilitas rekreasi yang bisa membuat para

    wisatawan betah untuk tinggal lebih lama di tempat tujuan

    wisata. (3) Sesuatu yang dapat dibeli (what to buy), hal ini

    mengisyaratkan bahwa tempat tujuan wisata mestinya

    menyediakan beberapa fasilitas penunjang untuk berbelanja

    terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat yang bisa

    berfungsi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ketempat

    asal wisatawan. (4) Alat transportasi (how to arrived), hal ini

    mesti mampu dijelaskan bahwa untuk dapat mengunjungi

    daerah daya tarik tujuan wisata tersebut, kendaraan apa yang

    digunakan dan berapa lama wisatawan tiba ke tempat tujuan

  • 5

    wisata yang akan dituju. (5) Penginapan (where to stay), hal

    ini menunjukkan bagaimana wisatawan akan dapat tinggal

    untuk sementara selama mereka berlibur. Untuk menunjang

    keperluan tempat tinggal sementara bagi wisatawan yang

    berkunjung, daerah tujuan wisata perlu mempersiapkan

    penginapan-penginapan, seperti hotel berbintang atau hotel

    tidak berbintang dan sejenisnya.

    Wisata Desa

    Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan

    pertanian, adat istiadat dan tradisi kelompok dalam

    masyarakat. Wisata desa banyak dilakukan oleh perorangan

    atau rombongan ke sebuah desa yang memiliki keunikan

    produksi pertanian, budidaya ternak, atau kegiatan lain yang

    terkait dengan pertanian di perdesaan. Wisata desa ini

    banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan

    untuk melihat keunikan produksi pertanian, budidaya ternak,

    atau kegiatan lain yang terkait dengan pertanian di

    perdesaan.

    Jika dilihat dari unsur-unsur pembentuk Daya Tarik

    Wisata yang Ideal, maka desa yang akan dikembangkan

    menjadi desa wisata ataupun wisata desa harus memenuhi

    kriteria sebegai berikut ini:

    [1] Apa yang dapat disaksikan (what to see) di desa?

    atraksi budaya (artefak bangunan rumah, Bendungan,

    danau, areal pertanian) dapat dipromosikan sebagai

    hiburan bagi wisatawan. Apa yang disaksikan dapat

    terdiri dari pemandangan alam berupa hamparan

    perkebunan, kegiatan keagamaan, dan atraksi wisata

    lainnya.

  • 6

    [2] Aktivitas wisata yang dapat dilakukan (what to do)?

    Desa harus mengisyaratkan telah memenuhi unsur

    sebagai daya tarik wisata, misalnya wisatawan

    melakukan aktivitas memancing, camping, trekking,

    dan aktivitas lainnya yang berpusat di desa.

    [3] Apa yang dapat dibeli (what to buy)?, hal ini

    mengisyaratkan bahwa tempat tujuan wisata desa

    telah memiliki beberapa fasilitas penunjang untuk

    berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan

    rakyat yang bisa berfungsi sebagai oleh-oleh untuk

    dibawa pulang ketempat asal wisatawan.

    [4] Alat transportasi (what to arrived)?, Desa yang baik

    untuk dikembangkan sebagai desa wisata, haruslah

    mudah dapat diakses dengan berbagai jenis

    kendaraan, seperti bus besar, mini bus, dan jenis

    kendaraan lainnya.

    [5] Adakah penginapan (where to stay)?, Poin ini

    menunjukkan bagaimana wisatawan akan dapat

    tinggal untuk sementara selama mereka berlibur.

    Untuk menunjang keperluan tempat tinggal

    sementara bagi wisatawan yang berkunjung, desa

    wisata harus mempersiapkan penginapan-

    penginapan, seperti hotel dan sejenisnya yang

    dibangun oleh pengusaha lokal maupun penduduk

    setempat.

    Sesungguhnya jenis–jenis wisata lain dapat saja

    ditambahkan di sini, tergantung kapada kondisi dan situasi

    perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau

    negeri yang memang mendambakan industri pariwisatanya

    dapat maju dan berkembang. Pada hakekatnya semua ini

  • 7

    tergantung kepada selera atau daya kreativitas para ahli

    profesional yang berkecimpung dalam bisnis industri

    pariwisata ini.

    Makin kreatif dan banyak gagasan–gagasan yang

    dimiliki oleh mereka yang mendedikasikan hidup mereka bagi

    perkembangan dunia kepariwisataan di dunia ini, makin

    bertambah pula bentuk dan jenis wisata yang dapat

    diciptakan bagi kemajuan industri ini, karena industri

    pariwisata pada hakikatnya kalau ditangani dengan

    kesungguhan hati mempunyai prospektif dan kemungkinan

    sangat luas, seluas cakrawala pemikiran manusia yang

    melahirkan gagasan–

    gagasan baru dari

    waktu–kewaktu.

    Pengembanga

    n desa sebagai Daya

    Tarik Wisata dan

    berbagai strategi

    pengembangannya

    adalah usaha yang kreatif dan inovatif untuk memperkaya

    pembangunan sektor kepariwisataan. Pengembangan daya

    tarik wisata desa diharapkan akan berdampak positif secara

    ekonomi, maupun dinamika pembangunan sosial dan budaya

    bagi Indonesia.

    Tugas Mandiri: 1) Jelaskan arti penting

    pembangunan sector pariwisata bagi Indonesia!

    2) Sebutkan persyaratan minimum daya tarik wisata!

  • 8

    BAB 2

    HAKEKAT PARIWISATA

    Pariwisata

    telah menjadi

    industri terbesar dan

    memperlihatkan

    pertumbuhan yang

    konsisten dari tahun

    ke tahun. World

    Tourism Organization memperkirakan bahwa pada tahun

    2020 akan terjadi peningkatan sebesar 200% terhadap angka

    kunjungan wisatawan dunia saat ini. Pariwisata modern saat

    ini juga dipercepat oleh proses globalisasi dunia sehingga

    menyebabkan terjadinya interkoneksi antar bidang, antar

    bangsa, dan antar individu yang hidup di dunia ini.

    Perkembangan teknologi informasi juga mempercepat

    dinamika globalisasi dunia, termasuk juga didalamnya

    perkembangan dunia hiburan, rekreasi dan pariwisata.

    Pengukuran pembangunan pariwisata Indonesia

    (termasuk Bali) sejak era pemerintahan Presiden Soekarno

    (1945-1966) hingga saat ini bertumpu pada dua cara pandang

    berbeda, yaitu pendekatan kuantitas dan kualitas. Sesuai

    dengan IUOTO (International Union of Official Travel

    Organization; Spillane, 1993), pariwisata mestinya

    dikembangkan oleh setiap negara dengan pertimbangan

    bahwa: (1) Pariwisata dapat berperan sebagai faktor pemicu

    bagi perkembangan ekonomi nasional maupun international;

    Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa pariwisata telah memenuhi syarat sebagai ilmu mandiri

  • 9

    (2) Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi,

    transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya; (3)

    Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai

    sosial agar bernilai ekonomi; (4) Pemerataan kesejahtraan

    yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada

    sebuah destinasi. (5) Penghasil devisa; (6) Pemicu

    perdagangan international; (7) Pemicu pertumbuhan dan

    perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata

    maupun lembaga yang khusus membentuk jiwa hospitaliti

    yang handal dan santun, dan (8) Pangsa pasar bagi produk

    lokal sehingga aneka-ragam produk terus berkembang,

    seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi.

    Indikator kemanfaatan pariwisata sebagai leading sector

    pembangunan yang sesuai dengan rumusan IUOTO di atas

    (Spillane 1993), tentu saja dapat diukur jika tersedia data

    kuantitatif dan kualitatif karena kedua data tersebut akan

    dapat saling melengkapi.

    Sesuai dengan catatan World Bank (2013),

    pertumbuhan jumlah wisatawan internasional, pada tahun

    2004 secara kuantitatif telah mencapai 786.290.623 orang

    dan diprediksi akan terus mengalami peningkatan dari tahun

    ke tahunnya. Sejak tahun 2004 hingga 2011 rata-rata

    kedatangan wisatawan secara internasional berkisar

    913.798.596 dan bertumbuh dengan rata-rata 4%

    pertahunnya. Penurunan jumlah wisatawan sempat terjadi

    pada tahun 2009 sebesar 4,16% pada jumlah wisatawan

    sebesar 916.716.749. Pertumbuhan kunjungan wisatawan di

    tingkat dunia tercermin juga pada angka kunjungan ke

    Indonesia namun share number atau jumlah yang datang ke

  • 10

    Indonesia terbilang kecil yang menempatkan Indonesia pada

    urutan ke 38 dari 214 negara (World Bank, 2013).

    Pada Tabel 2.1 ditampilkan bahwa Perancis nampak

    sebagai negara yang paling populer untuk dikunjungi dan

    terbukti secara kuantitatif menerima wisatawan rata-rata

    hampir 80 juta setiap tahunnya. Sementara Indonesia dengan

    berbagai kekayaan budaya Nusantaranya, dan keindahan

    alamnya nampak masih kalah jauh dengan Malaysia dalam hal

    jumlah wisatawan yang telah mengunjungi negaranya.

  • 11

    Sum

    ber

    : In

    tern

    atio

    nal

    to

    uri

    sm, n

    um

    ber

    of a

    rriv

    als

    (Wo

    rld

    Ban

    k, 2

    01

    3)

    Ta

    bel

    2.1

    Po

    sisi

    In

    do

    nes

    ia p

    ada

    Jum

    lah

    Wis

    ataw

    an D

    un

    ia

    NO20

    0420

    0520

    0620

    0720

    0820

    0920

    1020

    11

    Wor

    ld78

    6.290

    .623

    832.1

    33.30

    387

    6.402

    .085

    939.0

    44.14

    395

    6.486

    .698

    916.7

    16.74

    997

    7.971

    .563

    1.025

    .343.6

    06

    1Fr

    ance

    74.43

    3.000

    74.98

    8.000

    77.91

    6.000

    80.85

    3.000

    79.21

    8.000

    76.76

    4.000

    77.64

    8.000

    81.41

    1.000

    2Un

    ited S

    tates

    46.08

    6.000

    49.20

    6.000

    50.97

    7.000

    55.97

    8.000

    57.94

    2.000

    54.96

    2.000

    59.79

    6.000

    62.71

    1.000

    3Ch

    ina41

    .761.0

    0046

    .809.0

    0049

    .913.0

    0054

    .720.0

    0053

    .049.0

    0050

    .875.0

    0055

    .664.0

    0057

    .581.0

    00

    4Sp

    ain52

    .430.0

    0055

    .914.0

    0058

    .004.0

    0058

    .666.0

    0057

    .192.0

    0052

    .178.0

    0052

    .677.0

    0056

    .694.0

    00

    5Ita

    ly37

    .071.0

    0036

    .513.0

    0041

    .058.0

    0043

    .654.0

    0042

    .734.0

    0043

    .239.0

    0043

    .626.0

    0046

    .119.0

    00

    6Tu

    rkey

    16.82

    6.000

    20.27

    3.000

    18.91

    6.000

    26.12

    2.000

    29.63

    7.000

    30.43

    5.000

    31.39

    6.000

    34.03

    8.000

    7Un

    ited K

    ingdo

    m25

    .678.0

    0028

    .039.0

    0030

    .654.0

    0030

    .870.0

    0030

    .142.0

    0028

    .199.0

    0028

    .295.0

    0029

    .306.0

    00

    8Ge

    rman

    y20

    .137.0

    0021

    .500.0

    0023

    .569.0

    0024

    .421.0

    0024

    .884.0

    0024

    .220.0

    0026

    .875.0

    0028

    .374.0

    00

    9M

    alays

    ia15

    .703.0

    0016

    .431.0

    0017

    .547.0

    0020

    .973.0

    0022

    .052.0

    0023

    .646.0

    0024

    .577.0

    0024

    .714.0

    00

    10M

    exico

    20.61

    8.000

    21.91

    5.000

    21.35

    3.000

    21.60

    6.000

    22.93

    1.000

    22.34

    6.000

    23.29

    0.000

    23.40

    3.000

    38Ind

    ones

    ia5.3

    21.00

    05.0

    02.00

    04.8

    71.00

    05.5

    06.00

    06.2

    34.00

    06.3

    24.00

    07.0

    03.00

    07.6

    50.00

    0

  • 12

    Pertanyaannya adalah, dapatkah Indonesia turut serta

    dalam peningkatan kunjungan yang diperkirakan oleh World

    Tourism Organization tersebut, upaya apa yang semestinya

    dilakukan oleh pelaku, dan stakeholders pariwisata ditengah

    keterbatasan dana pengembangan dan pemasaran pariwisata

    saat ini. Sudahkan pariwisata Indonesia sesuai dengan

    harapan wisatawan. Suradnya (2005) berpendapat, pengelola

    destinasi pariwisata harus selalu mencermati beberapa hal

    penting berikut ini: (1) telah terjadi pergeseran pasar

    pariwisata, (2) strategi bersaing yang semakin rumit, (3)

    pemberdayaan sumber daya manusia yang dituntut untuk

    dapat memberikan nilai pada wisatawan. (4) jaringan kerja

    terjalin dengan baik, (5) pemanfaatan teknologi terutama

    teknologi informasi secara tepat untuk dapat meningkatkan

    nilai tambah,dan (6) inovasi di berbagai aspek bersaing di

    bidang pariwisata.

    Kenyataan yang lain bahwa saat ini, wisatawan

    semakin intelek dalam memilih destinasi, dengan berbagai

    pertimbangan yang rasional sehingga peran lembaga

    pendidikan di bidang pariwisata menjadi sangat penting dan

    harusnya ilmu pariwisata menjadi ilmu mandiri dapat

    diwujudkan dalam tindakan nyata, dan kenyataan tersebut

    telah terjadi saat ini, dimana kemandirian ilmu pariwisata

    telah diwujudkan dengan diberikannya ijin penyelenggaraan

    program studi pariwisata secara mendiri dari jenjang S1, S2,

    dan bahkan telah sampai pada jenjang S3.

  • 13

    Sejarah Perjuangan Kemandirin Pariwisata sebagai Ilmu

    Mandiri

    Perjalanan panjang pariwisata untuk diakui sebagai

    disiplin ilmu mandiri sejak lama telah dilakukan, dan masih

    terus diperjuangkan. Pengakuan tersebut dibutuhkan

    berkenaan dengan peningkatan kualifikasi sumberdaya

    manusia bidang pariwisata, terutama pengakuan dan

    legitimasi dari pemerintah dalam bentuk ijin operasional bagi

    penyelenggaraan pendidikan Sarjana Pariwisata (S1),

    Magister Pariwisata (S2) dan Doktor Pariwisata (S3).

    Perjalanan dan perjuangan panjang tersebut sampai

    akhirnya pada deklarasi 24 Agustus 2006 yang menyepakati

    bahwa pariwisata sudah layak menjadi satu disiplin ilmu

    mandiri. Sebagai tindak lanjut dari deklarasi tersebut perlu

    diimplementasikan ke dalam pengembangan reka bentuk

    jurusan atau program studi. Upaya ke arah itu, terus

    dilakukan, antara lain dengan seminar nasional Manado

    November 2006, Workshop Sinergi Bandung dan Bali,

    seminar nasional Hildiktipari Yogyakarta (Juli, 2007) sampai

    akhirnya Workshop Tindak Lanjut Rancang Bangun

    Pariwisata sebagai Ilmu Mandiri (Cemara, 12-13 November

    2007). Rancang bangun ilmu pariwisata mandiri dilakukan

    dalam rangka pengidentifikasi dan menyusun pohon ilmu

    pariwisata serta institusi atau kelembagaannya. Konsep dan

    definisi pariwisata dimantapkan kembali agar diperoleh

    kesamaan persepsi terhadap objek pariwisata itu sendiri.

    Ruang lingkup ilmu pariwisata ditetapkan agar diperoleh

    batasan-batasan ruang kajian yang menjadi pokok ilmu

    pariwisata. Struktur kelembagaan juga merupakan bagian

    dalam pembahasan workssop ini yang meliputi berbagai

  • 14

    alternatif rekabentuk institusi penyelenggara pendidikan S1

    Pariwisata. Sebagai bagian dari sejarah perjuangan Pariwisata

    menjadi disiplin ilmu mandiri, tonggak-tonggak penting juga

    merupakan bagian dari pembahasan. Isu-isu lain yang

    menjadi perhatian khusus adalah strategi untuk mendapatkan

    pengakuan, gelar dan kompetensi lulusan serta kurikulum

    (Kusmayadi, 2008).

    Saat ini, lembaga-lembaga atau institusi

    penyelenggara program studi pariwisata telah membentuk

    himpunan yang disebut HILDIKTIPARI yakni Himpunan

    Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia. Pembangunan

    kepariwisataan merupa-kan rangkaian upaya yang

    berkesinambungan dari seluruh pemangku kepentingan

    dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tujuan

    pembangunan kepariwisataan antara lain meningkatkan

    kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata,

    mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan

    menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan

    bertanggungjawab, mewujudkan industri pariwisata yang

    mampu menggerakkan perekonomian nasional, dan

    mengembangkan lembaga kepariwisataan dan tata kelola

    pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan

    destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industri

    pariwisata secara profesional, efektif dan efisien. Kompetensi

    sumber daya manusia merupakan salah satu faktor

    keberhasilan dalam pembangunan kepariwisataan.

    Kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam

    meningkatkan cinta tanah air, citra bangsa, dan memberikan

    kontribusi bagi perekonomian nasional melalui penyerapan

    Tenaga Kerja, pemerataan kesempatan berusaha, meningkat-

  • 15

    kan penerimaan devisa negara serta berperan dalam

    mengentaskan kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan

    masyarakat. Pembangunan kepariwisataan perlu didukung

    oleh sumber daya manusia yang berkompeten dalam rangka

    memberikan pelayanan prima bagi wisatawan. Undang-

    Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

    mengamanatkan bahwa Tenaga Kerja di bidang

    kepariwisataan wajib memiliki standar Kompetensi melalui

    sertifikasi. Sertifikasi sangat diperlukan dalam menghadapi

    persaingan Tenaga Kerja tingkat nasional maupun

    internasional untuk mendukung pengembangan kegiatan

    kepariwisataan nasional dalam menghadapi Pembangunan

    kepariwisataan merupakan rangkaian upaya yang

    berkesinambungan dari seluruh pemangku kepentingan

    dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tujuan

    pembangunan kepariwisataan antara lain meningkatkan

    kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, mengkomunikasi-

    kan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan

    media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung-

    jawab, mewujudkan industri pariwisata yang mampu

    menggerakkan perekonomian nasional, dan mengembangkan

    lembaga kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang

    mampu mensinergikan pembangunan destinasi pariwisata,

    pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata secara

    profesional, efektif dan efisien. Kompetensi sumber daya

    manusia merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam

    pembangunan kepariwisataan.

    Kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam

    meningkatkan cinta tanah air, citra bangsa, dan memberikan

    kontribusi bagi perekonomian nasional melalui penyerapan

  • 16

    Tenaga Kerja, pemerataan kesempatan berusaha, meningkat-

    kan penerimaan devisa negara serta berperan dalam

    mengentaskan kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan

    masyarakat. Pembangunan kepariwisataan perlu didukung

    oleh sumber daya manusia yang berkompeten dalam rangka

    memberikan pelayanan prima bagi wisatawan. Undang-

    Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

    mengamanatkan bahwa Tenaga Kerja di bidang kepariwisata-

    an wajib memiliki standar Kompetensi melalui sertifikasi.

    Sertifikasi sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan

    Tenaga Kerja tingkat nasional maupun internasional untuk

    mendukung pengembangan kegiatan kepariwisataan nasional

    dalam menghadapi penyelenggaraan pendidikan tinggi

    pariwisata yang bermutu; (b) pengembangan pusat kajian

    pariwisata Indonesia dan budaya lokal pada Perguruan Tinggi

    di dalam dan di luar negeri; dan (c) pembentukan komunitas

    ilmiah pariwisata yang mandiri. Untuk mewujudkan hal

    tersebut maka HILDIKTIPARI telah mengadakan seminar-

    seminar yang sekaligus melaksanakan Rakernas guna

    menghasilkan kesepakatan stategis dalam meningkatkan daya

    saing global dengan meningkatkan pendidikan tinggi

    pariwisata yang berkualitas global.

    Kajian Tentang Ilmu Pariwisata sebagai sebuah Ilmu yang

    Mandiri

    1) Dasar Keilmuan Pariwisata

    Secara konseptual persyaratan sebuah ilmu menjadi

    ilmu mandiri adalah dengan terpenuhinya minimal tiga

    syarat dasar yakni, 1) ontologi yang menunjukkan objek atau

    focus of interest yang dikaji; 2) epistemologi adalah

  • 17

    metodologi yang dapat digunakan untuk memperoleh

    pengetahuan; dan 3) aksiologi adalah nilai manfaat

    pengetahuan ilmu tersebut (Suriasumantri, 2007).

    2) Aspek Ontologi Pariwisata

    Aspek ontologi dari ilmu pariwisata dapat dilihat

    kemampuannya menyedikan informasi yang lengkap tentang

    hakekat perjalanan wisata, gejala-gejalan pariwisata, karak-

    teristik wisatawan, prasarana dan sarana wisata, tempat-

    tempat serta daya tarik yang dikunjungi, sistem dan

    organisasi, dan kegiatan bisnis terkait, serta komponen

    pendukung di daerah asal maupun pada sebuah destinasi

    wisata. Sehingga objek formal kajian ilmu pariwisata dapat

    dijelaskan secara jelas, yakni; masyarakat yang terkait dalam

    melakukan perjalanan wisata. Sedangkan fenomeda

    pariwisata dapat dijelaskan ke dalam tiga unsur yakni: 1)

    pergerakan wisatawan; 2) aktivitas masyarakat yang

    memfasilitasi pergerakan wisatawan; dan 3) implikasi atau

    akibat-akibat pergerakan wisatawan dan aktivitas

    masyarakat yang memfasilitasinya terhadap kehidupan

    masyarakat secara luas.

    3) Aspek Epistemologi Pariwisata

    Aspek epistemologi ilmu pariwisata dapat

    ditunjukkan pada cara-cara pariwisata memperoleh

    kebenaran ilmiah. Objek ilmu pariwisata telah didasarkan

    pada logika berpikir yang rasional dan dapat diuji secara

    empirik. Ilmu pariwisata memperoleh kebenaran ilmiah

    melalui beberapa pendekatan, yakni:

  • 18

    a) Pendekatan sistem

    Pendekatan ini menekankan bahwa pergera-

    kan wisatawan, aktivitas masyarakat yang

    memfasilitasi serta implikasi keduanya terhadap

    kehidupan masyarakat luas merupakan kesatuan

    yang saling berhubungan “linked system” dan

    saling mempengaruhi. Setiap terjadinya

    pergerakan wisatawan akan diikuti dengan

    penyediaan fasilitas wisata dan interaksi

    keduanya akan menimbul-kan pengaruh logis di

    bidang ekonomi, sosial, budaya, ekologi, bahkan

    politik. Sehingga, pariwisata sebagai suatu sistem

    akan digerakkan oleh dinamika sub-sistemnya,

    seperti pasar, produk, dan pemasaran.

    b) Pendekatan Kelembagaan

    Pendekatan kelembagaan adalah setiap

    perjalanan wisata akan melibatkan wisatawan

    sebagai konsumen, penyedia atau supplier

    misalnya jasa transportasi, jasa akomodasi,

    kemasan atraksi atau daya tarik wisata. Semua

    komponen tersebut memiliki hubungan

    fungsional yang menyebabkan terjadinya

    kegiatan perjalanan wisata, dan jika salah satu

    dari komponen tersebut tidak menjalankan

    fungsinya maka kegiatan perjalanan tidak akan

    berlangsung.

    c) Pendekatan Produk

    Pendekatan yang digunakan untuk

    mengelompokkan pariwisata sebagai suatu

    komoditas yang dapat dijelaskan aspek-aspeknya

  • 19

    secara sengaja diciptakan untuk merespon

    kebutuhan masyarakat. Pariwisata adalah sebuah

    produk kesatuan totalitas dari empat aspek dasar

    yakni; sesuai dengan Medlik, (Ariyanto, 2005),

    ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan

    dalam penawaran produk pariwisata sebagai

    sebuah totalitas produk, yakni:

    (1) Attractions (daya tarik); Tersedianya daya

    tarik pada daerah tujuan wisata atau

    destinasi untuk menarik wisatawan, yang

    mungkin berupa daya tarik berupa alam

    maupun masyarakat dan budayanya.

    (2) Accesability (transportasi); tersedianya alat-

    alat transportasi agar wisatawan domestik

    dan mancanegara dapat dengan mudah

    dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata.

    (3) Amenities (fasilitas); tersedianya fasilitas

    utama maupun pendukung pada sebuah

    destinasi berupa; akomodasi, restoran,

    fasilitas penukaran valas, pusat oleh-oleh,

    dan fasilitas pendukung lainnya yang

    berhubungan aktivitas wisatawan pada

    sebuah destinasi.

    (4) Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga

    penyelenggara perjalanan wisatawan

    sehingga kegiatan wisata dapat berlangsung,

    aspek ini dapat berupa, pemandu wisata, biro

    perjalanan, pemesanan tiket, dan

    ketersediaan informasi tentang destinasi.

  • 20

    Keempat elemen di atas digunakan untuk menjelaskan

    elemen produk wisata yang sesungguhnya diproduksi dan

    atau direproduksi sebagai komoditas yang dikonsumsi oleh

    wisatawan dalam satu kesatuan yang utuh dari totalitas

    sebuah produk pariwisata. Berbagai metode dapat digunakan

    dalam mencari kebenaran ilmiah ilmu pariwisata seperti (1)

    metode eksploratif dari jenis penelitian eksploratori

    (exploratory research) dan metode membangun teori (theory-

    building research) (2) kuantitatif (3) kualitatif (4) studi

    komparatif (5) eksploratif (6) deskriptif dan metode lainnya

    sesuai dengan permasalah dan tujuan penelitiannya, hal ini

    akan dijelaskan lebih lanjut bab berikutnya.

    4) Aspek Aksiologi Pariwisata

    Ilmu pariwisata telah memberikan manfaat bagi

    kesejahteraan umat manusia. Perjalanan dan pergerakan

    wisatawan adalah salah satu bentuk kegiatan dasar manusia

    untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, baik

    dalam bentuk pengalaman, pencerahan, penyegaran fisik dan

    psikis maupun dalam bentuk aktualisasi diri.

    Seiring dengan hal di atas, sesuai dengan IUOTO

    (International Union of Official Travel Organization) yang

    dikutip oleh Spillane (1993), pariwisata mestinya

    dikembangkan oleh setiap negara karena delapan alasan

    utama seperti berikut ini: (1) Pariwisata sebagai faktor

    pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun

    international. (2) Pemicu kemakmuran melalui

    perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa

    pelayanan lainnya. (3) Perhatian khusus terhadap pelestarian

    budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi. (4)

  • 21

    Pemerataan kesejahtraan yang diakibatkan oleh adanya

    konsumsi wisatawan pada sebuah destinasi. (5) Penghasil

    devisa. (6) Pemicu perdagangan international. (7) Pemicu

    pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi

    pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk

    jiwa hospitality yang handal dan santun, dan (8) Pangsa pasar

    bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus

    berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah

    suatu destinasi.

    Dari sisi kepentingan nasional, Sesuai dengan

    Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2005) dalam

    Sapta (2011) menjelaskan bahwa pembangunan kepa-

    riwisataan pada dasarnya ditujukan untuk beberapa tujuan

    pokok yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a) Persatuan dan Kesatuan Bangsa: Pariwisata

    dianggap mampu memberikan perasaaan bangga

    dan cinta terhadap Negara Kesatuan Republik

    Indonesia melalui kegiatan perjalanan wisata

    yang dilakukan oleh penduduknya ke seluruh

    penjuru negeri. Dampak yang diharapkan, dengan

    banyak-nya warganegara yang melakukan

    kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain

    tempat tinggalnya akan menimbulkan rasa

    persaudaraan dan pengertian terhadap sistem

    dan filosofi kehidupan masyarakat yang

    dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa

    persatuan dan kesatuan nasional.

    b) Penghapusan Kemiskinan (Poverty

    Alleviation): Pembangunan pariwisata diharap-

    kan mampu memberikan kesempatan bagi

  • 22

    seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan

    bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah

    diharapkan mampu memberikan manfaat yang

    sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan

    masyarakat. Harapan-nya adalah bahwa

    pariwisata harusnya mampu memberi andil besar

    dalam penghapusan kemiskinan di berbagai

    daerah yang miskin potensi ekonomi lain selain

    potensi alam dan budaya bagi kepentingan

    pariwisata.

    c) Pembangunan Berkesinambungan

    (Sustainable Development): Dengan sifat

    kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan

    alam, kekayaan budaya dan keramah-tamahan

    dan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang

    habis digunakan untuk menyokong kegiatan ini.

    Artinya penggunaan sumberdaya yang habis

    pakai cenderung sangat kecil sehingga jika dilihat

    dari aspek keberlanjutan pembangunan akan

    mudah untuk dikelola dalam waktu yang relative

    lama.

    d) Pelestarian Budaya (Culture Preservation):

    Pembangunan kepariwisataan diharapkan

    mampu berkontribusi nyata dalam upaya-upaya

    pelestarian budaya suatu negara atau daerah

    yang meliputi perlindungan, pengembangan dan

    pemanfaatan budaya negara atau daerah.

    UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama

    mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa

    kegiatan pariwisata merupakan alat utama

  • 23

    pelestarian kebudayaan. Dalam konteks tersebut,

    sudah selayaknya bagi Indonesia untuk

    menjadikan pembangunan kepariwisataan

    sebagai pendorong pelestarian kebudayaan

    diberbagai daerah.

    e) Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi

    Manusia: Pariwisata pada masa kini telah

    menjadi kebutuhan dasar kehidupan masyarakat

    modern. Pada beberapa kelompok masyarakat

    tertentu kegiatan melakukan perjalanan wisata

    bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia

    khususnya melalui pemberian waktu libur yang

    lebih panjang dan skema paid holidays.

    f) Peningkatan Ekonomi dan Industri:

    Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan

    berkelanjutan diharapkan mampu memberikan

    kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu

    destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan

    produk lokal dalam proses pelayanan di bidang

    pariwisata akan juga memberikan kesempatan

    kepada industri lokal untuk berperan dalam

    penyediaan barang dan jasa.

    g) Pengembangan Teknologi: Dengan semakin

    kompleks dan tingginya tingkat persaingan dalam

    mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi,

    kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya

    teknologi industri akan mendorong destinasi

    pariwisata mengembangkan kemampuan

    penerap-an teknologi terkini mereka. Pada

    daerah-daerah tersebut akan terjadi pengem-

  • 24

    bangan teknologi maju dan tepat guna yang akan

    mampu memberikan dukungan bagi kegiatan

    ekonomi lainnya. Dengan demikian pembangunan

    kepariwisataan akan memberikan manfaat bagi

    masyarakat dan pemerintahan di berbagai daerah

    yang lebih luas dan bersifat fundamental.

    Kepariwisataanakan menjadi bagian tidak

    terpisahkan dari pembangunan suatu daerah dan

    terintegrasi dalam kerangka peningkatan

    kesejah-teraan masyarakat setempat.

    Sedangkan dari sisi kepentingan Internasional,

    Pariwisata internasional pada tahun 2004 mencapai kondisi

    tertinggi sepanjang sejarah dengan mencapai 763 juta orang

    dan mengakibatkan pengeluaran wisatawan sebesar US$ 623

    miliar. Kondisi tersebut meningkat 11% dari jumlah

    perjalanan tahun 2003 yang mencapai 690 juta orang dengan

    jumlah pengeluaran wisatawan US$ 524 miliar. Seiring

    dengan hal tersebut, diperkirakan jumlah perjalanan wisata

    dunia di tahun 2020 akan menembus angka 1,6 miliar orang

    per tahun (UN-WTO, 2005).

    Pada sisi yang berbeda, walaupun pariwisata telah

    diakui sebagai faktor penting stimulator penggerak

    perekonomian di beberapa negara di dunia, namun pariwisata

    juga menyembunyikan beberapa hal yang jarang diungkap dan

    dihitung sehingga sangat sulit untuk ditelusuri perannya atau

    kerugiannya. Beberapa biaya tersembunyi atau hidden cost

    diantaranya adalah: industri pariwisata bertumbuh dalam

    mekanisme pasar bebas sehingga seringkali destinasi pada

    negara berkembang hanya menjadi obyek saja, hal lainnya

    pengembangan pariwisata memang telah dapat menigkatkan

  • 25

    kualitas pembangunan pada suatu destinasi namun akibat

    lainnya seperti peningkatan harga-harga pada sebuah destinasi

    terkadang kurang mendapat perhatian dan korbannya adalah

    penduduk lokal. Mestinya dampak negative dari pembangunan

    pariwisata dapat diminimalkan dan pengaruh positifnya perlu

    digali lebih mendalam sehingga fungsi penelitian pariwisata

    akan memegang peranan penting untuk keberlanjutan

    pembangunan pariwisata di masa mendatang.

    5) Obyek Material dan Formal Ilmu Pariwisata

    Ilmu pariwisata mestinya dibangun berdasarkan suatu

    penjelasan yang mendalam, tidak terburu-buru dan perlu

    dibuatkan taksonominya. Setiap ilmu memiliki obyek material

    dan obyek formal. Objek material adalah seluruh lingkup

    secara makro yang dikaji suatu ilmu. Obyek formal adalah

    bagian tertentu dari obyek material yang menjadi perhatian

    khusus dalam kajian ilmu tersebut. Sesungguhnya objek

    formal inilah yang membedakan satu ilmu dengan ilmu yang

    lain.

    1) Objek Material Ilmu Pariwisata

    Obyek material ilmu pariwisata mengacu

    pada kesepakatan (UNWTO, 2005) berdasarkan

    industri pariwisata yang telah berkembang di

    dunia maka obyek material dari ilmu pariwsata

    dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yakni:

    a) Jasa Akomodasi (Accomodation services)

    yakni industri yang meliputi jasa hotel dan

    motel, pusat liburan dan home holiday

    service, jasa penyewaan furniture untuk

  • 26

    akomodasi, youth hostel service, jasa training

    anak-anak dan pelayanan kemping,

    pelayanan kemping dan caravan, sleeping car

    service, time-share, bed and breakfast dan

    pelayanan sejenis.

    b) Jasa Penyediaan Makanan dan Minuman

    (Food and beverage-serving services)

    termasuk ke dalam industri ini adalah full-

    restoran dan rumah makan, kedai nasi,

    catering service, inflight catering, café, coffee

    shop, bar dan sejenis yang menyediakan

    makanan dan minuman bagi wisatawan.

    c) Jasa Transportasi Wisata (Passenger

    transport services). Yang termasuk kelompok

    ini antara lain jasa angkutan darat seperti bis,

    kereta api, taxi, mobil carteran; jasa angkutan

    perairan baik laut, danau, maupun sungai

    meliput jasa penyeberangan wisatawan,

    cruise ship dan sejenisnya. Dan terakhir

    adalah jasa angkutan udara melalui

    perusahan-perusahaan airlines. Di samping

    itu, sector pendukung antara lain navigation

    and aid service, stasion bis, jasa pelayanan

    parker penumpang, dan lainnya.

    d) Jasa Pemanduan dan Biro Perjalanan Wisata

    (Travel agency, tour operator and tourist

    guide services). Yang termasuk kepada

    kelompok ini antara lain, agen perjalanan,

    konsultan perjalanan, biro perjalanan wisata,

    pemimpin perjalanan dan yang sejenis.

  • 27

    e) Jasa Pagelaran Budaya (Cultural services).

    Jasa pagelaran tari dan fasilitas pelayanan

    tarian, biro pelayanan penari dan sejenisnya.

    Jasa pelayanan museum kecuali gedung dan

    tempat bersejarah, pemeliharaan gedung dan

    tempat bersejarah, botanical and zoological

    garden service, pelayanan pada perlindungan

    alam termasuk suaka margasatwa.

    f) Jasa Rekreasi dan Hiburan (Recreation and

    other entertainment services). Yang termasuk

    ke dalam kelompok ini adalah pelayanan olah

    raga dan olah raga rekreasi, pelayanan golf

    course, ski, sirkuit balapan, taman rekreasi

    dan pelayanan pantai. Pelayanan taman

    bertema, taman-taman hiburan, pelayanan

    pameran dan sejenisnya.

    g) Jasa Keuangan Pariwisata (Miscellaneous

    tourism services). Yang temasuk kelompok ini

    adalah jasa keuangan, asuransi, tempat

    penukaran mata uang dan yang sejenis.

    6) Objek Formal Ilmu Pariwisata

    Berdasarkan dinamika perkembangan di industri, dan

    mengacu kepada ketiga aspek ilmu pariwisata, terutama

    terkait dengan aspek ontologi yang menegaskan objek

    formalnya, maka dapat diidentifikasi beberapa cabang ilmu

    pariwisata. Oleh karena objek formal dan focus of interest ilmu

    pariwisata adalah pergerakan wisatawan, aktivitas

    masyarakat yang memfasilitas pergerakan wisatawan dan

    implikasi atau akibat-akibat pergerakan wisatawan serta

  • 28

    aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya terhadap

    kehidupan masyarakat secara luas, maka cabang-cabang

    disiplin pariwisata paling tidak dapat diidentifikasi sebagai

    berikut

    (1) Pengembangan Jasa Wisata.

    Cabang ini mengkhususkan diri pada

    pengembangan pengetahuan tentang strategi,

    metode dan teknik menyediakan jasa dan

    hospitality yang mendukung kelancaran

    perjalanan wisata. Objek perhatiannya adalah

    aktivitas masyarakat di dalam penyediaan jasa,

    seperti fasilitas akomodasi, atraksi, akses dan

    amenitas, serta jasa-jasa yang bersifat intangible

    lainnya. Dikaitkan dengan klasifikasi industri

    pariwisata di atas, maka cabang ini mempelajari

    dan mengembangkan ilmu-ilmu yang dalam

    klasifikasi sebagai ranting.

    (2) Organisasi Perjalanan.

    Cabang ini menitikberatkan perhatiannya pada

    pengaturan lalu-lintas perjalanan wisatawan dan

    penyediaan media atau paket-paket perjalanan

    yang memungkinkan wisatawan mampu

    memperoleh nilai kepuasan berwisata yang tinggi

    melalui pengelolaan sumberdaya pariwisata.

    Dalam hal ini objek perhatiannya terfokus pada

    pemaketan perjalanan wisata, pengorganisasian

    dan pengelolaannya sesuai dengan prinsip-

    prinsip kerberlanjutan. Di samping itu, ranting-

    ranting ilmu tersebut dapat ditumbuhkan

  • 29

    mengacu kepada klasifikasi yang dikembangkan

    (UN-WTO, 2005).

    (3) Kebijakan Pembangunan Pariwisata.

    Cabang ini menitikberatkan perhatiannya pada

    upaya-upaya peningkatan manfaat sosial,

    ekonomi, budaya, psikologi perjalanan wisata

    bagi masyarakat dan wisatawan dan evaluasi

    perkembangan pariwisata melalui suatu tindakan

    yang terencana.

    Termasuk dalam

    hal ini adalah

    perencanaan

    kebijakan dan

    pengembang-an

    pariwisata.

    Tugas Mandiri: Jelaskan bahwa pariwisata telah memenuhi syarat sebagai ilmu mandiri!

  • 30

    BAB 3

    PRINSIP PEMBANGUNAN

    PARIWISATA BERKELANJUTAN

    Prinsif Pembangunan Berkelanjutan

    Meskipun Secara terus-menurus, pembangunan

    pariwisata berkelanjutan dikumandangkan, dan pada KTT

    Johannesburg 2002 telah

    diletakkan dasar secara

    signifikan sebagai upaya

    melakukan negosiasi dan

    kampanye positif tentang

    pembangunan pariwisata

    yang berkelanjutan. Pada

    KTT ini juga mampu menggalang lebih dari 300 kemitraan

    sukarela, yang masing-masing membawa tambahan sumber

    daya untuk mendukung upaya-upaya untuk melaksanakan

    pembangunan berkelanjutan. (United Nations Department of

    Economic and Social Affairs, 2002).

    Memperdebatkan pariwisata dalam pembangunan

    berkelanjutan adalah sebuah hal logis mengingat bahwa

    pariwisata adalah sebuah industri yang menjual lingkungan,

    baik fisik dan manusia sebagai totalitas produk. Integritas dan

    kontinuitas produk ini telah menjadi perhatian utama industri

    seperti yang dinyatakan oleh beberapa lembaga international,

    misalnya, UN-WTO tentang Global Etik untuk Kode etik

    Pariwisata, dan asosiasi Ekowisata Australia telah merumus-

    Capaian pembelajaran: memahami prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan

  • 31

    kan sebuah Program Akreditasi Ekowisata untuk mendukung

    usaha pembangunan yang berkelanjutan.

    Terdapat banyak pilihan sebenarnya, tapi maknanya

    lebih dari isu-isu dan pilihan yang perlu dilakukan sebelum

    konsep pembangunan berkelanjutan dapat bergerak lebih

    lanjut terhadap fisik dan realitas ekonomi. Para peneliti dan

    pemerintah di beberapa negara telah menaruh perhatian yang

    cukup terhadap konsep pembangunan pariwisata

    berkelanjutan, tetapi industri dan konsumen tampaknya

    kurang menerima sepenuhnya ide-ide tentang pembangunan

    berkelanjutan ini. 1Definisi Pembangunan Berkelanjutan diperlukan

    untuk menciptakan hubungan baru dengan lingkungan, dan

    kepentingan dalam pembangunan berkelanjutan yang telah

    dibangun selama 30 tahun sejak tahun 1972. Danella dan

    Dennis Meadows (1972) telah mengguncang dunia dengan

    buku mereka yang berjudul “Limits to Growth”. Mereka

    berpendapat bahwa sumber daya di bumi dan kemampuan

    untuk menyerap polusi amat terbatas. Dengan menggunakan

    simulasi komputer, mereka meramalkan penduduk bumi dan

    kemajuan pembangunan fisik akan mengalami kendala pada

    abad mendatang. Buku tersebut menjadi peringatan pertama

    untuk segera mengadakan penelitian dan musyawarah dalam

    jangka panjang yang harus dilanjutkan pada tingkat industri.

    Rumusan tentang pembangunan berkelanjutan tersebut

    dirumuskan dalam beberapa hal seperti yang terdappat pada

    1 The need for a renewed relationship with the environment and interest in

    sustainable development has been building over the past 30 years. In 1972 Danella and Dennis Meadows shook the world’s complacency with their book Limits to Growth (1972).

    2 Suggested research areas and priorities for sustainable development in

  • 32

    (the publication of the World Conservation Strategy by the

    International Union for the Conservation of Nature and Natural

    Resources IUCN, 1980) adalah sebagai berikut:

    1. Membangun batas ekologi dan standar lebih adil yang

    akan membawa konsekuensi adanya kebutuhan

    promosi terhadap nilai-nilai yang mendorong

    pengunaan standar yang menjadi batas-batas dari

    kemungkinan kerusakan ekologis.

    2. Re-distribusi kegiatan ekonomi dan re-alokasi sumber

    daya untuk memenuhi kebutuhan yang tergantung

    pada pencapaian potensi pertumbuhan penuh karena

    pemba-ngunan berkelanjutan jelas memerlukan

    pertum-buhan ekonomi yang bekelanjutan.

    3. Pengendalian penduduk karena ukuran besaran

    jumlah penduduk akan berdampak pada distribusi

    sumber daya karena pembangunan berkelanjutan

    hanya dapat dikejar jika perkembangan

    kependudukan selaras dengan perubahan

    ekosistemnya.

    4. Konservasi mendasar terhadap sumber daya

    diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan agar

    tidak membahayakan sistem alamiah yang

    seharusnya mendukung kehidupan di bumi: atmosfer,

    air, tanah, dan makhluk hidup tidak boleh rusak

    karena pembangunan itu sendiri.

    5. Akses ke sumber daya yang adil dan usaha

    peningkatan teknologi serta menggunakannya secara

    lebih efektif karena pada dasarnya pertumbuhan

    sebenarnya tidak memiliki batas yang ditetapkan jika

    dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk bumi

  • 33

    atau penggunaan sumber daya luar yang tak

    terkendali dapat menyebabkan bencana ekologis.

    Tetapi batas berakhirnya ada tatkala sumberdaya

    tersebut telah habis terpakai dan teknologi harusnya

    dapat diciptakan sebagai usaha untuk mengurangi

    tekanan terhadap alam dan memperlambat terhadap

    habisnya sumber daya yang ada.

    6. Kendali daya dukung dan hasil berkelanjutan

    merupakan kendali yang diperlukan untuk sumber

    daya yang dapat diperbaharui, karena sebagian besar

    sumberdaya yang ada saling terkait pada ekosistem,

    dan hasil maksimum yang berkelanjutan harus

    didefinisikan setelah memperhitungkan efek terhadap

    seluruh sistem eksploitasi.

    7. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan bahwa

    tingkat penyusutan sumber daya yang tak dapat

    diperbaharui mengharuskan adanya beberapa

    alternatif di masa depan.

    8. Diversifikasi spesies adalah pembangunan

    berkelanjutan yang membutuhkan konservasi spesies

    tanaman dan hewan.

    9. Meminimalkan dampak yang merugikan artinya

    pembangunan berkelanjutan mensyaratkan bahwa

    dampak yang merugikan terhadap kualitas udara, air,

    dan lainnya yang berupa unsur-unsur alami harus

    dapat diminimalkan untuk mempertahankan

    ekosistem secara keseluruhan.

    10. Pengendalian komunitas adalah adanya kendali

    masyarakat atas keputusan pembangunan yang

    mempengaruhi ekosistem setempat.

  • 34

    11. Kebijakan nasional yang luas dalam kerangka

    kebijakan internasional artinya harus dipahami

    bahwa biosfer adalah rumah bersama semua umat

    manusia dan pengelolaan bersama atas biosfer adalah

    prasyarat untuk keamanan politik global karena pada

    prinsipnya bumi kita hanya satu yang harus kita kelola

    secara bijaksana bersama-sama oleh seluruh manusia

    di bumi ini.

    12. Viabilitas ekonomi adalah sebuah kebijakan

    lingkungan perusahaan yang merupakan

    perpanjangan dari manajemen kualitas total.

    13. Kualitas lingkungan adalah kebijakan lingkungan

    perusahaan yang merupakan perpanjangan dari

    manajemen kualitas total.

    14. Audit lingkungan adalah suatu sistem audit

    lingkungan yang efektif yang berpusat pada

    pengelolaan lingkungan yang baik.

    15. Triple bottom line yang diterjemahkan bahwa

    kemakmuran ekonomi, kualitas lingkungan dan

    keadilan sosial merupakan satu kesatuan idealisme

    pembangunan yang berkelanjutan.

    2Prioritas yang segera diwujudkan untuk mendukung

    pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat dijelaskan

    sebagai berikut: (1)mengidentifikasi standar sosial dan

    sumber daya yang dapat diterima dan dapat dicapai,

    (2)mendokumentasikan kesenjangan antara keadaan yang

    diinginkan dan yang sudah ada pada sebuah destinasi,

    2 Suggested research areas and priorities for sustainable development in

    tourism. Source: Taylor and Stanley, 1992.

  • 35

    (3)mengidentifikasi tindakan manajemen untuk menutup

    kesenjangan tersebut, (4)monitoring dan evaluasi terhadap

    efektivitas manajemen destinasi, (5)mengidentifikasi

    perubahan yang tidak dapat diterima yang mungkin terjadi

    sebagai akibat dari kedatangan wisatawan dan

    pengembangan strategi manajemen untuk menjaga dampak

    pariwisata dalam tingkat yang dapat diterima,

    (6)mengintegrasikan dan mengelola dampak kunjungan

    wisatawan ke dalam perencanaan instansi yang ada,

    mendesain, dan mengelolanya; (7)mendasarkan pengelolaan

    dampak kunjungan wisatawan pada pemahaman ilmiah yang

    terbaik dan menyediakan informasi situasional terkini,

    (8)menentukan tujuan pengelolaan yang mengidentifikasi

    sumber daya dan kondisi yang harus dicapai serta jenis daya

    tarik wisata yang akan disediakan; (9)mengidentifikasi

    dampak masalah pengunjung dengan membandingkan

    standar kondisi yang dapat diterima dengan indikator kunci

    dari dampak berdasarkan waktu dan lokasi;

    (10)mendasarkan keputusan manajemen, untuk mengurangi

    dampak atau mempertahankan kondisi yang dapat diterima,

    pada pengetahuan tentang sumber-sumber kemungkinan dan

    hubungan antara dampak yang tidak dapat diterima;

    (11)mengatasi dampak pengunjung dengan berbagai teknik

    alternatif pengelolaan, dan (12)merumuskan tujuan

    pegelolaan destinasi, yang memasukkan berbagai tingkat

    dampak yang diterima, untuk mengakomodasi keragaman

    lingkungan dan kesempatan pengalaman sekarang dalam

    setiap pengaturan sumber daya alamiah.

  • 36

    Prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

    Pariwisata apapun jenis dan namanya, hendaknya

    dapat dibangun dan dikembangkan berdasarkan prinsip-

    prinsip pembangunan berkelanjutan. Sesuai dengan United

    Nation (2002) prinsip-prinsip tersebut adalah:

    Participation: Residents of a community must maintain control of tourism development by being involved in setting a community tourism vision, identifying the resources to be maintained and enhanced, and developing goals and strategies for tourism development and management. Residents must participate in the implementation of strategies and the operation of the tourism infrastructure, services and facilities.

    Prinsip pertama adalah pembangunan pariwisata

    harus dapat dibangun dengan melibatkan masyarakat local,

    visi pembangunan pariwisata mestinya dirancang

    berdasarkan ide masyarakat local dan untuk kesejahteraan

    masyarakat local. Pengelolaan kepariwisataan yang telah

    dibangun mestinya juga melibatkan masyarakat local

    sehingga masyarakat local akan merasa memiliki rasa

    memiliki untuk perduli terhadap keberlanjutan pariwisata.

    Masyarakat local harusnya menjadi pelaku bukan menjadi

    penonton.

    Community Goals: Harmony is required between the needs of a visitor, the place and the community. This is facilitated by broad community support with a proper balance between economic, social, cultural and human objectives, and recognition of the importance of cooperation between government, host communities, the tourism industry and non-profit organizations

  • 37

    involved in community development and environmental protection.

    Prinsip kedua adalah menciptakan keseimbangan

    antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat. Kepentingan

    pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah tujuan yang

    didasarkan atas kerelaan untuk membentuk kualitas destinasi

    yang diharapkan oleh wisatawan. Keseimbangan tersebut

    akan dapat terwujud jika semua pihak dapat bekerjasama

    dalam satu tujuan sebagai sebuah komunitas yang solid.

    Komunitas yang dimaksud adalah masyarakat local,

    pemerintah local, industri pariwisata, dan organisasi

    kemasyarakat yang tumbuh dan berkembang pada

    masyarakat di mana destinasi pariwisata dikembangkan.

    Lebih lanjut dapat dijabarkan, dari perspektif filsafat

    manajemen pertumbuhan, pembagunan adalah sebagian

    besar merupakan pertanyaan tentang apa diinginkan oleh

    masyarakat yang terlihat pada visi masyarakat, tujuan, dan

    kemampuan untuk mengelola dampak pertumbuhan itu.

    Sesuai dengan pandangan ini, Whistler berpendapat,

    pemimpin harus berhati-hati dalam mengadopsi filosofi

    manajemen pertumbuhan. Kebijakan yang dirancang untuk

    mendorong program-program lingkungan yang berfokus

    pada: Suatu pendekatan berbasis ekosistem terhadap

    penggunaan lahan, termasuk area yang dilindungi, perkotaan

    yang desain secara efisien; Lingkungan transportasi yang

    berkelanjutan, termasuk strategi yang komprehensif untuk

    mendorong efesiensi penggunaan kendaraan bermotor;

    Pasokan air bawah tanah dan program pengelolaan air

    limbah; Pengurangan limbah padat dan inisiatif penggunaan

  • 38

    kembali, dan Praktek Konservasi energi (Waldron, Godfrey,

    dan Williams, 1999).

    Stakeholder Involvement: Tourism initiatives should be developed with the help of broad-based community input. Participants could include local NGO groups and institutions, volunteer service groups, the poor, women, municipal governments and their economic development departments, tourism associations, visitor bureaus, town business associations, regional representatives of provincial tourism development and any other party which might be involved in or impacted by tourism.

    Prinsip ketiga adalah pembangunan harus melibatkan

    para pemangku kepentingan, dan melibatkan lebih banyak

    pihak akan mendapatkan input yang lebih baik. Pelibatan

    para pemangku kepentingan harus dapat menampung

    pendapat organisasi kemasyarakatan local, melibatkan

    kelompok masyarakat miskin, melibatkan kaum perempuan,

    melibatkan asosiasi pariwisata, dan kelompok lainnya dalam

    masyarakat yang berpotensi mempengaruhi jalannya

    pembangunan.

    Dalam sosiologi atau ilmu kemasyarakatan, terdapat

    beberapa kelompok berpengaruh dalam masyarakat, dan jika

    menghendaki pembangunan pariwisata di suatu daerah

    bekelanjutan, mestinta semua kelompok dalam masyarakat

    dapat dilibatkan untuk menampung segala masukan dan

    saran-sarannya untuk pembangunan. Harus disadari, setiap

    saat kelompok berpengaruh dalam masyarakat dapat

    bertambah atau berkurang jumlahnya seiring dengan

    berkembangnya kebebasan berdemokrasi.

  • 39

    3Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan adalah

    kondisi yang diinginkan dan mungkin menjadi elemen yang

    paling penting dari manajemen pertumbuhan.

    Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk

    menggabungkan pandangan berbeda adalah penting untuk

    keberhasilan pembangunan yang menyesuaikan kepentingan

    masyarakat dan wisatawan secara bersama-sama (Cleveland

    dan Hansen, 1994).

    Masing-masing kelompok msyarakat memiliki

    kebutuhan yang sangat berbeda dalam hal fasilitas

    perumahan dan pelayanan. Alternatif mekanisme, seperti

    pertemuan kelompok kecil yang lebih informal, telah

    digunakan dalam beberapa kasus. Dalam hubungannya

    dengan proses ini, informasi komunitas yang aktif dan

    program publisitas (misalnya, melalui talk show radio,

    newsletter, dll) sering diperlukan untuk memastikan bahwa

    masyarakat dapat memberikan masukan dalam proses

    manajemen pertumbuhan (Gill, 1992).

    Local Ownership: Tourism development must provide quality employment for community residents. The provision of fulfilling jobs has to be seen as an integral part of any tourism development at the local level. Part of the process of ensuring quality employment is to ensure, as much as possible, the tourism infrastructure (hotels, restaurants, shops, etc.) is developed and managed by local people. Experience has demonstrated

    3 Community involvement in establishing desirable conditions is perhaps the

    single most important element of growth management. Developing appropriate mechanisms to incorporate divergent views is critical for successfully establishing appropriate resident–visitor relationships (Cleveland and Hansen, 1994).

  • 40

    that the provision of education and training for local residents and access to financing for local businesses and entrepreneurs are central to this type of policy.

    Prinsip keempat adalah, memberikan kemudahan

    kepada para pengusaha local dalam sekala kecil, dan

    menengah. Program pendidikan yang berhubungan dengan

    kepariwisataan harus mengutamakan penduduk local dan

    industri yang berkembang pada wilayah tersebut harus

    mampu menampung para pekerja local sebanyak mungkin.

    Establishing Local Business Linkages: Linkages must be established among local businesses in the tourism industry in order to ensure tourism expenditures stay within the destination rather than leak out to purchase imported goods and services for tourists. Local involvement in tourism facilitates the development of linkages among the service and goods providers within the tourism destination.

    Prinsip kelima adalah, pariwisata harus dikondisi

    untuk tujuan membangkitkan bisnis lainnya dalam

    masyarakat artinya pariwisata harus memberikan dampak

    pengganda pada sector lainnya, baik usaha baru maupun

    usaha yang telah berkembang saat ini.

    Cooperation: Cooperation between local attractions, businesses and tourism operators is essential given that one business or operation can be directly affected by the performance or quality of another. Models of partnerships must be explored in the areas of planning, management, marketing and funding for tourism ventures.

    Prinsip keenam adalah adanya kerjasama antara

    masyarakat local sebagai creator atraksi wisata dengan para

  • 41

    operator penjual paket wisata, sehingga perlu dibangun

    hubungan kerjasama yang saling menguntungkan. Misalnya,

    berkembangnya sanggar tari, kelompok tani, dan lainnya

    karena mendapatkan keuntungan dari berkembangnya sector

    pariwisata. Sementara para operator sangat berkepentingan

    terhadap eksistensi dan keberlanjutan atraksi wisata pada

    wilayah pariwisata. Idealnya harus ada keseimbangan

    permintaan dan penawaran yang berujung pada kepuasan

    wisatawan, namun demekian dalam praktiknya akan ada

    perbedaan mendasar antara masyarakat lokal dan wisatawan

    sehubungan dengan perbedaan perbedaan sikap terhadap

    pembangunan itu sendiri (Lawrence, et al., 1993). Penelitian

    terhadap wisatawan akan dapat menjadi jalan keluar untuk

    mengatasi perbedaan tersebut dengan melakukan wawancara

    dengan para wisatawan untuk memahami mengapa mereka

    memutuskan untuk mengunjungi sebuah destinasi, seberapa

    baik harapan mereka terpenuhi dan apa yang dapat dilakukan

    untuk membuat mereka tetap lebih terpuaskan.

    Menjaga keseimbangan antara kebutuhan wisatawan

    dan orang-orang dari semua masyarakat sangatlah penting

    untuk diketahui. Seperti banyak penduduk kota wisata

    memilih untuk tinggal di sana karena gaya hidup yang

    dirasakan dan faktor kemudahan, program yang dirancang

    untuk memfasilitasi penggunaan fasilitas, dan layanan yang

    dapat digunakan untuk mengurangi gesekan antara warga

    dan pengunjung.

    Sustainability of the Resource Base: Sustainable tourism development has to provide for intergenerational equity. Equitable distribution of costs and benefits of tourism development must take place among present

  • 42

    and future generations. To be fair to future generations of tourists and the travel industry, society should strive to leave a resource base no less than the one inherited. Sustainable tourism development must, therefore, avoid resource allocation actions that are irreversible.

    Prinsip ketujuh adalah, pembangunan pariwisata

    harus mampu menjamin keberlanjutan, memberikan

    keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak merugikan

    generasi yang akan datang. 4Adanya anggapan bahwa

    pembangunan pariwisata berpotensi merusak lingkungan jika

    dihubungkan dengan peningkatan jumlah wisatawan dan

    degradasi daerah tujuan pariwisata adalah sesuatu yang logis

    (Hunter dan Green, 1995). Wujud hubungan ini adalah konsep

    tentang daya dukung yang menunjukkan suatu pendekatan

    manajemen yang memungkinkan pertumbuhan dalam batas

    yang dapat diterima (Johnson dan Thomas, 1996).

    Carrying Capacity: There is a definite need for the impact assessment of tourism development proposals to distinguish between plans which encourage mass versus quality tourism. The capacity of sites must be considered, including physical, natural, social and cultural limits. Development should be compatible with local and environmental limits, and operations should be evaluated regularly and adjusted as required

    Prinsip kedelapan adalah pariwisata harus bertumbuh

    dalam prinsip optimalisasi bukan pada exploitasi. Strategi

    manajemen kapasitas akan menjadi pilihan yang terbaik,

    walaupun saat ini masih mengalami kontroversi yang cukup

    4 There is widespread acknowledgment of the potentially damaging

    relationship between increasing numbers of tourists and the escalated degradation of many tourism destinations (Hunter and Green, 1995).

  • 43

    tajam. Konsep ini merupakan kebutuhan yang semestinya

    diakui untuk membatasi dan menjadi kendali atas dimensi-

    dimensi pembangunan pariwisata yang dapat mengancam

    berkelanjutan penggunaan sumber daya yang terbatas, pada

    saat yang bersamaan, konsep tersebut berhadapan dengan

    keinginan untuk memaksimalkan peluang sebagai tujuan

    pertumbuhan dan mewujudkan manfaat potensial yang

    terkait dengan pengunjung yang semakin meningkat.

    Monitoring and Evaluating: Guidelines have to be established for tourism operations, including requirements for impact assessment. There should be codes of practice established for tourism at the national, regional and local levels. There is also a need to develop indicators and threshold limits for measuring the impacts and success of local tourism ventures. Protection and monitoring strategies are essential if communities are to protect the very resources that form the basis of their tourism product to protect the environment (the tourism resource base) on which it depends.

    Prinsip kesembilan adalah harus ada monitoring dan

    evaluasi secara periodic untuk memastikan pembangunan

    pariwisata tetap berjalan dalam konsep pembagunan

    berkelanjutan. Mestinya pembagunan pariwisata dapat

    diletakkan pada prinsip pengelolaan dengan manajemen

    kapasitas, baik kapasitas wilayah, kapasitas obyek wisata

    tertentu, kapasitas ekonomi, kapasitas social, dan kapasitas

    sumberdaya yang lainnya sehingga dengan penerapan

    manajemen kapasitas dapat memperpanjang daur hidup

    pariwisata itu sendiri sehingga konsepsi konservasi dan

    preservasi serta komodifikasi untuk kepentingan ekonomi

  • 44

    dapat berjalan bersama-sama dan pembangunan pariwisata

    berkelanjutan dapat diwujudkan.

    Accountability: The management and use of public goods such as water, air and common lands should ensure accountability on behalf of users to ensure these resources are not abused.

    Prinsip kesepuluh adalah harus adalah keterbukaan

    terhadap penggunaan sumber daya seperti penggunaan air

    bawah tanah, penggunaan lahan, dan penggunaan

    sumberdaya lainnya harus dapat dipastikan tidak disalah

    gunakan. Untuk hal tersebut 5kode etik pembangunan

    pariwisata berkelanjutan harus dirumuskan dan menjadi

    agenda yang terus menerus di revisi dan bahkan revisi yang

    terakhir diselenggarakan di Bali (UNWTO Etic Code, 2011).

    Standar yang tetapkan memang masih terlalu umum untuk

    diterapkan oleh unit bisnis, sehingga masih perlu dilakukan

    penjabaran menjadi standar yang lebih rinci dalam bentuk

    buku manual (Font dan Bendell, 2002). Sebagai contohnya, di

    Eropa secara sukarela mengambil inisiatif untuk program

    pariwisata berkelanjutan dan menciptakan sebuah sistem

    federal untuk meningkatkan standar di antara program-

    program saat ini, telah digunakan pada 1000 akomodasi

    sebagai sebuah disertifikasi untuk konsumen dalam promosi,

    dan penawaran paket wisata mereka (Visitor, 2003).

    Training: Sustainable tourism development requires the establishment of education and training programmes to improve public understanding and enhance business,

    5 Although most certification programmes are not growing in number of

    applicants (only 20 percent of the medium-aged ecolabels are growing annually, according to the WTO [2002])

  • 45

    vocational and professional skills especially for the poor and women. Training should include courses in tourism, hotel management, creation and operation of small businesses and other relevant topics.

    Prinsip kesebelas adalah melakukan program

    peningkatan sumberdaya manusia dalam bentuk pendidikan,

    pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata

    sehingga dapat dipastikan bahwa para pekerja siap untuk

    bekerja sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan

    sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga program

    sertifikasi akan menjadi pilihan yang tepat. 6Sertifikasi

    sebagai proses untuk meningkatkan standar industri memiliki

    pendukung dan dan nilai kritik. Bagian ini sebenarnya

    meninjau kelayakan sertifikasi sebagai alat kebijakan untuk

    melakukan perbaikan secara sukarela, di bawah lima aspek:

    keadilan, efektivitas, efisiensi, kredibilitas, dan integrasi

    (Toth, 2002).

    Instrumen keadilan dianggap sebagai kesempatan

    semua perusahaan pariwisata untuk mengakses sertifikasi.

    Tiga wilayah dianggap berpotensi menimbulkan

    ketidakadilan dapat berupa biaya biaya (1) aplikasi, (2)

    pelaksanaan oleh perusahaan pariwisata, dan (3)program

    pelaksanaannya. Tingginya biaya relatif yang dirasakan dari

    sertifikasi dianggap sebuah ketidakadilan karena tidak semua

    perusahaan akan memiliki potensi yang sama untuk

    mengakses program sertifikasi tersebut. Sebuah studi kasus

    6 Certification as a process to raise industry standards has its advocates and

    critics. This section reviews the feasibility of certification as a policy tool to make voluntary improvements, under five aspects: equity, effectiveness, efficiency, credibility, and integration.

  • 46

    di Kostarika, pemerintahnya telah berhasil memberikan

    subsidi bagi yang pertama kali menjalankan program

    sertifikasi ini khususnya yang berkaitan dengan sertifikat

    Pariwisata Berkelanjutan. Contoh lainnya, di Australia,

    Program Akreditasi yang berkaitan dengan ekowisata telah

    dituangkan dalam bentuk audit tertulis pada tahun 2001.

    Meskipun beberapa program sertifikasi dapat memberikan

    manfaat yang cukup namun factor biaya masih menjadi mitos

    penghalang terwujudnya program sertifikasi tersebut (Toth,

    2002).

    Gambar 3.1 Kualitas Pariwisata, Sumber: Postma, 2006

    Positioning: Sustainable tourism development involves promoting appropriate uses and activities to reduce poverty and draw from and reinforce landscape character, sense of place, community identity and site opportunities. These activities and uses should aim to provide a quality tourism experience that satisfies

    Needs &

    requirements

    Tourists

    (‘consumers of the

    destination’)

    Quality of Experience

    Industry

    (‘providers of the

    destination’)

    Quality of Opportunity

    Residents

    (‘owners of the

    destination’)

    Quality of Life

    Main stakeholders groups

    Needs &

    requirements

    Needs &

    requirements

  • 47

    visitors while adhering to other principles of sustainable tourism.

    Prinsip keduabelas adalah terwujudnya tiga kualitas

    yakni pariwisata harus mampu mewujudkan kualitas hidup

    ”quality of life” masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya

    pariwisata harus mampu memberikan kualitas berusaha

    ”quality of opportunity” kepada para penyedia jasa dalam

    industri pariwisata dan sisi berikutnya dan menjadi yang

    terpenting adalah terciptanya kualitas pengalaman

    wisatawan ”quality of experience”.

    Sesuai dengan Ardika (Kompas, Senin, 13 Maret 2006)

    Kepariwisataan ada dan tumbuh karena perbedaan, keunikan,

    kelokalan baik itu yang berupa bentang alam, flora, fauna

    maupun yang berupa kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa,

    rasa dan budhi manusia. Tanpa perbedaan itu, tak akan ada

    kepariwisataan, tidak ada orang yang melakukan perjalanan

    atau berwisata. Oleh karena itu, melestarikan alam dan

    budaya serta menjunjung kebhinekaan adalah fungsi utama

    kepariwisataan. Alam dan budaya dengan segala keunikan

    dan perbedaannya adalah aset kepariwisataan yang harus

    dijaga kelestariannya. Hilangnya keunikan alam dan budaya,

    berarti hilang pulalah kepariwisataan itu.

    Dengan berlandaskan prinsip keunikan dan kelokalan,

    kepariwisataan Indonesia didasari oleh falsafah hidup bangsa

    Indonesia sendiri, yaitu konsep prikehidupan yang

    berkeseimbangan. Seimbangnya hubungan manusia dengan

    Tuhan, seimbangnya hubungan manusia dengan sesamanya,

    seimbangnya hubungan manusia dengan lingkungan alam.

    Konsep ini mengajarkan kepada kita untuk menjunjung nilai-

    nilai luhur agama serta mampu mengaktualisasikannya,

  • 48

    menghargai nilai-nilai kemanusiaan, toleran, kesetaraan,

    kebersamaan, persaudaraan, memelihara lingkungan alam.

    Kesadaran untuk menyeimbangkan kebutuhan materi dan

    rokhani, seimbangnya pemanfaatan sumber daya dan

    pelestarian. Kita diajarkan untuk tidak menjadi rakus.

    Konsep ini juga menempatkan manusia sebagai

    subyek. Manusia dengan segala hasil cipta, rasa, karsa, dan

    budhinya adalah budaya. Dengan demikian kepariwisataan

    Indonesia adalah

    kepariwisataan yang

    berbasis masyarakat

    (community based

    tourism) dan berbasis

    budaya (cultural tourism).

    Kepariwisataan yang dibangun dengan prinsip dari

    masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

    Tugas Mandiri: Sebutkan prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan

  • 49

    Bab 4

    Citra Negara Agraris

    Untuk Indonesia

    Pertanian adalah Citra Indonesia

    Sebelum krisis

    ekonomi tahun 1998,

    Indonesia pernah menjadi

    negara dengan kekuatan

    ekonomi baru barada

    bersama-sama dengan

    Malaysia dan Thailand. Indonesia sempat menjadi model

    pembangunan ekonomi yang bekelanjutan khususnya untuk

    negara sedang berkembang dengan pertumbuhan ekonomi

    yang cukup baik (Tambunan, 2006). Saat ini sektor pertanian

    masih memegang peranan penting karena hampir 45% (41

    juta) penduduk Indonesia bekerja pada sector ini dari 100

    juta angkatan kerja yang ada. Rata-rata berkontribusi 17%

    terhadap GDP (DepTan Indonesia, 2005). Menurut ADB,

    masyarakat miskin mayoritas bekerja sebagai petani, dan jika

    45% penduduk Indonesia adalah petani, berarti penduduk

    miskin Indonesia masih cukup tinggi.

    Pernyataan di atas dikuatkan oleh BPS, data Biro

    Pusat Statistik Indonesia juga menunjukkan bahwa sampai

    Agustus 2010, jumlah tenaga kerja Indonesia di bidang

    pertanian, kehutanan dan perikanan adalah 41,4 juta dari

    total angkatan kerja sebanyak 108,2 juta, sedangkan sisanya

    Capaian pembelajaran : memahami bahwa citra

    indonesia sebagai negara agraris

  • 50

    terdistribusi dalam delapan bidang pekerjaan lain. Hal ini

    menunjukkan bahwa bidang pertanian sesungguhnya paling

    potensial dalam menyerap tenaga kerja. Persoalannya

    memang adalah bagaimana membuat pasar tenaga kerja

    pertanian tersebut diisi oleh orang-orang yang benar-benar

    potensial, mempunyai visi dan instink bisnis yang kuat

    sehingga dapat menggerakkan investasi besar di bidang

    pertanian.

    Menurut Yuwono (2011), membangun pertanian

    adalah membangun citra dan kedaulatan Indonesia menuju

    kejayaan yang pernah disandang oleh Indonesia s