agropolitan
DESCRIPTION
AgropolitanTRANSCRIPT
![Page 1: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/1.jpg)
POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN
KUNINGAN DAERAH CILIMUS KOMODITAS UBI JALAR
Mata Kuliah Perencanaan Wilayah
Disusun Oleh:
Handoko Tri Atmojo 150610090023
Jufriadi Nurman 150610090047
Yudhistira 150610090076
Elfhat Patriot Rachman 150610090159
Wulan Dias N 150610090161
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
![Page 2: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH S.W.T atas segala nikmat
dan karunia yang telah dilimpahkan-NYA saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan selesai tepat pada waktunya,dalam memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Wilayah di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Perencanaan Wilayah Ibu
Endah Djuwendah yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang bagaimana keterlibatan dalam
pengembangan wilayah Agropolitan serta kuni keberhasilan Agropolitan
Penulis merasa bahwa dalam menyusun makalah ini masih menemui beberapa
kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya, maka dari itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan
membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.
Jatinangor, 7 Agustus 2012
Penulis
![Page 3: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkup wilayah yang menjadi pengembangan kawasan agropolitan adalah
mencakup wilayah seluas 117.857,55 ha, yang dibagi menjadi 4 distrik. Secara umum
pembagian distrik didasarkan kepada pertimbangan untuk mempercepat akselerasi
pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan melalui pengembangan sektor pertanian dan
ekonomi masyarakat secara terpadu. Empat (4) Distrik yang menjadi Kawasan
Pengembangan Agropolitan yaitu Distrik Cilimus, Distrik Kuningan, Distrik Luragung dan
Distrik Ciawigebang.
Pada masing-masing distrik, ditetapkan suatu pusat primer (kawasan inti) dan pusat
sekunder (kawasan pendukung) yang diharapkan dapat menjadi pusatpusat pertumbuhan
baru sehingga akselerasi pengembangan wilayah lebih cepat terjadi. Keempat distrik
tersebut berikut penetapan pusat (primer dan sekunder) dan hinterland (kawasan
layanannya). Secara umum pembagian distrik didasarkan kepada pertimbangan untuk
mempercepat akselerasi pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan melalui
pengembangan sektor pertanian dan ekonomi masyarakat secara terpadu. Pembagian distrik
pengembangan kawasan agropolitan di dasarkan pada pertimbangan sebagian berikut :
a. Pergerakan eksternal dan internal kawasan yang mendukung pengembangan
wilayah.
b. Faktor agroklimat yang sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian,
c. Berpotensi untuk pengembangan agribisnis,
d. Daya dukung sarana dan prasarana (ekonomi, fisik dan lembaga pendukung) yang
memadai untuk pengembangan agribisnis seperti; pasar (pasar produk pertanian,
sarana pertanian, pasar lelang), gudang penampung hasil pertanian, tempat
pengolahan hasil pertanian, lembaga keuangan, kelembagaan petani (kelompok tani
dan koperasi), jaringan perhubungan (jalan), jaringan irigasi yang optimal, sarana
transportasi, listrik, air bersih dan lain-lain.
![Page 4: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/4.jpg)
Konsep Agropolitan didefinisikan sebagai kota pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah
sekitarnya (Deptan, 2002). Konsep tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan Masterplan
Agropolitan yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 11
Tahun 2005. Dalam Masterplan tersebut telah ditetapkan menjadi 4 (empat) Distrik
Pengembangan Agropolitan, yaitu : Distrik Kuningan, Distrik Cilimus, Distrik
Ciawigebang, dan Distrik Luragung. Setiap distrik memiliki karakteristik yang berbeda
ditinjau dari potensi sumber daya alam dan pemanfaatannya dalam bentuk kegiatan
pertanian.
Dari perspektif pengembangan wilayah, maka pertimbangan penting yang biasa
digunakan untuk melihat potensi komoditas suatu kawasan adalah komoditas tersebut dapat
mencukupi kebutuhan sendiri dan mampu mensuplai ke kawasan lain serta komoditas
tersebut memiliki daya saing pasar terhadap komoditas lainnya. Dalam hal ini, komoditas
ubi jalar dijadikan sebagai basis
komoditas unggulan dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan Distrik
Cilimus, didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya dari data produksi 7
komoditas palawija utama di setiap distrik pengembangan agropolitan, menunjukkan bahwa
produksi komoditas ubi jalar sebagian besar dihasilkan di Distrik Cilimus (Tabel 1).
![Page 5: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/5.jpg)
Data produksi ubi jalar pada tahun 2005, Indonesia hanya menghasilkan 1,2 persen
dari total produksi dunia. Departemen Pertanian (2005) menyebutkan kebutuhan nasional
mencapai 2.170.426 ton/tahun dengan produksi mencapai 2.753.356 ton/tahun. Sebagian
besar surplus produksi ubi jalar secara nasional diekspor ke negara Malaysia, Singapura,
Jepang, Korea dan Cina. Produktivitas ubi jalar di Indonesia secara umum masih sangat
rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara lain yaitu rata-rata 9,8 ton/ha, sedangkan
di Cina telah mencapai 20.85 ton/ha dan Jepang mencapai 24.73 ton/ha. Produksi ubi jalar
di Kabupaten Kuningan pada tahun 2007 telah mencapai 104.833 ton (30 persen dari total
produksi Provinsi Jawa Barat) dengan produktivitas 18,8 ton/ha.
Selain itu berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya dalam Masterplan
Agropolitan (2003), menunjukkan bahwa komoditas ubi jalar di Distrik Cilimus : (1) nilai
LQ (Location Quetiont) >1, yang berarti bahwa terjadinya pemusatan produksi ubi jalar di
kawasan Distrik Cilimus secara relatif dibandingkan dengan total produksi Kabupaten
Kuningan, selain itu ditunjukkan dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan mampu mensuplai
ke luar distrik; (2) nilai LI (Location Indeks) mendekati 1, yang berarti bahwa produksi ubi
jalar cenderung berkembang memusat; (3) budidaya ubi jalar memiliki nilai R/C Ratio
sebesar 2,94. Nilai R/C Ratio >1 menunjukkan bahwa secara finansial usahatani ubi jalar
menguntungkan; (4) komoditas ubi jalar memiliki daya saing agribisnis yang baik
dibandingkan komoditas lain, hal ini didukung dengan keberadaan beberapa industri
pengolahan ubi jalar di Distrik Cilimus; (5) Komoditas ini dipilih karena dilihat dari
perkembangan luas areal tanam yang mencapai 6.150 ha dan produktivitas yang semakin
meningkat mencapai 18.8 ton/ha.
Namun untuk dapat mengembangkan komoditas ubi jalar di Distrik Cilimus dalam
suatu sistem agribisnis diperlukan perencanaan yang komprehensif sehingga dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani, pengusaha, masyarakat,
pemerintah dan stakeholder lainnya serta tidak saja bagi pengembangan kawasan
agropolitan Distrik Cilimus tetapi juga bagi perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten
Kuningan secara keseluruhan.
![Page 6: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterlibatan dalam Agropolitan di Kabupaten Kuningan
Konsep agropolitan di Kabupaten Kuningan terdiri dari beberapa distrik dimana
distrik-distrik agropolitan didefinisikan sebagai kawasan pertanian yang mayoritas
penduduknya bekerja disektor pertanian dengan kecenderungan menggunakan pola
pertanian modern. Pengembangan kawasan agropolitan dimaksudkan untuk meningkatkan
pendapatan/kesejahteraan petani melalui percepatan pengembangan wilayah dan
peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan otonomi
di kawasan agropolitan.
Sebagian besar petani di Distrik Cilimus menjual ubi jalar dalam bentuk ubi jalar
segar (mentah) langsung di on-farm (di lahan). Tata niaga seperti ini, selain membuat posisi
tawar petani menjadi lemah dalam menentukan harga (karena petani tidak mempunyai
kesempatan memilih jalur pemasaran lain) dan tidak ada nilai tambah yang dapat diperoleh
petani. Nilai tambah pengolahan ubi jalar menjadi berbagi produk pangan cenderung
dinikmati oleh pihak lain (industry pengolahan atau industri makanan). Meskipun ada
beberapa petani yang telah melakukan pengolahan, namun masih terbatas pada pengolahan
yang bersifat tradisional, seperti pembuatan penganan dan kue berbahan dasar ubi jalar.
Keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus sangat ditentukan
oleh adanya keterlibatan stakeholder. Untuk itu perlu diketahui bagaimana preferensi
stakeholder dalam memilih jenis pengembangan agribisnis komoditas ubi jalar yang paling
tepat dan diharapkan dapat mendukung perkembangan kawasan agropolitan Distrik
Cilimus. Selanjutnya apakah pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus
mempunyai dampak terhadap kesejahteraan petani secara umum.
![Page 7: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/7.jpg)
2.2 Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Kuningan
Berdasarkan potensi wilayah Kabupaten Kuningan dan arahan Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Jawa Barat, maka Kabupaten Kuningan perlu mengembangkan 2 sektor
unggulannya yaitu agribisnis dan pariwisata. Untuk itu diperlukan arahan dalam kegiatan
pengelolaan sumber daya alam dan pemanfaatan ruang sehingga mampu untuk mewadahi
dan menampung perkembangan Kabupaten Kuningan. Dengan pertimbangan arahan
kebijakan pengembangan wilayah pada tingkat makro serta arahan kebijakan pembangunan
daerah Kabupaten Kuningan sebagaimana dituangkan dalam Perda Kabupaten Kuningan
No. 30 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Daerah (Propeda) 2001–2005 dan
kebijakan sektoral yang mengarah pada pengembangan kegiatan agribisnis dengan basis
ekonomi pertanian yang mantap yang didukung oleh kegiatan industri yang berorientasi
kepada agroindustri dan pengembangan sektor pariwisata, maka model pendekatan teoritis
yang dapat diaplikasikan dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten Kuningan adalah
Konsep Agropolitan.
Konsep agropolitan yang akan dikembangkan tertuang dalam RTRW Kabupaten
Kuningan 2003–2013 dan kemudian rencana yang lebih detil tertuang dalam MasterPlan
Agropolitan 2005–2014 . Sehingga terdapat sinergi antara perkembangan yang terjadi di
pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan dengan pertumbuhan yang terjadi di wilayah
hinterland yang dalam proses perkembangannya akan dilayani melalui pembagian sistem
distrik.
Secara konseptual, model agropolitan merupakan pendekatan pembangunan yang
komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
secara luas dan intensif melalui bottom-up planning. Dilakukan secara sinergis dengan
melibatkan multi sektor dan program
pembangunan yang secara langsung diarahkan pada peningkatan kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat, penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas dan kualitas
sumberdaya manusia dengan tetap mempertimbangkan aspek keserasian dan kelestarian
daya dukung lahan.
![Page 8: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/8.jpg)
Konsep ini pada dasarnya merupakan strategi pembangunan wilayah perdesaan
yang dipercepat dengan berbasis pada kebutuhan masyarakat dengan tujuan agar proses
percepatan pertumbuhan secara lebih merata dapat segera tercapai dan kesejahteraan
masyarakat dapat lebih cepat terwujud. Hal ini mengandung pemahaman bahwa fokus
model agropolitan diarahkan pada
upaya pemberdayaan masyarakat yang pada intinya mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu
pemberdayaan sosial kemasyarakatan; pemberdayaan ekonomi masyarakat; dan
pendayagunaan prasarana dan sarana, sesuai dengan kondisi potensi dan peluang yang
dimiliki (RTRW Kuningan, 2003).
Pengelompokan kawasan pertumbuhan akan membentuk kawasan pertumbuhan
suatu wilayah dengan demikian akan diketahui pula keunggulankeunggulan yang berbasis
local resource wilayah tersebut. Hal ini merupakan dasar untuk pengembangan kawasan
agropolitan sehingga kawasan agropolitan yang dibentuk benar-benar tepat sasaran.
Bagi Pemerintah Kabupaten Kuningan konsep agropolitan diharapkan dapat
mengangkat posisi petani agar mempunyai posisi tawar yang lebih baik terhadap pasar,
dengan cara menghasilkan produk yang berkualitas, dengan harga yang bersaing. Grand
skenario untuk memberdayakan petani di Kabupaten Kuningan melalui penerapan konsep
agropolitan diharapkan dapat menjadi kenyataan dengan cara membuat perencanaan yang
komprehensif.
Pengembangan kawasan agropolitan dimaksudkan untuk meningkatkan
pendapatan/kesejahteraan petani melalui percepatan pengembangan wilayah dan
peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan otonomi
di kawasan agropolitan. Sistem usaha agribisnis membangun usaha budidaya (on farm) dan
juga usaha lain yang menunjang budidaya seperti pasca panen, penyediaan alat-alat/sarana,
pertanian, pemasaran dan jasa penunjang lainnya (off farm).
Menurut hasil kajian dari P4W-IPB, 2004, ada beberapa masalah yang potensial
terjadi dalam pelaksanaan agropolitan, yaitu : (1) aspek teknologi yaitu pengolahan hasil
pertanian dan peralatannya; (2) aspek ekonomi yaitu modal dan pemasaran hasil produksi;
![Page 9: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/9.jpg)
dan (3) aspek sosial yaitu koordinasi antar stakeholder dan pemahaman mengenai konsep
agropolitan.
2.3 Potensi dan Pengembangan Agroindustri Komoditas Ubi Jalar
Keunggulan komparatif industri yang dibangun berdasarkan sumberdaya lokal dan
padat tenaga kerja di wilayah perdesaan akan tinggi, tidak saja mampu bersaing di dalam
negeri tetapi juga di luar negeri. Atas dasar pemikiran itu pula, Kabupaten Kuningan
menetapkan kebijakan pembangunan dalam jangka menengah, dengan menetapkan
MasterPlan Agropolitan sebagai dasar kebijakan pembangunan pertanian dalam rangka
meningkatkan perekonomian daerah. Dengan prioritas pengembangan pertama adalah
pengembangan Distrik Cilimus dengan komoditas unggulan ubi jalar. Dengan harapan
dapat memadukan antara pembangunan pertanian dengan pengembangan agroindustri
berbahan baku lokal.
Perkembangan agroindustri tidak terlepas dari karakteristik bahan bakunya. Bahan
baku pertanian seperti halnya komoditas ubi jalar selalu dihadapkan pada tiga karakteristik
utama yaitu musiman, mudah rusak serta dihasilkan dalam jumlah dan mutu yang tidak
seragam dari waktu ke waktu. Komoditas ubi jalar sebagaimana komoditas pertanian secara
umum yang dihasilkan amat bergantung pada kondisi biologis seperti hama dan penyakit
serta iklim, sehingga suplai komoditas tersebut tidak tersedia sepanjang tahun. Berbeda
dengan industri lain, agroindustri selalu menghadapi ketidakseimbangan antara permintaan
dan penawaran, sehingga diperlukan manajemen penyimpanan yang baik, penjadwalan
produksi, koordinasi antara produksi, pengolahan serta rantai pemasaran sejak dari
usahatani. Perubahan-perubahan bahan baku menjadi produk akhir tersebut seperti
dikemukakan di atas terkait erat dengan besarnya investasi, teknologi, pengelolaan serta
mutu tenaga kerja yang terlibat.
Agroindustri berbahan baku lokal komoditas ubi jalar telah dirintis di Kabupaten
Kuningan sejak tahun 1993. Pada saat itu ada salah satu investor dari Korea yang
menangkap peluang pasar dari komoditas olahan ubi jalar. Pada tahun itu berdiri satu
perusahaan PMA yang bergerak dalam pengolahan pasta ubi jalar dengan orientasi untuk
![Page 10: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/10.jpg)
ekspor ke negara Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Pada awalnya lokasi pabrik
berada di kecamatan Ciawigebang, karena wilayah tersebut memang diperuntukkan untuk
wilayah industri. Tetapi pada tahun 2000 pabrik tersebut dipindahkan lokasinya ke
kecamatan Cilimus (merupakan sentra komoditas ubi jalar), dengan alasan supaya lokasi
pabrik lebih dekat dengan lokasi bahan baku. Alasan ini sejalan dengan teori yang
dikemukan oleh Charles Toubout tentang locational rent yang berarti bahwa keuntungan
(surplus) perusahaan akibat adanya selisih harga antara A dan B karena perbedaan lokasi
(Rustiadi et al., 2007). Konsep locational rent juga dikemukan pada tahun 1842 oleh von
Tunen, bahwa nilai land rent bukan hanya ditentukan oleh kualitas lahan (ricardian rent)
tetapi nilai land rent merupakan fungsi dari lokasinya (Rustiadi et al., 2007).
Tidak seperti halnya bahan baku yang digunakan oleh industri lain, agroindustri
amat bergantung pada bahan baku yang tidak tahan lama disimpan atau mudah rusak. Oleh
karena itu, industri ini memerlukan kecepatan dan kehati-hatian dalam menangani dan
menyimpan bahan bakunya. Jika hal tersebut diabaikan, maka akan berpengaruh pada
kualitas seperti menurunnya kandungan nutrisi terutama untuk agroindustri pangan.
Karateristik lain dari bahan baku agroindustri adalah variabilitas dalam jumlah dan kualitas
dari bahan baku yang dihasilkan. Demikian juga dengan kualitasnya amat beragam,
walaupun telah ditemukan sejumlah teknologi untuk mengatasinya, namun
ketidaseragaman tetap tidak dapat dihindari. Hal ini juga dialami oleh Pemerintah
Kabupaten Kuningan dalam dalam rangka pengembangan agropolitan di Distrik Cilimus.
Banyaknya permasalahan dalam masalah budidaya (on farm) sampai pada masalah
teknologi pengolahan dan pemasaran (off farm) menjadi catatan tersendiri untuk menjadi
bahan evaluasi.
Pada tahun 2007 setelah diluncurkannya Program Pengembangan Kompetensi
Indeks Pembangunan Manusia (PPK–IPM) dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang salah
programnya adalah meningkatkan daya beli masyarakat melalui pengembangan agribisnis
ubi jalar. Lokasi yang menjadi prioritas adalah wilayah Cilimus dan sekitarnya. Dengan
adanya stimulus berupa bantuan pembangunan pabrik pengolahan chip/tepung ubi jalar di 6
lokasi (semua lokasi
![Page 11: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/11.jpg)
berada di Distrik Cilimus) dan bantuan berupa peralatan untuk pengolahan ubi jalar kepada
kelompok tani dan kelompok IKM, berdampak pada perkembangan ekonomi lokal. Salah
satu indikator yang jelas terlihat adalah membaiknya harga jual ubi jalar di tingkat petani
yang bisa mencapai Rp.800 – Rp.1.200. Hal ini tidak terlepas karena adanya pabrik
pengolahan chip dan tepung ubi jalar, yang membeli ubi jalar segar dari petani pada tingkat
harga Rp.800 – Rp.1.000.
Keadaan ini berdampak pada posisi tawar petani dalam menjual ubi jalar segar, karena
petani sudah mempunyai pilihan untuk menjual ke bandar atau ke industri. Sehingga bandar
tidak bisa lagi menekan harga serendah mungkin, karena petani sudah memiliki pilihan
pemasaran. Tetapi ada kelemahannya jika petani menjual ke industri, karena keterbatasan
modal yang dimiliki oleh industry chip maka pembayaran ke petani tidak selalu bisa tunai
(ada grass period pembayaran). Hal ini menjadikan peran bandar tidak berkurang, karena
mereka punya kelebihan bisa membayar tunai kepada petani.
Dalam rangka terus mendorong perkembangan agribisnis (agroindustri) pada tingkat
kelompok tani dan kelompol IKM yang berada di distrik agropolitan Cilimus, selain
dikembangkan pabrik pengolahan chip dan tepung ubi, masih harus dicari dan
dikembangkan teknologi pengolahan ubi jalar yang sederhana dengan biaya murah dan
dapat dilakukan oleh petani pada skala industry rumahan (home industry).
2.4 Kunci Keberhasilan Agropolitan di Kabupaten Kuningan
Pengembangan wilayah dengan pendekatan sistim agropolitan harus menyentuh (1)
pembangunan fisik wilayah, seperti: pembangunan jalan, pasar, terminal, dan lain lain , (2)
sumberdaya manusia dan sosial yaitu: koordinasi antar stakeholder dan pemahaman tentang
konsep agropolitan, (3) aspek tehnologi yaitu: pengolahan hasil pertanian dan peralatannya.
Masalah yang potensi terjadi dalam pelaksanaan agropolitan: (1) aspek teknologi
yaitu pengolahan hasil pertanian dan peralatannya, (2) aspek ekonomi yaitu modal dan
pemasaran hasil produksi, (P4W-IPB, 2004).
Dilihat dari kajian masalah tersebut akan menjadi keberhasilan suatu kawasan
agropolitan di tinjau dari :
![Page 12: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/12.jpg)
a. Aspek teknologi yaitu pengolahan hasil pertanian dan peralatannya
Teknologi yang dikembangkan sebenarnya merupakan pengolahan sementara
(intemediate processing) agar bisa tahan disimpan sebelum pengolahan tahap selajutnya
yang lengkap. Dengan demikian ubi jalar segar dapat segera diolah agar tidak mengalami
pembusukan dan penyusutan. Teknologi pengolahan ubi segar, secara garis besar dapat
dijelaskan pada
satu teknologi yang dapat diadopsi untuk mengembangkan teknologi pengolahan
ubi jalar seperti yang telah dikembangkan oleh Vietnam (Anonim, 1991). Teknologi yang
dikembangkan pada dasarnya sangat sederhana dan diharapkan dapat diterapkan di desa–
desa sebagai upaya untuk merangsang tumbuhnya industri rumahan. Sebagaimana
Indonesia, penduduk di Vietnam mengkonsumsi ubi jalar segar secara langsung (direbus
atau dibakar), dibuat keripik atau sebagian diolah menjadi pakan ternak. Namun karena
masa simpan ubi segar relatif pendek dan susut karena pembusukan dari sejak masa panen
![Page 13: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/13.jpg)
bisa mencapai 30%. Untuk menekan susut yang besar tersebut, teknologi tepat guna untuk
mengolah ubi jalar baik untuk makanan manusia maupun pakan ternak, akan sangat
membantu petani meningkatkan pendapatan dan mengurangi kerugian.
b. aspek ekonomi yaitu modal dan pemasaran hasil produksi
Ada beberapa jenis pengembangan
agribisnis ubi jalar yang dapat dikembangkan dan menjadi pilihan alternatif
masyarakat petani di Distrik Cilimus ini yaitu :
1. Petani menjual langsung komoditas ubi jalar segar, baik melalui pedagang maupun
langsung ke konsumen, namun pilihan ini tidak memberikan nilai tambah yang
lebih bagi petani. Nilai tambah pada komoditas ubi jalar akan dinikmati oleh pihak
lain. Tetapi dari hasil wawancara, pilihan ini banyak dipilih oleh petani karena
kebanyakan petani hanya berpikir untuk segera mendapatkan uang setelah masa
panen tiba untuk sekedar memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Nilai tambah
komoditas ubi jalar akan terjadi bila komoditas tersebut mengalami proses
pengolahan. Hal ini memerlukan modal dan ketrampilan khusus yang belum semua
petani memilikinya. Dalam hal ini peran pemerintah Kabupaten Kuningan sangat
penting untuk dapat membantu dan memfasilitasi modal dan juga memberikan
pelatihan dan penyuluhan tentang pengolahan sederhana komoditas ubi jalar.
2. Petani bermitra sebagai penyedia bahan baku, alternatif sudah dijalani oleh
beberapa kelompok petani. Petani bermitra dengan anak perusahaan pabrik pasta,
sebagai penyedia bahan baku ubi jalar segar. Dari segi pendapatan yang diterima
petani agak lebih besar, karena harga yang diterima lebih mahal dibanding dijual ke
pihak lain. Tetapi petani yang bermitra mempunyai keterikatan kepada pihak
perusahaan, antara lain dalam menanam varietas ubi jalar harus sesuai dengan yang
diminta dan kualitas produksi harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Keuntungannya petani tidak lagi harus pusing memikirkan pemasaran, karena sudah
ada kepastian yang akan membeli dengan harga yang lebih mahal dari harga
berlaku. Tetapi kerugiannya terjadi ketika harga ubi jalar melonjak naik, petani
![Page 14: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/14.jpg)
yang bermitra tidak akan mendapatkan keuntungan, karena harga sudah dipatok
sesuai dengan perjanjian.
3. Industri Rumah Tangga (home industry), menjadi alternatif agribisnis ubi jalar yang
dapat dikembangkan oleh petani. Sebagian kecil rumah tangga petani sudah ada
yang melakukan pengolahan komoditas ubi jalar segar menjadi makanan ringan atau
kue–kue. Namun kegiatan ini masih terbatas dilakukan yaitu pada saat menjelang
hari raya tiba, karena pada momen itu permintaan akan jenis–jenis kue cukup tinggi.
Selain itu, pada saat hari raya biasanya harga tepung terigu melonjak naik, sehingga
mereka menggantikan tepung terigu dengan tepung ubi jalar dengan harga yang
relatif murah. Pada hari–hari biasa, rumah tangga petani jarang melakukan kegiatan
ini, karena kegiatan ini memerlukan modal dan pemasarannya masih sangat
terbatas. Dalam hal ini bantuan dari pemerintah Kabupaten Kuningan, diharapkan
bisa memberikan bantuan permodalan dan juga bantuan mencarikan pemasaran
untuk produk kue dan makanan ringan berbahan baku ubi jalar buatan industri
rumah tangga petani. Selain itu petani dapat diberikan penyuluhan dan pelatihan
untuk mengembangkan jenis–jenis kue dan makanan berbahan baku ubi jalar yang
disukai konsumen.
4. .Industri kecil penyedia bahan baku setengah jadi, alternatif ini bila ditinjau dari
segi bisnis sangat menguntungkan, karena selain prosesnya tidak terlalu sulit dan
juga nilai tambah dari komoditas ubi jalar dapat dinikmati oleh petani. Industri kecil
ini mengolah bahan baku ubi jalar segar menjadi chip ubi jalar dan tepung ubi jalar.
Untuk membantu agar nilai tambah dari komoditas ubi jalar lebih banyak dinikmati
oleh petani, Pemerintah Kabupaten Kuningan telah memberikan bantuan yaitu
dengan menyediakan 6 pabrik pengolahan chip ubi jalar, satu merupakan pabrik
yang dapat mengolah chip ubi jalar menjadi tepung ubi jalar. Selain itu juga telah
diberikan bantuan kepada beberapa kelompok petani dan kelompok IKM, bantuan
berupa alat pengolah chip yang sederhana dengan kapasitas yang kecil. Selain itu,
tujuan yang utama dari pembangunan beberapa pabrik pengolahan adalah untuk
merintis pembangunan agroindustri di Kabupaten Kuningan.
![Page 15: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/15.jpg)
Peningkatan Kinerja Usahatani Ubi jalar
Usahatani ubi jalar merupakan usahatani yang menguntungkan dari sisi finansial dan
berpotensi untuk meningkatkan pendapatan petani tradisional yang selama ini terpaku pada
komoditas padi sebagai tanaman utamanya. Dengan permintaan ubi jalar yang
menunjukkan kecenderungan meningkat ditambah harga yang semakin tinggi dan stabil,
menjadikan usahatani yang yang mempunyai prospek yang menjanjikan untuk
dikembangkan lebih besar. Supaya kinerja pengembangan agribisnis ubi jalar di distrik
agropolitan Cilimus pada masa yang akan datang menjadi lebih baik, diperlukan dukungan
dari semua pihak terkait termasuk petani, pemerintah daerah, pengusaha, pedagang.
Faktor–faktor pendukung yang perlu diperhatikan agar pengembangan agropolitan
di Distrik Cilimus yang berbasis agribisnis komoditas ubi jalar terlaksana dengan baik dan
mampu mendorong perekonomian lokal, yaitu :
a. Areal Tanam
Di Distrik Cilimus Ubi jalar ditanam di lahan kering dan ditanam pada awal musim
penghujan. Sedangkan di lahan basah, biasanya ditanam setelah padi pada awal musim
kemarau atau masa bera. Pada umumnya, petani di Distrik Cilimus membudidayakan
tanaman ubi jalar di lahan basah, dengan pola tanam ubi jalar – padi – padi. Dari hasil
analisis kesesuaian lahan di Distrik Cilimus potensi lahan masih dapat diintensifkan
dengan menambah frekuensi tanam menjadi 2 kali atau 3 kali. Tetapi cara penanaman
intensif ini, dikhawatirkan dapat mengakibatkan penurunan kualitas lahan dan
menyebabkan terjadinya degradasi lahan. Alternatif perluasan areal tanam adalah
menanam pada lahan kering (ladang, belukar dan perkebunan) yang cukup tersedia di
distrik ini.
b. Tehnik Budidaya dan Pasca Panen
Tehnik budidaya yang perlu mendapat perhatian adalah menanam varietas unggul,
tehnik pengelolaan lahan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit serta tehnik
pascapanen. Untuk varietas unggul, tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten
![Page 16: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/16.jpg)
Kuningan telah melepas varietas unggul AC Merah dan AC Putih. Tehnik pasca
panen menjadi salah faktor untuk menghasilkan mutu ubi jalar yang baik. Karena
kesalahan pada saat panen, dapat menyebabkan kerusakan umbi dan menurunkan
harga jual.
c. Sarana produksi
Ketersediaan bahan saprodi menjadi syarat mutlak lainnya dalam pengembangan
agribisnis ubi jalar. Karena ketersediaan biibt, pupuk, obatobatan dan alsintan dalam
jumlah, waktu, tempat harga terjangkau merupakan hal penting yang dapat menjaga
kesinambungan budidaya ubi jalar. Sejauh ini di Distrik Cilimus telah tersedia 11
KUD (Koperasi Unit Desa) dan toko saprodi (sarana produksi) non KUD, yang
dapat memenuhi permintaan petani untuk keperluan usahatani.
d. Permodalan
Aspek permodalan sangat penting dalam meningkatkan skala usahatani ubi jalar.
Untuk perlu dukungan dari lembaga perbankan berupa kredit usahatani yang
berbunga murah dan dengan proses yang mudah. Sedangkan pemerintah daerah,
bisa memberikan bantuan berupa dana bergulir dan bantuan peralatan dan mesin
berteknologi sederhana pengolah ubi jalar, untuk mendorong berkembangnya
agroindustri di Distrik Cilimus.
e. Sumberdaya Manusia
Menurut data dari Departemen Pertanian (2003), rata–rata tingkat pendidikan petani
di perdesaaan tidak tamat SD. Rendahnya tingkat pendidikan petani, memerlukan
usaha yang keras dari aparat pemerintah daerah khususnya para penyuluh lapangan
dari Dinas Pertanian Kabuapten Kuningan dalam menyampaikan adalah inovasi dan
teknologi pertanian yang terbaru untuk tanaman ubi jalar.
f. Infrastruktur Pendukung
Dalam mendukung kegiatan seluruh agribisnis di Distrik Cilimus, perlu dukungan
berupa infrastruktur yang menunjang kegiatan usahatani mulai dari kegiatan on
farm dan off farm. Salah satu sarana penunjang yang sangat vital untuk dapat segera
dibangun di kawasan pengembangan agropolitan Distrik Cilimus adalah
![Page 17: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/17.jpg)
pembangunan STA (sub terminal agribisnis), untuk menunjang proses tata niaga
komoditas ubi jalar. Selama ini proses transaksi komoditas ubi jalar dilakukan di
banyak tempat tersebar di seluruh kawasan pengembangan agropolitan Distrik
Cilimus, hal ini menyebabkan proses transaksi komoditas ubi jalar menjadi kurang
efektif dan dampaknya dapat menambah biaya tdalam proses transaksi tersebut.
Tambahan biaya tersebut harus ditanggung oleh petani dan pedagang, dana dapat
mengurangi keuntungan yang diperoleh.
g. Sistem Tata Niaga
Aspek tata niaga merupakan salah faktor yang memegang penting dalam menunjang
keberhasilan sistem agribisnis. Bila mekanisme tata niaga sudah berjalan dengan
baik, maka semua pihak yang terlibat dalam tata niaga komoditas ubi jalar akan
diuntungkan. Selama ini marjin yang diterima petani dalam tata niaga ubi jalar
relatif kecil dibandingkan dengan resiko biaya, tenaga dan gagal panen yang harus
ditanggung petani. Olehkarena itu, hal yang penting yang menjadi perhatian adalah
bagaimana rantai tata niaga menjadi lebih efisien. Salah satu yang dapat dilakukan
adalah dengan meminimalkan biaya dalam proses transaksi komoditas ubi jalar,
kemudian dilakukan penataan jalur tata niaga menjadi lebih efisien, tidak terlalu
banyak mata rantai, sehingga selisih harga di tingkat petani dan konsumen tidak
terlalu tinggi. Hal lain yang dapat dilakukan adalah keterlibatan pemerintah
Kabupaten Kuningan dalam memberikan insentif kepada petani ubi jalar, dengan
cara melakukan pembinaan dan memberikan dorongan untuk melakukan
pengolahan ubi jalar, sehingga petani akan memperoleh keuntungan dan menikmati
nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi jalar.
![Page 18: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/18.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
![Page 19: Agropolitan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cfe6395503467d968ba4fb/html5/thumbnails/19.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1991, Teknologi Processing ubi jalar dengan biaya murah. Buletin pangan
No VIII, Vol II, April 1991
[BAPEDDA]. 2005 . Master Plan Agropolitan Kabupaten Kuningan. Badan
Perencanaan Daerah Kabupaten Kuningan.