Pengertian haji banyak ditulis di buku-buku fiqih. Ada beberapa perbedaan di kalangan ulama mengenai pengertian haji ini, namun perbedaan-perbedaan tersebut bukan suatu yang prinsip, melainkan sebatas pada tataran redaksional saja. Hukum melaksanakan Haji bagi orang muslim yang memenuhi syarat adalah fardu’ain. Allah berfirman dalam surat Ali-Imron ayat ayat 97

artinya “Dan diantara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah Haji ke Baitullah yaitu bagi orang-orang yanag mampu mengadakan perjalanan kesana. Barang siapa mengingkari kewajiban Haji maka ketahuilah bahwa Allah maha kayatidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam.

1. Hukum Wakaf

Hukum wakaf sama dengan amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya, berwakaf bukan sekedar berderma (sedekah) biasa, namun lebih besar pahala dan manfaatnya terhadap orang yang berwakaf. Pahala yang diterima mengalir terus-menerus selama barang atau benda yang diwakafkan itu masih berguna dan bermanfaat. Hukum wakaf adalah subah, sebagaimana ditegaskan dalam hadis berikut ini.

Artinya:

Apabila manusia (anak Adam) meninggal, terputuslah kesempatan (memperoleh pahala) amaliahnya, kecuali dari tiga macam, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak soleh yang senantiasa mendoakannya. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah: 3084)

2. Harta yang diwakafkan Wakaf meskipun tergolong pemberian sunah, namun tidak dapat dikatakan

sebagai sedekah biasa. Sebab, hartan yang diserahkan harus berupa harta yang tidak habis dipakai, bermanfaat terus menerus, dan tidak boleh dimiliki secara perseorangan sebagai hak miliki penuh. Oleh sebab itu, harta yang diwakafkan harus berwujud barang

yang tahan lama dan bermanfaat untuk orang banyak, seperti sebidang tanah, pepohonan untuk diambil manfaat atau hasilnya, bangunan masjid, madrasah, atau jembatan.

Macam-macam harta yang diwakafkan sebaimana tersebut termasuk sedekah jariyah (amal jariyah), yakni sedekah yang pahalanya terus menerus mengalir kepada orang bersedekah. Bahkan, setelah meninggal sekalipun, selama harta yang diwakafkan itu tetap bermanfaat. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. Bersabda sebagai berikut.

Artinya :

Apabila manusia (anak Adam) meninggal, terputuslah kesempatan (memperoleh pahala) amaliahnya, kecuali dari tiga macam, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak soleh yang senantiasa mendoakannya. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah: 3084)

Melaksanakan perintah Allah swt. untuk selalu berbuat baik.

كمتفلحون كموافعلواالخيرلعل ذينآمنوااركعواواسجدواواعبدوارب هاال ياأي Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah

Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung. (QS. Al-Hajj/22:77)