agama dan budaya

36
Relasi Agama & Kebudayaan Moh Yasir Alimi, Ph.D

Upload: putriindah

Post on 05-Dec-2014

5.726 views

Category:

Education


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Agama dan budaya

Relasi Agama & KebudayaanMoh Yasir Alimi, Ph.D

Page 2: Agama dan budaya
Page 3: Agama dan budaya

Dasar Pemikiran

Agama mempunyai pengaruh besar terhadap kebudayaan suatu komunitas.

Agama menjadi pusat kebudayaan suatu komunitas.

Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap agama.

Page 4: Agama dan budaya

KOMPETENSI: MEMAHAMI

BENTUK RELASI AGAMA DAN KEBUDAYAAN.

METODE ANALISIS AGAMA DAN KEBUDAYAAN

METODE INTERPRETASI AGAMA DAN KEBUDAYAAN.

BAGAIMANA MEMBACA KEBUDAYAAN

Page 5: Agama dan budaya

BAGIAN I. Mitos Trickster Indian Winnebago Danau Winnebago, Wisconsin USA

Page 6: Agama dan budaya

Danau Winnebago

Page 7: Agama dan budaya

Trickster Muda Ia memiliki kehendak yang disadarinya. Setiap waktu ia

sukar bertingkah laku sebagaimana adanya, dan tidak mampu mengontrol impuls-impuls.. Ia menjadi budak nafsu dan keinginannya untuk memiliki tak terbatas dan tak berbentuk… merupakan makhluk yang tidak lengkap dan pekerjaan tidak jelas, suatu tokoh yang mirip bayangan manusia.

Ia memiliki usus yang memburai diluar tubuhnya, dan penis yang luar biasa panjangnya melilit seluruh badan, dengan ujungnya berada dipuncak.

Page 8: Agama dan budaya

Dua Pengembaraan

Trickster menangkap seekor kerbau dan menyembelihnya dengan pisau di tangan kanannya. Di tengah pengembaraannya, tiba-tiba tangan kirinya merampas kerbau. “Ayo kembalikan padaku. Kerbau itu milikkku atau akan aku potong kau dengan pisau ini” teriak tangan kanan

Page 9: Agama dan budaya

Trickster dan anusnya

Trickster menyembelih beberapa ekor bebek dan memanggangnya. Sebelum ia pergi tidur ia menyuruh anusnya menjaga bebek panggang itu. Ketika ia tidur serigala mendekat: Ketika mereka mendekat, mereka kaget karena mereka mendengar dari arah rumah terdengar suara: pooh…

Page 10: Agama dan budaya

POIN I

KEPERCAYAAN DAN PRAKTEK KEBUDAYAAN HARUS DIPAHAMI DARI KONTEKS KEBUDAYAANNYA.

KEBUDAYAAN KITA TIDAK BISA KITA GUNAKAN UNTUK MENILAI KEBUDAYAAN ORANG LAIN.

Page 11: Agama dan budaya

BAGIAN II.

UNIVERSALITAS AGAMA TIDAK MENGHALANGI TERJADINYA PARTIKULARITAS PRAKTEK AGAMA DALAM SETTING BUDAYA TERTENTU

Page 12: Agama dan budaya

SEMIOTIKA PAKAIAN

Page 13: Agama dan budaya
Page 14: Agama dan budaya
Page 15: Agama dan budaya
Page 16: Agama dan budaya
Page 17: Agama dan budaya
Page 18: Agama dan budaya

PERKAWINAN

Page 19: Agama dan budaya
Page 20: Agama dan budaya
Page 21: Agama dan budaya

KASUS KALIGRAFI

Page 22: Agama dan budaya
Page 23: Agama dan budaya
Page 24: Agama dan budaya

BAGIAN III.

DINAMIKA DALAM KEBUDAYAAN

Page 25: Agama dan budaya
Page 26: Agama dan budaya
Page 27: Agama dan budaya
Page 28: Agama dan budaya
Page 29: Agama dan budaya
Page 30: Agama dan budaya

LIMA PENDEKATANTo date five theoretical and

methodological models have been widely employed in the study of the interaction of religion, culture and society: the institutional, popular (or Gramscian), phenomenological, rational choice and ideal interest (or Weberian).The logic of each helps determine the nature of the data sought, as well as the analytical approach.

Page 31: Agama dan budaya

Penjelasan The institutional and rational choice approaches tend to focus

on institutions and their drive to maintain influence and meet their goals, both transcendental and material. Rational choice also assumes that reli- gious behavior is influenced by individual and group interests.The popular and phenomenological approaches tend to analyze the interaction of reli- gion, society and culture in terms of processes of social and political trans- formation which create new norms and actors that go beyond institutional needs.The phenomenological, in particular, examines concurrent cultural and institutional changes that may generate new capacities and modes of action that are reflected in such phenomena as increased activism.The ideal interest approach challenges rational choice by suggesting that religiously motivated behavior can reflect ideological and faith convictions that priori- tize the common good over individual or group interests.The most insight- ful analyses generally employ a combination of approaches.

Page 32: Agama dan budaya

KESULITAN ANALISIS KRN The difficulty that many analysts encounter

in analyzing beliefs, values and culture is rooted in the use of theoretical and methodological frameworks that regard them as elusive and difficult to 杜 easure.� However, the beliefs, values and practices that constitute culture have a material life that helps determine the interaction of religion, society and culture. This material life develops in the arena between the realities of daily life and such structures as church and state and are capable of being identified and studied in detail.

Page 33: Agama dan budaya

AGAMA menurut GEERTZ * A system of symbols with acts to establish

powerful, pervasive, and long lasting moods and motivations by formulating conceptions of a general order of existence and clothing these perceptions with such an aura of factuality that the moods and motivations seem uniquely realistic (Geertz 1966). In other words, this symbol must help to construct how a society will view the world

around them.

Page 34: Agama dan budaya

MEMBACA KEBUDAYAAN Teori Positivistik Teori Modernisasi/ Evolusi Teori Interpretive

Sejarah lokal Keakraban dengan realitas setempat Local Systems of meaning

Teori Interpretive Circumstantial Komparatif Sejarah lokal Keakraban dengan realitas setempat Local Systems of meaning

Page 35: Agama dan budaya

Makna Spesifik Qurban di Aceh

Page 36: Agama dan budaya

KESIMPULANSetiap kebudayaan memiliki

paradigma dan sistem makna tersendiri.

Tidak ada grand theory, tidak ada universalitas tafsir agama.

Teori hanyalah penuntun awal, bukan penakar. Teori digunakan untuk ditinggalkan.

Cara menganalisnya dengan melihat bentuk-bentuk (forms) yang ada, mengakrabi realitas setempat dan sejarah lokal.