relasi budaya dan agama (studi fenomenologi makam …

99
RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam Imam Lapeo Di Campalagian Kab. Polman) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Sukriawan NIM. 10538334915 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JANUARI, 2020

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

RELASI BUDAYA DAN AGAMA

(Studi Fenomenologi Makam Imam Lapeo Di Campalagian Kab. Polman)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Sukriawan

NIM. 10538334915

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

JANUARI, 2020

Page 2: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …
Page 3: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …
Page 4: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hidup banyak...

Mati sekali...

Kupersembahkan karya ini untuk :

Kedua orangtuaku tercinta, Ayah Suaib dan Ibu Salma.

Yang telah mendidik, mendoakanku disetiap sujudnya, membesarkan, menopangku saat

terjatuh, dan membimbingku dalam menjalani kerasnya kehidupan di dunia ini.

Saudara, keluarga, senior, dan sahabat yang telah memotivasi, memberi saran, kritik,

doa, serta dorongan untuk selalu berfikir maju dan jauh lebih hingga dapat mewujudkan

apa yang menjadi cita-cita dan harapan menjadi kenyataan.

Page 5: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

ABSTRAK

Sukriawan. 2020. Relasi Budaya dan Agama (Studi Fenomenologi Makam Imam

Lapeo). Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing 1

Muhammad Nawir dan pembimbing 2 Sam’un Mukramin.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana relasi budaya dan agama

pada fenomena makam Imam Lapeo dan dampak terjadinya relasi budaya dan agama

pada fenomena makam Imam Lapeo di Polman. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui relasi budaya dan agama pada makam Imam Lapeo dan untuk mengetahui

dan menganalisis dampak relasi budaya dan agama pada makam Imam Lapeo di Polman.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, suatu proses pengumpulan data secara

sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan dan informasi. Maka dalam

penelitian ini peneliti mengamati dan berinteraksi dengan masyarakat di Desa Lapeo

Kecamatan Campalagian Kabupaten Polman dengan wawancara mengkaji

dokumentasinya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, yang menybabkan terjadinya relasi budaya dan

agama pada makam Imam Lapeo di Polman yaitu: 1) Keadaan makam Imam Lapeo. 2)

Proses dan perilaku ziarah makam Imam Lapeo. 3) Motivasi ziarah makam Imam Lapeo.

Dampak terjadinya relasi budaya dan agama pada makam Imam Lapeo yaitu: 1) Ziarah

makam Imam Lapeo sebagai tempat bernazar dan penghormatan leluhur. 2) Adanya sikap

fanatik.

Kata Kunci: relasi budaya dan agama, ziarah makam

Page 6: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

ABSTRACT

Sukriawan, 2020. The relations of Culture and Relegion (The Phenomenology of

Imam Lapeo Graves), Under the Thesis of Sosiology Education Department the Faculty

of Teacher Training and Education, Muhammadiyah University of Makassar, supervised

by Muhammad Nawir and Sam’un Mukramin.

The main problems of this research were how did the relations of culture and

religion in the phenomenology of Imam Lapoe’s tomb and the impact of cultural and

religious relations on the phenomenon of Imam Lapeo's grave in Polman. The objectives

of this research to be knew the relations of culture and religion in the graves of Imam

Lapeo and also to be knew and analyzed the impact of the relations between culture and

religion in Imam Lapeo grave.

This research was qualitative phenomenology approach, it was a process

collecting data systematically and intensive to find out the knowledge and the

information. Then in this research, the researcher observed and interacted with the people

in desa Lapeo, kecamatan Campalagian kabupaten Polman by interviewed and investigate

the documentation.

Based on the result of research, the caused the relation of culture and religion in

Imam Lapeo grave in Polman, they were: 1) The condition of Imam Lapoe grave, 2) The

process and the behavior of visitor Imam Lapeo grave, 3) The visitors motivation of

Imam Lapeo grave. The impact of the relation of culture and religion in Imam Lapeo

grave, they were: 1) Visiting the grave of Imam Lapeo as place for make a promise and

reverence to the ancestors, 2) there were fanaticism behavior.

Keywords: The relation of culture and religion, Grave visitors.

Page 7: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

KATA PENGANTAR

Bimillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada

Rasulullah SAW, keluarga, dan sahabatnya. Selanjutnya, penulis ini ingin menyampaikan

rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran

penulisan skripsi ini, baik berupa dorongam moril maupun materil. Karena penulis yakin

tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan

penulisan proposal ini. Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bapak Erwin

Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Pendidikan Muhammadiyah Makassar. Ketua Program Studi

Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si, beserta stafnya. Bapak Dr.

Muhammad Nawir, M.Pd. sebagai pembimbing I (satu) dan Bapak Sam’un Mukramin,

S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Bapak dan Ibu dosen

Program Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam

rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat

dikemudian hari.

Page 8: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial saya haturkan

dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua saya yang tercinta, Ayahanda

Suaib dan Ibunda Salma serta saudara saya Nirwana dan Nurmadina yang dengan segala

pengorbanannya tak akan pernah saya lupakan jasa-jasanya. Doa restu, nasihat, dan

petunjuk dari mereka yang merupakan moril yang sangat efektif bagi kelanjutan studi

saya hingga saat ini.

Dan tak lupa kepada Sulfiani Asri dan kawan-kawan seperjuangan dikelas 15E

terkhusus Arfandi dan Windasari Iskandar yang selalu memberikan saya bantuan dan

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat

Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak. Amin ya Rabbal a’lamin.

Unismuh Makassar, Januari 2020

Sukriawan

Page 9: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN .............................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .................................................................................................... 9

1. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………………… ........ 9

2. Relasi Budaya dan agama ........................................................................ 10

3. Manusia dan Budaya ................................................................................ 20

4. Agama dan Masyarakat ........................................................................... 22

5. Landasan Teori ........................................................................................ 24

Page 10: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

B. Kerangka Pikir ............................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 28

B. Lokasi Penelitian ........................................................................................... 28

C. Fokus Penelitian ............................................................................................ 28

D. Informan Penelitian ....................................................................................... 29

E. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 29

F. Instrumen Penelitian...................................................................................... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 30

H. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 31

I. Teknik Pengabsahan Data ............................................................................ 32

BAB IV DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DANDESKRIPSI KHUSUS

DAERAH PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Kabupaten Polman Sebagai Daerah Penelitian .................. 34

1. Sejarah Singkat Kabupaten Polman ......................................................... 34

2. Kondisi Geografis dan Iklim .................................................................... 35

3. Topografi,Geologi dan Hidrologi ............................................................ 36

4. Kondisi Demografi .................................................................................. 39

B. Deskripsi Khusus Desa Lapeo sebagai Latar Penelitian ................................ 41

1. Sejarah Singkat Desa Lapeo ................................................................... 41

2. Tingkat Pendidikan ................................................................................ 41

3. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya ...................................... 42

4. Kehidupan Keberagaman ....................................................................... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 45

Page 11: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

1. Relasi Budaya dan Agama pada Makam Imam Lapeo ........................... 45

2. Dampak Relasi Budaya dan Agama terhadap Makam

Imam Lapeo ........................................................................................... 54

B. Pembahasan................................................................................................... 60

1. Relasi Budaya dan Agama pada Makam Imam Lapeo ........................... 60

2. Dampak Relasi Budaya dan Agama terhadap makam Imam lapeo ........ 64

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 68

B. Saran ............................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 12: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Luas Penyebaran Kelas Topografi Lereng Kabupaten Polman.................... 37

Table 4.2 DAS (Daerah Aliran Sungai) Kabupaten Polman........................................ 39

Table 4.3 Penduduk di Kabupaten Polman, 2015 ........................................................ 39

Table 4.4 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di

Kabupaten Polman, 2015 ............................................................................................ 40

Tabel 4.5 Penduduk menurut strata Pendidikan .......................................................... 42

Tabel 4.6 Keadaan Sarana Ekonomi Desa Lapeo Tahun 2015 .................................... 43

Page 13: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Peta Administrasi Kota Bontang ............................................ 33

Page 14: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan agama, budaya, suku bangsa, ras,

bahasa, etnis dan golongan. Semua itu merupakan fakta yang tidak bisa kita

pungkiri. Kekayaan Indonesia yang begitu luas tersebut bisa menjadi modal bagi

kemajuan negara. Namun, di sisi lain juga menjadi tantangan yang serius.

Perbedaan-perbedaan tersebut bisa membuat kotak-kotak sosial yang membatasi

gerak sosial satu sama lain. Bahkan, bisa jadi menimbulkan ketegangan-

ketegangan sosial, baik itu yang terekpresi secara eksplisit maupun tidak.

Agama yang dibudayakan adalah ajaran suatu agama yang

dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya sehingga

menghasilkan suatu karya/budaya tertentu yang mencerminkan ajaran agama yang

dibudayakannya itu. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa membudayakan

agama berarti membumikan dan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan

sehari-hari. Memandang agama bukan sebagai peraturan yang dibuat oleh Tuhan

untuk menyenagkan Tuhan, melainkan agama itu sebagai kebutuhan manusia dan

untuk kebaikan manusia. Adanya agama merupakan hakekat perwujudan Tuhan

seperti dalam mengideologikan agama, pembudayaan suatu agama dapat

mengangkat citra agama apabila pembudayaan itu dilakukan dengan tepat dan

1

Page 15: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

penuh tanggung jawab sehingga mampu mencerminkan agamanya. Sebaliknya

dapat menurunkan nilai agama apabila dilakukan dengan tidak tanggung jawab.

Hubungan kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-

unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan

perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia mengembangkan kebudayaan;

kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk yang

berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk

berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu

atau warisan nenek moyangnya, melainkan termasuk mengembangkan hasil-hasil

kebudayaan. Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada

komunitasnya, dalam interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun

temurun yang disebut tradisi. Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya, namun

kadangkala mengalami sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam

komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama

ke dalam komunitas budaya (dan tradisi) tertentu, banyak unsur-unsur kebudayaan

(misalnya puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) diisi formula

keagamaan sehingga menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan

kebudayaan. Kebudayaan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya, tidak pernah

berubah yang mengalami perubahan dan perkembangan adalah hasil-hasil atau

unsur-unsur kebudayaan. Namun, ada kecenderungan dalam masyarakat yang

memahami bahwa hasil-hasil dan unsur-unsur budaya dapat berdampak pada

perubahan kebudayaan.

Page 16: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Gambaran fakta di atas, telah terjadi di banyak wilayah. Graaf (1958)

bahkan menyebutkan, kerajaan Pajang yang sultan pertamanya kala itu adalah

Mas Karebet berada di pedalaman Jawa, corak masyarakatnya banyak yang

menganut paham animisme dan Hindu-Budha. Karena itulah strategi dakwah yang

digunakan adalah bentuk sinkretisme.

Pada periode sekarang, banyak yang menganggap sikap akomodatif

agama Islam pada budaya ini diwarisi oleh organisasi Nahdlatul Ulama’. Tentu

saja corak beragama yang akomodatif pada budaya ini tidak dapat dihilangkan.

Pasalnya kultur seni telah menyatu dalam keberagaman, terutama dalam sistem

sosial kemasyarakatan sejak manusia hidup sampai meninggal dunia. Hal ini

dapat kita jumpai dalam kultur Islam di Jawa yang sering menggunakan sesaji

dalam beberapa ritualnya yang bersifat komunal: panen, bersih desa, pernikahan,

dan lain sebagainya Qodir (2011:160).

Islam Jawa memang tidak menampakkan diri sebagai Islam yang

syariah oriented. Model Islam yang syariah oriented ini bagi sebagian kalangan

bahkan dianggap menakutkan. Karakter masyarakat Jawa yang mengedepankan

perdamaian dari pada pertentangan sangat mendukung model ber-Islam yang

mempadukan budaya dan agama. Watak ini dianggap sesuai dengan karakter

penyebaran Islam awal di Nusantara yang mengedepankan persahabatan

Kuntowijoyo (2001:38).

Namun demikian, tafsir relasi agama dan budaya tidak tunggal. Ada

penafsiran lain yang melihat tidak ada relasi antara agama dan budaya. Terlebih

Page 17: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

jika budaya yang dimaksud mengandung unsur-unsur animisme dan nilai-nilai

Hindu-Budha. Meminjam istilah Suyono, dia menyebut ini sebagai gerakan

puritan. Gerakan ini jika dilacak akar ideologinya bisa ditemukan dalam diri Ibnu

Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Mereka mempunyai visi hendak

merevisi cara keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat telah keluar dari

tuntutan yang telah diberikan oleh kitab suci. Pada titik ini upaya dilakukan guna

mengembalikan keagamaan masyarakat pada garis yang diyakini merupakan

kebenaran dalam agama.

Upaya di atas menjadi begitu radikal di masanya. Mereka menyerang

praktik beribadah yang dianggap memuja guru-guru sufi, taqlid dan tawasul.

Pandangan ini dianggap bisa membawa degradasi moral sebab melenceng dari

ajaran yang di bawah oleh Nabi Muhammad Saw, beberapa kalangan menyebut

ini sebagai bid’ah. Selain itu, masyarakat yang telah larut dalam budaya takhayul

dan bid’ah juga harus dimurnikan kembali keagamaannya pada ajaran agama

yang otentik, paham semacam inilah yang dianggap membawa gen Islam yang

anti terhadap budaya Hendro dan Ali (2002:30).

Secara keorganisasian, pandangan di atas dinisbatkan pada

Muhammadiyah. Sejak kelahirannya, banyak yang mengatakan gerakan ini anti

terhadap budaya. Bahkan, mereka memperkenalkan adagium TBC (takhayul,

bid’ah, dan khurofat). Namun pandangan semacam ini disangkal oleh salah

seorang pemikir Muhammadiyah, Najib Burhani. Dia menegaskan, diawal

kelahirannya Muhammadiyah bukanlah organisasi yang anti pada budaya.

Muhammadiyah sendiri lahir di pusat budya Jawa karena Yogyakarta juga

Page 18: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Surakarta, dianggap oleh orang jawa sebagai pusat peradaban. Budaya keraton

(estetik, moral, politik, artistic keagamaan, dan sebagainya) dipandang sebagai

intisari budaya di seluruh Jawa. bahkan, Ahmad Dahlan selaku pendiri

Muhammadiyah merupakan abdi dalem. Najib juga menyebutkan bahwa

Muhammadiyah pada masa awalnya memberikan apresiasi terhadap surface-

culture (budaya permukaan) Jawa Burhani (2010:54).

Salah satu bentuk benturan budaya dan agama juga dapat kita lihat di

tanah Mandar yang terkenal dengan peradaban dan kebudayaan dan agama yang

masih kental eksis sampai saat ini yakni makam Imam Lapeo yang berada di

dalam pekarangan masjid Nuruttaubah atau lebih diknenal dengan masjid Imam

Lapeo di Polewali Mandar. Seantero Mandar atau Sulawesi Barat mungkin sudah

tahu dengan masjid ini, warisan yang ditinggalkan oleh ulama kharismatik

Mandar K.H. Muhammad Tahir atau yang awam dikenal dengan sebutan Imam

Lapeo.

Masjid yang setiap hari selalu ramai didatangi peziarah yang akan

menuju ke makam sang Imam yang terletak tepat disamping menara masjid.

Masjid ini tepatnya terletak di jalan poros Sulawesi Barat di Kecamatan

Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Sangat mudah menemukan masjid ini,

karena bentuk menara yang khasnya yang mereplika menara masjidil Haram di

Makkah, Saudi Arabia.

Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Campalagiang, Polman.

Mereka mempercayai dan menyakralkan makam seorang Imam Lapeo. Makam ini

Page 19: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

merupakan makam wali penyebar Islam terdahulu di daerah tersebut yang berada

dalam masjid dan dianggap suci, menurut kepercayaan warga sekitar, dengan

mengunjungi makam beliau bisa mendapat berkah dan mendekatkan diri kepada

Allah yang Maha Esa. Semasa hidupnya, Imam Lapeo terkenal sebagai wali yang

menyebarkan Islam di Polman. Banyak masyarakat yang mengunjungi beliau

untuk meminta agar didoakan oleh beliau. Ketika beliau telah meninggal, hal

serupa bahkan masih terus berlanjut sampai saat ini sebagaimana diperlihatkan di

rumahnya, Boyang Kayyang, anak-anak perempuannya menggantikan peran Imam

Lapeo. Masyarakat percaya Allah SWT akan menjawab doa-doa mereka dan

setiap permasalahan akan ditemukan solusinya.

Masjid yang dulunya menjadi rumah tempat ibadah umat Islam atau

Muslim, dan sering dijadikan sebagai tempat kegiatan-kegiatan perayaan hari

besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur’an. Namun sebagian

masyarakat menjadikannya tempat wisata religi atau tempat ziarah dikarenakan

tepat di samping menara masjid terdapat makam Imam Lapeo selaku salah satu

wali atau penyebar Islam di tanah Mandar. Fenomena ini bagi sebagian kelompok

dianggap masih normal dan tidak merusak akidah, walau beberapa kelompok

tidak menyetujui praktek ziarah karena mereka berpikir ziarah adalah bagian dari

ciptaan budaya lokal dan praktek tradisional, dan tidak didukung oleh dogma

Islam yang berasal dari Qur’an atau hadits.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti

tentang “Relasi Budaya dan Agama (Studi Fenomenologi Makam Imam

Lapeo di Polman)”. Penelitian ini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui

Page 20: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

bagaimana relasi budaya dan agama tentang fenomena ziarah kubur di makam

Imam Lapeo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran umum pada latar belakang yang sudah

dipaparkan diatas, untuk lebih memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini,

maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah relasi budaya dan agama pada fenomena makam Imam Lapeo

di Polman?

2. Apa dampak terjadinya relasi budaya dan agama pada fenomena makam Imam

Lapeo di Polman?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas

yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui relasi budaya dan agama pada fenomena makam Imam

Lapeo di Polman.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak relasi pada fenomena makam

Imam Lapeo di Polman.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat memperluas pengetahuan

budaya lokal yang ada di Indonesia dan sekaligus mengembangkan ilmu

tentang relasi budaya dan agama.

Page 21: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

b. Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap bisa digunakan sebagai bahan

dan pengetahuan mengenai agama Islam, budaya ziarah kubur, dan perilaku

spiritual masyarakat peziarah makam Imam Lapeo.

c. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai sumber informasi mengenai

perkembangan kebudayaan Islam di Polewali Mandar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat, khususnya bagi masyarakat Campalagian dapat

memperoleh masukan dalam mentranformasikan nilai agama dan budaya.

b. Bagi Tokoh Agama dan Tokoh Adat, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi berbagai pihak.

c. Bagi Pemerintah Setempat, sebagai sumber informasi mengenai wilayah

yang diteliti.

d. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu

pengetahuan sebagai bekal dalam mengaplikasikan hubungan antara

budaya dan agama.

Page 22: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang

telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

Peneliti pertama, Budiyanto (2013) dalam penelitiannya yang berjudul

Pergulatan Agama dan Budaya: Pola Hubungan Islam dan Budaya Lokal di

Masyarakat Tutup Ngisor, Lereng Merapi, Magelang Jawa Tengah. Menunjukkan

bahwa hasil penelitian tersebut sinkretisme antara agama dan kebiasaan lokal oleh

orang-orang di Tutup Ngisor tampak sebagai negosiasi. Negosiasi menyebutkan

adanya kebiasaan lokal mereka sendiri yang dipadukan oleh agama yang mereka

yakini sendiri. Akhirnya, disimpulkan bahwa sinkretisme bertujuan untuk

melindungi kebiasaan lokal dari musnah.

Peneliti kedua, Indrawardana (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda Dalam Hubungan Dengan Lingkungan

Alam. Menunjukkan bahwa hasil penelitian tersebut pada dasarnya kearifan lokal

masyarakat sunda Kanekes disarikan dari pengalaman masyarakat Sunda lama

yang sangat akrab dengan lingkungan dan sudah lama hidup dalam masyarakat

peladang. Kearifan lokal adat, suatu kondisi sosial budaya yang di dalamnya

terkandung khasanah nilai-nilai budaya yang menghargai dan adaptif dengan alam

sekitar, dan tertata secara ajeng dalam suatu tatanan adat istiadat suatu

masyarakat. Walau pun sering dianggap kuno, nilai-nilai yang mereka ajarkan

9

Page 23: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

dan praktek yang mereka jalankan masih merupakan cara yang terbaik untuk

memelihara lingkungan di zaman post-modern.

Peneliti ketiga, Kharisma (2017) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Islam dan Budaya Kejawen Terhadap Perilaku Spiritual Masyarakat

Dusun Ngudi, Desa Kalangan, Blora, Jawa Tengah. Menunjukkan bahwa hasil

penelitian tersebut baik budaya maupun agama, keduanya memiliki peran masing-

masing dalam membentuk suatu tatanan hidup serta pola pikir masyarakat. Dapat

diartikan keduanya bisa membentuk suatu karakter dalam komunitas masyarakat

di suatu wilayah.

Akulturasi budaya Jawa dan agama Islam menghasilkan suatu

pembaharuan dalam masyarakat. Dari segi keyakinan, ajaran sampai perilaku

masyarakat. Percampuran keduanya memberikan pengaruh terhadap pola pikir

masyarakat. Karakteristik dan perilaku spiritual masyarakat, bukan hanya

membentuk dari agama dan budaya yang ada saja, melainkan berasal dari tokoh-

tokoh masyarakat. Keputusan yang diambil oleh tokoh tersebut dalam

menentukan suatu hal akan memberikan dampak yang signifikan kepada pola

pikir dan perilaku masyarakat.

2. Relasi Budaya dan Agama

a. Konsep Budaya dan Unsur Kebudayaan

Secara umum budaya sendiri budaya atau kebudayaan berasal dari

bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia, dalam

Page 24: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari latin colere

yaitu mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah

atau bertani, kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam

bahasa Indonesia.

Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan

sanagat penting untuk memahami kebudayaan manusia, Kluckhon dalam bukunya

yang berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang

ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana

seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti

masyarakat perkotaan. Kluchkon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh

unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut

Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan

bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang

tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah

1) Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya

untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu

antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi

linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi

budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan

secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat

bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang

penting dalam analisa kebudayaan manusia.

Page 25: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

2) Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem

peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan

berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya

karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang

digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak dapat

bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-

musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia

tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan telliti ciri-ciri

bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap

kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam,

tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya.

3) Sistem Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan

usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk

masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap

kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan

mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup

dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan kerabat

yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-

tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam

kehidupannya.

Page 26: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

4) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka

akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para

antropoloh dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur

teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan

sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana.

Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam

peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

5) Sistem Mata Pencaharian

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus

kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenal sistem mata

pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok

masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan

hidupnya.

6) Sistem Religi

Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya

pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau

supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa

manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari

hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam

usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab

lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi

Page 27: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno

yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan

mereka masih primitif.

7) Kesenian

Perhatian ahli antropoligi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi

mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang

dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau

artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan

etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah

pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu,

deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni

tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat. Beberapa tokoh antropolog juga

mengutarakan pendapatnya tentang unsur-unsur yang terdapat dalam

kebudayaan, Bronislaw Malinowski mengatakan ada empat unsur pokok

dalam kebudayaan yang meliputi:

1) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat untuk menysuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

2) Organisasi ekonomi.

3) Alat-alat dan lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan.

4) Organisasi kekuatan politik.

Sementara itu J. Herkovits mengajukan unsur-unsur kebudayaan yang

terangkum dalam empat unsur: Alat-alat teknologi, Sistem ekonomi, Keluarga,

dan Kekuasan politik.

Page 28: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

b. Konsep Agama dan Simbol

Berkenaan tentang pembahasan agama dan simbol, Emiel Durkheim

berpendapat bahwa agama adalah sistem yang menyatu mengenai kepercayaan

dan peribadatan dengan menggunakan benda-benda sakral, sedangkan Geertz

dalam bukunya The Interpretation of Cultures mengatakan bahwa agama adalah

sistem kebudayaan yang erat hubungannya dengan simbol-simbol. Dari beberapa

pernyataan tokoh diatas dapat kita lihat bahwa agama erat kaitannya dengan

simbol sebagai media penghubung antara yang Esa dengan manusia, pada

kenyataannya seperti sholat dalam agama Islam yang merupakan gerakan

simbolik untuk memuja Allah, dalam agama-agama yang lain terdapat simbol

dalam berbagai rangkaian ritual pemujaan terhadap Tuhannya.

Pembentukan simbol dalam agama adalah kunci yang membuka pintu

pertemuan antara kebudayaan dan agama, karena agama tidak mungkin dipikirkan

tanpa simbol. Dalam prosesnya dari ajaran-ajaran kepercayaan muncul adanya

ritual-ritual yang diatur oleh aturan tertentu sesuai dengan kepercayaan dan

keyakinan atau adat tertentu suatu maasyarakat. Aturan seperti ini yang mengikat

masyarakat atau kelompok masyarakat untuk terus melakukannya dengan harapan

jauh dari malapetaka. Mitos yang seperti ini kemudian berbuah menjadi ritus yang

disertai dengan penggunaan simbol dalam pelaksanaannya, simbol dalam ritus

tersebut yang kemudian menjadi benda-benda yang disakralkan dalam

masyarakat. Contoh dalam hal ini adalah upacar slametan sebagai bentuk ritus

Page 29: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

pemujaan terhadap Tuhan dengan berbagai simbol dalam pelaksanaannya seperti

tumpeng, sego golong, apem atau apapun itu.

Dari berbagai tradisi keagamaan yang berkaitan dengan simbol inilah

kemudian lahir berbagai penelitian yang dilakukan oleh para antropolog berkaitan

dengan ritus keagamaan seperti Erni Budiwanti yang menemukan bahwa

kehidupan sehari-sehari orang bayan memang syarat dengan ritual dan tradisi,

seperti pelaksanaan upacara yang rutin dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk

penghormatan terhadap arwah leluhur, serta sebagai upaya melestarikan budaya

leluhur. Dalam analisis inkulturasi pembentukan simbol ekspresif dalam peristiwa

atau studi kasus biasanya mencakup:

1) Tempat dan harapan. Tempat perayaan atau upacara liturgy ekaristi yang

biasanya diselenggerakan didalam sebuah bangunan gereja, atau upacara

pemujaan yang dilakukan masyarakat Hindu depan altar-altar, umat muslim

dalam masjid dengan menghadap kiblat.

2) Waktu atau saat upacara, biasanya waktu pelaksanaan ditetapkan merupakan

salah satu ciri ritual yang sakral. Kaum muslim menjalankan sholat dengan

waktu tertentu.

3) Bilangan atau angka, seperti dipaparkan dalam pembentukan simbol, bilangan

atau angka merupakan suatu pembentukan simbol yang ada hubungannya

dengan inkulturasi. Seperti makna angka sembilan dalam filosofi jawa yang

umumnya mengandung makna simbolis tentang kehidupan. Dalam filosofi

jawa angka Sembilan banyak dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan metafisik

serta kepercayaan mitos. Angka Sembilan juga mempunyai peran penting

Page 30: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

untuk menentukan hari beribadah, para ahli sihir dan dukun sejak dahulu kala

memakai angka Sembilan untuk memilih hari peringatan arwah nenek moyang

serta menentukan rumus-rumus mantera.

4) Media bahasa, pemakaian bahasa merupakan salah satu cara pengungkapan

diri yang berfungsi sebagai pengantar pertemuan antara manusia dan Tuhan.

5) Media sikap, meliputi sikap yang dilakukan umat beragama yang menandakan

ketundukannya kepada Tuhan.

6) Media tari, seperti yang dilaksanakan kepercayaan-kepercayaan di daerah-

daerah Indonesia untuk mengeprisikan ketakjuban dan ketundukan terhadap

pemimpin atau ruh nenek moyang yang mereka agungkan.

7) Media musik, inkulturasi pembentukan media musik yang digunakan dalam

liturgi jawa berupa kidungan, gendhing, karawitan jawa dan salawatan. Musik

atau lagu menjadi simbol ekspresif seni jawa yang sangat menonjol hingga

saat ini.

8) Perlengkapan persembahan, bias diumpamakan dari perlengkapan pakaian

yang dipakai, hingga benda-benda tertentu yang dibutuhkan dalam kelancaran

pelaksanaan ritual.

Dari analisa beberapa studi kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa

kajian mengenai simbol-simbol dan bagaimana simbol itu dimanfaatkan untuk

mengkaji masalah agama dan keagamaan, sebetulnya sangat menarik dan penting.

Menarik karena pendekatan simbolik terhadap masalah agama dan

keagamaan ternyata menghadirkan peluang yang sangat besar untuk bisa lebih

memahami makna-makna yang tersembunyi dibalik simbol-simbol agama, bail

Page 31: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

yang ada dibalik isi teks-teks agama maupun dalam perilaku keagamaan. Penting

karena ternyata pendekatan semiotik ini bisa memberi suatu model pemecahan

baru yang berbeda dengan ketika agama dan keagamaan di dekati secara

normative yang cenderung doktrin.

Simbol tidak saja kesederhanaan sebuah refleksi atas dunia alami

sebagaimana yang telah kita lihat dalam hubungan dengan peristiwa alam,

melainkan simbol juga merupakan refleksi dari kreatifitas dan imajinasi manusia.

Simbol keagamaan dapat dilihat sebagai sesuatu yang penuh arti. Dengan

demikian agama sebagai fakta dan sejarah memiliki dimensi simbolis dan

sosiologis. Dimensi simbolis atau mistis mengandung arti, bahwa agama

merupakan struktur sebuah makna (meaning structure) yang berada pada ranah

abstrak terlepas dari ruang waktu.

c. Relasi Budaya dan Agama

Secara pengertian agama dan budaya berbeda, agama dipahami sebagai

suatu penghambaan kepada Tuhan dan agama suatu keadaan yang tak dapat

ditawar-tawar lagi dan merupakan keharusan. Agama dapat diberi pengertian

bahwa agama merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk

mewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera dengan aturan, nilai,

atau norma yang mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan

mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan ditaati. Aturan itupun tumbuh dan

berkembang Bersama dengan kehidupan manusia, masyarakat dan budaya.

Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama

diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan Tuhan

Page 32: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

dan sesamanya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama berarti

suatu sistem, prinsip kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Secara pengertian, budaya merupakan nilai sosial dan norma sosial yang

kemudian memberi pengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan juga merupakan

hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari

kebudayaan bersifat abstrak akan tetapi perwujudannya telah dapat terlihat dari

lahirnya suatu bahasa, ataupun pola perilaku yang semuanya ditujuhkan untuk

kelangsungan kehidupan masyarakat.

Agama dan budaya menurut Kuntowijoyo (1991) adalah dua hal yang

saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Pertama, agama mempengaruhi

kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama, tetapi simbolnya

adalah kebudayaan. Kedua, budaya dapat mempengaruhi simbol agama, dan yang

ketiga, kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama.

Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan yaitu, keduanya

adalah sistem nilai dan sistem simbol dan keduanya mudah sekali terancam setiap

kali ada perubahan. Baik agama ataupun budaya pada dasarnya memberikan

wawasan dan cara pandang dalam menyikapi kehidupan agar sesuai dengan

kehendak Tuhan dan kemanusiaan dan menciptakan suatu tatanan masyarakat

yang teratur dan terarah.

Walaupun agama dan budaya saling berhubungan erat sebab keduanya

mengatur kehidupan sosial dan saling memiliki keterkaitan, akan tetapi agama dan

budaya harus dapat dibedakan. Perbedaan yang paling signifikan yaitu agama

Page 33: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

merupakan suatu ajaran yang mengatur kehidupan yang berhubungan dengan

Tuhan dan sesame yang berasal dari Tuhan yang dibawa oleh manusia pilihan.

Sedangkan budaya adalah suatu tatanan masyarakat yang diatur atau yang

dibentuk oleh manusia itu sendiri demi kelangsungan Bersama.

3. Manusia dan Budaya

Indonesia terkenal keragaman budayanya. Manusia dan kebudayaan

adalah satu hal yang tidak bisa dipisahkan karena dimana manusia itu hidup dan

menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah

yang di tinggalinya.

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”

(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi

(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah

konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau

seorang individu. Manusia adalah makhlik yang luar biasa kompleks. Manusia

merupakan paduan antara makhluk material dan makhluk spiritual. Dinamika

manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu

mengaktivisasikan dirinya.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil

karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang di jadikan milik diri manusia

dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia

adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan

masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa

Page 34: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

tindakan naluri, beberapa reflex, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau

kelakuan yang terus-menerus.

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi kehidupan

manusia dan masyarakat. Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus

dipenuhi dalam menjalani kehidupannya. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat

tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada

masyarakat itu sendiri. Karena kemampuan manusia terbatas sehingga

kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptanya juga terbatas di dalam

memenuhi segala kebutuhan.

Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam

bersikap dan berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhon dan Kelly bahwa

“Budaya berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan

prima yang kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap perilaku manusia

berikutnya yang kita sebut sebagai nilai budaya.

Hubungan manusia dengan kebudayaan adalah kebudayaan merupakan

hasil dari ide, gagasan dan pemikiran baik nyata ataupun abstrak dan juga

rancangan hidup masa depan. Sehingga dapat diartikan pula bahwa semakin tinggi

tingkat kebudayaan manusia, semakin tinggi pula tingkat pemikiran setiap

manusia. Kebudayaan itu sendiri digunakan untuk melangsungkan kehidupan

bermasyarakat antar manusia karena sifat manusia yaitu makhlik sosial yaitu

manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan harus hidup dengan manusia lainnya.

Sehingga bisa dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang

berbudaya yang berarti manusia dalah makhluk yang memiliki kelebihan dari

Page 35: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

makhluk-makhluk lain yang diciptakan di muka bumi ini yaitu manusia memiliki

akal yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu

berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu manusia harus

menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka

bumi disamping tanggung jawab dari etika moral harus dimiliki, menciptakan

nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi

kemanusiaan. Selain itu manusia juga mendayagunakan akal budi untuk

menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan di muka bumi. Secara

sederhana hubungan manusia dengan kebudayaan ketika manusia sebagai perilaku

kebudayaan, dan kebudayaan tersebut merupakan objek yang dilaksanakan sehari-

hari oleh manusia.

4. Agama dan Masyarakat

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau

prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau

nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan

dengan kepercayaan tersebut. Sedangkan, istilah masyarakat berasal dari bahasa

Arab “Syaraka” yang berarati ikut serta, berpartisipasi atau “musyaraka” yang

artinya saling bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai istilah society, yang

sebelumnya berasal dari bahasa Latin “socius” berarti kawan. Masyarakat adalah

suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan Soekanto (1983).

Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi

persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan

secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh

Page 36: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa

sejahtera, aman dan stabil. Agama dalam masyarakat bisa difungsikan dengan

edukatif, penyelamat, pengawas sosial, memupuk persaudaraan, dan transformatif.

Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia

dan masyarakat, karena agama memberikan sebuah sistem nilai yang memiliki

derivasi pada norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan

pembenaran dalam mengatur pola perilaku manusia, baik di level individu dan

masyarakat. Agama menjadi sebuah pedoman hidup. Dalam memandang nilai,

dapat kita lihat dari dua sudut pandang. Pertama, nilai agama dilihat dari sudut

intelektual yang menjadikan nilai agama sebagai norma atau prinsip. Kedua, nilai

agama dirasakan di sudut pandang emosional yang menyebabkan adanya sebuah

dorongan rasa dalam diri yang disebutkan mistisme.

Membicarakan peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua

hal yang sudah tentu hubungannya erat, memiliki aspek-aspek yang terpelihara.

Yaitu pengaruh dari cita-cita agama dan etika agama dalam kehidupan individu

dari kelas sosial dan grup sosial, perseorangan dan kolektivitas, dan mencakup

kebiasaan dan cara semua unsur asing agama diwarnainya. Yang lainnya juga

menyangkut organisasi dan fungsi dari lembaga agama sehingga agama dan

masyarakat itu terwujud kolektivitas ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, yang

mempunyai seperangkat arti mencakup perilaku sebagai pegangan individu (way

of life) dengan kepercayaan dan taat kepada agama.

Peran agama di dalam masyarakat sangat berpengaruh penting bagi

kelangsungan hidup bermasyarakat. Agama menjadi suatu tolak ukur bagi

Page 37: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

masyarakat untuk melakukan dan menilai sesuatu. Di Indonesia terdapat berbagai

macam agama di dalam masyarakat, tapi setiap agama dan semuanya telah di atur

dalam undang-undang dan Pancasila. Agama didalam masyarakat adalah

kumpulan norma-norma serta toleransi antar sesame manusia atau masyarakat.

5. Landasan Teori

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pemikiran Koentjaraningrat

(2005) yang menyebutkan bahwa ajaran agama adalah idiologis sosial, agama lah

yang merubah watak masyarakat sesuai dengan cita-cita dan visinya mengenai

agama tersebut.

Dalam proses penyebaran agama, masyarakat biasanya menerima minimal

tiga bentuk penilaian terhadap agama. Pertama, agama diterima sepenuhnya,

kedua, agama diterima sebagian sebagian yang disesuaikan dengan kebutuhan

seseorang atau kelompok orang. Ketiga, agama itu ditolak sama sekali.

Pada umumnya agama yang masuk akan mengalami proses penyesuaian

dengan budaya yang telah ada. Ada kompromi nilai atau symbol antar agama

yang masuk dengan kebudayaan asal, yang menghasilkan bentuk baru dan

berbeda dengan agama atau budaya asal. Proses penyesuaian ini terjadi begitu saja

dalam setiap proses pemaknaan di tengah masyarakat.

Dengan demikian, suatu agama yang masuk pada masyarakat tidak pernah

bisa ditemukan sebagaimana bentuk aslinya secara utuh, selalu ada pelenturan

nilai-nilai. Pelenturan tersebut membuat symbol budaya bermetamorfosis dalam

maknanya yang baru. Pelenturan ini terjadi karena manusia dan masyarakat bukan

Page 38: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

mesin fotcopy yang bisa dan mau menjiplak yang diterimanya, secara sadar dan

tidak sadar.

Kebudayaan yang berkembang dalam suatu masyarakat biasanya

merupakan sumber acuan bagi mereka dalam merespon berbagai perubahan.

Sistem kebudayaan tersebut akan menyeleksi perubahan ditolak atau diterima oleh

masyarakat.

Logika yang sama berlaku ketika kita membahas perihal agama

masyarakat. Setiap keyakinan dan agama yang masuk akan diseleksi. Proses ini

sebagai upaya memilah yang sesuai dan yang berlainan dengan budaya yang

berkembang dimasyarakat, sebabnya adalah agama yang masuk merupakan agama

yang dikemas dalam bungkus budaya tempat agama itu berasal. Seperti masuknya

Islam ke Indonesia yang di syiarkan oleh orang-orang Arab, India dan Persia.

Dalam hal ini terjadi pertautan antar kebudayaan penyebar agama Islam dengan

kebudayaan penerima agama Islam. Islam bisa diterima dengan mudah bisa jadi

karena kemiripan karakter budaya agama Islam dengan karakter budaya lokal

pada waktu itu.

Dalam teori pendukung peneliti menggunakan pemikiran Clifford Geertz

tentang agama sebagai sistem budaya. Pemikiran Geertz (1973) ada yang bersifat

teoritis dan etnografis, maka kita awali dengan memperhatikan dua esai teoritis

Geertz yang paling terkenal, yang pertama menjelaskan antropologi intrepretatif

secara umum dan yang kedua ditujukan pada masalah agama selanjutnya contoh

kasus di mana Geertz menerapkan Perspektifnya kepada masalah-masalah aktual

keagamaan. Geertz melihat agama sebagai fakta kultural sebagaimana adanya

Page 39: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

dalam kebudayaan Jawa. Dia membahas secara detail bagaimana kompleksnya

hubungan tradisi keagamaan Islam, Hindu dan kepercayaan asli setempat

(abangan). Kebudayaan, menurutnya adalah sebuah pola makna-makna atau ide-

ide yang termuat dalam simbol-simbol yang dengannya masyarakat menjalani

pengetahuan mereka tentang kehidupan dan mengekspresikan kesadaran mereka

melalui simbol-simbol itu. Karena dalam satu kebudayaan terdapat beragam

sikap, kesadaran dan pengetahuan maka di sana terdapat “sistem-sistem

kebudayaan” yang berbeda. Geertz mendefinisikan agama sebagai “sistem simbol

yang bertujuan untuk menciptakan perasaan dan motivasi yang kuat, mudah .

“yang benar-benar riil”- sesuatu yang oleh manusia dianggap lebih penting dari

apa pun. Geertz dalam kesimpulan bukunya menjelaskan bahwa studi apapun

tentang agama akan berhasil bila telah menjalani dua langkah yakni terlebih

dahulu menganalisa makna yang terdapat dalam simbol-simbol keagamaan.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang di identifikasi sebagai masalah. Dalam

masalah ini Masjid yang dulunya menjadi sebagai tempat ibadah umat Islam dan

sering dijaikan tempat kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, kajian agama,

ceramah dan belajar Al Qur’an. Namun sekarang sebagagian masyarakat

menjadikannya tempat wisata religi atau tempat ziarah dikarenakan tepat

disamping Menara masjid terdapat makam Imam Lapeo selaku salah satu Wali

Page 40: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

atau penyebar Islam di tanah Mandar. Hal ini menyebabkan terjadinya relasi

antara Budaya dan Agama pada masyarakat sekitar Makam Imam Lapeo.

Bagan Kerangka Pikir

relasi

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

RELASI

BUDAYA AGAMA

Makam Imam Lapeo

Relasi budaya dan agama

pada fenomena makam

Imam Lapeo:

1. Keadaan makam Imam

Lapeo

2. Proses dan perilaku

ziarah makam Imam

Lapeeo

3. Motivasi ziarah makam

Imam Lapeo

Dampak terjadinya relasi

budaya dan agama pada

fenomena makam Imam

Lapeo:

1. Ziarah makam Imam

Lapeo sebagai tempat

bernazar dan

penghormatan leluhur

2. Adanya sikap fanatik

Page 41: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis kualitatif deskriptif yang

bertujuan untuk mendeskripsikan relasi agama dan budaya dalam studi kasus

ziarah kubur salah satu tokoh agama atau wali yang bernama Imam Lapeo.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriftif ini yaitu

pendekatan fenomenologi. Alasan peneliti menggunakan pendekatan

fenomenologi yaitu untuk mendalami dan menggambarkan fenomena terkait relasi

budaya dan agama yang terjadi di masjid Imam Lapeo.

B. Lokus Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah Desa Lapeo Kecamatan

Campalagian Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesia Barat.

C. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini yaitu, peneliti memfokuskan penelitiannya

pada relasi budaya dan agama serta dampak terjadinya relasi budaya dan agama di

lingkungan masjid Imam Lapeo berdasarkan keterangan informan penelitian yaitu

tokoh agama didaerah Campalagian dan beberapa peziarah yang mengetahui

fenomena relasi budaya dan agama di daerah tersebut.

Page 42: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

D. Informan Peneltian

Adapun informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive

sampling dengan melihat kesesuaian antara calon informasi dengan informasi

yang dibutuhkan. Artinya, informan yang dipilih adalah mereka yang betul-betul

terkait dengan masalah tersebut. Adapun informan penelitian ini adalah para

peziarah kubur Imam Lapeo beserta tokoh agama berada di Campalagian.

E. Jenis dan Sumber Data

Untuk mendukung validitas penelitian ini, ada dua jenis data yang hendak

dikumpulkan untuk selanjutnya menjadi bahan analisis yakni:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari

individu atau perorangan seperti hasil wawancara, observasi, dokumentasi yang

dilakukan oleh peneliti kepada para peziarah ataupun kepada juru kunci makam

Imam Lapeo.

2. Data Sekunder

Jenis sumber sekunder ini adalah data yang bersumber dari dokumen berupa

buku, jurnal blog, web dan arsip yang terkait dengan tujuan penelitian.

Page 43: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

F. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan berbagai

metode-metode penelitian yaitu seperti observasi, wawancara dan dokumentasi

memerlukan alat bantu sebagai instrumen. Adapun instrumen yang di maksud

adalah sebagai berikut:

1. Lembar observasi, berisi catatan yang diperoleh peneliti pada saat

melakukan pengamatan langsung dilapangan.

2. Panduan wawancara, berisi seperangkat daftar pertanyaan peneliti sesuai

dengan rumusan masalah pertanyaan.

3. Kamera yang digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk

merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam bentuk

foto maupun video.

4. Pulpen dan buku yang digunakan untuk menuliskan informasi data yang

didapat dari narasumber.

G. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi tersamar.

Menurut Sugiyono (2010) peneliti dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan

penelitian. Dengan observasi di lapangan, peneliti akan lebih mampu memahami

Page 44: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh

pandangan yang holistic atau menyeluruh.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara

semiterstruktur, Sugiyono (2012) menyatakan bahwa tujuan dari wawancara ini

adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang

diajak wawancara diminta pendapat, ide-idenya.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kamera, alat perekam suara

dan alat untuk menulis dalam mengumpulkan data.

H. Teknik Analisis data

Jenis data Analisis data ini di lakukan dengan cara menyusun, mereduksi

data, mendisplay data yang dikumpulkan dari berbagai pihak dan memberikan

verifikasi untuk di simpulkan

Adapun langkah-langkah teknis analisis data dalam peneltian ini adalah

sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh di lapangan jumlah cukup banyak sehingga perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Peneliti memilih data yang relevan, penting, dan

bermakna dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan apa yang menjadi

sasaran analisis. Lalu menyederhanakannya dengan membuat fokus klarifikasi

dan abstraksi data. Untuk itu peneliti memilih mengelompokkan jenis data yang

Page 45: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

ditemukan selama proses penelitian berlangsung dan difokuskan sesuai dengan

rumusan masalah yang telah dirumuskan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

penyajian data. Dalam penelitian kualitatif menyajikan data dengan teks yang

bersifat naratif. Sehingga dalam penyajian data akan dilampirkan juga dengan

teori yang digunakan pada kajian teori penelitian. Penyajian data tersebut akan

menghasilkan teori grounded, yaitu teori yang ditemukan di lapangan dan

selanjutnya di uji melalui pengumpulan data yang terus menerus.

3.Conclution Drawing/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya.

I. Teknik Keabsahan Data

Penelitian kualitatif ini dilakukan keabsahan data melalui uji kredibilitas.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Seperti halnya

dalam penelitian ini dilakukan kredibilitas mengenai data yang peneliti peroleh

Page 46: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

dari judul penelitian yang diteliti “Relasi Budaya dan Agama (Studi

Fenomenologi Masjid Imam Lapeo di Polewali Mandar)”.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya penelitian ini yang peneliti peroleh dari kabar berita, selanjutnya akan

dicek dengan cara observasi atau dokumentasi. Jika kedua teknik tersebut

menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi

lebih lanjut kepada narasumber yang bersangkutan untuk memastikan data mana

yang dianggap paling benar.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kedibilitas data. Data yang

diperoleh dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau

teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan

data yang berbeda, maka penelitian akan dilakukan secara berulang-ulang

sehingga sampai ditemukan kepastian.

Page 47: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

BAB IV

DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN

DESKRIPSI KHUSUS LATAR PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Kabupaten Polman Sebagai Daerah Penelitian

1. Sejarah singkat kabupaten Polman

Sulawesi Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di

pulau Sulawesi. Ada banyak keunikan yang bisa dilihat dari Provinsi tersebut.

Salah satu Kabupaten yang ada di Sulawesi Barat adalah Polewali Mandar.

Sebelum dikenal sebagai Polewali Mandar, daerah tersebut juga disebut

dengan daerah tingkat II yang ada di Provinsi Sulawesi Barat. Jumlah dari

penduduknya adalah kurang lebih 455.572 orang. Ibu kotanya sendiri yaitu

Polewali dimana jaraknya adalah 246 kilometer dari sebuah kota Makassar yang

ada di Sulawesi Selatan. Sebelum bernama Polewali Mandar, daerah tersebut

dikenal sebagai Kabupaten dengan nama Polewali Mamasa atau juga disingkat

dengan Polmas dimana secara administrasinya ada pada wilayah dari Sulawesi

Selatan.

Daerah tersebut dimekarkan dimana berdirinya sebuah kabupaten yang

disebut sebagai Mamasa dimana merupakan Kabupaten yang tersendiri, nama dari

Polewali Mamasa kemudian diganti jadi Polewali Mandar. Nama tersebut

diresmikan tepatnya sejak 1 Januari tahun 2006 dimana setelah adanya penetapan

dengan bentuknya PP Nomor 74 Desember 2005 mengenai perubahan nama dari

Kabupaten Polewali Mamasa jadi Polewali Mandar.

Page 48: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

2. Kondisi Geografis dan Iklim

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Polman

Kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu dari enam Kabupaten

yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Barat dengan luas darat 2.094.18 Km2

dan luas wilayah laut 460 Km2, serta panjang garis pantai 94,12 Km2.

Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Polewali Mandar berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa, sebelah Selatan berbatasan

dengan selat Makassar, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang dan

sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene.

Kabupaten Polewali Mandar terbagi ke dalam 16 Kecamatan yang terdiri

atas 144 Desa dan 23 Kelurahan dengan luas wilayah 2.022,30 Km2. Kecamatan

Tubbi Taramanu merupakan Kecamatan yang terluas dengan luas wilayah 369,95

Km2 atau 17,65 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar.

Page 49: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Sementara Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan

Tinambung dengan luas 21,34 Km2 atau hanya 1,06 persen dari total luas wilayah

Kabupaten Polewali Mandar.

Dengan posisi geografis tersebut, maka terbentuk iklim Kabupaten

Polewali Mandar yang sangat mendukung pengembangan berbagai komoditas

pertanian bernilai ekonomi tinggi. Menurut klarifikasi iklim Schmidt Ferguson,

iklim Kabupaten Polewali Mandar diklasifikasikan A atau B, yang merupakan

indikasi iklim basah dengan curah hujan merata, dimana umumnya komoditas

pertanian dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

3. Topografi, Geologi dan Hidrologi

a. Topografi

Dari sisi topografi, sebagian besar atau 41 persen dari luas Kabupaten

Polewali Mandar memiliki topografi berbukit, 39 persen dari luas Kabupaten

memiliki topografi bergunung, dan sisanya sekitar 20 persen dari luas Kabupaten

memiliki topografi datar, dengan kelas lereng dominan antara 5-15 persen dan

15-40 persen (70 persen dari luas Kabupaten). Dengan kondisi topografi seperti

ini, maka perencanaan pembangunan di Kabupaten Polewali Mandar harus

dilakukan dengan ekstra hati-hati agar sumber daya alam yang tersedia dapat

dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat pada table dibawah ini;

Page 50: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Table 4.1 Luas Penyebaran Kelas Topografi Lereng Kabupaten Polman

No Topografi Kelas Lereng Luas (Ha) Persen (%)

1 Datar 0-2 35.248 17,43

2 Landai 2-5 9.897 4,89

3 Bergelombang 5-15 44.679 22,09

4 Berbukit 15-40 100.398 49,65

5 Bergunung ˃40 12.008 5,94

b. Geologi

Gambar 4.2 Peta Geologi Kabupaten Polman

Berdasarkan peta geologi, Sulawesi skala 1:250.000 lembar Majene dan

bagian barat lembar Palopo, Sulawesi (Puslitbang geologi, 1998) Kabupaten

Polewali Mandar terdiri dari enam formasi batuan, yaitu; (Qa) ALUVIUM berupa

endapan liat, pasir, dan kerikil; (Qpps) NAPAL PAMBAUANG berupa napal

tufaan, serpih napalan, batupasir tufaan yang mengandung fosil foraminifera

berumur plistosen; (Tmpi) BATUAN TEROBOSAN berupa granit, granodiorit,

diorite, sienit dan dijumpai gabro berumur pliosen; (Tmpv) BATUAN GUNUNG

Page 51: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

API WALIMBONG berupa lava bersusunan basal sampai andesit, breksiandesit-

piroksin, breksi andesitrakit berumur mio-pliosen; (Tmm) FORMASI MANDAR

berupa batupasir, batulanau, dan serpih berumur miosen akhir, (Tmpm)

FORMASI MAPI berupa batupasir tufaan, batulanau, batulempung, dan

batugamping berumur miosen tengan-pliosen; (Tmav) BATUAN GUNUNG API

ADANG berupa tuf, lava dan breksi gunung api berumur miosen; dan (Kls)

formasi Latimojong berupa serpih, filit, rijang, armer, dan kuarsit berumur kapur

akhir. Gerakan-gerakan sesar banyak terdapat di sebelah barat dengan arah yang

bervariasi tapi umumnya berarah barat laut tenggara. Sesar ini sebagian besar

berada pada formasi Mandar. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahan

induk tanah dapat dibedakan ke dalam empat macam, yaitu bahan aluvium,

aluvio-marin, batuan sedimen, dan kerikil/batu. Batuan sedimen terutama batu

pasir, batu lanau, dan serpih. Sedang bahan volkan yaitu tuf, batuan andesit-basal

banyak dijumpai di perbukitan sebelah Utara Kabupaten Polman.

c. Hidrologi

Kabupaten Polewali Mandar mempunyai beberapa sungai yang merupakan

sumber air. Sungai-sungai ini selanjutnya dapat menjangkau pengembangan

berbagai keperluan. Sungai mempunyai multifungsi yang sangat vital diantaranya

sebagai sumber air minum, industry dan pertanian atau juga pusat listrik tenaga air

serta sebagai sarana rekreasi air. Wilayah sungai Kalukku Karama yang

merupakan wilayah sungai lintas Provinsi dengan daerah aliran sungai (DAS).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini;

Page 52: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Table 4.2 DAS (Daerah Aliran Sungai) Kabupaten Polman

DAS Wilayah Kecamatan Luas (Ha)

MANDAR Alu, Balanipa, Limboro, Luyo,

Tinambung, Tubbi Taramanu

48.034,74

MALOSSO Alu, Bulo, Campalagian, Limboro,

Luyo, Mapilli, Matangnga, Tapango,

Tubbi Taramanu, Wonomulyo

99.299,51

MATAKALI Anreapi, Binuang, Bulo, Mapilli,

Matakali, Matangnga, Polewali,

Tapango, Wonomulyo

42.755,63

BINUANG Anreapi, Binuang, Polewali 10.409,08

SILOPO Binuang 3.014,35

TIMBO Balanipa, Campalagian, Limboro,

Tinambung

5.583,39

Jumlah 209.415,60

4. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Polman pada tahun 2015 adalah 422.793

jiwa yang terdiri atas 206.963 laki-laki dan 215.830 perempuan.

Table 4.3 Penduduk di Kabupaten Polman, 2015

Usia Jumlah Laki-Laki Jumlah Perempuan

0-4 23.700 22.852

5-9 21.307 20.096

10-14 20.814 19.589

15-19 21.219 20.289

20-24 19.274 19.418

25-29 16.187 16.909

30-34 14.790 16.212

35-39 14.618 15.995

40-44 14.099 15.393

45-49 11.174 12.785

50-54 9.008 9.783

55-59 6.508 7.800

60-64 4.819 5.891

65-69 3.613 4.904

70-74 2.579 3.723

75+ 2.714 4.191

Page 53: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Pada 2015, kepadatan penduduk Kabupaten Polman mencapai 206

penduduk per km2. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi

adalah Kecamatan Polewali dengan kepadatan penduduk 2.262 penduduk per

km2. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Polman di bawah 100. Ini berarti

jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Polman lebih banyak dari pada jumlah

penduduk laki-laki. Sebagian besar Kecamatan memiliki angka rasio jenis

kelamin di bawah 100. Kecamatan yang rasio jenis kelaminnya di atas 100 adalah

Kecamatan Tapango, Matakali, Bulo, Anreapi, dan Matangnga.

Table 4.4 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten

Polman, 2015

Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Km²)

Km² Persentase Jumlah Persentas

e

Tinambung 21,34 1,06 23.867 5,65 1.118

Balanipa 37,42 1,85 25.139 5,95 627

Limboro 47,55 2,35 17.604 4,16 370

Tubbi

Taramanu

356,95 17,65 19.747 4,67 55

Alu 228,30 11,29 12.627 3,00 56

Campalagian 87,84 4,34 55.320 13,08 630

Luyo 156,60 7,74 28.960 6,85 185

Wonomulyo 72,82 3,60 48.228 11,41 662

Mapilli 91,75 4,54 28.960 6,85 311

Tapango 125,81 6,22 23.818 5,49 185

Matakali 57,62 2,85 22.818 5,40 396

Bulo 229,15 11,33 9.418 2,23 41

Polewali 26,27 1,30 59.434 14,06 2.262

Binuang 123,34 6,10 32.366 7,66 262

Anreapi 124,62 6,16 10.014 2,37 80

Matangnga 234,92 11,62 5.446 1,29 23

Polewali

Mandar

2.022,30 100,00 422.79

3

100,00 209

Page 54: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

B. Deskripsi Khusus Desa Lapeo Sebagai Latar Penelitian

1. Sejarah Singkat Desa Lapeo

Menurut sejarah, dahulu terdapat seorang nelayan yang kehilangan arah di

lautan dan terdampar di pantai Desa Lapeo dan sang nelayan beristirahat dibawah

pohon, kebetulan ikan hasil tangkapannya ditambatkan di atas dahan pohon tepat

di atas tempatnya beristirahat. Ikan yang ditambatkan tadi berayun-ayun dalam

Bahasa Mandar Tipiopio (tertiup) angin laut, seketika sang nelayan berfikir bahwa

tempat yang ditempatinya sekarang ini lebih baik dinamakan LAPIO (dari kata

Tipio) dan hingga perkembangannya akhirnya berubah menjadi nama Desa

Lapeo.

Desa Lapeo merupakan salah satu desa dari 17 desa yang ada di

Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar, yang merupakan Desa

Induk dari Desa Laliko dan Desa Kenje.

Wilayah Desa Lapeo pada awal terbentuknya mempunyai wilayah yang

cukup luas dengan jumlah Dusun sebanyak 8 (delapan) yaitu: Dusun Lapeo,

Dusun Parabaya, Dusun Ba’toa, Dusun Kappung Buttu, Dusun Gonda, Dusun

Labuang, Dusun Galung dan Dusun Umapong.

2. Tingkat Pendidikan

Adapun kondisi sumber daya manusia secara umum menurut latar

belakang Pendidikan tergolong sedang, sesuai dengan pendataan tahun 2010

yang lalu bahwa angka buta aksara dari usia sekolah sampai usia 50 tahun keatas

tercatat sebanyak 58 jiwa yang tidak mampu membaca dan menulis (buta aksara)

Page 55: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

dan kondisi tersebut rata-rata disemau dusun yang ada. Untuk lebih akuratnya

kondisi potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh Desa Lapeo yaitu:

a. Jumlah penduduk : 4.132 jiwa

b. Laki-laki : 2,070 jiwa

c. Perempuan : 2.062 jiwa

Tabel 4.5 Penduduk menurut strata Pendidikan

Strata Pendidikan Jumlah

Sarjana (S1, S2, S3) 104 orang

Diploma (D1, D2,D3) 146 orang

SLTA/ Sederajat 352 orang

SMP/ Sederajat 375 orang

SD/ sederajat 766 orang

Usia 07-15 th 647 orang

Usia >15-45 th 882 orang

3. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya

a. Sosial Ekonomi

Desa lapeo yang wilayahnya berada dipinggir pantai dari Teluk Mandar,

menjadi sebagian besar masyarakat di Desa ini bermata pencaharian sebagai

nelayan disamping sebagai petani atau pekebun kelapa dan semua penduduknya

100% menganut agama Islam.

Dari 944 Kepala Keluarga yang ada, sebanyak 412 KK masih tergolong

miskin atau berdasarkan persentase sekitar 41,51% masih tergolong tidak mampu

(sumber data Jamkesmas dan BLT) itupun masih banyak kepala keluarga yang

mengajukan Surat Tidak Mampu untuk mendapatkan rekomendasi pembebasan

biaya rumah sakit atau untuk Pendidikan anaknya.

Page 56: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Tabel 4.6 Keadaan Sarana Ekonomi Desa Lapeo Tahun 2015

Jenis Sarana Ekonomi Frekwensi Persentase

Koperasi Unit Desa (KUD)

Kredit Usaha Tani (KUT)

Pasar

Toko

Kios

1

1

-

6

30

2,6

2,6

-

15,6

78,9

Jumlah 38 100

Dengan kondisi Geografis Desa Lapeo yang berada di daerah pantai maka

ini sangat mempengaruhi pola pekerjaan utama penduduk Desa Lapeo yang

sangat majemuk, kemudian dilihat dari tingkat Pendidikan yang rata-rata sudah

cukup memadai sehingga banyak juga yang berpeluang bekerja sebagai Pegawai

Negeri Sipil maupun Swasta.

b. Sosial Budaya

Masyarakat Lapeo adalah masyarakat yang religius, terbukti dengan

banyaknya ulama-ulama dan terdapat satu pesantren yang berada di Desa Lapeo

dan sangat kental dengan tradisi budaya Islam Mandar yang merupakan paduan

antara Islam dengan budaya setempat.

Desa Lapeo, walaupun dikenal dengan masyarakat yang religius tapi tidak

banyak juga masyarakat Lapeo dikenal dengan orang-orang yang keras

4. Kehidupan Keberagaman

Setiap daerah pasti memiliki keberagaman baik itu dari pekerjaan,

kebudayaan, organisasi dan lain sebagainya. Desa Lapeo juga memiliki

keberagaman walaupun Desa Lapeo rata-rata penduduknya adalah pemeluk

agama Islam dan sangat kental dengan budaya Mandar.

Page 57: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Dari segi pekerjaan atau profesi masyarakat Lapeo mempunyai beragam

profesi walaupun Lapeo merupakan daerah pesisir, bukan hanya sebagai pelaut

namun ada juga berprofesi sebagai petani, peternak, pedagang dan lain-lain.

Begitupun dengan kebudayaan, masyarakat Lapeo juga mempunyai kebudayaan

atau tradisi berbeda-beda dilihat dari segi profesi mereka karena Desa Lapeo

sangat kental dengan kebudayaan Mandar dan sangat menghargai tradisi warisan

leluhur mereka.

Sedangkan dalam keorganisasian masyarakat Lapeo juga memiliki

beragam organisasi dalam keagamaan yaitu ada yang Muhammadiyah dan NU

(Nahdlatul Ulama). Walau terdapat beberapa keberagaman yang terdapat di Desa

Lapeo, masyarakat Lapeo tetap menjaga persatuan mereka dan saling menghargai.

Page 58: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Relasi Budaya dan Agama pada Fenomena Makam Imam Lapeo

a. Keadaan Makam Imam Lapeo

Makam imam Lapeo merupakan makam yang terletak di Desa Lapeo

Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Seperti

pula dengan makam keramat lainnya yang memiliki cerita kekeramatan, maka

begitupula dengan makam Imam Lapeo. Makam Imam Lapeo juga disebut dengan

ko’bah, karena bangunannya mirip kubah masjid. Ko’bah adalah istilah Mandar

untuk menyebut kubah.

Makam Imam Lapeo yang terletak di depan jalan raya berada satu

kompleks masjid Lapeo. Berdasarkan hasil observasi, konsep kuburan dekat

masjid terjadi karena pola pemukiman masyarakat yang berpindah. Ketika orang

tinggal di daerah pegunungan pindah ke daerah pantai atau pesisir, maka kuburan

pun akan ikut dipindah dekat dengan mereka. Makam Imam Lapeo yang terletak

di dalam kompleks masjid digunakan untuk menghormati sang Imam.

Pada zaman dulu, peziarah datang ke makam dengan membawa makanan

dan melepas hewan ternak seperti ayam dan kambing di kuburan. Namun,

keluarga Imam Lapeo melarang mereka untuk membawa ke makam tapi dibawa

kerumah beliau, boyang kayyang. Makam Imam Lapeo yang merupakan ruang

khusus alias ruang pribadi dari hati ke hati antara Imam Lapeo dengan pecintanya,

Page 59: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

peziarahnya. Imam Lapeo adalah leluhur, orangtua, kakek, ayah, saudara laki-laki,

teman, bahkan idola.

Menurut para tokoh agama setempat, semasa hidup Imam Lapeo

menerima banyak kunjungan masyarakat yang ingin bertemu untuk meminta

saran dan pendapat sekaligus meminta didoakan oleh beliau. Hal serupa bahkan

masih terus berlanjut sampai saat ini sebagaimana diperlihatkan di rumahnya,

Boyang Kayyang, anak-anak perempuan Imam Lapeo menggantikan peran ayah

mereka yang menerima banyak kunjungan masyarakat yang meminta untuk

didoakan.

Di Lapeo, masyarakat percaya Allah SWT akan menjawab doa-doa

mereka dan setiap permasalahan akan ditemukan solusinya. Selain itu, masjid

yang dibangun Imam Lapeo menjadi masjid yang mempunyai banyak jamaah dan

makam Imam Lapeo tempat yang paling penting untuk diziarahi. Masyarakat

percaya bahwa Imam Lapeo adalah seorang yang ajaib yang mempunyai karamah

dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lokasi penelitian terkait dengan

tujuan penelitian melalui observasi dan wawancara, ditemukan beragam

informasi, baik itu berupa data primer maupun data sekunder sebagai bahan untuk

dianalisis menjadi hasil penelitian.

Melihat dari keadaan makam Imam Lapeo YY (42 tahun) salah seorang

informan yang berprofesi sebagai Imam masjid Imam Lapeo mengatakan, bahwa:

“Hampirki tiap hari ada terus passiarah datang di sini apalagi kalo hari

jumat banyak sekali dating orang sambil sholat jumat tongmi di masjid

Lapeo” (29/10/2019)

Page 60: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Dari hasil wawancara di atas menyebutkan bahwa makam Imam Lapeo

hampir setiap hari banyak yang datang berziarah dikarenakan lokasi makam

tersebut berada tepat depan jalan poros trans Sulawesi, dan selanjutnya informan

mengatakan para peziarah melonjak ketika hari jumat itu dikarenakan peziarah

ingin menyempatkaan sholat jumat di masjid Lapeo.

Adapun informasi dan data yang ditemukan peneliti dalam bentuk

wawancara dengan informan di lapangan/lokasi penelitian. Seperti yang diungkap

oleh HB (56 tahun) selaku tokoh agama, bahwa:

”Tidak, harusnya ini makam dikunjungi sekedar berziarah saja tapi

banyak yang datang disini dengan tujuan lain juga”. (26/10/2019)

Berdasarkan pernyataan informan di atas, bahwa kondisi makam Imam

Lapeo kadang disalahgunakan sebagai tempat berziarah. Melihat dengan keadaan

seperti ini bahwa masyarakat yang datang berziarah di makam Imam Lapeo

datang dengan tujuan lain padahal ziarah itu adalah amaliah mengunjungi tempat

suci, tempat sakral, atau tempat beribadah yang mengandung makna rohaniah

untuk mengingat kembali, memperkuat keyakinan, menyadari kefanaan hidup di

dunia.

b. Proses dan Perilaku Ziarah Makam Imam Lapeo

Dalam proses ziarah, dapat juga dipahami sebagai perjalanan batin

seseorang, sehingga memiliki muatan dalam merespon kehidupan mereka. Emosi

tersebut membentuk perilaku, menjadi kebiasaan dalam menyalurkan keyakinan

terhadap sosok yang memiliki kapasitas untuk memberikan apa yang dibutuhkan.

Maka dalam pelaksanaan ziarah pada makam Imam Lapeo tentu memiliki

Page 61: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

tahapan-tahapan dalam melakukan ziarah, sebagai suatu tanda penghidmatan pada

proses tradisi yang ada.

Adapun tahapan-tahapan yang biasanya dilakukan dalam menziarahi

makam Imam Lapeo menurut YY (46 tahun) selaku tokoh agama sekaligus Imam

masjid Imam Lapeo mengatakan, bahwa:

“Orang yang datang disini ziarah tidak langsung saja masuk ke makam

imam lapeo. Ada tiga tahap yang dilakukan pertama, kerumahnya dulu

cucunya imam lapeo membawa makanan-makanan yang dibawah dari

rumah mereka lalu minta di doakan dan minta petunjuk. Kedua, ke masjid

untuk beribadah. Ketiga, ke makam imam lapeo berziarah”. (26/10/2019)

Secara sekilas, proses ziarah yang dilakukan pada makam Imam Lapeo

hamper sama dengan ziarah makam pada umumnya, namun terlihat bahwa ada

suatu proses yang dilakukan yang tidak ditemukan dalam ziarah makam pada

umumnya yaitu peziarah membawa makanan dari rumah dan membawanya ke

rumah cucu Imam Lapeo lalu meminta didoakan dan minta petunjuk.

Seperti halnya proses ziarah yang dilakukan di atas yang telah disebutkan

informan, namun ada halnya informan lainnya HB (46 tahun) mengatakan, bahwa:

“Ke rumahnya cucunya imam lapeo bawa makanan yang na bawa dari

rumah lalu di baca-baca bersama terus minta di doakangi biasa juga

masuk ke masjid foto-foto terus mereka ini sebelum pulang pasti belli foto

Imam Lapeo yang dijual di depan masjid untuk napajang dirumah

sebagai jimat” (27/10/2019)

Dari pernyataan diatas bahwa kebiassan yang dilakukan dalam menziarahi

makam Imam Lapeo, sebelum berziarah terlebih dulu dilakukan mabbaca-baca

untuk diniatkan pada roh Imam Lapeo yang dianggap masih selalu ada dan

menghuni makam tersebut. Mabbaca-baca merupakan kebiasaan yang dilakukan

ketika ada syukuran atau acara yang hendak dilakukan. Biasanya dengan

Page 62: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

memanggil pabbaca (pembaca doa) biasa oleh orang tua atau orang pintar yang

dianggap mampu dan sudah biasa untuk memimpinkan doa dan sebelumnya sudah

ada makanan-makanan khusus yang disiapkan untuk dibacakan.

Inti dari makna tradisi mabbaca-baca, sesungguhnya adalah sebagai tanda

kesyukuran, dan sebagai sebuah wadah untuk mendoakan orang yang sudah telah

meninggal. Namun, sekarang ini banyaknya pemahaman masyarakat yang

menganggap hal tersebut sebagai cara kesyukuran yang ditujukan kepada sesuatu

yang gaib, berupa roh-roh, dan makanan yang dibacakan diyakini akan sampai

kepada roh yang telah meninggal. Dalam tradisi mabbaca-baca juga memberikan

sumbangsi pemahaman pada ziarah ke makam Imam Lapeo karena tradisi satu

dan lainnya saling memiliki hubungan berupa kepercayaan dan keyakinan

terhadap adanya manfaat yang bisa didaptkan.

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa makam Imam Lapeo merupakan

makam yang keramat, sehingga bagi masyarakat dalam prosesnya harus betul-

betul dilakukan dengan penuh khidmat. Kebiasaan yang dilakukan dan telah

menjadi kepercayaan, yaitu sebelum melakukan ziarah ke makam Imam Lapeo

terlebih dahulu dilakukan proses mabbaca-baca di rumah anak cucu Imam Lapeo,

karena ketika langsung berziarah tanpa terlebih dahulu melakukan hal tersebut

maka ziarah tidak sah. Seperti halnya yang dikatakan informan AC (32 tahun)

bahwa, mereka datang dari luar daerah berziarah di makam Imam Lapeo untuk

meminta rejeki dan mencari keselamatan. Lebih jauh lagi HB (45 tahun) bahwa,

mereka yang datang ziarah itu tidak pulang dengan tangan kososng, namun

Page 63: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

mereka membeli foto Imam Lapeo yang dijual depan masjid Imam Lapeo untuk

dibawa pulang ke rumah dijadikan sebagai jimat penghindar dari mara bahaya.

Dalam hal ini dapat terlihat bahwa tradisi ziarah yang dilakukan pada

makam Imam lapeo merupakan wadah kepercayaan bagi masyarakat setempat dan

bahkan masyarakat luar yang datang dengan adanya motif-motif tertentu. Dalam

melihat proses ziarah yang ada pada makam Imam Lapeo maka ada beberapa hal

yang menuntut penulis perlu dianalisa dalam pandangan Islam.

1) Mengirimkan Doa pada Makam Imam Lapeo

Dalam Islam, doa merupakan suatu hal yang wajib untuk dilakukan sebagai

pertanda seorang hamba yang lemah yang membutuhkan pertolongan kepada

suatu yang lebuh tinggi, dalam hal ini Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-

Baqarah/1:186

إذا دعان لداع ٱك عبادي عن ي فإن ي قريب أجيب دعوة سأل وإذا

١٨٦فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون

Yang artinya :

”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang

aku, maka sesungguhnya aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang

yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu

memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-

Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

Sebagai makhluk Allah hendaklah senantiasa menyertakan doa dalam setiap

usaha yang dilakukan. Namun usaha beserta berdoa yang diajarkan dalam Islam

berupa sesuatu yang hanya diperuntuhkan kepada Allah SWT. bukan justru

Page 64: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

kepada suatu kekuatan yang lain. Dalam memandang proses ziarah pada makam

Imam Lapeo, seperti adanya doa yang dipanjatkan kepada Imam Lapeo telah

mengarah kepada harapan untuk mendapatkan keinginan duniawi yang

disandarkan pada roh yang ada pada makam tersebut, sehingga hal itu sangatlah

bertentangan dengan aqidah Islam.

2) Menjadikan Foto Imam Lapeo sebagai Jimat

Makam Imam Lapeo bagi masyarakat merupakan makam yang keramat

dengan menyimpan kekuatan-kekuatan mistis didalamnya, sehingga apapun yang

ada pada makam diyakini memiliki kekuatan, seperti yang dikatakan salah

seorang tokoh agama bahwa peziarah kadang membeli foto Imam Lapeo untuk

dipajang di rumah dan diajadikan jimat. Adanya perilaku peziarah dalam

meyakini foto sebagai jimat, menurut pandangan penulis telah menjadi suatu hal

yang bertentangan dalam aqidah Islam karena adanya perilaku kesyirikan yang

percaya pada suatu benda yang dapat mendatangkan sebuah kemanfaatan, padahal

yang dapat mendatangkan manfaat dan mudharat hanyalah Allah SWT.

sebagaimana firmannya dalam QS. Yunus/10:106

ٱتدع من دون ول ن لل ك فإن فعلت فإنك إذا م ما ل ينفعك ول يضر

لمين ٱ ١٠٦ لظ

Yang artinya :

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat

dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika

engkau melakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau

termasuk orang-orang yang zalim”.

Page 65: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Demikian proses dan perilaku ziarah yang ada pada makam Imam Lapeo

seperti yang dijelaskan diatas, menurut pendapat penulis merupakan suatu yang

menjadi wadah dalam mengaplikasikan keinginan duniawi masyarakat,

banyaknya pemahaman dan perilaku dalam menziarahi makam tersebut telah

menjadi symbol kepercayaan dalam mengejar keinginan duniawi, sehingga fungsi

dan makna ziarah dalam Islam tidak teraplikasikan.

c. Motivasi Ziarah Makam Imam Lapeo

Motivasi (dorongan diri) merupakan kekuatan yang mampu memunculkan

aktifitas dalam diri manusi. Hal ini diawalai dengan adanya perilaku yang

diarahkan oleh tujuan tertentu yang menjadi aktifitas tersebut sebagai suatu tugas

yang harus dilaksanakan. Motivasi inilah yang mampu mendorong manusia dalam

memenuhi segala kebutuhan hidupnya, sebagaimana ia pula yang mendorong

manusia dalam menjalankan banyak kegiatan penting yang bermanfaat yang

sesuai dengan keinginannya

Sesuatu yang paling mendasar, yaitu tujuan serta motivasi pelaku peziarah

ketika datang untuk berziarah ke makam tersebut. Adanya motivasi-motivasi

tertentu membuat kita dapat melihat bagaimana sebenarnya bentuk dan

kepercayan masyarakat terhadap tradisi ziarah pada makam yang diziarahinya.

Seperti halnya pada makam Imam Lapeo, peziarah yang datang tentunya memiliki

motivasi tertentu dalam berziarah.

Dari hasil wawancara peneliti dengan berbagai informan, apakah informan

yang penulis temui langsung pada saat masyarakat melakukan ziarah, ataupun

masyarakat campalagian yang selalu menyempatkan dirinya pada saat tertentu

Page 66: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

untuk berziarah dikarenakan disaat peneliti turun langsung ke lapangan hanya ada

beberapa keluarga yang sedang melakukan ziarah.

Motivasi masyarakat dalam melakukan ziarah tentunya memiliki

pandangan kemanfaatan, dari hasil observasi peneliti menemukan bahwa ziarah ke

makam Imam Lapeo dilator belakangi oleh tujuan-tujuan tertentu, sehingga

banyak sekali dan berfariasi niatnya, akan tetapi pada intinya kebanyakan mereka

datang untuk mengharapkan asalamaang (keselamatan). Senada dengan pendapat

HD (18 tahun) mengatakan, bahwa:

“Disuruhka sama orangtuaku karna baru sudahka belli motor baru

supaya nanti nda jatuh-jatuh ka naik motor” (27/10/2019)

Menurut salah seorang informan, bahwa yang datang untuk melakukan

ziarah, sebagian besar itu datang bertujuan untuk meminta pertolongan, atau ada

niat bahkan nazar, seumpama kalua anaku dapat jodoh maka saya akan ziarah ke

situ. Rupanya ziarah pada makam Imam Lapeo merupakan makam yang sangat

ditakuti dan sangat keramat dalam pemahaman masyarakat, sehingga motivasi

para peziarah tersebut selalu diidentikkan dengan keselamatan ketika dalam

mengunjunginya. Seperti halnya ST (45 tahun), mengatakan bahwa;

“Karena dulu pernahka sakit lalu bernazarka kalo sembuhka na pergika

berziarah di lapeo” (28/10/2019)

Menurut penulis tradisi ziarah pada makam Imam Lapeo sudah menjadi

suatu hal yang terintisasi pada perilaku pada perilaku pengkulturan bahwa dengan

melakukan ziarah pada makam Imam Lapeo mampu memberikan keselamatan

dan pertolongan kepada peziarah yang datang dan untuk berziarah.

Page 67: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa Imam Lapeo dianggap sebagai

sosok dengan keshalehannya dan kewaliannya dan memiliki pengaruh dalam

penyebaran Islam di tanah Mandar. Peneliti mengharapkan kepada para peziarah

tentang menghindari adanya kecenderungan mengharapkan sesuatu selain kepada

Allah dalam meraih kebaikan atau menolak suatu keburukan, maka itu merupakan

perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah SWT. sehingga dalam menziarahi

makam Imam Lapeo tidak boleh adanya maksud untuk meminta pertolongan.

2. Dampak Relasi Budaya dan Agama terhadap Fenomena Makam Imam

Lapeo

a. Ziarah makam Imam Lapeo sebagai Tempat Bernazar dan Penghormatan

Leluhur

Dari hasil yang didapatkan dilapangan, bahwa timbulnya pemaknaan

terhadap tradisi ziarah pada makam Imam Lapeo dapat kita ketahui melalui

motivasi dan tujuan dalam berziarah. Adapun hal-hal yang menjadi pola

pemahaman masyarakat campalagian.

1) Bernazar

Merupakan salah satu kebiasaan seseorang dalam menunjukkan kesadaran

dan kepasrahan diri akan Batasan kemampuan yang ada dalam dirinya. Seperti

halnya yang ada pada masyarakat Campalagian, bernazar sering dilakukan untuk

menziarahi makam Imam Lapeo yang dianggap mampu membantu permasalahan

yang dialaminya. Seperti yang dikatakan peziarah JH (37 tahun), bahwa:

“Seumpama kalua anakku dapat jodoh maka kesini ka lagi” (27/10/2019)

Page 68: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Melihat seperti yang dikatakan diatas, maka ziarah pada makam Imam

Lapeo telah menjadi praktek penanaman niat yang salah, adanya penharapan yang

bukan lagi termanifestasi dalam mengharapkan suatu pencapaian kepada Allah

membuat masyarakat menjadi buta dan menutup diri dalam memahami kebenaran

yang ada. Seperti pendapat salah seorang masyarakat campalagian, bahwa kita

tidak bisa mencapai sesuatu yang gaib namun kita bisa berkorban dengan cara

melakukan nazar untuk meminta bantuan kepada seorang yang bisa membantu

kita dalam mencapai apa yang diinginkan dan hal itu bisa terjadi.

Menurut cerita yang dilontarkan YY (46) selaku tokoh agama, beliau

memiliki teman yang tinggalnya di Kalimantan yang sudah menetap lama disana

dan kadang dalam setahun pulang ke kampung halamannya di Campalagian hanya

sekali atau bahkan dalam setahun mereka sekeluarga tidak pulang. Namun ketika

beliau pernah pulang pada saat lebaran idul Fitri dan melakukan kebiasaan setelah

lebaran, silaturahmi dengan keluarga dan menziarahi semua kuburan-kuburan

sanak saudara dan keluarga sampainya mereka kembali lagi ke Kalimantan.

Sesampainya disana tidak lama kemudian anaknya yang sementara melakukan tes

CPNS untuk tenaga pengajar Dosen pada saat itu dan hasil yang keluar

menyatakan anaknya lulus namun namanya tidak aa di pusat. Lantas beliau

kebingungan dan stres mendengarkan kabar tersebut, lalu ada laki-laki tua bicara

kepada beliau dan menyarankan untuk pulang ke Mandar untuk menziarahi

kuburan yang ada di Campalagian. Alasannya pada saat beliau pulang beliau tidak

menziarahi dan hanya melewati kuburan tanpa menengoknya sehingga hal itu

menyebabkan semuanya terhalang. Sehingga keesokan harinya beliau pulang dan

Page 69: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

menziarahi makam Imam Lapeo dan beberapa minggu kemudian anaknya

mendapat kabar bahwa ada kesalahn dan ternyata lulus.

Anggapan bahwa dengan adanya kebutuhan dan permasalahan yang

dihadapi diluar kemampuan mereka bisa terselesaikan dengan bernazar untuk

menziarahi pada makam Imam lapeo, menurut pandangan penulis, disebabkan

karena tidak ada pemahaman mereka dalam menyikapi permasalahan yang dalam

sehingga hal seperti itu menjadi jalan keluar untuk dilakukan, jika ada hasil yang

terlihat dan didapatkan maka itu akan menjadi kebiasaan yang diyakini.

Dalam bernazar telah ada musibah yang dialami atau tengah dialami oleh

seseorang atau adanya motif yang ingin dicapai yang tidak mampu mereka

selesaikan dan sulit untuk mendapatkannya, sehingga timbul prasangka-prasangka

bahwa penyebab itu datang dari Imam Lapeo yang marah karena jarangnya

mereka berziarah le makam Imam Lapeo akan mendapatkan keberkahan rezeki

yang melimpah. Menurut pandangan penulis, bahwa masyarakat campalagian

telah menyalahkan fungsi nazar sebagai media mendapatkan keuntungan duniawi

dengan bernazar pada makam Imam Lapeo, sehingga hal tersebut sangatlah

bertentangan dengan aqidah Islam.

Dalam Islam nazar dijadikan sebagai suatu perilaku ibadah yang dapat

dilakukan oleh seseorang kepada Allah SWT. Namun ketika perilaku bernazar

dengan adanya niat dan harapan akan bantuan kepada kekuatan-kekuatan lain

selain dai Allah, maka hal itu tidaklah benar. Seseorang ketika memalingkan

sesuatu dari hak-hak istimewa yang dimiliki oleh Allah maka mereka tergolong

Page 70: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

orang-orang yang terancam. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-

Baqarah/02:270

ن نذر فإن وما ن نفقة أو نذرتم م ٱأنفقتم م لمين من ۥيعلمه للوما للظ

٢٧٠أنصار

Yang artinya :

“apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka

sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim

tidak ada seorang penolong baginya”.

Syaikhul Islam Ibnu rahimahullah mengatakan, adapun segala sesuatu

yang dinazarkan selain Allah, seperti bernazar untuk berhala, matahari, bulan dan

bintang, kuburan serta semacamnya maka hukumannya sebagaimana orang

bersumpah dengan tidak menyebut nama Allah maka tidak boleh dilakukan dan

juga tidak ada kaffarah-Nya dan keduanya merupakan syirik dan syirik tidak

memiliki kehormatan sedikitpun.

Dari penjelasan diatas, bernazar merupakan sebuah kebolehan yang

dilakukan, selama itu yang didasari oleh harapan kepada Allah SWT. dan ketika

seperti yang ada pada masyarakat yang bernazar dalam tradisi ke makam Imam

Lapeo itu merupakan sebuah penyimpangan aqidah, dikarenakan harapan yang

dituju bukanlah kepada Allah namun justru kepada sosok Imam Lapeo yang

berada pada makam tersebut.

2) Penghormatan Leluhur

Page 71: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Salah satu pandangan masyarakat dalam melakukan tradisi ke makam Imam

Lapeo yaitu dapat menghimdarkan diri dari bala dan bencana. Mereka

menganggap Imam Lapeo memiliki kekuatan dan kekeramatan sehingga ketika

menziarahi makamnya terhindar dari bencana. Lebih lanjut lagi HB(46 tahun)

mengatakan, bahwa:

“berziarah ke makam Imam Lapeo merupakan wujud penghormatan sosok

Imam Lapeo yang merupakan salah satu penyebar Islam di tanah

Mandar maka kita berterimahkasih dengan selalu mendatangi

makamnya” (29/10/2019)

Namun hal yang lebih jauh lagi dari hanya sekedar penghormatan mereka

pada sosok leluhurnya. Ada kekuatan yang dialami ketika tidak melakukan ziarah

apalagi ketika sudah lama pergi merantau dan tidak berziarah maka Imam Lapeo

akan marah sehingga mereka diberikan cobaan dengan adanya musibah.

b. Adanya Sikap Fanatik

Penulis dalam memahami sikap masyarakat Campalagian sangatlah

menjunjung tinggi nilai-nilai adat pengajaran orangtua dulu mereka tidak mudah

terlepas dalam jeratan struktur kebiasaan yang berlaku dalam lingkungannya.

Maka sikap fanatik dengan pengajaran tersebut dan menganggap hal itu

merupakan kebenaran bagi diri mereka yang harus dipertahankan. Sehingga hal

tersebut sulit untuk diberikan pemahaman karena keyakinan mereka yang kokoh

tersebut. Maka dari itu menimbulkan sifat tidak kritis dalam menerima sebuah

kepercayaan begitu saja.

Seperti halnya yang diungkapkan oleh HB (46 tahun) yang mengatakan,

bahwa:

Page 72: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

“Kalo masalah itu yah ini para peziarah kadang terlalu berlebihan. Dulu

pernah ada yang datang bilang ke keluarga imam lapeo kalo di dalam

jiwanya adalah imam lapeo tapi badannya tetap ji dirinya. Ya nabilangmi

keluarga imam lapeo kalo nda betul itu imam lapeo tidak pernah masuki

roh seseorang lalu nasuruh ini oang untuk perbaiki ibadahnya”

(29/10/2019)

Berdasarkan dari pemaparan di atas, dibuktikan bahwa peziarah makam

Imam Lapeo terlalu berlebihan dalam memahami sesuatu atau dalam melakukan

ziarah makam. Apalagi dari keluarga Imam Lapeo sendiri mengatakan bahwa apa

yang dialami peziarah tersebut tidaklah benar dan disarankan untuk memperbaiki

ibadahnya.

Adapun pengakuan dari salah satu peziarah yaitu AC (32 tahun) yang

mengatakan, bahwa:

“Saat saya atau keluarga saya mendapat musibah itu berarti teguran dari

Imam Lapeo” (28/10/2019)

Ungkapan di atas sekali lagi menandakan bahwa peziarah yang datang

berziarah ke makam Imam Lapeo kurang pemahaman mengenai ziarah makam.

Adanya sikap fanatik pada keyakinan dalam ziarah makam maka disinilah kita

harus meluruskan atau memberikan pemahaman untuk meninggalkan hal itu.

B. Pembahasan

1. Relasi Budaya dan Agama pada Fenomena Makam Imam Lapeo

Page 73: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

a. Keadaan Makam Imam Lapeo

Ziarah makam dalam Islam diartikan sebagai pelajaran akan kematian,

dengan berziarah, seseorang akan mengenal yang Namanya kematian, sehingga

semasa hidupnya akan senantiasa mengingat Allah dan tidak akan melakukan

maksiat serta berperilaku sombong, sebab pada akhirnya manusia tidak akan

berdaya ketika telah datang kematian kepadanya.

Seperti halnya yang terjadi di Desa Lapeo Kecamatan Campalagian

Kabupaten Polman Sulawesi Barat pada makam Imam lapeo, dimana masyarakat

melakukan ziarah di makam Imam Lapeo yang merupakan salah satu penyebar

agama Islam di tanah Mandar. Ziarah yang dilakukan bertentangan dengan ajaran

Islam dan masih mengikuti tradisi atau kebudayaan leluhur mereka.

Keadaan atau kondisi makam Imam Lapeo memang tidak sama dengan

makam pada umumnya, dimana hampir setiap hari peziarah datang melakukan

kunjungan bahkan pengunjung melonjak ketika hari jumat itu dikarenakan mereka

ingin menyempatkan sholat jumat di masjid Imam Lapeo. Bukan hanya

masyarakat Campalagian saja yang datang, masyarakat luar daerah pun datang

hanya untuk bisa ziarah makam Imam Lapeo. Tujuan peziarah pun berbeda-beda,

ada yang karena bernazar, penghormatan leluhur, disuruh orang tua mereka

bahkan ada yang datang meminta bantuan atau minta petunjuk.

Dalam teori Koentjaraningrat yang menyebutkan bahwa ajaran agama

adalah ideologis sosial, agama lah yang merubah watak masyarakat sesuai dengan

cita-cita dan visinya mengenai agama tersebut. Pada umumnya agama yang

masuk akan mengalami proses penyesuaian dengan budaya yang telah ada. Ada

Page 74: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

kompromi nilai atau simbol antar agama yang masuk dengan kebudayaan asal,

yang menghasilkan bentuk baru dan berbeda dengan agama atau budaya asal.

Proses penyesuaian ini terjadi begitu saja dalam setiap proses pemaknaan di

tengah masyarakat. Begitupun dengan masyarakat yang datang ziarah di makam

Imam Lapeo mereka juga harus bisa menyesuaikan.

b. Proses dan Perilaku Ziarah Makam Imam Lapeo

Melihat proses ziarah yang dilakukan pada makam Imam Lapeo dilakukan

dengan melalui tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaa, dengan tahpan

persiapan dilakukan mabbaca-baca sebelum menuju ke makam dan tahapan

pelaksanaan yang dilakukan pada proses ziarah pada makam Imam Lapeo.

Peneliti dalam melihat proses ziarah yang dilakukan para peziarah,

merupakan sesuatu yang telah menjadi kebiasaan yang mengalir begitu saja, tanpa

ada arahan-arahan dari juru kunci makam Imam Lapeo serta para tokoh-tokoh

agama setempat, proses ziarah berjalan dengan sendirinya karena dalam proses

tersebut sama halnya dengan proses ziarah yang dilakukan pada umumnya seperti

berdoa, menaburi bunga dan menyiramkan air pada makam, namun adanya

penghormatan yang berbeda.

Kekeramatan yang dimiliki makam Imam Lapeo telah menjadi buah bibir

dikalangan masyarakat Campalagian maupun dikalangan masyarakat luar,

sehingga tidak jarang ketika makam-makam keramat yang diziarahi sering

diidentikkan dengan prose yang didasari dengan kepercayaan mistis yang dimiliki

oleh makam tersebut, begitu halnya denagn makam Imam Lapeo banyak perilaku-

perilaku yang dilakukan dalam berziarah untuk mendapatkan keberkahan dari

Page 75: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

makam tersebut. Seperti halnya yang dikatakan oleh peziarah yang bernama Aco,

bahwa mereka datang dari luar daerah Campalagian berziarah di makam Imam

Lapeo untuk meminta rejeki dan mencari keselamatan.

Dalam hal proses dan perilaku masyarakat yang melakukan ziarah pada

makam Imam Lapeo, berkaitan dengan teori Clifford geertz yang mengatakan

agama sebagai sistem budaya. Kita bisa melihat agama sebagai fakta kultural

sebagaimana adanya dalam kebudayaan Campalagian dan bagaimana

kompleksnya hubungan tradisi keagamaan Islam dan kepercayaan asli setempat.

Kebudayaan adalah sebuah pola ide-ide yang termuat dalam simbol-

simbol yang dengannya masyarakat menjalani pengetahuan mereka tentang

kehidupan dan mengepresikan kesadaran mereka melalui simbol-simbol itu.

Karena dalam satu kebudayaan terdapat beragam sikap, kesadaran dan

pengetahuan maka di sana terdapat sistem-siste kebudayaan yang berbeda.

Sedangkan agama adalah sebagai sistem simbol yang bertujuan untuk

menciptakan perasaan dan motivasi yang kuat, mudah dan benar-benar nyata.

c. Motivasi Ziarah Makam Imam Lapeo

Tradisi ziarah kubur atau makam pada dasarnya telah menjadi suatu

agenda terdiri dalam rutinitas keagamaan. Dalam Islam, ziarah kubur dianggap

sebagai perbuatan yang hukumnya mubah, yang merupakan suatau kebolehan

untuk dilakukan.

Melihat dari peziarah yang datang ziarah makam Imam Lapeo memiliki

motivasi atau tujuan tertentu yang berbeda-beda. Dimana mereka kebanyakan

Page 76: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

datang untuk meminta keselamatan bahkan mereka sampai bernazar dan disinilah

yang harus kita luruskan sebagaimana dengan kaidah Islam.

Suatu hal yang menarik dari tradisi ziarah makam yang terjadi di Desa

Lapeo Kecamatan Campalagian pada makam yang dikeramatkan yaitu makam

Imam Lapeo. Dimana, nilai irasional atau abstrak dari tradisi tersebut yang

diyakini oleh para peziarahnya. Masyarakat sekarang yang mengalami kemajuan,

ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang penting dari kehidupan

manusia modern. Sikap rasional merupakan cirri khas masyarakatnya, tetapi

nampaknya manusia menyadari bahwa ada ketakutan yang luar biasa diluar

dirinya. Karena itulah sebagian manusia mengapresiasikannya melalui ziarah

kubur. Bagi yang meyakini kekuatan hebat dan luar biasa itu adalah milik Allah

SWT. maka tradisi ziarah kubur dianggap sebagai apresiasi memberikan

penghormatan kepada ahli kubur yang memiliki karamah. Akan tetapi sebagian

masyarakat juga menganggap bahwa ahli kubur atau Imam Lapeo dapat

mengabulkan doa dan hajatnya karena semasa hidupnya dianggap orang yang

sakti apalagi Imam Lapeo adalah wali dan salah satu penyebar Islam di tanah

Mandar.

Seperti yang telah disinggung diatas, apabila ziarah dilakukan dengan cara

yang serta tuntunan Islam maka akan menjadi perbuatan yang baik sehingga

dapat menimbulkan kesadaran, jika tidak maka justru akan menjadi malapetaka.

2. Dampak Relasi Budaya dan Agama terhadap Fenomena Makam Imam

lapeo

Page 77: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

a. Ziarah Makam Imam Lapeo sebagai Tempat Bernazar dan Penghormatan

Leluhur

Tradisi ziarah dalam masyarakat Islam Indonesia merupakan sebuah

tradisi lama yang terus berlangsung dan dilestarikan dalam setiap lintas generasi

dan bertahan sampai sekarang.

Banyaknya anggapan bahwa dengan berziarah ke kubur leluhur atau

tokoh-tokoh magis tertentu dapat menimbulkan pengaruh tertentu. Kisah

keunggulan atau keistimewaan tokoh yang dikuburkan merupakan daya tarik bagi

masyarakat untuk mewujudkan keinginan maupun hajatnya.

Begitupun dengan tradisi ziarah makam Imam lapeo yang peziarahnya

atau pengunjungnya melakukan ziarah dengan menjadikan makam Imam Lapeo

sebagai tempat bernazar dan penghormatan leluhur. Masyarakat melakukan hal

tersebut karena mereka beranggapan bahwa dengan ziarah di makamnya hajat

mereka akan terkabulkan, hal ini terjadi karena semasa hidup Imam Lapeo

dipercayai mempunyai ilmu magis dan doa-doanya di ijabah oleh Allah.

Ziarah makam Imam Lapeo terdapat ada dua perilaku peziarah yang sering

di dapat pada makam Imam Lapeo yaitu, sebagai tempat bernazar dan

penghormatan leluhur. Dua perilaku jika dilakukan dengan syariat Islam maka

tidak apa-apa namum jika dilakukan sebaliknya akan terdapat perilaku yang

menyimpang dalam pandangan kaidah Islam.

Bernazar adalah suatu kebiasaan yang dilakukan setiap orang yang

menunjukan kesadaran dan kepasrahan diri akan batasan kemampuan yang ada

dalam dirinya. Namun, pada ziarah makam Imam Lapeo masyarakat melakukan

Page 78: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

praktek penanaman niat yang salah, dimana penharapan yang bukan lagi

termanifestasi dalam mengharapkan suatu pencapaian kepada Allah. Perilaku

inilah yang harus dihilangkan kepada masyarakat atau peziarah yang datang

karena mereka sudah melakukan perbuatan syirik.

Menghormati leluhur atau nenek moyang dapat diungkapkan melalui

tradisi ziarah kubur. Ziarah kubur dilakukan untuk menghormati arwah nenek

moyang, kedua orang tua dan keluarga yang dikuburkan, disamping itu untuk

mengimgatkan berziarah tentang akhirat. Ziarah kubur juga dapat dikatakan

sebagai mengunjungi suatu tempat yang dimuliakan atau dianggap suci, seperti

halnya mengunjungi makam Imam Lapeo yang kebetulan tepat berada dalam

pekarangan masjid Imam Lapeo. Seperti yang dilakukan masyarakat campalagian

dan umat Islam di daerah tersebut ziarah ke makam Imam Lapeo yang semasa

hidupnya membawa misi kebaikan di tanah Mandar dan lingkungan sekitarnya.

Namun, sebagian masyarakat atau peziarah menganggap ziarah ke makam Imam

Lapeo dapat menghindarkan diri dari bencana karena Imam Lapeo memiliki

kekuatan dan kekeramatan dan dapat terhindar dari bencana.

b. Adanya Sikap Fanatik

Ziarah ke kubur merupakan suatu hal yang sudah ada sejak awal

kedatangan Islam. Dilihat dari segi perkembangannya, ada catatan menarik yang

patut kita perlihatkan. Konon, Nabi Muhammad saw pernah melarang ummatnya

pada waktu itu masih dini dan belum kuat dalam segi akidahnya untuk berhadapan

dengan hal-hal yang bisa menyeret mereka kedalam perbuatan syirik. Jadi

Page 79: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

munculnya larangan dikarenakan adanya suaru perilaku kepada tanda kesyirikan

dan diperbolehkan jika kegiatan ziarah kubur itu jauh dari nilai syirik.

Masyarakat Campalagian yang melakukan ziarah pada makam Imam

Lapeo sangatlah menjunjung tinggi nilai-nilai adat pengajaran orangtua dulu

mereka tidak mudah lepas dalam jeratan struktur kebiasaan pada lingkungannya.

Maka sikap fanatik membuat masyarakat menganggap hal ini sebagai kebenaran

yang harus dipertahankan.

Dilihat dari proses ziarah yang dilakukan masyarakat, sebagian besar

melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran Islam dalam perilaku ziarah itu

sendiri. Dimana, mereka kurang pemahaman yang mendalam tentang proses

ziarah kubur yang baik dan benar dalam pandangan Islam.

Dalam upaya untuk meluruskan aqidah masyarakat untuk berbuat yang

baik dan benar adalah salah satu perbuatan yang mulia dengan adanya upaya

memberikan pengajaran dan mengajak masyarakat untuk lebih memahami Islam,

dengan adanya tradisi dan kepercayaan yang dapat merusak pemahaman

masyarakat. Dengan adanya bimbingan serta binaan, dapat terkontrol dan

masyarakat akan paham dengan apa yang seharusnya dilakukan dan disinilah

peran tokoh agama berperan sebagai mana mestinya.

Pada masyarakat atau peziarah, masih banyak yang tidak memahami

tentang ilmu ketauhidan. Kurangnya pemahaman ilmu agama dari diri sendiri

untuk mempelajari dan mendalaminya, sehingga mereka hanya taqlid dalam

persoalan kepercayaan. Sehingga hal tersebut yang mengakibatkan tumbuhnya

generasi yang tidak memahami aqidah, dan tidak mengerti rambu-rambu yang ada

Page 80: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

dalam menyikapi hal yang berkaitan dengan kepercayaan maka yang terjadi yang

dianggap salah kadang dianggap benar, dan yang kebenaran dianggap sebagai

sebuah kesalahan.

BAB VI

PENUTUP

Page 81: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Relasi Agama dan Budaya

(Studi Fenomenologi Makam Imam Lapeo di Campalagian Kab. Polman) yang

didapatkan dari hasil observasi dan wawancara, maka dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa:

1. Relasi budaya dan agama pada fenomena makam Imam Lapeo,

Berdasarkan hasil penelitian, relasi budaya dan agama pada makam Imam

Lapeo, pertama yaitu Keadaan Makam Imam Lapeo dimana keadaan peziarah

kadang disalahgunakan sebagai tempat ziarah yaitu datang dengan tujuan lain.

Kedua yaitu Proses dan Perilaku Ziarah Makam Imam Lapeo, dalam proses dan

perilaku ziarah makam Imam Lapeo yaitu proses dan perilaku para peziarah yang

merusak atau melakukan sifat syirik dan yang terakhir adalah Motivasi Ziarah

Makam Imam Lapeo, Masyarakat yang datang ziarah makam Imam Lapeo

mempunyai tujuan seperti mengharapkan keselamatan, meminta pertolongan dan

atau niat bahkan bernazar.

2. Dampak relasi budaya dan agama pada fenomena makam Imam Lapeo

Berdasarkan hasil penelitian, penelliti menemukan bahwa dampak relasi

budaya dan agama pada fenomena makam Imam Lapeo yairu: Ziarah Makam

Imam Lapeo sebagai Tempat Bernazar dan Penghormatan Leluhur serata adanya

sikap fanatic yang membuat masyarakat menganggap hal ini kebenaran yang

harus dipertahankan. kurangnya pemahaman ilmu agama dari diri sendiri untuk

Page 82: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

mempelajari dan mendalaminya, sehingga mereka hanya taqlid dalam persoalan

kepercayaan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, bahwa makam Imam lapeo

merupakan wahana tradisi yang dilaksanakan masyarakat yang memiliki arah

kepercayaan yang dapat merusak aqidah masyarakat dalam menziarahiny,

sehingga perlu memberikan himbauan sebagai suatu penimbangan yang dapat

dilaksanakan antara lain:

1. Perlu adanya pihak yang memberikan arahan dalam prosesi yang dilakukan

dalam menziarahi makam Imam Lapeo, karena peneliti melihat bahwa yang

bertugas sebagai penjaga kubur belum begitu memahami makna ziarah yang

sebenarnya, sehingga perlu ada upaya khusus dari pemukaagama.

2. Perlu adanya himbauan-himbauan atau aturan-aturan tertulis yang dibuat oleh

Kementrian Agama tentang tatacara dan larangan seperti apa yang tidak boleh

dilakukan dalam melakukan ziarah ke makam Imam Lapeo. Sehingga

peziarah memahami dan faham tentang bagaimana cara menziarahi sesuai

dengan tuntunan dalam ajaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Page 83: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Ahmadin. 2013. Metode Penelitian Sosial. Makassar: Rayhan Intermedia

Amin, Ahmad. 1995. Ilmu akhlak. Jakarta. Bulan Bintang.

Abdullah, Hamid, Al-Humaidi. 2003. Bid’ah-Bid’ah Kubur, Terj. Abdul Rosyad

Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Basrowi. 2005. Pengantar sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Burhani, Najib, Ahmad. 2010. Muhammadiyah Jawa. Jakarta Selatan: Al-Wasat

Publishing House.

Budiyanto, Mangun. 2016. Pergulatan Agama dan Budaya: Pola Hubungan Islam

dan Budaya Lokal di Masyarakat Tutup Ngisor, Lereng Merapi,

Magelang Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Agama, XVII(3).

Dister, Syukur, Nico. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama:Pengantar

Psikologi Agama. Jakarta: Leppanas.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Fadlia. 2011. Hubungan Antara Agama dan Budaya, (http://fadlia-

syechbu.blogspot.com/2011/04/hubungan-antara-agama-dan-

budaya.html, diakses 03 Agustus 2019).

Fatahillah, Rachmat. 2013. Hubungan Agama dan Masyarakat,

(http://rachmatfatahillah.blogspot.com/2013/03/hubungan-agama-dan-

masyarakat.html, diakses 03 agustus 2019).

Graaf, De, J, H. 1958. Reseume Buku Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti.

Page 84: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Greets, Clifford. 1973. Tafsir Kebudayaan. Terjemahan, Yogyakarta: Kanisius.

Hazart, Ahmad. 2016. Agama sebagai sistem kebudayaan. Hasil resume dari buku

"The Seven Theories" karya Daniel L.Pals,

(https://hazartahmad.blogspot.com/2016/10/agama-sebagai-sistem

kebudayaan.html, diakses 9 Juli 2019).

Indrawardana, Ira. 2012. Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda Dalam

Hubungan Dengan Lingkungan Alam. Jurnal Penelitian Kearifan Lokal,

4(1).

Jaiz, Ahmad, Hartono. 2011. Kuburan-kuburan Keramat di Nusantara. Jakarta

Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Kementrian Agama R.I. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Halim.

Kharisma, Hari, Setyo. 2017. Pengaruh Islam dan Budaya Kejawen Terhadap

Perilaku Spiritual Masyarakat Dusun Ngudi, Desa Kalangan, Blora, Jawa

Tengah. Jurnal Penelitian Islam dan Budaya, 6(3).

Kuntowijoyo. 2001. Muslim Tanpa Masjid. Bandung: Mizan.

. 1991. Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan.

Muslich, Hanief. 2001. Ziarah Kubur Wisata Spiritual. Jakarta: Al Mawardi

Prima.

Nursyam. 2007. Madzhab-madzhab Ontropologi. Yogyakarta: Lkis.

Pewanto, Har. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Prasetyo, Hendro, dan Munhanif, Ali. 2002. Islam Civil Society: Pandangan

Muslim Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Qodir, Zuly. 2011. Sosiologi Agama: Esai-Esai Agama di Ruang Publik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Roibin. 2010. Agama dan Budaya: Relasi Konfrontatif atau Kompromistik?.

Jurnal Hukum dan Syariah, 1(1), 01-120.

Page 85: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Syam, Nur. 2007. Islam Pesisir. Yogyakarta: Lkis.

Sunyoto, Agus. 2011. Wali songo: Rekontruksi Sejarah yang Disingkirkan.

Tangerang: Trans Pustaka.

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologo Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Somat, Abdul. 2017. 37 Masalah Populer. Riau: Tafaqquh.

Zuhriah. 2013. Jejak Wali Nusantara Kisah Kewalian Imam Lapeo di Masyarakat

mandar. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Tokoh Agama

Page 86: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

1. Sejak kapan anda tinggal di lingkungan ini?

2. Selain berziarah kegiatan apa yang dilakukan para peziarah di sekitaran

makam Imam Lapeo?

3. Apa dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan adanya kegiatan

ziarah tersebut?

4. Bagaimana pandangan anda dengan tradisi ziarah makam Imam Lapeo selaku

tokoh agama?

5. Apakah makam Imam lapeo ini hanya dikunjungi untuk ziarah?

Untuk Peziarah

1. Apakah anda baru pertama kali atau sebelumnya sudah pernah datang

berziarah?

2. Apa yang menjadi alasan anda datang berziarah di makam Imam Lapeo?

3. Apa dampak yang anda rasakan setelah berziarah di makam Imam Lapeo?

Lampiran 2

DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN

Page 87: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Dalam penelitian ini, ada beberapa masyarakat atau informan yang tidak

ingin disebutkan namanya, dan tidak ingin diambil gambarnya. Oleh karena itu

demi kenyamanan bersama dan untuk mencegah adanya dampak negatif yang

akan ditimbulkan, maka peneliti tidak mencantumkan secara jelas identitas

informan.

1. Identitas Diri

- Nama

- Usia

- Status

- Alamat

:

:

:

:

H. Borahima

56 Tahun

Tokoh agama

Lapeo

2. Identitas Diri

- Nama

- Usia

- Status

- Alamat

:

:

:

:

Yahyuddin

42 Tahun

Tokoh agama

Lapeo

3. Identitas Diri

- Nama

- Usia

- Status

- Alamat

:

:

:

:

H. Basir

46 Tahun

Tokoh agama

Lapeo

4. Identitas Diri

- Nama

- Usia

- Status

- Alamat

:

:

:

:

Sitti

45 Tahun

Peziarah

Pambusuang

5. Identitas Diri

- Nama

- Usia

- Status

- Alamat

:

:

:

:

Aco

32 Tahun

Peziarah

Pambusuang

6. Identitas Diri

Page 88: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

- Nama

- Usia

- Status

- Alamat

:

:

:

:

Jahariah

37 Tahun

Peziarah

Pamboang

7. Identitas Diri

- Nama

- Usia

- Status

- Alamat

:

:

:

:

Hamdani

18 Tahun

Peziarah

Pamboang

Lampiran 3

HASIL WAWANCARA

Page 89: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

1. Identitas Diri

- Nama : H. Borahima

- Usia : 56 Tahun

- Status : Tokoh Agama

- Alamat : Lapeo

Pertanyaan

1. Sejak kapan anda tinggal di

lingkungan ini?

Dari lahir

2. Selain berziarah kegiatan apa yang

dilakukan para peziarah di sekitaran

makam Imam Lapeo?

Sebelumna masuk ziarah para

peziarah ini ke boyang kayyang

dulu ini maksudnya boyang

kayyang rumahnya Imam Lapeo

minta di doakan sama annangguru

ummi lia cucunya imam lapeo

saba’ mangapai ini annangguru

ummi lia nagantikangi peranna

imam lapeo baru ke kubur mi

ziarah terus masukmi masjid

sholat, berfoto-foto.

3. Apa dampak yang dirasakan oleh

masyarakat sekitar dengan adanya

kegiatan ziarah tersebut?

Ya’ lumayan berdampak baik i

apalagi penjual-penjual

4. Bagaimana pandangan anda dengan

tradisi ziarah makam Imam Lapeo

selaku tokoh agama?

Biasa-biasaji karna lama mi tradisi

ziarah kubur dilakukan, kadang iya

peziarah ini datang-datangji di

masjid ziarah tapi tidak sholat.

5. Apakah makam Imam Lapeo ini

hanya kunjungi untuk berziarah?

Tidak, harusnya ini makam

dikunjungi sekedar berziarah saja

tapi banyak yang datang disini

dengan tujuan lain juga.

2. Identitas Diri

- Nama : Yahyuddin

- Usia : 42 Tahun

- Status : Tokoh Agama

- Alamat : Lapeo

Pertanyaan

1. Sejak kapan anda tinggal di

lingkungan ini?

Dari lahir

2. Selain berziarah kegiatan apa yang Orang yang datang disini ziarah

Page 90: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

dilakukan para peziarah di sekitaran

makam Imam Lapeo?

tidak langsung saja masuk ke

makam imam lapeo. Ada tiga tahap

yang dilakukan pertama,

kerumahnya dulu cucunya imam

lapeo membawa makanan-

makanan yang dibawah dari rumah

mereka lalu minta di doakn dan

minta petunjuk. Kedua, ke masjid

untuk beribadah. Ketiga, ke makam

imam lapeo berziarah.

3. Apa dampak yang dirasakan oleh

masyarakat sekitar dengan adanya

kegiatan ziarah tersebut?

Kalo tentang itu masyarakat sekitar

disini merasa bahagia karena

ternyata banyak orang-orang di

luar campalagian terutama

masyarakat lapeo yang datang

untuk mengunjungi makam imam

lapeo dan masyarakat disini juga

menjadikannya sebagai tempat

mencari nafkah dengan menjual

peralatan ibadah, mainan dan oleh-

oleh khas campalagian.

4. Bagaimana pandangan anda dengan

tradisi ziarah makam Imam Lapeo

selaku tokoh agama?

Kalo diliat-liat kadang ini peziarah

yang datang kalo masuk waktu

sholat nda sholat ji padahal ini

makam imam lapeo pas di

menaranya masjid datang saja ji

ziarah foto-foto. Ituji bikin ganjil

kuliat.

3. Identitas Diri

- Nama : H. Basir

- Usia : 46 Tahun

- Status : Tokoh Agama

- Alamat : Lapeo

Pertanyaan

1. Sejak kapan anda tinggal di

lingkungan ini?

Dari lahir

2. Selain berziarah kegiatan apa yang

dilakukan para peziarah disekitaran

makam Imam Lapeo?

Ke rumahnya cucunya imam lapeo

bawa makanan yang na bawa dari

rumah lalu di baca-baca bersama

terus minta di doakangi biasa juga

masuk ke masjid foto-foto terus

mereka ini sebelum pulang pasti

belli foto Imam Lapeo yang dijual

Page 91: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

di depan masjid untuk napajang

dirumah sebagai jimat

3. Apa dampak yang dirasakan oleh

masyarakat sekitar dengan adanya

kegiatan ziarah tersebut?

Na jadikangi menjual-jual karna

banyak datang dari jauh biasa juga

luar sulawesi

4. Bagaimana pandangan anda dengan

tradisi ziarah makam Imam Lapeo

selaku tokoh agama?

Kalo masalah itu yah ini para

peziarah kadang terlalu berlebihan.

Dulu pernah ada yang datang

bilang ke keluarga imam lapeo kalo

di dalam jiwanya adalah imam

lapeo tp badannya tetap ji dirinya.

Ya nabilangmi keluarga imam

lapeo kalo nda betul itu imam

lapeo tidak pernah masuki roh

seseorang lalu nasuruh ini oang

untuk perbaiki ibadahnya.

4. Identitas Diri

- Nama : Sitti

- Usia : 45 Tahun

- Status : Peziarah

- Alamat : Pambusuang

Pertanyaan

1. Apakah anda baru pertama kali atau

sebelumnya sudah pernah datang

beziarah?

Banyak kali mi

2. Apa yang menjadi alasan anda datang

berziarah di makam Imam lapeo?

Karna dulu pernahka sakit lalu

bernazarka kalo sembuhka na

pergika berziarah di lapeo

3. Apa dampak yang anda rasakan setelah

berziarah di makam Imam Lapeo?

Lebih dekatki dirasa sama imam

lapeo dan jarang-jarang ma sakit

5. Identitas Diri

- Nama : Aco

- Usia : 32 Tahun

- Status : Peziarah

- Alamat : Pambusuang

Pertanyaan

1. Apakah anda baru pertama kali atau

sebelumnya sudah pernah datang

Sudah sering

Page 92: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

berziarah?

2. Apa yang menjadi alasan anda datang

berziarah di makam Imam Lapeo?

Minta doa supaya tambah lancar

rejeki, dijauhkan ki dari bahaya.

3. Apa dampak yang anda rasakan

setelah berziarah di makam Imam

Lapeo?

Sesudah darika di sini

alhamdulillah tambah lancar

usahaku.

6. Identitas Diri

- Nama : Jahariah

- Usia : 37 Tahun

- Status : Peziarah

- Alamat : Pamboang

Pertanyaan

1. Apakah anda baru pertama kali atau

sebelumnya sudah pernah datang

berziarah?

Sudah pernah

2. Apa yang menjadi alasan anda datang

berziarah di makam Imam Lapeo?

Karna pernahka bermimpi imam

lapeo nasuruhka ke lapeo

3. Apa dampak yang anda rasakan setelah

berziarah di makam Imam Lapeo?

Ya’ lebih tenang kurasa kalo

sudahma dari lapeo

7. Identitas Diri

- Nama : Hamdani

- Usia : 18 Tahun

- Status : Peziarah

- Alamat : Pamboang

Pertanyaan

1. Apakah anda baru pertama kali atau

sebelumnya sudah pernah datang

berziarah?

Barusan

2. Apa yang menjadi alasan anda datang Disuruhka sama orangtuaku karna

baru sudahka belli motor baru

Page 93: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

berziarah di makam Imam Lapeo? supaya nanti nda jatuh-jatuh ka

naik motor

3. Apa dampak yang anda rasakan setelah

berziarah di makam Imam Lapeo?

Biasa-biasaji

Lampiran 4

Matriks Penelitian Yang Relevan

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Tahun

1. Budiyanto Pergaulan Agama

dan Budaya: Pola

Hubungan Islam dan

Budaya Lokal di

Masyarakat Tutup

Ngisor, Lereng

Merapi, Magelang

Jawa Tengah

Menunjukkan Bahwa

Hasil Penelitiannya

Tersebut Sinkretisme

Antara Agama dan

Kebiasaan Lokal Oleh

Orang-Orang di Tutup

Ngisor Tampak

Sebagai Negosiasi.

Negosiasi

Menyebutkan Adanya

Kebiasaan Lokal

Mereka Sendiri Yang

Dipadukan Oleh

Agama Yang Mereka

Yakini Sendiri.

Akhirnya,

Disimpulkan Bahwa

Sinkretisme Bertujuan

Untuk Melindungi

Kebiasaan Lokal Dari

Musnah.

2013

2. Indrawardana Kearifan Lokal Adat

Masyarakat Sunda

Dalam Hubungan

Dengan Lingkungan

Alam

Menunjukkan Bahwa

Hasil Penelitiannya

Tersebut Pada

Dasarnya Kearifan

Lokal Masyarakat

Sunda Kanekes

Disarikan Dari

Pengalaman

Masyarakat Sunda

Lama Yang Sangat

Akrab Dengan

2014

Page 94: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Lingkungan Dan

Sudah Lama Hidup

Dalam Masyarakat

Peladang. Kearifan

Lokal Adat, Suatu

Kondisi Sosial

Budaya Yang Di

Dalamnya

Terkandung Khasanah

Nilai-Nilai Budaya

Yang Menghargai dan

Adaptif Dengan Alam

Sekitar, Dan Tertata

Secara Ajeng Dalam

Suatu Tatanan Adat

Istiadat Suatu

Masyarakat.

Walaupun Sering

Dianggap Kuno,

Nilai-Nilai Yang

Mereka Ajarkan Dan

Praktek Yang Mereka

Jalankan Masih

Merupakan Cara Yang

Terbaik Untuk

Memelihara

Lingkungan Di Zaman

Post-Modern.

3 Kharisma Pengaruh Islam dan

Budaya Kejawen

Terhadap Perilaku

Spiritual Masyarakat

Dusun Ngudi, Desa

Kalangan, Blora,

Jawa Tengah

Menunjukkan bahwa

Hasil Penelitiannya

Tersebut Baik Budaya

Maupun Agama,

Keduanya Memiliki

Peran Masing-Masing

Dalam Membentuk

Suatu Tatanan Hidup

Serta Pola Pikir

Masyarakat. Dapat

Diartikan Keduanya

Bisa Membentuk

Suatu Karakter Dalam

Komunitas

Masyarakat Di Suatau

Wilayah.

2017

Page 95: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Lampiran 5

Page 96: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Wawancara dengan salah satu tokoh agama yangb berada di makam Imam lapeo

Wawancara dengan salah satu peziarah makam Imam lapeo

Page 97: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Peziarah yang melakukan ziarah makam Imam Lapeo

Suasana rumah cucu Imam lapeo (Boyang Kayyang) yang dikunjungi peziarah

sebelum masuk ke makam Imam Lapeo untuk ziarah

Page 98: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

Keadaan makam Imam Lapeo nampak dari depan yang terletak dipekarangan

masjid Imam lapeo

Masjid Imam Lapeo yang berada di pinggir jalan trans Sulawesi

Page 99: RELASI BUDAYA DAN AGAMA (Studi Fenomenologi Makam …

RIWAYAT HIDUP

Sukriawan. Lahir di Tippulu, pada tanggal 10 Januari 1998.

Anak ketiga dari lima bersaudara dan merupakan buah kasih

sayang dari pasangan Suaib dan Salma. Penulis menempuh

pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 30 Ulidang mulai tahun

2003 sampai tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan

di MTs Guppi Ulidang dan tamat pada tahun 2012. Kemudian menamatkan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Majene pada tahun 2015. Dan pada

tahun yang sama juga yaitu 2015 penulis berhasil lulus pada jurusan pendidikan

sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammdiyah

Makassar program strata 1 (S-1) kependidikan.