afton lateks mambu

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting dan baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan menggeser negara lain asal tanaman karet sendiri di dataran Amerika Selatan. Karet alam termasuk ke dalam keluarga Euphorbiaceae dan dapat menghasilkan lateks yang dapat diproses menjadi karet alam, pohon lainnya yang mengandung lateks antara lain euphorbia dan dandelion. Namun, di antara tanaman-tanaman tersebut Hevelia brasilensis merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis paling tinggi, sehingga dibudidayakan secara meluas di beberapa negara, seperti Afrika, Eropa, Filipina, Thailand, dan juga Indonesia. Hal ini karena lateks alam yang dihasilkannya memiliki keunggulan dibandingkan dengan karet sintetik, di antaranya ialah kekuatan gel basah, kekuatan vulkanis, dan elastisitasnya (Siswantoro 1993) sehingga banyak digunakan sebagai bahan baku barang

Upload: aftonnadir

Post on 16-Jan-2016

81 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dszd

TRANSCRIPT

Page 1: Afton Lateks Mambu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKaret alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting dan

baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di indonesia

karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak

menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet

cukup besar. Bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia

dengan menggeser negara lain asal tanaman karet sendiri di dataran Amerika

Selatan.

Karet alam termasuk ke dalam keluarga Euphorbiaceae dan dapat

menghasilkan lateks yang dapat diproses menjadi karet alam, pohon lainnya

yang mengandung lateks antara lain euphorbia dan dandelion. Namun, di

antara tanaman-tanaman tersebut Hevelia brasilensis merupakan tanaman

yang mempunyai nilai ekonomis paling tinggi, sehingga dibudidayakan

secara meluas di beberapa negara, seperti Afrika, Eropa, Filipina, Thailand,

dan juga Indonesia. Hal ini karena lateks alam yang dihasilkannya memiliki

keunggulan dibandingkan dengan karet sintetik, di antaranya ialah kekuatan

gel basah, kekuatan vulkanis, dan elastisitasnya (Siswantoro 1993) sehingga

banyak digunakan sebagai bahan baku barang jadi lateks alam seperti sarung

tangan (medis, bedah, industri), balon, dan dot bayi.

Pembuatan lateks pekat yang berasal dari lateks kebun merupakan

salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menambah tingkat

penghasilan petani. Hasilnya dapat langsung dijual kepada industri sebagai

bahan baku pembuatan barang jadi karet, antara lain sarung tangan, karet

busa, perekat, dan balon.

Metode pemekatan lateks yang cocok diterapkan di tingkat petani

adalah metode pendadihan. Selain pengerjaannya yang sederhana, metode ini

tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Metode ini dilakukan dengan

mencampurkan bahan pendadih dengan lateks kebun yang telah diawetkan

dan dibiarkan mendadih selama waktu tertentu.

Page 2: Afton Lateks Mambu

Pendadihan adalah peristiwa yang terjadi pada suatu sistem koloid

padatan dalam suatu media cair. Peristiwa pendadihan terjadi disebabkan oleh

adanya gerakan ke atas dari fraksi padat dalam sistem koloid tersebut.

Pengubahan sifat fisik fraksi cairan dapat mempengaruhi kecepatan gerakan

fraksi padat dalam sistem koloid. Natriumkarboksimetilselulosa (Na-CMC) di

pasaran merupakan suatu bahan yang dapat mengubah sifat fisik cairan,

terutama viskositasnya. Penggunaan CMC dalam produksi lateks pekat

diharapkan dapat menjadi penstabil lateks agar dihasilkan lateks pekat dengan

kadar karet kering yang tinggi. Dalam penerapannya belum diketahui jumlah

penambahan CMC yang tepat dan efektif untuk mempertahankan kestabilan

lateks dan memisahkan serum lateks, oleh karena itu perlu dilakukan

praktikum untuk mengetahui volume CMC yang sesuai dalam produksi lateks

pekay untuk menghasilkan lateks pekat dengan kkk yang tinggi.

1.2 Tujuan1.2.1 Umum

Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan dapat memahami proses pengolahan lateks, faktor–faktor proses, pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan.

1.2.2 KhususSetelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium,

diharapkan praktikan :1. Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas

karet yang dihasilkan

2. Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan karet alam,

yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber

Dapat menjelaskan cara – cara pengawasan mutu pada karet sheet, crep, lateks pekat dan crumb rubber.

Page 3: Afton Lateks Mambu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman KaretTanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea

brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber

utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet

ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat,

Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan

getah Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman

Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang

dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas

dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat

dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.

Menurut Nazaruddin dan Farry(1992), faktor-faktor yang sangat

berpengaruh terhadap produktivitas karet adalah letak daerah terhadap lintang

yang mencakup luasan antara 15oLU sampai 10oLS, besarnya curah hujan

yaitu antara 2000-2500 mm setahun, suhu harian rata-rata yang berkisar antar

25-30oC, ketinggian tempat dari permukaan laut yang biasanya dapat tumbuh

baik pada ketinggian 1-600 m dari permukaan laut dan ontensitas sinar

matahari selama 5-7 jam sehari.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang

cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman

biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.

Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya

agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang

dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan

tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai

anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada

tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk

eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji

karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga

Page 4: Afton Lateks Mambu

kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran bij besar dengan kulit

keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.

Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.

Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai

berikut:

Kingdom/Philum : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub divisi : Angiospermae (biji berada dalam

buah)

Kelas : Dycotyledonae (biji berkepin dua)

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiales

Genus : Hevea

Spesies : Hevea bransiliensis (Nazaruddin,1998).

2.2 Latek Segar dan Latek Pekat\Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang

dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan

integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,

diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet,

crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan suatu

larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di dalam

suatu media yang banyak menganding bermacam-macam zat. Bagian-bagian

yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara

atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan

halusnya sehingga dapat menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).

Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen

yang pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-

bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-bahan

bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim

Page 5: Afton Lateks Mambu

dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah butir-butir

karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.

Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya

putih susu sampai kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah

(crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet mentah

mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 %

gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Karet alam adalah

hidrokarbon yang merupakan mikromolekul poliisoprene (C5H8)n dengan

rumus kimia 1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet tersuspensi atau tersebar

secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan

bentuk partikel bulat sampai lonjong (Triwijoso, 1995).

2.3 Sifat Fisik dan Kimia Lateks Segar dan Lateks PekLateks merupakan suatu koloid dengan partikel karet dan bukan karet

yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam

– macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning (Djumarti,

2013). Karet mempunyai sifat kenyal (elastic), sifat kenyal tersebut

berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku

pada suhu 32ºF karena terjadi koagulasi.

Lateks mengandung 25 – 40% bahan karet mentah (crude rubber) dan

60 – 77% serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90 –

95% karet murni, 2 – 3% protein, 1 – 2% asam lemak, 0,2% gula, 0,5%

garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi

(tersebar secara merata) dalam serum lateks dengan ukuran 0,004 – 3 mikron,

atau 0,2 milyar partikel karet per millimeter lateks (Goutara, dkk: 1985).

2.4 Aplikasi Penggunaan LateksKaret alam banyak digunakan dalam berbagai industri.

Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat

berguna bagi kehidupan sehari-sehari maupun dalam usaha

industri mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat

dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu

Page 6: Afton Lateks Mambu

karet, sabun penggerakmesin besar dan mesin kecil, pipa

karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam

(Goutara, 1985).

Menurut Abednego (1993) lateks atau karet alam banyak digunakan

dalam industri-industri barang, antara lain:

a. Bahan  mesin-mesin penggerak.

b. Ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat

terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besardan mesin kecil,

pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.

c. Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat

penghubung dan penahan getaran, misalnya shock absorbers.

d. Bahan tahanan dudukan mesin.

e. Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada

alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta

tidak tembus air.

f. Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran.

g. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil

seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun

kini ada yang menggunakan bahan plastik.

h. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang,

selang air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet

penghapus menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat.

i. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun

peralatan permainan

Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di

buat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-

truk besar, dan jeep.

Page 7: Afton Lateks Mambu

BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat

1. Neraca Analitik

2. Gelas Ukur 100 ml

3. Beaker Glass 100 ml, 500 ml, dan 1000 ml

4. Saringan

5. Pengaduk/Spatula

6. Kempa Manual

7. Telenan Kayu

8. Pipet Ukut 100 ml

9. Kain Serber

10. Penangas Air

3.1.2 Bahan1. Lateks Segar

2. Asam Format 1 %

3. Asam Asetat 1 %

4. Amoniak 0,5 ml

5. Larutan CMC 1 %

6. Air

7. Tissue

8. Alumunium Foil

9. Plastik

10. Karet Gelang

11. Label

Page 8: Afton Lateks Mambu

3.2 Skema Kerja3.2.1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) lateks segar

Timbang (b gram)

Oven (40-45oC)

Timbang (a gram)

Kering anginkan

Pengepresan

Pengadukan hingga menggumpal

Pemanasan

+ 20 ml larutan asam format

Masukkan dalam Beaker glass

100 ml lateks segar

Tentukan FP dan KKK

Page 9: Afton Lateks Mambu

3.2.2 Pengenceran Lateks pada pembuatan karet sheet dan crepe

3.2.3 Pengaruh penambahan bahan dadih dan lama pemisahan terhadap sifat-sifat lateks Pekat yang di Hasilkan

+ Air (AT)

Tentukan KKK

Penyaringan 2 mm dan 1 mm

250 mL lateks

250 mL lateks segar

+ 4-7 gram ammonia per liter

+ asam asetat 1%(50 ml, 60 ml, 70 ml per ml)

Pengadukan

Disimpan 5,6, 7 hari

Amati KKK, warna dan bau

Page 10: Afton Lateks Mambu

BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan4.1.1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) Lateks Segar dan Pengenceran

Lateks Pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

Lateks

Kering

UlanganBerat lateks sebelum

pengovenan (a gram)

Berat lateks setelah

pengovenan (b gram)

U1 23,24 g 20,60 g

U2 24,68 g 21,56 g

U3 27,70 g 24,26 g

4.1.2 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat

Asam Asetat

Penyimpanan Warna AromaBerat Sebelum

dioven (a gram)

Berat Setelah dioven (b

gram)60 ml 5 Hari + +++

6 Hari ++ +++7 Hari ++ +++

70 ml 5 Hari +++ +++ 59,33 53,146 Hari ++++ +++ 54,807 Hari +++++ +++++

Keterangan :

Aroma : semakin (+), semakin menyengat

Warna : semakin (+), semakin banyak bercak kuning

4.2 Hasil Perhitungan

4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar dan Pengenceran Lateks pada Pembuatan

Karet Sheet

Lateks

Kering

Ulangan FP (%) KKK (%) Rata-Rata

U1 11,33 20,60 22,47

U2 8,58 22,56

Page 11: Afton Lateks Mambu

U3 12,418 24,26

4.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

Jenis Karet AT (ml)

Karet Sheet 49,8

Karet Crepe 12,35

4.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap

Sifat-sifat Lateks Pekat.

Asam

AsetatPenyimpanan FP (%) KKK (%)

70 ml

5 Hari 10,433 53,1401

6 Hari 5,2231 54,8

7 Hari 5,3787 51,72

Page 12: Afton Lateks Mambu

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Skema Kerja dan Fungsi

Perlakuan

5.1.1 Perhitungan KKK lateks segar

Pada praktikum perhitungan KKK lateks segar digunakan lateks

segar sebanyak 100 ml lateks. Sebelum lateks dituang, beaker glass

ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat awal beaker glass,

selanjutnya dilakukan penimbangan saat lateks sudah dituang pada beaker

glass. Hal ini dilakukan untuk perhitungan mencari a gram yang

diguanakan untuk perhitungan KKK. Kemudian masing – masing beaker

glass ditambahkan asam format 20 ml. Penambahan asam format dan

asetat bertujuan untuk mengetahui perbedaan keefektifan bahan

penggumpal dalam proses koagulasi lateks. Setelah ditambahkan asam

format dan asetat, kedua lateks tersebut segera dipanaskan hingga

menggumpal pada hot plate. Pada pemanasan juga dilakukan pengadukan

untuk mencegah lateks lengket pada beaker glass dan pada saat

menggumpal lateks tersebut juga bagus, selain itu pengadukan diusahakan

satu arah putaran, agar gumpalan lateks bisa rapi. Setelah menggumpal,

karet diangkat dan selanjutnya dipress menggunakan pengepress

laboratorium hingga membentuk lembaran atau sheet. Lembarat karet

tersebut kemudian dikeringkan permukaannya untuk menghilangkan kadar

airnya. Selanjutnya lembaran karet tersebut ditimbang sehingga dapat

diketahui berat b gram yang akan digunakan dalam perhitunagan

selanjutnya, yaitu FP dan KKK.

5.1.2 Pengenceran Lateks pada pembuatan karet sheet

Page 13: Afton Lateks Mambu

Pada praktikum pengenceran lateks pada pembuatan karet sheet

menggunakan 250 ml lateks segar. Lateks kemudian disaring dengan

saringa 1 mm dan 2 mm untuk memisahkan kotoran dengan lateks.

Selanjutnya ialah penentuan KK dan KE, dimana KK merupakan KKK

lateks kebun yang didapatkan dari perhitungan acara 1 dan KE merupakan

KKK lateks yang dikehendaki . Setelah dilakaukan perhitungan,

didapatkanlah jumlah air yang ditambahkan pada lateks untuk

pengenceran. Kemudian masing – masing beaker glass yang berisi lateks

dan memiliki perhitungan yang berbeda yaitu antara asam format dan

asetat ditambahkan air sesui dengan dengan perhitungan.

5.1.3 Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap sifat-

sifat lateks pekat

Pada acara pengaruh penambahan bahan pendadih

dan lama pemisahan terhadap sifat-sifat lateks pekat,

langkah pertama yaitu menyiapkan 250 ml lateks segar ,

lalu dilakukan penyaringan untuk memisahkan kotoran

sehingga didapatkan lateks yang bersih. Setelah itu

masing-masing ditambahkan amoniak sebanyak 4-7

gram/liter yang berfungsi sebagai anti koagulan. Selain itu,

amoniak juga digunakan sebagai pengawet karena

amoniak sangat efektif dan relatif lebih murah

dibandingkan dengan pengawet lainnya. Kemudian pada

beaker glass pertama ditambahkan asam asetat 1 %

sebanyak 50 ml, beaker glass kedua ditambahkan asam

asetat 1% sebanyak 60 ml, dan beaker glass ketiga

ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 70 ml.

Penambahan asam asetat berfungsi sebagai penstabil.

Selain itu, untuk memisahkan serum dengan dadih. Setelah

itu dilakukan pengadukan. Selanjutnya dibiarkan 5 hari, 6

hari, sampai 7 hari. Adanya perbedaan waktu bertujan

untuk mengetahui waktu optimal yang dapat menghasilkan

Page 14: Afton Lateks Mambu

lateks paling baik. Selanjutnya diamati warna,dan aroma

untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-

masing bahan sehingga dapat diketahui perlakuan yang

menghasilkan kualitas karet yang paling baik.

5.2 Analisa Data

5.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar

Pada praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil

pengamatan dan perhitungan nilai KKK pada latek dengan perlakuan +

asam format 1% , dimana U1 20,60%, U2 22,56%, dan U3 dan diperoleh

rata-rata KKK yaitu 22,47%. Perbedaan nilai pada U1, U2, U3

dikarenakan bebrapa faktor salah satunya ialah adanya perbedaan proses

pengeringan dan pengepresan lateks. Hal ini disebabkan pada saat

praktikum tidak ditentukanya tekanan dan waktu pengepresan sehingga

kadar air pada lateks atau karet mengalami perbedaan.

5.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe.

Pada praktikum ini latek diencerkan untuk membuatan karet sheet

dan crepe. Didapatkan hasil dari pengamatan dan perhitungan dimana,

diketahui nilai KE sheet 15% dan crepe 20%. Dan pada acara 1 diperoleh

nilai KK 22,47%. Pada perhitungan AT didapatkan nilai karet sheet 49,8

ml dan crepe 12,35 ml. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan yang

dikehendaki dari sheet 15% maupun crepe 20%. Selain itu pengolahan

dari kedua jenis karet juga berbeda, untuk sheet dilakukan pengasapan

sedangkan crepe tanpa pengasapan ..

5.2.3 Pengaruh volume bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap mutu

lateks pekat

Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan. Pada perbedaan

penambahan volume bahan pendadih diketahui bahwa semakin banyak

penambahan asam asetat 1%, maka kestabilan lateks akan semakin

Page 15: Afton Lateks Mambu

meningkat sehingga warna dan aroma akan semakin menguning dan

aroma menyengat. Selain itu semakin banyak penambahan penggumpal

akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks dan menyebabkan

sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Selain itu semakin banyak bahan

penggumpal yang ditambahkan dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet

menjadi lebih besar sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya

semakin kecil dan mengurangi sifat elastisitasnya.

Berdasarkan hasil perhitungan untuk KKK karet berdasarkan lama

waktu penyimpanan diketahui nilai KKK untuk lam waktu 5 hari, 6 hari,

dan 7 hari berturut-turut yaitu 53,14%, 54,80%, dan 51,72%. Dari data

tersebut tidak konsisten karena praktikum yang sudah dilakukan waktu

dan tekanan pengepresan tidak ditentukan sehingga kadar air yang ada

pada karet berbeda dan juga proses pengeringan yang berbeda dapat

mengakibatkan berat basah dan berat kering pada karet berbeda.

Perbedaan berat basah dan berat kering dapat menghasilkan nilai FP dan

juga KKK yang berbeda.

Pada pengamatan aroma, didapatkan hasil bahwa semakin lama

waktu penyimpanan maka aroma lateks yang dihasilkan semakin

menyengat. Hal ini dikarenakan serum C yang mengandung zat yang

terlarut yaitu asam amino, karbohidrat, inositol dan asam organik misalnya

asam nukleat pirofosfat dan askorbat terpisah dan saling bereaksi sehingga

menimbulkan aroma (bau) yang menyengat.

Page 16: Afton Lateks Mambu

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan didapatkan beberapa

kesimpulan dari laporam ini yaitu :

a. Kadar karet kering tertinggi dihasilkan dari lateks dengan tambahan

koagulan asam asetat.

b. Jumlah penambahan air untuk pengenceran lateks yang paling banyak

adalah pada sampel lateks dengan koagulan asam asetat 1%. Jumlah

penambahan air berbanding lurus dengan nilai kadar karet kering

lateks.

c. Nilai AT ( Jumlah air yang ditambahkan ) untuk karet sheet yang

menghendaki KKK 15% adalah 49,8 ml sedangkan untuk crepe yang

menghendaki KKK 20% adalah 12,35 ml.Kadar karet kering tertinggi

adalah pada lateks dengan penambahan CMC 5ml dengan waktu

pemeraman 4 hari.

d. Semakin lama waktu penyimpanan maka semakin banyak bercak

kuning aroma lateks yang dihasilkan semakin menyengat.

6.2 Saran

Page 17: Afton Lateks Mambu

Karena ini laporan terakhir untuk mata kuliah komoditi hulu, kami

selaku praktikan meminta maaf kepada para assisten dan berterima kasih

bnyak atas bimbinganya selama ini, Saran saya ialah tetap semangat untk

membimbing praktikan

DAFTAR PUSTAKA

Aidi dan Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Palembang: Balai Penelitian Sembawa. Abednego, J. G. 1993. Pengetahuan Lateks. Balai Penelitian Teknologi Karet,

Bogor

Alfa, A. A. 2008. Pemanfaatan Karet Alam sebagai Bahan Aditif Penguat Aspal dan Beton. Laporan Akhir Tahun Anggaran 2008. Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor

Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu. 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Alam dengan H2O2–NaOCl Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet Siklo Dari Lateks. Jakarta : Simposium Nasional Polimer IV

  Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian Karet.

Anonim. 2008. Karet Budidaya. http://www.icraf.org.

Anonim. 2012. Investasi Jitu, Budidaya Karet 4,6 Juta / Bulan . http://www.pupukorganiknasa.com . Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan Lateks. Jember : FTP UJ.

Page 18: Afton Lateks Mambu

Handoko, B dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan Bogor.

Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sadjad, M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan. Jakarta: Rajawali Press.

Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius.

Steenis. 1975. Flora. Jakarta: Paramitha.

Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Suharto, 1976. Aliran Lateks Komposisi dan Sifat Lateks. Bandung: Menara Perkebunan

Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.

Page 19: Afton Lateks Mambu

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan KKK Lateks Segar

Ulangan 1

a gram = 23,24 gram

b gram = 20,60 gram

Fp = Berat basah (a )−berat kering(b)

berat basah (a) x 100%

= (23,24−20,60)

23,24x 100 %

= 0,1133 x 100 %

= 11,33 %

KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

= 23,24 – (0,1133 x 23,24) %

= 23,24 – 2,633

= 20,60 %

Ulangan 2

a gram = 24,68 gram

b gram = 21,56 gram

Page 20: Afton Lateks Mambu

Fp = Berat basah (a )−berat kering(b)

berat basah (a) x 100%

= (24,68−22,56)

24,68x100 %

= 0,085899 x 100 %

= 8,58 %

KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

= 24,68 – (0,0858 x 24,68) %

= 24,68 – 2,1175

= 22,56 %

Ulangan 3

a gram = 27,70 gram

b gram = 24,26 gram

Fp = Berat basah (a )−berat kering(b)

berat basah (a) x 100%

= (27,70−24,26)

27,70x100 %

= 0,12418 x 100 %

= 12,418 %

KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

= 27,70 – (0,12418 x 27,70) %

= 27.70 – 3,4397

= 24,26 %

Rata-rata KKK = 24,26+22,56+20,60

3 = 22,47 %

Pengenceran Lateks Pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe.

AT = KK−KE

KEx N liter

Karet Sheet

AT = 22,47 %−15 %

15 % x 100 ml

Page 21: Afton Lateks Mambu

= 49,8 ml

Karet Crepe

AT = 22,47 %−20 %

20 % x 100 ml

= 12,35 ml

Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap sifat

sifat lateks pekat

a. 5 Hari (70 ml)

a gram = 59,33 gram

b gram = 53,14 gram

Fp = Berat basah (a )−berat kering(b)

berat basah (a) x 100%

= (59,33−53,14)

59,33x100 %

= 0,10433 x 100 %

= 10,433 %

KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

= 59,33 – (0,10433 x 59,33) %

= 59,33 – 6,1899

= 53,1401 %

b. 6 Hari (70 ml)

a gram = 57,82 gram

b gram = 54,80 gram

Fp = Berat basah (a )−berat kering(b)

berat basah (a) x 100%

= (57,82−54,80)

57,82x 100 %

= 0,052231 x 100 %

= 5,2231 %

Page 22: Afton Lateks Mambu

KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

= 57,82 – (0,052231 x 57,82) %

= 57,82 – 3,0199

= 54,8 %

c. 7 Hari (70 ml)

a gram = 54,66 gram

b gram = 51,72 gram

Fp = Berat basah (a )−berat kering(b)

berat basah (a) x 100%

= (54,66−51,72)

54,66x100 %

= 0,0538 x 100 %

= 5,3787 %

KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

= 54,66 – (0,0538 x 54,66) %

= 54,66 – 2,9407

= 51,72 %