tinjauan pustaka lateks
DESCRIPTION
Lateks merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi benang karet. Lateks yang akan digunakan dalam pembuatan benang karet harus dipekatkan terlebih dahulu yang disebut dengan lateks pekat.TRANSCRIPT
17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Baku Benang Karet
2.1.1 Lateks
Lateks merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi benang
karet. Lateks yang akan digunakan dalam pembuatan benang karet harus dipekatkan
terlebih dahulu yang disebut dengan lateks pekat.
Karet Havea brasiliensis, diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1876 yang
berasal dari lembah Amazon, Brasil. Hasil yang diambil dari tanaman karet adalah
lateks yang diolah menjadi Sit, Lateks Pekat dan Karet Remah. Lateks dapat diperoleh
dengan cara menyadap antara kambium dan kulit pohon yaitu merupakan cairan
berwarna putih atau kekuning-kuningan.
Tabel 2.1. Komposisi kimia lateks segar No. Nama Bahan Kadar
1. Karet 25,0 – 40,0%
2. Karbohidrat 1,0 – 2,0%
3. Protein dan senyawa nitrogen 1,0 – 1,5%
4. Lipid dan terpen 1,0 – 1,5%
5. Senyawa anorganik 0,1 – 0,5%
6. Air 60 – 75%
7. pH 6,8 – 7,0%
Universitas Sumatera Utara
18
Komposisi kimia lateks dipengaruhi jenis klon tanaman, sistem deres, musim
dan keadaan lingkungan kebun. Lateks pada saat keluar dari pembuluh lateks adalah
dalam keadaan steril, tetapi lateks mempunyai komposisi yang cocok dan baik sebagai
media tumbuh mikroorganisme, sehingga dengan cepat mikroba dari lingkungan akan
mencemari lateks. ( M.Ompusunggu BSc,1987)
2.1.2.Penanganan Latek kebun
Prinsip penanganan bahan baku lateks dalam kaitan agar mutunya terjaga sebaiknya
dapat dilakukan dengan cara :
1. Menjaga kebersihan areal kebun dan peralatan yang digunakan
Areal kebun yang menghasilkan lateks harus bersih dari semak belukar,lalang
dan gulma lainnya sehingga kelembaban lingkungan areal kebun tidak cocok
untuk pertumbuhan mikroba.
Peralatan yang digunakan, terutama yang berkontak langsung dengan lateks
harus bersih dan kering seperti pisau deres, talang deres, mangkok sadap,
ember tempat pengutipan, tangki pengumpulan hasil (TPH), tangki angkut,
tangki penerimaan dan sarana pengolahan di pabrik. Tangki yang terbuat dari
plat besi, bagian dalamnya harus dilapisi dengan lilin.
2. Membubuhkan bahan pengawetan sedini mungkin
Bahan yang digunakan dalam pengawetan lateks adalah amonia, karena
dianggap terbaik dan termurah harganya. Pembubuhan amonia dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu ;
Pembubuhan bertahap : larutan amonia 20% dibubuhkan oleh setiap
penderesan kedalam lateks diember pengutipan dengan dosis 3-3,5gram/liter
Universitas Sumatera Utara
19
lateks. Kemudian setelah lateks terkumpul di TPH ditambah lagi gas amoniak
hingga dosis mencapai 6-7 gram/liter lateks.
Pembubuhan sekaligus : amonia gas atau larutan 20% dibubuhkan sekaligus
hingga dosis 6-7 gram/liter. Pembubuhan dilakukan setelah lateks terkumpul di
TPH. Cara ini dapat dilakukan dengan syarat setiap 5 jam setelah penyadapan.
3. Segera mengangkut lateks dari TPH ke pabrik
Pengangkutan lateks dari TPH ke pabrik harus dilakukan secepatnya, tanpa
penundaan waktu lama. Mikroba dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan
lateks mengandung amonia, sehingga semakin lama, aktivitas mikroba dapat
meningkat untuk merusak lateks dan akibatnya mutunya menjadi turun.
Diharapkan 9-10 jam sejak penyadapan lateks kebun sudah tiba di pabrik
pengolahan lateks pekat. ( M.Ompusunggu , 1987 )
Apabila lateks segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran permenit
(rpm) selama 1 jam, akan terbentuk empat fraksi yaitu :
1. Fraksi karet terdiri dari partikel-pertikel karet yang berbentuk bulat dengan
diameter 0,05-3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung
yang terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap.
2. Fraksi Fey Weesling yang terdiri dari partikel-partikel Frey Wessling yang
ditemukan FREY WESSLING. Fraksi ini berwarna kuning karena
mengandung karotenoid.
3. Fraksi serum, juga disebut fraksi c (Centrifuge serum) mengandung sebagian
besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam.
4. Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel lotoid yang bersifat gelatin,
mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion calsium serta magnesium.
( M.Ompusunggu , 1987 )
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.3. Manfaat Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang
dubuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam
usaha industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet
alam antara lain aneka ban kendaraan (dari ban sepeda, motor, mobil, traktor hingga
pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa
karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti
sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Pemakaian lapisan karet
pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang
kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air.
Pemanfaatan karet juga banyak digunakan dalam bidang industri rumah
tangga, dalam bidang pertambangan besar yang mengolah bijih besi dan batubara
menggunakan alat yang terbuat dari karet, didalam bidang peternakan digunakan
sebagai sebagai pencegah lecet dan rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai
semen yang keras, maka alas lantai dibuat dari karet dan dan mudah dibersihkan serta
cukup menyehatkan bagi ternak seperti sapi atau kerbau. ( Tim Penulis PS , 1993 )
2.1.4. Sifat-sifat Lateks
Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa-senyawa protein ,
lipida, karbohidrat serta ion-ion anoeganik mempengaruhi sifat karet.. Komponen
senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi partikel karet (
kemantapan lateks ) , juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan bahan percepat
(accelerator) dalam proses pembuatan barang jadi karet. Oleh karena itu dalam
penanganan baku olah (lateks kebun atau koagulum) dan pengolahan karet ekspor (
Universitas Sumatera Utara
21
Lateks Pekat, RSS atau SIR ) komponen non karet protein dan lipida harus dijaga
sebaik mungkin.
Hilangnya protein dan lipida dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat
atau akibat terjadinya pembusukkan yang terlalu lama, sehingga habis dimakan
mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan peralatan dan pengawetan serta mencegah terjadinya proses pencucian
yang terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan
lipidanya akan mudah dioksidasi oleh udara mengakibatkan sifat elastisitasnya
menjadi rendah.
Kandungan ion-ion anorganik ( Ca, Mg, Fe, Mn, Cu ) , semakin tinggi
konsentrasi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar abu karet diharapkan rendah,
karena umumnya sifat logam dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi karet.
Dalam penanganan bahan olah karet kotoran dari luar seperti pasir, tanah dan lain-lain
harus dihindarkan. ( M.Ompusunggu , 1987 )
Adapun sifat-sifat yang menunjukkan mutu dari lateks adalah :
1. Kekuatan Tarik dan Regangan Pada Pecahan
Adapun yang dinamakan kekuatan tarik yaitu gaya yang perlu untuk meregang
sepotong percobaan ( tekstil ) sampai patah. Yang dikatakan regangan pada patahan
yaitu panjang yang dialami percobaan sampai terjadinya patahan atau pecahan pada
lateks.Regangan disebut juga dengan persen dari suatu panjang yang bermula.
2. Kekeran
Yang dimaksud dengan kekerasan yaitu kemampuan karet menahan sebuah
peluru yang terletak pada timbangan atau tekanan pegas. Karena adanya proses
vulkanisasi maka kekerasannya semakin bertambah.
Universitas Sumatera Utara
22
3. kekuatan Terhadap Susutan
Adapun sifat kekuatan terhadap susutan terutama pada barang-barang yang
mudah rusak seperti ban luar, ban pengangkutan, telapak dan tumit sepatu. Karet yang
divulkanisasi umumnya tahan terhadap susutan.kekuatan ini ditentukan oleh suatu
percobaan karet dalam jangka waktu yang tertentu pada permukaan yang kasar.
( G.de Boer , 1997 )
2.1.5. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Kestabilan Lateks
Kestabilan koloid lateks dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
a. Pengaruh pH
Perubahan pH dapat terjadi dengan penambahan asam atau basa dan karena
penambahan elektrolit. Bila pH diturunkan terlalu rendah dan dengan cepat lateks
akan tetap cair ( stabil ) karena lapisan pelindung seluruhnya bermuatan positif.
Demikian juga pada pH 5,5 lateks akan stabil karena protein bermuatan negatif.
b. Pengaruh Jasad Renik
Setelah lateks keluar dari pohon, lateks itu akan segera tercemar oleh jasad
renik yang berasal dari udara atau dari peralatan-peralatan yang digunakan. Jasad
renik tersebut mula-mula akan menyerang karbohidrat terutama gula yang terdapat
dalam serum dan menghasilkan asam-asam lemak yang mudah menguap.
c. Pengaruh Mekanis
Jika lateks sering tergoncang akan dapat mengganggu gerakan Brown dan
sistem koloid lateks, sehingga partikel mungkin akan bertubrukan satu sama lain.
Tubrukan-tubrukan tersebut dapat menyebabkan terpecahnya lapisan pelindung dan
akan mengakibatkan penggumpalan. ( M.Tampubolon, 1986 )
Universitas Sumatera Utara
23
2.2. Lateks Pekat
Lateks pekat adalah salah satu jenis ekspor karet alam Indonesia yang tergolong
dalam harga paling tinggi dibanding jenis karet ekspor lainnya seperti RSS (Ribbed
Smoked Sheet) dan TSR (Tecnically Specified Rubber). Lateks pekat dibuat dari
olahan lateks kebun (DRC 25-40%) dengan proses pemekatan hingga kadar karet
kering (DRC) menjadi lebih besar dari 60%.
Tujuan dari pemekatan lateks antara lain adalah :
1. Untuk memperoleh kadar karet kering ( DRC ) ± 60%.
2. Untuk mengurangi kenaikan biaya produksi.
3. Untuk mengetahui jumlah air yang ditambahkan pada pengenceran lateks
sampai kadar yang diketahui.
4. Lateks yang pekat akan lebih seragam mutunya dan lebih sesuai untuk
pengolahan barang dari karet yaitu benang karet.
( M.Ompusunggu , 1987 )
Sebelum lateks kebun diolah menjadi lateks pekat, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan mutunya di laboratorium. Parameter mutu yang penting untuk
diperiksaan adalah DRC, kadar NH3 dan bilangan VFA. Persyaratan mutu lateks
kebun setiba di pabrik untuk dapat diolah menjadi lateks pekat adalah :
1. Kadar Karet Kering (DRC) : Minimum 28%
2. Kadar Amonia (NH3
1. Cara pemusingan (Centrifuging)
) : Minimum 3,5 g/l
3. Bilangan VFA : Maksimum 0,05
( Dr. Tonel Barus , 1995 )
Ada empat cara yang digunakan untuk mendapatkan lateks pekat yaitu :
Universitas Sumatera Utara
24
2. Proses pemekatan lateks kebun dipusingkan dengan menggunakan alat
sentrifugasi pada kecepatan 5000-7000 rpm (putaran permenit) sehingga
menimbulkan gaya centrifugasi partikel karet yang cukup besar sehingga
lateks kebun terpisah menjadi dua bagian yaitu kecepatan gerak partikel keatas
menjadi lebih besar yang disebut lateks pekat dengan KKK ± 60% sedangkan
serum tertinggal dibagian bawah disebut skim dengan KKKnya ± ( 4-10%)
3. Pendadihan (Creaming)
Cara pendadihan yaitu memekatkan lateks kebun dengan menggunakan bahan
pendadih misalnya garam amonium algionat. Bahan pendadih dicampurkan
kedalam lateks kebun dan diaduk sampai rata kemudian dibiarkan sampai
beberapa hari. Maka akan terpisah menjadi dua bagian yaitu bagian atas adalah
lateks yang disebut dengan lateks dadih dengan KKK antara (55-60%) dan
bagian bawah serumnya yang mengandung beberapa persen berat saja (KKK
± 3%) ( Tim Penulis PS, 1993)
4. Penguapan (Evaporating)
Maksud dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air dari lateks
kebun dengan cara pemanasan. Lateks pekat yang diperoleh ini kadar karet
keringnya antara 70-75% dan masih mengandung bahan bukan karet.
5. Dekantasi Listrik (Electrodecantation)
Pada dekantasi listrik pemekatan lateks dilakukan dengan cara memasukkan
dua logam elektroda yaitu positif dan negatif kedalam lateks kebun yang
ditempatkan dalam suatu tabung. Karena butir-butir karet bermuatan negatif,
maka butir-butir karet akan mengalir ke kutub positif dan menggumpal di
sekelilingnya. Dengan cara tersebut maka terpisahlah lateks kebun menjadi
Universitas Sumatera Utara
25
dua bagian yaitu kutub positif terdapat lateks pekat sedangkan kutub negatif
adalah serumnya.
Dari keempat cara tersebut yanmg paling banyak digunakan dalam industri
adalah pemusingan karena kapasitas produksi tinggi, viskositas lateks rendah (tidak
kental) dan hasil lateksnya lebih murni (tidak tercampur endapan dan kotoran) mutu
lateks pekat pusingan ditentukan berdasarkan pengujian yang ditetapkan oleh ASTM
D.1076-1980 dan ISO 2004
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 2.2. Persyaratan Mutu Lateks Pekat Pusingan (Centrifuge NR
Concentrated Specification) ASTM D. 1076-1980 dan ISO 2004
No
.
Parameter Mutu ASTM D.1076-1980 ISO 2004
HA LA HA LA
1. Jumlah zat padat (TSC) min.% 61,5 61,5 61,5 61,5
2. Kadar Karet Kering (DRC)
min.%
60,0 60,0 60,0 60,0
3. TSC-DRC, maks. % 2,0 2,0 2,0 2,0
4. Kebasaan (NH3 Min. 1,6 ), % didalam
air
Maks.
1,0
Min. 1,6 Maks.
1,0
5. Kemantapan mekanik (MST)
min. detik
650 650 540 540
6. Bilangan VFA, maks. - - 0,2 0,2
7. Bilangan KOH,maks. 0,8 0,8 1,0 1,0
8. Kadar Koagulum, maks. %
dari jumlah padatan
0,10 0,10 0,08 0,08
9. Kadar Endapan, maks.% dari
jumlah padatan
0,10 0,10 0,10 0,10
10. Kadar Tembaga (Cu),maks.
ppm
8 8 8 8
11. Kadar Mangan (Mn),maks.
ppm
8 8 8 8
12. Warna secara visual Tidak berwarna biru atau abu-abu
13. Bau setelah dinetralkan dengan
asam borat
Tidak berbau busuk
HA : Lateks pekat jenis “ High Amonia”
LA : Lateks pekat jenis “ Low Amonia”
( M Omposunggu , 1987 )
Universitas Sumatera Utara
27
2.3. Lateks Compound
Dalam pengolahan lateks banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai dengan
proses yang dibantunya bahan itu ada yang berfungsi sebagai bahan pokok, yaitu
sebagai bahan pembeku, vulkanisasi, pencepat rekasi, penggiat, antioksidan dan
antiozon, pengisi, pelunak, pewarna.
a. Bahan Pembeku
Untuk proses pembekuan lateks ada beberapa macam bahan kimia yang bisa
digunakan. Biasanya adalah jenis-jenis asam, seperti asam format atau asam semut
dan asam asetat atau asam cuka.
b. Bahan Vulkanisasi
Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar kompon karet cepat
matang. Yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah belerang. Selain untuk
vulakanisasi karet alam, belerang juga digunakan untuk vulkanisasi karet sintesis.
Selain belerang bahan-bahan seperti damar fenolik, peroksida organik, radiasi sinar
gamma, serta uretan juga dapat digunakan.
c. Bahan Pencepat Reaksi
Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat
rekasi vulkanisasi maka dibutuhkan bahan pencepat reaksi. Contoh bahan pencepat
rekasi adalah ZDCB.
d. Bahan Penggiat
Fungsi bahan penggiat adalah nenambah cepat kerja bahan pencepat reaksi.
Jadi, meskipun bahan ini tidak termasuk vital, tetapi cukup menentukan dalam proses
pengolahan karet. Seng oksida dan asam stearat adalah contoh bahan penggiat yang
paling banyak dipakai.
Universitas Sumatera Utara
28
e. Bahan Antioksidan dan Antiozonan
Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari karusakan karena pengaruh
oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan
terhadap pengaruh ion-ion tembaga, mangan dan besi. Selain itu juga mampu
melindungi terhadap suhu tinggi, retak-retak dan lentur. Contohnya adalah Sunproff
dan Wingstay L.
f. Bahan Pelunak
Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian
bentuk. Karet yang diberi bahan pelunak bisa menjadi empuk. Penambahan bahan
pengisi yang cukup banyak perlu diimbangi dengan penambahan bahan ini. Bahan
pelunak yang banyak digunakan antara lain minyak naftenik, minyak nabati, minyak
aromatik.
g. Bahan Pengisi
Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama, bahan
pengisi yang tidak aktif. Kedua, bahan pengsisi yang aktif atau bahan pengisi yang
menguatkan. Yang pertama hanya menmbah kekerasan dan kekakuan pada karet yang
dihasilkan, tetapi kekuatan dan sifat lainnya menurun, contonya tanah liat, kalsium
karbonat. Bahan pengisi aktif atau penguat contohnya karbon hitam, silika, aluminium
silikat dan magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan, ketahanan
sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan.
h. Bahan Pewarna
Jenis karet tertentu membutuhkan warna dalam pengolahannya. Untuk
keperluan inilah bahan pewarna diberikan. ( Tim Penulis PS, 1993)
Universitas Sumatera Utara
29
2.4.Swelling Index
Swelling indeks merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara diameter
pengembangan dengan diameter awal. Swelling indeks juga bisa dikatakan sebagai
angka pemasakan kompon. Adapaun swelling test dari compound dilakukan pada titik
akhir maturasi (pemasakan) karena lateks yang telah mengalami vulkanisasi akan
mempunyai sifat yang tidak larut dalam suatu cairan organik, tetapi lateks akan
mengalami pengembangan.
Sebelum dilakukan proses pengolahan compound lebih lanjut perlu dilakukan
pengujian sifat dari alteks compound tersebut untuk memastikan keadaannya sehingga
tidak terjadi gangguan pada proses produksi.
Didalam active compound tank (ACT) berlangsung proses maturasi, lamanya
waktu maturasi tergantung dari banyaknya jumlah lateks yang akan diolah.tetapi
biasanya standart waktu yang menjadi acuan maturasi compound adalah + 8 jam.
Untuk mempercepat maturasi maka unit active compound dilengkapi dengan jacker
yang berfungsi sebagai pelapis tangki active agar suhu dalam tangki dapat mencapai
temperatur yang diharapkan sehingga waktu maturasi berlangsung dengan cepat.
Adapun temperatur maturasi adalah + 32 0
Swelling test dilakukan sebanyak empat kali. Pengujian pertama dilakukan
setelah maturasi compound berlangsung selama 2 jam. Demikianlah seterusnya
sebanyak 4 kali dan range waktu setiap pengujian adalah 2 jam. Adapun tujuan
dilakukan swelling test sebanyak 4 kali adalah untuk mengontrol jalannya proses
maturasi dan mengetahui apakah swelling indeks sesuai dengan standat yang
ditentukan selama proses maturasi berlangsung di active compound sehingga dapat
C.
Universitas Sumatera Utara
30
diatasi bila swelling indeks diatas atau dibawah standart sehingga tidak mempengaruhi
mutu pruduksi benang karet.
2.5. Tegangan Putus
Tegangan putus merupakan salah satu yang sangat penting diperhatikan dalam
pengujian hasil dari produksi benang karet yang telah siap sesuai dengan order. Pada
tahun 1678 seorang ilmuan Inggris yang bernama Robert Hooke dalam percobaannya
menyatakan bahwa apabila benda-benda yang diberikan gaya akan berubah
bentuknya. Contohnya pada benang karet yang akan diuji tegangan putusnya, apabila
pada pengujian tegangan putus ini diberikan beban yang berlebih, maka benang karet
itu akan terputus.
Tegangan putus pada suatu penampang tertentu, disebabkan oleh besar benda
dibawah penampang tersebut. Tegangan putus secara umum dapat dirumuskan sebagai
berikut :
σ = AF
Dimana : σ = tegangang puutus kg/cm2
F = gaya yang diberikan kg
A = luas permukaan penampang cm
Pada benang karet tegangan putus dikenal dengan istilah Resintace At break.
Alat yang digunakan untuk mengetahui tegangan putus adalah dynamometer.
2
Dengan melakukan percobaan langsung terhadap batang prismatis (batang
dengan bentuk-bentuk) dan bermacam-macam bahan disimpulkan bahwa dalam batas
tertentu, perpanjangan batang itu sebanding dengan gaya tariknya. Hubungan linier
antara tegangang dengan regangan disebut hukum Hooke
Universitas Sumatera Utara
31
Tegangan putus adalah perbandingan hasil pembacaan titik putus pada grafik dengan
total section dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tegangan putus =tiontotal
itikputuscaanskalathasilpembasec
Hasil pembacaan skala titik putus g
Total section mm2
Pembacaan skala titik putus dibaca tiap skala adalah 3200 g, total section dapat
dihitung dengan rumus :
Total section = 2 x section x jumlah loops
Dimana section adalah pemotongan benang karet yang sangat kecil dalam
satuan g, jumlah loops merupakan standar pabrik sebesar 16mm2
/g pada benang karet
Count 42 NS 40. ( PT.Industri Karet Nusantara Medan )
Universitas Sumatera Utara