af i vitamin dan antibiotik

40
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah obat-obatan yang beredar dalam masyarakat pun bertambah banyak. Beberapa obat dapat saja mengandung zat yang sama, namun beda konsentrasinya. Konsentrasi obat telah dicantumkan pada etiket dan brosurnya. Namun, kenyataan yang sering terjadi jumlah yang tercantum pada etike berbeda dengan yang sebenarnya. Penetapan kadar suatu senyawa obat dapat dilaukan secara volumetri atau titrimetri. Analisis volumetri ialah analisa kimia kuantitatif dengan menentukan volume larutan yang telah diketahui kadar, yang akan bereaksi dengan sejumlah senyawa yang akan dianalisa. Karena tehnik analisa ini biasanya dilakukan dengan titrasi, maka disebut juga analisa titrimetri. 1 1

Upload: ikha-reskia

Post on 30-Nov-2015

233 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: AF I Vitamin Dan Antibiotik

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah obat-obatan yang

beredar dalam masyarakat pun bertambah banyak. Beberapa obat dapat saja

mengandung zat yang sama, namun beda konsentrasinya. Konsentrasi obat

telah dicantumkan pada etiket dan brosurnya. Namun, kenyataan yang

sering terjadi jumlah yang tercantum pada etike berbeda dengan yang

sebenarnya.

Penetapan kadar suatu senyawa obat dapat dilaukan secara

volumetri atau titrimetri. Analisis volumetri ialah analisa kimia kuantitatif

dengan menentukan volume larutan yang telah diketahui kadar, yang akan

bereaksi dengan sejumlah senyawa yang akan dianalisa. Karena tehnik

analisa ini biasanya dilakukan dengan titrasi, maka disebut juga analisa

titrimetri. Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan dengan penambahan

indikator yang akan memberikan perubahan warna.

Di bidang farmasi, penetapan kadar suatu senyawa dalam sampel

sangat bermanfaat. Hal ini dapat berfungsi sebagai kontrol kualitas sediaan

obat, apakah obat tersebut kadarnya sama dengan yang tercantum dalam

etiket.

Pada percobaan ini akan dilakukan penetapan kadar amoksisilin

dalam tablet amoksisilin dan asam askorbat dalam tablet vitamin C® IPI.

1

1

Page 2: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Amoksisilin ditetapkan dengan metode alkalimetri, karena sifat asam dari

amoksisilin. Sedangkan asam askorbat ditetapkan dengan metode iodimetri

karena asam askobat merupakan reduktor.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar vitamin

dan antibiotik dalam suatu sediaan farmasi dengan menggunakan

metode volumetri.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Menentukan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C® IPI

dengan metode iodimetri.

Menentukan kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin ® dengan

metode alkalimeri.

I.3 Prinsip Percobaan

Penetapan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C ® IPI dengan

metode iodimetri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara larutan

iodum sebagai titran yang bersifat oksidator dengan asam askorbat

sebagai sampel yang bersifat reduktor menggunakan indikator larutan

kanji dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari

tidak berwarna menjadi biru tua yang stabil.

Penetapan kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin ® dengan metode

alkalimetri berdasarkan reaksi netralisasi antara NaOH sebagai titran

yang bersifat basa dengan amoksisilin sebagai sampel yang bersifat asam

2

2

Page 3: AF I Vitamin Dan Antibiotik

menggunakan indikator phenolftalein dimana titik akhir titrasi ditandai

dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah muda

yang stabil.

3

3

Page 4: AF I Vitamin Dan Antibiotik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

1. Golongan antibiotika

Antibiotika (latin ; anti : lawan, bios : hidup) adalah zat-zat

kimia yang dihasilkan organisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah

yang memiliki khaisat mematikan atau menghambat pertumbahan

banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya

terhadap manusia relatif kecil. (1)

Antibiotika untuk pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris,

dr.Alexander Flemming pada tahun 1928 yaitu menemukan penisillin.

Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan digunakan dalam terapi

di tahun 1041 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain

dinyatakan mempunyai khasiat antibiotika diisolir oleh banyak

penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat

toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.

(1)

Sifat-sifat antibiotika (2) :

Suatu bentuk metabolisme

Suatu produk sintetik dengan struktur serupa dengan antibiotik

yang alami.

4

4

Page 5: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Mengisolasikan pertumbuhan atau kelangsungan hidup satu atau

lebh jumlah mikroorganisme.

Efektif dalam kadar rendah.

Bakteriostatik dan bakteriosid.

Antibiotik dibagi atas (5) :

Golongan betalaktam (penisillin dan sefalosforin).

Aminoglikosida (sterptomisin, gentamisin, kanamisin).

Tetrasiklin (metasiklin, demeklosiklin, monosiklin,

oksitetrasiklin).

Kloramfenikol (thiamfenikol).

Makrolida dan Linkomisin (eritromisin, linkomisin, spiromisin).

Polipeptida (gramisin, polimiksin B, basitrasin).

Antibiotik lain (rifampisin, asam fusidat).

2. Golongan vitamin.

Vitamin adalah faktor nutrisi esensial dan senyawa kimai yang

aktif. Vitamin juga didefinisikan sebagai senyawa organik kompleks

yang esensial untuk untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain

bagi mahluk hidup. (3,4)

Istilah vitamin pertama kali diutarakan oleh seorang ahli kimia

Polandia bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri

yang larut dalam air itu sebuah amina yang sangat vital dan dari kata

tersebut lahirlah istilah vvitamin yang kemudian menjadi vitamin. Kini

vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak

5

5

Page 6: AF I Vitamin Dan Antibiotik

termasuk golongan protein, karbohidrat ataupun lemak. dan terdapat

dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting

peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga

kelangsung kehidupan dan pertumbuahan. Vitamin merupakan suatu

molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses

metabolisme dan pertumbuhan normal. (5)

Banyak vitamin yang telah dikenal dan dapat dibedakan

menjadi dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin

yang larut dalam lemak. Jenis vitamin yang dapat larut dalam air ialah

vitamin B kompleks dan vitamin C, sedangkan vitamin yang dapat larut

dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K serta provitamin A. (4)

6

6

Page 7: AF I Vitamin Dan Antibiotik

II. 2 Uraian Bahan

1. Asam askorbat (6)

Nama resmi : Acidum askorbicum

Nama lain : Asam askorbat

Rumus molekul/BM : C6H8O6 / 176,13

Rumus bangun :

Pemerian : Hablur, atau serbuk putih atau agak

kuning dan pengaruh cahaya lambat laun

menjadi gelap. Dalam keadaan kering

stabil di udara cepat terokdasi

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut

dalam etanol, tidak larut dalam CHCl3,

eter dan benzena.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

Penetapan kadar : Asam askorbat mengandung tidak

kurang dari 99,0 % C6H8O6

2. Air suling (7)

Nama resmi : Aqua destillata

7

7

Page 8: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Nama lain : Aquades, air suling

Rumus molekul/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

3. Natrium Hidroksida (7)

Nama resmi : Natrii Hydroxidum

Nama lain : Natrium Hidroksida

Rumus molekul/BM : NaOH/40,00

Pemerian : Putih atau praktis putih, massa hablur

berbentuk pellet, serpihan atau batang

atau bentuk lain, keras, rapuh dan

menunjukkan pecahan hablur bila

dibiarkan diudara akan cepat menyerap

karbondioksida dan lembab

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai titran

4. Fenolftalein (7)

Nama resmi : Phenolphtaleinum

Nama lain : Fenolftalein

Rumus molekul/BM : C20H14O4/318,33

8

8

Page 9: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Rumus bangun : O

O

OH OH

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih

kekuningan lemah, tidak berbau, stabil

di udara

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam

etanol, agak sukar larut dalam eter

Trayek pH : 8,0-10,0

Perubahan warna : Dari tak berwarna menjadi merah

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai indikator

5. Asam sulfat (6)

Nama resmi : Acidum sulfuricum

Nama lain : Asam sulfat

Rumus molekul/BM : H2SO4/98,07

Pemerian : Cairan kental, seperti minyak, korosif,

tidak berwarna.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Pemberi suasana asam.

6. Iodium (6)

Nama resmi : Iodum

9

9

Page 10: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Nama lain : Iod

Rumus molekul/BM : I2/126,41

Pemerian : keping atau butir, berat, mengkilat

seperti logam, bau khas

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian

air, dalam 13 bagian etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai larutan baku

7. Kanji (6)

Nama resmi : Amylum Solani

Nama lain : Starch, pati

Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa

gumpalan kecil, putih.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin,

dalam etanol 95 % P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat

sejuk dan kering

Kegunaan : Sebagai indikator

8. Amoksisilin (7)

Nama resmi : Amoxicillinum

Nama lain : Amoksisilin

Rumus molekul/BM : C16H19N3O5S.3H2O / 419,45

10

10

Page 11: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Rumus bangun : H COOH

O N CH3

H CH3

HO C-CONH- S .3H2O

NH2 H H

Pemerian : Serbuk hablur , putih, praktis tidak

berbau.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak

larut dalam benzena, dalam CCl4, dan

dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapa, pada suhu

kamar terkendali

Kegunaan : Sebagai antimikroba

Persyaratan kadar : Mengandung C16H19N3O5S.3H2O tidak

kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari

120,0 % dari jumlah yang tertera pada

etiket.

9. Amoksisilin (6)

Nama resmi : Formaldehidydi Solutio

Nama lain : Formalin, larutan fromaldehid

Rumus molekul/BM : CH2O/30,03

Rumus bangun : H- C -H

O

11

11

Page 12: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna atau hampir

tidak berwarna, bau menusuk uap

merangsang selaput lendir hidung dan

tenggorokan. Jika disimpan ditempat

dingin dapat menjadi keruh

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya, sebaiknya pada suhu di atas

20oC

Kegunaan : Antiseptikum ekstern, pengawet

12

12

Page 13: AF I Vitamin Dan Antibiotik

II.3 Uraian sediaan

1. Vitamin C.

Nama sediaan : Vitamin C IPI

Komposisi : Tiap tablet vitamin C IPI mengandung asam

askorbat 50 mg

Indikasi : Suplemen vitamin C, memperkuat daya tahan

tubuh, meningkatan kesegaran tubuh,

menyempurnakan struktur tulang agar tubuh lebih

sempurna, mencegah karies gigi-gigi

Dosis : Dewasa : sehari 2-5 tablet

Anak-anak : sehari 1-2 tablet hisap perlahan-

lahan dalam mulut.

Kemasan : Tiap dos berisi 50 tablet

Persyaratan kadar : Tiap tablet mengandung tidak kurang 90,0 % dan

tidak lebih dari 110,0 % dari etiket.

2. Amoksisilin

Nama sediaan : Amoksisilin kaplet

Pabrik : Pharos

Komposisi : Tiap kaplet mengandung Amoksisilin trihidrat

setara dengan amoksisilin 125 mg ; 500 mg

Indikasi : infeksi saluran cerna, pernafasan saluran kemih,

dan kelamin, infeksi lain seperti salmonella,

shigella, kulit, luka selulitis, furunkulosis.

13

13

Page 14: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Dosis : Dewasa dan anak-anak 20 kg ke atas : 3 kali sehari

250 mg – 500 mg sehari

Anak-anak / bayi 20 kg ke bawah : 22 – 75 mg/kg

bb sehari, dibagi 3 pemberian.

Kemasan : Tiap dos berisi 12 kaplet @ 500 mg

II.4 Prosedur Kerja

1. Vitamin C (6)

Timbang seksama lebih kurang 400 mg, larutkan dalam

campuran 100 ml air dan 25 ml asam sulfat 2N, tambahkan 3 ml kanji

LP, titrasi segara dengan iodium 0,1 N LV.

1 ml I2 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6

2. Amoksisilin (8)

Titrasi campuran zat yang setara dengan 15 mg amoksisilin

terihidrat dalam 10 ml air, kemudian ditambahkan 4 ml formalin yang

netral, dua menit kemudian larutan ini dititrasi dengan 0,02 N NaOH

sampai timbul warna merah muda yang stabil selama 30 detik.

1 ml NaOH 0,02 N setara dengan 6,98 mg amoksisilin

14

14

Page 15: AF I Vitamin Dan Antibiotik

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat-alat yang digunakan

Aluminium foil

Batang pengaduk

Beker gelas 250 ml

Botol semprot

Buret 50,0 ml

Erlenmeyer 250 ml

Gelas ukur 25 ml

Kain putih

Neraca analitik

Pipet tetes

Pipet skala

Sendok tanduk

Statif dan Klem

III.1.2 Bahan

Air suling

Amoksisilin ® kaplet

Asam askorbat

Asam sulfat 10 % v/v

15

15

Page 16: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Formalin netral

Indikator phenolftalein

Indikator kanji

Larutan baku I2

Natrium hidroksida (NaOH) 0,1128 N

Tissu

III.2 Cara Kerja

1. Penetapan kadar amoksisilin dalam kaplet amoksisilin

a. Penetralan formaldehid

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

- Buret diisi dengan NaOH 0,0909 N sebanyak 50,0 ml

- Ke dalam erlenmeyer 250 ml dimasukkan formaldehid

sebanyak 100 ml

- Sebanyak 4 tetes indikator fenolftalein ditambahkan ke dalam

erlenmeyer berisi formaldehid dan dihomogenkan.

- Formaldehid dititrasi dengan NaOH 0,0909 N

- Titrasi dihentikan jika larutan formaldehid telah berubah

warnanya dari tidak berwarna menjadi merah muda yang

stabil.

b. Pengerjaan zat uji

- alat dan bahan disiapkan

- kaplet amoksisilin ditimbang sebanyak 10 kaplet dan dihitung

bobot rata-ratanya.

16

16

Page 17: AF I Vitamin Dan Antibiotik

- Amoksisilin kaplet digerus dalam lumpang dan alu hingga

halus.

- Serbuk amoksisilin ditimbang setara 100 mg sebanyak 198,28

mg

- Serbuk amoksisilin dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

- Ke dalam erlenmeyer yang berisi analis ditambahkan 50 ml

air suling dan 28 ml formaldehid netral, lalu dibiarkan selama

2 menit, dihomogenkan.

- Buret diisi dengan NaOH baku 0,0909 N sebanyak 50,0 ml

- Ke dalam larutan analit ditambahkan indikator PP 3 tetes dan

dihomogenkan

- Larutan sampel diititrasi dengan NaOH 0,0909 N

- Titik akhir titirasi ditandai dengan perubahan warna larutan

dari tidak berwarna menjadi larutan merah muda yang stabil.

- Dihitung kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin dengan

rumus :

V.N.Bst%K = x 100%

Bs.Fk

Dimana : V = Volume larutan

N = Normalitas larutan titer.

Bst = Berat setara

Bs = Berat sampel

Fk = Faktor koreksi

17

17

Page 18: AF I Vitamin Dan Antibiotik

- Diulangi sekali lagi prosedur di atas dengan menggunakan

cara yang sama

2. Penetapan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C® IPI

Alat dan bahan disiapkan

Ditimbang setara 20 tablet vitamin C IPI, lalu dihitung bobot rata-

ratanya.

Tablet digerus dengan menggunakan lumpang dan alu hingga

halus.

Ditimbang setara 100 mg serbuk vitamin C yaiitu sebanyak 183,2

mg

Serbuk vitamin C yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml air suling bebas CO2

dan 25 ml asam sulfat 10 % ke dalam erlenmeyer, lalu

dihomogenkan.

Dimasukkan larutan iodin baku ke dl buret sebanyak 50,0 ml.

Ke dalam larutan analit ditambahkan 1 ml indikator kanji lalu

dihomogenkan

Larutan sampel dititrasi dengan larutan baku I2 0,0995 N

Titik akhir titirasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari

tidak berwarna menjadi larutan biru yang stabil.

Dihitung kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C dengan

rumus :

V.N.Bst%K= x 100%

18

18

Page 19: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Bs.Fk

Dimana : V = Volume larutan

N = Normalitas larutan titer.

Bst = Berat setara

Bs = Berat sampel

Fk = Faktor koreksi

- Diulangi sekali lagi prosedur di atas dengan menggunakan cara

yang sama

19

19

Page 20: AF I Vitamin Dan Antibiotik

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

No Sampel Titrasi Berat (g) Volume titrasi Warna

1 Amoksisilin I 0,1983 3,5 ml Bening-merah muda

2 Amoksisilin II 0,1983 2,9 ml Bening-merah muda

3 Vitamin C I 0,1913 3,5 ml Kuning – biru

4 Vitamin C II 0,1913 2,5 ml Kuning – biru

IV.2 Perhitungan

1. Amoksisilin

9,142 gBerat rata-rata = = 0,9142 g

10

100Berat yang ditimbang = x 0,9142 g = 0,1983 g

500

V.N.Bst%K= x 100%

Bs.Fk

0,0909 x 3,5 x 34,9 %K1 = x 100% = 111,0344 % 100 x 0,1

0,0909 x 2,9 x 34,9 %K2 = x 100% = 91,9999 % 100 x 0,1

111,0344 % + 91,9999 %

20

20

Page 21: AF I Vitamin Dan Antibiotik

%K = = 101,5172 % 2

2. Vitamin C

95,625 mgBerat rata-rata = = 95,625 mg

10

100Berat yang ditimbang = x 95,625 mg = 191,3 mg

50

V.N.Bst%K= x 100%

Bs.Fk

0,0995 x 3,5 x 8,806 %K1 = x 100% = 30,6669 % 100 x 0,1

0,0995 x 2,5 x 8,806 %K2 = x 100% = 21,9048 % 100 x 0,1

30,6669 % + 21,9048 % %K = = 26,2859 % 2

IV.3 Reaksi

21

21

Page 22: AF I Vitamin Dan Antibiotik

22

22

Page 23: AF I Vitamin Dan Antibiotik

BAB V

PEMBAHASAN

A. Amoksisilin

Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar amoksisilin tablet.

Sedangkan pada penetapan kadar amoksisilin tablet digunakan metode

alkalimetri, sebab amoksisilin memiliki sifat asam yang dapat dinetralkan

dengan penambahan larutan baku NaOH. Selain metode alkalimetri, juga

dapat digunakan metode iodometri dan bromometri.

Metode alkalimetri merupakan metode yang cukup sederhana, yakni

pengukuran sejulah kuantitaif asam yang terdapat dalam contoh dengan cara

dititrasi dengan basa yang sesuai.

Untuk menambahkan daya larutnya, maka dalam larutan tersebut

ditambahkan formalin yang telah dinetralkan dengan NaOH baku.

Formaldehid merupakan asam lemah, yang jika tidak dinetralkan akan

mengganggu titik akhir titrasi. Maksud dari penambahan NaOH baku adalah

untuk menetralkan sifat asam dari formaldehid.

Pada penetapan kadar amoksisilin digunakan indikator PP, yang

mempunyai trayek pH antara 8,0 – 10. Perubahan warna yang terjadi adalah

tidak berwarna menjadi merah muda. Ini menandakan titik akhir titrasi.

Kelebihan NaOH nantinya akan diketahui dengan indikator ini.

Adanya perubahan warna indikator ini disebabkan perubahan-

perubahan struktur termasuk penghasilan bentuk-bentuk kuinoloid dan

23

23

Page 24: AF I Vitamin Dan Antibiotik

resonansi, ini dapat diilustrasikan dengan mengacu pada fenolftalein yang

perubahannya adalah khas bagi semua indikator ftalein, seperti pada reaksi

berikut. Dengan adanya alkali encer, cincin lakton pada (i) terbuka dengan

menghasilkan (ii), dan struktur treifenilkarbinol (ii) kehilangan air dengan

menghasilkan ion beresonansi (iii) yang merah. Jika PP diolah dengan alkali

alkohol yang berlenihan, warna merah yang dihasilkan mula-mula

menghilang.

Dari ghasil percobaan diperoleh kadar rata-rata amoksisilin yang

tredapat dalam sediaan amoksisiln kaplet adalah 101,5172 %, hal ini sesuai

dengan literatur (FI III), dimana persyaratan kadarnya yaitu tidak kurang dari

90,0 % dan tidak lebih dari 120,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

24

24

Page 25: AF I Vitamin Dan Antibiotik

B. Asam Askorbat

Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar asam askorbat dalam

tablet vitamin C IPI. Asam askorbat merupakan suatu zat yang bersifat

reduktor sehingga dalam penetapan kadarnya dapat digunakan metode

iodimetri. Metode iodimetri merupakan cara analisa titrimetri untuk zat-zat

reduktor yang menggunakan larutan baku iodum secara langsung.

Asam askorbat merupakan sebuah reduktor karena adanya ikatan

rangkap yang terdapat dalam rumus molekulnya. Ikatan rangkap ini akan

dioksidasi oleh iodin baku menjadi ikatan dioksi dengan membebaskan asam

iodida.

Percobaan ini dilakukan dalam suasana sam yaitu dengan

penambahan sama sulfat. Jika reaksi ini terjadi dalam suasana alkali, maka

akan terbentuk ion hipoiodat yang akan menyulitkan dalam penentuan titik

akhir titrasi.

Pada percobaan ini titrasi langsung terhadap asam askorbat dilarutkan

dalam air bebas CO2, karena untuk mencegah teroksidasinya asam askorbat

oleh CO2 yang terdapat dalam air. CO2 pada larutan akan mempengaruhi

kecepatan oksidasi.

Pada titrasi ini dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan

indikator kanji yang akan membentuk ikatan kompleks dengan Iod yang

membentuk warna biru yang kuat. Kelebihan iod akan diketahui dengan

bereaksinya iodin dengan amilum membentuk warna biru. Perubahan warna

ini menandakan titik akhir titrasi.

25

25

Page 26: AF I Vitamin Dan Antibiotik

Warna larutan iod 0,1 N cukup tua dan dapat digunakan sebagai

indikator sendiri, tetapi pada titik akhir titrasi larutan iod hanya memberikan

warna kuning atau kuning lemah sehingga perubahan warnanya tidak begitu

jelas. Oleh karena itu digunakan indikator kanji yang dengan adanya sedikit

iod akan membentuk senyawa kompleks iod amilum yang berwarna biru.

Dari hasil percobaan diperoleh persen kadar untuk asam askorbat

adalah 26,2859 %. Hal ini sangat berbeda dengan persyaratan kadar yang

tercantum dalam Farmakope Indonesia III yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan

tidak lebih dari 120,0 %.

Adanay perbedaan hasil mungkin disebabkan karena larutan iodinnya

sudah tidak akurat lagi, karena sebagian sudah menguap atau rusak oleh

cahaya. Selain itu juga dapat disebabkan oleh kesalahan penimbangan dan

kesalahn dalam mengamati titik akhir titrasi.

26

26

Page 27: AF I Vitamin Dan Antibiotik

BAB VI

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa

1. Kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C ® IPI adalah 26,2859 %

2. Kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin adalah 101,5172 %.

V.2 Saran

-

27

27

Page 28: AF I Vitamin Dan Antibiotik

DAFTAR PUSTAKA

1. Tan, H.T., Raharja K., (1978), “Obat-obat Penting”, Depkes RI, Jakarta.

2. Wilson G., (1982), “ Kimia Farmasi dan Medisinal Organik”, IKIP Semarang

Press, Semarang.

3. Roth, H., J, Blaschke, (1994), “Analisa Farmasi”, UGM-Press, Yogyakarta.

4. Sudarmaji, S., (1996), Analisa Bahan Makanan dan Pertanian”, Liberty Press,

Yogyakarta.

5. Winarno, F.G., (1989), “ KIMia Pangan dan Gizi”, PT. Gramedia, Jakarta.

6. Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta, 56, 586

7. Ditjen POM, (1995), “Farmakope Indonesia”, Edisi IV, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta, 27, 51, 52, 53, 96, 589, 662, 975

8. Autherhoff, K., (1986), “Identifikasi Obat” ITB Press, Bandung, 190

28

28

Page 29: AF I Vitamin Dan Antibiotik

1. Amoksisilin (6)

Nama resmi :

Nama lain :

Rumus molekul/BM :

Rumus bangun :

Pemerian :

Kelarutan :

Penyimpanan :

Kegunaan :

Penetapan kadar :

29

29