af i vitamin dan antibiotik
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah obat-obatan yang
beredar dalam masyarakat pun bertambah banyak. Beberapa obat dapat saja
mengandung zat yang sama, namun beda konsentrasinya. Konsentrasi obat
telah dicantumkan pada etiket dan brosurnya. Namun, kenyataan yang
sering terjadi jumlah yang tercantum pada etike berbeda dengan yang
sebenarnya.
Penetapan kadar suatu senyawa obat dapat dilaukan secara
volumetri atau titrimetri. Analisis volumetri ialah analisa kimia kuantitatif
dengan menentukan volume larutan yang telah diketahui kadar, yang akan
bereaksi dengan sejumlah senyawa yang akan dianalisa. Karena tehnik
analisa ini biasanya dilakukan dengan titrasi, maka disebut juga analisa
titrimetri. Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan dengan penambahan
indikator yang akan memberikan perubahan warna.
Di bidang farmasi, penetapan kadar suatu senyawa dalam sampel
sangat bermanfaat. Hal ini dapat berfungsi sebagai kontrol kualitas sediaan
obat, apakah obat tersebut kadarnya sama dengan yang tercantum dalam
etiket.
Pada percobaan ini akan dilakukan penetapan kadar amoksisilin
dalam tablet amoksisilin dan asam askorbat dalam tablet vitamin C® IPI.
1
1
Amoksisilin ditetapkan dengan metode alkalimetri, karena sifat asam dari
amoksisilin. Sedangkan asam askorbat ditetapkan dengan metode iodimetri
karena asam askobat merupakan reduktor.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar vitamin
dan antibiotik dalam suatu sediaan farmasi dengan menggunakan
metode volumetri.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C® IPI
dengan metode iodimetri.
Menentukan kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin ® dengan
metode alkalimeri.
I.3 Prinsip Percobaan
Penetapan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C ® IPI dengan
metode iodimetri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara larutan
iodum sebagai titran yang bersifat oksidator dengan asam askorbat
sebagai sampel yang bersifat reduktor menggunakan indikator larutan
kanji dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi biru tua yang stabil.
Penetapan kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin ® dengan metode
alkalimetri berdasarkan reaksi netralisasi antara NaOH sebagai titran
yang bersifat basa dengan amoksisilin sebagai sampel yang bersifat asam
2
2
menggunakan indikator phenolftalein dimana titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah muda
yang stabil.
3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
1. Golongan antibiotika
Antibiotika (latin ; anti : lawan, bios : hidup) adalah zat-zat
kimia yang dihasilkan organisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah
yang memiliki khaisat mematikan atau menghambat pertumbahan
banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya
terhadap manusia relatif kecil. (1)
Antibiotika untuk pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris,
dr.Alexander Flemming pada tahun 1928 yaitu menemukan penisillin.
Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan digunakan dalam terapi
di tahun 1041 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain
dinyatakan mempunyai khasiat antibiotika diisolir oleh banyak
penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat
toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
(1)
Sifat-sifat antibiotika (2) :
Suatu bentuk metabolisme
Suatu produk sintetik dengan struktur serupa dengan antibiotik
yang alami.
4
4
Mengisolasikan pertumbuhan atau kelangsungan hidup satu atau
lebh jumlah mikroorganisme.
Efektif dalam kadar rendah.
Bakteriostatik dan bakteriosid.
Antibiotik dibagi atas (5) :
Golongan betalaktam (penisillin dan sefalosforin).
Aminoglikosida (sterptomisin, gentamisin, kanamisin).
Tetrasiklin (metasiklin, demeklosiklin, monosiklin,
oksitetrasiklin).
Kloramfenikol (thiamfenikol).
Makrolida dan Linkomisin (eritromisin, linkomisin, spiromisin).
Polipeptida (gramisin, polimiksin B, basitrasin).
Antibiotik lain (rifampisin, asam fusidat).
2. Golongan vitamin.
Vitamin adalah faktor nutrisi esensial dan senyawa kimai yang
aktif. Vitamin juga didefinisikan sebagai senyawa organik kompleks
yang esensial untuk untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain
bagi mahluk hidup. (3,4)
Istilah vitamin pertama kali diutarakan oleh seorang ahli kimia
Polandia bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri
yang larut dalam air itu sebuah amina yang sangat vital dan dari kata
tersebut lahirlah istilah vvitamin yang kemudian menjadi vitamin. Kini
vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak
5
5
termasuk golongan protein, karbohidrat ataupun lemak. dan terdapat
dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting
peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga
kelangsung kehidupan dan pertumbuahan. Vitamin merupakan suatu
molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan normal. (5)
Banyak vitamin yang telah dikenal dan dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin
yang larut dalam lemak. Jenis vitamin yang dapat larut dalam air ialah
vitamin B kompleks dan vitamin C, sedangkan vitamin yang dapat larut
dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K serta provitamin A. (4)
6
6
II. 2 Uraian Bahan
1. Asam askorbat (6)
Nama resmi : Acidum askorbicum
Nama lain : Asam askorbat
Rumus molekul/BM : C6H8O6 / 176,13
Rumus bangun :
Pemerian : Hablur, atau serbuk putih atau agak
kuning dan pengaruh cahaya lambat laun
menjadi gelap. Dalam keadaan kering
stabil di udara cepat terokdasi
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam CHCl3,
eter dan benzena.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
Penetapan kadar : Asam askorbat mengandung tidak
kurang dari 99,0 % C6H8O6
2. Air suling (7)
Nama resmi : Aqua destillata
7
7
Nama lain : Aquades, air suling
Rumus molekul/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Natrium Hidroksida (7)
Nama resmi : Natrii Hydroxidum
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus molekul/BM : NaOH/40,00
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa hablur
berbentuk pellet, serpihan atau batang
atau bentuk lain, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur bila
dibiarkan diudara akan cepat menyerap
karbondioksida dan lembab
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titran
4. Fenolftalein (7)
Nama resmi : Phenolphtaleinum
Nama lain : Fenolftalein
Rumus molekul/BM : C20H14O4/318,33
8
8
Rumus bangun : O
O
OH OH
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih
kekuningan lemah, tidak berbau, stabil
di udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanol, agak sukar larut dalam eter
Trayek pH : 8,0-10,0
Perubahan warna : Dari tak berwarna menjadi merah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
5. Asam sulfat (6)
Nama resmi : Acidum sulfuricum
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul/BM : H2SO4/98,07
Pemerian : Cairan kental, seperti minyak, korosif,
tidak berwarna.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pemberi suasana asam.
6. Iodium (6)
Nama resmi : Iodum
9
9
Nama lain : Iod
Rumus molekul/BM : I2/126,41
Pemerian : keping atau butir, berat, mengkilat
seperti logam, bau khas
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian
air, dalam 13 bagian etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan baku
7. Kanji (6)
Nama resmi : Amylum Solani
Nama lain : Starch, pati
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa
gumpalan kecil, putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin,
dalam etanol 95 % P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat
sejuk dan kering
Kegunaan : Sebagai indikator
8. Amoksisilin (7)
Nama resmi : Amoxicillinum
Nama lain : Amoksisilin
Rumus molekul/BM : C16H19N3O5S.3H2O / 419,45
10
10
Rumus bangun : H COOH
O N CH3
H CH3
HO C-CONH- S .3H2O
NH2 H H
Pemerian : Serbuk hablur , putih, praktis tidak
berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak
larut dalam benzena, dalam CCl4, dan
dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapa, pada suhu
kamar terkendali
Kegunaan : Sebagai antimikroba
Persyaratan kadar : Mengandung C16H19N3O5S.3H2O tidak
kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari
120,0 % dari jumlah yang tertera pada
etiket.
9. Amoksisilin (6)
Nama resmi : Formaldehidydi Solutio
Nama lain : Formalin, larutan fromaldehid
Rumus molekul/BM : CH2O/30,03
Rumus bangun : H- C -H
O
11
11
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna atau hampir
tidak berwarna, bau menusuk uap
merangsang selaput lendir hidung dan
tenggorokan. Jika disimpan ditempat
dingin dapat menjadi keruh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya, sebaiknya pada suhu di atas
20oC
Kegunaan : Antiseptikum ekstern, pengawet
12
12
II.3 Uraian sediaan
1. Vitamin C.
Nama sediaan : Vitamin C IPI
Komposisi : Tiap tablet vitamin C IPI mengandung asam
askorbat 50 mg
Indikasi : Suplemen vitamin C, memperkuat daya tahan
tubuh, meningkatan kesegaran tubuh,
menyempurnakan struktur tulang agar tubuh lebih
sempurna, mencegah karies gigi-gigi
Dosis : Dewasa : sehari 2-5 tablet
Anak-anak : sehari 1-2 tablet hisap perlahan-
lahan dalam mulut.
Kemasan : Tiap dos berisi 50 tablet
Persyaratan kadar : Tiap tablet mengandung tidak kurang 90,0 % dan
tidak lebih dari 110,0 % dari etiket.
2. Amoksisilin
Nama sediaan : Amoksisilin kaplet
Pabrik : Pharos
Komposisi : Tiap kaplet mengandung Amoksisilin trihidrat
setara dengan amoksisilin 125 mg ; 500 mg
Indikasi : infeksi saluran cerna, pernafasan saluran kemih,
dan kelamin, infeksi lain seperti salmonella,
shigella, kulit, luka selulitis, furunkulosis.
13
13
Dosis : Dewasa dan anak-anak 20 kg ke atas : 3 kali sehari
250 mg – 500 mg sehari
Anak-anak / bayi 20 kg ke bawah : 22 – 75 mg/kg
bb sehari, dibagi 3 pemberian.
Kemasan : Tiap dos berisi 12 kaplet @ 500 mg
II.4 Prosedur Kerja
1. Vitamin C (6)
Timbang seksama lebih kurang 400 mg, larutkan dalam
campuran 100 ml air dan 25 ml asam sulfat 2N, tambahkan 3 ml kanji
LP, titrasi segara dengan iodium 0,1 N LV.
1 ml I2 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6
2. Amoksisilin (8)
Titrasi campuran zat yang setara dengan 15 mg amoksisilin
terihidrat dalam 10 ml air, kemudian ditambahkan 4 ml formalin yang
netral, dua menit kemudian larutan ini dititrasi dengan 0,02 N NaOH
sampai timbul warna merah muda yang stabil selama 30 detik.
1 ml NaOH 0,02 N setara dengan 6,98 mg amoksisilin
14
14
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat yang digunakan
Aluminium foil
Batang pengaduk
Beker gelas 250 ml
Botol semprot
Buret 50,0 ml
Erlenmeyer 250 ml
Gelas ukur 25 ml
Kain putih
Neraca analitik
Pipet tetes
Pipet skala
Sendok tanduk
Statif dan Klem
III.1.2 Bahan
Air suling
Amoksisilin ® kaplet
Asam askorbat
Asam sulfat 10 % v/v
15
15
Formalin netral
Indikator phenolftalein
Indikator kanji
Larutan baku I2
Natrium hidroksida (NaOH) 0,1128 N
Tissu
III.2 Cara Kerja
1. Penetapan kadar amoksisilin dalam kaplet amoksisilin
a. Penetralan formaldehid
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Buret diisi dengan NaOH 0,0909 N sebanyak 50,0 ml
- Ke dalam erlenmeyer 250 ml dimasukkan formaldehid
sebanyak 100 ml
- Sebanyak 4 tetes indikator fenolftalein ditambahkan ke dalam
erlenmeyer berisi formaldehid dan dihomogenkan.
- Formaldehid dititrasi dengan NaOH 0,0909 N
- Titrasi dihentikan jika larutan formaldehid telah berubah
warnanya dari tidak berwarna menjadi merah muda yang
stabil.
b. Pengerjaan zat uji
- alat dan bahan disiapkan
- kaplet amoksisilin ditimbang sebanyak 10 kaplet dan dihitung
bobot rata-ratanya.
16
16
- Amoksisilin kaplet digerus dalam lumpang dan alu hingga
halus.
- Serbuk amoksisilin ditimbang setara 100 mg sebanyak 198,28
mg
- Serbuk amoksisilin dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
- Ke dalam erlenmeyer yang berisi analis ditambahkan 50 ml
air suling dan 28 ml formaldehid netral, lalu dibiarkan selama
2 menit, dihomogenkan.
- Buret diisi dengan NaOH baku 0,0909 N sebanyak 50,0 ml
- Ke dalam larutan analit ditambahkan indikator PP 3 tetes dan
dihomogenkan
- Larutan sampel diititrasi dengan NaOH 0,0909 N
- Titik akhir titirasi ditandai dengan perubahan warna larutan
dari tidak berwarna menjadi larutan merah muda yang stabil.
- Dihitung kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin dengan
rumus :
V.N.Bst%K = x 100%
Bs.Fk
Dimana : V = Volume larutan
N = Normalitas larutan titer.
Bst = Berat setara
Bs = Berat sampel
Fk = Faktor koreksi
17
17
- Diulangi sekali lagi prosedur di atas dengan menggunakan
cara yang sama
2. Penetapan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C® IPI
Alat dan bahan disiapkan
Ditimbang setara 20 tablet vitamin C IPI, lalu dihitung bobot rata-
ratanya.
Tablet digerus dengan menggunakan lumpang dan alu hingga
halus.
Ditimbang setara 100 mg serbuk vitamin C yaiitu sebanyak 183,2
mg
Serbuk vitamin C yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml air suling bebas CO2
dan 25 ml asam sulfat 10 % ke dalam erlenmeyer, lalu
dihomogenkan.
Dimasukkan larutan iodin baku ke dl buret sebanyak 50,0 ml.
Ke dalam larutan analit ditambahkan 1 ml indikator kanji lalu
dihomogenkan
Larutan sampel dititrasi dengan larutan baku I2 0,0995 N
Titik akhir titirasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari
tidak berwarna menjadi larutan biru yang stabil.
Dihitung kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C dengan
rumus :
V.N.Bst%K= x 100%
18
18
Bs.Fk
Dimana : V = Volume larutan
N = Normalitas larutan titer.
Bst = Berat setara
Bs = Berat sampel
Fk = Faktor koreksi
- Diulangi sekali lagi prosedur di atas dengan menggunakan cara
yang sama
19
19
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
No Sampel Titrasi Berat (g) Volume titrasi Warna
1 Amoksisilin I 0,1983 3,5 ml Bening-merah muda
2 Amoksisilin II 0,1983 2,9 ml Bening-merah muda
3 Vitamin C I 0,1913 3,5 ml Kuning – biru
4 Vitamin C II 0,1913 2,5 ml Kuning – biru
IV.2 Perhitungan
1. Amoksisilin
9,142 gBerat rata-rata = = 0,9142 g
10
100Berat yang ditimbang = x 0,9142 g = 0,1983 g
500
V.N.Bst%K= x 100%
Bs.Fk
0,0909 x 3,5 x 34,9 %K1 = x 100% = 111,0344 % 100 x 0,1
0,0909 x 2,9 x 34,9 %K2 = x 100% = 91,9999 % 100 x 0,1
111,0344 % + 91,9999 %
20
20
%K = = 101,5172 % 2
2. Vitamin C
95,625 mgBerat rata-rata = = 95,625 mg
10
100Berat yang ditimbang = x 95,625 mg = 191,3 mg
50
V.N.Bst%K= x 100%
Bs.Fk
0,0995 x 3,5 x 8,806 %K1 = x 100% = 30,6669 % 100 x 0,1
0,0995 x 2,5 x 8,806 %K2 = x 100% = 21,9048 % 100 x 0,1
30,6669 % + 21,9048 % %K = = 26,2859 % 2
IV.3 Reaksi
21
21
22
22
BAB V
PEMBAHASAN
A. Amoksisilin
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar amoksisilin tablet.
Sedangkan pada penetapan kadar amoksisilin tablet digunakan metode
alkalimetri, sebab amoksisilin memiliki sifat asam yang dapat dinetralkan
dengan penambahan larutan baku NaOH. Selain metode alkalimetri, juga
dapat digunakan metode iodometri dan bromometri.
Metode alkalimetri merupakan metode yang cukup sederhana, yakni
pengukuran sejulah kuantitaif asam yang terdapat dalam contoh dengan cara
dititrasi dengan basa yang sesuai.
Untuk menambahkan daya larutnya, maka dalam larutan tersebut
ditambahkan formalin yang telah dinetralkan dengan NaOH baku.
Formaldehid merupakan asam lemah, yang jika tidak dinetralkan akan
mengganggu titik akhir titrasi. Maksud dari penambahan NaOH baku adalah
untuk menetralkan sifat asam dari formaldehid.
Pada penetapan kadar amoksisilin digunakan indikator PP, yang
mempunyai trayek pH antara 8,0 – 10. Perubahan warna yang terjadi adalah
tidak berwarna menjadi merah muda. Ini menandakan titik akhir titrasi.
Kelebihan NaOH nantinya akan diketahui dengan indikator ini.
Adanya perubahan warna indikator ini disebabkan perubahan-
perubahan struktur termasuk penghasilan bentuk-bentuk kuinoloid dan
23
23
resonansi, ini dapat diilustrasikan dengan mengacu pada fenolftalein yang
perubahannya adalah khas bagi semua indikator ftalein, seperti pada reaksi
berikut. Dengan adanya alkali encer, cincin lakton pada (i) terbuka dengan
menghasilkan (ii), dan struktur treifenilkarbinol (ii) kehilangan air dengan
menghasilkan ion beresonansi (iii) yang merah. Jika PP diolah dengan alkali
alkohol yang berlenihan, warna merah yang dihasilkan mula-mula
menghilang.
Dari ghasil percobaan diperoleh kadar rata-rata amoksisilin yang
tredapat dalam sediaan amoksisiln kaplet adalah 101,5172 %, hal ini sesuai
dengan literatur (FI III), dimana persyaratan kadarnya yaitu tidak kurang dari
90,0 % dan tidak lebih dari 120,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
24
24
B. Asam Askorbat
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar asam askorbat dalam
tablet vitamin C IPI. Asam askorbat merupakan suatu zat yang bersifat
reduktor sehingga dalam penetapan kadarnya dapat digunakan metode
iodimetri. Metode iodimetri merupakan cara analisa titrimetri untuk zat-zat
reduktor yang menggunakan larutan baku iodum secara langsung.
Asam askorbat merupakan sebuah reduktor karena adanya ikatan
rangkap yang terdapat dalam rumus molekulnya. Ikatan rangkap ini akan
dioksidasi oleh iodin baku menjadi ikatan dioksi dengan membebaskan asam
iodida.
Percobaan ini dilakukan dalam suasana sam yaitu dengan
penambahan sama sulfat. Jika reaksi ini terjadi dalam suasana alkali, maka
akan terbentuk ion hipoiodat yang akan menyulitkan dalam penentuan titik
akhir titrasi.
Pada percobaan ini titrasi langsung terhadap asam askorbat dilarutkan
dalam air bebas CO2, karena untuk mencegah teroksidasinya asam askorbat
oleh CO2 yang terdapat dalam air. CO2 pada larutan akan mempengaruhi
kecepatan oksidasi.
Pada titrasi ini dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan
indikator kanji yang akan membentuk ikatan kompleks dengan Iod yang
membentuk warna biru yang kuat. Kelebihan iod akan diketahui dengan
bereaksinya iodin dengan amilum membentuk warna biru. Perubahan warna
ini menandakan titik akhir titrasi.
25
25
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua dan dapat digunakan sebagai
indikator sendiri, tetapi pada titik akhir titrasi larutan iod hanya memberikan
warna kuning atau kuning lemah sehingga perubahan warnanya tidak begitu
jelas. Oleh karena itu digunakan indikator kanji yang dengan adanya sedikit
iod akan membentuk senyawa kompleks iod amilum yang berwarna biru.
Dari hasil percobaan diperoleh persen kadar untuk asam askorbat
adalah 26,2859 %. Hal ini sangat berbeda dengan persyaratan kadar yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia III yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan
tidak lebih dari 120,0 %.
Adanay perbedaan hasil mungkin disebabkan karena larutan iodinnya
sudah tidak akurat lagi, karena sebagian sudah menguap atau rusak oleh
cahaya. Selain itu juga dapat disebabkan oleh kesalahan penimbangan dan
kesalahn dalam mengamati titik akhir titrasi.
26
26
BAB VI
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa
1. Kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C ® IPI adalah 26,2859 %
2. Kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin adalah 101,5172 %.
V.2 Saran
-
27
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Tan, H.T., Raharja K., (1978), “Obat-obat Penting”, Depkes RI, Jakarta.
2. Wilson G., (1982), “ Kimia Farmasi dan Medisinal Organik”, IKIP Semarang
Press, Semarang.
3. Roth, H., J, Blaschke, (1994), “Analisa Farmasi”, UGM-Press, Yogyakarta.
4. Sudarmaji, S., (1996), Analisa Bahan Makanan dan Pertanian”, Liberty Press,
Yogyakarta.
5. Winarno, F.G., (1989), “ KIMia Pangan dan Gizi”, PT. Gramedia, Jakarta.
6. Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 56, 586
7. Ditjen POM, (1995), “Farmakope Indonesia”, Edisi IV, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 27, 51, 52, 53, 96, 589, 662, 975
8. Autherhoff, K., (1986), “Identifikasi Obat” ITB Press, Bandung, 190
28
28
1. Amoksisilin (6)
Nama resmi :
Nama lain :
Rumus molekul/BM :
Rumus bangun :
Pemerian :
Kelarutan :
Penyimpanan :
Kegunaan :
Penetapan kadar :
29
29