adln perpustakaan universitas airlanggarepository.unair.ac.id/57934/2/pkl pk bp 209 -16 fah...
TRANSCRIPT
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG
VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM TAMBAK BUDIDAYA
INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN
BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG, JAWA BARAT
PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
MOHAMMAD NURIL FAHMI
SIDOARJO-JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Yang bertanda tangan di bawah ini , saya :
Nama : Mohammad Nuril Fahmi
NIM : 141211132032
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan PKL yang berjudul
MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI
(Litopenaeus vannamei) DALAM TAMBAK BUDIDAYA INTENSIF DI BALAI
LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA (BLUPPB)
KARAWANG, JAWA BARAT, adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya dalam laporan PKL tersebut diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 30 Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
Mohammad Nuril Fahmi
NIM. 141211132032
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG
VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM TAMBAK BUDIDAYA
INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN
BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG, JAWA BARAT
Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
MOHAMMAD NURIL FAHMI
NIM. 141211132032
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Dosen Pembimbing,
Universitas Airlangga
Dr. Mirni Lamid, drh., MP Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
NIP. 19620116 199203 2 001 NIP. 19600823 198601 1 001
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG
VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM TAMBAK BUDIDAYA
INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN
BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG, JAWA BARAT
Oleh :
MOHAMMAD NURIL FAHMI
NIM : 141211132032
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Telah diujikan pada
Tanggal : 1 September 2015
KOMISI PENGUJI
Ketua : Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
A n g g o t a : Dr. Kismiyati, Ir., M.Si
Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
Surabaya, 1 September 2015
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Dr. Mirni Lamid, drh., MP
NIP. 19620116 199203 2 001
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
RINGKASAN
MOHAMMAD NURIL FAHMI. Manajemen Kualitas Air pada Pembesaran
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dalam Tambak Budidaya Intensif
di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang,
Jawa Barat. Dosen Pembimbing : Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
Budidaya udang vannamei merupakan opsi yang diusulkan pemerintah
sebagai pengganti komoditas budidaya udang windu (Penaeus monodon). Praktek
Kerja Lapang dilaksanakan di Balai layanan usaha produksi perikanan budidaya
(BLUPPB) Karawang, Jawa Barat pada tanggal 12 Januari – 12 Februari 2015.
Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder.
Pengambilan data dilakukan dengan cara partisipasi aktif, observasi, wawancara
dan studi pustaka.
Semula bernama Proyek Pandu Tambak Inti Rakyat (PP-TIR). Budidaya air
payau menggunakan air dari Bak Campur Air (BCA) dimana air dari laut dicampur
dengan air sungai Ciwadas dan Cimunclak. Menggunakan tambak mulsar dan
tambak HDPE. Benur berasal dari Banten ukuran PL10 dengan padat tebar 100
ekor/m2. Manajemen pakan awal tebar menggunakan blind feeding 2-3 Kg/100.000
benur selanjutnya umur 1 – 20 hari diberi pakan 6% dari berat tubuh dengan
frekuensi 3 kali sehari, umur 21 – 40 hari diberi pakan 3 - 4% dengan frekuensi 4
kali sehari, dan umur 41 hari sampai panen diberi pakan 2% dari berat tubuh dengan
frekuensi 5 kali sehari. Panen dini sebagai kontrol penyakit, panen parsial 20-30%
dari total udang di usia(DOC) 60 total panen sebesar 0,7 Ton, pada usia(DOC) 70
total panen sebesar 1,5 Ton, dan panen total ketika udang mencapai ukuran
konsumsi dengan berat 10-12 gram/ekor, total panen bisa mencapai 5 Ton.
Kualitas air yang terukur, Kecerahan 20-25cm, Suhu 28-31°C, pH 7,02-
7,96, Salinitas 25-29ppt, DO 6-8 ppm, amoniak 3-3,9 ppm, nitrit 0-44 ppm
alkalinitas 80-220 ppm, TOM 60-91 ppm. Permasalahan yang timbul dalam
budidaya udang vannamei adalah kandungan nitrit serta amoniak yang melebihi
batas maksimal.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
SUMMARY
MOHAMMAD NURIL FAHMI. Water Quality Management of Shrimp
Vannamei (Litopenaeus vannamei) Culture at Intensive Aquaculture Pond in
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang,
Jawa Barat. Academic Advisor: Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
Shrimp vannamei culture was option that initiated by goverment as
commodities subtitution of black tiger shrimp (Penaeus monodon). The Practice
Field held in Balai layanan usaha produksi perikanan budidaya (BLUPPB)
Karawang, West Java on 12nd January to 12nd February 2015. The working methods
used in this Field Internship is descriptive method of data collection included
primary data and secondary data. Data collection was done by the active
participation, observation, interviews, and from literature.
At first founded it called Proyek Pandu Tambak Inti Rakyat (PP-TIR).
Brackish Aquaculture use water from Water Mix Pond (BCA) that taken from the
sea mixed with stream water of Ciwadas and Cimunclak. Use botanic plastic and
HDPE pond. Post larva taken from Banten size PL10 with stocking density 52
shrimp/m2. Feeding management in the first time use blind feeding method 2-3 Kg/
100.000 benur then at DOC 1-20 given 6% feed of benur biomass with 3 times a
day of feed frecuency, at DOC 21-40 given 3-4% feed of shrimp biomass with 4
times a day of feed frecuency and DOC 41 till harvest given 2% feed of shrimp
biomass with 5 times a day of feed frecuency. Pre-harvest as disease control, partial
harvest 20-30% from total shrimp at DOC 60 with harvest total 0,7 Ton, at DOC
70 with harvest total 1,5 Ton and full harvest when shrimp reach comsume size
with 10-12 gram of shrimp weight harvest total can reach 5 Ton.
Water quality that recorded brightness 20-25 cm, temperature 28-30°C, pH
7-8, salinity 20-30 ppm, DO 6-8 ppm, amoniac 3-3,9 ppm, nitrite 0-44 ppm,
alkalinity 80-220, TOM 60-91 ppm. The problems that arise in the Shrimp
Vannamei (Litopenaeus vannamei) Culture is contained nitrit and amoniac that
over the maximum threshold.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah – Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang yang berjudul Manajemen
Kualitas Air pada Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dalam
Tambak Budidaya Intensif di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang, Jawa Barat pada 12 Januari – 12 Februari 2015. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung hingga selesainya
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program
Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini jauh dari kesempurnaan
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk mencapai
kesempurnaan dari laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberi
informasi kepada seluruh pihak. Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan
informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya.
Surabaya, 9 Agustus 2015
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyadari terselesaikannya laporan Praktek Kerja Lapang ini berkat
bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi rahmat serta hidayah – Nya hingga laporan
ini terselesaikan.
2. Kedua orang tua Mohammad Yakob dan Natik Nur Zayanah yang telah
memberi do’a serta bantuan materiil dan non-materiil agar Praktek Kerja
Lapang dapat terlaksana dan terselesaikan.
3. Saudaraku Mohammad Attar Jibran yang terus memberi semangat dan
motivasi agar laporan Praktek Kerja Lapang terselesaikan.
4. Ibu Prof. Dr. Sri Subekti, DEA., Drh. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga.
5. Bapak Muhammad Arief, Ir., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Praktek
Kerja Lapang yang dengan sabar dan perhatian dalam membimbing selama
berlangsungnya kegiatan PKL.
6. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. dan Ibu Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
selaku Dosen Penguji Praktek Kerja Lapang
7. Bapak Agustono Ir. M.Kes, selaku koordinator Praktek Kerja Lapang.
8. Seluruh staff pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga yang mungkin tidak bisa sebutkan satu per satu. Terima kasih
atas segala ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan selama ini.
9. Seluruh staff kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga atas segala bantuannya.
10. Bapak Supriyadi Ir., M.Si., selaku kepala Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya Karawang.
11. Bapak Dodi dan bapak Warih Hardanu Ir., M.Sc., selaku pembimbing saya
di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
12. Semua staff pegawai Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
Karawang yang telah membantu selama Praktek Kerja Lapang.
13. Teman – teman Baracuda angkatan 2012 yang telah memberi support tanpa
henti untuk segera menyelesaikan laporan.
14. Teman – teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah se Universitas
Airlangga yang terus menekan dan menyemangati agar laporan
terselesaikan.
15. Berry, Danu, Sa’di, dan Hestra selaku editor format baku penulisan.
16. Serta semua pihak yang telah membantu dalam memperoleh data,
membantu proses penulisan dan penyelesaian laporan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................... iv
SUMMARY .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 3
1.3 Manfaat ............................................................................................ 3
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Udang vannamei .............................................................................. 4
2.1.1 Klasifikasi .............................................................................. 4
2.1.2 Morfologi ............................................................................... 5
2.1.3 Habitat dan Penyebaran ......................................................... 6
2.2 Teknik Budidaya Pembesaran Udang Vannamei
(Litopaneus vannamei) .................................................................... 7
2.2.1 Aspek Budidaya ..................................................................... 7
2.2.1.1 Pengolahan Tambak ................................................... 8
2.2.1.2 Penebaran Benur ........................................................ 9
2.2.1.3 Pengolahan Pakan ...................................................... 10
2.2.1.4 Panen .......................................................................... 11
2.3 Manajemen Kualitas Air ................................................................... 11
2.3.1 Parameter Kualitas Air ........................................................... 11
2.3.1.1 Parameter Fisika ......................................................... 12
2.3.1.2 Parameter Kimia......................................................... 13
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
2.3.1.3 Parameter Biologi ...................................................... 16
2.3.2 Manajemen Kualitas Air Selama Pemeliharaan ..................... 17
2.4 Permasalahan pada Budidaya Pembesaran Udang Vannamei .......... 18
2.4.1 Penyakit Udang ...................................................................... 18
2.4.2 Hama dalam Budidaya Udang ................................................ 19
III PELAKSANAAN KEGIATAN.................................................................. 20
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 20
3.2 Metode Kerja .................................................................................... 20
3.3 Metode Pengumpulan data ............................................................... 20
3.3.1 Data Primer ............................................................................. 21
3.3.2 Data Sekunder ........................................................................ 22
IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 23
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang ......................... 23
4.1.1 Sejarah Perkembangan BLUPPB Karawang ................ 23
4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi ............................................... 24
4.1.3 Visi dan Misi ................................................................. 25
4.1.4 Letak Geografis dan Topografi ..................................... 25
4.1.5 Struktur Organisasi ....................................................... 25
4.1.6 Tenaga Kerja ................................................................. 27
4.2 Sarana dan Prasarana ................................................................. 28
4.2.1 Sarana ............................................................................ 28
4.2.2 Prasarana ....................................................................... 29
4.3 Teknik Pembesaran Udang Vannamei ...................................... 31
4.3.1 Aspek Budidaya ............................................................ 32
4.3.1.1 Pengolahan Tambak ............................................ 32
4.3.1.2 Penebaran Benih ................................................. 33
4.3.1.3 Manajemen Pakan ............................................... 33
4.3.1.4 Panen ................................................................... 34
4.4 Manajemen Kualitas Air ............................................................ 35
4.4.1 Parameter Kualitas Air .................................................. 35
4.4.1.1 Parameter Fisika .................................................. 36
4.4.1.2 Parameter Kimia ................................................. 37
4.4.1.3 Parameter Biologi ............................................... 44
4.4.2 Manajemen Kualitas Air selama Pemeliharaan ............ 45
4.5 Permasalahan pada Budidaya Udang Vannamei ....................... 45
V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 47
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 47
5.2 Saran .......................................................................................... 48
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
LAMPIRAN ..................................................................................................... 52
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Anatomi Udang ......................................................................................... 4
4.1 Proses Panen Dini ..................................................................................... 35
4.2. Grafik Pengamatan Suhu .......................................................................... 36
4.3. Grafik Pengamatan Kecerahan Air .......................................................... 37
4.4. Grafik Pengamatan pH .............................................................................. 38
4.5. Grafik Pengamatan Salinitas ..................................................................... 39
4.6. Grafik Pengamatan DO ............................................................................. 39
4.7. Grafik Pengamatan Nitrit ......................................................................... 40
4.8. Grafik Pengamatan Amoniak .................................................................... 41
4.9. Grafik Pengamatan Alkalinitas ................................................................. 42
4.9. Grafik Pengamatan TOM ......................................................................... 43
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian ............................................. 27
4.2. Pegawai Berdasarkan Pendidikan ............................................................. 28
4.3. Jenis Bangunan beserta Jumlah pada BLUPPB Karawang ..................... 29
4.4. Fasilitas Kendaraan di BLUPPB Karawang ............................................. 30
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang, Jawa Barat .......................................................... 52
2. Peta Kawasan Pengembangan Komoditas Budidaya di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat 53
3. Struktur Organisasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat .......................................... 55
4. Sarana dan Prasarana Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat .......................................... 56
5. Sarana dan Prasarana Tambak Udang Vannamei Blok B1 ..................... 58
6. Peralatan Uji Kualitas Air Tambak Udang Vannamei Blok B1
di Laboratorium Kualitas Lingkungan ..................................................... 59
7. Data Sampling Udang Vanname .............................................................. 60
8. Data Pengamatan Parameter Biologi ....................................................... 62
9. Data Pengamatan Parameter DO dan Suhu .............................................. 63
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya udang vannamei merupakan opsi yang diusulkan pemerintah
sebagai pengganti komoditas budidaya udang windu (Penaeus monodon). Alasan
nya adalah bahwa dalam rangka memperkaya jenis dan varietas udang lokal, serta
meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani ikan dipandang perlu
mengintroduksi udang putih (Penaeus vannamei) sebagai udang varietas unggul
(KEP.41/MEN/2001).
Keberadaan udang vanname (Litopenaeus vannamei) di Indonesia sudah
bukan hal yang asing lagi bagi para petambak, dimana udang introduksi tersebut
telah berhasil merebut simpati masyarakat pembudidaya karena kelebihannya,
sehingga sejauh ini dinilai mampu menggantikan udang windu (Penaeus monodon)
sebagai alternatif kegiatan diversifikasi usaha yang positif. Introduksi udang
vanname dimulai pada tahun 2001 setelah terjadi penurunan produksi udang windu
akibat masalah teknis maupun non teknis. Namun pada kenyataan nya pada saat ini
budidaya udang vanname juga sering mengalami kegagalan karena serangan virus.
(Subyakto,2009).
Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya udang adalah pemilihan
lokasi. Lahan budidaya selanjutnya akan berpengaruh terhadap tata letak dan
konstruksi tambak yang akan dibuat. Lokasi untuk mendirikan lahan budidaya
udang ditentukan setelah dilakukan studi dan analisis terhadap data atau informasi
tentang topografi tanah, pengairan, ekosistem (hubungan antara flora dan fauna),
dan iklim (Suharyadi, 2011).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Menurut Carlender (1969) dalam Mahasri (2013) bahwa pengelolaan
perikanan adalah mencakup segala sesuatu untuk memperbaiki dan
mempertahankan sumber perikanan dan pemanfaatannya. Menurut Gulland (1974)
dalam Mahasri (2013) pengelolaan perikanan adalah merupakan kontrol atau
pengaturan perairan untuk perikanan secara maksimal.
Rouse (1979) dalam Mahasri (2013) menyimpulkan bahwa pengelolaan
kualitas air merupakan suatu usaha untuk mengusahakan dan mempertahankan agar
air tersebut tetap berkualitas dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan
secara terus menerus. Sehingga tujuan utama dari pengelolaan ini adalah
mempertahankan keuntungan yang maksimum lestari dari perairan tersebut.
Disamping itu juga bertujuan untuk preservasi jenis – jenis organisme air yang
hampir punah, mengembalikan sumber – sumber perairan yang sudah menurun
mutunya dan menciptakan atau membuat perairan baru.Manajemen kualitas air
meliputi pengendalian parameter kualitas air, pemupukan, pengapuran, aerasi dan
sistem resirkulasi.
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang merupakan
balai yang memiliki fokus tujuan untuk melaksanakan pengembangan usaha
produksi perikanan budidaya melalui pola pengembangan etalase dan inkubator
usaha perikanan budidaya berdasarkan pada undang-undang (Kepmen, 2009).
Memiliki fungsi salah satunya Percontohan usaha produksi dengan penerapan
sertifikasi sistim mutu budidaya perikanan, Penerapan tata kelola kawasan usaha,
analisa jenis, dan tata guna faktor-faktor produksi.
Pengamatan Manajemen Kualitas Air yang dilakukan di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya bertujuaan untuk melakukan uji komparatif
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
guna membagi manfaat kelebihan yang ada dalam Balai kedalam lingkungan
Fakultas Perikanan dan Kelautan selanjutnya akan digunakan untuk masyarakat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :
1. Mengetahui Teknik Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
dalam Tambak Budidaya Intensif di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.
2. Mengetahui Manajemen Kualitas Air Tambak Budidaya Pembesaran
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.
3. Mengetahui Permasalahan yang timbul dalam Budidaya Pembesaran Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.
1.3 Manfaat
Dengan adanya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta wawasan tentang teknik
pembesaran Udang Vannamei dalam tambak budidaya intensif khususnya
manajemen kualitas air. Mahasiswa juga dapat melengkapi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang didapat dalam bentuk materi dari perkuliahan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada dilapangan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udang Vannamei
2.1.1 Klasifikasi
Menurut Suryadhi (2011) klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub-kelas : Malacostraca
Series : Eumalacostraca
Super order : Eucarida
Order : Decapoda
Sub order : Dendrobranchiata
Infra order : Penaeidea
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Sub genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Secara morfologi tubuh udang terdapat dua bagian, menurut Suryadhi
(2011) bagian itu adalah Cephalothorax (bagian.kepala dan badan yang dilindungi
carapace) dan Abdomen (bagian perut terdiri dari segmen/ruas-ruas). Anatomi
udang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Anatomi udang (Suryadhi, 2011)
Keterangan gambar:
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
1. Carapace a. Oesophagus
2. Rosturm b. Ruang cardiac
3. Mata majemuk c. Ruang pyloric
4. Antenules d. Cardiac plate
5. Prosartema e. Gigi – gigi cardiac
6. Antena f. Cardiac ossicle
7. Maxilliped g. Hepatopancreas
8. Pereopoda h. Usus (Mid gut)
9. Pleopoda i. Anus
10. Uropoda
11. Telson
2.1.2 Morfologi
Pada ruas kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai. Selain itu,
memiliki dua antena yaitu: antenna I dan antenna II. Antena I dan antenulles
mempunyai dua buah flagellata pendek berfungsi sebagai alat peraba atau
penciuman. Antena II atau antenae mempunyai dua cabang, exopodite berbentuk
pipih disebut prosantema dan endopodite berupa cambuk panjang yang berfungsi
sebagai alat perasa dan peraba. Juga, pada bagian kepala terdapat mandibula yang
berfungsi untuk menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang
berfungsi membawa makanan ke mandibula. Bagian dada terdiri 8 ruas, masing-
masing mempunyai sepasang anggota badan disebut thoracopoda. Thoracopoda 1-
3 disebut maxiliped berfungsi pelengkap bagian mulut dalam memegang makanan.
Thoracopoda 4-8 berfungsi sebagai kaki jalan (periopoda); sedangkan pada
periopoda 1-3 mempunyai capit kecil yang merupakan ciri khas udang penaeidae.
Bagian abdomen terdiri dari enam ruas. Ruas 1-5 memiliki sepasang
anggota badan berupa kaki renang disebut pleopoda (swimmered). Pleopoda
berfungsi sebagai alat untuk berenang bentuknya pendek dan ujungnya berbulu
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
(setae). Pada ruas ke 6, berupa uropoda dan bersama dengan telson berfungsi
sebagai kemudi.
Pada rostrum ada 2 gigi disisi ventral, dan 9 gigi disisi atas (dorsal). Pada
badan tidak ada rambut-rambut halus (setae). Pada jantan Petasma tumbuh dari ruas
coxae kaki renang No:1. yaitu protopodit yang menjulur kearah depan. Panjang
petasma kira-kira 12 mm. Lubang pengeluaran sperma ada dua kiri dan kanan
terletak pada dasar coxae dari pereopoda (kaki jalan) no.5 . Pada betina thelycum
terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak ditumbuhi oleh bulu-bulu halus,
terletak dibagian ventral dada/thorax, antara ruas coxae kaki jalan no: 3 dan 4. yang
juga disebut “Fertilization chamber”. Lubang pengeluaran telur terletak pada coxae
kaki jalan no:3. Coxae ialah ruas no:1 dari kaki jalan dan kaki renang (Suryadi,
2011).
2.1.3 Habitat dan Penyebaran
Daerah penyebaran alami L. vannamei ialah pantai Lautan Pasifik sebelah
barat Mexiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana suhu air laut sekitar
20 °C sepanjang tahun. Sekarang L. vannamei telah menyebar, karena
diperkenalkan diberbagai belahan dunia karena sifatnya yang relatif mudah
dibudidayakan, termasuk di Indonesia (Suryadi, 2011).
2.2 Teknik Budidaya Pembesaran Udang Vannamei (Litopaneus
vannamei)
2.2.1 Aspek Budidaya
Menurut Suharyadi (2011), salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya
udang adalah pemilihan lokasi. Lahan budidaya selanjutnya akan berpengaru
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
terhadap tata letak dan konstruksi kolam yang akan dibuat. Lokasi untuk
mendirikan lahan budidaya udang ditentukan setelah dilakukan studi dan analisis
terhadap data atau informasi tentang topografi tanah, pengairan, ekosistem
(hubungan antara flora dan fauna), dan iklim. Usaha budidaya yang ditunjang
dengan data tersebut mememungkinkan dibuat desain dan rekayasa perkolaman
yang mengarah kepola pengelolaan budidaya udang yang baik.
Lokasi tambak budidaya udang vaname yang dipilih mempunyai
persyaratan antara lain: Lahan mendapat air pasang surut air laut, tinggi pasang
surut yang ideal adalah 1,5-2,5 meter. Pada lokasi yang pasang surut nya dibawah
1 meter maka membutuhkan pompa, selain itu dalam sekitar areal tersebut harus
ada pasokan air tawar untuk menurunkan salinitas air di musim kemarau. Lokasi
yang cocok pada pantai dengan tanah yang memiliki tekstur liat atau liat berpasir,
idealnya terdapat jalur hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove/bakau
dengan panjang minimal 100 meter dari garis pantai. Selanjutnya adalah keadaan
sosial ekonomi mendukung untuk kegiatan budidaya udang, seperti : keamanan
kondusif, asset jalan cukup baik, lokasi mudah mendapatkan sarana produksi
seperti pakan, kapur, obat obatan dan lain – lain (Suharyadi, 2011).
2.2.1.1 Pengolahan Tambak
Dalam budidaya udang vaname terdapat dua wadah yang digunakan untuk
menampung media budidaya, yaitu: kolam dengan konstruksi tanah dan kolam
dengan konstruksi wadah plastik atau beton yang jelas keduanya memiliki fungsi
yang sama yaitu sebagai wadah pemeliharaan. Pada kolam tanah diperlukan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
perlakuan antara lain : Pengangkatan lumpur, Pembalikan tanah, pengapuran,
pengeringan, pemupukan.
Fungsi dari perlakuan tersebut bertujuan untuk mengoksidasi tanah dengan
oksigen dari udara. Menghilangkan racun sisa pemeliharaan, menambah suplai
oksigen pada bakteri aerob untuk merombak dan menguraikan bahan organik
melalui proses nitrifikasi, juga memutus siklus penyakit dan memperbaiki tekstur
tanah. Pada kolam wadah plastik proses budidaya nya tidaklah berbeda, hanya
perlakuan persiapan lahan yang berbeda karena perbedaan wadah budidaya.
Perlakuan nya hanya berupa pengeringan tambak guna keperluan pengukuran
ukuran tambak, membersihkan lokasi tambak dari benda - benda yang dapat
merusak plastik, penjemuran tanah dasar untuk mempermudah pemasangan plastik
dan memperbaiki lapisan yang rusak.
Spesifikasi tambak plastik antara lain: Plastik HDPE/Terpal dengan
ketebalan 0,5 mm, luas tambak sekitar 500 – 1000 m2 dengan kedalaman 80 - 110
cm, dengan sistem pengairan semi close System (Suharyadhi, 2011). Pengisian air
dapat dilakukan dengan menggunakan pompa. pengisian air lebih baik tidak
langsung menginteraksikan udang dengan pasokan air yang disiapkan. Balut
saluran air dengan kain sebagai saringan agar hama tidak masuk saat pengisian air
(USAID,2012). Air yang digunakan adalah air yang diendapkan terlebih dahulu
selama 3-7 hari dalam petakan tandon, air dimasukkan ke dalam tambak secara
bertahap. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2-3 minggu
sampai kondisi air betul-betul siap ditebari benih udang. tinggi air di petak
pembesaran diupayakan ≥1,0m (Suharyadi, 2011).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
2.2.1.2 Penebaran Benur
Kualitas benur yang ditebar sangat menentukan keberhasilan budidaya
udang, benur yang berkualitas dapat diperoleh dari hatchery yang telah memiliki
sertifikat SPF (Spesific Pathogen Free) sehingga benur yang ditebar dapat tumbuh
dengan baik (Suharyadi, 2011), selain itu perlu dilakukan aklimatisasi benih udang.
Aklimatisasi benih merupakan waktu yang diperlukan bagi benih untuk beradaptasi
dengan lingkungannya yang baru (Romdon, 2010). Menurut Suharyadi (2011)
waktu yang diperlukan untuk aklimatisasi benih udang adalah 30-45 menit.
Selanjutnya dilakukan pengukuran angka kelulushidupan/SR sehabis tebar.
Data jumlah benur yang ditebar dapat diperoleh dari jumlah benur disetiap
kantong benur dikalikan jumlah kantong benur, tetapi data ini kurang akurat karena
memungkinkan terjadinya kematian benur saat transportasi, sehingga perlu
dilakukan perhitungan kembali setelah benur ditebar ditambak, sehingga data yang
diperoleh lebih akurat untuk acuan menentukan jumlah pakan, mengukur SR agar
lebih akurat dengan menggunakan hapa (baby box) yaitu jaring terapung dengan
ukuran tertentu yang dipakai untuk mengukur kelulus hidupan setelah 24 jam tebar.
Hasil dari perhitungan ini dikalikan dengan jumlah kantong benur yang yang
ditebar sehingga diperoleh jumlah populasi udang.
2.2.1.3 Pengelolaan Pakan
Menurut Suharyadi (2011) pakan merupakan komponen penting karena
mempengaruhi pertumbuhan udang dan lingkungan budidaya serta memiliki
dampak fisiologis dan ekonomis. Pada tambak intensif biaya pakan lebih dari 60%
dari keseluruhan biaya operasional. Kelebihan penggunaan pakan akan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
mengakibatkan bahan organic yang mengendap terlalu banyak sehingga
menurunkan kualitas air, demikian juga kekurangan pakan akan berdampak pada
pertumbuhan udang yang tidak maksimal dan dapat menyebabkan kanibal, daya
tahan tubuh turun dan daya tahan terhadap penyakit menurun.
Beberapa pakan yang digunakan di tambak adalah pakan buatan dan pakan
alami. Dalam pengelolaan pakan perlu ditentukan nya kebutuhan pakan selama
masa pemeliharaan dengan cara menentukan Food Conversation Ratio (FCR) yang
diupayakan sekitar 1 - 1,5, menentukan size panen dan target biomasa juga
menentukan survival rate panen. Berikutnya adalah teknik pemberian pakan dengan
acuan pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan nutrisi udang dan
jumlah yang dibutuhkan. Ada 2 metode pemberian pakan yakni Blind feeding yang
merupakan metode pemberian pakan udang dengan memperkirakan kebutuhan
nutrisi udang tanpa memperhatikan biomasa udang dan Sampling biomass untuk
mengetahui berat udang yang selanjutnya diberi pakan sesuai kebutuhan. Sampling
biomass biasa nya menggunakan jala tebar ukuran mess size disesuaikan dengan
berat udang, menjaga keawetan pakan perlu disimpan dalam gudang yang bersih,
tidak lembap, berfentilasi.
2.2.1.4 Panen
Pemeliharaan udang vaname pada pertumbuhan normal akan mencapai
berat sekitar 17-20 gram setelah berumur 120 hari. Perencanaan waktu panen sudah
ditentukan ketika diawal perencanaan kegiatan budidaya, karena terkait dengan
kebutuhan pakan dan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan udang, jika udang
yang dipelihara pertumbuhannya normal, maka waktu panen dapat sesuai dengan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
perencanaan awal dan disesuiakan dengan harga dipasar, tetapi jika laju
pertumbuhan udang sangat terlambat, dan jika diteruskan hanya menambah biaya
pakan, maka lebih baik segera dilakukan panen. Teknik panen udang ada 2 yakni
panen selektif dan panen total, panen selektif yakni panen hanya sebagian areal
tambak dan panen total adalah panen keseluruhan biomasa di tambak (Suharyadi,
2011).
2.3 Manajemen Kualitas Air
2.3.1 Parameter Kualitas Air
Kualitas air didefinisikan sebagai kesesuaian air bagi kelangsungan hidup
dan pertumbuhan biota, umum nya ditentukan oleh hanya beberapa parameter
kualitas air saja yang disebut sebagai parameter penentu atau parameter kunci,
sedang lainnya disebut parameter penunjang. Ada tiga jenis parameter kualitas air
yakni parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi (Mahasri, 2013).
Menurut Adiwidjaya (2008), parameter kunci pada budidaya udang vannamei
adalah suhu, salinitas, pH air, alkalinitas, kecerahan, ketinggian air, TOM, oksigen
terlarut, nitrit dan amoniak juga termasuk dalam parameter kunci (Kilawati, 2014).
2.3.1.1 Parameter Fisika
A. Suhu
Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang
ditambakadalah suhu air media pemeliharaan. Seringkali didapatkan udang
mengalami stresdan bahkan mati disebabkan oleh perubahan suhu dengan rentang
perbedaan yangtinggi. Keadaan seperti ini sering terjadi pada tambak dengan
kedalaman kurangdari satu meter. Sebagai contoh musim kemarau dan perbedaan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
suhu yang sangatmencolok antara siang dan malam hari (Suharyadi, 2011). Suhu
suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut,
waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman
badan air. Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan (Putra,
2013).
B. Kecerahan Air
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan (Putra, 2013). Pada
perairan alami, mengandung berbagai substansi sehingga mempengaruhi penetrasi
sinar matahari ke dalam air. Pewarnaan dari air alami merupakan hasil dari panjang
gelombang sinar yang tak terserap ketika memasuki kolam air. Penurunan
kemampuan air dalam menstransmisikan sinar karena pengaruh bahan tersuspensi
disebut turbiditas.
Partikel-partikel tersuspensi meliputi : partikel-partikel tanah, partikel
bahan organik dan biota renik (plankton yang melayang di dalam air). Dengan
adanya partikel-partikel dan jasad renik tersebut, maka penetrasi cahaya matahari
ke dalam air menjadi terhambat. Dengan kata lain, kecerahan air menjadi rendah.
Kolam pemeliharaan ikan, kekeruhannya banyak disebabkan oleh kelimpahan
plankton, sedang kolam yang banyak pohon akan keruh karena humus, kolam
dengan tanaman merambat akan keruh oleh partikel tanah (Mahasri, 2013).
C. Bau dan Warna
Bau dari air disebabkan oleh bau senyawa atau materi dan gas-gas yang
terkandung didalamnya. Tambak yang mengandung bahan organik tinggi (sisa
pakan, pupuk organik, dll) akan menimbulkan bau busuk yang disebabkan proses
dekomposisi yang menghasilkan gas sulfida dan fosfin serta amonia.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Warna air ditentukan oleh warna senyawa atau bahan yang terlarut dan
melayang-layang di dalam air, apabila kecerahan tinggi dan perairan dangkal,
warna air di tambak dipengaruhi oleh dasar perairan. Sebagai contoh warna air
tambak yang coklat, kekeruhan tinggi dan kecerahan rendah, maka dapat dipastikan
bahwa perairan tersebut mengandung banyak partikel-partikel tanah (Mahasri,
2013).
2.3.1.2 Parameter Kimia
A. Derajat Keasaman (pH)
Tingkat kesaman (pH) tanah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
pembentuknya, antara lain bahan organik dan berbagai jenis organisme air yang
mengalami pembusukan, logam berat (besi, timah dan bouksit, dll). Biasanya pH
tanah dasar tambak yang rendah diikuti tingginya kandungan bahan organik tanah
yang terakumulasi dan tidak terjadi oksidasi yang sempurna (Anonim, 1985 dalam
Suharyadi, 2011).
pH tanah yang rendah cenderung dipengaruhi oleh kandungan logam berat
seperti besi, timah dan logam lainnya. pH tanah yang optimal untuk kegiatan
budidaya udang dan ikan berkisar antara 6,5 – 8,0 (Boyd, 1992 dalam Suharyadi,
2011). Meningkatnya suhu, terutama di siang hari, berpengaruh terhadap
bertambahnya nafsu makan udang vaname. Meningkatnya nafsu makan udang
vaname dapat menjadi pemicu meningkatnya pH dan amoniak yang disebabkan
oleh menumpuknya kotoran dan sisa pakan udang (Yusuf, 2014).
B. Oksigen Terlarut (DO)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Jumlah kandungan oksigen (O2) yang terkandung dalam air disebut oksigen
terlarut. Satuan kadar oksigen terlarut adalah ppm (part per million). Kelarutan
oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, salinitas, pH dan
bahan organik. Salinitas semakin tinggi, kelarutan oksigen semakin rendah.
Kelarutan oksigen untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang
adalah > 3 ppm (Suharyadi, 2011).
C. Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan zat yang memiliki sifat kelarutan yang tinggi.
Permasalahan pada karbondioksida terjadi apabila air budidaya berasal dari air
tanah, pada padat tebar ikan yang tinggi. Pada konsentrasi tinggi, karbondioksida
menyebabkan ikan kehilangan keseimbangan, menjadi bingung dan mungkin mati.
Kadar CO2 yang optimum untuk budidaya ikan tidak boleh melebihi 25 ppm (Putra,
2013).
D. Salinitas
Salinitas (kadar garam) air media pemeliharaan pada umumnya
berpengaruh tehadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang
(Anonim, 1985 dalam Suharyadi, 2011). Udang vaname dapat tumbuh dan
berkembang pada kisaran salinatas 15 – 25 ppt (Anonim, 1985 dan Ahmad, 1991
dalam Suharyadi, 2011), bahkan menurut Adiwidjaya (2008) udang vannamei
mempunyai toleransi cukup luas yaitu antara 0 – 50 ppt. Namun apabila salinitas di
bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya pertumbuhan udang windu relatif lambat,
hal ini terkait dengan proses osmoregulasi dimana akan mengalami gangguan
terutama pada saat udang sedang ganti kulit dan proses metabolisme (Suharyadi,
2011).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
E. Amonia (NH3)
Kandungan ammonia dalam air media pemeliharaan merupakan hasil
perombakan dari senyawa-senyawa nitrogen organik oleh bakteri atau dampak dari
penambahan pupuk yang berlebihan. Senyawa ini sangat beracun bagi organisme
perairan walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Konsentrasi amonia yang
mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa < 0,3 ppm (Ahmad, 1991 dan
Boyd, 1989 dalam Suharyadi, 2011), dan ukuran benih < 0,1 ppm (Suharyadi,
2011).
F. Nitrit dan Nitrat (NO2- dan NO3-)
Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang
dan ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi
metahaemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, kandungan nitrit
sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan
faktor pembatas dan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
nitrifikasi. Pada salinitas di atas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah < .2 ppm
(Suharyadi, 2011).
Nitrat (NO3-) adalah ion – ion organik alami, yang merupakan bagian dari
siklus nitrogen. Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari ammonia melalui
proses oksidasi katalistik. Nitrat pada konsentrasi tinggi bersama – sama dengan
phosphor akan menyebabkan algae blooming sehingga menyebabkan air menjadi
berwarna hijau ( green-colored water ) dan penyebab eutrofikasi. (Manampiring,
2009).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
2.3.1.3 Parameter Biologi
Macam macam parameter biologi antara lain macroinvertebrates, bacteria,
phytoplankton, shellfish, tanaman air atau dasar perairan (Poe, 2000). Bakteri
seperti Escherichia coli (E. coli) dan fecal coliform diukur sebagai Indikator bakteri
lebih berbahaya. Tinggi jumlah jenis ini mungkin menunjukkan adanya bakteri lain
yang menyebabkan penyakit. organisme yang berukuran besar (makro) cukup
untuk dilihat dengan mata telanjang dan kurangnya invertebrata bentik mengacu
bagian bawah jalur air.
Contoh makro invertebrata bentik termasuk serangga dalam bentuk larva
atau nimfa, udang karang, kerang, siput, dan cacing. Sebagian besar hidup atau
sebagian besar siklus hidupnya melekat pada batu, kayu, dan tanaman. Itu Prinsip
dasar di balik studi makroinvertebrata adalah bahwa beberapa lebih sensitif
terhadap polusi daripada yang lain. Jika Situs aliran dihuni oleh organisme yang
dapat mentolerir polusi dan lebih pollutionsensitive organisme yang hilang, polusi
yang Masalah mungkin (Poe, 2000).
2.3.2 Manajemen Kualitas Air Selama Pemeliharaan
Selama pemeliharaan perlu dilakukan Pengelolaan media air, menurut
Suharyadi (2011) pengelolaan media air meliputi: Aplikasi Probiotik yang di
implikasikan melalui pakan maupun lingkungan yang bertujuan untuk memperkuat
daya tahan tubuh udang dan atau memperbaiki kualitas tambak. Jenis bakteri yang
digunakan dalam pemberian probiotik adalah bakteri pengurai amoniak antara lain
: Bacillus coagulans, Bacillus megateriun, Bacillus plymyxsa, Bacillus flurenzi,
Pseudomona:s aurogeunosa. Dan Pengurai Nitrit antara lain: Nitrosomonas sp.,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Nitrosobacter sp., Nitrosococcus sp., (H2S) antara lain: Desulfucoccus sp.,
Desulfotovibrio sp.
Mengganti media air tambak ketika air telah jenuh akibat banyak nya
plankton yang mati, sisa pakan dan bahan organic yang biasa terjadi ketika
memasuki hari ke 40 pelaksanaan budidaya. Jumlah air yang diganti sekitar 5 – 20
% tergantung tingkat kejenuhan air tambak. Untuk membuang endapan dasar
kolam dilakukan penyiponan (Suharyadi, 2011).
2.4 Permasalahan pada Budidaya Pembesaran Udang Vanname
Di alam udang dapat terserang berbagai penyakit, tidak jauh berbeda pula
dalam tambak budidaya, kesehatan udang sering terancam oleh berbagai penyakit
yang biasa menyerang. Meski udang vanname (Litopaneus vannamei) merupakan
solusi pemerintah untuk mengganti komoditas udang windu (Penaeus monodon)
yang rentan dengan penyakit karena kekuatan daya tahan tubuhnya (Kepmen,
2001), nyata nya sekarang udang vanname pun juga rentan terhadap penyakit dan
menyebabkan kegagalan panen (Subyakto dkk., 2009).
Penyakit yang biasa menyerang pada budidaya pembesaran udang
dikelompokan menjadi : penyakit viral, penyakit bakterial, penyakit penempel
(fouling diseases) dan penyakit karena faktor nutrisi. Selain itu, kegagalan panen
udang disebabkan juga oleh serangan hama yang masuk kedalam tambak, baik itu
hama predato, hama kompetitor dan hama perusak (Herlina, 2004).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
2.4.1 Penyakit Udang
Faktor – faktor yang menyebabkan penyakit antara lain : musim persediaan
benur, persiapan tambak, pengisian dan persiapan air tambak, kualitas benur dan
screening, manajemen kualitas air, manajemen dasar tambak, manajemen pakan
dan penaganan penyakit (MPEDA/NACA, 2003). Macam - macam penyakit viral
antara lain IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus),
TSV (Taura Syndrome Virus), WSSV (White Spot Syndrome virus), YHV (Yellow
Head Virus), HPV (Hepatopancreatic Parvovirus), MBV (Monodon Baculovirus),
IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus), PvNV / Nodavirus (Penaeus vannamei
Nodavirus), BMN (Baculoviral Midgut gland necrosis), LPV (Lymphoidal Parvo-
like Virus), LOVV (Lymphoid Organ Vaccuolization Virus), LOSV (Lymphoid
Organ Spheroid Virus), REO (REO III dan REO IV), RPS (Rhabdovirus of Penaid
Shrimp), MoV (Moyrillyan Virus), BP (Baculovirus Penaid), IRDO (Shrimp
Iridovirus) (Kilawati, 2014). Penyakit bakterial di dominasi oleh bakteri dari genus
vibrio antara lain penyakit Kunang – kunang (Luminous), Nekrosis, dan Bacterial
White Spot (Herlina,2004).
2.4.2 Hama dalam Budidaya Udang
Hama menurut Herlina (2004) adalah organisme pengganggu yang dapat
mempercepat berkurangnya jumlah udang yang dipelihara dalam waktu singkat.
Secara umum hama dikategorikan kedalam 3 kategori: Hama predator yang
merupakan golongan pemangsa, dapat langsung memangsa udang dalam jumlah
banyak contoh nya ikan kakap, kepiting, bangsa burung, bangsa ular. Hama
kompetitor yaitu golongan pesaing, adanya hama ini menjadi pesaing dalam hidup
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
udang baik dalam hal makanan, tempat maupun oksigen contohnya siput, ikan
mujair, udang kecil dan ikan belanak. Hama perusak merupakan golongan
pengganggu, kehadiran hama ini merusak dasar tambak, pematang, saluran dan
pintu air seehingga menyebabkan kebocoran dalam tambak, contoh hama jenis ini
kepiting dan belut.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Tambak Udang
Vannamei Blok B1 Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini dilaksanakan pada 12 Januari 2015
sampai dengan 12 Februari 2015.
3.2 Metode Kerja
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah metode
deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam Praktek Kerja Lapangan ini diperoleh dari
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari
beberapa cara pengambilan.
3.3.1 Data Primer
Merupakan sumberdata penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli. Sumber penelitian primer diperoleh untuk menjawab pertanyaan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data primer,
yaitu : metode survei dan metode observasi (Sangaji dan Sopiah, 2010).
A. Observasi
Metode observasi adalah cara untuk memperoleh data primer dengan
pengamatan secara langsung, sehingga memungkinkan untuk melakukan
pengamatan terhadap obyek secara jelas (Hair e.t al., 1995). Metode observasi juga
merupakan proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau
kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi (Sangadji dan
Sopiah, 2010). Observasi dalam Praktek Kerja Lapang ini dilakukan terhadap
berbagai hal yang terkait dengan manajemen kualitas air budidaya pembesaran
udang mulai dari aspek sarana dan prasarana sampai aspek biologi.
B. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya jawab
sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan. Dalam
wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar antara penanya dengan
subyek sehingga pada akhirnya bisa didapatkan data yang dapat dipertanggung
jawabkan secara keseluruhan (Nazir, 2011).
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei
yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek. Teknik wawancara
dilakukan jika pewawancara memerlukan komunikasi atau hubungan dengan
responden. Teknik wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui tatap
muka atau melalui telepon (Sangadji dan Sopiah, 2010). Wawancara dalam PKL
ini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan petugas mengenai latar belakang
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
berdirinya usaha pembesaran, struktur organisasi, kegiatan dan obyek-obyek yang
bersangkutan selama proses pemantauan kualitas air pembesaran udang vanname.
C. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan
secara langsung di lapangan (Nazir, 2011). Partisipasi aktif dilakukan dengan
mengikuti secara langsung beberapa kegiatan yang dilakukan di lapangan
berhubungan dengan pembesaran rajungan dari aspek sarana dan prasarana sampai
pada aspek biologi udang vanname yaitu meliputi persiapan sarana dan prasarana,
juga pengontrolan kualitas air.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari semua literatur (bukan dari
responden) serta dokumen– dokumen yang mempunyai relevansi dengan tujuan
studi ini (Azwar, 1998). Data sekunder dapat berupa data internal dan data
eksternal. Data internal adalah data yang berisi dokumen-dokumen akuntansi dan
operasi yang dikumpulkan, dicatat, dan disimpan dalam suatu organisasi.
Sementara data eksternal adalah data yang umumnya disusun oleh suatu entitas
selain subyek dari organisasi yang bersangkutan (Sangadji dan Sopiah, 2010).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang
4.1.1 Sejarah Perkembangan BLUPBB Karawang
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang
semula bernama Proyek Pandu Tambak Inti Rakyat (PP-TIR) sesuai KEPPRES No.
18 Tahun 1984. Tujuan pembentukan PP-TIR adalah untuk mewujudkan kawasan
percontohan usaha budidaya udang yang maju, ramah lingkungan dan
berkelanjutan guna memandu pengembangan usaha budidaya udang nasional.
Seiring dengan perkembangan waktu dan bergulirnya Reformasi 1998,
manajemen Tambak Pandu TIR ikut mengalami imbas negatif yang mengakibatkan
terhentinya kegiatan operasional. Hal ini diakibatkan oleh adanya penjarahan aset
dan pengkaplingan lahan.
Pada tanggal 5 Juni 2002, PP-TIR diserahterimakan oleh Sekretariat Negara
RI kepada Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai Departemen Teknis dengan
tujuan membentuk wadah percontohan dan pendampingan teknologi perikanan
budidaya.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No.
11/DPB.0/I/2006 tentang penunjukan Kepala Unit Tambak Pandu Karawang, eks
PP-TIR berubah nama menjadi Satker Pengembangan Kawasan Tambak Pandu
Karawang (TPK).
Memasuki Tahun 2009, unit kerja ini ditetapkan menjadi Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang sebagai Unit Pelaksana
Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya berdasarkan Kepmen No.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
PER.07/MEN/2009 tanggal 13 Maret 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya.
4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok dari Balai Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang adalah melaksanakan pengembangan usaha produksi perikanan
budidaya melalui pola pengembangan etalase dan inkubator usaha perikanan
budidaya.
Balai Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang memiliki
sepuluh fungsi, antara lain sebagai berikut : (1) Penyusunan rencana, program, dan
evaluasi di bidang perekayasaan usaha produksi perikanan budidaya air tawar,
budidaya air payau, dan budidaya laut, (2) Perekayasaan segmentasi dan analisis
kelayakan skala usaha pembenihan, pendederan, pembesaran usaha produksi
perikanan budidaya, (3) Percontohan usaha produksi dengan penerapan
sertifikasi sistim mutu budidaya perikanan, (4) Penerapan tata kelola kawasan
usaha, analisa jenis, dan tata guna faktor-faktor produksi , (5) Rancang bangun dan
analisis sarana mekanisasi usaha produksi perikanan budidaya, (6) Pelayanan
sarana produksi hasil produksi satuan kerja, Pelaksanaan rancang bangun
kontruksi, peralatan dan mesin sarana budidaya, serta analisa laboratorium, (7)
Pelaksanaan diseminasi dan pendampingan usaha produksi perikanan
budidaya, (8) Pelayanan akses kemitraan usaha budidaya dan jasa informasi
usaha/perpustakaan, (9) Penyelenggaraan lembaga sertifikasi sistim mutu usaha
produksi perikanan, budidaya, (10) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
4.1.3 Visi dan Misi
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang
mempunyai visi yaitu “Menjadikan BLUPPB Karawang sebagai pusat
pengembangan usaha perikanan budidaya yang terkemuka”.
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang
memiliki misi yaitu “Meningkatkan produktivitas dan kualitas usaha produksi
perikanan budidaya yang berdaya saing, ramah lingkungan dan berkelanjutan”.
4.1.4 Letak Geografis dan Topografi
Luas kawasan BLUPPB sekitar 390 Ha yang terdiri dari lahan balai seluas
238 Ha, tambak atau kolam inti seluas 100 Ha, lahan plasma 152 Ha, serta
mempunyai kawasan penyangga, fasilitas perumahan dan kantor.
Secara geografis BLUPPB Karawang berbatasan dengan wilayah: 1)
Sebelah Utara berbatasan dengan Pantai Utara Jawa; 2) Sebelah Selatan berbatasan
dengan Dusun Cimunclak; 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Ciwadas;
dan 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Cipucuk dan Cikatet.
4.1.5 Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.07/MEN/2009 struktur organisasi dan tata kerja BLUPPB Karawang terdiri
dari Kepala Balai, Seksi Teknik Usaha Produksi, Seksi Sarana Teknik, Seksi
Pelayanan Teknik, Sub bagian Tata Usaha dan Kelompok Fungsional.
1. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan
administrasi keuangan, barang kekayaan milik negara, administrasi
kepegawaian dan jabatan fungsional, persuratan, kearsipan, perlengkapan,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
rumah tamgga dan jasa informasi usaha atau perpustakaan serta pelaporan
BLUPPB.
2. Seksi Teknik Usaha Produksi mempunyai tugas melakukan rekayasa
segmentasi dan analisis kelayakan usaha pembenihan, pendederan dan
pembesaran usaha produksi perikanan budidaya serta percontohan usaha
produksi dengan penerapan sertifikasi sistem mutu budidaya perikanan.
3. Seksi Sarana Teknik mempunyai tugas melakukan penerapan tata kelola
kawasan usaha, analis jenis dan tata guna faktor-faktor produksi perikanan
budidaya, pelayanan sarana produksi hasil produksi satuan kerja serta
melaksanakan rancang bangun konstruksi, peralatan dan mesin sarana
budidaya.
4. Seksi Pelayanan Teknik mempunyai tugas melakukan diseminasi,
pendampingan, pelayanan akses kemitraan dan analisa laboratorium usaha
produksi perikanan budidaya serta penyelenggara lembaga sertifikasi sistem
mutu usaha produksi perikanan budidaya.
5. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan
perekayasaan, pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan standar atau
sertifikasi sistem mutu usaha produksi perikanan budidaya, pengendalian
hama dan penyakit ikan, pengawasan perbenihan dan pembudidayaan dan
penyuluhan serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing
jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Susunan struktur organisasi pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
(BLUPPB) Karawang dapat dilihat pada Lampiran 2.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
4.1.6 Tenaga Kerja
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang
mempunyai pegawai sejumlah 124 orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil
(PNS), Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), PNS Penyuluh dan Pegawai Kontrak
atau Tenaga Kerja Kontrak (TKK). Komposisi pegawai berdasarkan status
kepegawaian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian
No. Status Jumlah (Orang)
1. PNS 84
2. CPNS 7
3. PNS Penyuluh 2
4. Tenaga Kerja Kontrak 31
Jumlah 124
(Sumber : BLUPPB Karawang, 2014)
Berdasarkan tingkat pendidikannya, dalam Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang terdapat berbagai tingkat pendidikan
yang dimiliki setiap karyawan antara lain Doktor, Master, Sarjana, Diploma,
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Dasar (SD). Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Pegawai Berdasarkan Pendidikan
No. Status SD SMP SMA DIII S1 S2 S3 Jumlah
(Orang)
1. PNS 11 2 38 3 22 7 1 84
2. CPNS 3 1 3 - - - - 7
3. PNS
Penyuluh
- - 1 - 1 - - 2
4. TKK 11 - 12 5 3 - - 31
Jumlah 25 3 54 8 26 7 1 124
(Sumber: BLUPPB Karawang, 2014)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
4.2 Sarana dan Prasarana
4.2.1 Sarana
A. Kolam Budidaya
Kolam yang terdapat di BLUPPB Karawang berjumlah 511 buah yang
terdiri dari kolam untuk kegiatan budidaya berbagai macam jenis komoditas ikan
budidaya, baik budidaya air tawar, air payau dan air laut. Untuk budidaya air tawar
terdapat beberapa komoditas yaitu ikan lele, ikan mas, ikan nila, ikan patin dan ikan
sidat. Sedangkan komoditas air payau yang dibudidayakan antara lain ikan
bandeng, udang vannamei, udang windu dan kepiting soka. Komoditas air laut yang
dibudidayakan yaitu ikan kerapu, ikan kakap dan ikan bawal.
Kolam tersebut hampir seluruhnya berbentuk persegi panjang dengan
konstruksi tanah dan hanya beberapa yang berkonstruksi beton. Sistem budidaya
yang digunakan juga berbeda–beda tergantung spesiesnya, ada yang menggunakan
kolam terpal, bioflock dan lain–lain.
B. Air
Air yang digunakan di BLUPPB Karawang selama kegiatan operasional
budidaya berasal dari sumur bor, Sungai Ciwadas, Sungai Cimunclak dan air laut.
Untuk kegiatan budidaya air laut, air yang digunakan langsung dari laut yang
sebelumnya diletakkan dalam tandon. Budidaya air payau menggunakan air yang
digunakan berasal dari Bak Campur Air (BCA) dimana pada bak tersebut air dari
laut dicampur dengan air yang berasal dari sungai Ciwadas dan Cimunclak.
Sedangkan untuk budidaya air tawar, air yang digunakan berasal dari Sungai
Ciwadas, Sungai Cimunclak dan sumur bor yang diproses pada kolam tandon
sebelum digunakan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
4.2.2 Prasarana
A. Bangunan
Bangunan yang terdapat di BLUPPB Karawang berfungsi untuk
memperlancar kegiatan administratif dan kegiatan operasional balai. Jumlah
keseluruhan bangunan yang terdapat pada BLUPPB adalah 90 buah. Keseluruhan
bangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Jenis Bangunan beserta Jumlah pada BLUPPB Karawang
No Jenis Bangunan Jumlah No Jenis Bangunan Jumlah
1 Kantor Utama 1 12 Lab. Plankton 1
2 Aula 1 13 Cold Storage 1
3 Kantor 1 14 Gudang Persediaan 1
4 Perpustakaan 1 15 Pabrik Pakan 1
5 Bengkel 1 16 Kantin 1
6 Asrama 1 17 GOR 1
7 Perumahan Pegawai 68 18 Garasi 1
8 Guest House 4 19 Ruang Genset 1
9 Lab. Kualitas Air 1 20 Gardu Listrik 2
10 Lab. Nutri dan Pakan 1 21 Pos Satpam 1
11 Lab. Bakteri dan Parasit 1 22 Masjid 1
(Sumber : BLUPPB Karawang, 2014)
B. Tenaga Listrik
Sumber tenaga listrik di BLUPPB Karawang berasal dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN) dan genset. Pasokan listrik dari PLN ada dua gardu, gardu pertama
dengan daya 690 kVA digunakan untuk kegiatan operasional budidaya dan gardu
kedua memiliki daya 415 kVA digunakan untuk memenuhi kebutuhan asrama,
kantor, laboratorium dan cold storage. Bila terjadi pemadaman yang dilakukan
PLN, terdapat dua buah genset dengan daya 500 kVA dan 350 kVA sebagai
pensuplai listrik untuk seluruh kegiatan yang terdapat pada BLUPPB Karawang.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
C. Transportasi
Kondisi jalan yang terdapat di sekitar BLUPPB Karawang berupa jalan raya
beraspal dengan lebar sekitar empat meter sedangkan untuk jalan menuju
pertambakan masih dengan kondisi tanah berkerikil. Jarak lokasi dari jalan raya
menuju pusat kota sekitar 20 km yang dapat dicapai dengan kendaraan umum baik
roda dua maupun roda empat. Data fasilitas kendaraan di BLUPPB Karawang dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Fasilitas Kendaraan di BLUPPB Karawang
No Jenis Kendaraan Jumlah Keterangan
A Kendaraan Roda Dua :
1 Motor 20 Baik
B Kendaraan Roda Tiga :
2 Motor Kaisar 3 Baik
C Kendaraan Roda 4 dan Lebih
3 Mobil Dinas 8 Baik
4 Mobil Box 1 Baik
5 Truk 1 Baik
6 Dumper Truk 1 Baik
7 Pick up 2 Baik
8 Eskavator 10 Baik
(Sumber : BLUPPB Karawang, 2014)
D. Komunikasi
Alat komunikasi yang terdapat di BLUPPB Karawang meliputi telepon,
surat-menyurat, mesin fax, email dan jejaring sosial. Alat komunikasi ini digunakan
untuk hubungan komunikasi dinas antara pihak BLUPPB dengan dinas yang lain
dan juga dengan masyarakat baik untuk keperluan pelayanan maupun pemasaran.
E. Saung Jaga Tambak
Merupakan tempat beristirahat bagi teknisi tambak beserta tukang yang
bekerja di Tambak Blok B1, selain digunakan sebagai tempat peristiratan saung
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
juga digunakan sebagai tempat kesekretariatan tambak blok B1, penyimpanan
peralatan, bahan - bahan campuran pakan dan penyimpanan pakan udang.
F. Tambak udang blok B1
Total luas blok B1 adalah 0,5 Ha dengan 9 petak tambak dengan luas
masing masing memiliki luas 5000 m2. 2 petak tambak diantaranya digunakan
sebagai tandon air. 8 lainnya dimanfaatkan sebagai tambak budidaya udang
vannamei. Model tambak menggunakan model tambak berplastik, petak nomor 06,
08, 14, 16, 18 dan 20 menggunakan plastik mulsar dan petak tambak 10 dan 12
menggunakan plastik HDPE.
4.3 Teknik Pembesaran Udang Vannamei
Teknik Pembesaran Udang Vanname yang digunakan oleh Tambak Intensif
Udang Vanname (Litopenaeus vanname) Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang blok B1 meliputi Pengolahan Lahan, Pengisian
Air, Penebaran Benur, Manajemen Pakan, dan Panen.
4.3.1 Aspek Budidaya
4.3.1.1 Pengolahan Tambak
Dalam Tambak Intensif Udang Vannamei (Litopenaeus vanname) terdapat
dua macam tipe tambak yakni tambak dengan menggunakan plastik mulsar dan
HDPE. Pada tambak yang dilapisi plastik mulsar langkah persiapan nya antara lain:
pengeringan tanah sampai retak, lama pengeringan bergantung sinar matahari
karena semakin panas terik matahari semakin cepat kering nya, setelah tanah kering
dilakukan pengangkatan tanah dasar +/- 5cm dengan menggunakan cangkul,
disusul penyemprotan tambak dengan menggunakan HCL 1 ppm, lalu dilakukan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
pengapuran, setelah semua langkah dilakukan kemudian dilakukan pemasangan
plastik mulsar pada pematang dan pemasangan kincir.
Pada Tambak yang dilapisi plastic HDPE langkah prosedur nya tidak terlalu
berbeda, hanya setelah pemasangan plastic HDPE dilakukan penyedotan udara
untuk menghindari adanya rongga udara didalam plastik.
Baik Tambak berplastik mulsar maupun HDPE diberi perlakuan yang sama
dalam pengisian Air. Awal pengisian air sedalam 20cm dengan penambahan
aplikasi kaporit dengan dosis 100 ppm/tambak kemudian air ditambah lagi sampai
pada ketinggian 120cm. ditambah kaporit 30 ppm, detasin 1 ppm, kuprit sulfat 1
ppm, pemupukan ZA/Urea, pemberian saponin, probiotik, fermentasi.
Kombinasi pakan tinggi protein dengan sistem produksi intensif
menyebabkan dikeluarkannya nutrien dalam jumlah yang besar selama masa
pembesaran. Akumulasi dari nutrien ini dapat menyebabkan perairan tambak usang
menjadi eutropic. Untuk membatasi konsentrasi nutrien dalam tambak pembesaran
digunakan kapur baik pada masa persiapan tambak maupun pembesaran(Hung,
2013). Air diambil dari tambak yang disiapkan sebagai tempat penampungan air.
Sumber air merupakan air laut dan air sungai yang diambil dengan diesel raksasa.
Air yang sudah tertampung diberi perlakuan kaporit.
4.3.1.2 Penebaran Benur
Benur yang digunakan oleh Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya Karawang menggunakan didatangkan dari banten lengkapnya di STP
Anyer umur PL 10. Untuk tiap tambak yang menggunakan Plastik HDPE ditebar
benur dengan kepadatan 100 ekor/m2 atau sama dengan 500.000 Benur udang dan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
untuk tiap tambak yang menggunakan plastik mulsar ditebar benur dengan
kepadatan 80 ekor/m2 400.000 benur udang. Penebaran benur udang antara 20-50
ekor/m2 menunjukkan bahwa sistem produksi adalah tambak intensif (Hung, 2013).
4.3.1.3 Manajemen Pakan
Tambak Intensif Pembesaran Udang Vanname di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang memberlakukan Manajemen
Pakan dan Manajemen Kualitas Air. Pakan yang digunakan adalah pelet.
Manajemen Pakan udang diberi pakan pada awal tebar menggunakan metode blind
feeding (Suharyadi, 2011) adalah 2–3Kg/100.000 benur udang. selanjutnya umur 1
– 20 hari diberi pakan 6% dari berat tubuh dengan frekuensi 3 kali sehari, umur 21
– 40 hari diberi pakan 3 - 4% dengan frekuensi 4 kali sehari, dan umur 41 hari
sampai panen diberi pakan 2% dari berat tubuh dengan frekuensi 5 kali sehari.
Pengamatan nafsu makan udang dengan menggunakan ancu. Tiap ancu yang habis
maka pakan udang ditambah 1 Kg. Tiap 10 hari mulai DOC 40 dilakukan sampling
untuk mengetahui populasi, berat rata-rata, size udang, biomass dan kebutuhan
pakan yang akan diberikan. Menurut Suharyadi (2011) sampling bisa dilakukan
sejak DOC 30.
4.3.1.4 Panen
Panen dilakukan lazim nya saat udang mencapai ukuran konsumsi dalam
DOC 120 hari (Suharyadi, 2011), namun dapat pula dilakukan panen dini akibat
serangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Panen dilakukan secara
dini dan total tergantung keadaan udang.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Panen dini diterapkan pada tambak udang blok B1 nomor 16 dan 18 meski
masih DOC 40 dan nomor 14 pada DOC 54 dikarenakan serangan penyakit white
spot. Panen dini merupakan langkah yang diambil petani udang untuk mencegah
kerugian yang lebih besar akibat penyakit yang menyerang(Turnbull, 2005).
Panen parsial dilakukan pada pagi hari untuk menghindari udang molting
dan DO rendah(WWF, 2014). Udang telah mencapai usia(DOC) 60 dengan berat
rata-rata 6-8 gram dipanen sebesar 20-30% dari jumlah udang, hasil panen sebesar
0.7 Ton, panen parsial berikutnya pada usia(DOC) 70 dengan berat rata-rata 10
gram dan hasil panen 1,5 Ton.
Panen total tambak udang BLUPPB karawang blok B1 dilakukan di DOC
110 saat mencapai ukuran konsumsi. Panen udang di tambak udang pada siklus
sebelumnya mendapatkan hasil 5 Ton. Pada tambak pembesaran udang di Viet Nam
khususnya daerah Viet Nam tengah dilakukan panen di usia udang (DOC) 80-100
dengan berat rata-rata 10-12 gram (Hung, 2013). Proses panen dini dapat dilihat
pada Gambar 4.1
Gambar 4.1. Proses Panen Dini
Sumber : Dokumentasi Pribadi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
4.4 Manajemen Kualitas Air
Kebijakan Baru Balai Layanan Usaha Perikanan Budidaya (BLUPB)
Karawang dalam Manajemen Kualitas Air Tambak yaitu dengan pengukuran
bergilir Parameter Kualitas air Tambak 1x perminggu. Parameter yang diukur
antara lain parameter fisika, kimia dan biologi. Dan untuk tiap – tiap blok tambak
menggunakan perlakuan yang berbeda – beda tergantung kebijakan dari teknisi
yang bertanggung jawab pada setiap Blok Tambak.
4.4.1 Parameter Kualitas Air
Pengamatan Parameter Kualitas Air dilakukan di Laboratorium Balai
Layanan Usaha Perikanan Budidaya (BLUPB) Karawang, Pengamatan dilakukan
seminggu sekali mengikuti kebijakan dari balai. Pengamatan Parameter Kualitas
Air yang dilakukan meliputi Parameter Kimia dan Parameter Biologi. Langkah –
langkah pemeriksaan parameter yakni terlebih dahulu menyiapkan sampel air
dalam botol dan diserahkan kepada petugas operator laboratorium untuk di data,
selanjutnya diperiksa di laboratorium kualitas air dan laboratorium mikrobiologi.
4.4.1.1 Parameter Fisika
Parameter Fisika dilakukan lokasi tambak langsung, Pengamatan Suhu
dilakukan dengan menggunakan Thermometer, untuk kecerahan air menggunakan
secci disk dan warna air dilakukan dengan pengamatan langsung warna permukaan
air. Grafik pengamatan suhu dapat dilihat pada Gambar 4.2.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Gambar 4.2. Grafik Pengamatan Suhu
Pengamatan suhu dilakukan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB dan
malam hari pada pukul 20.00 WIB. Pada pengamatan suhu rata – rata yang didapat
tiap hari nya adalah 28,0-31,0°C. Menurut MPEDA/NACA(2003) indikator suhu
yang normal berkisar 28-32°C. Meningkatnya suhu air, terutama di siang hari,
berpengaruh terhadap bertambahnya nafsu makan udang vaname. Meningkatnya
nafsu makan udang vaname dapat menjadi pemicu meningkatnya pH dan amoniak
yang disebabkan oleh menumpuknya kotoran dan sisa pakan udang (Yusuf, 2014).
Pengamatan kecerahan air dilakukan pada Siang hari pukul 13.00 WIB.
Didapatkan rata – rata pengamatan kecerahan air 20-25 cm tiap hari nya
MPEDA/NACA (2003) menyarankan untuk mengukur kecerahan di pagi hari
antara jam 8-10 dan kecerahan yang baik berkisar 30-45 cm. Grafik pengamatan
kecerahan air dapat dilihat pada Gambar 4.3.
24262830
Minggu1
Minggu2
Minggu3
Minggu4D
era
jat
suh
u ̊C
Waktu pengukuran
Grafik Pengamatan Suhu
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Gambar 4.3. Grafik Pengamatan Kecerahan Air
Warna air menentukan perlakuan yang akan diterima perairan tambak tiap
hari nya. Menurut MPEDA/NACA (2003) green water memiliki produktifitas yang
lebih baik dan lebih stabil dari serangan penyakit. Dan kolam yang memiliki warna
benthic warna yang telah mati beresiko menurunkan produktifitas dan mudah
terserang penyakit
4.4.1.2 Parameter Kimia
Pengamatan parameter kimia dilakukan di laboratorium kualitas air,
pengamatan meliputi parameter pH, HCO3, CO3, Salinitas, Amoniak, Nitrat, dan
Total Organik mater (TOM) air. Sebelum adanya kebijakan pengukuran seminggu
sekali, pengamatan pH dan DO dilakukan tiap hari untuk mengetahui fluktuasi yang
terjadi dilapangan. Dalam pengamatan tiap minggu nya, Parameter pH diukur
dengan menggunakan pH meter, Amoniak dan Nitrat menggunakan
spectofotometer, salinitas menggunakan refractometer. HCO3, CO3 dan Alkalinitas
menggunakan tes alkali. Total Organic Mater menggunakan tes TOM.
0102030
Minggu1
Minngu2
Minggu3
Minggu4
Ke
cera
han
dal
am c
m
Waktu pengukuran
Grafik Pengamatan Kecerahan Air
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Gambar 4.4. Grafik Pengamatan pH
Cara mengukur pH dengan langsung mencelupkan elektroda kedalam botol
sampel, tunggu beberapa detik untuk mendapatkan hitungan final nya. Dengan 5x
pengamatan didapatkan pH tambak berkisar 7,02-7,96. Angka ini termasuk normal
mengingat batas pH untuk udang bertahan hidup adalah 6,5-8,5 (MPEDA/NACA,
2003).
6,57
7,58
8,5p
H
Waktu pengukuran
Grafik Pengamatan pH
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
010203040
Salin
itas
Waktu pengukuran
Grafik Pengamatan Salinitas
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Gambar 4.5. Grafik Pengamatan Salinitas
Pengukuran salinitas dengan menggunakan refraktometer, nilai salinitas air
dipengaruhi oleh curah hujan, sebab volume air yang bertambah dapat menurunkan
salinitas. Dari 5x pengamatan didapatkan nilai rata – rata 25 ppt. Menurut
Adiwidjaya (2008) batas toleransi salinitas pada udang adalah 50 ppt, dan salinitas
untuk tumbuh kembang maksimal udang antara lain 5-30 ppt (Suharyadi, 2011).
Gambar 4.6. Grafik Pengamatan DO
Pengukuran DO menggunakan DO meter, waktu pemantauan antara sore
dan malam hari saat terjadi fluktuasi DO. Pemantauan fluktuasi DO pada petak
nomer 6 sampai 12 pada minggu stabil antara 6-8 ppm. Menurut suharyadi (2011)
DO pada perairan tambak minimum 3 ppm.
Amoniak dan Nitrit diukur dengan menggunakan spectofotometer. Bila
sampel air keruh disaring terlebih dahulu. Untuk mempersingkat waktu, digunakan
sentrifudge untuk memisahkan kotoran dengan sampel air. Masukkan 10 ml sampel
air kedalam kuvet, tambahkan 0,4 ml larutan pewarna dan kocok. Kuvet diperiksa
0
5
10
Minggu1
Minggu2
Minggu3
Minggu4
Dis
olv
ed
oxy
gen
Waktu pengamatan
Grafik Pengamatan DO
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
dalam spectofotometer, nilai yang tertera pada spectofotometer merupanakan
kandungan nitrit sampel.
Gambar 4.7. Grafik Pengamatan Nitrit
Nilai fluktuasi nitrit dari tambak udang vannamei, nilai minggu pertama rata
– rata 0,3ppm. Kemudian minggu berikutnya petak tambak nomor 12 naik hingga
8 ppm. Diminggu ketiga petak tambak nomor 8 dan 10 naik menjadi 17 ppm.
Minggu keempat petak 10 dan 12 kembali normal namun petak 6 dan 8 masih
belum normal yaitu kisaran 12 ppm. Minggu kelima semua petak kembali tidak
stabil dan yang paling parah terdapat pada petak 12 dengan nilai 44 ppm.
Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan
ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi
metahaemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, kandungan nitrit
sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm(Suharyadhi, 2011).
0204060
Nit
rit
dal
am p
pm
Waktu pengamatan
Grafik Pengamatan Nitrit
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Gambar 4.8. Grafik Pengamatan Amoniak
Pada pengamatan nilai amonia, diminggu pertama petak nomor 10 dan 12
hasil pengamatan menunjukkan 3,9 ppm, pada minggu kedua hanya petak 6 yang
mengalami kenaikan angka amoniak yakni 1,8 ppm. Pada minggu ketiga petak 6
dan 12 naik masing – masing 2,5 dan 3 ppm. Minggu keempat semua petak
mengalami penurunan angka parameter amonia. Minggu kelima pada petak nomor
6 mengalami kenaikan kandungan amoniak. Kandungan ammonia dalam air media
pemeliharaan merupakan hasil perombakan dari senyawa-senyawa nitrogen
organik oleh bakteri atau dampak dari penambahan pupuk yang berlebihan.
Senyawa ini sangat beracun bagi organisme perairan walaupun dalam konsentrasi
yang rendah. Konsentrasi amonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang
dewasa < 0,3 ppm (Suharyadi, 2011). Kandungan amonia yang lebih besar dari 0,45
di perairan tambak dapat menghambat pertumbuhan udang sampai 50% (Kilawati,
2014).
0246
amo
nia
k d
alam
pp
m
Waktu pengamatan
Grafik Pengamatan Amoniak
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Gambar 4.9. Grafik Pengamatan Alkalinitas
HCO3, CO3, Alkalinitas diukur dengan metode titrasi menggunakan
indikator PP dan indikator BCG + MR. Mula – mulanya disiapkan terlebih dahulu
sampel air 25 ml. Kemudian ditetesi dengan indikator PP 3x tetes, bila terjadi
perubahan warna di titrasi dengan H2SO4 hingga jernih, pengujian dengan
indikator PP adalah untuk menghitung kandungan CO3, untuk menguji HCO3, baik
terjadi perubahan ataupun tidak pada uji CO3 sampel langsung ditetesi dengan
indikator BCG + MR 4x tetes. Kemudian dititrasi dengan H2SO4 hingga berwarna
pink cerah. Hitung banyaknya HCO3 dengan rumus (A1-A2) x 40 = hasil tes. A1
= angka pada buret sebelum titrasi, A2 = angka pada buret setelah titrasi. Untuk
mendapatkan nilai alkalinitas air tinggal mengakumulasikan nilai CO3 dan HCO3.
Fluktuasi alkalinitas terpantau stabil pada minggu pertama sampai keempat
antara 80-120 ppm. Dan fluktuasi tertinggi terjadi pada petak nomor 6 yang
mencapai 220 ppm diminggu kelima. Menurut kilawati (2014) batas normal
alkalinitas adalah antara 100-150 ppm.
0100200300
Alk
alin
itas
dal
am p
pm
Waktu pengamatan
Grafik Pengamatan Alkalinitas
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Tes TOM membutuhkan 25 ml air sampel kemudian ditambah H2SO4 4N
2,5 ml. Titrasi dengan KMnO4 0,01N hingga berubah warna, tambahkan lagi
KMnO4 5ml. Didihkan, sampel dibiarkan mendidih sampai 10 menit diatas
hotplate. Titrasi dengan asam oksalat 5ml, titrasi lagi dengan KMnO4 hingga
berwarna pink pekat. Hitung hasil pengamatan dengan rumus “(A1-A2) x 6,32 x 2”
A1 = nilai buret sebelum titrasi, A2 = nilai buret setelah titrasi. Nilai rata – rata tiap
tambak bervariasi.
Gambar 4.9. Grafik Pengamatan TOM
Fluktuasi TOM tertinggi terjadi pada minggu kedua yakni 96,1 ppm.
Selanjutnya berfluktuasi naik turun pada minggu ketiga, keempat dan kelima.
Menurut Adiwidjaya (2008) batas normal TOM adalah <150 ppm. Angka TOM
pada tambak blok B1 adalah normal.
4.4.1.3 Parameter Biologi
0
50
100
150
TOM
dal
am p
pm
Waktu pengamatan
Grafik Pengamatan TOM
B1 06
B1 08
B1 10
B1 12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Pada parameter Biologi dilakukan dua macam pengamatan, pengamatan
plankton dengan mikroskop di laboratorium kualitas air dan pengamatan bakteri
menggunakan uji TVC/TPC dan uji biokimia di laboratorium mikrobiologi.
Pengamatan plankton menggunakan alat bantu berupa haemocytometer untuk
memetakan plankton. Dan untuk menghitung koloni bakteri dengan menggunakan
count plate.
Plankton yang ditemukan bervariasi dari golongan green algae, blue green
algae, diatom, dinoflagelata dan zooplankton. Dari golongan green algae genus
yang pernah ditemui antara lain Chlorella, blue green algae: Anabaena,
Merismopedia, Miciocystis, diatom : Coscinodiscus, Skeleronema, Amphora,
dinoflagelata : Euglena. Pengamatan plankton berguna untuk mengetahui populasi
plankton dalam tambak. Menurut Rodger(2008) blooming alga bisa sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan ketidakstabilan parameter air. Terutama blue
green algae dengan kandungan racun didalamnya, salah satu racun yang dapat
membunuh vertebrata maupun avertebrata antara lain neurotoxin yang menyerang
sistem saraf korban.
4.4.2 Manajemen Kualitas Air selama Pemeliharaan
Untuk menstabilkan parameter air, teknisi tambak udang vannamei blok B1
biasa menerapkan perlakuan – perlakuan perawatan air tambak. Baik tambak
Berplastik Mulsar maupun HDPE menggunakan perlakuan yang sama. Perlakuan
tersebut antara lain perlakuan kimia dengan penambahan semen dipagi hari,
penambahan kapur pertanian dimalam hari. Pemberian desinfektan berupa virkon
aquatic, dan racikan molase dalam probiotik dilakukan untuk menstabilkan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
parameter air juga untuk menjaga kesehatan udang. Pengelolaan air bertujuan untuk
mempertahankan kualitas air yang layak dan stabil pada petak pemeliharaan udang
dan mencegah infeksi penyakit pada pertumbuhan udang(Adiwidjaya, 2008).
Pemberian kapur pada tambak bertujuan untuk meningkatkan pH perairan dan
mengurangi nutrien (Hung, 2013). Pemakaian desifektan bertujuan untuk
mencegah wabah penyakit dan kematian udang(Dupont, 2015).
4.5 Permasalahan Pada Budidaya Udang Vannamei
Tidak stabilnya parameter air dapat menyebabkan udang terserang
penyakit, udang vannamei dikenal memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Namun
jika terus menerus terpapar bahan pencemar akan menurunkan sistem imun udang.
Selain penerapan teknologi dan pengendalian parameter kualitas lingkungan
merupakan salah satu faktor kunci yang harus diperhatikan (Adiwidjaya, 2008).
Contoh pada parameter nitrit air tambak yang mencapai angka 44 ppm.
Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan
ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi
metahaemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, kandungan nitrit
sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm (Suharyadhi, 2011).
Ketidakstabilan parameter air juga menjadi salah satu faktor terjadinya
penyakit. Menurut MPEDA/NACA (2003) faktor – faktor yang menyebabkan
penyakit antara lain : musim persediaan benur, persiapan tambak, pengisian dan
persiapan air tambak, kualitas benur dan screening, manajemen kualitas air,
manajemen dasar tambak, manajemen pakan dan penaganan penyakit.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Ketidakstabilan parameter air disebabkan oleh berbagai macam hal antara
lain padat tebar tinggi dan pemberian pakan yang berlebihan menyebabkan perairan
tercemar (Sartika, 2012), nutrien yang tinggi menyebabkan kondisi eutropis pada
perairan (Hung, 2013) dan menjadi nutrisi bagi alga sehingga pertumbuhannya
menjadi cepat dan menimbulkan blooming alga, meski beberapa alga tidak beracun
namun dengan adanya blooming alga terjadi kompetisi dalam konsumsi oksigen
antara alga dengan udang (Rodger, 2008).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan PKL ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Teknik pembesaran meliputi beberapa aspek budidaya yakni: 1. Persiapan
tambak meliputi pengeringan, pengadukan tanah, pengapuran, selanjutnya
pematang dilapisi plastik, ada 2 macam plastik yang digunakan yakni
plastik mulsar dan HDPE, 2. Penebaran benur PL 10 dengan kepadatan 100
ekor/m2 benur udang untuk tambak HDPE dan 80 ekor/m2 benur udang
untuk tambak mulsar, 3. Manajemen pakan awal tebar menggunakan blind
feeding 2-3 Kg/100.000 benur selanjutnya umur 1 – 20 hari diberi pakan
6% dari berat tubuh dengan frekuensi 3 kali sehari, umur 21 – 40 hari diberi
pakan 3 - 4% dengan frekuensi 4 kali sehari, dan umur 41 hari sampai panen
diberi pakan 2% dari berat tubuh dengan frekuensi 5 kali sehari, 4. Panen
dini sebagai kontrol penyakit, panen parsial 20-30% dari total udang di
usia(DOC) 60 total panen sebesar 0,7 Ton, pada usia(DOC) 70 total panen
sebesar 1,5 Ton, dan panen total ketika udang mencapai ukuran konsumsi
dengan berat 10-12 gram/ekor, total panen bisa mencapai 5 Ton.
2. Manajemen Kualitas Air dilakukan dengan pengamatan parameter air
seminggu sekali meliputi: kecerahan (20-25cm), suhu (28-31̊C), pH (7,02-
7,96), Salinitas (25-29ppt), DO (6-8ppm), Amonia (3-3,9ppm), Nitrit (0,3-
44ppm), Alkalinitas 80-220 ppm, TOM 60-91 ppm dan genus plankton yang
ditemukan antara lain: green algae: Chlorella, blue green algae: Anabaena,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Merismopedia, Miciocystis, diatom: Coscinodiscus, Skeleronema,
Amphora, dinoflagelata: Euglena.
3. Pemasalahan dalam Budidaya adalah kandungan nitrit dan amonia yang
melebihi batas wajar 0,3 ppm sehingga parameter air tidak stabil, dan
adanya patogen pada perairan tambak.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan pada PKL ini antara lain:
1. Perlu adanya evaluasi terkait efisiensi penggunaan pakan, agar kandungan
Nitrit menurun.
2. Mengganti sebagian volume air pada tambak dengan air tandon untuk
mengurangi kandungan amonia dan nitrit.
3. Menjaga kestabilan kualitas air untuk menghindari wabah penyakit
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaya, D., Supito, dan I. Sumantri. 2008. Penerapan Teknologi Budidaya
Udang Vanname L. vannamei Semi-Intensif pada Lokasi Tambak Salinitas
Tinggi. Media Budidaya Air Payau Perekayasaan. Jurnal Departemen
Kelautan Perikanan. 7
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. hal 146.
Biomin. 2014. Evaluation of Vibrio Control with a Multi-Species Probiotic in
Shrimp Aquaculture. Biomin Holding Industriestrasse. Herzogenburg. pp.
2-5.
Cassilas-Hernandez, R. H. Nolasco-Soria, T. Garcı´a-Galano,O. Carrillo-Farnes,
and F. Pa´ez-Osuna. 2007. Water quality, Chemical Fluxes and Production
in Semi-Intensive Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Culture
Ponds Utilizing Two Different Feeding Strategies. Journal of Aquacultural
engginering. 36 : 105-111.
DuPont Animal Health Solutions. 2015. Biodegrability of Virkon® Aquatic.
DuPont Animal Health Solutions. Sudbury. pp. 1
Fadil, M. S. 2011. Kajian Beberapa Aspek Parameter Fisika Kimia Air dan Aspek
Fisiologis Ikan yang Ditemukan Pada Aliran Buangan Pabrik Karet di
Sungai Batang Arau. Program Pasca Sarjana. Universitas Andalas. Padang.
Hal. 7-17.
Fariyanto, M. 2012. Kelayakan Budidaya Udang Vannamei di Rejotengah, Deket
Lamongan. Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim. Surabaya. Hal. 1-10.
Gao, L., H. W. Shan, T. W. Zhang, W. Y. Bao, and S. Ma. 2012. Effects of
Carbohydrate Addition on Litopenaeus vannamei Intensive Culture in a
Zero-Water Exchange System. Journal of Aquaculture. 342-343 : 89-96.
Hair, J.F., R.E. Anderson, R.L. Tatham, and W.C. Black. 1995. Multivariate Data
Analysis (Fouth ed). Prentice Hall. New Jersey. pp. 116.
Herlina, Nonny.2004.Pengendalian Hama dan Penyakit pada Pembesaran Udang.
Departemen Pendidikan. Jakarta. hal. 19-30
Hung, L.T. and O. M. Quy. 2013. On Farm Feeding and Feed Management in
Whiteleg Shrimp(Litopenaeus vannamei) Farming in Viet Nam. FAO
Fisheries and Aquaculture Technical paper. Rome. pp. 337-357.
Johnson, S.K. 1995. Handbook of Shrimp Diseases. Departement of Wildlife and
Fisheries Sciences. Texas A&M University. Texas. 10-11, 18
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomer: KEP. 41/MEN/2001 tentang
Pelepasan Varietas Udang Vanname sebagai Varietas Unggul.
Kilawati, Y., dan Y. Maimunah. 2014. Kualitas Lingkungan Tambak Intensif
Litapenaeus vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit White
Spot Syndrome Virus. Research Journal of Life Science. 01 : 02.
Kusuma, R. V. S. 2009. Pengaruh Tiga Cara Pengolahan Tanah Tambak Terhadap
Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Intitut Pertanian
Bogor. Bogor. Hal. 3-33.
Mahasri, G., A. S. Mubarak., M. A. Alamsjah dan A. Manan. 2013. Buku Ajar
Manajemen Kualitas Air. Buku Ajar. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. Surabaya. Hal. 9-17.
Manampiring, dr. A. E., M.Kes. 2009. Studi Kandungan Nitrat (NO-3) pada Sumber
Air Minum Masyarakat Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur
Kota Tomohon. Fakultas Kedokteran Universitas Sam. Ratulangi. Manado.
Hal. 9-15, 21-27.
The Marine Products Export Development Authority and Network of Aquaculture
Centres in Asia Pasific. 2003. Shrimp Health Management Extension
Manual. The Marine Products Export Development Authority. Cochin.
India. pp. 3-25.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. hal. 54-55, 66.
Poe, K. F. 2005.Water Quality & Monitoring. Master Watershed Steward.
Connecticut Department of Environmental Protection. Connecticut. pp. 1-
17.
Putra, R. R., Dr. D. Hermon, MP., dan Farida S.Si. 2013. Studi Kualitas Air Payau
Untuk Budidaya Perikanan Di Kawasan Pesisir Kecamatan Linggo Sari
Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. STKIP PGRI Sumatera Barat. Padang.
Hal. 1-8.
Rangka, N. A. dan Gunarto. 2012. Pengaruh Penumbuhan Bioflok Pada Budidaya
Udang Vaname Pola Intensif di Tambak. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 04 : 02.
Sangadji, E. M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. ANDI. Yogyakarta. hal. 171-173
Sartika, D., E. Harpeni, dan R. Diantari. 2012. Pemberian Molase pada Aplikasi
Probiotik Terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-Journal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan. 1 (I) : 2302-3600.
Subyakto, S., D. Sutende, M. Afandi dan Sofiati. 2009. Budidaya Udang Vanname
(Litopenaeus vanname) Semi Intensif Dengan Metode Sirkulasi Tertutup
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Untuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
01 : 02.
Suharyadi. 2011. Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Kementrian
Kelautan dan Perikanan .Jakarta. hal. 3-6, 32
Tidwell, J.H, S. Coyle, R. M. Durborow, S. Dagupta, W.A. Wurts, F. Wayne, L. A.
Bright and A. Van Arnum. 2002. Aquaculture Program. Kentucky
University. Kentucky. pp. 41.
Turnbull, J.F., Corsin, F., Mohan, C.V., Padiyar, P.A., Thakur, P.C., Madhusudan,
M., Hao, N.V. & Morgan, K.L.,. 2005. Optimising Emergency Harvest
Strategy for White Spot Disease in a Semi-IntensivePenaeus
monodon Culture System in Karnataka, India. Diseases in Asian
Aquaculture V, 405-414.
Velasques, M. P., D. A. Davis, L. A. Roy, M. L. G. Félix. 2012. Effects of Water
Temperature and Na+:K+ Ratio on Physiological and Production
Parameters of Litopenaeus vannamei Reared in Low Salinity Water. Journal
of Aquaculture. 342-343 : 13-17.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat
(Sumber: http://www.maps.google.co.id/maps, 2014)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lampiran 2. Peta Kawasan Pengembangan Komoditas Budidaya di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang, Jawa Barat
BLOK A
BLOK D
BLOK B
BLOK C
BLOK E
BLOK H
BLOK F
BLOK G
BLOK I
BLOK J
(Sumber: Profil BLUPPB Karawang, 2015)
Keterangan:
Kawasan Pengembangan Komoditas Budidaya di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang dibagi dalam 10 blok yaitu Blok A, B,
D, E, G dan J digunakan untuk kegiatan operasional BLUPPB Karawang; Blok C,
H dan F disewakan kepada pihak swasta; dan Blok I masih dalam perbaikan lahan
budidaya. Berikut merupakan komoditas budidaya yang masuk dalam kegiatan
operasional BLUPPB Karawang:
1. Lokasi budidaya Blok A:
Udang vannamei
Kepiting soka
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Ikan lele
Hacthery Ikan Laut
2. Lokasi budidaya Blok B:
Udang Vannamei
Ikan bandeng
3. Lokasi budidaya Blok D
Udang vannamei
Ikan Patin
4. Lokasi budidaya Blok E:
Udang vannamei
Ikan kerapu
Ikan bawal bintang
Ikan kakap putih
5. Lokasi budidaya Blok G:
Udang vannamei
Udang windu
6. Lokasi budidaya Blok J:
Ikan sidat
Ikan nila
Ikan mas
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lampiran 3. Struktur Organisasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat
Kepala BLUPPB Karawang
Sub Bagian Tata Usaha
Seksi Teknik Usaha Produksi Seksi Sarana Teknik Seksi Pelayanan Teknik
Kelompok
Jabatan Fungsional
(Sumber: BLUPPB Karawang, 2015)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lampiran 4. Sarana dan Prasarana Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat
Kantor Utama Kantor Pelayanan Teknik Perpustakaan
Aula Lab. Kesehatan Ikan Lab. Nutrisi
Lab. Kesehatan Ikan Lab. Plankton Bengkel
Asrama Lama Asrama Baru Guest House
Gudang Pabrik Lahan Parkir
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lanjutan Lampiran 4
Lapangan Upacara Masjid Rumah Dinas
Kantin Pos Jaga Keamanan GOR
Mobil Lab. KA. Eskavator
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lampiran 5. Sarana dan Prasarana Tambak Udang Vannamei Blok B1
Saluran masuk air
Sechi disk
Pipa outlet
Jaring
Pengukur kedalaman air
Pipa inlet
Lampu penerangan
Timbangan pakan
Timbangan sampel
Gudang
Papan putih
Penghalang
Ancu
Larutan Betadine
Kincir
Bak dan jaring
sampling
Drum penampung molase
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lampiran 6. Peralatan Uji Kualitas Air Tambak Udang Vannamei Blok B1
di Laboratorium Kualitas Lingkungan
Tabung erlenmeyer
Heater
Haemocytometer
Mikroskop
DO meter
Ph meter
Spectofotometer
Refractometer
KMnO4
HSO4
Botol sampling
Sentrifudge
Tabung sentrifudge
Penghisap
Pipet droper
Pipet Tetes
Pipet
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lampiran 7. Data Sampling Udang Vanname
Tanggal No.
Petak
DOC Berat
(g)
Size
(ekor/Kg)
Populasi Biomass FCR
7
Januari
2015
6 40 H 4,04 247
8 4,00 250
10 3,54 282
12 4,22 236
14 4,10 243
16 3,94 288 1,474 Panen
18 4,13 387 1,259 Panen
17
Januari
2015
6 50 H 5,68 176
8 5,01 199
10 4,23 236
12 5,20 192
14 4,45 153 1,945 Panen
28
Januari
2015
6 60 H 8,48 117 3,307
8 7,90 126 3,081
10 6,66 150 2,547
12 7,14 140 2,856
7
Februari
2015
6 70 H 11,2 89
8 10,7 94
10 10 100
12 10 100
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lanjutan Lampiran 7.
Tanggal Tamb
ak
pH Sali
nitas
NO2 NH4 CO3 HCO3 T.Alk
alinita
s
TOM
12
Januari
2015
06 7,96 26 0,15 0,04 0 80 80 85,8
08 7,64 29 0,25 0,50 0 112 112 91,0
10 7,91 27 0,36 3,50 0 92 92 78,4
12 7,87 27 2,22 3,97 0 84 84 93,6
19
Januari
2015
06 7,53 25 0,19 1,83 0 132 132 88,5
08 7,71 28 0,25 0,76 0 120 120 96,1
10 7,85 27 4,19 1,20 0 88 88 84,7
12 7,73 26 8,47 0,51 0 92 92 93,5
26
Januari
2015
06 7,47 20 2,57 2,58 0 76 76 60,7
08 7,21 22 17,97 0,14 0 96 96 61,9
10 7,12 22 17,59 0,20 0 112 112 64,5
12 7,09 23 5,37 3,35 0 68 68 63,2
2
Februari
2015
06 7,22 20 12,41 0,16 0 124 124 67,2
08 7,26 20 12,45 0,17 0 112 112 74,8
10 7,36 20 0,59 0,04 0 92 92 86,5
12 7,39 20 0,59 0,11 0 88 88 67,8
9
Februari
2015
06 7,25 20 14,84 1,8 0 220 220 60,7
08 7,29 20 15,96 0,45 0 132 132 63,2
10 7,37 20 19,24 0,24 0 120 120 73,3
12 7,37 20 44,66 0,58 0 112 112 61,9
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lampiran 8. Data Pengamatan Parameter Biologi
Tanggal Tambak Total
Plankton
%GA %BGA %Diatom %Dino %Proto %Zoo %TPC/TVC
12
Januari
2015
06 65,50 0,8 31,3 60,3 7,5 2,1
08 29,75 13,4 42,0 24,4 20,2 1,8
10 14,50 5,2 24,1 48,3 20,7 1,0
12 96,00 45,8 18,2 30,2 5,2 0,5
19
Januari
2015
06 22,75 5,5 85,7 1,1 1,1 6,6 2,7
08 52,00 1,9 68,3 25,5 0,5 3,8 2,5
10 2,5 40,0 30,0 30,0 6,6
12 2,25 44,4 33,3 22,2 1,5
26
Januari
2015
06 113,00 1,1 26,5 69,7 2,7 5,6
08 65,25 7,7 26,8 56,7 0,4 8,4 3,6
10 10,75 16,6 20,9 46,5 14,0 11,5
12 3,00 33,3 16,7 25,0 25,0 5,3
2
Februari
2015
06 56,75 30,4 38,8 22,0 8,8 2,5
08 70,25 57,7 37,8 1,1 4,3 2,2
10 24,80 45,8 3,1 41,8 8,2 3
12 23,80 23,4 16,0 44,7 3,2 12,8 3
9
Februari
2015
06 59,00 75,0 14,4 3,4 0,4 6,8 0,6
08 174,00 67,0 17,1 12,2 0,9 2,9 0,8
10 30,25 23,1 16,5 37,2 23,1 0,7
12 41,50 56,0 9,6 12,7 4,8 16,9 1,4
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PKL MANAJEMEN KUALITAS AIR MOHAMMAD NURIL FAHMI
Lampiran 9. Data Pengamatan Parameter DO dan Suhu
Tanggal
Pengamatan
DOC Petak DO Suhu
Sore Malam Sore Malam
14 Januari
2015
46 H 6 8,8 5,5 28,1 27,8
8 8,7 5,9 28,2 27,5
10 7,4 5,5 28,1 27,6
12 7,4 5,3 28,4 27,3
21 Januari
2015
53 H 6 9,6 6,7 28,6 27,1
8 9,7 6,8 28,5 27,1
10 8,3 6,8 28,1 26,9
12 8,3 6,6 28,1 27,0
26 Januari
2015
58 H 6 9,0 6,0 28,0 27,1
8 9,0 5,3 28,1 27,1
10 8,9 6,2 28,0 26,9
12 9,0 6,6 27,9 27,0
2 Februari
2015
65 H 6 10 6,0 29,1 28,7
8 7,3 5,3 29,1 28,3
10 7,3 6,2 28,8 28,1
12 10 6,6 28,5 28,2