adi jun junan

3
About Sign In Join Now! Adi Junjunan's Site > Blog > Muslimah: Keseimbangan Peran Rumah Tangga dan Peran Sosial -Bagian I- Adi J. Mustafa Hari Ahad lalu, 14 Ramadhan 1427 (8 Oktober 2006), saya menemani Ustadz Yun* mengisi diskusi Ahad sore yang diadakan Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII)-Jepang. Diskusi yang diadakan rutin setiap pekan selama bulan Ramadhan di Balai Indonesia (pada lokasi Sekolah Republik Indonesia Tokyo -SRIT-) diadakan selepas sholat ashar hingga menjelang waktu buka puasa. Tema diskusi yang diagendakan panitia kegiatan dan kami bahas adalah seputar aktifitas muslimah, keseimbangan dalam melaksakan tugas rumah tangga (peran rumah tangga atau peran domestik) dan tugas-tugas di masyarakat (peran sosial atau peran publik). Berikut ini beberapa point terpenting yang sempat diangkat dan juga didiskusikan -saya sisipkan beberapa catatan tambahan juga- : Peran Rumah Tangga 1. Tugas-tugas tak tergantikan pada perempuan dalam kehidupan ini terkait dengan fungsi reproduksi, mulai mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Allah swt telah menyiapkan kelengkapan organ tubuh yang khas pada perempuan untuk mendapatkan amanah mulia dalam tugas tersebut. Di luar tugas-tugas tak tergantikan itu proses pendidikan dan pemanduan pertumbuhan anak menjadi tanggung jawab bersama ibu dan ayah. 2. Seorang muslimah memiliki tugas-tugas pendidikan terhadap anaknya dan tugas-tugas pengabdian terhadap suaminya, sebagaimana juga seorang ayah muslim memiliki tugas pendidikan terhadap anaknya dan kewajiban-kewajiban terhadap istrinya. "Dan kaum perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami memiliki satu tingkat kelebihan daripada istrinya." (QS 2:228). Kelebihan ini diantara penafsirannya adalah kepemimpinan di dalam rumah tangga sebagaimana diajarkan Allah pada surat an-Nisa:34. Ayat ini menyebutkan bahwa posisi kepemimpinan para suami didasarkan pada keutamaan yang Allah berikan kepada mereka (sebagian menafsirkan kelebihan intelektual/rasionalitas dan sifat-sifat kepemimpinan tertentu seperti kekuatan fisik, ketegasan dan keberanian) dan dikarenakan para suami berkewajiban memberi nafkah kepada keluarga mereka. 3. Karena kedekatan khusus seorang anak dengan ibunya dan kondisi kejiwaan para ibu yang Allah karuniai sifat kasih sayang yang lebih besar daripada kaum lelaki, para ibu memikul amanah mulia dalam memberikan curahan kasih sayang kepada anaknya. Nash yang menyatakan bahwa seorang anak diperintahkan Nabi untuk berbuat baik kepada ibunya, ibunya, dan ibunya dan barulah kepada ayahnya, menunjukkan posisi khusus seorang ibu terhadap anaknya. Sementara itu berbagai nash agama menjelaskan juga bahwa berbaktinya seorang istri terhadap suaminya menjadi ciri kebaikan utama dan akan Allah balas dengan pahala yang amat besar. Dari Ummu Salamah, Nabi saw bersabda,"Siapapun istri yang meninggal, sedangkan suaminya penuh keridhaan terhadap dirinya, niscaya ia akan masuk surga." (Hadits riwayat at-Tirmidzi) Mengingat hal di atas, tugas utama perempuan muslimah adalah pada tugas-tugas domestik, yaitu pada pendidikan anak-anak dan berbakti kepada suaminya. Atau dalam sudut pandang sunnah, seorang muslimah akan dimintai pertanggungjawaban dalam mengelola urusan rumah tangga, sehingga seluruh anggota keluarga merasakan suasana ketentraman di dalam rumah. 4. Tak ada pengarahan khusus dalam agama, bahwa perempuan bertugas mengerjakan pekerjaan seperti mencuci piring, mencuci baju, mengepel dan lain-lain. Hal ini pada prinsipnya merupakan tugas bersama dan bahkan menjadi bagian perhatian yang mesti diperhatikan suami dalam pemenuhan nafkah kepada keluarga. 5. Bagaimana dengan kebiasaan yang ada di masyarakat, yang menerima bahwa tugas-tugas rumah tangga itu menjadi tanggung jawab perempuan? Jawabannya, hal ini bisa diterima selama kedua belah pihak, terutama pihak istri menerima hal ini dengan ridha (rela dan suka) dan tidak merasa terpaksa. Ketika ada hak-hak yang terkurangi dengan tugas-tugas ini, maka sangat terbuka bagi suami istri untuk mendiskusikan hal ini. Muslimah: Keseimbangan Peran Rumah Tangga dan Peran Sosial - Bagian I - Oct 8, '06 11:49 PM for everyone adijm Last Login: Oct 16 View Adi Junjunan's Profile To see exclusive content that Adi Junjunan has posted for his friends and family - or to start your own web page like this one - join Multiply (free registration).

Upload: handriansyah-doel

Post on 17-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

reference

TRANSCRIPT

  • z About z Sign In

    z Join Now! Adi Junjunan's Site > Blog > Muslimah: Keseimbangan Peran Rumah Tangga dan Peran Sosial -Bagian I-

    Adi J. Mustafa

    Hari Ahad lalu, 14 Ramadhan 1427 (8 Oktober 2006), saya menemani Ustadz Yun* mengisi diskusi Ahad sore yang diadakan Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII)-Jepang. Diskusi yang diadakan rutin setiap pekan selama bulan Ramadhan di Balai Indonesia (pada lokasi Sekolah Republik Indonesia Tokyo -SRIT-) diadakan selepas sholat ashar hingga menjelang waktu buka puasa. Tema diskusi yang diagendakan panitia kegiatan dan kami bahas adalah seputar aktifitas muslimah, keseimbangan dalam melaksakan tugas rumah tangga (peran rumah tangga atau peran domestik) dan tugas-tugas di masyarakat (peran sosial atau peran publik). Berikut ini beberapa point terpenting yang sempat diangkat dan juga didiskusikan -saya sisipkan beberapa catatan tambahan juga- : Peran Rumah Tangga 1. Tugas-tugas tak tergantikan pada perempuan dalam kehidupan ini terkait dengan fungsi reproduksi, mulai mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Allah swt telah menyiapkan kelengkapan organ tubuh yang khas pada perempuan untuk mendapatkan amanah mulia dalam tugas tersebut. Di luar tugas-tugas tak tergantikan itu proses pendidikan dan pemanduan pertumbuhan anak menjadi tanggung jawab bersama ibu dan ayah. 2. Seorang muslimah memiliki tugas-tugas pendidikan terhadap anaknya dan tugas-tugas pengabdian terhadap suaminya, sebagaimana juga seorang ayah muslim memiliki tugas pendidikan terhadap anaknya dan kewajiban-kewajiban terhadap istrinya. "Dan kaum perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami memiliki satu tingkat kelebihan daripada istrinya." (QS 2:228). Kelebihan ini diantara penafsirannya adalah kepemimpinan di dalam rumah tangga sebagaimana diajarkan Allah pada surat an-Nisa:34. Ayat ini menyebutkan bahwa posisi kepemimpinan para suami didasarkan pada keutamaan yang Allah berikan kepada mereka (sebagian menafsirkan kelebihan intelektual/rasionalitas dan sifat-sifat kepemimpinan tertentu seperti kekuatan fisik, ketegasan dan keberanian) dan dikarenakan para suami berkewajiban memberi nafkah kepada keluarga mereka. 3. Karena kedekatan khusus seorang anak dengan ibunya dan kondisi kejiwaan para ibu yang Allah karuniai sifat kasih sayang yang lebih besar daripada kaum lelaki, para ibu memikul amanah mulia dalam memberikan curahan kasih sayang kepada anaknya. Nash yang menyatakan bahwa seorang anak diperintahkan Nabi untuk berbuat baik kepada ibunya, ibunya, dan ibunya dan barulah kepada ayahnya, menunjukkan posisi khusus seorang ibu terhadap anaknya. Sementara itu berbagai nash agama menjelaskan juga bahwa berbaktinya seorang istri terhadap suaminya menjadi ciri kebaikan utama dan akan Allah balas dengan pahala yang amat besar. Dari Ummu Salamah, Nabi saw bersabda,"Siapapun istri yang meninggal, sedangkan suaminya penuh keridhaan terhadap dirinya, niscaya ia akan masuk surga." (Hadits riwayat at-Tirmidzi) Mengingat hal di atas, tugas utama perempuan muslimah adalah pada tugas-tugas domestik, yaitu pada pendidikan anak-anak dan berbakti kepada suaminya. Atau dalam sudut pandang sunnah, seorang muslimah akan dimintai pertanggungjawaban dalam mengelola urusan rumah tangga, sehingga seluruh anggota keluarga merasakan suasana ketentraman di dalam rumah. 4. Tak ada pengarahan khusus dalam agama, bahwa perempuan bertugas mengerjakan pekerjaan seperti mencuci piring, mencuci baju, mengepel dan lain-lain. Hal ini pada prinsipnya merupakan tugas bersama dan bahkan menjadi bagian perhatian yang mesti diperhatikan suami dalam pemenuhan nafkah kepada keluarga. 5. Bagaimana dengan kebiasaan yang ada di masyarakat, yang menerima bahwa tugas-tugas rumahtangga itu menjadi tanggung jawab perempuan? Jawabannya, hal ini bisa diterima selama kedua belah pihak, terutama pihak istri menerima hal ini dengan ridha (rela dan suka) dan tidak merasa terpaksa. Ketika ada hak-hak yang terkurangi dengan tugas-tugas ini, maka sangat terbuka bagi suami istri untuk mendiskusikan hal ini.

    Muslimah: Keseimbangan Peran Rumah Tangga dan Peran Sosial -Bagian I- Oct 8, '06 11:49 PM for everyone

    adijm

    Last Login: Oct 16

    z View Adi Junjunan's Profile

    z z

    To see exclusive content that Adi Junjunan has posted for his friends and family - or to start your own web page like this one - join Multiply(free registration).

  • Dalam kaidah hukum Islam, dikenal satu sumber hukum (meskipun bukan yang utama) apa yang disebut al-'urf, yaitu pengakuan adat kebiasaan yang baik yang telah diterima masyarakat dan tidak bertentangan dengan sumber hukum utama (al Quran dan as Sunnah). Oleh karenanya kita temukan dalam sejarah Islam sejak masa Nabi Muhammad saw, para muslimah pun mengerjakan tugas-tugas kerumahtanggaan. Fatimah az-Zahra putri Nabi bekerja tidak ringan di rumahnya. Ia membuat roti sendiri di rumahnya mulai dari menumbuk bahan gandum hingga membakarnya. Asma binti Abi Bakr membantu suaminya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, memberi makanan kuda, membawa air ke kebun suaminya berjalan kaki sekitar lima kilometer. Semua ini berlangsung di masa Nabi. Beliau mengetahuinya dan tidak memberikan koreksi atas kebiasaan yang berlaku. Di sisi lain, tercatat dalam sejarah salah seorang gubernur (setara dengan kepala negara bagian) pada masa kekhalifahan Islam yang mencuci sendiri pakaiannya. Bahkan tercatat dalam sejarah, bahwa Nabi saw sendiri terkadang menjahit bajunya sendiri atau membersihkan rumah membantuistri beliau. Jadi kesimpulannya, pekerjaan rumah tangga itu dikerjakan bersama-sama, sesuai kesepakatan dan kerelaan kedua pihak istri dan suami. 6. Salah satu hak penting bagi muslimah adalah mendapatkan pendidikan dan pengetahuan untuk memikul tugas-tugas domestiknya. Untuk proses pengembangan kepribadiannya dan untuk mendidik anak menjadi cerdas dan shalih, seorang ibu pun mesti memiliki berbagai ilmu pengetahuan seperti psikologi, kesehatan, nutrisi, ekonomi dll sampai pada batas yang memadai. Karenanya kita dapatkan nash untuk tidak melarang kaum perempuan mendatangi masjid-masjid. Mereka boleh hadir ke masjid-masjid dengan menjaga kesopanan dan adab islami ketika ke luar rumah. Ini adalah jaminan terbukanya kesempatan bagi muslimah untuk membina dirinya dengan beribadah kepada Allah dan juga mengikuti majelis-mejelis ilmu. Pada era komunikasi saat ini semakin terbuka kesempatan bagi muslimah untuk memperluas wawasan dan ilmunya melalui berbagai teknologi dan sarana penyebaran informasi yang tersedia. Peran Sosial ... -bersambung ke bagian ke-2- === * Dr. H. Yunahar Ilyas. Lc, M.A. adalah salah seorang Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Beliau diundang KMII-Jepang untuk mengisi ceramah-ceramah tarawih di SRIT dan kegiatan keislaman lainnya selama sepuluh hari kedua bulan Ramadhan tahun ini. KMII-Jepang setiap tahun mengundang tiga orang ulama mubalig dari tanah air. Masing-masing mengisi sepuluh hari pertama, kedua dan ketiga selama bulan Ramadhan. Tags: gagasan Prev: Kebersamaan dengan Allah Next: Muslimah: Keseimbangan Peran Rumah Tangga dan Peran Sosial -Bagian II (habis)- reply share View replies:Chronological Reverse Threaded

    reply fetryz wrote on Oct 9 jazakalloh mas untuk infonya... =)reply abangkakak wrote on Oct 9 syukran ustadz atas catatan2 nya... ditunggu lanjutannya...reply fistica wrote on Oct 9 hmm wanita .... mahluk yang luar biasa ^_^ jazakallah pak ... di tunggu info selanjut nya reply banyumili wrote on Oct 9 Indahnya seandainya suami selalu ingat bahwa tugas domestik dirumah tidak selalu menjadi tugas istri. Tapi mungkin karena kebiasaan yang berlaku dimasyarakat kita ya pak Adi, kalo kerjaan dirumah dikerjakan istri dianggap sudah semestinya tapi kalo suami yang mengerjakan sepertinya suatu hal yang luarbiasa.reply adijm wrote on Oct 9 fetryz said

    jazakalloh mas untuk infonya... =) waiyyaki ... semoga bermanfaat.reply adijm wrote on Oct 9 abangkakak said

    syukran ustadz atas catatan2 nya... ditunggu lanjutannya...

  • About Blog Testimonials Terms Privacy Corp Info Contact Us Help Copyright 2004-2006 Multiply, Inc. All rights reserved.

    Add a reply:

    afwan. terima kasih buat bunda abang-kakak atas kunjungannya. insya Allah sambungannya menyusul.reply adijm wrote on Oct 9 fistica said

    hmm wanita .... mahluk yang luar biasa ^_^ wanita unik, lelaki juga unik terhadap wanita. dikatakan " ... and by Him Who created male and female; certainly your efforts and deeds are diverse (different in aims and purposes) ..." [al Lail:3-4]reply adijm wrote on Oct 9 Memang tetap diperlukan saling memahami dan saling pengertian, Mbak. Kalau suami memang mesti kerja keras di luar rumah, maka akan menjadi pahala besar bagi istri untuk meng-handle pekerjaan rumah. Sebaliknya menjadi sikap terpuji dari suami yang meskipun sudah lelah di luar rumah, tetapi tetap sebaik mungkin membantu istrinya di rumah ...reply ummusalma wrote on Oct 9 Jazakallah Ustad Adi sharing materi diskusinya..ditunggu sambungannya...reply adijm wrote on Oct 9, edited on Oct 9 ummusalma said

    Jazakallah Ustad Adi sharing materi diskusinya..ditunggu sambungannya... Waiyyaki, jazakillahu khairan. Insya Allah sambungannya segera menyusul.reply dianaldi wrote on Oct 10 Saya ijin copy, ya Pak.. Boleh? :) Jazakallah khair..reply adijm wrote on Oct 10 dianaldi said

    Saya ijin copy, ya Pak.. Boleh? :) Jazakallah khair.. Waiyyaki. Silakan Mbak.

    Submit Preview & Spell Check