buletin budpar apr-jun kecil revisi

Upload: bakrie-akhmad

Post on 07-Jul-2015

298 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PariwisataInovatif, berkelanjutan dan berdaya saingVolume II / 2010, Edisi April - Juni 2010

Destinasi

Destinasi Pariwisata t

Isi 1 Sail Banda 2010 dan Lomba Darwin-Ambon Yacht Race.SKKNI & Standar Usaha Bidang Pariwisata Kerja Integrasi PNPM Mandiri.

SAIL BANDA 2010 DAN LOMBA LAYAR DARWIN AMBON YACHT RACESail Banda 2010 akan dilaksanakan dengan mengambil start dari Darwin Australia. The Darwin Sailing Club digunakan sebagai tempat berkumpulnya peserta Sail Banda 2010 sebelum flag off. Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Bapak Firmansyah Rahim beserta dengan Beberapa Staf dari Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata berkesempatan

4 Galakkan Diseminasi

6 Rapat Kerja Integrasi PNPM Mandiri & Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pariwisata. 8 Jumpa Pers Lomba Foto Sadar Wisata dan Penghargaan Toilet Umum Bersih Museum 2010. 10 Festival Film PelajarIndonesia 2010.

12 Penganugerahan Penghargaan Citra Pesona Wisata/ CIPTA Award 2010 Cipta Award 2010. 13 Workshop Forum Komunikasi Pengembangan Daya Tarik Wisata. 14 Indonesia Menuju GEOPARK Nasional dan Global. 22 Pra Konferensi DMO Bandung, Yogyakarta, Bali. 29 Sosialisasi dan DialogProblematika Minuman Ber-alkohol.

Dari kiri ke kanan: Ny. Hellen de Lima, Bpk.Achyarddin (Dir. Produk Pariwisata), staf DoCM, Bpk. Firmansyah Rahim (Dirjen PDP), Mr. Brendan Noran (Director of Asian Relation), Bpk. Arvinanto (Vice Consul KRI Darwin), staf DoCM

untuk datang guna memenuhi undangan dari konsulat Republik Indonesia yang berada di Darwin Australia. Seluruh rombongan berkesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat, diantaranya : The Darwin Sailing Club. Tempat ini digunakan sebagai tempat berkumpulnya peserta Sail Banda 2010 sebelum flag off Dinah Beach Cruising Yacht Association (penyelenggara Darwin Ambon Yacht Race) untuk melihat perkembangan klub

kapal layar sebagai masukan untuk pengembangan klub kapal layar di Indonesia. Mengunjungi Port of Darwin untuk melihat pengelolaan dermaga yang digunakan juga sebagai pelabuhan untuk kapal pesiar. Cullen Bay Marina untuk melihat pengelolaan marina sebagai tempat sandar kapal layar (yacht) serta fasilitas yang disediakan oleh marina. Kunjungan resmi ke Department of Chief Minister dan bertemu dengan Director of Asian Rela-

30 Wisata Untuk ParaLansia.

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisatathe teamPengarah: Ir. Firmansyah Rahim, MM Penanggungjawab: Drs. Winarno Sudjas Pemimpin Redaksi: Frans Teguh Editor: H. Kodhyat Dewan Redaksi: Hengky Manurung Suwanto Torang Nasution Kezia Stephanie Evelin. A Ariadi Danes Nugroho Tonny Chriswanto Andi Widyanta Wiwit Novianti Undhan S. Endah R. Design Grafis: Jokochan

BERITA

|2

Foto (kiri ke kanan) : Bpk. Firmansyah Rahim, Bpk. Harbangan Napitupulu (Konsul Republik Indonesia di Darwin), Mr. David Woodhouse (Operator Rally Sail Banda 2010)

tions Mr. Brendan Noran. Kunjungan ini untuk menginformasikan mengenai penyelenggaraan lomba kapal layar yang akan dilaksanakan di Darwin. Serta untuk meminta dukungan dalam penyelenggaran lomba kapal layar dimaksud. Mr. Brendan juga menyinggung tentang rute penerbangan pesawat Garuda Indonesia dari Denpasar menuju Darwin yang sampai saat ini masih ditutup. Beliau meminta agar rute ini diaktifkan kembali apabila memungkinkan untuk

meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Cullen Bay area. Pelabuhan digunakan sebagai tempat peserta untuk naik ke kapal Spirit of Darwin menuju lokasi flag off Sail Banda 2010. Sedangkan untuk flag off Darwin Ambon Yacht Race akan dilakukan di darwin Harbor dengan menggunakan Kapal Angkatan Laut. Pelabuhan ini digunakan juga sebagai pelabuhan kapal ferry untuk menuju Mandorah.

Foto (kiri ke kanan): Bpk. Firmansyah Rahim, Mr. Wayne Huxley (operator Darwin Ambon Yacht Race)

Dirjen PDP mengunjungi Dinah Beach Cruising Yacht Association (DBCYA) Foto (dari kiri ke kanan) : Bpk. Achyaruddin, Ny. Hellen de Lima, Mr. Rick Setter, Bpk. Firmansyah Rahim, Mr. Mike Donald

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

3 | PARIWARA

Destinasi Pariwisata t

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

BERITA

|4

GALAkkAN DISEMINASI STANDAR kOMpETENSI kERjA NASIONAL INDONESIA (SkkNI) & STANDAR USAHA BIDANG pARIWISATADiseminasi SKKNI dan Standar Usaha bidang pariwisata semakin digencarkan!!

etelah 7 (tujuh) SKKNI bidang pariwisata disahkan tahun 2009, maka saatnya diseminasi mengenai standar bidang pariwisata termasuk rancangan standar usaha pariwisata digencarkan di tahun 2010. 7 SKKNI tersebut melengkapi 4 SKKNI bidang pariwisata yang telah disahkan sebelumnya pada tahun 2004 dan 2005. Keseluruhan SKKNI tersebut yaitu SKKNI BPW(2004), SKKNI Hotel & Restoran(2004), SKKNI Spa (2005),SKKNI Jasa Boga (2007), SKKNI Tour Leader (2009),SKKNI Kepemanduan wisata, SKKNI Pemandu wisata sel am,SKKNI Pemandu wisata arung jeram, SKKNI pemandu wisata ekowisata,SKKNI Pemandu Museum, SKKNI MICE . Subdit Diseminasi Standar Pariwisata, Direktorat Standardisasi Pariwisata tahun 2010 melaksanakan diseminasi ke berbagai daerah. Tanggal 15-16 April 2010 di Bandung, Jawa Barat telah diselenggarakan diseminasi SKKNI Pariwisata Kepemanduan Arung Jeram dan rancangan standar usaha arung jeram. Kegiatan yang sama juga dilaksanakan di

S

Denpasar, Bali pada tanggal 29-30 April 2010. Dan di Yogyakarta telah dise lenggarakan diseminasi SKKNI Pariwisata Kepemanduan Museum serta diseminasi rancangan standar usaha restoran pada tanggal 22-23 April 2010. Kegiatan diseminasi tersebut akan terus berlangsung sampai dengan akhir tahun 2010 ini. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan diseminasi ini adalah penyebarluasan pemahaman tentang standar usaha dan standar kompetensi kerja di bidang pariwisata serta lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari para tenaga kerja pariwisata juga kepada para pelaku usaha pariwisata, asosiasi pariwisata baik asosiasi profesi maupun asosiasi usaha juga pemerintah daerah itu sendiri. Semoga seluruh pemangku kepentingan di dunia pariwisata lebih dapat bersinergi memajukan pariwisata Indonesia. Bravo pariwisata! SERTIFIKASI Tenaga Kerja Pariwisata Terus Menambah Targetnya Setiap Tahun Setelah tahun 2009, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi

Kegiatan Diseminasi Standar Bidang Pariwisata di Yogyakarta.

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

5 | BERITAPariwisata berhasil mensertifikasi 4000 tenaga kerja pariwisata khususnya di bidang kompetensi hotel, restoran dan spa. Kini Ditjen PDP dalam hal ini Direktorat Standardisasi Pariwisata terus menambah targetnya ke depan setiap tahun, untuk tahun 2010 ini bertambah menjadi 5000 orang tenaga kerja pariwisata. Sertifikasi kompetensi tenaga kerja dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan destinasi wisata yang berdaya saing khususnya dari segi kompetensi sumber daya manusia tena-

Destinasi Pariwisata t

ga kerja pariwisata. Untuk tahun 2010 ini tersebar dilaksanakan di 12 provinsi yaitu Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Selatan, nusa tenggara barat, Sulawesi Utara. Sertifikasi dilaksanakan melalui uji kompetensi berbasis SKKNI bidang pariwisata antara lain SKKNI BPW, SKKNI Hotel & Restoran, SKKNI Spa,SKKNI Jasa Boga, SKKNI Tour Leader ,SKKNI Kepemanduan wisata, SKKNI Pemandu wisata

Kegiatan Diseminasi Standar Usaha Pariwisata Arung Jeram di Bandung, Jawa Barat

selam, SKKNI Pemandu wisata arung jeram, SKKNI pemandu wisata ekowisata,SKKNI Pemandu Museum, SKKNI MICE . Proses sertifikasi dibantu oleh 6 (enam) Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) sektor pariwisata yaitu LSP

Hotel dan Restoran, LSP Pariwisata Indonesia, LSP Pariwisata, LSP Nusantara, LSP Spa Nasional, LSP COHESPA. Pelaksanaan kegiatan dimulai bulan April sampai dengan Agustus 2010 diharapkan sudah selesai.

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

BERITA

|6

RApAT kERjA INTEGRASI pNpM MANDIRI DAN pROGRAM pEMBERDAYAAN MASYARAkAT BERBASIS pARIWISATA

Penyerahan bantuan peralatan Reog oleh Dirjen PDP Firmansyah Rahim (kanan) kepada masyarakat diwakili Kepala Desa Pakis Baru Juni Kurniawan

PACITAN, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata melalui Desa Wisata yang saat ini telah memasuki tahun ke-2 pelaksanaan. Program ini dinilai efektif meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat miskin yang tinggal di daerah sekitar daya tarik wisata. Sebab tidak dapat dipungkiri, program ini telah menggerakkan perekonomian masyarakat dan membangkitkan kesadaran wisata sehingga berdampak pada pertumbuhan usaha rakyat. Demikian yang mengemuka dalam Rapat Kerja Integrasi PNPM Mandiri Dan Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pariwisata di Desa Sidoharjo, Pacitan, Jawa Timur, Jumat (4/6). Hadir dalam kesempatan tersebut antara lain,

Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Ir. Firmansyah Rahim; Direktur Pemberda yaan Masyarakat Drs. Bakri MM; Bupati Pacitan H. Suyono; Ketua DPRD Pacitan Sutopo; Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K); Perwakilan dari PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM Mandiri Pedesaan, PNPM Mandiri Pertanian (PUAP), PNPM Mandiri Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah (PISEW), PNPM Mandiri Perumahan Rakyat; Pengusaha perhotelan Johnnie Sugiarto serta tokoh-tokoh masyarakat setempat. Menurut Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah Rahim, saat ini PNPM Desa Wi-

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

7 | BERITAsata sudah menjadi gerakan nasional. Sebagai dampaknya, masyarakat mampu belajar bagaimana mengelola potensi wisata yang ada, ujarnya seraya menyebut Desa Sidoharjo adalah salah satu dari 11 desa wisata percontohan di tanah air. Dalam kesempatan itu juga diberikan bantuan berupa perlengkapan reog kepada Desa Pakis

Destinasi Pariwisata t

Baru, diwakili oleh Juni Kurniawan selaku Kepala Desa yang diserahkan secara simbolis oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah Rahim. Bantuan ini diharapkan membuat sanggar seni dan budaya di Pacitan bergairah dan mendukung potensi pariwisata setempat seperti Goa Gong, Goa Tabuhan, Pantai Teleng Ria, Monu-

Direktur Pemberdayaan Masyarakat Bakri menyampaikan paparan PNPM Mandiri Pariwisata.

men Panglima Besar Jenderal Sudirman maupun Rumah masa kecil Presiden SBY. Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Bakri menyebutkan, Kementerian Budpar menargetkan pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata bisa menjangkau 2.000 desa di Indonesia pada 2014. Realisasi program tersebut, tahun ini disiapkan anggaran Rp 20 miliar yang jumlahnya jauh melebihi tahun sebelumnya yakni Rp 6 miliar untuk target 200 desa dengan alokasi masingmasing desa antara Rp 60 s.d. 90 juta, ucap Bakri. Dari pengamatannya, hampir 60% warga

yang tinggal di sekitar daerah tujuan wisata justru tergolong miskin. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan masyarakat mengolah potensi yang dimiliki serta kurangnya kemauan bekerja dalam dunia pariwisata yang kompetitif. Melalui PNPM Mandiri Pariwisata, masyarakat akan mendapat pembekalan keterampilan serta fasilitas sehingga mampu mengelola daerah wisatanya sendiri. Harapannya target percepatan pembangunan manusia lebih mudah dicapai dan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan. (anw)

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

BERITA

|8

jUMpA pERS LOMBA FOTO SADAR WISATA DAN pENGHARGAAN TOILET UMUM BERSIH MUSEUM 2010JAKARTA, Mensukseskan program Sadar Wisata, Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata (Ditjen PDP) tahun 2010 melaksanakan kegiatan Lomba Foto Sadar Wisata dan Penghargaan Sapta Pesona (Toilet Umum Bersih Museum). Dalam rangka mengkomunikasikan dua kegiatan tersebut, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Ditjen PDP menggelar jumpa pers di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Rabu (19/5). Hadir pada kesempatan tersebut Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah Rahim, Direktur Pemberdayaan

Foto Jumpa Pers

Para Dewan Juri

Masyarakat Bakri, Runner up I Putri Pariwisata Indonesia 2009 Rieke Caroline, para Dewan Juri Lomba Foto Sadar Wisata dan Penghargaan Sapta Pesona (Toilet Umum Bersih) Museum serta para undangan wartawan dari media cetak maupun media elektronik. Penghargaan Sapta Pesona (Toilet Umum Bersih Museum) Penghargaan Toilet Umum Bersih Museum ini ditujukan kepada museum yang dikelola oleh pemerintah dan beberapa museum yang dikelola swasta sebanyak 53 museum di 15 provinsi, dengan maksud untuk memberikan apresiasi dan

meningkatkan motivasi kepada para pengelola museum dalam rangka mensukseskan Tahun Kunjung Museum 2010. Dewan juri dalam kegiatan Penghargaan Sapta Pesona (Toilet Umum Bersih) Museum 2010 terdiri dari unsur; Kementerian Kesehatan, Media Cetak, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Asosiasi Toilet Indonesia (ATI), Kementerian Budpar, Dharma Wanita Persatuan dan bertindak sebagai Dewan Juri Kehormatan yaitu Ibu Triesna Wacik. Ibu Triesna Wacik mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kes-

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

9 | BERITAadaran masyarakat akan arti penting Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Indah, Ramah dan Kenangan) dalam mengelola dan menggunakan toilet umum demi terwujudnya citra destinasi pariwisata yang baik dan berdaya saing. Sistem penilaian pengelolaan toilet tetap mengacu kepada standar yang berlaku secara internasional dengan bobot penekanan pada unsur perawatan, kebersihan dan kelengkapan peralatan yang komposisi pembobotan pada pemeliharaan dan kenyamanan (bobot 55%), ketentuan dan kondisi (bobot 30%) dan yang disenangi pemakai (bobot 15%). Dewan Juri Kehormatan dan Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata berharap diselenggarakannya kegiatan penilaian toilet umum bersih di museum akan mendorong masyarakat untuk lebih peduli dalam menggunakan toilet umum dan kepada para pengelola toilet dituntut agar selalu merawat dan menjaga kebersihan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada wisatawan. Lomba Foto Sadar Wisata Lomba Foto Sadar Wisata Tahun 2010 mengangkat tema Peran Masyarakat Dalam Menggalakkan Sadar Wisata Di Destinasi Pariwisata Melalui Penerapan Sapta Pesona. Lomba foto dengan total hadiah ini Rp 31,5 juta terbuka untuk umum dan akan dimulai dari tanggal 10 April hingga 10 Juli 2010 sebagai batas akhir penyerahan karya foto ke pihak panitia lomba. Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, tujuan diadakannya lomba foto Sadar Wisata 2010 adalah sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan butir-butir Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, dan Kenangan) melalui seni fotografi. Hasil karya foto terbaik dari seni fotografi ini menjadi signifikan dalam menginformasikan dan menyebarluaskan

Destinasi Pariwisata t

peran masyarakat dalam pembangunan pariwisata daerah. Pengumuman para pemengang dan penyerahan hadiah akan dilakukan pada 1 Agustus 2010. Sebelumnya, karya foto terbaik dan masuk dalam nominasi juara lomba akan dipamerkan dalam acara pameran foto yang digelar di Mall Artha Gading, Jakarta selama tiga hari mulai 30 Juli sd 1 Agustus 2010. Dewan juri yang terdiri dari lima orang yakni: Ketua, Arbain Rambey (Ahli Fotografi, dari harian Kompas); dan empat anggota, Sigit Pramono (Ahli Fotografi, Komisaris BCA), Darwis Triadi (Ahli Fotografi, Darwis Triadi School of Photography), Bambang Wijanarko (Ahli Fotografi, Ketua Komunitas Fotografi Budpar), dan Erwin Nurdin (Pemerhati Fotografi, Tabloid Bandara) akan menyeleksi karya foto tersebut kemudian menetapkan enam pemenang untuk juara satu hingga harapan. Untuk juara pertama, pihak panitia akan memberikan hadiah uang sebesar Rp 10 juta, trophy Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) serta piagam. Sedangkan juara dua dan tiga masing-masing mendapat hadiah uang sebesar Rp 7,5 juta dan Rp 5 juta serta tropi dan piagam. Juara harapan satu mendapat hadiah uang Rp 3 juta serta piagam, sedangkan juara harapan dua dan tiga masing-masing Rp 2 juta dan Rp 1 juta serta piagam. Untuk pengunjung disediakan doorprize dengan total hadiah uang sebesar Rp 3 juta. Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata mengharapkan dengan lomba Foto Sadar Wisata 2010 dapat mendorong masyarakat akan pentingnya peran pariwisata dalam mensejahterakan masyarakat. (anw)

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

BERITA

| 10

FESTIVAL FILM pELAjAR INDONESIA 2010

Panelis Peserta

JAKARTA, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat - Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata menjalin kerja sama dengan Yayasan Karya Cipta Muda Archadia menyelenggarakan kegiatan Festival Film Pelajar Indonesia (Indeff) 2010 yang diikuti oleh pelajar SMA/SMK Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi. Program tersebut merupakan formulasi dari pemanfaatan film indie karya anakanak remaja dengan masa putar 15 menit, bertemakan SADAR WISATA. Dewan juri yang terdiri dari 3 orang yakni Jajang C. Noer, Ray Sahetapy dan Bakri menilai 6 nominasi film indie yang dipresentasikan dan diapresiasi di Balai Latihan Kesenian Jakarta Timur, Rabu (3/3). 6 nominasi film tersebut diantaranya: PengAlaman (SMU 2 Tambun Utara), Aku, Kau dan Dia (SMU Dwi Warna Sawan-

gan), Bahari Biru (SMK Negeri 48 Jakarta Timur), Laila Lalai (SMK Cempaka Nusantara Depok), Suci Penari (SMU Negeri 3 Tambun Selatan), dan Mana Topengku (SMK Negeri 2 Cikarang Barat). Metode penilaian penjurian yang dilakukan, seluruh peserta wajib memaparkan isi cerita film kepada audience dan panelis sebelum film hasil karyanya ditayangkan. Film-film tersebut dipromosikan, didiskusikan dan disanggah oleh para perwakilan masing-masing sekolah peserta, yang dipandu oleh moderator dan dikomentari oleh para dewan juri. Hal menggembirakan yang menjadi catatan selama penilaian adalah keberhasilan para peserta menjabarkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona ke dalam sebuah film yang diperankan oleh bintang-bintang amatir sekolah nya dengan baik. Dewan juri yakni Jajang C. Noer,

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

11 | BERITA

Destinasi Pariwisata t

Dewan Juri

Ray Sahetapy dan Bakri telah menetapkan pemenang yang terbagi dalam beberapa kategori, antara lain:

No1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Film Film Dokumenter Peran Utama Pria Peran Utama Wanita Peran Pembantu Pria Peran Pembantu Wanita Sutradara Penata Artistik Penata Rias Skenario Penata Kamera Penyunting Penata Suara Penata Musik Poster

KATEGORI TERBAIK

PengAlaman Bahari Biru Mang Dudu (Suci Penari) Rossa Morita Untary (Laila Lalai) Ayub Shabir (Aku, Kau dan Dia) Rose Ansela (Mana Topengku) Dede Afriyani (Suci Penari) Reza Zulfahmi (Mana Topengku) Lusi (Mana Topengku) Uun Riana (Bahari Biru) Andi Maulana Agung (Lalila lalai) Agus Yuliono (Bahari Biru) Yogi Imam Sadewo (Mana Topengku) Larrisa (PengAlaman) Juan Verdza (Aku, Kau dan Dia)

PEMENANG

Menurut rencana, pelaksanaan penghargaan pemenang Final Festival Film Pelajar Indonesia 2010 akan dilaksanakan di Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jl. H.R. Rasuna Said Kav C 22, Kuningan Jakarta. (anw).

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

BERITA

| 12

pENGANUGERAHAN pENGHARGAAN CITRA pESONA WISATA/ CIpTA AWARD 2010alam rangka mendorong dan meningkatkan kualitas pelayanan daya tarik wisata yang berwawasan lingkungan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata c.q. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata akan memberikan penghargaan Citra Pesona Wisata / CIPTA Award kepada pengelola daya tarik wisata alam yang berwawasan lingkungan untuk pertama kalinya di Indonesia, baik dari unsur instansi pemerintah; pemerintah daerah; Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Swasta(BUMS), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun kelompok masyarakat atau perorangan. Dan Penghargaan CIPTA Award ini akan diselenggarakan secara berkelanjutan/ setiap tahun dengan tema yang berbeda. Untuk informasi selengkapnya mengenai : Persyaratan Peserta, Kriteria Penilaian, Mekanisme Pelaksanaan Penghargaan, Bentuk Penghargaan dan lain lain dapat dilihat pada website www.budpar.go.id dengan me-download buku: Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata Berwawasan Lingkungan (Pemberian Penghargaan Citra Pesona Wisata / CIPTA Award) atau ke alamat: Sekretariat Penghargaan Citra Pesona Wisata/ CIPTA award : Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Jl. Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta Pusat 10110 Telp (021) 383 8212/383 8230 - Fax (021) 381 0906 E-mail : [email protected] [email protected] Website : www.budpar.go.id

D

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

13 | BERITA

Destinasi Pariwisata t

WORkSHOp FORUM kOMUNIkASI pENGEMBANGAN DAYA TARIk WISATA

enindaklanjuti Renstra Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2011-2014, yang memfokuskan pengembangan 29 daya tarik wisata sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing global bagi wisman maupun wisnus, Direktorat Produk Pariwisata telah menyelenggarakan Workshop Forum Komunikasi Pengembangan Daya Tarik Wisata pada tanggal 11-12 Mei 2010 di Hotel Losari Roxy Jakarta. Workshop ini bertujuan untuk menyusun rancangan pengembangan 29 daya tarik wisata tahun 2011-

M

2014. Peserta yang hadir adalah perwakilan dari Disbudpar Kabupaten/Kota di 29 daya tarik, Kepala Taman Nasional, serta Disbudpar Provinsi yang wilayah daya tariknya berada di lebih dari satu kabupaten. Agenda workshop hari pertama adalah pembekalan mengenai kebijakan dan strategi pengembangan daya tarik wisata Indonesia sebagai destinasi wisata internasional, dan penjelasan mengenai penyusunan rencana pengembang an daya tarik 2011-2014. Kemudian pada hari kedua,

dilanjutkan diskusi kelompok dengan tema Bahari, Taman Nasional dan Budaya yang difasilitasi oleh para Kasubdit Direktorat Produk Pariwisata. Hasil pembahasan usulan daerah tersebut masih bersifat tentatif dan akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan Disbudpar Provinsi untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan pada Rakornis Destinasi pada kesempatan yang akan datang. Sebagai hasilnya, telah ada kesepakatan dari peserta workshop mengenai rencana pengembangan 29 daya tarik wisata.

DTW Bahari

1. Pulau Weh 2. Pulau Abang 3. Pulau Mentawai 4. Raja Ampat 5. Derawan 6. Wakatobi 7. Banda 8. Tomini 9. Kepulauan Seribu 10. Bunaken 11. Togean 12 Karimunjawa

Taman Nasional

1. TN. Danau Sentarum 2. TN. Tanjung Putting 3. TN. Danau Kelimutu 4. TN. Gunung Tambora 5. TN. Gunung Rinjani 6. TN. Komodo 7. TN. Dataran Tinggi Dieng 8. TN. Bromo Tengger Semeru

DTW Budaya

1. Tj. Lesung 2. Borobudur 3. Sleman 4. Toraja 5. D. Toba 6. Batur 7. Kota Tua 8. Pangandaran 9. Nias

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

ARTIKEL

| 14

INDONESIA MENUjU GEOpARk NASIONAL DAN GLOBALOleh: Firmansyah Rahim, Achyaruddin, Hanang Samodra - 2010

A. GEOpARkGeopark adalah suatu kawasan yang memiliki arti sebagai sebuah warisan alam (geologi), dan menjadi tempat implementasi strategi pengembangan ekonomi berkelanjutan yang dilakukan melalui struktur menejemen yang baik dan realistis. Dengan demikian geopark menjadi peluang bagi terciptanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat setempat, yaitu dalam hal memperoleh keuntungan ekonomi secara nyata. Usaha penggalian, penumbuhan dan pengembangan nilai ekonomi tersebut biasanya dilakukan melalui industri pariwisata yang berkelanjutan. Sebagai warisan alam, kawasan sumberdaya geologi di banyak tempat teridentifikasi merupakan daerah padat penduduk dan di dalamnya telah terjadi kegiatan ekonomi. Usaha ekonomi yang banyak dilakukan berupa eksploitasi sumberdaya dari aspek pertambangan (mineral, batu). Meskipun usaha itu, terutama yang berskala besar, sudah disertai dengan dokumen lingkungan tetapi perubahan bentangalam di segmen daerah yang teridentifikasi memiliki makna sebagai warisan bumi yang perlu dilestarikan tidak dapat dihindari. Pemanfaatan sumberdaya geologi sebagai warisan alam dari aspek konservasipun menjadi tidak mungkin dilakukan atau direkomendasikan di tempat tersebut. Pendekatan pemanfaatan yang sifatnya inovatif terhadap daerah yang berkarakteristik seperti itu, yaitu dengan mengintegrasikan antara keperluan konservasi sumberdaya geologi dengan keadaan yang telah terjadi pada saat ini, dipromosikan oleh UNESCO sebagai geopark. 1. Konsep geopark UNESCO menawarkan peluang untuk mengenal, melindungi dan mengembang-

kan situs warisan bumi di tingkat global. 2. Geopark akan mengenali hubungan antara manusia dengan geologi, selain mengenali kemampuan situs tersebut sebagai pusat pengembangan ekonomi. 3. Konsep geopark sangat dekat dengan paradigma penyatuan antara ilmu pengetahuan dengan budaya (masa kini dan masa lalu), yaitu melalui pengenalan keadaan fisik alam yang memiliki makna dan bersifat unik.

B. jARINGAN GLOBAL GEOpARk UNESCOGeopark yang terdapat di suatu negara dinamakan geopark nasional. Karena konsep geopark sendiri umurnya relatif muda, maka bentuk apresiasi terhadap alam dalam wadah konservasi bermacam-macam. Di antaranya adalah taman nasional, monumen geologi dan sebagainya. UNESCO menghimbau agar geoparkgeopark nasional yang ada di dunia menjadi anggota Jaringan Global Geopark. Organisasi itu dinamakan Jaringan Global Geopark UNESCO, dengan tugas mempromosikan kawasan warisan bumi dan komunitas lokal di dalamnya yang terdapat di sebuah negara yang memiliki nilai konservasi, penelitian dan pengembangan (ilmiah, ekonomi) secara berkelanjutan, sehingga dapat dikenal di dunia internasional. Jaringan Global Geopark Nasional bekerjasama dengan: 1. World Heritage Centre UNESCO

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

15 | ARTIKEL2. Man and the Biosphere World Network of Biosphere Reserve 3. Perwakilan nasional dan internasional 4. Lembaga Swadaya Masyarakat yang aktif di bidang konservasi geologi

Destinasi Pariwisata tPotensi pengembangan kawasan-kawasan tersebut menjadi geopark terdukung oleh: 1. Aspek pengetahuan dan pendidikan, di mana fungsi kawasan sebagai warisan dan hasil rekaman geologi (batuan, morfologi, struktur dan tektonik) dapat menjelaskan sejarah perkembangan bumi. 2. Aspek estetika, di mana bentangalam kars dan gunungapi menciptakan fenomena keindahan alam yang terkemas bersama unsur keunikan dan kelangkaan. 3. Aspek rekreasi (pariwisata), di mana kawasan geologi tersebut sering dikunjungi oleh wisatawan meskipun belum menjadi destinasi yang sesungguhnya. 4. Aspek budaya, di mana kawasan yang kaya dengan nilai kepercayaan dan sejarah itu berhasil membentuk tatanan sosial-budaya masyarakat yang khas, selain budaya masa lalu yang ditinggalkan oleh manusia prasejarah (arkeologi). 5. Aspek konservasi. Potensi besar itu tidak serta merta mempermudah usaha pembentukan dan pengusulannya, karena: 1. Masih kurangnya apresiasi terhadap usaha perlindungan dan konservasi sumberdaya geologi, di mana sumberdaya tersebut lebih banyak dieksploitasi untuk perolehan nilai ekonomi dari aspek mineral dan batuan (tambang). 2. Kecenderungan terbaginya sektor pembangunan ke dalam dua kelompok yang berbeda, yaitu sektor eksploitatif dan sektor konservatif; masing-masing dengan sikap egosektornya yang tinggi sehingga tidak mudah untuk menyatukannya dalam satu kesatuan gerak dan langkah dalam memberi apresiasi kepada alam. 3. Konsep pembangunan berkelanjutan masih belum mencapai tataran operasional; sebagian besar masih berupa konsep dan wacana.

C. pOTENSI GEOpARk DI INDONESIASeperti negara-negara lain, dengan keragaman unsur-unsur geologi yang ada, Indonesia dapat hadir di kancah geopark dunia. Sebagai warisan bumi, keragaman situs-situs geologi yang mendukung upaya perlindungan dan potensi pemanfaatannya dalam bentuk geopark di antaranya adalah: 1. Terdapatnya aneka jenis batuan (beku, sedimen, malihan) yang terbentuk pada Kambrium (543 juta tahun lalu) hingga Resen (saat sekarang) 2. Terdapatnya bentangalam kerucut gunung api (aktif, padam) di sepanjang jalur Sumatra-JawaNusa Tenggara-Banda 3. Terdapatnya bentangalam pegunungan bersalju di Papua 4. Terdapatnya bentangalam kars yang tersebar hampir di seluruh wilayah kepulauan, beberapa di antaranya telah dikenal baik oleh masyarakat dunia (Gunung Sewu, Gombong Selatan, MarosPangkep, Sangkulirang, Taman Nasional Lorentz) 5. Terdapatnya bentangalam undak-sungai dan undak-pantai yang disebabkan oleh kegiatan tektonik aktif, misal di jalur Pegunungan Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur dan pulau-pulau di Indonesia bagian timur 6. Terdapatnya bentangalam lainnya (gumuk pasir, danau, air terjun, pantai landai, pantai curam, lembah/ngarai) yang tersebar di banyak tempat.

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

ARTIKEL

| 16

4. Belum adanya institusi atau departemen yang bersedia menjadi focal-point yang akan bekerja atas nama pemerintah sebagaimana disyaratkan oleh UNESCO dalam mengusulkan geopark, di mana pengelola harus dapat bekerja secara multisektor dan multidisiplin (holistik), terpadu, terdukung oleh sistem menejemen yang profesional, dan bersedia mengalokasikan biaya yang jumlahnya tidak sedikit.

pengaruh kegiatan terhadap masyarakat lokal. Pemanfaatan geopark menjadi situs pengembangan objek dan daya tarik wisata berbasis alam dilakukan oleh semua negara yang telah memiliki sumberdaya tersebut. Negara tetangga Indonesia yang telah memetik manfaat ekonomi dari kegiatan pengembangan pariwisata melalui geopark adalah Malaysia (Geopark Langkawi) dan Cina. Menegaskan apa yang sudah diuraikan sebelumnya, geowisata menjadi jenis pariwisata andalan geopark. Hal tersebut dikarenakan objek dan daya-tarik wisata yang diunggulkan memanfaatkan nilai-nilai ilmiah, keindahan, keunikan, kelangkaan (termasuk budaya masa lalu dan masa kini sebagai pendukung) yang dimiliki oleh sumberdaya geologi. Geowisata diproyeksikan dapat menjadi sarana penggalian, penumbuhan dan pengembangan nilai ekonomi geopark secara berkelanjutan. Sedang geopark-nya sendiri menjadi wadah pengembangan, dengan sifatnya yang konservatif.

D. IMpLEMENTASI GEOpARk pADA INDUSTRI pARIWISATAWisata geopark adalah pariwisata yang memanfaatkan geopark sebagai objek dan daya-tarik wisata. Selain menjadi warisan geologi, memiliki pemandangan alam yang indah, berpeluang menumbuhkan ekonomi lokal, dan subjek sosialisasi pengetahuan geologi, geopark juga mengandung unsur manusia, sejarah dan budaya masyarakat lokal. Kemasan pariwisata di dalam geopark adalah geowisata. Geowisata menitik beratkan pada aspek: 1. Pemanfaatkan nilai ilmiah selama kunjungan di mana setelah mengetahui sejarah pembentukan bumi akan tumbuh kepedulian untuk melindungi alam warisan bumi. 2. Pendalaman informasi aneka ragam bentang alam seperti bukit, gua, pegunungan tinggi, lembah dalam, air terjun, mata air, gletser, gunungapi, gurun, danau, ragam jenis batuan dan sebagainya sebagai bagian dalam menikmati keindahan alam. 3. Penambahan pengalaman terhadap keunikan kehidupan dan budaya masyarakat setempat. Dengan kata lain wisatawan akan memperoleh pengetahuan (alam, sejarah, budaya), sekaligus menikmati keindahan alam yang terdapat di dalam kawasan geopark. Oleh karenanya pengelola pariwisata harus jeli dalam memadukan unsur ilmiah, ekonomi dan budaya, termasuk

E. RANCANGAN STRUkTUR ORGANISASI pENGELOLA GEOpARk DI INDONESIA Jaringan Geopark Nasional Indonesia (JGNI)Seandainya memang tertarik menjadi anggota Jaringan Global Geopark UNESCO, alangkah baiknya jika Indonesia memiliki geoparkgeopark nasional yang tergabung dan terkoordinasi di dalam Jaringan Geopark Indonesia (JGI). Seperti di Eropadaerah cikal-bakal geoparknegaranegara yang memiliki geopark tergabung dalam Jaringan Geopark Eropa (JGE). JGE inilah yang akhirnya menarik UNESCO untuk membentuk dan mengembangkan Jaringan Geopark Global. Organisasi Jaringan Geopark Indonesia dipandang mendesak untuk dibentuk segera, karena:

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

17 | ARTIKEL1. Akan menjembatani keinginan untuk meng usulkan geopark-geopark nasional di Indonesia menjadi anggota Jaringan Geopark Global UNESCO, yang dinilai cukup strategis untuk membuktikan bahwa: a. Indonesia tetap memiliki komitmen dalam kegiatan perlindungan warisan alam dan budaya sebagaimana diprogramkan dalam Agenda 21, sebagai konsekuensi logis dari negara yang ikut menandatangani hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992. b. Dengan keragaman alam (geodiversity) termasuk keragaman hayati (biodiversity) dan budaya nya (cultural diversity) Indonesia memiliki peluang besar untuk melakukan usaha perlindungan dan pengembangan warisan bumi dikancah dunia melalui kegiatan konservasi lingkungan hidup, pendidikan kebumian secara luas, serta penumbuhan dan pengembangan ekonomi lokal secara berkelanjutan. 2. Dapat menampung potensi sumberdaya alam hayati, nirhayati dan budaya nasional untuk dikembangkan secara lestari, sekaligus menangkap peluang yang oleh UNESCO diinisiatifkan sebagai geopark. 3. Berfungsi sebagai wadah komunikasi dan tempat saling tukar-pengalaman atau tukar-informasi di antara para pengelola geopark nasional, sehingga terbentuk satu kesatuan gerak-langkah dalam memberi apresiasi terhadap nilai-nilai warisan bumi berdasarkan norma-norma yang disepakati bersama. 4. Akan memperkecil sifat egosektor dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan budaya nasional karena organisasi berpilar pada azas holistik (multisektor, multidisiplin) yang diselenggarakan secara terpadu, terencana, terukur, dan bersifat bottom-up. Guna mendukung struktur menejemennya, diperlukan struktur organisasi pengelola geopark yang kuat baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pembentukan komisi teknis yang membantu Kelompok Kerja Nasional JGI juga sangat

Destinasi Pariwisata tstrategis. Komisi teknis yang dimaksud adalah Komisi Ilmiah, dengan tugas memberi masukan dan usulan aspek ilmiah geopark untuk kegunaan pengembangan dan konservasi, Komisi Pengembangan, yang bertanggung-jawab dalam perencanaan pengembangan geopark ke depan, Komisi Promosi, yang bertugas mempromosikan geopark secara lokal, nasional, dan internasional serta Komisi Konservasi, yang bertanggung-jawab terhadap kelestarian objek dan kawasan sehingga menunjang fungsi konservasi di dalam geopark. Keanggotaan Kelompok Kerja Nasional JGI yang bersifat holistik dan terpadu, terdiri dari wakilwakil resmi dari Kementerian Kebudayaan & Pariwisata, Kementerian ESDM, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, dan BAPPENAS; dibantu Dewan Pakar. Dewan pakar terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang mempunyai latar-belakang pengetahuan kebumian, arkeologi, pariwisata, lingkungan, biologi, tataruang dan pengembangan wilayah, ekonomi, sosial, dan budaya. Sebagaimana diamanatkan oleh UNESCO, Jaringan Geopark Nasional bekerjasama secara teknis dan konsultatif dengan Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO. Rancangan bagan struktur organisasi Jaringan Geopark Nasional Indonesia yang diusulkan kirakira adalah sebagai berikut.

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

ARTIKEL

| 18

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

19 | ARTIKELAlur-pikir, pola-pikir, rencana-aksi dan rencana-tindak JGNIBerkaitan dengan rencana penyusunan Jaringan Geopark Indonesia dan usaha pengelolaan Geopark Nasional digunakan alur dan pola pemikiran yang selanjutnya diturunkan dalam bentuk rencanaaksi dan rencana-tindak. Alur-pikir kegiatan menggunakan kenyataan bahwasanya: 1. Geopark merupakan salah satu alat untuk melestarikan nilai-nilai warisan bumi 2. Pemahaman dan apresiasi terhadap nilai warisan bumi berbeda-beda 3. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam masih menonjolkan sifat egosektor, sehingga sasaran pengelolaan hanya tertuju pada satu aspek saja 4. Peran serta masyarakat di dalam kegiatan pengelolaan masih belum terlihat 5. Geopark-database belum tersusun sempurna 6. Peraturan normatif perihal kelestarian sumberdaya alam (geologi) yang bersifat mengikat jumlahnya masih sangat terbatas Kenyataan-kenyataan tersebut menuntun usaha pengelolaan sumberdaya alam dan budaya melalui geopark secara berkelanjutan, yang diproyeksikan berupa: 1. Optimalisasi fungsi ilmiah dan pendidikan geopark 2. Optimalisasi fungsi ekonomi berupa penumbuhan ekonomi lokal melalui penyelenggaraan wisata geopark yaitu geowisata 3. Optimalisasi fungsi sosial-budaya masyarakat setempat, baik masa lalu maupun masa kini 4. Optimalisasi fungsi konservasi yang menjadi salah satu sasaran geopark.

Destinasi Pariwisata t

5. Pengembangan struktur menejemen yang kuat 6. Kejelasan fungsi ruang geopark di dalam RT/RW daerah. 7. Penyusunan geopark-database secara nasional dan penerbitan publikasi 8. Sosialisasi geopark kepada masyarakat umum. Pola-pikir kegiatan bermuara pada paradigma nasional yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam, serta Pancasila dan UUD 1945. Keduanya mendasari aktivitas yang dijabarkan dalam bentuk subjek kegiatan (pemerintah pusat, pemerintah daerah), objek (rincian kegiatan), dan metoda yang digunakan. Lingkungan strategis yang berpengaruh pada kegiatan berasal dari lingkungan nasional, regional, dan global. Pengelolaan geopark sebagaimana diinginkan (2010-2015) dilakukan secara holistik dan terpadu. Semua kegiatan itu akhirnya akan bermuara pada pencapaian tujuan nasional geopark, yaitu: 1. Konservasi lingkungan 2. Pendidikan ilmu pengetahuan kebumian secara luas 3. Penumbuhan dan pengembangan ekonomi lokal berkelanjutan melalui geowisata 4. Terciptanya koordinasi yang sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota)

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

ARTIKEL

| 20

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

21 | ARTIKELProgram segera (immediate program) yang harus ditetapkan oleh JGNI antara lain: 1. Melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan di daerah. Ide-ide segar dari daerah menjadi pemanis dan penambah cita rasa sasaran dan tujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Melalui kegiatan ini azas siapa berbuat apa akan terpetakan dengan baik. 2. Menyusun buku panduan tata cara penciptaan dan pengembangan geopark, sehingga setiap geopark yang diusulkan memiliki pedoman pelaksanaan dan pedoman teknis yang seragam. 3. Melakukan sosialisasi ke seluruh wilayah Indonesia, dengan bahan sosialisasi yang telah dibakukan. 4. Merancang penerbitan majalah geopark, yaitu dalam rangka memperkenalkan potensi warisan bumi dan upaya konservasinya kepada masyarakat umum, sekaligus sebagai wadah komunikasi antar geopark nasional. 5. Melakukan pertemuan dengan Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO di Jakarta secara berkala, terkait dengan apresiasi pemerintah terhadap nilai-nilai strategis warisan bumi, konservasi, dan proyeksinya terhadap usaha penumbuhan nilai ekonomi lokal geopark melalui geowisata. Program di atas akan menjadi rencana-tindak kegiatan. Rencana-aksi diprioritaskan pada: 1. Penerbitan peraturan-peraturan sektor (Keputusan/Peraturan Menteri) yang akan menjadi rambu pelaksanaan kegiatan dan pedoman teknis pengelolaan geopark nasional, yang sebenarnya merupakan pelaksanaan dari azas pembinaan. 2. Kesepakatan bersama di antara para pemangku kepentingan (stakeholders) perihal siapa yang akan bertindak sebagai leading-sector penyelenggaraan kegiatan. 3. Pembentukan Kelompok Kerja Nasional yang

Destinasi Pariwisata takan menjadi cikal-bakal Jaringan Geopark Nasional Indonesia. Mendasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 16/2005 kiranya para pemangku kepentingan dalam mendukung pengembangan pariwisata di Indonesia dapat menyumbangsihkan ide dan kebijakannya. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dapat menjadi acuan, terutama pasal-pasal normatif yang berkaitan dengan perlindungan, konservasi, dan pelaksanaan kegiatan pariwisata berkelanjutan itu sendiri.

BIBLIOGRAFIAchyaruddin, 2009, Geopark Nasional G. Batur: Realisasi dan proyeksinya menuju geopark dunia, Suplemen tulisan disampaikan pada diskusi sehari Geopark Gunungapi Batur, Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata Nusa Dua, Bali, 28 November 2009, tidak diterbitkan. ---------------, 2009, Geopark Pacitan Barat, Suplemen tulisan disampaikan pada saresehan Geopark Pacitan Barat, Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan, 11 Juli 2009, tidak diterbitkan. Samodra, H., 2009a, Geopark dunia dan situs warisan geologi di Indonesia, Bahan publikasi dan sosialisasi, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, tidak diterbitkan. ---------------, 2009b, Paradigma penumbuhan nilai ekonomi lokal melalui pariwisata geopark, Suplemen tulisan disampaikan pada diskusi sehari Geopark dan Implementasinya di Sektor Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, 12 Febuari 2009, tidak diterbitkan. ---------------, 2009c, Geopark: Paradigma baru perlindungan warisan bumi, Suplemen tulisan disampaikan pada saresehan Geopark Pacitan Barat, Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan, 11 Juli 2009, tidak diterbitkan. ---------------, 2009d, Pedoman dan kriteria

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi PariwisataJaringan Geopark Global UNESCO, Suplemen tulisan disampaikan pada diskusi sehari Geopark Gunungapi Batur, Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata Nusa Dua, Bali, 28 November 2009, tidak diterbitkan. ---------------, HD. Tjia & I. Pratomo, 2009, Geopark dan pengembangan nilai ekonominya melalui pariwisata, Suplemen tulisan disampaikan pada

BERITA

| 22

diskusi sehari Geopark dan Implementasinya di Sektor Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, 12 Febuari 2009, tidak diterbitkan. UNESCO, 2007, Guidelines and criteria for National Geoparks seeking UNESCOs assistance to joint the Global Geoparks Network.

pRA kONFERENSI DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION (D M O) BANDUNG, YOGYAkARTA, BALIMasyarakat pariwisata Indonesia saat ini memiliki berbagai harapan terhadap destinasi pariwisata. Harapan akan perkembangan pariwisata di Indonesia kadang tersamarkan oleh muatan yang melampaui eksistensi lokal. Destinasi pariwisata cenderung memiliki muatan karakter terarah pada kualitas impor, bukan berakar pada nilai lokal. Untuk mendorong pertumbuhan pengelolaan destinasi pariwisata dengan tantangan sedemikian, Destination Management Organization (DMO) menjadi pilihan yang dibutuhkan saat ini.

ROUND TABLE DISCUSSION

P

emantapan pengelolaan destinasi pariwisata yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (Ditjen PDP), dilaksanakan melalui berbagai workshop DMO terlebih dahulu. Terakhir, Ditjen PDP menyelenggarakan Pra Konferensi DMO dengan Edisi April - Juni 2010

konsep Round Table Discussion yang dimulai di Bandung, Yogyakarta dan diakhiri di Bali awal Juni kemarin. Para narasumber dan peserta berasal dari Dinas Pariwisata Daerah, asosiasi pariwisata, universitas/lembaga pendidikan dan praktisi/pakar yang terlibat langsung dalam

Volume II / 2010 t

23 | BERITApengelolaan beberapa destinasi pariwisata tertentu. Agenda Pra Konferensi bertujuan memperoleh pemahaman seirama dari sudut regulatory, praktis, dan akademis. Selain itu, secara khusus Pra Konferensi dilaksanakan untuk mematangkan kembali panduan umum untuk program pengelolaan destinasi pariwisata secara komprehensif. Panduan umum ini berupa Pedoman Pembentukan dan Pengembangan DMO dan Blueprint

Destinasi Pariwisata tPembentukan dan Pengembangan DMO. Blueprint disampaikan untuk memperkenalkan kawasan tujuan wisata/destinasi pariwisata dimana DMO akan diterapkan, yaitu di sejumlah 15 (lima belas) DMO. Dibahas pula Agenda Konferensi Nasional DMO yang rencananya akan diselenggarakan pada bulan Agustus 2010 setelah seri kegiatan Pra Konferensi berlangsung.

pra konferensi DMO di BandungPra Konferensi DMO dimulai di Bandung pada tanggal 20 Mei 2010 bertempat di Amarta Room Hotel Nalendra Jalan Cihampelas. Pra Konferensi dibuka oleh Sekretaris Direktorat tasinya mengenai Kebijakan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Pedoman Pembentukan dan Pengembangan DMO yang masih berbentuk draft, diperkenalkan pula melalui presentasi oleh Kepala

Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (Sekditjen PDP), Bapak Winarno Sudjas. Sekditjen PDP juga melanjutkan dengan membuka presen-

Bagian Perencanaan dan Hukum Ditjen PDP, Frans Teguh.

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

BERITA

| 24

Dari sudut praktis, para pihak yang hadir terdiri dari praktisi/pakar yang mengenal 5 (lima) destinasi pariwisata tertentu dalam skema program DMO. Untuk Pra Konferensi di Bandung, destinasi pariwisata yang menjadi bahan diskusi terdiri dari Pangandaran, Toba, Toraja, Mentawai dan Kota

Tua. Narasumber sesi praktisi tersebut yang hadir antara lain Jendriko Silalahi untuk Toba, Ir. Ina H. Koswara, MSc (Puspar ITB) untuk Toraja, Felix Feitsma untuk Mentawai dan Beta Budisetyorini (Sahabat Museum/Komunitas Historia) untuk Kota Tua Jakarta.

Pihak akademisi yang hadir memberikan paparan terkait pengelolaan destinasi pariwisata dari berbagai perspektif. Prof. Yoewana Marjuka mengangkat 4 isu utama dengan presentasi mengenai Spektrum DMO Lokal, Regional dan Nasional, yaitu ragam definisi DMO, kesenjangan tiap level pemangku kepentingan, proses atau output DMO dan bisnis/investasi DMO. Dari perspektif sosiologis, Prof. Dr. H. Dede Mariana menyampaikan paparan berjudul Penetapan Daerah Tujuan Wisata. Beliau menekankan unsur yang sangat perlu diperhatikan dalam menetapkan DMO yaitu budaya, masyarakat dan kesiapan

daerah sebagai objek serta masyarakat sebagai subjek. Hal yang sama juga disampaikan oleh Drs. Budi Rajab, Msi dan Drs. Edi Bandono. Pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dapat membuat program seperti DMO lebih berjalan. Pra Konferensi di Bandung ini memberikan masukan bagi draft Pedoman khususnya pengelolaan masyarakat lokal sekitar destinasi pariwisata. Yang terpenting bahwa masyarakat perlu merasakan kemerataan manfaat dari pelaksanaan DMO didaerahnya.

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

25 | BERITApra konferensi DMO di YogyakartaSeri kegiatan Pra Konferensi yang kedua dilaksanakan di Yogyakarta bertempat di Prambanan Room Hotel Inna Garuda Jalan Malioboro. Urutan isi agenda Pra Konferensi Yogyakarta serupa pelaksanaan di Bandung yang dimulai den-

Destinasi Pariwisata t

gan paparan oleh Sekditjen PDP dan Kabag Perencanaan dan Hukum. Forum Round Table Discussion ini diharapkan dapat kembali memperkaya format yang telah ada dan tetap menempatkan local identity dalam proses pembentukan dan pengembangan DMO. Pra Konferensi yang dijadwalkan seminggu setelah Pra Konferensi di Bandung, 26 Mei 2010, mengundang praktisi/pakar destinasi pariwisata Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Derawan, Tanjung Putting dan Bunaken. Namun, narasumber praktisi/pakar yang berkesempatan hadir terdiri dari Bambang Subandono dari PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (PT TWCBPRB) serta Soetrisno dari Java Promo. Destinasi pariwisata Borobudur dipaparkan oleh Bambang Subandono terkait

dengan pengelolaan taman wisata tersebut yang dinamis dan memiliki banyak permasalahan. Permasalahan yang dihadapi umumnya berpusat pada lingkungan penunjang di sekitar kawasan Borobudur dengan banyaknya aktivitas pihak luar taman wisata. Masyarakat kurang diuntungkan dengan aktivitas tersebut. Lain halnya dengan permasalahan yang dihadapi oleh Java Promo. Java Promo memang menawarkan management set-up yang tertata baik, namun masyarakat masih perlu merasakan peningkatan kesejahteraan. Adapun manajemen Java Promo dapat menjadi embrio model yang dapat disesuaikan dengan pro-

gram DMO. Akademisi yang hadir di Yogyakarta memberikan variasi paparan sebagai masukan untuk draft Pedoman. Masukan tersebut juga disampaikan sebagai cross-reference dari permasalahan yang ditemui oleh PT TWCBPRB dan Java Promo. Narasumber yang hadir antara lain Prof. Janianton Damanik (Puspar UGM), Rara Sugiarti (Puspar UNS), Dr. M. Baiquini, M.A. (Puspar UGM),

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi PariwisataEko Suseno, S.E., M.Par. dan juga Prof. Yoewana Marjuka. Sesi akademis ini menekankan pada indikator keberhasilan dari sudut pengelolaan krisis suatu destinasi pariwisata. Oleh karenanya,

BERITA

| 26

destinasi harus ditempatkan pada sesuatu yang dinamik. Penanggulangan krisis perlu disertai dengan rencana tindak pengelolaan krisis oleh suatu destinasi.

pra konferensi DMO di BaliRangkaian kegiatan Pra Konferensi DMO berakhir di Bali pada tanggal 1 Juni 2010. Bertempat di Hotel Aston Kuta, Pra Konferensi ini berlangsung dengan agenda pertama oleh Sekditjen PDP seperti di kedua kota terdahulu. Dalam samdi Bandung dan Yogyakarta, 5 DMO lain yaitu Danau Batur-Kintamani, Rinjani, KomodoKelimutu-Flores, Wakatobi dan Raja Ampat disampaikan oleh para praktisi/pakar destinasi pariwisata. Narasumber praktisi terse-

butan pembukaannya, beliau menegaskan kembali bahwa penerapan tata kelola destinasi yang memadai cenderung akan mendorong jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini tentu sebanding dengan potensi daya tarik wisata Indonesia yang besar, menarik dan beragam. Draft Pedoman Pembentukan dan Pengembangan DMO juga masih menjadi pembahasan sebagai upaya menyamakan persepsi berbagai pihak berkepentingan dalam proses pembentukan dan pengembangan DMO. Setelah 10 DMO sebelumnya dipresentasikan

but antara lain I Nyoman Landep Sudiana, BE., Drs. Tjokorda Sutendra Rai, MM., Mr. Thomas Ulrich dan Ir. AAG Raka Dalem, M.Sc. Dengan hadirnya praktisi tersebut, diskusi kembali menguraikan tantangan pengembangan destinasi pariwisata yang dihadapi di lapangan. Walaupun demikian, Kepulauan Komodo dan Flores dapat dijadikan contoh ideal untuk model pengembangan versi Swisscontact, seperti yang diungkapkan Project Manager Thomas Ulrich. Dengan manajemen krisis yang terarah seperti porsi kerja seimbang antara manajemen (perbaikan) pengelolaan dan promosi, suatu daerah akan dinyatakan

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

27 | BERITAsiap menjadi destinasi pariwisata. Paparan selanjutnya dijelaskan oleh pihak Dinas Pariwisata Provinsi Bali Drs. IGN Putu Ambara, MDM., Al Purwa dari ASITA, dan Prof. Yoewana Marjuka sebagai ahli pariwisata. Topik penting yang diungkapkan menyangkut pengelolaan kepariwisataan Bali oleh pemerintah setempat dan analisis seputar lembaga pengelola destinasi pariwisata seperti DMO. Ragam persepsi khususnya mengenai kelembagaan DMO dan kepentingan lintas sektor diharapkan mampu membuahkan solusi jelas bagi proses pembentukan dan pengembangan DMO. Sejumlah masukan dan opini dari ketiga Pra Konferensi menambah penguatan pula untuk draft Pedoman Pembentukan dan Pengembangan DMO yang sedang disusun. Bahwa kunci sukses DMO terletak pada koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan dalam sektor pariwisata dan manajemen krisis destinasi, terakomodir melalui diskusi Pra Konferensi DMO ini. Koordinasi antar pemangku kepentingan pariwisata ha-

Destinasi Pariwisata trus pula menitikberatkan pada hubungan jejaring yang membentuk sistem DMO. Prinsip yang harus diperhatikan pun menentukan fungsi dan peran dalam pengembangan DMO tanpa harus menentukan organisasi/kelembagaan terlebih dahulu.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata akan mengadakan Konferensi Nasional DMO sebagai lanjutan rangkaian kegiatan dari Pra Konferensi 3 kota. Konferensi Nasional di Jakarta ini akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari Disparda Provinsi dan Kabupaten/Kota, asosiasi pariwisata, lembaga pendidikan, peneliti/konsultan pariwisata, pengelola destinasi serta mahasiswa/umum. Agenda Konferensi Nasional DMO pada tanggal 5 Agustus mendatang akan dilanjutkan dengan technical tour di Kota Tua Jakarta sehari setelahnya. (am)

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

PARIWARA

| 28

Konferensi Nasional DESTINATION

MANAGEMENT ORGANIZATION

MANAGEMENT ORGANIZATION

Volume II / 2010 t

Konferensi Nasional DESTINATIONEdisi April - Juni 2010

29 | PARIWARA

Destinasi Pariwisata t

KONFERENSI NASIONAL DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION (DMO) Jakarta, 6-7 Agustus 2010Dalam rangka meningkatkan keterpaduan dan kualitas pengelolaan destinasi melalui Destination Management Organization (DMO), Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bermaksud menyelenggarakan Konferensi Nasional Destination Management Organization (DMO), yang rencananya akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 6-7 Agustus 2010 di Swiss-bel Hotel Jakarta. Tujuan Konferensi DMO : Sharing best practices pengelolaan destinasi pariwisata Menyusun pola pembentukan dan pengembangan Destination Management Organization (DMO) Menyusun indikator, criteria dan model pengembangan dan pengelolaan destinasi melalui konsep Destination Management Organization (DMO) Keynote Speech : Mr. Alastair Morrison - Pakar tourism dan marketing hospitality. Dr. Cesar Castaneda - Director of operation at CED. Mr. Jurgen Nauber (UNWTO) - coordinator consulting unit on tourism and biodiversity UNWTO. Narasumber: Pengelola Destinasi Pariwisata Indonesia. Peserta : Pelaku dan Pengelola Pariwisata Asosiasi/Lembaga Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Instansi Lintas Sektor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Dinas Kebudayaan dan Provinsi Kabupaten/Kota Perguruan Tinggi LSM Technical Visit : Kota Tua Jakarta Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sekretariat Panitia Konferensi Nasional Destination Management Organization (DMO) Setditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Jl. Medan Merdeka Barat No. 17, Lt 14 Telp (021-3838410) Fax (021-3860926) dengan Sdri. Yuliasih/Sdri Rita Estu Handayani Email : [email protected] www.budpar.go.id/dmo

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

BERITA

| 30

3

SOSIALISASI DAN DIALOGpROBLEMATIkA MINUMAN BERALkOHOLKeberadaan minuman beralkohol tidak dapat dipisahkan dari industri pariwisata khususnya industri perhotelan. Hal ini terkait dengan kebutuhan wisatawan mancanegara akan keberadaan minuman beralkohol.

Di Indonesia, keberadaan minuman beralkohol cukup mendapat perhatian dikarenakan mahalnya minuman beralkohol dan juga langkanya peredaran. Sedikit banyak, masalah ini akan berimbas juga pada daya saing pariwisata Indonesia, apalagi jika dibandingkan dengan harga minuman beralkohol negara tetangga seperti Malaysia yang lebih murah dibandingkan Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Kebudayaan dan pariwisata melalui Direktorat Usaha Pariwisata Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Asosiasi Jasa Kepabeanan (ASAKINDO) pada 9 Maret 2010 mengadakan sosialisasi dan dialog dengan tema Problematika Minuman Beralkohol. Acara yang dihadiri oleh 150 orang yang terdiri dari para anggota PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia) berlangsung sukses dengan antusiasme para peserta mengenai pengedaran minuman

beralkohol. Banyak pertanyaan dilontarkan mekanisme peredaran minuman beralkohol serta mar aknya pita cukai palsu dan proses hukum bagi hotel yang kedapatan memiliki minuman beralkohol dengan pita cukai palsu. Sosialisasi dan diskusi semacam ini sangat diperlukan guna memberi informasi yang jelas kepada para stakeholder seperti para pengusaha hotel mengenai system distribusi minuman beralkohol. Kedepannya, diharapkan diskusi semacam ini akan terus ada sehingga masyarakat dapat selalu up-to-date terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Bagi pemerintah sendiri, acara semacam ini sangat diperlukan untuk selalu mengerti dinamika yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat.

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010

0

31 | BERITA

Destinasi Pariwisata t

WISATA UNTUk pARA LANSIABiar kulit kami keriput, jiwa kami masih muda. Tidak kalah dengan jiwa anak muda jaman sekarang

alimat itu terlontar dari salah seorang Bapak peserta kegiatan wisata lansia yang diadakan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui Direktorat Usaha Pariwisata, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata. Acara yang dihadiri oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai daerah di Kota Semarang tersebut berlangsung meriah. Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan yang berlangsung di Perkebunan Kopi Banaran dan Stasiun Ambawara sambil menikmati fasilitas karaoke di bus yang mereka tumpangi sambil sesekali mereka saling menceritakan masa muda mereka. Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 24 April 2010 diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari lanjut Usial Nasional (HLUN). Dalam kegiatan ini, selain kegiatan wisata, para lansia diajak untuk berdiskusi terkait dengan masalah-masalah yang sering dihadapi oleh para lansia. Ketika bapak dan ibu terkena serangan jantung mendadak dan tidak ada orang disekitar bapak dan ibu, tarik napas sedalam-dalamnya lalu batukkan keras-keras. Hal tersebut akan memicu kerja jantung Bapak dan Ibu kata salah satu peserta yang diikuti oleh anggukan dari para peserta. Acara diskusi di kebun kopi tersebut diakhiri dengan acara makan siang dan karaoke bersama sebelum acara dilanjutkan menikmati pemandangan di stasium ambarawa. Terimakasih. Saya senang sekali hari ini. Kapan acara ini diadakan lagi? Kata salah seorang peserta sambil mengulurkan kartu namanya.

k

Edisi April - Juni 2010

u

Volume II / 2010

u Destinasi Pariwisata

PARIWARA

| 32

Volume II / 2010 t

Edisi April - Juni 2010