tugas tsb.sebelum uas.arie.seliak13 jun
TRANSCRIPT
MAKALAH TEKNOLOGI SEREALIA DAN BAKERY
PENYAKIT SELIAK (CELIAC DISEASE)
Disusun Oleh :
ARIE FITRIANI OCTORA (B.0810114)
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI
FAKULTAS AGRIBISNIS DAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Teknologi Serealia dan Bakery ini.
Makalah ini berjudul Penyakit Seliak (Celiac Disease). Tugas ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Serealia dan Bakery. Tak lupa pula kami
ucapan terima kasih kepada ibu Sri Rejeki R. Pratiwi sebagai dosen Teknologi
Serealia dan Bakery, dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari makalah yang kami buat masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Juni 2010
Dengan hormat
Arie Fitriani Octora
[Type text]
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1984 di Amerika Serikat ditemukan seorang anak bernama
Boby, selama 3 bulan mengalami muntaber. Dokternya mengatakan bahwa dalam
tubuhnya terdapat banyak parasit, dan penyakit ringan lainnya. Boby terlihat
seperti anak yang datang dari suatu Negara yang sedang mengalami peperangan.
Tubuh boby kurus (seperti tidak memiliki lemak), otot-otot pada tubuhnya tidak
terlihat, selain itu perutnya membuncit, dan rambutnya sangat tipis (Hartsook,
1984).
Setelah dilakukan banyak tes, ternyata Boby menderita seliak. Sesuai
dengan namanya penyakit ini disebabkan oleh protein yang terdapat serealia yaitu
gluten. Gluten terdapat dalam terdapat dalam gandum, barley, rye, atau oats
Penyakit ini mengakibatkan lapisan pada usus kecil menjadi rusak. Kerusakan
juga akan terjadi pada jaringan lainnya, karena nutisi dicerna dan diserap dalam
usus kecil (yang sudah rusak lapisannya) (Hartsook, 1984).
Gejala yang terlihat jika seseorang menderita seliak yaitu ; diare,
pembengkakan, turunnya berat badan, anemia, mudah lelah, lemas, nyeri tulang,
keram otot, timbulnya penyakit kulit. Gejala pada anak-anak yaitu muntah-
muntah, dan terhambatnya pertumbuhan. Satu-satunya cara untuk menyembuhkan
Boby, adalah selama 6 minggu Ia tidak mengkonsumsi mengandung gluten. Pada
masa itu, di Amerika sulit sekali mendapatkan makanan yang tidak mengandung
gluten (Hartsook, 1984).
Jika kita amati di Indonesia pun gejala-gejala tersebut banyak terjadi
dalam masyarakat kita. Namun, seringkali masyarakat menganggap hal itu
sebagai gejala “masuk angin atau maag”. Padahal ada kemungkinan bahwa di
Indonesia pun kini mulai banyak orang atau anak yang terserang seliak. Hal ini
karena kebiasaan sebagian besar dari kita mengkonsumsi makanan ringan dan
makan utama yang mengandung gandum. Makanan ringan adalah makanan yang
dapat langsung dimakan setelah kita buka dari bungkusnya. Beberapa contoh
makanan ringan antar lain cookies, crakers, wafer, roti, dan termasuk sereal
sarapan (Hoseney, 1986).
Makanan adalah suatu hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan semua
orang. Menurut McCharty (2002) Memakan makanan ringan merupakan
fenomena Pada waktu senggang atau untuk mengganjal perut, biasanya sebagian
besar orang mengkonsumsi makanan ringan (snack food). Makanan ringan disukai
oleh segala jenis usia. Makanan yang umumnya dibuat dari gandum (salah satu
jenis dari serealia).dan banyak beredar di masyarakat antara lain wafer, biscuit,
roti, gorengan, martabak, bakso, dll.
Masalah seliak ini sebetulnya telah ada sejak lama, bahkan, pada tahun
1973 didirikan CCA (Canadian Celiac Association) merupakan kelompok pertama
yang didirikan untuk menolong para penderita Seliak yana dipimpin oleh Kay
Ernst's (Canadian Celiac Association, 1998).
Selain pendirian kelompok-kelompok penolong penderita seliak,
penelitian seliak juga telah dilakukan "Gluten Detoxification Trial" (Percobaan
detoksifikasi gluten). Sebanyak 20 orang relawan meminum jus jeruk yang
ditambahkan gluten yang telah diberi enzim (PEP). PEP ditambahkan untuk
mengetahuai apakah dapat mendetoksifukasi gluten (Adams, S. 2003).
Selama kurun waktu lebih dari 30 tahun, Negara-negara maju telah
melakukan banyak penelitian tentang seliak Sehingga pada tahun 2010, dengan
mudah warga Amerika, Kanada, dan Negara lainnya sudah memproduksi
makanan non gluten (tidak mengandung gluten), Sehingga para penderita seliak
tidak perlu khawatir, dengan apa yang mereka dapat makan.
Masih belum banyaknya orang Indonesia mengetahui tentang akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten, selain itu produk non gluten di
Indonesia masih sulit ditemukan.
B. Identifikasi masalah
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten dapat menimbulkan
penyakit seliak.
2. Masih belum banyaknya orang Indonesia mengetahui tentang akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten.
3. Masih sulitnya menemukan makanan non gluten di Indonesia.
[Type text]
C. Pembatasan masalah
Masih belum banyaknya orang Indonesia mengetahui tentang akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten.
D. Rumusan masalah
Bagaimana cara menghindari akibat makanan yang mengandung gluten?
E. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu penyakit
seliak, bagaimana gejalanya, cara diagnosanya, dan cara pengobatannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Seliak
1. Pengertian Seliak
Seliak merupakan kondisi tingginya sensitifitas bagian pencernaan
penderita terhadap makan yang mengandung gluten (Hartsook, 1984; Murray,
1999; Holtmeier and Caspary, 2006; Catassi, C. and Fasano, A., 2008). Penyakit
ini mengakibatkan rusaknya lapisan usus kecil, yang disebabkan oleh protein yang
terdapat dalam beberapa serealia yaitu gandum (gliadin), barley (hordein), rye
(secalin), atau oats (avidin (masih dalam penelitian)) (Hartsook, 1984; Holtmeier
and Caspary, 2006; NIDDK Health Information, 2008; Canadian Celiac
Association, 2010; Team Gutdoctor New Zealand. 2010). Protein yang dimaksud
adalah fraksi protein gluten, yaitu gliadin (Hartsook, 1984; Holtmeier and
Caspary, 2006).
Nama lain dari penyakit seliak adalah nontropical sprue (penyakit yang
diderita orang-orang di daerah non tropis, karena serealia yang dapat tumbuh
optimal pada daerah non tropis), idiopathic steatorrhea, celiac disease dan celiac
sprue (Hartsook, 1984; Holtmeier and Caspary, 2006; Team Gutdoctor New
Zealand. 2010). Penderita seliak menjadi tidak mampu menyerap nutrisi
(karbohidrat, protein, dan lemak) yang dibutuhkan oleh tubuhnya (Canadian
Celiac Association, 2010; NIDDK Health Information, 2008)
Penyakit seliak tidak kenal usia. Baru-baru ini, unumnya diderita oleh
anak-anak. Namun rata-rata usia dewasa yang menderita seliak terus meningkat,
usianya berkisar antar 40-50 tahun. Kewaspadaan harus ditigkatkan dan cara
mendiagnosa pun semakin ditingkatkan. Penelitian medis mengindikasi bahwa
penyakit ini mungkin akan menjadi penyakit yang semakin sering dijumpai
(Canadian Celiac Association, 2010).
Sampai sekarang belum diketahui pasti penyebab seliak, namun perhatian
masih tertuju pada mediasi imun (jaringan transglutaminase autoantigen)
(Holtmeier and Caspary, 2006). Penyakit ini merupakan penyakit autoimun,
ketika antibodi memproduksi system imun melawan gliadin, mengakibatkan
reaksi silang dengan jaringan usus yang memliki struktur protein yang mirip
(Team Gutdoctor New Zealand. 2010). Meskipun seringnya penyakit ini
[Type text]
merupakan penyakit turunan (Holtmeier and Caspary, 2006), namun belum
diketahui dengan pasti apakah penyakit turunan, atau bukan. Menurut Canadian
Celiac Association (2010), bahwa seliak merupakan penyakit yang disebabkan
oleh gen dominan atau resesif yang ada dan merupakan factor genetik yang rumit.
Sekitar 10 % keluarga dari penderita seliak, juga mengalami kondisi yang sama.
Meratanya penderita seliak bervariasi dari perbandingan 1 : 270 di
Finlandia sampai 1: 5000 di Amerika Utara (Holtmeier and Caspary, 2006).
Kebanyakan penderita seliak merupakan keturunan Eropa (terutama Eropa utara)
(Team Gutdoctor New Zealand. 2010).
2. Gejala Seliak
Penderita seliak mengalami sakit perut, diare, pembengkakan, turunnya
berat badan, anemia, mudah lelah, nyeri tulang, keram otot, (Holtmeier and
Caspary, 2006; Team Gutdoctor New Zealand. 2010), munculnya penyakit kulit
(seperti dermatitis herpetiformis) (Hartsook, 1984), menjadi mudah marah
(Canadian Celiac Association, 2010), pengeluaran gas dari usus, konstipasi,
munculnya bisul pada mulut. Pada anak-anak gejala yang timbul yaitu muntah-
muntah atau mungkin pertumbuhannya menjadi terhambat (Hartsook, 1984;
Murray, 1999; Team Gutdoctor New Zealand. 2010). Gejala mungkin muncul
salah satu atau beberapa dari gejala-gejala di atas (Hartsook, 1984).
Bahkan ada penderita seliak yang tidak mengalami atau mengalami gejala
yang berbeda seperti gejala yang disebutkan diatas, sehingga kebanyakan dari
mereka tidak terdiagnosa. Namun, peradangan usus yang parah dapat terjadi tanpa
adanya gelaja gastrointestinal (pencernaan bagian bawah) (Holtmeier and
Caspary, 2006).
Berdasarkan penelitian, akibat penyakit seliak berbeda-beda pada setiap
penderita. Hal yang mempengaruhi kapan dan bagaimana seseorangterkena
penyakit seliak adalah lamanya seseorang meminun asi, usia seseorang mulai
memgkonsumsi makanan yang mengandung gluten, dan jumlah gluten dalam
makanan yang Ia konsumsi. Selain 3 faktor di atas, variasi gejala dipengaruhi oleh
usia dan tingkat kerusakan usus kecil. Semakin lama seseorang tidak didiagnosa
dan tidak diobati seliaknya, maka kemungkinan terjadinya komplikasi dalam
tubuhnya lebih lama (NIDDK Health Information, 2008).
3. Test Seliak
Gejala yang muncul pada penderita seliak, mirip atau bahkan sama dengan
penyakit lain (Hartsook, 1984; Canadian Celiac Association, 2010). Pada tahun
1969, European Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition menetapkan
criteria untuk mendiagnosa anak yang menderita seliak dengan cara biopsi, dan
merevisinya pada tahun 1989. Oleh karena itu mengetahui secara pasti penderita
mengidap penyakit seliak atau bukan, adalah dengan cara :
a. Tes darah
Penderita seliak memliki autoimun-protein yang bereaksi kembali
dengan sel atau jaringan dalam tubuhnya sendiri-dalam darahnya yang lebih
tinggi dibandingkan skala normal. Oleh karena itu tes darah dilakukan untuk
memastikan tingginya anti-tissue transglutaminase antibodies (tTGA) or anti-
endomysium antibodies (EMA) (NIDDK Health Information; Snyder, C. L.,
et al, 2008). Jika hasil test menunjukan negatif, perlu dilakukan tes kembali,
karena penyakit seliak masih belum bisa dipastikan (NIDDK Health
Information, 2008)
Sebelum dilakukan tes darah, seseorang yang akan dites tetap
mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten, karena jika makanan yang
megandung gluten sudah tidak dikonsumsi, khawatir hasil tes menunjukan
negatif walaupun sebenarnya positif mengidap seliak (NIDDK Health
Information, 2008).
b. Biopsi
Jika tes darah dan gejala penyakit seliak sudah ditemukan, maka perlu
dilakukan biopsi untuk mengetahui kepastian penyakit seliak. Biopsi yaitu
mengambil sebagian kecil dari lapisan usus kecil, untuk memastikan apakah
ada kerusakan atau tidak (Hartsook, 1984; NIDDK Health Information;
Snyder, C. L., et al, 2008) yang dilakukan oleh ahli gastrointestinal (Canadian
[Type text]
Celiac Association, 2010) Pemeriksaan biospsi dilakukan dengan cara
menbandingkan lapisan usus kecil yang normal dan penderita seliak
(Hartsook, 1984).
c. Dermatitis Herpetiformis tes
Dermatitis herpetiformis (DH) adalah penyakit yang gatal luar biasa,
disertai penampakan kulit kemerahan (ruam) dan seperti melepuh, yang dididerita
15-25 % penderita seliak. Kemerahan biasanya juga terjadi pada siku, lutut, dan
bokong. Kebanyakan penderita DH tidak mengalami gejala pencernaan. Jika tes
antibodi hasilnya positif dan tes biopsy kulit tes menunjukan hasil merupakan tipe
DH, penderita tidak perlu melakukan tes biopsi usus (NIDDK Health Information,
2008).
d. Screening
Dokter biasanya mengandalkan gejala klinis untuk mendiagnosa dan
memilih pasien yang harus diperiksa lebih lanjut untuk membuktikan diagnosa.
Jika gejalanya samar dan bermacam-macam, maka akan menjadi sulit dalam
mendiagnosa. Namun kini dengan adanya screening darah, dalam proses test
menjadi lebih mudah (Canadian Celiac Association, 2010). Pada penyakit seliak,
screening bertujuan untuk mengetahui adanya autoimun dalam darah dalam
seseorang yang tidak mengalami gejala seliak (NIDDK Health Information,
2008).
4. Akibat Penyakit Seliak
Pada awalnya kerusakan yang ditimbulkan oleh gluten adalah rusaknya
lapisan (villi) pada usus kecil, namun karena pencernaan dan penyerapan terjadi
pada usus kecil (dengan adanya air dan cairan empedu), kerusakan dapat
menyebar ke jaringan lainnya. Pada anak-anak mengalami muntaber selama 3
bulan, tubuhnya menjadi sangat kurus, perutnya membuncit, dan rambutnya
menjadi sangat tipis. (Hartsook, 1984).
Bagi anak-anak yang penyakit seliaknya yang tidak diobati bahkan dapat
menyebabkan pertumbuhannya menjadi terhambat, tidak subur, atau gejala yang
berhubungan dengan syaraf. Oleh karena itu sebaiknya diagnosa terhadap
penyakit seliak harus dilakukan secepatnya (Holtmeier and Caspary, 2006).
Penyakit seliak lebih sering ditemukan diantara orang-orang yang
menderita penyakit genetik seperti Down syndrome and Turner syndrome, sebuah
kondisi yang mempengaruhi perkemabnagan anak perempuan (NIDDK Health
Information, 2008).
5. Pengobatan
Cara pengobatan seliak yaitu tidak mengkonsumsi (diet) secara disiplin
dan terkontrol, terhadap makanan yang mengandung gluten adalah satu-satunya
cara yang diketahui (Hartsook, 1984; Murray, 1999; Canadian Celiac Association,
2010). Tidak mengkonsumsi serealia berikut yaitu ; gandum, rye, barley oats,
maupun produk hasil olahannya (Hartsook, 1984).
Ketika gluten tidak lagi ada dalam jaringan usus kecil, usus kecil mampu
memperbaiki kerusakan yang ada pada dirinya. Sehingga setelah 3-6 hari gliadi
tidak ada dalam tubuh penderita, gejala yang muncul/ diderita oleh penderita akan
berangsur-angsur berkurang dan akhirnya hilang. Selain itu jika dilakukan biopsy
terhadap penderita yang telah melakukan diet non gluten, hasil biopsinya akan
menunjukan bahwa villinya telah kembali menjadi normal (Hartsook, 1984).
Menahan diri dari produk-produk yang mengandung gluten merupakan
peranan pentiing dalam perbaikan histology dan klinis. Meskipun untuk kembali
pada keadaan normal, butuh waktu beberapa tahun (Holtmeier and Caspary,
2006).
Sebagai tambahan gluten-free diet, semua penderita seliak yang baru
didiagnosa yang secara klinis mengalami malabsorpsi mengkonsumsi
multivitamin dan supplement yang cocok untuk mencegag defisiensi zat besi (Fe)
dan folat. Dalam suatu penelitian, ternyata jika penderita seliak melakukan gluten-
free diet secara disiplin, akan mengurangi resiko terkena kanker. (Adams, 2002).
6. Konsekuensi Penderita Seliak Jika Mengkonsumsi Gliadin
Beberapa dari penderita seliak memliki kepekaan yang tinggi terhadap
kandungan gliadin, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit, tetap akan
[Type text]
merusak sel ususnya (Hartsook, 1984; NIDDK Health Information, 2008). Belum
diketahui akibatnya jika kerusakan itu terjadi secara berulang-ulang dan terus
menerus. Berdasarkan statistik, penderita seliak yang mengkonsumsi gliadin, akan
meningkatkan resiko terkena kanker tertentu (Hartsook, 1984).
7. Masalah dalam Mempertahankan Diet Non Gluten
Sasaran utama dari menghilangkan makanan yang mengandung gluten/
gliadin dapat dicapai jika, penderita mau memilih makanannya terlebih dahulu.
Makanan yang mengandung gliadin dan beredar, banyak yang tidak jelas sumber
gliadinnya. Selain itu komposisi yang tertera pada label masih samar, sehingga
dapat menjadi masalah yang dapat mengganggu kesehatan. Contoh produk yang
kandungan gliadinnya samar yaitu :
a. Terigu (dari gandum) dapat digunakan untuk taburan permen dan pelapis
kacang
b. Pati gandum dapat digunakan sebagai pembawa mono dan digliserida dan
nonfat dry milk powder.
c. Bubuk cabe tiruan dapat dibuat dari gandum
d. Flavour peach dapat dibuat dari gandum (Hartsook, 1984).
e. Beberapa tipe sop
f. Sosis
g. Daging pada jamuan makan siang (Canadian Celiac Association, 2010).
8. Peran Industri dalam Mengidentifikasi Produk Non Gluten
Ahli teknologi pangan dan kimia bekerja sama untuk memberikan
informasi kepada masyarakat luas tentang seliak. Produsen produk pangan
membuat produk pangan yang aman (tidak mengandung gliadin), jika
mengandung gliadin memberikan informasi dalam komposisi yang tertera pada
label (Hartsook, 1984).
B. Gandum
1. Definisi Gandum
Gandum menempati peringkat pertama untuk tanaman cultivated (tanaman
yang diolah dan ditanam). Gandum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan
dibandingkan sumber makanan lainnya. Gandum adalah salah satu sumber kalori
dan protein bagi manusia. (Bushuk, 1986).
2. Nutrisi dalam Gandum
Dalam kulit terdapat karbohidrat 70% dalam bentuk selulosa dan pentosan
(hemiselusosa), protein 17 %, lemak 5 %, dan mineral. Dalam lembaga terdapat
karbohidrat 50 %, protein 32%, minyak 48 %. Karena minyak dalam germ
dipisahkan saat penggilingan, karena kandungan lemak yang tinggi dapat
memperpendek masa simpan gandum. Kandungan utaman dalam gandum yaitu
protein, karena kandungan dalam terigu protein sangat mempengaruhi roti yang
dihasilkan (Bushuk, 1986).
Fraksi protein yang terdapat dalam gandum yaitu albumin (larut dalam
air), globulin (larut dalam NaCl 0.5 N), gliadin (larut dalam alcohol 70 %), dan
glutenin (larut dalam Asam asetat 0.05 N) (Bushuk, 1986).
3. Kegunaan Gandum
Ketika terigu dicampur dengan air, untuk membentuk adonan yang kohesif
dan viskoelastis (Hoseney, 1986). Gliadin dan glutenin dalam tepung gandum
bersatu bersama komponen terigu lainnya (karbohidrat dan lemak) membentuk
gluten. Gluten adalah komponen protein yang bersifat viskoelastis yang
membentuk crumb yang halus bagi roti dan produk yang dipanggang lainnya
(menjadi tidak mudah hancur) dan volume roti yang bagus. Hanya gliadin dan
glutenin yang dapat membentuk gluten (Bushuk, 1986; Canadian Celiac
Association, 2010). Tepung serealia lainnya tidak dapat membentuk adonan yang
sifat viskoselastisnya mirip dengan tepung gandum. Tepung gandum juga dapat
membentuk adonan yang dapat menahan gas selama proses fermentasi dan
sebagiannya lagi pada saat pemanggangan (Hoseney, 1986).
Fungsi utama dari gluten adalah sebagai meningkatkan penyerapan air dan
sifat reologi dari adonan roti. Fungsi lainnya yaitu sebagai fortifikasi sereal
sarapan dan produk pasta (Bushuk, 1986).
[Type text]
Umumnya gluten digunakan dalam makanan, namun gluten juga terdapat
dalam obat-obatan, vitamin, dan lip balm (pelembab bibir), (NIDDK Health
Information).
4. Kerugian yang Dapat Ditimbulkan oleh Gandum
Gluten memiliki sifat yang unik yang berpengaruh terhadap system imun.
Gluten kaya akan asam amino prolin dan glutamin. Adanya kandungan prolin
yang tinggi, akibatnya menghambat degradasi proteolitik sampai ke
gastrointestinal, karena enzim lambung dan pankreasnya menjadi kekurangan
post-proline yang tugasnya memotong-motong (Catassi, C. and Fasano, A., 2008).
Ketika seorang penderita seliak mengkonsumsi atau menggunakan produk
yang mengandung gluten, imun systemnya merespon dengan merusak villi
(lapisan usus). Sehingga villi menghambat aliran nutrien dari makanan dari usus
kecil ke peredaran darah, sehingga akibatnya orang tersebut menjadi malnutrisi,
sebanyak apapun makanan (bernutrisi) yang ia makan (NIDDK Health
Information, 2008).
Kini banyak variasi penyakit yang disebabkan oleh sensitufitas terhadap
gluten diantaranya penyakit seliak, meskipun gejalanya tidak jelas, kerusakan
lapisan usus akan tetap terjadi (Canadian Celiac Association, 2010).
III. PEMBAHASAN
Mengkonsumsi makanan yang mengandung terigu adalah hal yang sangat
biasa di indonesia. Belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui, akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung terigu. Terigu dibuat dari gandum,
yang dapat membentuk gluten karena memiliki kandungan protein glutenin dan
gliadin.
Adanya penelitian tentang seliak yang merupakan penyakit yang
merupakan suatu penyakit yang asing bagi masyarakat Indonesia, padahal
penyakit ini sudah diketahui lebih dari 30 tahun oleh dunia. Seliak adalah
penyakit yang ditimbulkan adanya antoimun pada tubuh sehingga pada saat
mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten. Gejala seliak adalah diare,
muntah-muntah (pada anak-anak), mudah lelah, anemia, nyeri tulang, kram otot,
pembengkaan atau pembuncitan perut, timbulnya penyakit kulit seperti Dermatitis
herpetiformis (kulit memerah dan seprti melepuh), dan rusaknya lapisan usus.
Untuk mengetahui seseorang mengidap seliak atau tidak tes yang perlu dilakukan
adalah :
a. Tes darah
b. Biopsi usus kecil
c. Dermatitis Herpetiformis tesd. Screening
Seliak dapat mengakibatkan rusaknya lapisan usus, sehingga sebanyak
apapun penderita makan (makanan bernutrisi), ia dapat mengalami malnutrisi-
karena makananya tidak terserap-. Untuk mengobati penyakit seliak, penderita
harus menghindari konsumsi apapun (makanan, obat, minuman, dll) yang
mengandung gluten (glute-free diet). Jika penderita mengkonsumsi makanan yang
mengandung gluten baik dalam jumlah sedikit atau banyak tetap akan merusak
usunya. Oleh karena itu membaca label kemasan produk yang akan dikonsumsi
adalah hal yang sangat dianjurkan dilakukan oleh penderita.
Masih sedikitnya produk pangan yang mengandung gandum di Indonesia
menjadikan masyrakat Indonesia kesulitan dalam melakukan (glute-free diet).
Selain itu belum banyaknya yang mengetahui akibat mengkonsumsi gluten adalah [Type text]
masalah yang perlu dipecahkan. Perlunya dilakukan sosialisasi terhadap penyakit
seliak. Peran ahli dalam bidang kesehatan, kimia, teknologi pangan, pemerintah,
dan produsen produk pangan juga diperlukan untuk mencegah penyakit seliak
yang mungkin belum terdeteksi pada masyarakat Indonesia.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit seliak adalah penyakit yang disebabkan autoimun dalam tubuh,
apabila penderita mengkonsumsi gluten. Gejalanya adalah diare, anemia, muntah-
muntah, pembengkaan atau pembuncitan perut, muadah lelah, kram otot,
timbulnya penyakit kulit (Dermatitis herpetiformis), serta rusaknya lapisan usus.
Akibat dari penyakit seliak adalah penderita mengalami malnutrisi (karena apa
yang Ia makan tidak terserap dengan baik), selain itu berdasarkan statistik,
penderita seliak yang mengkonsumsi gliadin, akan meningkatkan resiko terkena
kanker tertentu (Hartsook, 1984).
Cara mendiagnosa dpenyakit seliak yaitu dengan tes darah, biopsi,
Dermatitis herpetiformis tes, dan screening. Cara pengobatannya adalah dengan
tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten.
B. Saran
Perlunya sosialisasi terhadap masyarakat Indonesia mengenai penyakit
seliak, karena penyakit tersebut masih belum banyak yang mengetahui. Namun
peran ahli kimia. kesehatan, ahli teknologi pangan juga dibutuhkan untuk
menyediakan makanan yang tidak mengandung gluten. Agar masyarakat
Indonesia dapat dengan mudah mengkonsumsi makanan non gluten untuk
mencegah penyakit seliak. Karena sebetulnya gejala-gejala seliak sering kita
jumpai di masyarakat, namun terbatasnya pengetahuan yang menjadi kendala.
[Type text]
DAFTAR PUSTAKA
Adams, S. 2002. Recovery from Celiac Disease. New England Journal of Medicines 346 (30).
Adams, S. 2003. Celiac Sprue Research Foundation Seeks Volunteers for an Important Study. http://www.celiac.com/articles/722/1/Celiac-Sprue-Research-Foundation-Seeks-Volunteers-for-an-Important-Study/Page1.html. Diakses tanggal 24 mei 2010
Coeliac Disease. http://en.wikipedia.org/wiki/. Diakses tanggal 24 mei 2010.
Bushuk, W. 1986. Wheat Chemistry and Uses. Cereal Chemistry 60 (1): 218-226.
Canadian Celiac Association. 1998. Celiac News. http://celiac.ca/sum1998-1.php. Diakses tanggal 24 mei 2010
Canadian Celiac Association. 2010. Celiac Disease (CD). http://www.celiac.ca/celiac.php. Diakses tanggal 24 mei 2010
Catassi, C. and Fasano, A. 2008. 1 - Celiac Disease. Gluten-Free Cereal Products and Beverages Chapter 1, Pages 1-27. http://www.sciencedirect.com/science. Diakses tanggal 24 mei 2010
Holtmeier, W and Caspary, W. F. 2006. Celiac Disease. Orphanet Journal of Rare Diseases, 1:3
Hartsook, E. I., 1984. Celiac Sprue : Sensitivity to Gliadin. Cereal Food World XXIV (2): 157-158.
Hoseney, R. C. 1986. Principles of Cereal Science and Technology Second Edition. American Association of Cereal Chemist, Inc. St Paul, Minnesota, U. S. A.
McCharty, J. A. 2002. The Snack Industry: History, Domestic, and Global Status. Chapter 2. In: Snack Food Processing. Lucas, R. W and Rooney, L. W (Eds). CRC Press. Boca Raton London, New York, Washington D.C.
Murray, J. A. 1999. The widening spectrum of celiac disease1,2. American Journal of Clinical Nutrition, 69 (3): 354-365
NIDDK (National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases) Health Information. 2008. Celiac disease http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/celiac/. Diakses tanggal 24 mei 2010
Team Gutdoctor New Zealand. 2010. Celiac. http://www.gutdoctor.co.uk/condition-list/10_celiac.html. Diakses tanggal 24 mei 2010.
Snyder, C. L., Young, D. O., Green, P HR., and Taylor, A. K. 2008 . Celiac Disease. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=gene&part=celiac. Diakses tanggal 24 mei 2010
[Type text]