adendum - ditppu.menlhk.go.id

85
INTEGRASI AMDAL PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI HINGGA 80 JUTA TON PER TAHUN DAN PERUBAHAN JADWAL RENCANA PRODUKSI DAN FASILITAS PENDUKUNG TAMBANG BATUBARA PT ADARO INDONESIA di Kabupaten Tabalong dan Balangan (Provinsi Kalimantan Selatan) serta Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan (Provinsi Kalimantan Tengah) PT ADARO INDONESIA 2018 ADENDUM RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

Upload: others

Post on 11-Jan-2022

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

INTEGRASI AMDAL PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI HINGGA 80 JUTA TON PER TAHUN

DAN PERUBAHAN JADWAL RENCANA PRODUKSI

DAN FASILITAS PENDUKUNG TAMBANG BATUBARA PT ADARO INDONESIA

di Kabupaten Tabalong dan Balangan (Provinsi Kalimantan Selatan)

serta Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan (Provinsi Kalimantan Tengah)

PT ADARO INDONESIA

2018

ADENDUM

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

Page 2: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

1

KATA PENGANTAR

PT Adaro Indonesia (AI) merupakan perusahaan pertambangan batubara yang melakukan

kegiatan penambangan berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

(PKP2B) No. J2/J1.DU/52/82, tanggal 16 Nopember 1982. Lokasi penambangan tersebut

berada di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain

itu, infrastruktur pendukung seperti jalan angkut, fasilitas pengolahan dan terminal khusus

batubara berada di Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan, Provinsi

Kalimantan Tengah.

Dinamika kegiatan tambang batubara mengakibatkan beberapa kegiatan yang direncanakan

dan dituangkan dalam Amdal tahun 2012 mengalami perubahan dalam rangka menyesuaikan

dengan kebutuhan operasi perusahaan dan kondisi ekonomi global. Perubahan tersebut

antara lain meliputi perubahan rencana produksi dengan maksimum produksi masih tetap 80

juta ton per tahun dan optimasi pemanfaatan fasilitas pendukung serta pembangunan

beberapa fasilitas tambahan.

Sesuai dengan persyaratan dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, maka

perubahan rencana produksi dan fasilitas pendukung perlu dilengkapi dengan Adendum Andal

dan RKL RPL.

Kajian dan telaahan dampak lingkungan dari kegiatan perubahan tersebut dilakukan untuk

mengurangi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif yang timbul melalui

perencanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Penyusunan Adendum Andal dan

RKL-RPL ini dilaksanakan secara swakelola oleh PT Adaro Indonesia.

Dengan terwujudnya Dokumen Adendum Andal dan Intergrasi RKL RPL ini untuk diajukan

kepada Komisi Penilai Amdal Pusat, PT Adaro Indonesia mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahan yang diperlukan.

Jakarta, 21 September 2018 PT ADARO INDONESIA

SUHERNOMO Kepala Teknik Tambang

Page 3: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... 2

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3

1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................................. 3

1.2.1 Maksud ............................................................................................................. 3

1.2.2 Tujuan .............................................................................................................. 3

1.2.3 Kegunaan ......................................................................................................... 4

BAB 2 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) ..................................... 5

2.1 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan ..................................................................... 5

2.1.1 Pendekatan Teknologi ...................................................................................... 5

2.1.2 Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya ......................................................... 6

2.1.3 Pendekatan Kelembagaan................................................................................ 6

2.2 Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup .............................................. 7

BAB 3 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) ..................................... 49

BAB 4 JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIPERLUKAN ........................................ 82

SURAT PERNYATAAN ....................................................................................................... 84

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup PT Adaro Indonesia ............... 49

Gambar 2.2. Peta Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup PT Adaro Indonesia…………..82

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) .................................. 8

Tabel 3.1. Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) ............................... 51

Page 4: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan kajian dalam dokumen Adendum Andal, perubahan rencana produksi dan fasilitas

pendukung pertambangan batubara PT Adaro Indonesia akan menimbulkan beberapa dampak penting

terhadap lingkungan sekitar berupa perubahan besaran dampak dari kajian Amdal 2012. Untuk

menanggulangi dan mengelola dampak tersebut PT Adaro Indonesia menyusun Adendum Rencana

Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL ‐ RPL) yang merupakan bagian

dari dokumen Adendum Andal PT Adaro Indonesia.

Dalam dokumen adendum RKL–RPL ini, pengelolaan dan pemantauan akan difokuskan terhadap

dampak penting baru dan/atau dampak eksisting yang mengalami perubahan besaran dampak akibat

kegiatan perubahan jadwal rencana produksi dan fasilitas pendukung pertambangan. Dokumen ini juga

menjelaskan pengelolaan dan pemantauan yang disebutkan pada dokumen RKL – RPL sebelumnya

yang sudah disetujui. Dari tambahan kegiatan dan kegiatan yang sudah berjalan sesuai izin yang

disetujui tersebut, maka dokumen RKL – RPL ini merupakan dokumen integrasi dari dua kegiatan

tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dilaksanakannya pengelolaan dan pemantauan lingkungan PT Adaro Indonesia adalah:

a. Menentukan langkah-langkah kegiatan untuk mengelola dampak dari kegiatan pertambangan yang

telah dievaluasi dan dinyatakan sebagai dampak penting.

b. Memperjelas instansi pemerintah yang bertugas mengawasi kegiatan AI dalam upaya menangani

dampak lingkungan.

1.2.2 Tujuan

Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) penambangan PT Adaro Indonesia

adalah untuk:

a. Melaksanakan kegiatan penambangan batubara yang berwawasan lingkungan

b. Menghindari atau mencegah dampak lingkungan hidup

c. Menanggulangi, meminimalkan atau mengendalikan dampak yang timbul dari kegiatan

d. Meningkatkan dampak positif sehingga memberikan manfaat yang lebih besar.

Page 5: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

4

1.2.3 Kegunaan

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) yang disusun ini akan digunakan sebagai :

1. Pedoman bagi AI dalam melakukan kegiatan pencegahan dan/atau pengendalian dampak negatif

serta pengembangan dampak positif akibat dari kegiatan penambangan terhadap lingkungan.

2. Pedoman bagi instansi-instansi pemerintah yang terkait dalam menjalankan pengelolaan dan

pengawasan terhadap lingkungan hidup di daerah kegiatan penambangan dan sekitarnya yang

berkaitan dengan penambangan batubara oleh AI

3. Sebagai informasi bagi masyarakat di sekitar wilayah penambangan batubara AI dan mengetahui

dampaknya secara dini, sehingga dapat berpartisipasi dan berkerjasama dalam melakukan

pengelolaan lingkungan.

Page 6: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

5

BAB 2 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

2.1 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Berdasarkan dampak penting yang telah dievaluasi pada Adendum Andal dan AMDAL tahun 2012,

maka PT Adaro Indonesia akan melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Secara umum, bentuk

pengelolaan lingkungan untuk meminimalisasi dampak penting yang diprediksikan akan terjadi dibagi

menjadi tiga kelompok, yaitu:

2.1.1 Pendekatan Teknologi

Mengingat skala dampak kegiatan pembangunan dan operasi sarana dan prasarana pertambangan

dalam Adendum Andal dan AMDAL tahun 2012, AI melakukan pengelolaan lingkungan dengan

pendekatan teknologi. Pendekatan ini diperlukan khususnya untuk menangani dampak yang berkaitan

dengan pengelolaan air tambang, pengangkutan dan pengolahan batubara, serta pengelolaan tanah

pucuk dan tanah penutup. Berikut adalah pengelolaan lingkungan yang menggunakan pendekatan

teknologi:

a. Pengelolaan kualitas udara dan kebisingan

Menggunakan peralatan (alat berat) konstruksi dan kendaraan pengangkut material yang masih

layak pakai/jalan.

Melakukan penyiraman secara berkala untuk mengurangi timbulnya debu di sekitar area

konstruksi dan di sepanjang jalan angkut batubara.

Melakukan penyapuan debu yang ada di jalan angkut menggunakan unit mobile power broom

secara rutin, dan sebaiknya setelah penyiraman jalan.

Melakukan penanaman pohon yang dapat menyerap debu di sepanjang area sempadan jalan

angkut batubara khususnya dekat pemukiman penduduk.

Mengoperasikan water spray pada area hopper crusher dan conveyor.

Melakukan perawatan crusher secara periodik dan pengecekan sebelum dioperasikan

b. Pengelolaan getaran

Melakukan perawatan preventif bagi alat berat / kendaraan pengangkut material secara berkala.

Menggunakan lapisan chip seal pada permukaan jalan angkut batubara untuk mengurangi

getaran.

Melakukan pengangkutan batubara sesuai dengan kapasitas angkut truk trailer.

Mengatur kecepatan truk trailer (40-60 km/jam) terutama apabila melintasi area permukiman

penduduk, untuk meminimasi getaran yang timbul.

c. Pengelolaan erosi dan sedimentasi

Melakukan penanaman pada bagian atas dan slope timbunan tanah pucuk dan tanah penutup

dengan tanaman penutup (covercrop) atau rumput-rumputan.

Melakukan penimbunan tanah penutup dengan metode berundak, dimana lahan/undakan yang

menjadi dasar undakan lain di atasnya dibuat miring ke dalam untuk mencegah erosi.

Membuat saluran drainase dan kolam pengendap (settling pond) di sekeliling tanah penutup

yang ditimbun di luar pit. Saluran drainase dibuat untuk mengarahkan air larian ke kolam

Page 7: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

6

pengendap. Untuk memperlambat aliran air berlumpur digunakan ban bekas sebagai drop

structure pada saluran drainase.

Melakukan pengolahan air tambang dengan menambahkan bahan kimia untuk mengendapkan

lumpur sebelum air dilepaskan kembali ke lingkungan. Selanjutnya pengendapan lumpur

dilakukan dengan metode baffle untuk memperlambat aliran air.

Menggunakan perkembangan teknologi untuk mengelola lumpur dalam jumlah besar, jika ada.

d. Pengelolaan kualitas air sungai

Membangun, mengoperasikan dan merawat kolam pengendap sesuai dengan kebutuhan

tahapan penambangan.

Melangkapi lapisan kedap air pada fasilitas TPST untuk mengumpulkan air lindi dan

mengolahnya dalan fasilitas pengelolaan air lindi sebelum dilepas ke sungai.

Membangun fasilitas pengolahan air limbah pada kantor dan akomodasi karyawan.

Melakukan riset menganai pengelolaan limbah.

Memanfaatkan settling pond.

2.1.2 Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya

Pendekatan sosial ekonomi dan budaya dilaksanakan untuk meminimalkan dampak negatif dan

meningkatkan dampak positif dari kegiatan pembangunan dan operasi sarana dan prasarana

pertambangan. Berikut ini merupakan pengelolaan lingkungan yang menggunakan pendekatan sosial

ekonomi dan budaya:

a. Mengutamakan penerimaan tenaga kerja dari masyarakat setempat

b. Meningkatkan kualitas SDM melalui program pelatihan oleh AI maupun mitra kerja secara

magang atau lainnya.

c. Melanjutkan bantuan transportasi kepada masyarakat berupa armada angkutan dari Kelanis ke

Tanjung dan sekitarnya.

d. Mengembangkan kapasitas kelembagaan yang telah ada di tingkat desa / kecamatan untuk

menjalin kerja sama dalam pelaksanaan dan pemantauan program pemberdayaan dan

pembangunan masyarakat.

e. Mensinkronkan rencana program pemberdayaan dan pembangunan masyarakat dengan

rencana pembangunan daerah dengan instansi terkait secara intensif berdasarkan kebutuhan

masyarakat.

2.1.3 Pendekatan Kelembagaan

Pendekatan kelembagaan dilaksanakan untuk pengendalian dampak lingkungan secara terpadu antara

AI dengan instansi terkait, masyarakat dan perusahaan lain di sekitar. Berikut ini merupakan

pengelolaan lingkungan yang menggunakan pendekatan kelembagaan:

Melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain di sekitar wilayah kerja untuk

bersama-sama melaksanakan pengelolaan dampak sosial.

Melakukan kerjasama dengan instansi-instansi terkait dalam pelaksanaan pengawasan

terhadap pengelolaan dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan tambahan dalam Addendum

AMDAL ini.

Page 8: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

7

Melakukan koordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kabupaten Tabalong dan Balangan di Propinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Barito

Selatan dan Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah dalam penyusunan Rencana Tata Ruang

(RTRW) untuk mengoptimalkan pelayanan bagi masyarakat.

Melakukan koordinasi dengan lembaga swadaya masyarakat, lembaga akademik dan instansi

pembina dalam pengadaan bibit dan pemeliharaan tanaman.

2.2 Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Berikut ini adalah tabel ringkasan rencana pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan oleh PT

Adaro Indonesia, terkait dengan penanggulangan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan peningkatan

kapasitas produksi dan perubahan jadwal rencana produksi dan fasilitas pendukung dan integrasi

kegiatan yang tercantum dalam Dokumen AMDAL tahun 2012.

Page 9: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

8

Tabel 2.1. Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

I. Tahap Prakonstruksi

1. Ketidakpastian Kondisi Sosial Ekonomi

Kegiatan pembebasan lahan dengan sistem jual putus dan pelaksanaan LARAP

a. Terbentuknya institusi khusus yang menyelenggarakan LARAP

b. Perbaikan dan peningkatan kondisi sosial ekonomi, mata pencaharian dan kualitas SDM, paling tidak, sesuai dengan kondisi di lokasi lama-nya

c. Keberlanjutan pengelolaan dan pembinaan penghidupan rumah tangga pemukim di lokasi baru

d. Kemampuan untuk menata penghidupan baru secara individual, di lokasi baru khususnya bagi pemukim asal Wonorejo dan Laburan.

a. Pembentukan tim pendamping di lingkungan AI untuk pengelolaan pelaksanaan LARAP, bekerja sama dengan lembaga pendidikan yang berguna untuk pengabdian pada masyarakatnya dan penelitian akademis

b. Melakukan pelaksanaan program LARAP, baik dalam pendanaan ataupun pencarian dan pengembangan aktivitas sosial ekonomi untuk menunjang dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan diri kembali dalam penataan penghidupan baru

c. Mengutamakan penerimaan tenaga kerja lokal sesuai kompetensi yang dibutuhkan perusahaan dan rencana perusahaan

d. Membantu penanganan kebun baru hingga usia sadap dengan bantuan saprodi, bagi penerima

a. Di lokasi pemukiman baru (LARAP)

b. Di lokasi pemukim baru asal Wonorejo dan Laburan, bagi penerima konpensasi lahan < 100 juta rupiah.

Periode pengelolaan dilakukan minimal 3 tahun dan maksimal 5 tahun sejak pemindahan, dengan mempertimbangkan standar kecukupan hidup lokal.

a. Intansi penlaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong c. Instansi penerima pelaporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong.

Page 10: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

9

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

kompensasi lahan < 100 juta rupiah

e. Membantu memenuhi kebutuhan hidup berupa sembako bagi penerima kompensasi lahan < 100 juta rupiah

f. Mengupayakan perbaikan dan peningkatan tingkat partisipasi dan diversifikasi mata pencaharian, kualitas SDM anggota keluarga dan aksesibilitas terhadap fasilitas umum.

2. Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk

Pembebasan lahan milik 2.569 penduduk tersebar di 42 desa

a. Peningkatan atau penurunan kepemilikan luas sumber daya utama penghidupan;

b. Pemanfaatan uang ganti rugi untuk keperluan produktif;

c. Keterlibatan anggota rumah tangga di dalam aktivitas pertambangan (peluang kerja, usaha dan rekanan kerja / usaha);

d. Peningkatan atau penurunan kondisi sosial ekonomi dan pola sumber utama penghasilan rumah tangga.

Untuk penerima ganti rugi < Rp100 juta, akan dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membantu dan

mengembangkan jenis tanaman unggul karet dan atau pemanfaatan lahan produktif dengan jenis dan pola tanam lain

b. Peningkatan kualitas SDM berkaitan dengan pengembangan aktifitas ekonomi UKM

c. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam mengelola uang ke arah produktif, bukan konsumtif

d. Mengutamakan penerimaan tenaga kerja bagi masyarakat setempat yang memiliki kompetensi sesuai

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup, terutama diawali di desa-desa wilayah sisi tambang, khususnya desa yang mengalami pembebasan lahan relatif luas, kemudian secara bertahap ke desa-desa luar tambang, bagi penerima ganti rugi < 100 juta.

Dilakukan minimal 3 tahun dan maksimal 5 tahun sejak pembebasan lahan.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan. c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

Page 11: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

10

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

dengan keperluan perusahaan.

3 Konflik sistem pembebasan lahan dan status sumberdaya lahan baik antara pemilik lahan dan perusahaan maupun antar pemilik lahan

Sistem pembebasan lahan

Adanya penolakan terhadap pelepasan lahan milik masyarakat kepada perusahaan dan adanya protes yang disampaikan oleh masyarakat secara langsung dan terbuka.

a. Sejauh mungkin mengupayakan pembebasan lahan melalui musyawarah mufakat langsung dengan pemilik tanpa melalui calo dengan terlebih dahulu membangun proses sosialisasi dan koordinasi dengan aparatur pemeritah setempat dan forum-forum yang ada di tingkat desa/kecamatan.

b. Melakukan pendaftaran lahan, pengecekan lahan, pengukuran lahan dan permohonan pembebasan lahan sesuai dengan surat legal yang diakui oleh peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

c. Menutup peluang kontak dengan perantara pembebasanlahan dengan melakukan sosialisasi secara intensif pada masyarakat yang terkena pembebasan.

d. Melibatkan aparat pemerintah desa/kecamatan setempat dalam proses pembebasan lahan,

Di wilayah tampang meliputi Desa Bilas (Kec. Upau), Wonorejo dan Sumber Rejeki (Kec. Juai), serta desa-desa yang berada di sepanjang rencana land conveyor yang mencakup Kec.Murung Pudak, Tanta, Muara Harus, Kelua, Tanjung (Kab Tabalong), Kec. Benua Lima dan Dusun Timur (Kab.Barito Timur), serta Kec.Dusun Hilir Kab.Barito Selatan.

Dilakukan mulai dari penyelenggaraan sosialisasi rencana pembebasan hingga 1 bulan setelah selesainya seluruh proses pembebasan lahan.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan. c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

Page 12: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

11

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

mulai dari sosialisasi hingga pelaksanaan pengukuran dan pembebasan.

e. Melakukan verifikasi terhadap kompalin lahan dengan cara identifikasi data, pengecekan lahan, dokumen klaimer

f. Pengecekan lahan dilakukan menggunakan GPS dan bersama dengan klaimer dan pihak terkait meliputi Kepolisian, aparat desa setempat, Dinas terkait dari pemda setempat.

g. Melakukan penanganan klaim melalui mediasi:

o Apabila klaim lahan berada di lahan belum lakukan Kompensasi oleh PT Adaro Indonesia, maka PT Adaro Indonesia akan mempertimbangkan apakah lahan dimaksud berada dan seuai dengan kebutuhan operasional, jika di butuhkan akan dilakukan Kompensasi lahan namun jika tidak dibutuhkan maka tidak akan dilakukan Kompensasi.

o Apabila klaim lahan berada di lahan sudah lakukan Kompensasi,

Page 13: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

12

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

maka PT Adaro Indonesia akan memfasilitasi proses mediasi dengan mempertemukan klaimer dan pemilik lahan.

o Apabila dalam proses mediasi terjadi kesepakatan antara klaimer dengan pemilik lahan maka buat Berita Acara Perdamaian antara kedua pihak.

o Apabila dalam proses mediasi sudah dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan melibatkan Kepolisian, Aparat desa setempat, Dinas terkait dari Pemda setempat namun Klaimer tidak bisa menerima hasil mediasi maka PT Adaro Indonesia mengimbau agar penyelesaian dilakukan menurut peraturan perundang undangan yang berlaku.

II. Tahap Konstruksi

1. Penurunan kualitas udara

a. Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material.

b. Pembukaan lahan serta kegiatan konstruksi untuk rencana pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin

Konsentrasi debu (TSP, PM2,5 dan PM10) tidak melampaui nilai ambang batas baku mutu udara (TSP = 230 µg/m3, PM2,5 = 65 µg/m3, dan PM10 = 150 µg/m3) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

a. Kegiatan pembukaan lahan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan hanya pada lahan yang akan digunakan untuk pembangunan land conveyor dan jalur jalan angkut Paringin Selatan dan membatasi pembukaan lahan sesuai

a. Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material di sepanjang jalan angkut, terutama yang melintasi

Saat mobilisasi peralatan dan material serta kegiatan pembukaan lahan pada awal konstruksi sampai selesainya konstruksi land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas

Page 14: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

13

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

kebutuhan lahan yang akan segera dipakai.

b. Pengaspalan dengan chipseal atau dengan jalan tanah pada bahu jalan khususnya daerah persimpangan dekat permukiman dan jalur jalan angkut dengan tujuan untuk meminimalisasi debu.

c. Selama ini kegiatan penyiraman dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari pada saat siang hari, dan hasilnya kadar debu masih tinggi. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan penyiraman secara berkala menjadi 3-4 kali/hari pada jalan hauling road dan lahan yang telah dibuka, terutama pada musim kemarau dan sekitar permukiman penduduk.

d. Penyapuan debu yang ada di jalan angkut menggunakan unit mobile power broom secara rutin, dan sebaiknya setelah penyiraman jalan

e. Menanam dan memelihara pohon-pohon yang dapat berfungsi sebagai penyaring dan penyerap debu di sepanjang area

permukiman penduduk dari Km 43 sampai Km 55 dan sekitar Km 68.

b. Pada lahan yang akan digunakan untuk pembangunan land conveyor dan jalur jalan angkut Paringin Selatan, khususnya yang berdekatan dengan lokasi pemukiman penduduk yaitu di Desa Padang Panjang, Tamiang, Pandangin, Mantuil, Dukuh, Bagok, Pasar Panas, Balida, Maradap dan Gampa.

c. Di sekitar area dermaga bongkar muat

dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan. c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

Page 15: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

14

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

sempadan land conveyor, seperti tanaman berdaun lebar, rindang, berbulu, mempunyai permukaan kasar/ berlekuk, bertajuk tebal dan tanaman yang menghasilkan bau harum. Penanaman pohon dilakukan pada tahap operasi pohon-pohon sudah cukup besar dan dapat berfungsi menyerap debu.

f. Membatasi kecepatan lalu-lintas kendaraan pengangkut material konstruksi.

g. Penggunaan sprayer air pada proses peremukan batubara di Wara.

BBM dan tangki BBM di Desa Kelanis.

d. Di sekitar area pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

e. Di area pembangunan jembatan Pasintik, Tabalong dan Muara Harus, yakni di desa Padangin, Mantuil, Manduin, dan Banyu Tajun

2. Peningkatan intensitas kebisingan

a. Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material.

b. Pembukaan lahan serta kegiatan konstruksi untuk rencana pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM,

Intensitas kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan di daerah permukiman (70 dBA) menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

a. Pengaturan waktu kerja konstruksi di lokasi sekitar wilayah hunian penduduk dengan mengurangi waktu kerja pada malam hari saat istirahat masyarakat setempat.

b. Penggunaan peralatan (alat berat) konstruksi dan kendaraan pengangkut material yang masih layak pakai/jalan.

c. Perawatan berkala alat opersional peremukan batubara.

a. Pengaturan waktu kerja konstruksi di lokasi dekat dengan wilayah hunian penduduk, yaitu di Desa Padang Panjang, Tamiang, Pandangin, Mantuil, Dukuh, Bagok, Pasar Panas,

Saat mobilisasi peralatan dan material serta kegiatan pembukaan lahan pada awal konstruksi sampai selesainya konstruksi land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan. c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas

Page 16: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

15

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

d. Penyesuaian beban muatan dengan kemampuan mesin crusher .

e. Melakukan uji komisioning menyeluruh truk pengangkut material konstruksi sesuai standar pabrik.

f. Membatasi kecepatan maksimum kendaraan pengangkutan material dan alat berat.

g. Menanam berbagai jenis strata tanaman yang cukup rapat dan tinggi yang berfungsi sebagai peredam kebisingan di sepanjang area sempadan land conveyor seperti tanaman berdaun lebar, rindang, berbulu, mempunyai permukaan kasar/berlekuk dan bertajuk tebal. Selain itu dapat juga ditanam bambu (Bambusa multiplex) yang cukup efektif mengurangi tingkat kebisingan. Penanaman pohon dilakukan pada tahap konstruksi agar pada tahap operasi pohon sudah besar dan dapat berfungsi menyerap kebisingan.

Balida, Maradap, dan Gampa.

b. Penggunaan alat yang layak pakai di seluruh kegiatan konstruksi.

jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Page 17: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

16

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Peningkatan Erosi dan Sedimentasi

Kegiatan pembukaan lahan untuk pit tambang dan pembangunan sarana dan prasarana, seperti land conveyor, gudang handak, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Torehan-torehan pada lahan (erosi parit) dan sedimentasi material tanah di saluran drainase dan kolam pengendap (settling pond), serta sungai-sungai yang berada di area sekitar kegiatan pembukaan lahan.

a. Pembukaan lahan supaya tetap mengacu pada SOP AI-PRO-01 R01 mengenai persiapan dan pembukaan lahan.

b. Pembukaan lahan dilakukan sesuai dengan keperluan kemajuan penambangan dan kebutuhan lahan untuk areal pit (Tutupan, Paringin, dan Wara, dan sekitarnya), dan sarana prasarana tambang.

c. Pada lokasi pembukaan lahan yang tidak digunakan, segera ditanami tanaman penutup tanah (cover-crop). Tanaman yang dimaksud diantaranya jenis Leguminoceae /kacang-seperti Centrosema pubescens, Pueraria phaseoloides, Colopogonium mucoides, Mucuna sp. dan jenis padi.

d. Membangun kolam pengendap lumpur (settling pond) yang sudah direncanakan baik di sekitar pit Tutupan, Paringin Utara, Wara I, Wara II dan Wara III, serta membuat dan menata saluran drainase untuk mengalirkan air

a. Pada lahan yang dibuka untuk kebutuhan penambangan di pit Tutupan, Paringin, dan Wara.

b. Pada lahan yang dibuka untuk pembangunan sarana prasarana.

c. Pada kolam pengendap .

Dilakukan sejak pembukaan lahan hingga tahap pembangunan sarana dan prasarana selesai.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Page 18: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

17

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

larian yang membawa material tanah ke kolam pengendap.

e. Settling pond yang telah penuh dengan sedimen segera dikeruk/dikosongkan kembali dan lumpur hasil pengerukan ditimbun di disposal.

f. Membangun dan mengelola box control pada lahan yang dibuka untuk mengelola air larian dari kegiatan pembukaan lahan.

4. Penurunan Kualitas Air Sungai

Kegiatan pembukaan lahan, dimana pada waktu turun hujan, air larian akan menghanyutkan partikel tanah yang tererosi dan masuk ke dalam sungai.

Parameter kualitas air sungai mengacu pada : Peraturan Gubernur Kalimantan

Selatan No 5 tahun 2007 (stream standard).

Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 36 Tahun 2008 (effluent standard).

a. Pengelolaan dilakukan sesuai dengan arahan pengelolaan pada dampak peningkatan erosi.

b. Melakukan pemeliharaan kolam pengendap secara rutin dan sesuai dengan SOP AI-ENV-04 tentang pegelolaan sedimentasi dan fasilitas SP.

c. Mengendalikan dan mengelola air di dalam kolam pengendap atau box control agar air yang dikeluarkan sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga tidak mengakibatkan penurunan kualitas air sungai.

a. Pada lahan yang dibuka untuk kebutuhan penambangan di pit Tutupan, Paringin, dan Wara

b. Pada lahan yang dibuka untuk pembangunan sarana prasarana

c. Pada kolam pengendap/ settling pond.

Dilakukan sejak pembukaan lahan hingga tahap pembangunan sarana prasarana selesai.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan. c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Page 19: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

18

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

5. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan dan Potensi Terjadinya Banjir

Kegiatan pembukaan lahan, terutama untuk kegiatan penambangan di pit Tutupan bagian selatan.

Peningkatan kuantitas air permukaan yang yang ditandai dengan timbulnya banjir di Desa Pulau Ku’u, Lajar dan Mundar.

a. Mengalirkan seluruh air larian yang timbul pada saat pembukaan lahan di pit Tutupan bagian selatan ke SP 13, SP 20 dan SP 21.

b. Pengaturan dan kontrol terhadap keluaran air dari settling pond ter-utama SP 13, SP 20 dan SP 21, menuju anak sungai Guruhiyang, Padang Panjang dan Dahai

c. Pengerukan lumpur di setiap setlling pond yaitu SP 13, SP 20 dan SP 21 secara berkala, dan lumpurnya dibuang ke disposal area.

d. Merealisasikan pembangunan settling pond sesuai tahapan kebutuhan di sekitar pit Tutupan, Wara dan Paringin.

Dilakukan di kolam pengendap untuk pit Tutupan khususnya di Settling Pond SP 13, SP 20 dan SP 21.

Dilakukan mulai pada kegiatan pembukaan lahan di pit Tutupan bagian selatan hingga selesai operasional tambang. Kegiatan pengelolaan dilakukan terutama pada saat menjelang musim penghujan.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

Pembangunan fasilitas pengolahan batubara di Wara.

Peningkatan kuantitas air permukaan yang yang ditandai dengan timbulnya banjir.

a. Membuat, pengoperasian dan perawatan sistem penyaliran di sekeliling ROM batubara dan ROM stockpile.

b. Membuat, pengoperasian dan perawatan settling pond.

c. Menanam cover crop atau tanaman keras di sekitar area crushing plant.

Area pengoperasian fasilitas pengolahan batubara di Wara.

Selama kegiatan pembangunan fasilitas pengolahan batubara di Wara.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan

Page 20: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

19

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

6. Terganggunya aksesibilitas lalu lintas lokal

Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material, pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Tidak terjadinya gangguan mobilitas masyarakat pengguna jaringan jalan yang berpotongan dengan rencana pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus dab sarana prasarana penunjang lainnya.

a. Merealisasikan rencana pembangunan overpass atau underpass (box culvert) untuk conveyor, yang memotong jalan umum, sebagai-mana yang telah direncanakan oleh AI.

b. Pemasangan rambu peringatan sebelum memasuki lokasi konstruksi.

c. Mengalihkan lalu lintas ke jalan alternatif, bila perlu dan memungkinkan.

d. Memasang pembatas untuk mengamankan zona bekerja dengan mobilitas baik kendaraan maupun orang.

e. Pada area pekerjaan konstruksi dilakukan penempatan tenaga security untuk pengaturan mobilitas kendaraan maupun orang yang akan melintasi lokasi proyek.

f. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat terkait dengan adanya pembangunan jalan angkut Paringin Selatan yang akan memotong jalan umum (nasional, provinsi dan kabupaten).

a. Lokasi pembangunan land conveyor dan jalur jalan angkut Paringin Selatan yang memotong dengan jalan umum adalah simpang Pertamina km 64, simpang Warukin 1 km 63, simpang Warukin 2 km 62,5, simpang Dahur km 58, simpang Padangin km 54, simpang Mantuil I dan II di km 52, simpang Dukuh km 50 dan simpang Bagok km 46.

b. Ruas jalan nasional (Desa Gampa), ruas jalan provinsi (Desa Balida) dan ruas jalan kabupaten

Pada saat konstruksi hingga sampai pada tahap awal operasi.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan c. Instasi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

Page 21: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

20

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

g. Menyiapkan area khusus untuk parkir kendaraan pengangkut material dan peralatan dalam lokasi proyek.

h. Kendaraan pengangkut material/ peralatan tidak boleh parkir/ berhenti di luar lokasi proyek.

i. Penempatan material/ peralatan pekerjaan konstruksi tidak diperkenankan berada di luar lokasi proyek.

j. Menyiapkan petugas khusus untuk mengatur lalu lintas apabila pekerjaan konstruksi bersinggungan dengan jalan nasional.

k. Melakukan perbaikan jalan rusak akibat mobilisasi material/ peralatan.

l. Membersihkan tumpahan material di badan jalan.

m. Memasang papan informasi mengenai adanya kegiatan konstruksi bagi pengguna jalan nasional di kedua arah.

(Desa Maradap).

c. Lokasi pembangunan Jembatan Pasintik, Tabalong dan Muara Harus.

7. Gangguan Keanekaragaman Flora

Kegiatan pembukaan lahan (daerah tambang dan sarana prasarana penunjang dan perlintasan kendaraan, seperti jalur jalan angkut

Tidak terjadinya gangguan terhadap keanekaragaman flora.

a. Setiap daerah yang akan dibuka dan dibersihkan, perlu dilakukan observasi terlebih dahulu untuk menginventarisasi dan koleksi jenis-jenis

Di lokasi yang akan dibuka lahannya untuk tambang dan sarana-prasarananya

a. Observasi untuk memastikan ada tidaknya jenis tumbuhan dilindungi dan bernilai ekonomi di

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan,

Page 22: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

21

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Paringin Selatan dan gudang handak, bendungan, settling pond, dermaga bongkar muat logistik dan tangki BBM dll), untuk pengembangan produksi batubara dari 45 juta ton menjadi 80 juta ton per tahun pada kawasan-kawasan hutan yang tersisa.

tumbuhan yang dilindungi dan memiliki nilai ekonomi tinggi atau tidak. Bila selama tahap observasi dilakukan, ditemukan jenis-jenis tumbuhan yang dimaksud, maka perlu dilakukan proses seleksi anakan (seedling) atau tingkat pancang (pool) untuk diselamatkan dengan dipindahkan ke tempat persemaian yang telah disiapkan atau pada area-area seedbank.

b. Untuk menghindari hilangnya lahan bervegetasi yang seharusnya tidak dibuka/dibersihkan (seperti pada kawasan yang dekat dengan tepi Sungai Barito), perlu dilakukan pemasangan patok tanda batas, agar luas lahan (khususnya di daerah belukar tua) yang akan dibuka dan dibersihkan vegetasinya sesuai dengan yang direncanakan. Apabila lahan yang dibersihkan vegetasinya melebihi yang direncanakan, perlu dilakukan penanaman kembali dengan berbagai jenis

(seperti jalur jalan angkut Paringin Selatan, gudang handak, bendungan, settling pond, area dermaga bongkar muat BBM dan tangki BBM dll).

daerah yang akan dibuka dilaksanakan satu bulan, sebelum daerah tersebut dibuka. Jika ditemukan, pengambilan anakan dan pancang dilak-sanakan paling lambat 2 minggu sebelum daerah tersebut dibuka,

b. Penyediaan area persemaian dalam bentuk kantong-kantong (bercak) hutan dilakukan sebelum waktu observasi dan se-leksi jenis tumbu-han dilakukan.

c. Revegetasi pada kawasan yang ter-buka secara tidak sengaja dilakukan sesegera mungkin setelah koreksi batas kawasan dilaksanakan.

d. Selama masa konstruksi tambang dan sarana prasarana penunjang diantaranya (perlintasan kendaraan, seperti

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong

Page 23: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

22

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

tumbuhan yang sama dengan yang terdapat di sekitarnya.

c. Menyediakan kawasan kantong berukuran lebih dari 1 Ha tapi bervegetasi rapat untuk dijadikan seed bank di areal yang direncanakan tidak diganggu/tidak digunakan.

jalur jalan angkut Paringin Selatan, gudang handak, settling pond, dermaga bongkar muat BBM dan tangki BBM dll)

8. Hilang/ Berpindahnya Keanekaragaman Jenis dan Habitat Fauna

Kegiatan pembukaan lahan yang berupa pembersihan vegetasi untuk pengembangan area tambang dan sarana-prasarananya (di antaranya untuk jalur angkut Paringin Selatan, gudang handak, bendungan, settling pond, dermaga bongkar muat logistik dan tangki BBM dll))

Tidak terjadinya gangguan terhadap keanekaragaman fauna.

Sebelum suatu daerah/blok tambang akan dibuka dan dibersihkan vegetasinya, akan dilakukan: a. Pemasangan tanda tata

batas pada daerah yang akan dibuka agar tidak terjadi pembukaan lahan yang lebih luas daripada yang dibutuhkan.

b. Observasi pada daerah yang akan dibuka untuk mengetahui atau memastikan kemungkinan ada tidaknya satwa liar yang dilindungi.

c. Bila di daerah yang akan dibuka ditemukan adanya satwa tersebut, tidak dapat berpindah tempat atau terancam kehidupannya, satwa tersebut akan diselamatkan dan dipelihara sementara, untuk selanjutnya dikoordinasikan dan

Di lokasi yang akan dibuka lahannya untuk tambang dan sarana-prasarananya (seperti jalur jalan angkut Paringin Selatan, gudang handak, bendungan, settling pond, area dermaga bongkar muat BBM dan tangki BBM dll).

a. Tanda yang berupa patok pada daerah yang akan dibuka untuk tambang dan prasarananya dipasang sebelum pelaksanaan pembukaan lahan dilaksanakan.

b. Tempat pemeliharaan satwa sementara akan siap dioperasikan sebelum pembukaan dan oembersihan lahan dilaksanakan.

c. Observasi untuk penyelamatan satwa dilaksanakan sebelum kegiatan pembukaan pada setiap daerah yang akan dibuka.

d. Pemeliharaan satwa dilaksanakan sampai kondisi

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong

Page 24: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

23

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

diserahkan ke KPH atau BKSDA setempat untuk pengelolaannya.

satwa tersebut sehat dan siap untuk dilepaskan liarkan kembali ke alam. Tempat dan waktu pelepasan satwa liar akan dikonsultasikan dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong dan atau Balangan, serta BKSDA Kalsel.

9. Gangguan Terhadap Biota Perairan

Kegiatan pembukaan lahan, dimana pada waktu turun hujan, air larian akan menghanyutkan partikel-partikel tanah yang tererosi dan masuk ke dalam sungai, sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas air.

Tidak terjadinya gangguan terhadap terhadap biota perairan.

Mengikuti cara-cara yang digunakan dalam pengelolaan kualitas air, sehingga tidak berdampak negatif terhadap biota perairan.

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup sama dengan lokasi pengelolaan pada kualitas air sungai.

Periode pengelolaan lingkungan hidup sama dengan perioda pengelolaan pada kualitas air sungai.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

10. Peningkatan Prevalensi dan Intensitas Penyakit

Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material.

Tidak terjadi peningkatan kasus penyakit pada saluran pernapasan bagi masyarakat

Melakukan upaya pengelolaan terhadap kualitas udara, karena dampak ini merupakan

Sepanjang jalur mobilisasi peralatan dan bahan material.

Dilakukan selama kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu:

Page 25: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

24

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

sekitar akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material.

dampak turunan dari kualitas udara.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Barito Timur c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Barito Timur.

Kegiatan pembukaan lahan serta kegiatan konstruksi untuk rencana pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

a. Tidak terjadinya peningkatan prevalensi kejadian malaria bagi tenaga kerja dan masyarakat.

b. Tidak terjadinya peningkatan prevalensi dan insiden penyakit/gangguan saluran pernafasan di masyarakat.

c. Tidak terjadinya peningkatan prevalensi dan insiden penyakit saluran pencernaan bagi masyarakat.

a. Melakukan upaya pengelolaan terhadap kualitas udara dan air, karena dampak ini merupakan dampak turunan dari kualitas udara dan kualitas air permukaan.

b. Mencegah timbulnya genangan air pada lahan yang telah dibuka.

c. Melakukan upaya efektif pencegahan penyakit yang dibawa oleh nyamuk sesuai rekomendasi pihak yang berwenang dan dengan melibatkan peran serta masyarakat. Upaya ini misalnya dengan fogging, pembagian kelambu, pemberian obat anti malaria, atau penggunaan insect repellant. Perlu edukasi kepada masyarakat untuk membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk pencegahan penyakit malaria, misalnya melalui penyuluhan.

Areal pembukaan lahan dan pembangunan sarana prasarana tambang (sesuai dengan lokasi pengelolaan kualitas udara dan air).

Dilakukan selama tahap konstruksi

III. Tahap Operasi

1. Penurunan Kualitas Udara

Adanya kegiatan : a. Pengangkutan

batubara menggunakan land

Baku mutu kualitas udara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

a. Penyiraman jalan angkut batubara, terutama pada musim kemarau dan sekitar permukiman

a. Pemukiman penduduk yang berada di sekitar

Selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instasi pengawas yaitu:

Page 26: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

25

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

conveyor dan truk trailer dari lokasi tambang ke Terminal Kelanis.

b. Distribusi BBM dari tangki utama menggunakan fuel truck.

c. Proses peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis.

d. Proses pemuatan batubara di Kelanis.

Pencemaran Udara dengan parameter TSP, PM10, PM2,5, Pb, CO, NOx, SO2, dan Ozon.

dengan frekuensi yang lebih banyak, yaitu 3 sampai 4 kali sehari.

b. Penyapuan debu di jalan angkut menggunakan unit mobile power broom.

c. Pembangunan conveyor dengan desain tertutup.

d. Pemasangan dust cover pada alat peremukan dan atau pengolahan Batubara.

e. Penanaman dan perawatan tanaman di sempadan jalan angkut batubara.

f. Pemeliharaan peralatan angkut termasuk fuel truck secara berkala.

g. Pembatasan kecepatan kendaraan pengangkut batubara 70 km/jam dan sarana 80 km/jam pada wilayah yang tidak bersimpangan dengan jalan desa. Untuk jalan yang bersimpangan dengan jalan desa, kecepatan maksimum kendaraan pengangkut dan sarana adalah 40 km/jam.

h. Pemasangan rambu batas kecepatan dan persimpangan, arah trailer, peringatan dan peletakkan barrier jalan pada jalan desa.

jalan angkut batubara, terutama di Desa Padang Panjang, Tamiang, Pandangin, Mantuil, Dukuh, Bagok, Pasar Panas, Balida, Gampa dan Lasung Batu, Warukin, Pandangin, Manduin, Banyu Tajun, dan Kunding.

b. Sekitar area tangki utama BBM.

c. Area pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

Page 27: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

26

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

i. Pemeliharaan mesin dan alat operasional secara berkala.

2. Peningkatan intensitas kebisingan

Adanya kegiatan : a. Pengangkutan

batubara menggunakan land conveyor dan truk trailer dari lokasi tambang ke Terminal Kelanis.

b. Distribusi BBM dari tangki utama menggunakan fuel truck.

c. Proses peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis.

d. Proses pemuatan batubara di Kelanis.

Baku mutu kebisingan daerah pemukiman menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/ 1996.

a. Pemeliharaan land conveyor dan truk trailer secara berkala.

b. Pengaturan kecepatan kendaraan sepanjang jalan angkut terutama yang melintas jalan persimpangan dengan jalan desa pada jalan angkut batubara.

c. Pembangunan conveyor dengan desain tertutup.

d. Pengalokasian area penyangga (buffer zone) berjarak 100 m dari land conveyor terutama di sekitar permukiman.

e. Penanaman tanaman di area penyangga antara land conveyor dengan permukiman penduduk.

f. Pemeliharaan mesin peremuk batubara secara berkala.

g. Pemasangan dust cover pada alat peremukan dan atau pengolahan Batubara.

h. Pemeliharaan genset secara berkala.

i. Pembangunan rumah genset dengan dinding yang mampu mengurangi kebisingan.

j. Penanaman dan perawatan tanaman di

a. Pemukiman penduduk yang berada di sekitar jalan angkut batubara, terutama di Desa Padang Panjang, Tamiang, Pandangin, Mantuil, Dukuh, Bagok, Pasar Panas, Balida, Gampa dan Lasung Batu, Warukin, Pandangin, Manduin, Banyu Tajun, dan Kunding.

b. Sekitar area tangki utama BBM.

c. Area pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

Page 28: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

27

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

sempadan jalan angkut batubara.

k. Pemasangan rambu untuk tidak membunyikan klakson/ sirine pada lokasi-lokasi padat penduduk.

l. Pembatasan kecepatan kendaraan pengangkut batubara 70 km/jam dan sarana 80 km/jam pada wilayah yang tidak bersimpangan dengan jalan desa. Untuk jalan yang bersimpangan dengan jalan desa, kecepatan maksimum kendaraan pengangkut dan sarana adalah 40 km/jam.

m. Pemasangan rambu batas kecepatan dan persimpangan, arah trailer, peringatan dan peletakkan barrier jalan pada jalan desa.

3. Timbulnya Getaran Pengangkutan batubara menggunakan truk trailer dan land conveyor.

Baku mutu getaran mekanik berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep-49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran (baku tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan).

a. Pembatasan kecepatan kendaraan pengangkut batubara 70 km/jam dan sarana 80 km/jam pada wilayah yang tidak bersimpangan dengan jalan desa. Untuk jalan yang bersimpangan dengan jalan desa, kecepatan maksimum kendaraan pengangkut dan sarana adalah 40 km/jam.

Sepanjang jalan angkut batubara dan pemukiman penduduk yang berdekatan dengan jalan angkut batubara.

Selama masa operasi. a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

Page 29: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

28

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. Pengangkutan batubara disesuaikan dengan kapasitas angkut truk trailer.

c. Perawatan jalan angkut untuk mencegah kerusakan jalan.

d. Perbaikan jalan angkut apabila diketahui adanya kerusakan jalan angkut batubara.

c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

4. Peningkatan Erosi Pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk.

Galur erosi pada timbunan tanah pucuk.

Sedimentasi pada drainase di sekeliling timbunan tanah pucuk.

a. Pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk dilaksanakan sesuai dengan SOP AI-PRO-02.

b. Penyimpanan tanah pucuk diusahakan pada lahan yang landai.

c. Penutupan timbunan tanah pucuk dengan mulsa dan/atau ditanami tanaman penutup (covercrop atau rumput-rumputan).

d. Penimbunan tanah pucuk dilakukan dengan single bench dengan ketinggian maksimum 6 m dengan kemiringan 20 derajat.

e. Pengaturan bagian atas timbunan tanah pucuk dibuat miring ke dalam (back slope) kemudian diarahkan ke drainase timbunan dan selanjutnya ke drainase

Lokasi pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk, drainase dan kolam pengendap di area sekitar pit Tutupan, Paringin dan Wara.

Sejak dimulainya kegiatan pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk hingga berakhirnya operasional tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan.

Page 30: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

29

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

utama ke kolam pengendap.

f. Pembuatan saluran drainase di sekeliling timbunan tanah pucuk.

g. Pemeliharaan drainase dan kolam pengendap (settling pond).

Penggalian dan penimbunan tanah penutup.

a. Galur erosi pada timbunan tanah penutup.

b. Sedimentasi pada drainase dan kolam pengendap.

a. Penggalian tanah penutup dilakukan sesuai dengan SOP AI-PRO-03 dan memperhatikan kemiringan penggalian sesuai rekomendasi geoteknik.

b. Penimbunan dilakukan dengan memperhatikan karakteristik batuan induk yang digali, sehingga meminimalkan terjadinya longsoran.

c. Penanaman tanaman penutup (covercrop) atau rumput-rumputan pada bagian atas dan dinding lereng timbunan.

d. Penimbunan dibuat berundak-undak, dengan ketinggian undakan maksimum 12 m. Undakan yang menjadi dasar undakan di atasnya dibuat miring ke dalam (backslope) dan diarahkan ke drainase.

e. Pembuatan drainase yang mengarah ke kolam pengendap

Lokasi penggalian dan penimbunan tanah penutup, drainase dan kolam pengendap (settling pond) di sekitar pit Tutupan, Paringin dan Wara.

Sejak kegiatan penggalian dan penimbunan tanah penutup hingga berakhirnya operasi tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan.

Page 31: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

30

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

(settling pond) di sekeliling timbunan tanah penutup.

5. Penurunan Kualitas Air Permukaan

Penggalian, Pengangkutan dan Penimbunan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup.

a. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 5 tahun 2007 (stream standard).

b. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 36 Tahun 2008, (effluent standard).

a. Pengelolaan dilakukan sesuai dengan arahan pengelolaan dampak erosi dan air asam tambang.

b. Pembangunan dan pengoperasian kolam pengendap dilaksanakan sesuai dengan SOP AI-MSP-04, SOP AI-MIF-01 dan SOP AI-ENV-02.

c. Kolam pengendap dibangun sesuai dengan kebutuhan tahapan penambangan.

a. Area timbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

b. Area kolam pengendap.

Selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

Kegiatan pengelolaan limbah padat di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 59 tahun 2016 untuk parameter pH, BOD, COD, TSS, N Total, Merkuri, Kadmium.

a. Pembuatan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST dalam rangka pengelolaan limbah padat, dilengkapi dengan lapisan kedap air untuk mencegah rembesan air lindi.

b. TPST dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan air lindi.

Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)

Selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

Kegiatan pengangkutan, pengolahan, penumpukan dan pemuatan batubara serta bongkar muat logistik di Terminal

Rendahnya kejadian ceceran batubara dan larian batubara halus serta agregat ke perairan.

a. Mengatur ketinggian reclaim conveyor Kelanis saat pemuatan batubara ke tongkang untuk meminimumkan potensi

a. Jalan angkut batubara

b. Terminal Khusus Kelanis,

Selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas

Page 32: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

31

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Khusus Kelanis dan di area Pengolahan Batubara di Wara.

ceceran batubara ke sungai.

b. Membuat talang penampungan di bawah reclaim conveyor untuk menampung ceceran batubara.

c. Pengangkutan batubara dan agregat disesuaikan dengan kapasitas angkut.

d. Pembersihan tumpahan batubara di jalan angkut batubara jika terjadi kecelakaan truk trailer.

e. Pembuatan drainase menuju kolam pengendap.

f. Pembuatan dan pengoperasian kolam pengendap.

g. Pada jembatan simpang pada jalan angkut Paringin Selatan dibuatkan guludan untuk menghambat aliran air larian dari jembatan.

h. Pada jembatan, dibangun, dioperasikan dan dikelola saluran drainse sepanjang area jembatan.

c. Area Pengolahan Batubara di Wara.

Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur

a. Kegiatan bongkar muat dari kapal, distribusi BBM dari tangki dengan menggunakan truk.

Rendahnya jumlah tumpahan atau ceceran hidrokarbon.

a. Pembuatan dan pengoperasian secondary containment di sekeliling tangki hidrokarbon.

Seluruh wilayah kerja AI, terutama area dermaga bongkar muat BBM, tangki

Selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Page 33: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

32

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. Pengoperasian genset.

b. Penyediaan tray untuk menadah ceceran hidrokarbon.

c. Pembuatan dan pengoperasian drainase untuk mengumpulkan ceceran hidrokarbon serta mengarahkan ke oil trap.

d. Pembersihan dan pengumpulan ceceran hidrokarbon (termasuk oli bekas genset atau peralatan lain) di lantai menggunakan absorben untuk dikelola sebagai limbah B3.

e. Pengumpulan tanah yang terkontaminasi ceceran/ tumpahan hidrokarbon untuk dikelola sebagai limbah B3.

BBM, fasilitas pengisian BBM, bengkel dan genset.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

Pengoperasian kantor dan tempat hunian karyawan/ tamu.

Baku mutu limbah cair domestik. a. Pembuatan, pengoperasian dan pemeliharaan jalur pipa limbah cair domestik.

b. Pembuatan, pengoperasian dan pemeliharaan septic tank atau IPAL.

c. Pemasangan saringan dan grease trap di pembuangan air dari dapur.

Kantor dan tempat hunian di wilayah kerja AI.

Selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas

Page 34: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

33

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur

6. Penurunan muka air tanah

Pit dewatering dan penggalian serta penimbunan tanah penutup.

Tinggi muka air tanah. a. Pelaksanaan revegetasi pada timbunan tanah penutup.

b. Pembuatan dan pemeliharaan kolam Hill-11 atau SP lainnya yang berdekatan dengan Desa Padangpanjang, Desa Sungaiketapi, dan Desa Lasungbatu.

c. Mengupayakan backfill dan revegetasi pada area tambang berdekatan dengan Desa Padangpanjang, Desa Sungaiketapi, dan Desa Lasungbatu secepat mungkin

a. Pada lokasi yang dilakukan revegetasi.

b. Area sekitar Kolam Hill-11 atau SP lainnya.

Selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupatan Tabalong

7. Timbulnya air asam tambang

Penggalian, Pengangkutan dan Penimbunan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup.

Parameter air limbah kegiatan penambangan berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 36 Tahun 2008 (parameter pH, Fe, Mn dan Cd).

a. Identifikasi dan segregasi tanah penutup kategori PAF dan NAF.

b. Melaksanakan teknik dry cover yaitu enkapsulasi batuan PAF dengan batuan NAF pada timbunan tanah penutup sesuai SOP yang berlaku: a. WIN-AI-PRO-07-002

tentang Penimbunan Material Overburden di Disposal.

Lokasi penggalian, pengangkutan dan penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

Dilakukan selama kegiatan penambangan berjalan sampai selesai serta dalam proses penutupan tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan,

Page 35: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

34

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. AI-PRO-07 revisi 02 tentang Pembentukan Disposal.

c. Mengintegrasikan pengelolaan air asam tambang dengan pengelolaan air tambang di kolam pengendap.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupatan Tabalong, dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan

8. Gangguan aksesibiltas lalu lintas lokal

a. Kegiatan pengangkutan batubara yang menggunakan truk trailer.

b. Distribusi BBM dengan truk tangki BBM.

Tidak terjadi kemacetan lalu lintas pada jalan yang bersimpangan dengan jalan angkut batubara.

a. Memasang portal di persimpangan jalan utama sepanjang haul road untuk pengaturan penyebrang agar terhindar dari kecelakaan.

b. Melengkapi dan mengoperasikan pos jaga pada persimpangan jalan utama sepanjang jalan angkut batubara.

c. Melakukan patroli dan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas bahaya kegitan penggunaan jalan angkut batubara.

d. Meningkatkan sistem komunikasi dengan pengaturan frekuensi, sehingga bila terjadi suatu kondisi emergensi di salah satu segmen jalan angkut batubara, maka security yang sedang bertugas dapat menginformasikan secara cepat ke setiap

a. Lokasi pengelolaan lingkungan adalah persimpangan antara jalan angkut batubara dengan jalan umum diantaranya simpang Pertamina km 64, simpang Warukin 1 km 63, simpang Warukin 2 km 62,5, simpang Dahur km 58, simpang Padangin km 54, simpang Mantuil I dan II di km 52, simpang Dukuh km 50 dan simpang Bagok km 46

Setiap hari selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perhubungan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Banjarmasin, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabalong, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Balangan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Timur c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perhubungan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan,

Page 36: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

35

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

pengguna jalan angkut batubara.

e. Membuat halte kendaraan kontraktor untuk menaikkan dan menurunkan pekerja sesuai perkembangan.

f. Membuat jalur tunggu untuk melindungi moda angkutan non-tambang dari lalu-lintas trailer sepanjang haul road pada area masuk perkantoran, workshop, change shift area, dan penyeberangan.

g. Memberikan sanksi bagi kendaraan yang melanggar rambu-rambu yang dipasang di sepanjang jalan angkut batubara.

h. Larangan bagi truk pengangkut batubara beriringan bersamaan dan/atau berselisihan di atas jembatan yang berada di sepanjang jalan angkut Paringin Selatan.

i. Pemasangan informasi tinggi dan lebar terowongan bawah jembatan yang mudah dibaca oleh pengguna jalan nasional.

b. Rencana jalur tunggu dilakukan pada simpang Mantuil Km 52

c. Rencana pemasangan palang-penghalang dilakukan pada simpang Dukuh Km 50, dan simpang Pandangin Km 54.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Banjarmasin, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabalong, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Balangan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Timur

9. Gangguan lalu lintas sungai di

Kegiatan operasional pelabuhan khususnya antrian tongkang dan

Kelancaran dan keselamatan lalu-lintas sungai di sekitar Terminal Kelanis.

a. Perlu disiapkan area parkir tongkang untuk menunggu giliran dalam

Di sekitar perairan

Dilakukan selama operasional pelabuhan pada tahap operasi.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia

Page 37: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

36

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

sekitar Terminal Kelanis

kapal, pada waktu pemuatan batubara dan logistik serta pada waktu selesai pemuatan untuk manuver meninggalkan dermaga.

pemuatan batubara dengan kriteria lokasi : - Area parkir tongkang

masih dalam area pelabuhan Kelanis.

- Jauh dari lokasi pemukiman penduduk.

- Lokasi tersebut mempunyai kedalaman yang cukup.

- Lalu-lintas sungai di area tersebut relatif jarang.

- Sedimentasi dan erosi tebing sungai kecil.

- Kelerengan landau atau kecil.

b. Kegiatan pemuatan batubara dan pelayaran di sekitar Terminal Kelanis dilakukan dengan memenuhi SOP yang berlaku.

c. Melakukan pengaturan dan pengawasan pada saat tongkang akan bersandar atau meninggalkan jetty dan memastikan pengguna moda sungai lainnya tidak terganggu.

d. Kapal dan tongkang perlu dilengkapi sesuai ketentuan yang berlaku, seperti lampu sorot/lampu penerangan, alat komunikasi dan lain-

Terminal Kelanis.

b. Instansi pengawas yaitu: Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Barito Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Barito Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Page 38: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

37

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

lain, agar dapat terhindar dari potensi kecelakaan.

e. Mengurangi kecepatan tongkang apabila mendekati permukiman dan Terminal.

10. Perbaikan keanekaragaman flora

Reklamasi dan revegetasi di daerah penimbunan tanah penutup termasuk inpit backfill.

Peningkatan keragaman tumbuhan pada lahan yang direvegetasi. Sesuai dengan kriteria keberhasilan reklamasi lahan hutan bekas tambang.

a. Menghindari membuka lahan vegetasi yang tidak diperlukan.

b. Mendiskusikan jenis tanaman untuk revegetasi dengan pemerintah Kabupaten Balangan dan Tabalong (Kesatuan Pengelolaan Hutan , Dinas Perkebunan dan BKSDA), agar sesuai dengan program dan rencana tata ruang/penggunaan lahan yang direncanakan.

c. Pengadaan bibit tumbuhan lokal dan non lokal akan diperoleh dari fasilitas pembibitan yang pengelolaannya melibatkan masyarakat setempat atau memberdayakan UKM yang dapat menyediakan bibit.

d. Mengutamakan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja dalam pelaksanaan revegetasi.

e. Menumbuhkan komunitas tanaman

a. Timbunan tanah penutup termasuk inpit backfill.

b. Sekeliling kolam bekas tambang.

c. Kolam bekas tambang yang berisi air.

Selama masa operasi penambangan.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

Page 39: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

38

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

yang terdapat di semak/belukar setempat sebagai habitat satwa liar.

f. Menggunakan teknik pembibitan, penanaman dan pemeliharaan tanaman sesuai standar misalnya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

g. Menanami area sekeliling kolam bekas tambang dengan tebal vegetasi ≥ 100m dari tepi kolam (sejauh memungkinkan) sebagai zona pengaman bagi masyarakat setempat.

h. Menamam vegetasi air pada kolam bekas tambang sebagai bagian dari pembentukan fungsi ekosistem.

i. Tidak melakukan pembakaran potongan pohon/ dahan dan dedaunan bekas tebangan untuk mencegah terjadinya kebakaran.

11. Kembalinya Keanekaragaman Jenis dan Habitat Fauna

Reklamasi/revegetasi daerah timbunan tanah penutup dan lahan bekas tambang.

Kembalinya habitat dan peningkatan kembali kelimpahan dan keanekaragaman satwa liar.

a. Menumbuhkan komunitas tanaman yang terdapat di semak/belukar setempat sebagai habitat satwa liar.

b. Melaksanakan revegetasi pada lahan

a. Lokasi pengembalian habitat satwa liar akan didiskusikan dengan Kesatuan

a. Penanaman berbagai jenis tumbuhan untuk pengayaan komunitas tumbuhan sebagai habitat satwa akan disesuaikan

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan,

Page 40: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

39

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan jenis yang sesuai dengan kebutuhan satwa liar.

Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan, serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

b. Lahan Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

dengan jadwal operasi penambangan dan reklamasi.

Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

12

Gangguan terhadap biota air

a. Penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

b. Pengangkutan Batubara dari Tambang menuju Fasilitas Pengolahan dan Terminal Khusus Batubara di Kelanis.

c. Pengoperasian Fasilitas Peremukan Batubara di Wara.

d. Pengoperasian Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Tambang.

e. Pengoperasian Tempat Pengelolaan

Minimnya gangguan terhadap biota air sungai.

Mengikuti pengelolaan yang digunakan dalam menjaga kualitas air sungai sehingga tidak berdampak negatif terhadap biota air.

Lokasi pengelolaan lingkungan sama dengan lokasi pengelolaan pada kualitas air permukaan.

Periode pengelolaan lingkungan hidup sama dengan periode pengelolaan pada kualitas air permukaan.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perikanan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perikanan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan

Page 41: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

40

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sampah Terpadu (TPST).

13. Terbukanya peluang kerja dan kesempatan usaha

Penerimaan tenaga kerja operasi

a. Tingkat penyerapan tenaga kerja lokal dan persebarannya.

b. Peningkatan status sosial ekonomi masyarakat setempat.

c. Tingkat perkembanganusaha baru dan persebarannya.

d. Kerjasama antara kontraktor/sub-kontraktor luar dengan pengusaha lokal (merger/ magang).

a. Mengupayakan penyerapan tenaga pekerja lokal secara maksimal.

b. Mendorong kontraktor/ subkontraktor untuk memberikan pelatihan kepada tenaga kerja lokal.

c. Memberdayakan perempuan untuk mengembangkan usaha dalam program Community Development (CD).

d. Menjadikan pengusaha lokal sebagai mitra usaha pada kegiatan pertambangan sesuai kebutuhan dan kualifikasi

e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja kontrak melalui magang, training, UKM dll.

Lokasi pengelolaan terutama di kecamatan dan desa yang bersing-gungan dengan kegia-tan penambangan (R1) kemudian secara berta-hap melibatkan desa- desa sekitarnya (R2 dan R3).

Selama penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, dan Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

14. Perubahan kondisi sosial ekonomi

Penerimaan tenaga kerja.

a. Peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

b. Peningkatan peran sektor tambang terhadap ekonomi masyarakat.

c. Keberlanjutan peluang kerja di sektor pertambangan

a. Mengutamakan pemberian peluang kerja bagi anggota keluarga rumah tangga yang kehilangan sumber ekonominya akibat terkena pembebasan lahan dan pemindahan tempat tinggal serta

Lokasi pengelolaan terutama di kecamatan dan desa-desa bersinggungan dengan kegiatan penambangan (R1), kemudian secara bertahap

Periode pengelolaan lingkungan dilakukan selama penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

Page 42: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

41

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

masyarakat lokal lainnya.

b. Melakukan pembinaan dengan sistem magang melalui kontraktor, agar terjadi peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal.

melibatkan desa-desa sekitarnya (R2 dan R3)

c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

15. Terbukanya aksesibilitas dan perubahan orientasi

a. Pemanfaatan jalan angkut batubara oleh masyarakat lokal untuk aktifitas ekonomi dan sosial.

b. Pemindahan dermaga perahu masyarakat terkait pembangunan Terminal Kelanis Utara.

a. Meningkatnya mobilitas masyarakat lokal dan barang.

b. Meningkatnya jumlah kendaraan yang disediakan oleh AI.

a. Mengembangkan fasilitas transit di sebelah utara Kelanis secara memadai melalui kerjasama dengan Pemda.

b. Menyediakan sarana angkutan bagi masyarakat dan hasil pertanian dari Kelanis dan sekitarnya ke Tanjung.

c. Berkoordinasi dengan Pemda dalam perencanaan RTRW Kabupaten tentang pengembangan jalan transportasi daerah yang tidak bersinggungan dengan jalan tambang.

Jalan angkut batubara dan dermaga perahu masyarakat di sebelah utara Terminal Kelanis.

Selama masa operasi. a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, Dinas Perhubungan Kabupaten Tabalong, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, dan Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Dinas Perhubungan Kabupaten Tabalong, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur

Page 43: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

42

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

16. Ketidakpuasan penduduk terhadap pelaksanaan Community Development (CD)

Pelaksanaan program Community Development (CD) belum sesuai dengan harapan semua stakeholder Keterbatasan jumlah staf yang bertugas menangani program CD dengan mempunyai jangkauan luas.

a. Program dan pelaksanaan CD disepakati oleh stakeholders.

b. Kerjasama antar stakeholders dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan program CD.

c. Menurunnya konflik kepentingan antar stakeholder dan antar daerah serta wilayah (kecamatan dan desa)

d. Perkembangan institusi lokal, terutama dalam pengembanganperekonomian masyarakat.

e. Penguatan kelembagaan masyarakat dan penurunan bantuan yang berupa sumbangan (charity).

a. Mengembangkan dan memperkuat divisi CD dengan pengangkatan staf dan penugasan khusus sesuai dengan pengembangan program.

b. Mensinkronkan rencana program CD dengan rencana pembangunan daerah serta mengkomunikasikannya kepada instansi terkait.

c. Mengembangkan kapasitas kelembagaan di tingkat desa/ kecamatan untuk menjalin kerjasama pelaksanaan dan pemantauan program CD.

Kabupaten Balangan, Tabalong, Barito Timur dan Barito Selatan mulai dari wilayah terdekat (R1) hingga terjauh (R3).

Selama masa operasi penambangan dengan penyusunan rencana program secara bertahap, dan/atau 5 (lima) tahun sekali sesuai dengan rencana pengembangan wilayah daerah

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan

17.

Meningkatnya prevalensi dan intensitas penyakit

Penyimpanan dan penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

Tidak terjadi peningkatan prevalensi penyakit saluran pencernaan bagi masyarakat sekitar tambang.

Mengikuti cara-cara yang digunakan dalam menjaga kualitas air sungai, sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat

Lokasi pengelolaan lingkungan sama dengan lokasi pengelolaan pada kualitas air sungai

Periode pengelolaan lingkungan hidup adalah selama tahap operasi

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan Balangan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan

Page 44: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

43

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan Balangan

a. Pengangkutan Batubara dari Tambang menuju Fasilitas Pengolahan dan Terminal Khusus Batubara di Kelanis.

b. Distribusi BBM. c. Pengoperasian

Terminal Kelanis.

Tidak terjadi peningkatan prevalensi penyakit gangguan saluran pernafasan pada masyarakat sekitar jalan angkut dan Terminal Kelanis.

a. Mengikuti cara-cara yang digunakan dalam menjaga kualitas udara sehingga mengurangi dampak turunan dari penurunan kualitas udara.

b. Menghindari dispersi debu berlebihan pada saat pemuatan batubara ke tongkang dengan mengatur ketinggian corong pada mulut conveyor terhadap tinggi tumpukan batubara dalam tongkang.

c. Memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat lokal melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah.

d. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat lokal melalui kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten.

e. Berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan kesehatan yang diprakarsai oleh masyarakat setempat atau Dinas Kesehatan Kabupaten.

Sama dengan lokasi pengelolaan pada kualitas udara

Sama dengan lokasi pengelolaan pada kualitas udara.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan

Operasi pengolahan batubara di Wara

Tidak terjadi peningkatan gangguan kesehatan tenaga kerja berupa gangguan pendengaran dan gangguan saluran pernapasan.

Meminimalkan gangguan terhadap kesehatan dan kenyamanan masyarakat dengan cara mengatur

Lokasi pengolahan batubara di Wara.

Selama masa operasi pengolahan batubara di Wara.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Page 45: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

44

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

jadwal operasi pengolahan batubara di Wara.

Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

IV. Tahap Pascaoperasi

1. Perubahan tinggi muka air tanah

Reklamasi dan revegetasi pasca operasi

Tinggi muka air tanah di sekitar pit Tutupan, pit Wara dan pit Paringin.

a. Melakukan reklamasi lahan bekas tambang dengan metode dan lokasi yang tepat.

b. Melakukan revegetasi dengan jenis tanaman yang mampu mengikat air, sehingga air resapan tidak langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah.

c. Mempercepat backfill dan mengupayakan membuat kolam penampungan air di area Hill 11 atau daerah antara tambang dengan desa sekitar, terutama Desa Padang Panjang, Desa Sungai Ketapi, dan Desa Lasung Batu.

a. Area Kolam Hill-11

b. Lokasi revegetasi di sekitar pit Tutupan, Paringin dan Wara.

Dilakukan selama kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan pasca operasi.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong dan Balangan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalonh dan Balangan, Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan

2. Perbaikan Keanekaragaman Flora

Reklamasi dan revegetasi di daerah lahan bekas tambang, lahan bekas infrastruktur yang dibongkar.

Keanekaragaman tumbuhan pada lahan yang direvegetasi. Sesuai dengan kriteria keberhasilan reklamasi lahan hutan bekas tambang.

a. Menghindari membuka lahan vegetasi yang tidak diperlukan.

b. Jenis tanaman untuk revegetasi akan didiskusikan dengan

a. Penanaman berbagai jenis tumbuhan dan tanaman akan dilaksanakan

Selama masa operasi dan pasca operasi.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan,

Page 46: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

45

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

pemerintah Kabupaten Balangan dan Tabalong (Kesatuan Pengelolaan Hutan , Dinas Perkebunan dan BKSDA), agar sesuai dengan rencana tata ruang.

c. Pengadaan bibit tumbuhan lokal dan non lokal akan diperoleh dari fasilitas pembibitan yang pengelolaannya melibatkan masyarakat setempat atau memberdayakan UKM yang dapat menyediakan bibit.

d. Keberlanjutan dari kegiatan revegetasi dilakukan secara terprogram dengan tahapan waktu yang telah direncanakan melalui pelibatan masyarakat setempat seperti mengacu kepada pola pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM) yang umum dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

e. Menumbuhkan komunitas tanaman yang terdapat di semak/belukar setempat sebagai habitat satwa liar.

di lahan bekas tambang dan prasarana lainnya.

b. · Keliling area-area bekas tambang yang akan terbentuk kolam air dengan tebal ≥100 m dari tepi kolam air.

c. Area-area bekas tambang yang akan terbentuk kolam air (tidak dapat direvegetasi kecuali oleh jenis tanaman air).

BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong, Balai Pengelolaan dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS Barito c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong, Balai Pengelolaan dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS Barito

Page 47: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

46

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

f. Menggunakan teknik pembibitan, penanaman dan pemeliharaan tanaman sesuai standar misalnya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

g. Menanami area sekeliling kolam bekas tambang dengan tebal vegetasi ≥ 100m dari tepi kolam (sejauh memungkinkan) sebagai zona pengaman bagi masyarakat setempat.

h. Menanam vegetasi air pada kolam bekas tambang dengan jenis tanaman yang memiliki kemampuan menyerap dan mengikat zat pencemar serta sekaligus berfungsi sebagai habitat satwa liar.

3. Perbaikan Keanekaragaman Jenis dan Habitat Fauna

Reklamasi/revegetasi lahan bekas tambang dan lahan bekas infrastruktur yang dibongkar.

Pengembalian habitat, dan peningkatan kembali kelimpahan dan keanekaragaman satwa liar.

a. Menumbuhkan komunitas tanaman yang terdapat di semak/belukar setempat sebagai habitat satwa liar.

b. Melaksanakan revegetasi pada lahan Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan jenis yang sesuai dengan kebutuhan satwa liar.

a. Lokasi pengembalian habitat satwa liar akan didiskusikan dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan, serta Balai

Penanaman berbagai jenis tumbuhan untuk pengayaan komunitas tumbuhan sebagai habitat satwa akan disesuaikan dengan jadwal revegetasi pasca operasi.

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Page 48: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

47

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

b. Lahan Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong,

4. Perubahan kondisi sosial ekonomi

Pemutusan hubungan kerja (PHK) terkait selesainya operasi penambangan bagi pekerja PT Adaro Indonesia dan pekerja kontraktor dan sub-kontraktor.

PHK dilakukan dengan mengikuti peraturan perundangan yang berlaku sehingga tidak timbul keresahan masyarakat akibat hilangnya pekerjaan dan menurunnya kondisi sosial ekonomi masyarakat.

a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja untuk melakukan PHK.

b. Melakukan pelatihan keterampilan kemandirian kepada karyawan sebagai bekal penerus usaha/ pekerjaan yang produktif.

c. Memberikan pesangon sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Mengalihkan pekerja ke pekerjaan dalam proyek lain di bawah manajemen perusahaan, sejauh memungkinkan.

Terutama pda kecamatandan desa-desa yang bersinggungan denga kegiatan PT Adaro Indonesiadari wilayah terdekat (R1) hingga terjauh (R3).

Dimulai minimal 3 tahun sebelum memasuki masa pascatambang/operasi

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan. c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur

Dampak Lain yang Dikelola

1. Penurunan kualitas air permukaan

Pengoperasian Dermaga Bongkar Muat Logistik

Kualitas air sungai berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 5 tahun 2007.

Pelaksanaan bongkar muat logistik sesuai dengan SOP Bongkar Muat Logistik yang berlaku.

Area Dermaga Bongkar Muat Logistik

Selama operasi bongkar muat logistik

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Page 49: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

48

No Jenis Dampak Sumber Dampak Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

2. Gangguan terhadap biota air

Pengoperasian Dermaga Bongkar Muat Logistik

Jumlah jenis, indeks keanekragaman jenis, indeks dominansi, indeks kemerataan dan analisis deskriptif.

Pelaksanaan bongkar muat logistik sesuai dengan SOP Bongkar Muat Logistik yang berlaku.

Area Dermaga Bongkar Muat Logistik

Selama operasi bongkar muat logistik

a. Instansi pelaksana yaitu: PT Adaro Indonesia b. Instansi pengawas yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan c. Instansi penerima laporan yaitu: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Page 50: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

49

Gambar 2.0.1 Peta Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup PT Adaro Indonesia

Page 51: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

50

BAB 3 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

Berikut ini adalah tabel ringkasan rencana pemantauan lingkungan hidup yang akan dilakukan oleh

PT Adaro Indonesia, terkait dengan penanggulangan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan

peningkatan kapasitas produksi dan perubahan jadwal rencana produksi dan fasilitas pendukung dan

integrasi kegiatan yang tercantum dalam Dokumen AMDAL tahun 2012.

Page 52: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

51

Tabel 3.1. Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

I. TAHAP PRA-KONSTRUKSI

1. Ketidakpastian Kondisi Sosial Ekonomi

Kegiatan pembebasan lahan dengan sistem jual putus dan pelaksanaan LARAP

a. Terbentuknya institusi yang menyelenggarakan LARAP;

b. Perubahan kondisi sosial ekonomi para pemukim yang mendapat kompensasi lahan < 100 juta rupiah.

c. Perbaikan kualitas SDM dan struktur mata pencaharian.

d. Berkembangnya kebun baru yang berkelanjutan milik masyarakat.

e. Kemudahan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas publik.

a. Mengetahui pelaksanaan program LARAP;

b. Mengetahui kondisi sosial ekonomi para pemukim;

c. Mengetahui peluang kerja di lingkungan Adaro bagi yang mendapat kompensasi lahan < 100 juta rupiah.

a. Telaah legalitas institusi dan perencanaan serta pelaksanaan program

b. Survei terbatas dan/atau wawancara tentang beberapa kasus (studi kasus).

c. Analisis kualitatif terhadap data legalitas dan analisis kuantitatif/ analisis kecenderungan terhadap data perubahan sosial ekonomi.

d. Telaah dokumen dan hasil wawancara dengan pelaku kunci dan petugas untuk memahami peran dan kekuatan lembaga yang menangani pemukiman

e. Studi kasus/wawancara untuk mengumpulkan data perubahan kondisi sosial ekonomi.

Kantor perusahaan dan lokasi pemukiman baru.

Dilakukan sebelum pelaksanaan pemindahan penduduk dan secara berkala dalam waktu 6 (enam) bulan sekali.

PT. Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong.

2. Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk

Pembebasan lahan milik 2.569 penduduk tersebar di 42 desa.

a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar tam-bang sesuai dengan indeks pembangunan manusia (IPM);

b. Peranan sektor pertanian, perkebunan dan pertambangan sebagai sumber penghasilan sesuai BPS;

a. Mengetahui dan memahami perubahan kondisi sosial ekonomi, yang selanjutnya dimanfaatkan untuk pengembangan perencanaan perekonomian masyarakat;

Survei sosial ekonomi secara acak, di antara anggota masyarakat yang mengalami pembebasan lahan.

Metode analisis data dilakukan secara kuantitatif dan analisis tren.

Desa yang menjadi lokasi penelitian saat meneliti rona lingkungan awal diawali khususnya desa yang mengalami pembebasan lahan relatif luas, kemudian secara

Dilakukan secara periodik 6 (enam) bulan sekali sampai dengan memasuki tahap konstruksi, pada masyarakat yang telah mendapatkan kompensasi yang masih berada di Ring 1.

PT. Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan

Page 53: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

52

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

c. Perbaikan kualitas SDM masyarakat sesuai dengan Indeks Pembangunan Manusia;

d. Wawancara pemanfaatan uang kompensasi lahan (1 x saat penyerahan uang kompensasi);

e. Kepemilikan lahan per Kepala Keluarga dari masyarakat sekitar wilayah tambang;

f. Struktur mata pencaharian masyarakat sekitar wilayah tambang.

b. Mengetahui kendala yang dihadapi masyarakat di dalam membangun kehidupan sosial ekonomi secara lebih baik dan berkesinambungan;

c. Mengetahui struktur ekonomi/mata pencaharian rumah tangga termasuk keterlibatan dalam aktivitas AI.

bertahap ke desa-desa luar tambang,

Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

3. Konflik sistem pembebasan lahan dan status sumberdaya lahan dan perusahaan maupun antar pemilik lahan

Sistem pembebasan lahan

a. Komplain terhadap PT Adaro Indonesia terkait pembebasan lahan

b. Ada/ tidaknya keterlibatan aparat desa/ kecamatan dalam proses pembebasan lahan

c. Ada/ tidaknya spekulasi lahan.

a. Mengetahui secara dini kendala dan potensi konflik yang muncul dalam proses pembebasan lahan.

b. Mengetahui adanya spekulasi lahan dan keterlibatan pihak ketiga sebagai perantara.

Rencana pembebasan lahan relative terbatas di desa dan lokasi tertentu.

Sehingga pengumpulan data berbagai persoalan seputar pembebasan dapat diperoleh melalui pendataan di tingkat desa/camat yang akan mengalami pembebasan atau seksi pembebasan lahan di PT Adaro Indonesia.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif (secara sederhana/ presentase) dan/ atau kualitatif.

Di wilayah tambang meliputi Desa Bilas (Kec.Upau), Wonorejo dan Sumber Rejeki (Kec.Juai), serta desa yang berada di sepanjang rencana land conveyor yang mencakup Kec.Murung Pudak, Tanta, Muara Harus, Kelua, Tanjung (Kab.Tabalong), Kec. Benua Lima dan Dusun Timur (Kab.Barito), serta Kec.Dusun Hilir (Kab.Barito Selatan), dan seksi pembebasan lahan PT Adaro Indonesia

Sepanjang proses Pembebasan berlangsung dengan frekuensi satu kali setiap bulan.

PT Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

II. TAHAP KONSTRUKSI

1. Penurunan kualitas udara

a. Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material.

Parameter kualitas udara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 yaitu TSP, PM10, PM2,5, Pb, CO, NOx, SO2, dan Ozon.

Mengetahui kualitas udara terutama di daerah pemukiman penduduk sekitar lokasi rencana kegiatan.

a. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan untuk memastikan kegiatan penyiraman dan penyapuan jalan

a. Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material di sepanjang

Tiga bulan sekali untuk pengujian kualitas udara dan setiap hari untuk pengamatan langsung,

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup

Page 54: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

53

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

b. Pembukaan lahan serta kegiatan konstruksi untuk rencana pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

angkut serta pengaspalan dengan chipseal terlaksana dengan baik

b. Pengukuran dengan High Volume Dust sampler untuk mengukur TSP, PM2,5 dan PM10.

c. Membandingkan hasil pengukuran kualitas udara dengan baku mutu udara ambien, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

jalan angkut, terutama yang melintasi permukiman penduduk dari Km 43 sampai Km 55 dan sekitar Km 68.

b. Pada lahan yang akan digunakan untuk pembangunan land conveyor dan jalur jalan angkut Paringin Selatan, khususnya yang berdekatan dengan lokasi pemukiman penduduk yaitu di Desa Padang Panjang, Tamiang, Pandangin, Mantuil, Dukuh, Bagok, Pasar Panas, Balida, Maradap dan Gampa.

c. Di sekitar area dermaga bongkar muat BBM dan tangki BBM di Desa Kelanis.

d. Di sekitar area pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

e. Di area pembangunan jembatan Pasintik, Tabalong dan Muara Harus,

selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

Page 55: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

54

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

yakni di desa Padangin, Mantuil, Manduin, dan Banyu Tajun.

2. Peningkatan intensitas kebisingan

Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material, pembukaan lahan serta kegiatan konstruksi untuk rencana pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Intensitas kebisingan. Mengetahui tingkat kebisingan terutama di daerah pemukiman penduduk sekitar lokasi rencana kegiatan.

a. Menggunakan Integrating Sound Level Meter untuk mengukur tingkat kebisingan.

b. Membandingkan hasil pengukuran kebisingan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-48/MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

c. Melakukan pengamatan langsung di lapangan pada saat konstruksi dilakukan terhadap waktu pelaksanaan konstruksi dan kondisi peralatan yang digunakan.

d. Pencatatan keluhan masyarakat terkait kebisingan akibat operasi land conveyor dan truk trailer.

a. Pengaturan waktu kerja konstruksi di lokasi dekat dengan wilayah hunian penduduk, yaitu di Desa Padang Panjang, Tamiang, Pandangin, Mantuil, Dukuh, Bagok, Pasar Panas, Balida, Maradap, dan Gampa.

b. Penggunaan alat yang layak pakai di seluruh kegiatan konstruksi.

Tiga bulan sekali untuk pengujian kualitas udara dan setiap hari untuk pengamatan langsung, selama kegiatan konstruksi berlangsung.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

3. Peningkatan Erosi dan Sedimentasi

Kegiatan pembukaan lahan untuk pit tambang dan pembangunan sarana dan

a. Besaran erosi yang terjadi pada lahan-lahan yang dibuka

b. Pola erosinya (erosi lembar atau parit)

Mengetahui tingkat erosi dan sedimentasi yang terjadi.

a. Melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk memastikan kegiatan pembukaan lahan

a. Lahan yang dibuka untuk kebutuhan penambangan di pit Tutupan,

Selama kegiatan pembukaan lahan berlangsung dilakukan:

a. Pengamatan langsung dilakukan setiap hari terutama

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Page 56: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

55

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

prasarana, seperti land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, gudang handak, dll.

c. sedimen hasil erosi di lembah,

d. cekungan, parit dan sungai.

dilakukan sesuai dengan SOP.

b. Melakukan pengambilan sampel tanah pada titik-titik pantau yang telah ditetapkan dan melakukan pengujian laboratorium untuk parameter tekstur, kandungan bahan organik, dan permeabilitas.

c. Menghitung nilai erodibilitas tanah, untuk kemudian dihitung potensial erosi yang terjadi dengan rumus Wischmeier & Smith (1978).

Paringin, dan Wara

b. Lahan yang dibuka untuk pembangunan sarana dan prasarana

c. Saluran drainase dan kolam pengendap.

pada saat musim penghujan

b. Pengambilan sampel, pengujian laboratorium dan perhitungan erosi dilakukan 3 bulan sekali.

Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

4. Penurunan Kualitas Air sungai

Kegiatan pembukaan lahan, dimana pada waktu turun hujan, air larian akan menghanyutkan partikel-partikel tanah yang tererosi dan masuk ke dalam sungai.

Kualitas air outlet kolam pengendap dengan parameter spesifik: pH, TSS, Fe, dan Mn./

Mengetahui terjadinya penurunan kualitas air sungai pada masa konstruksi, terutama di sungai yang berdekatan dengan lokasi pembukaan lahan.

a. Memastikan pengelolaan air tambang di kolam pengendap dilakukan sesuai dengan SOP AI-ENV-02

b. Mengambil samper air outlet kolam pengendap dan melakukan pengujian laboratorium untuk parameter yang dipantau.

c. Membandingkan data pemantauan dengan baku mutu limbah cair kegiatan/usaha pertambangan batubara sesuai dengan KepMenLH No 113 Tahun 2003. Khusus untuk kolam pengendap di wilayah

Outlet kolam pengendap dan di sungai yang menerima air dari kolam pengendap dan sungai yang menerima air buangan kolam pengendap. Selain pada lokasi tersebut, pemantauan kualitas air sungai, dilakukan juga pemantauan pada titik penaatan yang selama ini dilakukan.

Pemantauan dilakukan mulai dari pembukaan lahan sampai kegiatan konstruksi selesai, satu kali sebulan pada outlet kolam pengendap, tiga bulan sekali pada sungai penerima air buangan kolam pengendap.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup

Page 57: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

56

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

Provinsi Kalimantan Selatan baku mutu mengacu pada Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.36 Tahun 2008.

d. Memantau kualitas air sungai yang menerima air dari kolam pengendap dan membandingkan hasilnya dengan baku mutu sesuai Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 Tahun 2007 tentang Peruntukkan dan Baku Mutu Air Sungai.

Kabupaten Barito Selatan.

5. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan dan Potensi Terjadinya Banjir

a. Kegiatan pembukaan lahan, terutama untuk kegiatan penambangan di pit Tutupan bagian selatan.

b. Pengoperasian Fasilitas Pengolahan Batubara di Wara.

Debit air di outlet kolam pengendap dan sungai penerima air dari kolam pengendap.

Mengetahui debit air yang keluar dari outlet kolam pengendap dan sungai.

a. Melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk memastikan kegiatan pembangunan settling pond sesuai dengan SOP AI MIF-02 dan AI-MIF-03

b. Melakukan pengukuran debit air di outlet kolam pengendap dan sungai,

c. Melakukan analisis data pemantauan debit untuk menghitung neraca air.

a. Kolam pengendap untuk pit Tutupan khususnya SP 13, SP 20 dan SP 21.

b. Sungai Guruhiyang, Padang Panjang dan Dahai.

a. Pengamatan langsung dilakukan setiap hari selama kegiatan pembukaan lahan, terutama pada saat musim penghujan.

b. Pengukuran dan perhitungan debit dilakukan minimal sekali dalam satu bulan.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

6. Terganggunya aksesibilitas lalu lintas lokal

Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material, pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan,

Gangguan mobilitas masyarakat pengguna jaringan jalan yang berpotongan dengan jalan angkut batubara dan rencana pembangunan land conveyor serta jembatan, Muara Harus, Pasintik dan Tabalong.

Mengetahui adanya gangguan lalu-lintas lokal dan jumlah kecelakaan yang terjadi di simpang jalan lokal yang berpotongan dengan jalan angkut batubara dan rencana pembangunan

a. Pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui kegiatan pembangunan overpass atau underpass (box culvert) untuk land

a. Simpang Pertamina km 64, simpang Warukin 1 km 63, simpang Warukin 2 km 62,5, simpang Dahur km 58,

Pemantauan lapangan dilaksanakan setiap minggu dan pelaksanaan kompilasi dan analisis catatan dilaksanakan satu bulan sekali selama kegiatan konstruksi berlangsung.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi

Page 58: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

57

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

land conveyor serta Muara Harus, Pasintik dan Tabalong.

conveyor dan jalan angkut terlaksana.

b. Pengamatan langsung untuk mengetahui kegiatan pengelolaan terhadap gangguan lalu-lintas berjalan dengan baik.

c. Pengamatan langsung di lapangan atau pemanfaatan data sekunder berupa catatan peristiwa yang terjadi di pos-pos penjagaan untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan.

simpang Padangin km 54, simpang Mantuil I dan II di km 52, simpang Dukuh km 50 dan simpang Bagok km 46.

b. Ruas jalan nasional (Desa Gampa), ruas jalan provinsi (Desa Balida) dan ruas jalan kabupaten (Desa Maradap).

c. Ruas jalan nasional Desa Pasintik, Muara Harus dan Tabalong.

Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan

Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

7. Gangguan Keanekaragaman Flora

Kegiatan pembukaan lahan (daerah tambang dan sarana prasarana penunjang dan perlintasan kendaraan, seperti jalur jalan angkut Paringin Selatan, gudang handak, bendungan, settling pond, dermaga bongkar muat logistik dan tangki BBM dll), untuk pengembangan produksi

a. Jumlah jenis dan individu tumbuhan dilindungi dan bernilai ekonomi tinggi yang hilang.

b. Jumlah dan luas kawasan bervegetasi rapat yang tidak diganggu di sekitar tambang untuk keperluan seedbank.

c. Luas lahan bervegetasi (belukar) yang hilang.

a. Mengetahui jenis dan jumlah individu dari semai, pancang dan pohon yang dilindungi dan benilai ekonomi tinggi yang diselamatkan sebagai bibit suntuk revegetasi.

b. Mengetahui jumlah dan luas kawasan bervegetasi rapat yang tidak diganggu di sekitar tambang untuk keperluan seedbank.

a. Melakukan survey dengan metode jelajah dan sampling menggunakan plot atau line/belt transect untuk mengumpulkan data jenis dan jumlah individu tumbuhan, khususnya jenis tumbuhan dilindungi. Jumlah dan peletakan plot dan atau transek akan disesuaikan dengan kondisi vegetasi dan lingkungan setempat.

b. Melakukan survey untuk mengetahui jenis dan jumlah individu tingkat semai dan pancang dari tumbuhan dilindungi

a. Survey jenis dan jumlah individu tingkat semai, pancang dan pohon dari tumbuhan yang dilindungi atau bernilai ekonomi tinggi yang berhasil diselamatkan di daerah yang akan dibuka untuk kegiatan pertambangan.

b. Kawasan tambang di Paringin Selatan dan Wara 3 serta Tutupan yang akan dibuka.

a. Pemantauan ada tidaknya jenis tumbuhan dilindungi yang potensial akan hilang dilaksanakan sekali yaitu ber- samaan dengan kegiatan survey jenis tumbuhan di setiap blok yang akan dibuka.

b. Pemantauan jenis dan jumlah individu tingkat semai dan pancang dari tumbuhan dilindungi atau bernilai ekonomi tinggi yang berhasil diselamatkan.

c. Pemantauan terhadap kawasan sekitar tambang yang

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong

Page 59: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

58

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

batubara dari 45 juta ton menjadi 80 juta ton per tahun pada kawasan-kawasan hutan yang tersisa.

atau bernilai ekonomi tinggi yang berhasil diselamatkan.

c. Melakukan survei jelajah pada kawasan sekitar tambang untuk mengetahui jumlah dan luas kawasan bervegetasi rapat yang tidak diganggu di sekitar tambang untuk keperluan seesdbank.

tidak diganggu dilaksanakan satu bulan sebelum survey tumbuhan yang dilindungi/bernilai ekonomi tinggi.

Kabupaten Tabalong

8. Hilang/ Berpindahnya Keanekaragaman Jenis dan Habitat Fauna

Kegiatan pembukaan lahan (daerah tambang dan sarana prasarana penunjang dan perlintasan kendaraan, seperti jalur jalan angkut Paringin Selatan, gudang handak, bendungan, settling pond, dermaga bongkar muat logistik dan tangki BBM dll), untuk pengembangan produksi batubara dari 45 juta ton menjadi 80 juta ton per tahun pada kawasan-kawasan hutan yang tersisa.

a. Luas lahan yang dibuka b. Keanekaragaman dan

kelimpahan satwa khususnya yang dilindungi.

a. Mengetahui luas bukaan lahan dan kesesuaian antara rencana dan aktual.

b. Mengetahui pengurangan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa khususnya yang dilindungi.

a. Melakukan pengukuran luas lahan yang dibuka untuk mengetahui kesesuaian antara rencana dan aktual.

b. Mengumpulkan data jenis dan jumlah individu burung dengan menggunakan metoda IPA (Blonde et. al., 1972).

c. Melakukan penjelajahan dan atau penangkapan untuk mengumpulkan data jenis dan jumlah individu satwa lainnya. Penangkapan mamalia kecil dilakukan dengan Collapsible Sherman / Wire Trap.

d. Membuat daftar jenis dan jumlah individu untuk menghitung nilai indeks keanekaragaman dan kelimpahan.

a. Pengukuran luas bukaan lahan dilaksanakan di lokasi yang akan dibuka.

b. Pemantauan satwa liar dilakukan di setiap tipe komunitas tumbuhan yang terdapat di sekitar daerah yang dibuka untuk tambang dan prasarananya.

Pemantauan dilakukan 1-2 minggu setelah pembersihan lahan dilaksanakan (khusus untuk area tambang, pemantauan dilaksanakan sebelum tambang tersebut dibuka/ sebelum pengupasan tanah pucuk). Sedangkan untuk pemantauan gangguan/ perubahan keanekaan dan populasi/kelimpahan satwa di sekitar daerah-daerah yang dibuka dilakukan 1-2 bulan setelah pembukaan dan pembersihan lahan dilaksanakan. Pemantauan selanjutnya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali (puncak musim kemarau dan puncak musim penghujan) sampai tahun ke dua, dan tahun berikutnya setiap satu tahun.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong

9. Gangguan Terhadap Biota Perairan

Kegiatan pembukaan lahan yang berupa

Kelimpahan dan keanekaragamanbiota air.

Mengetahui terjadi tidaknya gangguan biota air yang terkait dengan kegiatan pertambangan.

a. Mengambil sampel plankton dengan plankton net, benthos dengan Eikman grab,

Lokasi pemantauan biota air sama dengan lokasi

Pemantauan biota air dilakukan bersamaan dengan pemantauan kualitas air sungai.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian

Page 60: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

59

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

pembersihan vegetasi untuk pengembangan area tambang dan sarana-prasarananya (di antaranya untuk jalur angkut Paringin Selatan, gudang handak, settling pond, dermaga bongkar muat logistik dan tangki BBM dll))

dan ikan dengan cara wawancara dengan penduduk setempat.

b. Hasil analisa plankton dan benthos ditabulasi kemudian masing-masing dihitung jumlah jenis, indeks kemerataan, indeks Shannon & Wiener, dan indeks dominansi sedangkan untuk ikan dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.

pemantauan kualitas air sungai.

Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

10. Peningkatan prevalensi dan intensitas penyakit

Adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material.

Jumlah kasus penyakit saluran pernapasan pada masyarakat sekitar jalur mobilisasi peralatan dan material.

Mengetahui kondisi kesehatan masyarakat, khususnya jenis dan jumlah penyakit yang diderita, akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material.

Membandingkan kondisi jenis dan jumlah penyakit pada rona awal dengan kondisi jenis dan jumlah penyakit pada waktu pemantauan melalui data sekunder dari fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

Pemukiman di sekitar jalur mobilisasi peralatan dan bahan material.

Dilakukan sejak mobilisasi peralatan dan bahan material, setiap 3 bulan sekali.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, Dinas Kesehatan

Page 61: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

60

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Barito Timur

Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Barito Timur.

Kegiatan pembukaan lahan serta kegiatan konstruksi untuk rencana pembangunan land conveyor, jalur jalan angkut Paringin Selatan, peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis, sarana prasarana penunjang dermaga bongkar muat BBM, pembangunan jembatan di Pasintik, Tabalong dan Muara Harus serta penambahan fasilitas pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

a. Angka kejadian malaria pada tenaga kerja & masyarakat serta indeks kepadatan nyamuk Anopheles.

b. Jumlah kejadian penyakit saluran pencernaan dan saluran pernafasan pada masyarakat sekitar lokasi tambang dan kegiatan pembangunan prasarana tambang.

Memantau kondisi kesehatan masyarakat dan tenaga kerja, khususnya jenis dan jumlah penyakit yang diderita, terkait kegiatan pembukaan lahan dan pembangunan prasarana tambang.

Membandingkan kondisi jenis dan jumlah penyakit pada rona awal dengan kondisi jenis dan jumlah penyakit pada waktu pemantauan melalui data sekunder dari fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

Pemukiman di sekitar lokasi pembukaan lahan dan pembangunan prasarana tambang.

Dilakukan sejak pembukaan lahan dan pembangunan prasarana, setiap 3 bulan sekali.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Barito Timur

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Barito Timur.

III. TAHAP OPERASI

Page 62: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

61

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

1 Penurunan Kualitas Udara

Adanya kegiatan : a. Pengangkut

an batubara menggunakan land conveyor dan truk trailer dari lokasi tambang ke Terminal Kelanis.

b. Distribusi BBM dari tangki utama menggunakan fuel truck.

c. Proses peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis.

d. Proses pemuatan batubara di Kelanis.

Parameter kualitas udara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 yaitu TSP, PM10, PM2,5, Pb, CO, NOx, SO2, dan Ozon.

Mengetahui kualitas udara ambien di area pemukiman masyarakat.

a. Melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui kegiatan penyiraman dan penyapuan jalan angkut serta pemeliharaan kendaraan, tanaman dan conveyor terlaksana dengan baik.

b. Pengujian kualitas udara ambien.

c. Hasil pengujian kualitas udara ambien dianalisis dengan membandingkan data pemantauan dengan baku mutu udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

a. Pemukiman penduduk yang berada di sekitar jalan angkut batubara, terutama di Desa Padang Panjang, Tamiang, Pandangin, Mantuil, Dukuh, Bagok, Pasar Panas, Balida, Gampa dan Lasung Batu, Warukin, Pandangin, Manduin, Banyu Tajun, dan Kunding.

b. Sekitar area tangki utama BBM.

c. Area pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Tiga bulan sekali untuk uji kebisingan dan pengamatan langsung, selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

2. Peningkatan intensitas kebisingan

Adanya kegiatan : a. Pengangkut

an batubara menggunakan land conveyor dan truk trailer dari lokasi tambang ke Terminal Kelanis.

b. Distribusi BBM dari tangki utama

a. Tingkat kebisingan sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-48/MENLH/1996.

b. Keluhan masyarakat terkait kebisingan akibat operasi land conveyor dan truk trailer.

Mengetahui intensitas kebisingan yang timbul terutama di daerah pemukiman penduduk.

a. Metode pengumpulan dan analisis data untuk pengujian kebisingan dilakukan dengan menggunakan Integrating Sound Level Meter. Membandingkan data pemantauan kebisingan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-48/MENLH/1996 tentang Baku Tingkat

a. Pemukiman penduduk yang berada di sekitar jalan angkut batubara, terutama di Desa Padang Panjang, Tamiang, Pandangin, Mantuil, Dukuh, Bagok, Pasar Panas, Balida, Gampa dan Lasung Batu, Warukin, Pandangin,

Tiga bulan sekali untuk uji kebisingan dan pengamatan langsung, selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup

Page 63: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

62

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

menggunakan fuel truck.

c. Proses peremukan dan pengolahan Batubara di Wara dan Kelanis.

d. Proses pemuatan batubara di Kelanis.

Kebisingan, yaitu untuk industri 70 dBA.

b. Pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi land conveyor dan truk trailer serta penanaman pohon.

c. Pencatatan keluhan masyarakat terkait kebisingan akibat operasi land conveyor dan truk trailer.

Manduin, Banyu Tajun, dan Kunding.

b. Sekitar area tangki utama BBM.

c. Area pengolahan batubara di Wara dan Kelanis.

Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

3. Timbulnya Getaran

Pengangkutan batubara menggunakan truk trailer dan land conveyor.

Getaran mekanik berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep-49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran (baku tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan).

Mengetahui tingkat getaran mekanik yang dapat menimbulkan kerusakan sarana dan bangunan masyarakat di sepanjang jalan angkut batubara.

a. Melakukan pengukuran getaran mekanik dengan alat seismometer.

b. Melakukan pengamatan langsung untuk memastikan truk trailer beroperasi sesuai dengan kapasitas angkut dan kecepatan maksimum yang diperbolehkan.

c. Melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui perbaikan jalan apabila ada kerusakan.

d. Mencatat dan menindaklanjuti keluhan masyarakat terkait kebisingan akibat operasi land conveyor dan truk trailer.

Sepanjang jalan angkut batubara dan pemukiman penduduk yang berdekatan dengan jalan angkut batubara.

Tiga bulan sekali untuk pengukuran getaran mekanik dan pengamatan langsung, selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

4. Peningkatan Erosi dan Sedimentasi

Pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk.

a. Besaran erosi yang terjadi pada timbunan tanah pucuk.

Mengetahui tingkat erosi dan sedimentasi yang terjadi.

a. Pengamatan langsung di lapangan untuk memastikan kegiatan

Pada area timbunan tanah pucuk, saluran drainase

Tiga bulan sekali untuk pengukuran potensi erosi dan setiap hari untuk

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,

Page 64: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

63

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

b. Pola erosi (erosi lembar atau parit).

c. Sedimen hasil erosi di lembah, cekungan, dan sungai.

penggalian dan penimbunan tanah penutup serta pembuatan saluran drainase dan kolam pengendap di sekitar timbunan tanah penutup dilakukan sesuai dengan SOP.

b. Pengamatan bekas erosi alur/parit da/atau erosi permukaan dan perubahan warna sungai.

c. Analisis laboratorium terhadap sampel tanah yang diambil langsung dari lapangan pada titik-titik pantau yang telah ditetapkan (timbunan tanah penutup). Berdasarkan hasil analisis sampel tanah (tekstur, kandungan bahan organik dan permeabilitas-nya) maka dihitung nilai erodibilitas tanah, untuk kemudian dihitung potensi erosi yang terjadi dengan menggunakan rumus Wischmeier & Smith, 1978.

dan kolam pengendap.

pengamatan langsung, selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan.

Penggalian dan penimbunan tanah penutup.

a. Besaran erosi yang terjadi pada timbunan tanah penutup.

b. Pola erosi (erosi lembar atau parit).

Mengetahui tingkat erosi dan sedimentasi yang terjadi.

a. Pengamatan langsung di lapangan untuk memastikan kegiatan penggalian dan penimbunan tanah penutup serta pembuatan saluran drainase dan kolam pengendap di sekitar timbunan tanah

Pada area timbunan tanah penutup, saluran drainase dan kolam pengendap.

Tiga bulan sekali untuk pengukuran potensi erosi dan setiap hari untuk pengamatan langsung, selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan

Page 65: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

64

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

penutup dilakukan sesuai dengan SOP.

b. Pengamatan bekas erosi alur/parit da/atau erosi permukaan dan perubahan warna sungai.

c. Analisis laboratorium terhadap sampel tanah yang diambil langsung dari lapangan pada titik-titik pantau yang telah ditetapkan (timbunan tanah penutup). Berdasarkan hasil analisis sampel tanah (tekstur, kandungan bahan organik dan permeabilitas-nya) maka dihitung nilai erodibilitas tanah, untuk kemudian dihitung potensi erosi yang terjadi dengan menggunakan rumus Wischmeier & Smith, 1978.

Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan.

Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan.

5. Penurunan Kualitas Air Permukaan

Penyimpanan dan penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

Kualitas air outlet kolam pengendap meliputi parameter TSS, Mn, Fe dan pH (sesuai Izin Pembuangan Limbah Cair). Kualitas air sungai meliputi parameter TDS, TSS, pH, NH3-N, NO3-N, N-NO2, P, Cl, SO4, F, Ba, DO, Fe, Cu, Pb, Cd, Zn, Mn, H2S, Phenol, MBAS, Oil & Grease, COD, BOD.

Mengetahui kualitas air sungai.

a. Melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan terhadap timbulnya erosi.

b. Memastikan pembangunan kolam pengendap sesuai dengan tahapan penambangan dan pengelolaannya dilakukan sesuai dengan SOP AI-MSP-04, SOP AI-MIF-01 dan SOP AI-ENV-02.

a. Outlet kolam pengendap.

b. Sungai yang menerima air buangan kolam pengendap di sekitar timbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

Selama kegiatan penyimpanan tanah pucuk dan penimbunan tanah penutup berlangsung, minimal tiga bulan sekali untuk uji kualitas air dan setiap hari untuk pengamatan lapangan.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup

Page 66: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

65

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

c. Mengambil sampel air kolam pengendap dan melakukan pengujian laboratorium untuk parameter yang dipantau.

d. Membandingkan data pemantauan dengan baku mutu limbah cair kegiatan/usaha pertambangan batubara sesuai dengan KepMenLH No 113 Tahun 2003. Khusus untuk kolam pengendap di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan baku mutu mengacu pada Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.36 Tahun 2008.

e. Mengambil sampel air dengan water sampler di sungai yang menerima buangan dari kolam pengendap dan membandingkan hasilnya dengan baku mutu sesuai Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 Tahun 2007 dan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah No. 3 Tahun 1995.

Kabupaten Balangan.

Kegiatan pengelolaan limbah padat di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 59 tahun 2016 untuk parameter pH, BOD, COD, TSS, N Total, Merkuri, Kadmium.

Mengetahui terjadinya penurunan kualitas air sungai

a. Mengambil sampel air kolam pengendap dan melakukan pengujian laboratorium untuk parameter yang dipantau.

a. Outlet kolam pengendap.

b. Sungai yang menerima air buangan kolam pengendap di sekitar TPST

Selama kegiatan pengelolaan sampah terpadu berlangsung, minimal satu bulan sekali untuk uji kualitas air dan setiap hari untuk pengamatan lapangan.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas

Page 67: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

66

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

b. Membandingkan data pemantauan dengan baku mutu limbah cair kegiatan/usaha pertambangan batubara sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 59 tahun 2016.

c. Mengambil sampel air dengan water sampler di sungai yang menerima buangan dari kolam pengendap dan membandingkan hasilnya dengan baku mutu sesuai Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 Tahun 2007.

Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

Kegiatan pengangkutan, pengolahan, penumpukan dan pemuatan batubara serta bongkar muat logistik di Terminal Khusus Kelanis dan di area Pengolahan Batubara di Wara.

Kualitas air sungai meliputi parameter TDS, TSS, pH, NH3-N, NO3-N, N-NO2, P, Cl, SO4, F, Ba, DO, Fe, Cu, Pb, Cd, Zn, Mn, H2S, Phenol, MBAS, Oil & Grease, COD, BOD.

Mengetahui terjadinya penurunan kualitas air sungai.

a. Melakukan pengamatan langsung batas maksimum muatan angkutan truk trailer di sepanjang jalan angkut batubara dengan cara random sampling.

b. Mengambil sampel air sungai dengan water sampler kemudian dianalisis di laboratorium sesuai parameter yang dipantau.

Aliran sungai sepanjang jalan angkut batubara, yaitu Sungai Tabalong hilir, Sungai Pasintik, Sungai Bayou, Sungai Lubuk Garo, Sungai Balangan dan Sungai Barito.

Pada masa operasi pengangkutan batubara dari tambang ke Terminal Kelanis dan pengoperasian Terminal Kelanis setiap tiga bulan sekali untuk uji kualitas air dan setiap satu bulan sekali untuk pengamatan lapangan.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas

Page 68: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

67

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

c. Membandingkan hasil analisis laboratorium dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 Tahun 2007 tentang Peruntukkan dan Baku Mutu Air Sungai dan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah No. 3 Tahun 1995 tentang Penetapan Baku Mutu Air di Provinsi Tingkat I Kalimantan Tengah.

Hidup Kabupaten Balangan.

Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan.

a. Kegiatan bongkar muat BBM dari kapal, distribusi BBM dari tangki dengan menggunakan truk,

b. Pengoperasian genset

Jumlah tumpahan atau ceceran hidrokarbon.

Mengetahui terjadinya penurunan kualitas air sungai.

a. Melakukan pemantauan visual terhadap kondisi oil trap.

b. Melakukan pemantauan kedalaman lumpur oil trap.

c. Melakukan pemantauan visual kondisi drainase.

Area dermaga bongkar muat BBM, tangki BBM, fasilitas pengisian BBM, bengkel dan genset.

Selama kegiatan operasional bongkar muat.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

Pengoperasian kantor dan tempat hunian karyawan/ tamu.

Baku mutu limbah cair domestik PermenLH No 68 Tahun 2016.

Mengetahui terjadinya penurunan kualitas air

a. Mengambil sampel pada outlet kolam pengolahan dan melakukan pengujian laboratorium untuk parameter yang dipantau.

b. Membandingkan data pemantauan dengan baku mutu limbah cair domestik sesuai dengan PermenLH No 68 Tahun 2016.

c. Mengambil sampel air dengan water sampler di sungai yang

a. Outlet kolam pengolahan

b. Sungai yang menerima air buangan kolam pengolahan.

Selama masa operasi. PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong,

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong,

Page 69: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

68

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

menerima buangan dari kolam pengendap dan membandingkan hasilnya dengan baku mutu sesuai Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 Tahun 2007.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur

6. Penurunan muka air tanah

Kegiatan penirisan tambang (dewatering) serta kegiatan penggalian dan penimbunan tanah penutup.

Penurunan muka air tanah di sekitar tambang.

Mengetahui terjadinya penurunan muka air tanah khususnya di pemukiman yang berdekatan dengan tambang.

Melakukan pengukuran dan pencatatan tinggi muka air tanah pada sumur pantau dan sumur penduduk.

Sekitar pit Tutupan, pit Paringin, dan pit Wara, terutama tiga sumur di sekitar Desa Padang Panjang dan 3 tiga sumur di sekitar Desa Sungai Ketapi dengan kedalaman 25 meter.

Pemantauan muka air tanah dilakukan 3 tiga bulan sekali selama kegiatan penambangan berjalan hingga selesai.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupatan Tabalong

7. Timbulnya air asam tambang

Penggalian, Pengangkutan dan Penimbunan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup.

Parameter air limbah kegiatan penambangan berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 36 Tahun 2008 (parameter pH, Fe, Mn dan Cd).

Mengetahui timbulnya air asam tambang dan tingkat keasamannya.

a. Melakukan pengamatan lapangan untuk mengetahui pengelolaan air asam tambang dilakukan sesuai dengan arahan pengelolaan RKL.

b. Melakukan pengukuran pH dan konduktivitas secara langsung di kaki timbunan tanah penutup.

c. Mengambil sampel air di inlet kolam pengendap area Wara dan melakukan pengujian laboratorium untuk parameter yang dipantau.

Lokasi penggalian, pengangkutan dan penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

Selama masa operasi minimal satu minggu sekali untuk pengukuran pH & konduktivitas. Sedangkan waktu pengamatan langsung secara random satu bulan sekali.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupatan Tabalong, dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan

Page 70: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

69

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

8. Terganggunya aksesibilitas lalu lintas lokal.

a. Kegiatan pengangkutan batubara yang menggunakan truk trailer.

b. Distribusi BBM dengan truk tangki BBM.

a. Terjadinya gangguan mobilitas masyarakat pengguna jalan lokal yang berpotongan dengan jalan angkut batubara.

b. Jumlah kecelakaan di simpang jalan lokal yang berpotongan dengan jalan angkut batubara.

Mengetahui adanya gangguan aksesibilitas lalu lintas lokal.

a. Melakukan pengamatan lapangan untuk mengetahui pembangunan fasilitas pos jaga, portal, jalur tunggu dan tempat perhentian terlaksana sesuai dengan arahan RKL.

b. Melakukan pengamatan lapangan untuk mengetahui pengelolaan terhadap gangguan lalu-lintas berjalan sesuai dengan arahan RKL.

c. Memanfaatkan data sekunder berupa catatan peristiwa yang terjadi di pos-pos penjagaan. Mengolah data secara sederhana berupa tabulasi dan atau grafik data peristiwa yang terjadi.

a. Persimpangan antara jalan angkut batubara yang berpotongan dengan jalan umum yaitu: persimpangan Pertamina km 64, Warukin 1 km 63, Warukin 2 km 62,5, Dahur km 58, Padangin km 54, Mantuil I dan II di km 52, Dukuh km 50 dan Bagok km 46.

b. Rencana pemasangan palang-penghalang dilakukan pada simpang Dukuh Km 50, dan simpang Pandangin Km 54.

Setiap hari selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perhubungan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Banjarmasin,

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perhubungan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Banjarmasin, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabalong,

Page 71: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

70

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabalong, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Balangan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Timur

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Balangan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Timur

9. Gangguan lalu lintas sungai di Terminal Kelanis

Operasi Terminal Kelanis berupa sandar tongkang pada saat pemuatan batubara dan pada saat selesai pemuatan untuk manuver meninggalkan dermaga.

a. Terjadinya gangguan lalu-lintas sungai di area perairan Terminal Kelanis

Mengetahui terjadinya gangguan lalu-lintas sungai di area Terminal Kelanis.

a. Melakukan pengamatan lapangan untuk memastikan kegiatan sandar tongkang pada saat pemuatan batubara dan pada saat selesai pemuatan untuk manuver meninggalkan dermaga dilakukan sesuai dengan arahan pengelolaan.

b. Memanfaatkan data sekunder catatan peristiwa gangguan lalu lintas sungai yang terjadi di area Terminal Kelanis.

c. Mengolah data secara sederhana berupa tabulasi dan atau grafik data peristiwa yang terjadi

Perairan di sekitar Terminal Kelanis

Selama masa operasi dengan frekuensi pemantauan setiap hari.

PT. Adaro Indonesia

Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Barito Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Barito Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

10. Perbaikan keanekaragaman flora

Reklamasi dan revegetasi di area penimbunan tanah penutup termasuk inpit backfill.

a. Luas dari setiap tipe komunitas tumbuhan yang terbentuk.

b. Kelimpahan dan keanekaragaman tumbuhan dari setiap tipe komunitas yang terbentuk.

a. Mengetahui luas komunitas tumbuhan yang terbentuk kembali

b. Mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman tumbuhan pada setiap komunitas yang terbentuk.

c. Mengetahui upaya pelibatan masyarakat

a. Melakukan pengukuran langsung/ survey untuk mengetahui luas dan tipe komunitas tumbuhan yang terbentuk.

b. Melakukan pengukuran langsung dengan metode sampling menggunakan petak

Lokasi reklamasi/ revegetasi di area tambang. Untuk perlibatan/ pemberdayaan masyarakat lokasi pemantauan adalah tempat pembibitan/ nursery.

a. Untuk mengetahui tingkat keber-hasilan revegetasi/ reklamasi (pe-nanaman bibit dan kesesuaiannya) dilaksanakan setiap bulan sejak reklamasi dilak-sanakan sampai tanaman berumur 12 bulan.

b. Untuk mengetahui keberhasilan pe-

PT. Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelola Hutan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan,

Page 72: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

71

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

dalam kegiatan revegetasi agar tercapai keberlanjutan.

ganda menurut Wyatt-Smite (1959) untuk mengumpulkan data jenis dan jumlah individu tumbuhan. Alat yang digunakan adalah meteran, alat ukur diameter dan alat ukur tinggi pohon (Blume Leise).

c. Data yang terkumpul dianalisis kerapatan, dominansi dan nilai pentingnya.

d. Mengumpulkan data luas kawasan hijau sekitar tambang yang direncanakan tidak diganggu dan daerah penyangga sekeliling dilakukan dengan pengukuran dimensi dari luas kawasan yang terbentuk.

e. Data yang dikumpulkan adalah jumlah jenis, jumlah individu, lokasi revegetasi, kelompok tani/ koperasi yang terlibat dalam program.

nambahan luas tipe komunitas, serta keanekaragaman flora dilaksanakan setiap tahun yang dimulai satu tahun sejak revegetasi/ reklamasi dilaksanakan selama lima tahun pertama.

c. Pemantauan terhadap upaya pelibatan/ pemberdayaan masyarakat dalam upaya revegetasi dilakukan satu tahun sekali.

Kabupaten Tabalong dan Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

11. Kembalinya keanekaragaman jenis dan habitat fauna

Reklamasi dan revegetasi di area penimbunan tanah penutup termasuk inpit backfill.

a. Luas komunitas tumbuhan hasil revegetasi untuk habitat satwa.

b. Kelimpahan dan keanekaragaman, khususnya jenis satwa dilindungi.

a. Mengetahui peningkatan kembali tipe komunitas tumbuhan alami untuk habitat satwa.

b. Mengetahui peningkatan kelimpahan dan keanekaragaman satwa.

a. Melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui peningkatan kembali tipe komunitas tumbuhan yang sesuai bagi habitat satwa.

b. Mengumpulkan data jenis dan jumlah individu burung dengan menggunakan metoda IPA (Blonde et. al., 1972) untuk mengetahui

Dilakukan di daerah reklamasi sesuai dengan peta reklamasi. Sedangkan pemantauan jenis serta kelimpahan satwa dilakukan di daerah dimana revegetasi/ reklamasi dilaksanakan.

Dilaksanakan 6 bulan setelah revegetasi dilaksanakan, dan kemudian dipantau kembali setiap tahun. Sedangkan pemantauan untuk mengetahui peningkatan keanekaragaman serta kelimpahan satwa pada setiap blok area yang direvegetasi/ direklamasi, dilaksanakan setiap tahun. Pemantauan

PT. Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan,

Page 73: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

72

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

keanekaragaman serta kelimpahannya. Penangkapan burung dengan menggunakan Mist Net.

c. Mengumpulkan data jenis dan jumlah individu satwa lainnya dengan cara penjelajahan dan atau dengan penangkapan menggunakan Collapsible Sherman / Wire Trap.

d. Dari data jenis dan jumlah individu satwa yang terkumpul dibuat daftar jenis, serta dihitung nilai indeks keanekaragaman dan kelimpahannya.

pertama dilaksanakan satu tahun setelah revegetasi/reklamasi dilaksanakan.

Tabalong dan Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Tabalong dan Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

12

Gangguan terhadap biota air

a. Penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

b. Pengangkutan Batubara dari Tambang menuju Fasilitas Pengolahan dan Terminal Khusus Batubara di Kelanis.

c. Pengoperasian Fasilitas Peremukan Batubara di Wara.

d. Pengoperasian Sarana dan Prasarana

a. Jumlah jenis, indeks keanekragaman jenis, indeks dominansi, indeks kemerataan dan analisis deskriptif.

a. Mengetahui adanya gangguan terhadap keanekaragaman plankton, benthos dan ikan sungai.

a. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan contoh plankton dengan plankton net, benthos dengan Eikman grab, dan ikan dengan cara wawancara dengan penduduk setempat.

b. Hasil analisa plankton dan benthos ditabulasi kemudian masing-masing dihitung jumlah jenis, indeks keanekragaman jenis, indeks dominansi dan indeks kemerataan. Sedangkan untuk ikan dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.

Lokasi pemantauan lingkungan sama dengan lokasi pemantauan kualitas air sungai.

Pemantauan biota air dilakukan bersamaan waktunya dengan pemantauan kualitas air sungai

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perikanan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perikanan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan

Page 74: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

73

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

Pengelolaan Air Tambang.

e. Pengoperasian Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).

13. Terbukanya peluang kerja dan kesempatan usaha

Penerimaan tenaga kerja.

a. Tingkat penyerapan status dan distribusi tenaga kerja lokal dalam aktivitas pertambangan.

b. Tingkat perkembangan usaha baru, baik di lingkungan kegiatan pertambangan atau sektor lain.

c. Adanya kerjasama antara kontraktor/sub-kontraktor luar dengan pengusaha lokal.

a. Mengetahui kendala yang dihadapi masyarakat dalam mendapat pekerjaan dan kesempatan berusaha.

b. Mengetahui pendistribusian peluang kerja, perbaikan status dan usaha baru di desa/ wilayah tambang.

a. Metode pengumpulan data keterlibatan kerja menggunakan data sekunder berdasarkan laporan kontraktor dan sub-kontraktor.

b. Metode pengumpulan data perkembangan usaha menggunakan data sekunder berdasarkan laporan kontraktor/sub-kontraktor dan catatan dari desa sekitar tambang atau dengan melakukan survei mini.

c. Data kedua jenis pemantauan tersebut dianalisis trend/pertumbuhanyang terjadi secara kuantitatif.

Bagian administrasi AI dan kontraktor/ sub-kontraktor. Kantor Kecamatan dan desa yang bersinggungan dengan kegiatan pertambangan (R1) kemudian secara bertahap melibatkan desa-desa sekitarnya (R2 dan R3).

Dilakukan setiap enam bulan selama kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi, sedang untuk data sekunder dapat dilakukan secara enam bulan sekali.

PT. Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, dan Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

14. Perubahan kondisi sosial ekonomi

Penerimaan tenaga Kerja.

a. Peningkatan penghasilan/ status ekonomi/ sosial rumah tangga.

b. Peran penghasilan yang berasal dari sektor tambang dalam ekonomi rumah tangga.

a. Mengetahui peningkatan keterampilan SDM, sehingga dapat berguna dalam penataan penghidupan baru di luar sektor tradisional.

Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui laporan perusahaan/kontraktor dan atau survei mini. Kemudian dilakukan analisis trend/pertumbuhan

a. Pemantauan penghasilan dan tingkat sosial ekonomi rumah tangga penduduk dilakukan pada desa R1.

Untuk pengumpulan data sebaran dan mini survei dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali selama kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi

PT. Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Page 75: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

74

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

c. Peningkatan keterampilan yang mampu berperan dalam kegiatan sektor pertambangan.

b. Mengetahui peluang diversifikasi sumber penghasilan rumah tangga.

yang terjadi secara kuantitatif.

b. Pemantauan peran penghasilan dari sektor pertambangan terhadap ekonomi rumah tangga penduduk desa R1.

c. Pemantauan peningkatan keterampilan penduduk dilakukan di desa R1. Untuk desa R2 dan R3 menggunakan data sekunder yang ada.

Barito Selatan dan Barito Timur, Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten Tabalong, Balangan, Barito Timur dan Barito Selatan

15. Terbukanya aksesibilitas dan perubahan orientasi

Pemanfaatan jalan angkut khusus batubara (dari lokasi tambang ke Terminal Kelanis) secara tidak terkendali oleh masyarakat untuk aktifitas ekonomi dan sosial

a. Perkembangan dan intensitas transportasi antar wilayah (Kelanis ke wilayah Tanjung PP).

b. Peningkatan kecelakaan pada pemanfaatan akses jalan khusus tambang sebagai jalan umum.

c. Penyusunan RTRW, khususnya berkaitan dengan pengembangan jalan transportasi umum dan tambang.

a. Mengetahui pengakomodasian kepentingan masyarakat dan perusahaan dalam pemanfaatan jalur jalan khusus tambang;

b. Mengetahui perkembangan penyusunan RTRW Kabupaten tentang rencana pengembangan jalan transportasi umum dengan jalan angkut khusus

a. Melakukan pencatatan langsung di lapangan berkaitan dengan jumlah orang dan barang yang diangkut menggunakan fasilitas transportasi AI, serta jumlah kendaraan yang digunakan.

b. Penelaahan alternatif rencana pengembangan jalur akses dalam RTRW ke jalur jalan tambang.

c. Analisis data dilakukan dengan mempelajari trend atau pertumbuhan mobilitas penduduk.

a. Dilakukan di fasilitas transit yang berada di Terminal Kelanis, simpang Pasar Panas, Jembatan Tabalong, simpang Wara.

b. Penelahaan RTRW dilakukan di kantor Bappeda Barito Selatan, Barito Timur dan Tabalong.

Dilakukan setiap 6 bulan selama masa operasi.

PT. Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur, Dinas Perhubungan Kabupaten Tabalong, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, dan Kabupaten Barito

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Dinas Perhubungan Kabupaten Tabalong, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Page 76: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

75

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

Selatan dan Kabupaten Barito Timur

Informatika, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur

16. Ketidakpuasan Penduduk terhadap program Community Development (CD)

Pelaksanaan program Community Development (CD) belum sesuai dengan harapan semua stakeholder. Keterbatasan jumlah staf yang bertugas menangani program CD dengan mempunyai jangkauan luas.

a. Jumlah, jenis dan distribusi program CD.

b. Perkembangan/pertumbuhan lembaga perekonomian masyarakat.

c. Sistem dan pelaksanaan CD yang melibatkan partisipasi stakeholder.

a. Mengetahui keberhasilan dan kendala di dalam pendistribusian jenis dan jumlah program CD.

b. Mengetahui tingkat per-tumbuhan kelembagaan perekonomian masyarakat.

c. Mengetahui kelangsungan dan kendala sinergi program Community Development (CD) dengan program pemerintah daerah, serta kesesuaian dengan ketergantungan penduduk lokal yang tersebar di berbagai wilayah sekitar tambang.

a. Metode pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan mengevaluasi sinergi program CD dan program pemerintah daerah melalui pengecekan lapangan secara acak dan wawancara dengan masyarakat.

b. Metode untuk pengumpulan dan analisis data pertumbuhan kelembagaan ekonomi masyarakat dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder di tingkat desa secara acak dan wawancara dengan masyarakat.

c. Data dianalisis melalui perbandingan berdasarkan hasil evaluasi program dengan pencapaian tujuan dalam program CD.

a. Desa binaan yang berada di wilayah R1 serta pada bagian community development (CD).

Satu tahun sekali sejak pelaksanaan program selama masa operasi.

PT. Adaro Indonesia

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan

17.

Meningkatnya prevalensi dan intensitas penyakit

Penyimpanan dan penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup.

Peningkatan prevalensi penyakit saluran pencernaan bagi masyarakat sekitar tambang.

Mengetahui kondisi kesehatan masyarakat, khususnya jenis penyakit dan jumlah penderita.

a. Melakukan pemantauan sesuai arahan metode pemantauan kualitas air sungai.

b. Membandingkan kondisi jenis dan jumlah penyakit pada rona awal dengan hasil pemantauan yang

Masyarakat yang bermukim di sekitar tambang atau dekat dengan sungai sekitar tambang.

Tiga bulan sekali, selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang. Studi ARKL dilakukan minimal satu kali dan diulangi jika ada perubahan signifikan pada operasi pertambangan AI.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan,

Page 77: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

76

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

berupa data sekunder di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

c. Melakukan studi ARKL terhadap potensi terjadinya jalur pemajanan melalui air.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan Balangan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan Balangan

17.

Meningkatnya prevalensi dan intensitas penyakit

a. Pengangkutan Batubara dari Tambang menuju Fasilitas Pengolahan dan Terminal Khusus Batubara di Kelanis.

b. Distribusi BBM.

c. Pengoperasian Terminal Kelanis.

Peningkatan prevalensi penyakit gangguan saluran pernafasan pada masyarakat sekitar jalan angkut dan Terminal Kelanis.

Mengetahui kondisi kesehatan masyarakat, khususnya jenis penyakit dan jumlah penderita.

a. Melakukan pemantauan sesuai arahan metode pemantauan pada dampak kualitas udara.

b. Membandingkan kondisi jenis dan jumlah penyakit pada rona awal dengan hasil pemantauan yang berupa data sekunder di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

c. Melakukan studi ARKL terhadap potensi terjadinya jalur pemajanan melalui udara.

d.

Masyarakat yang bermukim di sepanjang jalan angkut batubara dan sekitar Terminal Kelanis.

Tiga bulan sekali, selama masa operasi tambang dan sarana prasarana tambang. Studi ARKL dilakukan minimal satu kali dan diulangi jika ada perubahan signifikan pada operasi pertambangan AI.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan

IV. TAHAP PASCA OPERASI

Page 78: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

77

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

1. Perubahan tinggi muka air tanah

Kegiatan reklamasi dan revegetasi pasca penambangan.

Perubahan muka air tanah di sekitar tambang.

Mengetahui terjadinya perubahan muka air tanah yang terjadi di sekitar lokasi pit Tutupan, Wara, Paringin.

a. Melakukan pengukuran dan pencatatan tinggi muka air tanah pada sumur pantau dan sumur penduduk.

b. Melakukan pemantauan kuantitas dan kualitas air kolam Hill 11.

c. Memantau pelaksanaan revegetasi agar dilakukan sesuai arahan pengelolaan RKL.

Sekitar pit Tutupan, Paringin, dan Wara, terutama 3 (tiga) sumur di sekitar Desa Padang Panjang dan Lasung Batu dan 3 (tiga) sumur di sekitar Desa Sungai Ketapi.

Satu bulan sekali, selama kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong dan Balangan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalonh dan Balangan, Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan

2. Perbaikan Keanekaragaman Flora

Reklamasi/ revegetasi di daerah lahan bekas tambang, lahan bekas infrastruktur dan parasarana tambang lain yang dibongkar.

a. Luas dari setiap tipe komunitas tumbuhan yang terbentuk.

b. Kelimpahan dan keanekaragaman tumbuhan dari setiap tipe komunitas yang terbentuk.

c. Jumlah dan luasan kawasan hijau yang tidak diganggu.

d. Kualitas air kolam bekas tambang.

a. Mengetahui luas komunitas tumbuhan yang terbentuk kembali.

b. Mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan pada setiap tipe komunitas yang terbentuk.

c. Mengetahui jumlah dan luas kawasan hijau yang tidak diganggu.

d. Mengetahui upaya pemulihan kualitas air menggunakan pendekatan biologi melalui penanaman jenis tanaman air di kolam bekas tambang.

e. Untuk mengetahui upaya pelibatan/pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan revegetasi agar tercapai

a. Melakukan pengukuran langsung/ survey untuk mengetahui luas dan tipe komunitas tumbuhan yang terbentuk serta mengetahui luas kawasan hijau yang tidak diganggu.

b. Melakukan pengukuran langsung dengan metode sampling menggunakan petak ganda menurut Wyatt-Smite (1959) untuk mengumpulkan data jenis dan jumlah individu tumbuhan. Alat yang digunakan adalah meteran, alat ukur diameter dan alat ukur tinggi pohon (Blume Leise).

Pemantauan flora dilakukan di setiap lokasi dimana reklamasi/revegetasidilaksanakan, yaitu meliputi : daerah sekitar pit tambang, daerah dimana kolam-kolam air terbentuk dan wilayah penyediaan bibit.

a. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan reklamasi/ revegetasi (penanaman bibit dan kesesuaiannya) dilaksanakan setiap bulan sejak reklamasi dilaksanakan sampai tanaman berumur 12 bulan.

b. Untuk mengetahui keberhasilan penambahan luas tipe komunitas, serta keanekaragaman didalamnya dilaksanakan setiap tahun yang dimulai satu tahun sejak reklamasi/ revegetasi dilaksanakan selama lima tahun pertama.

c. Untuk mengetahui keberhasilan perbaikan kualitas air pada kolam bekas

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong, Balai Pengelolaan dan Pengembangan Teknologi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong, Balai Pengelolaan dan Pengembangan Teknologi

Page 79: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

78

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

keberlanjutan revegetasi.

c. Data yang terkumpul dianalisis kerapatan, dominansi dan nilai penting.

d. Data yang dikumpulkan untuk mengetahui kawasan hijau yang tidak diganggu dan daerah penyangga dilakukan dengan pengukuran dimensi dari luas kawasan yang terbentuk.

e. Pengumpulan data mengenai pelibatan masyarakat dalam kegiatan revegetasi dilakukan dengan pengumpulan data sekunder atas program dan kegiatan yang telah dilakukan. Data yang dikumpulkan adalah jumlah jenis, jumlah individu,

lokasi revegetasi, kelompok tani/koperasi yang terlibat dalam program.

f. Metode pengumpulan data mengenai revegetasi tanaman air pada kolam bekas tambang dilakukan dengan pengukuran langsung. Data yang dikumpulkan adalah kerapatan/penutupan kolam oleh jenis tanaman air, dan bersama dengan tim lain (kimia fisik) melakukan

tambang, pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali selama tiga tahun pertama sejak revegetasi dilakukan.

d. Pemantauan terhadap upaya pelibatan/ pemberdayaan masyarakat dalam upaya revegetasi dilakukan satu tahun sekali, selama lima tahun pertama.

Pengelolaan DAS Barito

Pengelolaan DAS Barito

Page 80: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

79

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

pengukuran kualitas air kolam yang telah direvegetasi.

3. Perbaikan Keanekaragaman Jenis dan Habitat Fauna

Reklamasi/ revegetasi di daerah lahan bekas tambang, lahan bekas infrastruktur dan parasarana tambang lain yang dibongkar.

a. Luas komunitas tumbuhan alami hasil revegetasi untuk habitat satwa.

b. Kelimpahan dan keanekaragaman, khususnya jenis satwa dilindungi.

Mengetahui peningkatan kembali tipe komunitas tumbuhan alami untuk habitat satwa. Mengetahui peningkatan kembali kelimpahan dan keanekaragaman satwa

a. Melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui peningkatan kembali tipe komunitas tumbuhan alami yang sesuai bagi habitat satwa.

b. Mengumpulkan data jenis dan jumlah individu burung dengan menggunakan metoda IPA (Blonde et. al., 1972) untuk mengetahui keanekaragaman serta kelimpahannya. Penangkapan burung dengan menggunakan Mist Net.

c. Mengumpulkan data jenis dan jumlah individu satwa lainnya dengan cara penjelajahan dan atau dengan penangkapan menggunakan Collapsible Sherman / Wire Trap.

d. Dari data jenis dan jumlah individu satwa yang terkumpul dibuat daftar jenis, serta dihitung nilai indeks keanekaragaman dan kelimpahannya.

Dilakukan di daerah reklamasi sesuai dengan peta reklamasi. Sedangkan pemantauan jenis serta kelimpahan satwa dilakukan di daerah, reklamasi/ revegetasi.

Pemantauan peningkatan tipe komunitas tumbuhan untuk habitat satwa dilaksanakan 6 bulan setelah re-vegetasi, dan kemudian dipantau kembali setiap tahun. Sedangkan pemantauan untuk mengetahui peningkatan keanekaragaman serta kelimpahan jenis satwa pada setiap blok reklamasi/ revegetasi, dilaksanakan setiap tahun. Pemantauan pertama dilaksanakan satu tahun setelah reklamasi/ revegetasi.

PT. Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Balangan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Tabalong,

4. Perubahan kondisi sosial ekonomi

Pemutusan hubungan kerja (PHK) terkait selesainya operasi penambangan

PHK dilakukan dengan mengikuti peraturan perundangan yang berlaku sehingga tidak timbul keresahan masyarakat akibat hilangnya pekerjaan dan menurunnya

a. Mengetahui secara dini jumlah tenaga kerja yang terserap kembali pada perusahaan yang

Metode pengumpulan data keterlibatan tenaga kerja pada perusahaan lain, maupun yang berwirausaha atau yang bekerja disektor

Di kecamatan dan desa yang bersinggungan dengan kegiatan penambangan, dimulai dari wilayah

Jadwal dan frekuensi pemantauan untuk mini survey dilakukan setiap enam bulan dimulai minimal 3 tahun sebelum

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Page 81: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

80

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

bagi pekerja PT Adaro Indonesia dan pekerja kontraktor dan sub-kontraktor.

kondisi sosial ekonomi masyarakat.

sama dan beroperasi di wilayah lain,

b. Mengetahui jumlah tenaga kerja yang terserap di perusahaan tambang dan non-tambang lainnya.

c. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh CD dalam menumbuhkan peluang kerja dan usaha baru didesa-desa sekitar (R1 – R2)

tradisional dapat dilakukan melalui mini survey. Metode analisis data survey mini dilakukan secara kuantitatif dengan mempelajari trend perubahan proporsinya.

terdekat (R1) dan secara bertahap hingga terjauh (R3).

memasuki masa pascatambang/operasi

Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur

Dampak Lain yang Dipantau

1. Penurunan kualitas air permukaan

Pengoperasian Dermaga Bongkar Muat Logistik

Kualitas air sungai berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 5 tahun 2007.

Mengetahui kualitas air sungai terhadap sumber dampak (kegiatan).

Pengamatan langsung di lapangan, pengambilan sampel lapangan dan analisis laboratorium yang terakreditasi. Hasil analisis laboratorium dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 Tahun 2007 tentang Peruntukkan dan Baku Mutu Air Sungai.

Sungai Barito. Tiga bulan sekali untuk analisis kualitas air

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

2. Gangguan terhadap biota air

Pengoperasian Dermaga Bongkar Muat Logistik

Jumlah jenis, indeks keanekragaman jenis, indeks dominansi, indeks kemerataan dan analisis deskriptif.

Mengetahui adanya gangguan terhadap keanekaragaman plankton, benthos dan ikan sungai.

Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan contoh plankton dengan plankton net, benthos dengan Eikman grab, dan ikan dengan cara wawancara dengan penduduk setempat. Hasil analisa plankton dan benthos ditabulasi kemudian masing-masing dihitung jumlah jenis, indeks keanekragaman jenis, indeks dominansi dan indeks kemerataan. Sedangkan untuk ikan

Sungai Barito. Pemantauan biota air dilakukan bersamaan waktunya dengan pemantauan pada kualitas air permukaan.

PT Adaro Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Selatan.

Page 82: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

81

No. Jenis Dampak Sumber Dampak

Parameter Lingkungan Hidup

yang Dipantau

Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data Lokasi Periode

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana Pengawas Pelaporan

dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.

Page 83: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

82

Gambar 2.2 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup PT Adaro Indonesia

Page 84: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

83

BAB 4 JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIPERLUKAN

Dalam rangka rencana perubahan jadwal rencana produksi dan fasilitas pendukung dalam

Adendum ANDAL ini, secara umum kegiatan dan fasilitas yang digunakan oleh PT Adaro

Indonesia relatif sama. Sesuai dengan perkembangan tambang ke depan, PT Adaro Indonesia

akan mengurus izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup lain yang dibutuhkan.

Daftar izin PPLH yang dibutuhkan oleh PT Adaro Indonesia terkait dengan rencana

perubahan jadwal rencana produksi dan fasilitas pendukung dalam Adendum ANDAL dan

integrasi kegiatan yang tercantum dalam Dokumen AMDAL tahun 2012 adalah sebagai

berikut:

1) Izin Pembuangan Limbah Cair.

2) Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) untuk Penyimpanan

Sementara Limbah B3.

Page 85: ADENDUM - ditppu.menlhk.go.id

2018

84

SURAT PERNYATAAN