adb arif.pdf

Upload: kopokonlineshop

Post on 17-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    REFERAT

    ANEMIA DEFISIENSI BESI

    Pembimbing :

    dr. Ariadne Tiara Hapsari, Sp.A

    Disusun Oleh :

    Muarif G1A212097

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN

    SMF ILMU KESEHATAN ANAK

    RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO

    PURWOKERTO

    2014

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    ANEMIA DEFISIENSI BESI

    Oleh :

    Muarif G1A212097

    Referat ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat

    mengikuti ujian kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

    RS Margono Soekardjo Purwokerto.

    Purwokerto, Januari 2014

    Mengetahui,

    Pembimbing

    dr. Ariadne Tiara Hapsari, Sp.A, Msi.Med

    NIP. 19740814.200604.2002

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirobbilalamin, penulis dapat menyelesaikan referat yang

    berjudul Anemia Defisiensi Besi ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya

    penulis ucapkan kepada dr. Ariadne Tiara Hapsari, Sp.A, Msi.Med, selaku

    pembimbing penulis sehingga referat ini dapat selesai dan tersusun paripurna.

    Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan untuk segenap konsulen di bagian Ilmu

    Kesehatan Anak yang telah memberikan dukungan moriil dan keilmuan sehingga

    penulis dapat menyelesaikan referat ini. Demikian penulis mengharapkan agar

    referat ini dapat bermanfaat bagi para dokter, dokter muda, ataupun para medis

    lainnnya, khususnya di bidang penatakelolaan anemia defisiensi besi pada anak.

    Purwokerto, Januari 2014

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi

    I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Tujuan ............................................................................................ 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4 A. Definisi ......................................................................................... 4 B. Etiologi .......................................................................................... 4 C. Faktor Resiko ................................................................................. 5 D. Metabolism Besi ............................................................................ 5 E. Status Besi Bayi Baru Lahir .......................................................... 7 F. Sumber Besi .................................................................................. 9 G. Patofisiologi ................................................................................. 9 H. Diagnosis ........................................................................................ 11 I. Diagnosis Banding ........................................................................ 14 J. Tatalaksana ................................................................................... 16 K. Pencegahan ................................................................................... 18 L. Prognosis ....................................................................................... 18

    III. KESIMPULAN ................................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Metabolisme Besi dalam Tubuh .............................................. 6

    Gambar 2. Pengaturan Besi oleh Mukosa Usus ........................................ 7

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Nilai Normal Hb Anak ................................................................. 4

    Tabel 2. Tahap Kekurangan Besi ............................................................... 10

    Tabel 3. Pemeriksaan Lab Untuk membedakan ADB ................................ 16

    Tabel 4. Respon terhadap Pemberian Besi pada ADB ............................... 17

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Darah merupakan komponen dari system sirkulasi tubuh manusia yang

    sangat penting. Unsur seluler dari darah yang berupa sel darah merah, sel

    darah putih, dan trombosit tersuspensi di dalam plasma. Dengan volume darah

    total yang beredar pada keadaan normal sekitar 8 % dari berat badan. Dan

    sekitar 55 % dari volume tersebut adalah plasma. Dimana dalam sirkulasi ini,

    O2 dirkulasikan untuk seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan1. Sel darah

    merah tersusun atas hemoglobin. Hemoglobin tersebut sangat penting dalam

    hal pengikatan terhadap O2 dan CO2. Untuk itu sangat penting melakukan

    pemeriksaan terhadap Hemoglobin ini, karena dalam keadaan kurangnya

    kadar Hb darah dapat menimbulkan berbagai manifestasi klinis seperti

    anemia2.

    Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan anemia yang disebabkan

    oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia ini

    banyak ditemukan di seluruh dunia. Tidak hanya di Negara berkembang,

    tetapi juga di Negara maju, terutama mengenai anak yang sedang tumbuh dan

    wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar daripada orang dewasa

    normal3. Diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dan

    lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi4

    .

    Anemia defisiensi besi lebih sering ditemukan di Negara yang sedang

    berkembang karena berkaitan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas,

  • 2

    rendahnya asupan protein hewani, serta adanya infestasi parasit yang

    merupakan masalah endemik. Anemia defisiensi besi masih merupakan salah

    satu masalah gizi utama di Indonesia, disamping kekurangan kalori-protein,

    vitamin A dan yodium. Anemia defisiensi besi pada anak hampir selalu terjadi

    sekunder terhadap penyakit yang mendasarinya, sehingga koreksi terhadap

    penyakit dasarnya merupakan bagian penting dalam pengobatan4.

    Selain dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin yang berperan

    penting dalam pengangkutan dan penyimpanan oksigen, zat besi juga

    ditemukan dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolism oksidatif,

    sintesis DNA, neurotransmitter dan proses katabolisme yang dalam bekerjanya

    membutuhkan ion besi. Oleh sebab itu, kekurangan besi mempunyai dampak

    yang merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, menurunkan daya

    tahan tubuh, menurunkan konsentrasi belajar dan mengurangi aktifitas kerja4.

    Keseimbangan Fe yang positif selama masa anak diperlukan sekitar

    0,8-1,5 mg Fe yang harus diabsorbsi setiap hari dari makanan. Banyaknya Fe

    yang diabsorbsi dari makanan sekitar 10% per hari, sehingga diperlukan diet

    yang mengandung Fe sebanyak 8-10 mg Fe per hari untuk memenuhi

    kebutuhan nutrisi yang optimal. Fe yang berasal dari susu ibu diabsorbsi lebih

    efisien daripada yang berasal dari susu sapi sehingga bayi yang mendapat ASI

    lebih sedikit membutuhkan Fe dari makanan lain. Sedikitnya macam makanan

    yang kaya Fe yang dicerna selama tahun pertama kehidupan menyebabkan

    sulitnya memnuhi jumlah yang diharapkan. Oleh sebab itu diet bayi harus

    mengandung makanan yang diperkaya dengan Fe sejak usia 6 bulan4.

  • 3

    Prevalensi anemia defisiensi besi pada bayi, hal yang sama juga

    dijumpai pada anak usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian ADB

    pada anak usia sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak praremaja 2,6%

    dan gadis remaja yang hamil 26%. Di Amerika Serikat sekitar 6% anak

    berusia 1-2 tahun diketahui kekurangan besi, 3% menderita anemia. Lebih

    kurang 9% gadis remaja di Amerika serikat kekurangan besi dan 2%

    menderita anemia, sedangkan pada anak laki-laki sekitar 50% cadangan

    besinya berkurang saat pubertas. Prevalensi ADB lebih tinggi pada anak kulit

    hitam dibandingkan dengan kulit putih, yang mungkin berkaitan dengan status

    sosial ekonomi anak kulit hitam yang lebih rendah. Prevalensi ADB pada anak

    balita di Indonesia sekitar 25-30%, dan paling tinggi terjadi pada usia 6 bulan

    sampai 3 tahun karena pada masa ini cadangan besi sangat berkurang. Pada

    bayi kurang bulan ADB bahkan dapat terjadi mulai usia 2-3 bulan. Hasil

    SKRT tahun 1992 melaporkan bahwa anak balita dengan ADB di Indonesia

    ditemukan sekitar 55,5%4.

    B. TUJUAN

    Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui definisi Anemia

    Defisiensi Besi (ADB), penyebab, penatalaksanaan, dan prognosisnya

    sehingga dapat dijadikan sebagai referensi tambahan ilmu kesehatan anak

    khususnya untuk penatakelolaan anemia.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Anemia adalah keadaan dimana kadar Hemoglobin kurang dari

    normal3,4,5

    . Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh

    kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan

    eritrosit4. Adapun nilai normal Hemoglobin (Hb) pada anak

    2 disajikan pada

    tabel berikut:

    Tabel 1. Nilai normal Hb pada anak

    Umur Hb Leukosit

    Tali pusat 13,7 20,1 9.000 30.000 2 minggu 13 20 5.000 21.000 3 bulan 9,5 14,5 6.000 18.000 6 bulan 6 tahun 10,5 14 6.000 15.000 7 12 tahun 11 16 4.500 13.500 Dewasa 14 18 5.000 10.000

    Sumber: Hull (2008).

    B. ETIOLOGI

    Etiologi anemia defisiensi besi4 yaitu:

    1. Asupan besi yang berkurang pada jenis makanan Fe non-heme, muntah

    berulang pada bayi, dan pemberian makanan tambahan yang tidak

    sempurna.

    2. Malabsorbsi pada enteritis dan proses malnutrisi (PEM)

    3. Kehilangan atau pengeluaran besi berlebihan pada perdarahan saluran

    cerna kronis seperti pada divertikulum Meckel, poliposus usus, alergi susu

    sapi, dan infestasi cacing.

  • 5

    4. Kebutuhan besi yang meningkat oleh karena pertumbuhan yang cepat pada

    bayi dan anak, infeksi akut berulang, dan infeksi menahun.

    5. Depo besi yang kurang seperti pada berat badan lahir rendah, kembar

    6. Atau kombinasi dari etiologi diatas.

    C. FAKTOR RESIKO

    Status hemologis wanita hamil, berat badan lahir rendah, partus

    (dimana terjadi kelahiran abnormal dan pengikatan tali pusat terlalu dini),

    pemberian makanan yang tidak adekuat karena ketidaktahuan ibu, perilaku

    pemberian makanan, keadaan sosial, dan jenis makanan. Infeksi mehanun dan

    infeksi akut berulang. Infestasi parasit, seperti ankilostoma, Trichuris triciura,

    dan amuba4.

    D. METABOLISME BESI

    Jumlah besi dalam tubuh manusia dewasa kira-kira 4-5 gram, pada

    bayi kira-kira 400 mg yang terbagi dalam masa eritrosit (60%), ferritin dan

    hemosiderin (30%), mioglobin (5-10%), hemenzin (1%) dan besi plasma

    (0,1%). Pengangkutan besi dari rongga usus hingga menjadi transferin, yaitu

    suatu ikatan besi dan protein di dalam darah terjadi dalam beberapa tingkat4.

    Mekanisme metabolism besi yang tepat masih banyak diperdebatkan, tetapi

    dalam garis besarnya dapat ditampilkan pada gambar berikut:

  • 6

    Gambar 1. Metabolisme besi dalam tubuh

    Besi dalam makanan terikat pada molekul lain yang lebih besar. Di

    dalam lambung besi akan dibebaskan menjadi iron ferri oleh pengaruh HCl.

    Di dalam usus halus, ion ferri diubah menjadi ferro oleh pengaruh alkali. Ion

    ferro inilah yang kemudian diabsorbsi oleh sel mukosa usus. Sebagian akan

    disimpan sebagai persenyawaan ferritin dan sebagian masuk ke peredaran

    darah berikatan dengan protein disebut transferin. Selanjutnya transferin yang

    tidak terpakai akan disimpan sebagai labile iron pool. Iron fero diabsorbsi

    jauh lebih mudah daripada iron ferri, terutama jika makanan mengandung

    vitamin atau fruktosa yang akan membentuk suatu kompleks besi yang larut,

    sedangkan fosfat, oksalat dan fitat menghambat absorbsi besi4.

    Lambung

    Usus

    Sel mukosa

    (mikrovili)

    Plasma

    Sumsum tulang

    Fe dalam makanan

    Fe X

    Fe ++

    Fe ++

    Transferin

    Sintesis Hb dalam

    pembentukan sel

    darah merah

    Fe +++

    Fe +++

    Ferritin

    Labile iron pool

  • 7

    Gambar 2. Pengaturan besi oleh mukosa usus.

    E. STATUS BESI BAYI BARU LAHIR

    Bayi baru lahir (BBL) cukup bulan didalam tubuhnya mengandung

    besi 65-90 mg/KgBB. Bagian terbesar (sekitar 50 mg/kgBB) merupakan masa

    hemoglobin, sekitar 25 mg/kgBB sebagai cadangan besi dan 5 mg/kgBB

    sebagai mioglobin dan besi dalam jaringan. Kandungan besi BBL, ditentukan

    oleh berat badan lahir dan massa Hb. Bayi cukup bulan dengan berat badan

    lahir 4000 gram mengandung 320 mg besi, sedangkan pada bayi kurang bulan

    mengandung besi kurang dari 50 mg. konsentrasi Hb pada pembuluh darah tali

    pusat bayi cukup bulan adalah 13,5-20,1 g/dl4.

    Kontraksu uterus selama 3 menit pada waktu persalinan menyebabkan

    darah yang melalui tali pusat ke jnin bertmbah sekitar 87%. Perpindahan

    tersebut menambah jumlah volume darah 20 ml/kgBB. Pemotongan tali

    pusat yang terlalu cepat setelah persalinan akan mengurangi kandungan besi

    Lumen usus Sel mukosa Darah

    Heme

    Porfirin

    Besi

    Ferritin

    transferin

    Transferin mukosa

    Apotransferin mukosa

    Serum

    Heme

    Besi non heme

    Apotransferin

    mukosa

  • 8

    sekitar 15-30%, sedangkan jika ditunda selama 3 menit dapat menambah

    jumlah volume sel darah merah sekitar 58%4.

    Sesudah dilahirkan terjadi perubahan metabolism besi pada bayi.

    Selama 6-8 minggu terjadi penurunan yang sangat drastic dari aktifitas

    eritropoiesis sebagai akibat dari kadar O2 yang meningkat, sehingga terjadi

    penurunan kadar Hb, karena banyak zat besi yang tidak dipakai, maka

    cadangan besi akan meningkat. Selanjutnya terjadi peningkatan aktifitas

    eritropoiesis disertai masuknya besi ke sumsum tulang. Berat badan bayi dapat

    bertambah dua kali lipat tanpa mengurangi cadangan besi. Pada bayi cukup

    bulan tersebut dapat berlangsung sekitar 4 bulan, sedangkan pada bayi kurang

    bulan hanya 2-3 bulan. Setelah melewati masa tersebut kemampuan bayi

    untuk mengabsorbsi besi akan sangat menentukan dalam mempertahankan

    keseimbangan besi dalam tubuh. Pada bayi cukup bulan untuk mendapatkan

    jumalh besi yang cukup harus mengabsorbsi 200 mg besi selama 1 tahun

    pertama agar dapat mempertahankan kadar Hb yang normal yaitu 11g/dl. Bayi

    kurang bulan harus mampu mengabsorbsi 2-4 kali dari jumlah biasa.

    Pertumbuhan bayi kurang bulan jauh lebih cepat dibandingkan bayi cukup

    bulan sehingga cadangan biasanya lebih cepat berkurang. Untuk mencukup

    kebutuhan besi, bayi cukup bulan membutuhkan 1 mg besi/KgBB/hari. Bayi

    dengan BBL

  • 9

    peningkatan ketergantungan besi dari makanan, maka jika tidak terpenuhi

    akan menimbulkan resiko terjadinya anemia defisiensi besi4.

    F. SUMBER BESI

    Bayi baru lahir yang sehat telah mempunyai persediaan besi yang

    cukup sampai ia berusia 6 bulan, sedangkan bayi premature (neonates kurang

    bulan) persediaan besinya hanya cukup sampai ia berusia 3 bulan. Makanan

    yang mengandung banyak besi ialah hati, ginjal, daging, telur, buah dan sayur

    yang mengandung klorofil. Untuk menghindari anemia defisiensi besi, ke

    dalam susu buatan, tepung untuk makanan bayi dan beberapa jenis makanan

    lainnya ditambahkan besi. Akhir-akhir ini telah banyak dibicarakan bahaya

    hemokromatosis sebagai akibat penambahan besi dalam makanan4.

    G. PATOFISIOLOGI

    Anemia defisiensi beri merupakan hasil akhir keseimbangan negatif

    besi yang berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan yang negatif ini

    menerap akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang4. Tahap defisiensi

    yaitu:

    1. Tahap pertama

    Tahap ini disebur iron depletion atau storage iron deficiency,

    ditandai dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan

    besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada

    keadaan ini terjadi peningkatan absorbsi besi non heme. Ferritin serum

  • 10

    menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya

    kekurangan besi masih normal

    2. Tahap kedua

    Tingkat ini disebut juga iron deficient erythropoietin atau iron

    limited erythropoietis, dimana didapatkan suplai besi yang tidak adekuat

    untuk menunjang eritropoiesis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium

    diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun

    sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan free

    erythropoietin porphyrin (FEP) meningkat.

    3. Tahap ketiga

    Tahap ini disebut juga sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini

    terjadi bila besi tidak cukup menuju eritrosit sumsum tulang sehingga

    terjadi penurunan kadar Hb. Pada gambaran darah tepi ditemukan

    mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada tahap ini terjadi

    perubahan epitel terutama pada ADB yang lebih lanjut.

    Tabel 2. Tahap kekurangan besi.

    Hemoglobin

    Tahap 1

    normal

    Tahap 2

    sedikit

    menurun

    Tahap 3 menurun jelas

    (mikrositik/hipokromik)

    Cadangan besi < 100 0 0

    Fe serum Normal 410

    Saturasi transferin 20-30

  • 11

    H. DIAGNOSIS

    1. Anamnesis

    Pada anamnesis biasanya ditemukan keluhan anak tampak lemas,

    sering berdebar-debar, mudah lelah, pucat, sakit kepala atau iritabel2.

    Gejala klini sering terjadi secara perlahan dan tidak begitu diperhatikan

    oleh penderita dan keluarganya. Pada yang ringan diagnosis hanya

    ditegakkan berdasarkan temuan laboratorium dengan gejala yang umum

    adalah keluhan pucat. Pada anemia defisiensi besi dengan kadar Hb 6-10

    g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia

    hanya ringan saja. Namun jika kadar turun < 5 g/dl timbul gejala iritabel

    dan anoreksia yang akan tampak lebih jelas. Jika anemia terus berlanjut

    dapat terjadi takikardia, dilatasi jantung dan murmur sistolik. Namun

    kadang-kadang pada kadar Hb < 3-4 g/dl penderita tidak mengeluh karena

    tubuh sudah kompensasi, sehingga gejala klinis yang muncul tidak sesuai

    dengan kadar Hb4.

    Gejala lain yang dapat menyertai anemia defisiensi besi yaitu

    adaya penurunan toleransi terhadap latihan yaitu penurunan aktifitas kerja

    dan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menurun

    disebabkan karena fungsi leukosit yang tidak normal. Pada penderita ADB

    neutrofil mempunyai kemampuan untuk fagositosis seperti kemampuan

    membunuh E.coli dan S.aureus yang menurun4.

  • 12

    2. Pemeriksaan fisik

    Pucat terlihat pada mukosa bibir, faring, telapak tangan, dasar

    kuku, dan konjungtiva. Papil lidah atrofi, jantung agak membesar. Tidak

    ada pembesaran limpa dan hati, serta todal terdapat iastesis hemoragis.

    Pada penderita anemia defisiensi besi dapat pula ditemukan termogenesis

    yang abnormal yaitu ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh

    normal pada suhu dingin. Perubahan epitel menimbulkan bentuk kuku

    konkaf (koilonikia), serta perubahan mukosa lambung dan usus4.

    3. Pemeriksaan penunjang

    Kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, mikrositik hipokrom,

    poikilositosis, sel target, serum iron (IS) rendah dan iron binding capacity

    (IBC) rendah.5 Hasil pemeriksaan sumsum tulang sistem sritropoietik

    hiperaktif dengan sel normoblas poikromatofil yang predominan.

    Ukuran laboratoris :

    MCV = Hmt/AE x 10 (N = 76-96).

    MCH = Hb/AE x 10 (N = 27-32).

    MCHC = Hb/Hmt x 100 (N = 32-37).

    Secara umum hasil pemeriksaan menunjukkan Hb < 10, MCV <

    79, MCHC < 32, Serum Iron < 50, TIBC > 350. Gambaran eritrosit :

    mikrositik hipokromik4.

    4. Penegakkan diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas ditemukannya penyebab

    defisiensi besi dari anamnesis dan secara klinis didapatkan pucat tanpa

  • 13

    organomegali, gambaran eritrosit mikrositik hipokrom, SI rendah, dan IBC

    meningkat, tidak terdapat besi dalam sumsum tulang, dan bereaksi naik

    terhadap pengobatan dengan preparat besi4.

    Kriteria diagnosis yang digunakan untuk menentukan anemia

    defisiensi besi diantaranya adalah kriteria menurut WHO, kriteria Cook

    dan Monsen, serta menurut Lanzskowsky4.

    a. Kriteria diagnosis WHO4

    1) Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia

    2) Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (N: 32-35%)

    3) Kadar Fe serum

  • 14

    2) FEP meningkat

    3) Feritin serum meningkat

    4) Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST

  • 15

    minor dan anemia karena penyakit kronis. Untuk membedakannya perlu

    dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dengan laboratorium4.

    Morfologi darah tepi pada talasemia minor mirip dengan anemia

    defisiensi besi. Salah satu cara sederhana untuk membedakannya adalah

    dengan melihat jumlah eritrosit yang meningkat meski sudah anemia ringan

    dan mikrositik, sebaliknya pada anemia defisiensi besi jumlah eritrosit

    menurun sejajar dengan penurunan kadar Hb dan MCV. Cara mudah dapat

    diperoleh dengan cara membagi nilai MCV dengan jumlah eritrosit. Jika

    nilainya 13 menunjukkan

    adanya anemia defisiensi besi. Pada talasemia minor didapatkan basofilik

    strippling, peningkatan kadar bilirubin plasma dan peningkatan kadar HbA24.

    Pada apusan darah tepi anemia karena penyakit kronis, biasanya

    normokrom normositik namun dapat juga ditemukan hipokrom mikrositik.

    Terjadinya anemia pada penyakit kronis disebabkan terganggunya mobilisasi

    besi dan makrofag oleh transferim. Kadar Fe serum dan TIBC menurun

    meskipun cadangan besi normal atau meningkat sehingga nilai saturasi

    transferin normal atau sedikit menurun, dan kadar FEP meningkat.

    Pemeriksaan kadar reseptor transferin (TfR) sangat berguna dalam

    membedakan anemia defisiensi besi dengan anemia karena penyakit kronis.

    Pada anemia karena penyakit kronis kadar TfR normal karena pada inflamasi

    kadarnya tidak terpengaruh, sedangkan pada anemia defisiensi besi kadarnya

    menurun. Peningkatan rasio TfR atau feritin sensitive dalam mendeteksi

    anemia defisiensi besi4.

  • 16

    Tabel 3. Pemeriksaan lab untuk membedakan ADB

    Pemeriksaan lab ADB Talasemia minor Anemia penyakit

    kronis

    MCV N, Fe serum N TIBC N Saturasi transferin N FEP N N, Feritin serum N

    Sumber: IDAI (2005).

    J. TATALAKSANA

    Penatalaksanaan pada anemia defisiensi besi meliputi3,4

    :

    1. Pengobatan kausal. Misalnya pada anemia defisiensi besi yang disebabkan

    oleh cacing, maka dapat diberikan antihelmintik. Diberikan 3 kapsul

    dengan selang waktu 1 jam, semalam sebelumnya anak dipuasakan dan

    diberikan laksan setelah 1 jam kapsul ketiga dimakan. Pirantel pamoat 10

    mg/kgBB (dosis tunggal). Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi.

    2. Makanan yang adekuat

    3. Pemberian preparat besi (sulfas ferosus) 3 x 10 mg/kgBB/hari atau untuk

    mendapatkan respon terapi dapat diberikan elemental besi dengan dosis

    yang dipakai yaitu 4-6 mg/KgBB/hari (preparat yang tersedia: ferrous

    glukonat, fumarat, dan suksinat, serta pada bayi tersedia dalam bentuk

    tetes atau drop). Agar penyerapannya di usus meningkat diberikan vitamin

    C dan penambahan protein hewani. Diharapkan kenaikan Hb 1 g/dl setiap

    1-2 minggu (preparat besi terus diberikan selama 2 bulan setelah anemia

    teratasi). Pemberian preparat besi parenteral (intamusular) harganya cukup

    mahal, dapat menimbulkan rasa sakit, serta menyebabkan limfadenopati

  • 17

    regional dan reaksi alergi. Preparat yang sering digunakan adalah dekstran

    besi, dimana larutan ini mengandung 50 mg besi/ml dan dihitung dengan

    rumus dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x

    2,5. Kemampuan menaikkan Hb tidak lebih baik dibanding peroral.

    Tranfusi darah diberikan apabila Hb < 5 g/dl dan disertai dengan

    keadaan umum buruk atau infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi.

    Prinsip pemberiannya makin rendah kadar Hb, makin sedikit, makin lambat,

    dan makin sering tranfusi darah yang diberikan (Kebutuhan darah = 6 x BB x

    d Hb). Koreksi anemia berat dengan transfusi yang terlalu cepat dapat

    menimbulkan hipervolemia dan dilatasi jantung4,6

    .

    Tabel 4. Respon terhadap pemberian besi pada ADB

    Waktu setelah pemberian besi Respon

    12-24 jam Penggantian enzim besi intraseluler,

    keluhan subyektif berkurang, nafsu

    makan bertambah

    36-48 jam Respon awal dari sumsum tulang,

    hyperplasia eritroid

    48-72 jam Retikulosis, puncaknya hari ke 5-7

    4-30 hari Kadar Hb meningkat

    1-3 bulan Penambahan cadangan besi

    Sumber: IDAI (2005).

    Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup

    untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon

    terapi. Pada penderita anemia berat dengan kadar Hb

  • 18

    K. PENCEGAHAN

    Tindaan pencegahan anemia defisiensi besi yang penting pada awal

    kehidupan adalah dengan meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda

    pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun sehubungan dengan resiko terjadinya

    perdarahan saluran cerna yang ditemukan pada beberapa bayi, memberikan

    makanan yang mengandung besi serta makanan yang mengandung asam

    askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan padat usia 4-6 bulan.

    Pencegahan lain pada bayi baru lahir adalah dengan pemberian suplementasi

    besi pada bayi-bayi premature, serta dengan pemakaian PASI (susu formula)

    yang mengandung besi jika ASI eksklusif tidak dapat diberikan4.

    Upaya umum untuk pencegahan kekurangan besi adalah dengan cara

    meningkatkan konsumsi Fe, fortifikasi bahan makanan, dan suplementasi.

    Meningkatkan konsumsi besi dari sumber alami terutama sumber hewani yang

    mudah diserap.juga perlu peningkatan penggunaan makanan yang

    mengandung vitamin C dan A. Fortifikasi bahan makanan dilakukan dengan

    cara menambah masukan besi dengan mencampurkan senyawa besi kedalam

    makanan sehari-hari. Sedangkan suplementasi merupakan tindakan yang

    paling tepat untuk menanggulangi ADB yang prevalensinya tinggi4.

    L. PROGNOSIS

    Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan

    besi dan diketahui penyebabnya dan dilakukan penanganan yang adekuat.

    Gejala anemia dan manifestasi klinis lainnya akan membaik dengan

  • 19

    pemberian preparat besi. Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu

    dipertimbangkan beberapa kemungkinan yaitu adanya kesalahan diagnosis,

    dosis obat yang tidak adekuat, atau karena preparat Fe yang tidak adekuat dan

    kadaluwarsa. Perlu dicurigai pula adanya perdarahan yang tidak teratasi atau

    perdarahan yang tidak berlangsung menetap, atau keadaan yang disertai

    dengan penyakit yang mempengaruhi absorbsi dan pemakaian besi (misalnya

    infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit tiroid, dan penyakit

    karena defisiensi vitamin B12, atau asam folat). Gangguan absorbsi saluran

    cerna, seperti pemberian antacid yang berlebihan pada ulkus peptikum dapat

    menyebabkan pengikatan terhadap besi4.

  • 20

    III. KESIMPULAN

    1. Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kadar Hemoglobin kurang

    dari normal yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan

    yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

    2. Etiologi anemia defisiensi besi dapat karena asupan besi yang berkurang

    (muntah berulang pada bayi atau pemberian makanan tambahan yang tidak

    sempurna), adanya malabsorbsi, kehilangan atau pengeluaran besi

    berlebihan (misal pada perdarahan saluran cerna kronis), dan kebutuhan

    besi yang meningkat karena pertumbuhan.

    3. Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan ditemukannya

    penyebab defisiensi besi dari anamnesis dan pemeriksaan laboratorium

    (nilai Hb yang kurang dari normal, gambaran apusan darah tepi yang

    menunjukkan mikrositik hipokrom, SI rendah, dan IBC meningkat).

    4. Penatalaksanaan anemia defisiensi besi pada anak meliputi pengobatan

    kausal (misal jika disebabkan oleh cacing, dapat diberikan antihelmintik),

    makanan yang adekuat, dan pemberian preparat besi (sulfas ferosus) 3 x

    10 mg/kgBB/hari. Agar penyerapannya di usus meningkat diberikan

    vitamin C dan penambahan protein hewani. Diharapkan kenaikan Hb 1

    g/dl setiap 1-2 minggu. Tranfusi darah diindikasikan jika Hb < 5 g/dl dan

    disertai dengan keadaan umum buruk. Prinsip pemberiannya makin rendah

    kadar Hb, makin sedikit, makin lambat, dan makin sering tranfusi darah

    yang diberikan (Kebutuhan darah = 6 x BB x d Hb)

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

    2. Hull, David. 2008. Dasar-dasar Pediatri edisi 3. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.

    3. Wahyuni, Arlinda Sari. 2004. Anemia Defisien Besi pada Balita. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu

    Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran USU. Digitized by USU

    digital library: 1-13

    4. IDAI. 2005. Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak. Jakarta: Penerbit IDAI

    5. Graber, Mark A. 2006. Buku saku dokter keluarga edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

    6. IDAI. 2011. Pedoman pelayanan medis: Ikatan Dokter Anak Indonesia edisi II. Jakarta: badan penerbit IDAI.