adapun peranan guru sebagai motivator adalah

15
Adapun peranan guru sebagai motivator adalah: 1. Bersikap terbuka, dalam arti guru harus melakukan tindakan yang mampu mendorong kemauan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, menerima siswa dengan segala kekurangan dan kelebihannya, mau menanggapi pendapat siswa secara positif, dalam batas tertentu berusaha memahami kemungkinan terdapatnya masalah pribadi dari siswa, menunjukkan perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi siswa, dan menunjukkan sikap ramah serta penuh pengertian terhadap siswa. 2. Membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal, dalam arti guru harus mampu memberikan gambaran tentang kemampuan dan kelemahan para siswanya, mendorong siswa untuk sekali waktu mengungkapkan perasaannya, membantu siswa agar memiliki rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam membuat keputusan. 3. Menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar di kelas, dalam menunjukkan kegiatan antara lain, menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan secar positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah senyum, mampu mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional sehingga berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukan pada tempatnya. Arti negara menurut Aristoteles adalah persekutuan dari keluarga dan desa untuk mencapai kehidupan sebaik-baiknya. Aristoteles menggunakan istilah Polis untuk untuk negara kota (city state) yang berfungsi sebagai tempat tinggal bersama warga negara dengan pemerintahan dan benteng untuk menjaga keamanan dan serangan musuh. Menurut Aristoteles, negara terjadi berkat adanya sifat kodrati setiap individu untuk hidup bersama. Ini secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa manusia bukan semata-mata makhluk yang hanya ingin survive, melainkan makhluk yang mempunyai rasio dan berdasarkan itu mampu saling mengerti dan berdiskusi untuk mencapai kesejahteraan bersama. Latar belakang partai politik Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan kebutuhan terhadap partisipasi politik lebih besar, derngan sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Tetapi pengalaman

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 12-Nov-2014

2.664 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

Adapun peranan guru sebagai motivator adalah:

1.        Bersikap terbuka, dalam arti guru harus melakukan tindakan yang mampu mendorong

kemauan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, menerima siswa dengan segala

kekurangan dan kelebihannya, mau menanggapi pendapat siswa secara positif, dalam batas

tertentu berusaha memahami kemungkinan terdapatnya masalah pribadi dari siswa,

menunjukkan perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi siswa, dan menunjukkan sikap

ramah serta penuh pengertian terhadap siswa.

2.        Membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya

secara optimal, dalam arti guru harus mampu memberikan gambaran tentang kemampuan dan

kelemahan para siswanya, mendorong siswa untuk sekali waktu mengungkapkan perasaannya,

membantu siswa agar memiliki rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam membuat

keputusan.

3.        Menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar

di kelas, dalam menunjukkan kegiatan antara lain, menangani perilaku siswa yang tidak

diinginkan secar positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah senyum, mampu

mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional sehingga berbagai masalah pribadi

dari guru itu sendiri dapat didudukan pada tempatnya.

Arti negara menurut Aristoteles

adalah persekutuan dari keluarga dan desa untuk mencapai kehidupan sebaik-baiknya.

Aristoteles menggunakan istilah Polis untuk untuk negara kota (city state) yang berfungsi

sebagai tempat tinggal bersama warga negara dengan pemerintahan dan benteng untuk

menjaga keamanan dan serangan musuh. Menurut Aristoteles, negara terjadi berkat adanya

sifat kodrati setiap individu untuk hidup bersama. Ini secara tidak langsung telah menjelaskan

bahwa manusia bukan semata-mata makhluk yang hanya ingin survive, melainkan makhluk

yang mempunyai rasio dan berdasarkan itu mampu saling mengerti dan berdiskusi untuk

mencapai kesejahteraan bersama.

Latar belakang partai politik

Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan

kebutuhan terhadap partisipasi politik lebih besar, derngan sendirinya menuntut pelembagaan

sejumlah saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Tetapi pengalaman

di beberapa negara dunia ketiga menunjukkan, pembentukan partai baru tidak akan banyak

bermanfaat, kalau sistem kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.

Suatu sistem kepartaian baru disebut kokoh dan adaptabel, kalau ia mampu menyerap dan

menyatukan semua kekuatan sosial baru yang muncul sebagai akibat modernisasi. Dari sudut

pandang ini, jumlah partai hanya akan menjadi penting bila ia mempengaruhi kapasitas sistem

untuk membentuk saluran-saluran kelembagaan yang diperlukan guna menampung partisipasi

politik. Sistem kepartaian yang kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas.

Pertama, melancarkan partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan

segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan. Kedua, mengcakup dan menyalurkan

partisipasi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi

kadar tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan demikian, sistem kepartaian yang

kuat menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang melembaga guna

mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.

Page 2: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

1. Definisi Partai Politik

Partai politik yaitu organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan

tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.

Sedangkan definisi partai politik menurut ilmuwan politik yaitu:

Friedrich : partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasikan secara stabil dengan

tujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin

partainya, dan berdasarkan kekuasaan tersebut akan memberikan kegunaan materil dan idil

kepada para anggotanya.

Soltau : partai politik sebagai kelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisasikan,

yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk

memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum yang

mereka buat.

Tujuan dari pembentukan partai polik ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut

kedudukan politik – (biasanya) dengan cara konstitusionil – untuk melaksanakan kebijakan-

kebijakan mereka

2. Fungsi Partai Politik

Partai politik menjalankan fungsi sebagai alat mengkomunikasikan pandangan dan prinsip-

prinsip partai, program kerja partai, gagasan partai dan sebagainya. Agar anggota partai

dapat mengetahui prinsip partai, program kerja partai atau pun gagasan partainya untuk

menciptakan ikatan moral pada partainya, komunikasi politik seperti ini menggunakan media

partai itu sendiri atau media massa yang mendukungnya.

Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat

dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat

(interest aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang

teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan

penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada penguasa untuk

dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat.

Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap, pandangan,

pendapat, dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik

yang terjadi di tengah masyarakat. Sosialisi politik mencakup juga proses

menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Bahkan, partai politik berusaha menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan

kepentingan umum.

Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari dan

mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.

Partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah masyarakat terjadi berbagai

perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk mengatasinya. Namun, semestinya

hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk

kepentingan umum.

3. Tujuan Pembentukan Partai Politik

Page 3: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

Tujuan dari pembentukan partai politik menurut Undang-undang no.2 tahun 2008 tentang

partai politik, yaitu

mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

pembukaan undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945

menjaga dan memelihara keutuhan negara kesatuan republik Indonesia

mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan republik Indonesia

mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka

penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan

memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara

membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara

Selain itu ada juga tujuan partai politik menurut basis sosial dibagi menjadi empat tipe yaitu :

Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan lapisan atas.

· Partai politik berdasarkan kepentingan tertentu yaitu petani, buruh dan pengusaha.

Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.

Partai politik yang didasarkan pada kelompok budaya tertentu.

4. Sejarah Terbentuknya Partai Politik

di Dunia

Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat bersamaan dengan gagasan

bahwa rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik. Dalam hal ini partai

politik berperan sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain

pihak. Maka dalam perkembangannya kemudian partai politik dianggap sebagai menifestasi

dari suatu sistem politik yang demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat.

Pada permulaannya peranan partai politik di negara-negara Barat bersifat elitis dan

aristokratis, dalam arti terutama mempertahankan kepentingan golongan bangsawan

terhadap tuntutan raja, namun dalam perkembangannya kemudian peranan tersebut

meluas dan berkembang ke segenap lapisan masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan

oleh perlunya dukungan yang menyebar dan merata dari semua golongan masyarakat.

Dengan demikian terjadi pergeseran dari peranan yang bersifat elitis ke peranan yang

meluas dan populis.

Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi dan berkembang

di negara-negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai politik di negara-negara jajahan

sering berperan sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan penggerak ke arah persatuan

nasional yang bertujuan mencapai kemerdekaan. Hal ini terjadi di Indonesia (waktu itu

masih Hindia Belanda) serta India. Dan dalam perkembanganya akhir-akhir ini partai politik

umumnya diterima sebagai suatu lembaga penting terutama di negara-negara yang

berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu sebagai kelengkapan sistem demokrasi suatu

negara.

Di Indonesia

Page 4: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

Perkembangan partai politik di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa periode

perkembangan, dengan setiap kurun waktu mempunyai ciri dan tujuan masing-masing, yaitu

: Masa penjajahan Belanda, Masa pedudukan Jepang dan masa merdeka.

Masa penjajahan Belanda.

Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indoneisa (waktu itu

Hindia Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu

semua organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah,

ataupun yang berazaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai

Katolik, ikut memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.

Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran nasional

untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan Dewan Rakyat ,

gerakan ini oleh beberapa partai diteruskan di dalam badan ini. Pada tahun 1939 terdapat

beberapa fraksi di dalam Dewan Rakat, yaitu Fraksi Nasional di bawah pimpinan M. Husni

Thamin, PPBB (Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan Prawoto

dan Indonesische Nationale Groep di bawah pimpinan Muhammad Yamin.

Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan

menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI (Komite

Rakyat Indoneisa) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang merupakan

gabungan dari partai-partai yang beraliran nasional, MIAI (Majelis Islami) yang merupakan

gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang terbentuk tahun 1937, dan MRI (Majelis

Rakyat Indonesia) yang merupakan gabungan organisasi buruh.

Masa pendudukan Jepang

Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi

kebebasan untuk membentuk partai Masyumi, yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.

Masa Merdeka (mulai 1945).

Beberapa bulan setelah proklamsi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk

mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik Indonesia. Dengan

demikian kita kembali kepada pola sistem banyak partai.

Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan PKI. Masa

tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena

partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara melalui

sistem parlementer. Sistem banyak partai ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai politik

tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak

dapat melaksanakan program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat

berjaan dengan baik pula. Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekrit 5 Juli 1959,

yang mewakili masa masa demokrasi terpimpin.

Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan di

pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan

NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada

masa Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah

kuat, terutama memalui G 30 S/PKI akhir September 1965).

Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak lebih

leluasa dibanding dengan msa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa ini adalah

Page 5: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

munculnya organisasi kekuatan politik bar yaitu Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan

umum thun 1971, Golkar munculsebagai pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar

yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI.

Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat partai

politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung menjadi Partai

Persatu Pembangunan (PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Parati

Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia)

bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Maka pada tahun 1977 hanya terdapat 3

organisasi keuatan politik Indonesia dan terus berlangsung hinga pada pemilu 1997.

Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya rezim

Suharto, maka pemilu dengan sistem multi partai terus berlanjut hingga pemilu 2004 nanti.

Berikut ini adalah nama-nama partai politik yang mengikuti pemilu

Pemilu 1955

Pemilu 1955 diikuti oleh 172 kontestan partai politik. Empat partai terbesar diantaranya

adalah: PNI (22,3 %), Masyumi (20,9%), Nahdlatul Ulama (18,4%), dan PKI (15,4%).

Pemilu 1971

Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan, yaitu:

Partai Katolik

Partai Syarikat Islam Indonesia

Partai Nahdlatul Ulama

Partai Muslimin Indonesa

Golongan Karya

Partai Kristen Indonesia

Partai Musyawarah Rakyat Banyak

Partai Nasional Indonesia

Partai Islam PERTI

Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

Pemilu 1977-1997

Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 diikuti oleh 3 kontestan yang sama, yaitu:

Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai                         Demokrasi

Indonesia

Pemilu 1999

Pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik, yaitu:

1. Partai Indonesia Baru

2. Partai Kristen Nasional Indonesia

3. Partai Nasional Indonesia – Supeni

4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia

5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia

6. Partai Ummat Islam

7. Partai Kebangkitan Ummat

8. Partai Masyumi Baru

9. Partai Persatuan Pembangunan

10. Partai Syarikat Islam Indonesia

Page 6: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

11. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

12. Partai Abul Yatama

13. Partai Kebangsaan Merdeka

14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa

15. Partai Amanat Nasional

16. Partai Rakyat Demokratik

17. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905

18. Partai Katolik Demokrat

19. Partai Pilihan Rakyat

20. Partai Rakyat Indonesia

21. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi

22. Partai Bulan Bintang

23. Partai Solidaritas Pekerja

24. Partai Keadilan

25. Partai Nahdlatul Ummat

26. Partai Nasional Indonesia – Front Marhaenis

27. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

28. Partai Republik

29. Partai Islam Demokrat

30. Partai Nasional Indonesia – Massa Marhaen

31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak

32. Partai Demokrasi Indonesia

33. Partai Golongan Karya

34. Partai Persatuan

35. Partai Kebangkitan Bangsa

36. Partai Uni Demokrasi Indonesia

37. Partai Buruh Nasional

38. Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong

39. Partai Daulat Rakyat

40. Partai Cinta Damai

41. Partai Keadilan dan Persatuan

42. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia

43. Partai Nasional Bangsa Indonesia

44. Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia

45. Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia

46. Partai Nasional Demokrat

47. Partai Ummat Muslimin Indonesia

48. Partai Pekerja Indonesia

Pemilu 2004

1.    Partai Nasional Indonesia Marhaenisme

Didirikan: Jakarta, 20 Mei 2002

Asas: Marhaenisme Ajaran Bung Karno

Ketua Umum: DM Sukmawati Soekarnoputri

Page 7: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 24 provinsi

2.    Partai Buruh Sosial Demokrat Indonesia

Didirikan: Jakarta, 1 Mei 2001

Asas: Pancasila dan UUD 1945

Ketua Umum: Muchtar Pakpahan

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

3.    Partai Bulan Bintang

Didirikan: Jakarta, 17 Juli 1998

Asas: Islam

Ketua Umum: Hamdan Zoelvan

Keterangan: Electoral Threshold

4.    Partai Merdeka

Didirikan: Jakarta, 10 Oktober 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Adi Sasono

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

5.    Partai Persatuan Pembangunan

Didirikan: Jakarta, 5 Januari 1973

Asas: Islam

Ketua Umum: Hamzah Haz

Keterangan: Electoral Threshold

6.   Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan

Didirikan: Jakarta, 23 Juli 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: M Ryaas Rasyid

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

7.    Partai Perhimpunan Indonesia Baru

Didirikan: Jakarta, 23 September 2002

Asas: Keadilan, Demokrasi, dan Kemakmuran

Ketua Umum: Sjahrir

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

8.   Partai Nasional Banteng Kemerdekaan

Didirikan: Jakarta, 27 Juli 2002

Asas: Marhaenisme Ajaran Bung Karno

Ketua Umum: Eros Djarot

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

9.   Partai Demokrat

Didirikan: Jakarta, 9 September 2001

Asas: Pancasila

Ketua Umum: S Budhisantoso

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 25 provinsi

10.  Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

Didirikan: Jakarta, 9 September 2002

Page 8: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Jend TNI (Purn) Edi Sudrajat

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

11. Partai Penegak Demokrasi Indonesia

Didirikan: Jakarta, 10 Januari 2003

Asas: Pancasila

Ketua Umum: H Dimmy Haryanto

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

12. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia

Didirikan: Jakarta, 5 Maret 2003

Asas: Islam

Ketua Umum: KH Syukron Ma’mun

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

13. Partai Amanat Nasional

Didirikan: Jakarta, 23 Agustus 1998

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Soetrisno Bachir

Keterangan: Electoral Threshold

14. Partai Karya Peduli Bangsa

Didirikan: Jakarta, 9 September 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Jend TNI (Purn) HR Hartono

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

15. Partai Kebangkitan Bangsa

Didirikan: Jakarta, 23 Juli 1998

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Alwi Abdurrahman Shihab

Keterangan: Electoral Threshold

16. Partai Keadilan Sejahtera

Didirikan: Jakarta, 20 April 2002

Asas: Islam

Ketua Umum: Tifatul Sembiring

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

17. Partai Bintang Reformasi

Didirikan: Jakarta, 20 Januari 2002

Asas: Islam

Ketua Umum: KH Zainuddin MZ

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

18. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Didirikan: Jakarta, 10 Januari 1973

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Megawati Soekarnoputri

Keterangan: Electoral Threshold

Page 9: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

19. Partai Damai Sejahtera

Didirikan: Jakarta, 1 Oktober 2001

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Ruyandi Hutasoit

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

20. Partai Golongan Karya

Didirikan: Jakarta, 20 Oktober 1964

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Jusuf Kalla

Keterangan: Electoral Threshold

21. Partai Patriot Pancasila

Didirikan: Jakarta, 1 Juni 2001

Asas: Pancasila

Ketua Umum: KRMH Japto S Soerjosoemarno

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

22. Partai Sarikat Indonesia

Didirikan: Surabaya, 17 Desember 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: H Rahardjo Tjakraningrat

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

23. Partai Persatuan Daerah

Didirikan: Jakarta, 18 November 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Oesman Sapta

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

24. Partai Pelopor

Didirikan: Jakarta, 29 November 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Rachmawati Soekarnoputri

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

Pemilu 2009

Pemilu 2009 diikuti oleh 38 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal Aceh, yaitu:

Partai politik nasional:

1. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

2. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)*

3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI)

4. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)

5. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

6. Partai Barisan Nasional (Barnas)

7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)*

8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)*

9. Partai Amanat Nasional (PAN)*

10. Partai Perjuangan Indonesia Baru (PIB)

Page 10: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

11. Partai Kedaulatan

12. Partai Persatuan Daerah (PPD)

13. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)*

14. Partai Pemuda Indonesia (PPI)

15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme)*

16. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)

17. Partai Karya Perjuangan (PKP)

18. Partai Matahari Bangsa (PMB)

19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)*

20. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK)*

21. Partai Republika Nusantara (RepublikaN)

22. Partai Pelopor*

23. Partai Golongan Karya (Golkar)*

24. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)*

25. Partai Damai Sejahtera (PDS)*

26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBK Indonesia)

27. Partai Bulan Bintang (PBB)*

28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)*

29. Partai Bintang Reformasi (PBR)*

30. Partai Patriot

31. Partai Demokrat*

32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI)

33. Partai Indonesia Sejahtera (PIS)

34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)

41. Partai Merdeka

42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI)

43. Partai Sarikat Indonesia (PSI)

44. Partai Buruh

Partai Aceh:

35. Partai Aceh Aman Seujahtra (PAAS)[2]

36. Partai Daulat Aceh (PDA)

37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA)

38. Partai Rakyat Aceh (PRA)[3]

39. Partai Aceh (PA)

40. Partai Bersatu Aceh (PBA)

Catatan : Tanda * menandakan partai yang mendapat kursi di DPR pada Pemilu 2004

Page 11: Adapun peranan guru sebagai motivator adalah

Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi

1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai

melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa.

Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan

menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika

sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan

diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan

hal mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi

bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara

fisik.

2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka

pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh

beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat,

semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga

dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang

memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri

mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka

bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain

itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi

inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi

baru untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga

dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah

inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia

tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk

mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya. [3]

3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi

akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga

sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak

lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan

sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan

dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi

inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat

mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang

sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.