adalah penelitian yang sangat memerlukan

43
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY. K DENGAN HIPERTENSI DI WISMA FLAMBOYAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PANDAAN Disusun untuk memenuhi Tugas Profesi Individu Keperawatan Gerontik l Oleh : Theresia P Rea 0610722049

Upload: elfanizar-yusandi

Post on 11-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jangan tapi mengalihakan. kita perlu jua

TRANSCRIPT

Page 1: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

PADA NY. K DENGAN HIPERTENSI DI WISMA FLAMBOYAN

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PANDAAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Profesi Individu Keperawatan Gerontik l

Oleh :

Theresia P Rea

0610722049

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2009

Page 2: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

LANDASAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

1.1 PROSES MENUA

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita ( Nugroho, 2000 ).

Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah. Dimulai

sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua setiap

individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum

tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok

(deskripansi).

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering

menghinggapi kaum lansia.

1.2 Batasan-batasan Lansia

Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli

karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai

indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses penuaan berdasarkan teori

psikologis ditekankan pada perkembangan. World Health Organization (WHO)

mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :

1. Middle Age (45-59 tahun)

2. Erderly (60-74 tahun)

3. Old (75-90 tahun)

4. Very old (> 91 tahun)

Menurut Birren dan Renner dalam Johanna (1991,) usia biologis dapat diberi

batasan sebagai suatu estimasi posisi seseorang dalam hubungannya dengan potensi

jangka hidupnya. Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna (1993 ) mengatakan

bahwa usia biologis adalah proses genetik yang berhubungan waktu, tetapi terlepas dari

stress, trauma dan penyakit. Seseorang dikatakan muda secara biologis apabila secara

kronologis tua, tetapi organ-organ tubuhnya, seperti jantung, ginjal, hati, saluran

pencernaan, tetap berfungsi seperti waktu muda.

Page 3: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Usia psikologis adalah kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan, belajar,

intelegnsi, keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal ini masih baik dan

stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa.

Usia sosial menekankan peran dan kebiasaan seseorang dalam hubungannya

dengan orang lain dan menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab di

mayarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan :

1. Herediter

2. Nutrisi

3. Status Kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Stres

1.3 Teori-teori Proses Penuaan

a. Teori Biologi

1) Perubahan biologi yang berasal dari dalam(intrinsik)/ Teori Genetika

a) Teori jam biologi (Biological clock theory), Proses menua dipengaruhi oleh

faktor-faktor keturunan dari dalam. Umur seseorang seolah-olah distel

seperti jam.

b) Teori menua yang terprogram (program aging theory), sel tubuh manusia

hanya dapat membagi diri sebanyak 50 kali.

c) Teori Mutasi (somatic mutatie theory), setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi.

d) The Error Theory, “Pemakaian dan rusak” kelebihan usaha dan stres

menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).

2) Perubahan biologik yang berasalah dari luar/ekstrinsik (Teori

Non Genetika).

a) Teori radikal bebas, meningkatnya bahan-bahan radikal

bebas sebagai akibat pencemaran lingkungan akan menimbulkan

perubahan pada kromosom pigmen dan jaringan kolagen.

b) Teori imunlogi, perubahan jaringan getah bening akanmengakivbatkan

ketidakseimbangan sel T dan terjadi penurunan fungsi sel-sel kekebalan

tubuh, akibatnya usia lanjut mudah terkena infeksi.

Page 4: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

b. Teori Psikologik

1) Maslow Hierareky Human Needs Theory

Teori Maslow mengungkapkan hirarki kebutuhan manusia yang meliputi 5 hal

(kebutuhan biologik, keamanan da kenyamanan , kasih sayang, harga diri,

aktualisasi diri dan aktualisasi diri.

2) Jung’s Theory of invidualsm

Teori individualism yang dikemukakan Carl Jung (1960) mengungkapkan

perkembangan personality dari anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa

pertengahan hingga dewasa tua (lansia) yang dipengaruhi baik dari internal

maupun eksternal.

3) Course of Human Life Theory

Chorlotte Buhler juga merupakan penganut teori psikologik dengungkapkan

bawa teori perkembangan dasar manusia yang difokuskan pada identifikasi

pencapaian tujuan hidup seseorang dalam melalui fase-fase perkembangan.

4) Eight Stages of Life Theory

Teori “Eight Stages of Life” yang dikemukakan Erikson (1950) adalah suatu teori

perkembangan psikososial yang terbagi atas 8 tahap, yang mempunyai tugas

dan peran yang perlu diselesaikan dengan baik :

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Tahap IV

Tahap V

Tahap VI

Tahap VII

Tahap VIII

Masa bayi timbul kepercayaan dasar (basic trust)

Tahap penguasaan diri (autonomi)

Tahap inisiatip

Timbulnya kemauan untuk berkarya (Industriousness)

Mencari identitas diri (Identy)

Timbulnya keintiman (Intimacy)

Mencapai kedewasaan (generativity)

Memasuki usia lanjut akan mencapai kematangan

kepribadian (ego Integrity), dia merupakan orang yang

memiliki integritas dalam kepribadian sehingga mampu

berbuat untuk kepentingan umum. Kegagalan pada

tahap ini akan menyebabkan cepat putus asa.

Page 5: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Demikian juga dengan teori “Developmental Task” yang dikemukakan Havighurst

(1972) bahwa masing-masing individu melalui tahap-tahap perkembangan secara

spesifik dan terjadi variasi/perbedaan antara individu satu dengan lainnya.

Tahap perkembangan ini harus dilalui dengan baik sehingga individu akan

merasakan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup.

1.4 Peran Perawat pada klien lansia sesuai Proses Penuaan.

Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang

membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehensif sehingga diperlukan suatu

upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada

lansia.

Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan

bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari

peran perawat sebagai unsur pelaksana.

Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat

lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :

Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).

Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan

kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami oleh lansia semasa

hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa

dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan

progresivitasnya.

Perawatan fisik ini tebagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa dipenuhi

sendiri.

b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk

melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama

tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk

mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar

perawatan bagi pasien lansia.

Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha

mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila

kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik akibat

proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari

Page 6: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing mengenai

kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku,

kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan

cara pindah dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara

rutin akan sangat penting dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang

ada, karena adanya potensi kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.

Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.

Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salat

satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama usila.

Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan karena

masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta menghidupkan semangat

sosialisasi. Hfasil kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para lansia tersebut

adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain.

Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.

Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan

orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang

asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini

melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat yang

memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai

keluhan agar para usila merasa puas.

Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih

lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana aman,

tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang disenangi

sebatas kemampuannya.

Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan kreasi pasien

yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat

ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya

usia, terjadi perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa

yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di

siang hari dan pengeseran libido.

Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat

dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan dan

bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh

pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap memberikan rasa

puas dan bahagia.

Page 7: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

2 KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA

2.1 Pengertian

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik yang menetap lebih dari

140 mmHg, atau tekanan darah diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Joint National

Committee baru-baru ini telah mengadopsi pedoman hipertensi dan mengklasifikasi

ulang menjadi 4 tingkat sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tingkatan Hipertensi Lansia

Tingkat Tekanan Sistolik

(mmHg)

Tekanan Diastolik

(mmHg)

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

140-159

160-179

180-209

210 atau lebih tinggi

90-99

100-109

110-119

120 atau lebih tinggi

Diagnosis dibuat pada setidaknya 2 pengukuran berturut-turut dan diukur dengan

posisi klien supine atau duduk, dan kemudian berdiri (kecuali untuk klien-klien yang

memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 210 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 120 mmHg, mereka pasti memiliki tekanan darah tinggi pada 1 kali kunjungan).

Pada lanjut usia, terdapat pula istilah yang disebut pseudohipertensi.

Pseudohipertensi ini adalah hasil dari kalsifikasi dinding arterial, perubahan sklerotik ini

mengakibatkan rigiditas pada arteri brakialis, menyebabkan kompresi yang inefektif

pada arteri brakialis dengan sphygomanometer. Jadi, pseudohipertensi adalah suatu

fenomena peningkatan hasil pengukuran sistolik akibat ketidakmampuan manset

eksternal untuk menekan arteri lanjut usia dengan arteriosklerosis. Pseudohipertensi

dapat dicurigai jika :

1. Tekanan darah sistolik sangat tinggi tanpa ada tanda-tanda kerusakan organ dan

dengan tekanan darah diastolik yang normal

2. Ada perbedaan tekanan darah pada ekstrimitas yang berbeda

3. Gejala hipotensi muncul dengan terapi

Osler’s manuver adalah skrening tes untuk pseudohipertensi, walaupun hasilnya

masih dipertanyakan. Dilakukan dengan palpasi arteri brakial atau radial setelah

Page 8: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

memompa manset di atas tekanan sistolik. Arteri normal dapat tak teraba dan jika masih

teraba, maka hasilnya berhubungan dengan pembacaan intra arteri (Elnicki, Kotchen,

1993).

2.2 Faktor Resiko

Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor antara lain:

1. Merokok

2. Intolerans glukosa

3. Hiperkolesterolemia

4. Left Ventricular Hypertrophy

5. Riwayat Keluarga

6. Usia

7. Ras

8. Stress

9. Alkohol

10.Konsumsi obat

11. Phisycal inactivity

12. Intake hormonal

13. Diet (tinggi lemak jenuh dan garam; kurang intake potassium, magnesium dan

kalsium)

2.3 Patofisiologi

Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan

perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya

terutama pada peninggian tahanan perifer.

Perubahan berhubungan usia yang berdampak pada fungsi primer jantung

melibatkan elektrofisiologi jantung (sistem konduksi), yaitu:

1. Penurunan jumlah sel-sel pacemakers

2. Peningkatan iregularitas bentuk sel-sel pacemakers

3. Penebalan membran sekitar nodus sinus

4. Peningkatan jumlah lemak, kolagen, dan serat elastik myokardium sehingga

mempengaruhi nodus sinus

Perubahan lain yang diperkirakan terjadi juga adalah:

1. Penebalan atrial endocardium

2. Penebalan katup atrioventrikuler

3. Kalsifikasi pada sedikitnya annulus mitral katup aorta

Page 9: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Hasil akhir perubahan ini berhubungan dengan kemampuan jantung untuk

berkontraksi secara sempurna. Dengan kontraksi yang kurang efektif, dibutuhkan lebih

banyak waktu untuk pengisian diastolik dan pengosongan sistolik. Sebagai tambahan,

miokardium menjadi sangat iritabel dan kurang berespons terhadap impuls dari sistem

saraf simpatis.

Bertambahnya usia membuat tunika intima menebal akibat fibrosis, proliferasi sel,

dan akumulasi lemak & kalsium. Sel endotelial juga menjadi iregular dalam bentuk dan

ukuran. Perubahan ini membuat dinding arteri lebih rentan terhadap atherosklerosis.

Dengan bertambahnya usia, terjadi peningkatan kolagen dan penipisan serta

kalsifikasi serat elastik pada tunika media yang menyebabkan kekakuan pada pembuluh

darah. Konsekuensi perubahan ini termasuk peningkatan resistensi perifer, gangguan

fungsi baroreseptor dan berkurangnya kemampuan untuk meningkatkan aliran darah ke

organ. Perubahan ini khususnya tampak di aorta dimana diameter lumen meningkat

untuk mengkompensasi penebalan arteri berhubungan dengan usia. Perubahan yang

diperkirakan merubah mekanisme baroreflek adalah kekakuan arteri dan penurunan

respon kardiovaskuler terhadap stimulasi adrenergik.

Skema patofisiologi yang lengkap dapat dilihat pada WOC (Web of Caution) di

bagian akhir bab 2 ini.

2.4 Klasifikasi

Hipertensi pada dasarnya diklasifikasikan ke dalam 2 tipe, yaitu :

1. Hipertensi primer yang penyebab pastinya tidak diketahui tetapi terdapat faktor-

faktor resiko di atas.

2. Hipertensi sekunder, yaitu peningkatan tekanan darah sebagai hasil dari penyakit

yang mendasarinya seperti renal artery disease, parenchymal disorder, gangguan

endokrin dan metabolik, gangguan CNS, koartasio aorta dan peningkatan volume

intravaskuler.

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada lanjut usia dapat

dibedakan menjadi :

1. Hipertensi sistolik saja (Isolated Systolic Hypertension), terdapat pada 6-12 %

penderita si atas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insidensi meningkat dengan

bertambahnya umur. Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik yang

disproporsional terhadap tekanan darah diastolik, mengarah pada peningkatan

kekakuan dan rigiditas arterial.

Page 10: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

2. Hipertensi diastolik (Diastolic Hypertension), terdapat antara 12-14 % penderita di

atas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insidensi menurun dengan bertambahnya

umur.

3. Hipertensi sistolik-diastolik terdapat pada 6-8 % penderita usia lebih dari 60 tahun,

lebih banyak pada wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur.

2.5 Tanda dan gejala

Seperti semua penyakit pada lanjut usia, hipertensi biasanya tidak memberi gejala

apapun atau gejala yang timbul samar-samar (insidous) atau tersembunyi (occult).

Seringkali yang terlihat adalah gejala akibat penyakit, komplikasi atau penyakit yang

menyertai. Diagnosis juga seringkali didapatkan pada waktu mengadakan asesmen

geriatri atau general check-up.

Pada hipertensi ringan sampai sedang, klien dapat asimptomatik. Seiring

perkembangan penyakit, klien dapat mengalami kelelahan, pusing, vertigo sesak nafas,

dan palpitasi.

Pada hipertensi berat klien dapat mengalami sakit kepala berdenyut pada bagian

oksipital, nyeri dada, epistaksis, bingung, loss of vision, kejang/koma.

2.6 Komplikasi

Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa organ, yaitu :

1. Jantung, mengalami Congestive Heart Failure (CHF), ventricular hypertrophy,

angina, myocardial infarction, dan kematian mendadak

2. Sistem Saraf Pusat – Transient Ischemia Attack

3. Pembuluh darah perifer – Peripheral vascular disease, aneurysm

4. Ginjal – serum kreatinin > 133 mmol/L (1,5 mg/100 ml), proteinuria,

mikroalbuminemia

5. Mata – hemoragi atau eksudat, dengan atau tanpa papiledema

2.7 Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya

hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi

garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi

hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

Page 11: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita

hipertensi berupa:

- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan

tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan

stabil mungkin.

- Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

- Batasi aktivitas.

3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Mayoritas klien asimptomatik. Simptom bervariasi tergantung pada perkembangan

penyakit pada target organ. Ketidaknyamanan, kelelahan, sakit kepala, epistaksis, dan

pusing adalah indikasi awal. Pengkajian diarahkan pada tanda gejala hipertensi seperti

yang telah dijelaskan diatas. Jika ginjal telah terkena maka nokturia dan hematuria juga

terjadi.

Tanda objektif termasuk pengkajian data tekanan darah pada tiga keadaan yang

berbeda (observasi terhadap pseudohipertensi). Psikososial/afektif yang dikaji antara

lain kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)

1. Situasi lingkungan (kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan

penyimpanan makanan)

2. Sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan eleminasi

3. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi

Pemeriksaan tambahan/laboratorium adalah Analisa darah, Kreatinin : indekz

massa otot, Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam

kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan

- BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.

- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar

katekolamin (meningkatkan hipertensi).

- Kalsium serum

Page 12: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

- Kalium serum

- Kolesterol dan trygliserid

- Px tyroid

- Urin analisa

- Foto dada

- CT Scan

- EKG

3.2 Perencanaan keperawatan:

Kriteria yang diharapkan pada klien lanjut usia dengan hipertensi termasuk tetapi

tidak terbatas pada:

1. klien mengidentifikasi faktor resiko individu

2. klien menjelaskan proses penyakit dan efeknya terhadap kesehatan

3. Klien berpartisipasi dalam perawatan non farmokologi dalam kehidupan sehari-hari

4. Klien menjelaskan tujuan, dosis, efek samping yang bermakna dari obat yang

diresepkan untuk hipertensi

5. klien meningkatkan interaksi sosial dibuktikan dengan partisipasi pada kegiatan

diluar rumah

6. Klien mengkonsumsi makanan rendah lemak dan kolesterol, mengurangi diet

kalori dibuktikan dengan kehilangan berat badan 1-2 pon per minggu

Page 13: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

3.3 Patofisiologi Hipertensi

Proses penuaan Faktor genetikMasukan Na/K

Fx lingkungan: masukan alkohol, kegemukan,

stressHilangnya elastisitas serabut di media pembuluh darah, peningkatan kolagen dan kalsium di media, aterosklerosis di intima

Kekakuan pada aorta dan arteri perifer

Konstriksi arteri

Mekanisme hemodinamik

pe tahanan perifer total, pe cardiac output

Kerusakan nutrisi dan oksigenasi

miokardium, pe beban jantung

Dyspneu saat kegiatan

Dekompensasi jantung, coronary

artery disease

Mekanisme neurologik

Penurunan sensitivitas baroreseptor (deficit

sistem saraf simpatis)

Hipertensi kronik

Perubahan tekanan cairan serebrospinal

Kerusakan memori, sakit kepala, vertigo,

tremor lambat

Edema serebral

Perdarahan retina, pandangan kabur,

epistaksis, sakit kepala

Mekanisme renal, susbtansi tahanan darah

Stimulasi simpatis, pengeluaran angiotensin aldosteron, pe aliran darah ginjal

Iskemia jaringan renal

Nokturia, retensi air dan garam, peningkatan tekanan darah

- Kelebihan volume cairan

- Resiko kekurangan volume cairan

Page 14: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

3.3 Diagnosa Keperawatan dan Rencana Perawatan

1) Nyeri (kronik), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

Hasil yang diharapkan:

Melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.

Intervensi:

- Pertahankan tirah baring selama fase akut.

- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat

punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.

- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,

misal: membungkuk, mengejan saat buang air besar.

- Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti ansietas.

2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan intake garam dalam

diet, kompensasi mekanisme pengaturan haemodinamik, neurologi, sistem

ginjal.

Dibuktikan adanya:

Berat badan yang bertambah, tekanan darah meningkat, intake lebih besar

daripada output, sakit kepala, vertigo, kerusakan memori, dyspneu, nokturia,

peningkatan tekanan darah, retensi cairan.

Kriteria:

BB menurun, tekanan darah dapat dikontrol, tidak ada tanda retensi cairan,

nokturia, sakit kepala, vertigo, dispneu, kerusakan memori tidak terjadi, intake

sama dengan output.

Intervensi:

1) Kaji adanya oedem, distensi vena kaki, timbang BB setiap hari

R/ Odem adalah akumulasi cairan yang berlebih di jaringan karena

peningkatan tekanan kapiler

2) Kaji paru terhadap adanya crackles, pengurangan suara nafas, dyspneus,

orthopneu, batuk tidak berdahak dan hemoptisis

R/ Mengindikasikan retensi cairan di paru

- Gangguan rasa nyaman nyeri kepala- Resiko terjadinya cedera atau trauma

Page 15: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

3) Kaji adanya hepatomegali, splenomegali dan odem anasarka

R/ Odem menyeluruh berhubungan dengan kondisi jantung dan ginjal

4) Kaji adanya oliguri dan keseimbangan elektrolit

R/ Mengindikasikan penurunan perfusi ginjal dengan retensi air

5) Berikan terapi diuretik dan monitor intake dan output untuk menyakinkan

output 30 ml/hr (monitor untuk hipokalemi sebagai akibat dari diuresis

R/ Memonitor intake dan output untuk meyakinkan fungsi ginjal masih dalam

keadaan baik

6) Batasi aktifitas, meninggikan kaki dan perubahan posisi tiap 2 jam

R/ Odem jaringan berhubungan dengan perubahan posisi dan rentan terhadap

trauma tekanan, jaringan yang odem memiliki oksigenasi yang tidak baik dan

berkurangnya sirkulasi nutrien, pembatasan aktifitas dan bedrest mengurangi

kebutuhan oksigen

3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penggunaan

diuretik,

Dibuktikan adanya:

Peningkatan produksi urine, berat badan tiba-tiba turun, hipokalemi, membran

mukosa dan kulit kering, turgor menurun, haus.

Kriteria :

Produksi urin 50 cc/jam, tidak terjadi penurunan berat badan, membran mukosa

dan kulit lembab, turgor kembali dalam 2 detik, klien tidak haus, tidak ada

hipokalemi.

Intervensi:

1) Kaji intake cairan total tiap 4 – 8 jam dan jumlah harian (oral, parenteral),

pembatasan cairan.

R/ Lanjut usia secara umum memerlukan setidaknya 1750 ml cairan dari

minuman dan makanan sehari – hari untuk mempertahankan keseimbangan

cairan normal dan memfasilitasi proses fisiokimia tubuh.

2) Kaji adanya diare, vomiting, diaforesis, dehidrasi (haus, kulit mukosa mulut

yang kering, turgor kulit jelek, oligouri, peningkatan temperatur, kelemahan,

cowong)

R/ Lanjut usia khususnya rentan terhadap ketidakseimbangan elektrolit,

asidosis, atau alkalosis. Masalah ini disebabkan karena kekurangan cairan

3) Kaji output urine tiap 4 - 8 jam dan pengurangan konsentrasi, warna dan bau.

Page 16: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

R/ Output terdiri atas kehilangan cairan nyata, kehilangan darah, emesis, faktor

lingkungan.

4) Kaji pengobatan yang diberikan dan efek pada intake dan output.

R/ Diuretik meningkatkan eliminasi cairan, sedatif dapat mempengaruhi

kemampuan untuk mendapatkan cairan adekuat, retensi urine hasil dari

antihistamin, fenotiazine.

5) Kaji kelemahan, parastesia, kram kaki, kelemahan otot, nadi irreguler.

R/ Tanda dan gejala hipokalemia berhubungan dengan kehilangan kalium, jika

tidak menerima diuretik K- sparing.

6) Timbang BB tiap hari atau tiap minggu dengan skala yang sama termasuk

waktu dan pakaian yang digunakan.

R/ Memonitor kehilangan BB akibat kehilangan cairan

7) Observasi kebingungan, defisit sensori atau kognitif, defisit mobilitas, depresi

R/ Mengindikasikan kemampuan untuk mengekspresikan haus dan atau

minum

8) Monitor elektrolit, BUN, Kreatinin, protein, osmolalitas.

R/ Perubahan darah dan atau urine terjadi pada disfungsi renal yang

mempengaruhi output cairan.

4) Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan pandangan kabur

dan perdarahan retina.

Kriteria hasil:

- Klien terhindar dari trauma atau injuri

- Tekanan darah dapat dikontrol.

- Meminta bantuan bila diperlukan.

Intervensi:

1) Kaji perubahan penglihatan seperti pandangan kabur atau kehilangan

penglihatan.

R/ penurunan aliran darah ke retina akibat hipertensi yang kronik.

2) Kaji kelemahan saat perubahan posisi, perubahan tekanan darah saat

berbaring, duduk, berdiri.

R/ penurunan tekanan darah dapat terjadi karena perubahan posisi yang tiba-

tiba.

3) Kaji fungsi mental dan kerusakan memori.

R/ Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perubahan status

mental

Page 17: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

4) Menyediakan jalan yang tidak licin, penerangan yang cukup, barabg yang

mudah dijangkau, dan alat bantu jalan

R/ Pencegahan trauma karena benda di sekitar klien dan pencegahan

kemungkinan jatuh saat mengambil barang atau berjalan.

5) Ambulasi dengan menggunakan alat bantu berjalan (walker atau cane)

R/ Memberikan keseimbangan saat berjalan dan mencegah jatuh

6) Anjurkan duduk dulu sebelum bangun dari tempat tidur

R/ Menghindari hipotensi orthostatik

7) Hindari paparan udara panas dan kegiatan berlebih

R/ Dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah berlebih

8) Minta klien melaporkan kehilangan cairan berlebih dari urin dan diaforesis

R/ Kehilangan cairan menurunkan volume darah sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan saat berjalan

3.5 Evaluasi

Evaluasi termasuk penentuan pencapaian klien terhadap kriteria hasil yang

diharapkan. Pengkajian yang teratur dan berkelanjutan dari tekanan darah dan

skreening tanda dan gejala hipertensi diperlukan untuk mengkaji keefektifan pengobatan

farmakologi dan nonfarmakologi

Page 18: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

I. Data Inti

a. Data Umum

Nama : Ny. K

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 68 th

Alamat :

Status : Janda

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tkt pendidikan : SD

Riwayat pekerjaan : Pedagang

b. Komposisi Keluarga

Nama Jenis

Kelamin

Hubungan Umur Pekerjaan Pendidikan

Ny. S

Tn. A

Ny. L

An. S

An. W

P

L

P

L

L

Ibu/ Nenek

Menantu

Anak

Cucu

Cucu

68

37

35

10

8

-

Pedagang

-

-

-

SD

PT

SMA

SMP

SD

II. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Penyakit Saat ini

Klien mengatakan kepalanya terasa pusing, penglihatan kabur, tengkuk terasa

berat.

2. Riwayat penyakit sebelumnya

Klien mengatakan menderita Hipertensi sejak 8 tahun yang lalu. Klien tidak berobat

secara rutin.

Page 19: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

3. Status Kesehatan

a. Tanda-tanda vital dan status gizi

Suhu : 36.5’C

Respirasi : 20 x/ menit

Tekanan Darah : 160/100 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Berat Badan :69 kg

Tinggi Badan : 153 cm

b. Pemeriksaan Head To Toe

1. Kepala

Rambut berwarna putih (uban) tidak merata, rambut rontok saat disisir, kulit

kepala bersih, tidak ada bekas luka di kepala

Klien mengatakan kepalanya pusing, Skala nyeri 6 (nyeri sedang)

2. Mata

Konjungtiva berwarna merah muda, Sklera tidak ikterik, pandangan mata kabur

3. Hidung

Hidung simetris, Tidak terdapat perubahan sensori penciuman, tidak terdapat

peradangan, tidak terdapat perdarahan

4. Mulut dan tenggorokan

Gigi tanggal bagian depan, tidak terdapat peradangan, terdapat kesulitan

mengunyah terutama makanan yang keras, kebersihan cukup, Mukosa mulut

lembab

5. Telinga

Pendengaran sedikit terganggu. Klien selalu mendekatkan telinganya apabila

berbicara dengan orang lain, telinga bersih.

6. Leher

Tidak didapatkan pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis

7. Dada

Bentuk dada normal chest, tidak ada retraksi intercosta, tidak didapatkan ronchi,

tidak terdapat wheezing, tidak terdapat suara jantung tambahan

8. Abdomen

Page 20: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Tidak didapatkan nyeri tekan, tidak ada distensi, bising usus dalam batas normal

(14 x permenit )

9. Genetalia / anus

Tidak terkaji

10. Ekstremitas

Tidak didapatkan hipertropi atau atropi nyata, kekuatan otot 5 5

5 5

11. Integumen

Keadaan kulit bersih

4. Perilaku terhadap Kesehatan

a. Kebisaan merokok

Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok

b. Pola pemenuhan nutrisi

Frekuensi makan : 3 x sehari

Porsi dari panti dihabiskan yang dihabiskan

Jenis makanan : nasi, sayur, lauk

Klien mengatakan suka makanan asin

c. Pola pemenuhan cairan

Frekwensi minum air putih : >5 gelas / hari

Jenis minuman lain : kopi, teh

d. Pola kebiasaan tidur

Tidur malam : > 6 jam perhari

Tidu siang : 2 jam perhari

Tidak ada gangguan tidur

Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : duduk – duduk, menjahit

e. Pola Eliminasi

Frekwensi BAB 1 kali/hari, konsistensi lembek, tidak ada gangguan

Frekwensi BAK 4-6 x/hari, warna Urine kuning Jernih, tidak ada gangguan BAK

f. Pola Aktifitas

Kegiatan produktifitas yang sering dilakukan : mengikuti kegiatan ketrampilan

Page 21: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

g. Pola Pemenuhan Kebersihan Diri

Mandi 2 x/hari, alasan mandi, biar segar, mandi memakai sabun, setelah mandi

memakai handuk, sikat gigi tidak pernah, kebiasaan berganti pakaian bersih 1 x/hari

III. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (indeks Barthel)

No Jenis aktifitasNilai

PenilaianBantuan Total

1 Makan 5 10 10

2 Minum 5 10 10

No Jenis aktifitasNilai

PenilaianBantuan Total

3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur &

sebaliknya

5-10 15 15

4 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir,

mencukur

0 5 5

5 Aktivitas dikamar mandi (toileting) 5 10 10

IV. Pengkajian Fungsional lansia

1. Masalah emosional

Pertanyaan tahap 1

1) Apakah klien mengalami susah tidur : Tidak

2) Apakah klien merasa gelisah : Tidak

3) Apakah klien murung menangis sendiri : Tidak

4) Apakah klien sering was-was atau kuatir : Tidak

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari

satu atau sama dengan jawaban 1 ya

Pertanyaan tahap 2

1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan

2) Ada masalah atau banyak pikiran

3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain

4) Menggunakan obat tidur atau penenang atau anjuran dokter

5) Cenderung mengurung diri ?

Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka

masalah emosional ada atau ada gangguan emosional

Page 22: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Dapat disimpulkan bahwa klien tidak ada gangguan emosional

2. Tingkat Kerusakan Intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status

Questioner)

Benar Salah Nomor Pertanyaan

1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekarang ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Dimana alamat anda ?

5 Berapa umur anda ?

6 Kapan anda lahir ?

7 Siapa presiden Indonesia ?

8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

9 Siapa nama ibu anda ?

10 Kurangi 3 sampai dari 20 dan tetap pengurangan 3

dari setiap angka baru, semua secara menurun.

Jumlah Benar : 8, Salah : 2

Interpretasi :

1. Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh

2. Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

3. Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

4. Salah 9-10: Fungsi intelektual kerusakan berat

Dari penilaian diatas dapat disimpulkan bahwa klien mempunyai fungsi intelektual

yang utuh

Page 23: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

3. Identifikasi Aspek Kognitif dengan MMSE (Mini Mental Status Exam)

Aspek kognitif Nilai

maksimal

Nilai

klien

Kriteria

Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar

a. Tahun b. Musim c. Tanggal d. hari

e. Bulan

Orientasi 5 4 Dimana sekarang kita berada ?

a. Negara b. Propinsi c. Kabupaten d. Panti

d. Wisma

Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (kursi, meja, kertas)

kemudian ditanyakan kepada klien, mejawab:

1. 2. 3.

Perhatian dan

kalkulasi

5 1 Meminta klien berhitung mulai dari 100

kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat

93 86 79 72 65

Aspek kognitif Nilai

maksimal

Nilai

klien

Kriteria

Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek

pada point ke 2 :

Bahasa 9 3 Menanyakan pada klien tentang benda

(sambil menunjuk benda tersebut)

1. 2.

Minta klien untuk mengulangi kata berikut “tak

ada, jika, dan, atau, tetapi”

Klien menjawab ………………………..

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut

yang terdiri dari 3 langkah. Ambil kertas di

tangan anda, lipat dua dan taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila

aktifitas sesuai perintah nilai 1 point) “tutup

mata anda”

Perintahkan pada klien untuk menulis satu

kalimat dan menyalin gambar

Page 24: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Total nilai 30 19

Interpretasi hasil :

1. 24-30 : tidak ada gangguan koqnitif

2. 18-23 : gangguan koqnitif sedang

3. 0-17 : gangguan koqnitif berat

Dari penilaian diatas skor yang didapatkan adalah 19, jadi bisa disimpulkan bahwa

klien mengalami gangguan kognitif sedang.

V. Pengkajian Keseimbangan untuk lansia

1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

a. Bangun dari kursi

Klien mampu bangun dari kursi dengan berpegangan

b. Duduk di kursi

Klien mampu duduk di kursi dalam waktu yang lama, klien duduk secara perlahan

tidak langsung dijatuhkan ke kursi

c. Menahan dorongan pada sternum

Klien mampu menahan dorongan pada sternum tetapi menggunakan kursi sebagai

pegangan

d. Mata tertutup

Sama dengan c

e. Perputaran leher

Klien mapu memutar leher ke kiri dan kanan, mengeluh pusing saat memutar leher

f. Gerakan menggapai sesuatu

Klien mampu menggapai kursi

g. Membungkuk

Klien mampu meraih keset yang ada di lantai

2. Komponen gaya berjalan atau gerakan

. klien mampu berjalan lurus denagn perlaha kurang lebih 4 meter

. Ketinggian langkah kaki pendek 5 cm

. Langkah kaki simetris antara kanan dan kiri

. Saat berbalik klien berhenti sebentar dan bisa berjalan lagi

VI. Pengkajian Psikososial

Page 25: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Hubungan klien dengan orang lain dalam wisma baik, klien mampu berinteraksi dan

bekerjasama dengan penghuni lain, klien jarang berkunjung ke wisma lain, keluarga

tidak ada yang yang mengunjungi karena tidak tahu keberadaan kilien.

VII.Pengkajian Lingkungan

1. Pemukiman

Luas bangunan :15 x 10 m2, bentuk bangunan permanen, atap rumah dari

genteng, dinding dari tembok, lantai keramik, ventilasi baik, penerangan baik,

pencahayaan baik.

2. Sanitasi

Penyediaan air bersih (MCK) dari air sumur, sedangkan untuk air minum

disediakan aqua galon, jarak septik tank dengan sumber air kurang lebih 8 meter,

sarana pembuangan air limbah tertutup

3. Fasilitas, keamanan, dan transportasi

Fasilitasnya adalah sarana olahraga, tpat ibadah, sarana hiburan, tempat duduk,

keamana dan transport jalan tidak rata dan undak – undakan dengan pegangan

pada tiap tangga.

Page 26: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1

2

DS:

- Klien mengatakan bahwa

kepalanya pusing

DO :

- klien tampak memegangi

kepalanya

- wajah tampak grimage

- TD 170/90 mmHg

- Skala Nyeri 6

- Klien mengatakan

tengkuk terasa nyeri

DS:

- Klien mengatakan

pandangannya kabur

- Klien mengatakan

pendengarannya agak

terganggu

DO :

- Klien selalu mendekatkan

telinganya saat berbicara

- Perawat harus berbicara

dengan keras kepada

klien

Nyeri (sedang),

sakit kepala

Resiko tinggi

terhadap cedera

Peningkatan

tekanan vaskuler

serebral

Defisit lapang

pandang dan

persepsi

Page 27: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

3 DS :

- Klien mengatakan jarang

kontrol

- Klien mengatakan suka

makanan yang tinggi garam

(asin)

- Klien mengatakan tidak

begitu mengetahui tentang

penyakit hipertensi

DO:

- Klien tidak bisa menjawab

pengertian hipertensi

- Klien tidak mengetahui

penyebab penyakit

hipertensi

- Klien tidak mengetahui

cara atau pencegahan

dan perawatan penyakit

hipertensi

Kurang

pengetahuan

terhadap penyakit

hipertensi

Informasi

inadekuat

Daftar Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (sedang), sakit kepala yang berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral

2. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,

motorik, atau persepsi

3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit hipertensi yang berhubungan dengan

Informasi inadekuat dan rendahnya tingkat pendidikan

Page 28: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa 1

Tujuan : Klien mengatakan rasa nyeri dapat dikontrol dalam kurun waktu 3 x 24 jam

Kriteria Hasil :

- Klien melakukan tindakan penurunan nyeri nonfarmakologi yang dipilih untuk

menangani nyeri

- Klien mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari

- Skala nyeri 3 - 4

Intervensi :

1. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vaskonstriksi yang dapat meningkatkan sakit

kepala misalkan mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk

R/ aktivitas ini menyebabkan sakit kepala pada peningkatan tekanan vaskuler

serebral

2. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

R/ pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien

juga dapat mengalami hipotensi postural

3. Berikan cairan makanan lunak, perawatan mulut yang teratur

R/ meningkatkan kenyamanan umum

4. Ajarkan tindakan penurunan nyeri nonfarmakologis seperti: relaksasi, distraksi,

stimulasi kutan atau terapi panas untuk nyeri sendi.

R/ mengalihkan perhatian klien dari nyeri dan meningkatkan endorphin untuk

menurunkan nyeri, mengaktifkan serabut saraf A .

Diagnosa 2

Tujuan:

- Klien tidak mengalami cedera

Kriteria hasil:

- Klien terhindar dari trauma atau injuri

- Tekanan darah dapat dikontrol.

- Meminta bantuan bila diperlukan.

- Lingkungan kondusif sehingga cedera dapat dihindari

Page 29: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

Intervensi:

1) Kaji perubahan penglihatan seperti pandangan kabur atau kehilangan penglihatan.

R/ penurunan aliran darah ke retina akibat hipertensi yang kronik.

2) Kaji kelemahan saat perubahan posisi, perubahan tekanan darah saat berbaring,

duduk, berdiri.

R/ penurunan tekanan darah dapat terjadi karena perubahan posisi yang tiba-tiba.

3) Kaji fungsi mental dan kerusakan memori.

R/ Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perubahan status

mental

4) Menyediakan jalan yang tidak licin, penerangan yang cukup, barang yang mudah

dijangkau, dan alat bantu jalan

R/ Pencegahan trauma karena benda di sekitar klien dan pencegahan

kemungkinan jatuh saat mengambil barang atau berjalan.

5) Ambulasi dengan menggunakan alat bantu berjalan (walker atau cane)

R/ Memberikan keseimbangan saat berjalan dan mencegah jatuh

6) Anjurkan duduk dulu sebelum bangun dari tempat tidur

R/ Menghindari hipotensi orthostatik

7) Hindari paparan udara panas dan kegiatan berlebih

R/ Dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah berlebih

8) Minta klien melaporkan kehilangan cairan berlebih dari urin dan diaforesis

R/ Kehilangan cairan menurunkan volume darah sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan saat berjalan

Page 30: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal 11 Februari 2009

1. Menganjurkan klien untuk meminimalkan aktivitas yang dapat meningkatkan sakit

kepala misalkan mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk

2. Membantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

3. Menganjurkan klien untuk perawatan mulut secara teratur

4. Mengajari klien dalam tindakan untuk menurunkan nyeri nonfarmakologis seperti:

relaksasi, distraksi

5. Mengukur tekanan darah

6. Mengkaji perubahan penglihatan seperti pandangan kabur atau kehilangan

penglihatan.

7. Mengkaji kelemahan klien saat perubahan posisi, perubahan tekanan darah saat

berbaring, duduk, berdiri.

8. Mengkaji fungsi mental dan kerusakan memori.

9. Menyediakan penerangan yang cukup, barang yang mudah dijangkau

10. Menganjurkan klien agar duduk dulu sebelum bangun dari tempat tidur

11. Menganjurkan klien untuk tidak melakukan kegiatan berlebih

Tanggal 12 Februari 2009

1. Membantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

2. Mengajari klien dalam tindakan untuk menurunkan nyeri nonfarmakologis seperti:

relaksasi, distraksi

3. Mengukur tekanan darah

4. Mengkaji perubahan penglihatan seperti pandangan kabur atau kehilangan

penglihatan.

5. Mengkaji kelemahan klien saat perubahan posisi, perubahan tekanan darah saat

berbaring, duduk, berdiri.

6. Menyediakan penerangan yang cukup, barang yang mudah dijangkau.

Tanggal 13 Februari 2009

1. Mengukur tekanan darah

2. Menjelaskan pada klien tentang penyakit Hipertensi ( pengertian, penyebab, dan

Page 31: Adalah penelitian yang sangat memerlukan

cara perawatan )

EVALUASI KEPERAWATAN

S : Klien mengatakan kepalanya sudah tidak terasa pusing

Klien mengatakan penglihatannya masih terasa kabur

Klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit Hipertensi

O : - Klien tampak lebih tenang

- TD : 140 / 90 mmhg

- ND : 80 x / menit

- SH : 36 derajat celcius

- RR : 24 x / menit

- Klien kooperatif

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Page 32: Adalah penelitian yang sangat memerlukan