adab dokter muslim edisi2 april 2009
DESCRIPTION
adab dokter muslimTRANSCRIPT
-
1
ADAB DOKTER MUSLIM1 (Edisi 2009)
Dirwan Suryo Soularto2 TIU : Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep adab dokter muslim. TIU : Setelah mempelajari topik ini mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan konsep dan definisi adab. 2. Menjelasakan konsep dokter muslim. 3. Menjelaskan kepentingan adab dalam menjalankan profesi dokter. 4. Menyebutkan adab dokter terhadap pasiennya, baik sejak dilahirkan hingga
setelah meninggal. I. Pendahuluan
Kata adab, dokter dan muslim merupakan tiga kata yang berbeda yang masing-
masing memiliki pengertian sendiri. Ketika ketiga kata tersebut dirangkai menyusun
kalimat Adab Dokter Muslim, maka akan memberikan suatu pengertian yang luas
dan berdampak pada segolongan atau sekelompok individu atau tiap individu itu
sendiri yang masuk dalam pengertian kalimat tersebut. Baik bagi mereka yang
mengaku (menghaki) secara sadar dan terang-terangan maupun bagi mereka yang
secara tidak sadar telah masuk dalam pengertian tersebut.
Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran di salah satu perguruan tinggi
berbasiskan Islam, tentunya adalah menjadi hal essential (pokok) bagi kita untuk
memahami konsep tentang Adab Dokter Muslim.
II. Pengertian dan Konsep Adab
Kata adab yang hanya dibentuk dengan empat huruf, sebenarnya mempunyai
maksud dan konsep yang juga amat luas. Kata adab dapat dikaitkan dengan bidang
bahasa, sastra, budaya, perilaku, atau tata cara maupun etika dan kesopanan. Ia
dapat diikatakan menjangkau konsep keseluruhan kehidupan dalam arti kata yang
sebenar-benarnya.
Adab adalah satu istilah bahasa Arab yang berarti adat kebiasaan. Kata ini
menunjuk pada suatu kebiasaan, etiket, pola tingkah laku yang dianggap sebagai
model. Selama dua abad pertama setelah kemunculan Islam, istilah adab membawa
implikasi makna etika dan sosial. Kata dasar Ad mempunyai arti sesuatu yang
1 Makalah kuliah e-LS dalam Blok-22. Kedokteran Komunitas, Semester VIII, Fakultas Kedoteran UMY, April 2009. 2 Dosen FK UMY di Bagian Anatomi dan Bagian Forensik dan medikolegal.
-
2
mentakjubkan, atau persiapan atau pesta. Adab dalam pengertian ini sama dengan
kata latin urbanitas, kesopanan, keramahan, kehalusan budi pekerti masyarakat
kota. Pelbagai pendapat dan kajian telah diutarakan oleh para sarjana mengenai
adab sejak bermulanya kemajuan ilmu. Ahmad Fauzi menyebutkan salah satu
definisi adab yakni sebagai tingkah laku serta tutur kata yang halus (sopan), budi
bahasa, budi pekerti, kesopanan. Definisi yang diberikan amat mudah dan ringkas,
namun jika diteliti maka ia merupakan kata-kata yang amat besar konotasinya.
Menurut Rosenthal (1992), adab adalah istilah yang lebih luas karena ia
memasukkan masalah etika, moral, kelakuan dan adat istiadat. Konsep adab
memperjelas maksud dan kaitan antara nilai, norma, sikap etika dan moral.
Berdasarkan uraian tersebut, adab bisa juga dikaitkan dengan kesopanan dan
ketertiban. Sopan berarti hormat, baik budi bahasa, tahu tertib peraturan atau
beradab, manakala tatatertib adalah peraturan yang baik yang telah ditetapkan.
Norma kesopanan timbul dalam pergaulan antar manusia dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu, misalnya menghormati orang tua, mempersilahkan wanita atau
bertutur kata yang lembut kepada orang tua.
Adat kebiasaan di dalam banyak kebudayaan selain kebudayaan Islam sangat
ditentukan oleh kondisi-kondisi lokal dan oleh karena itu tunduk pada perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tersebut. Menurut W.G. Summer,
dari berbagai kebutuhan yang timbul secara berulang-ulang pada satu waktu tertentu
tumbuh kebiasaan-kebiasaan individual dan adat kebiasaan kelompok. Tetapi
kebiasaan-kebiasaan yang muncul ini adalah konsekuensi-konsekuensi yang timbul
secara tidak disadari, dan tidak diperkirakan lebih dulu atau tidak direncanakan.
Ahlak dan adab Islam tidaklah bersifat tanpa sadar seperti dalam pengertian di
atas. Adab dan kebiasaan-kebiasaan Islam itu berasal dari dua sumber utama Islam,
yaitu al-Quran dan Sunnah, perbuatan-perbuatan dan kata-kata Nabi serta perintah-
perintahnya yang tidak langsung sehingga akhlak Islam itu jelas berdasarkan pada
wahyu Allah SWT. Dengan demikian adab sesuatu berarti sikap yang baik dari
sesuatu tersebut. Bentuk jamaknya adalah db al-Islam, dengan begitu, berarti pola
perilaku yang baik yang ditetapkan oleh Islam berdasarkan pada ajaran-ajarannya.
Dalam pengertian seperti inilah kata adab.
Orang yang beradab dikatakan telah maju dalam tingkat kemajuan (jasmani dan
rohani) atau telah berhasil (sukses). Ini turut membawa maksud bahwa manusia
yang beradab mengetahui dan dapat membedakan antara kejahatan dengan
kebaikan, keindahan dengan keburukan, sesuatu yang berharga daripada yang tidak
berharga, dan sesuatu yang benar dengan yang palsu. Plato dalam Rosenthal
(1992) menyatakan bahawa :
-
3
tujuan adab ialah untuk melahirkan manusia yang baik dan mampu menahan diri
daripada nikmat fisik dan material, dan yang menunjukkan kestabilan emosi pada
raut muka gembira dan sedih dan segala kejadian yang lain, dan juga tetap
berada dalam keadaan yang tidak diganggui dan tidak aktif, kecuali apabila
sebab dan pemikiran menandakan keinginan atau keperluan kepada tindakan.
Seorang pemikir Islam, Ibn Abd-Rabbih dalam Rosenthal (1992) menegaskan
bahwa, keseluruhan adab mengandung semua aspek tingkah laku manusia. Konsep
tersebut, mengkaitkan adab dengan keseluruhan tindak tanduk, perbuatan dan
perlakuan manusia. Hal ini menguatkan lagi konsep adab yang dibicarakan.
Keseluruhan perbincangan tentang adab ini akhirnya membawa kita kepada
keperluan memahami hubungan antara adab dengan profesi dokter yang kebetulan
seorang muslim.
III. Konsep Dokter Muslim
Seorang dokter muslim adalah seorang muslim itu sendiri, sehingga teladan yang
paling utama adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, apapun profesi dan
jabatan seorang muslim. Akhlak seorang dokter muslim ialah akhlak seorang muslim
yang menjunjung tinggi adab Rasulullah shalallahu Alaihi Wasallam tersebut sebagai
teladan yang sempurna dan akhlak Beliau disarikan dari Al-Quran itu sendiri sebagai
pedoman hidup seorang muslim.
Sebagai hamba Allah, seorang dokter muslim harus mempunyai tujuan hidup:
Hasanah fid-dunya dan hasanah fil-akhirah. Ia semata-mata mengabdi kepada
Allah (QS. Al-Anam: 112) dengan menjauhi segala larangan (QS. Al Imran: 110) dan
mematuhi semua perintah Allah, rasul-Nya dan Ulil Amri. Seorang dokter muslim
juga harus mampu mengobati penyakit jasmani, rohani, sosial serta gangguan pada
iman dan Islam pasiennya.
Etika/adab yang harus dimiliki oleh dokter muslim menurut Zuhair Ahmad al-Sibai
dan Muhmmad Ali al-Bar dalam karyanya Al- Thabib , Adabuhu wa Fiqhuh (Dokter,
Etika dan Fikih Kedokteran), antara lain dikemukakan bahwa dokter muslim harus
berkeyakinan atas kehormatan profesi, menjernihkan nafsu, lebih mendalami ilmu
yang dikuasainya, menggunakan metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang, benar
dan jujur, rendah hati, bersahaja, dan mawas diri.
Seorang dokter muslim harus mampu mengadakan pendekatan kepada
masyarakat. Pasien yang sakit adalah mahluk sosial yang merupakan bagian dari
suatu komunitas yang sakit. Oleh karenanya, seorang dokter muslim tidak boleh
hanya melihat seseorang penderita secara mikro (individual), melainkan juga harus
melihatnya dalam skala makro (ingat konsep biopsikososiokultural dan relegius).
-
4
Seorang dokter muslim harus menyadari dan menginsyafi bahwa mengobati
orang sakit karena Allah, adalah suatu amal yang amat tinggi nilainya. Dengan
demikian, ia telah melaksanakan dakwah Islam, bahwa Allah-lah yang menurunkan
penyakit dan Dia pula yang menurunkan obatnya. Dokter hanya dapat mengenali
jenis penyakit dan menuliskan resep, namun hanya Allah jualah yang
menyembuhkan. Seorang dokter muslim menghilangkan anggapan bahwa dialah
yang men yembuhkan pasiennya.
Dengan demikian, seorang dokter muslim harus menyadari bahwa ia adalah
khalifah Allah dalam pengobatan yang senantiasa berlaku sopan kepada semua
pasiennya dan selalu mendoakan agar Allah memberikan kesembuhan kepada
pasien yang ditanganinya.
Meskipun sudah banyak penulis, alim maupun pakar kedokteran muslim
menyampaikan karakteristik atau ciri dokter muslim, namun sampai saat ini belum
ada kesepakatan mengenai rumusan tertulis dokter muslim yang disetujui oleh
segenap persatuan dokter muslim baik ditingkat nasional, regional maupun
internasional. Menurut Majid Ramadhan (2004) dalam bukunya Karakteristik Dokter
Muslim, ciri dokter yang diharapkan dapat menanggung amanat juga kekahalifahan
adalah :
1. Aqidahnya benar
2. Ikhlas dan tekun dalam kerjanya
3. Maksimal dalam spesialisasi profesinya
4. Jujur dalam perkataan dan perbuatan
5. Punya komitment untuk selalu dapat bermanfaat bagi manusia
6. Pemalu, jujur dan menjaga rahasia
7. Peka dan penyanyang
8. Ikut merasakan rasa sakit pasien (empati) dan membangun optimisme pada
pasien
9. Rendah hati, tidak sombong dan ramah
10. Tidak melebih-lebihkan ongkos dan meringankan yang kesulitan
11. Berpenampilan indah
12. Menasehati pasiennya, dengan menyuruh kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
Sifat-sifat atau karakter dokter muslim seperti tersebut di atas juga banyak ditulis
oleh ahli lain, antara lain seperti yang dinyatakan oleh Zuhair Ahmad Assi Bai dalam
buku Dokter-dokter, Bagaimana Ahlakmu (Gema Insani Press) atau juga oleh
Sahid Athar dalama buku Islam dan Etika Kedokteran (PSKI UMY).
-
5
IV. Adab Dokter Terhadap Allah Sebagai Pencipta a. Beriman
Sebab tanpa iman segala amal saleh sebagai dokter dan tenaga para medis
akan hilang sia-sia di mata Allah.
Dalilnya Surat Al-Ashri:
) ( ) ( )(
Demi masa, Sesungguhnya manusia selalu dalam kerugian, Selain mereka yang
beriman, Dan berbuat amal shaleh, Dan nasehat-nasehati dengan kebenaran,Dan
naseha-nasehati dengan kesabaran (QS. Al-ashr: 1-3) b. Tulus-ikhlas karena Allah.
)(
Mereka hanya diperintahkan untuk mengabdikan diri kepada Allah dengan
ikhlas, lurus mengerjakan agama, karena Dia. (QS. Al Bayyinah : 5)
V. Adab Terhadap Diri Sendiri a. Berkeyakinan atas Kehormatan Profesi.
Bahwa profesi kedokteran adalah salah satu profesi yang sangat mulia tetapi
tergantung dengan dua syarat , yaitu :
o Dilakukan dengan sungguh sungguh dan penuh kaikhlasan . o Menjaga akhlak mulia dalam perilaku dan tindakan tindakannya sebagai
dokter .
Seorang dokter diberi amanah untuk menjaga kesehatan yang merupakan
karunia Tuhan yang paling berharga bagi manusia, sebagaimana dinyatakan dalam
hadist Nabi yang berarti: Mohonlah kepada Allah kesehatan, sebab tidak ada
sesuatupun yang dianugerahkan kepada hambaNya yang lebih utama dari kesehatan.
(HR Ahmad al- Turmudzi , dan Ibn Majah).
Disamping itu dokter selalu menjadi tumpuan pasien, keluarga, masyarakat,
bahkan bangsa. Mengingat kedudukan profesi kedokteran tersebut seharusnya
dalam menjalankan profesinya tidak hanya berfikir tentang materi tetapi lebih kepada
pengabdian dan perbaikan umat. Keyakinan akan kehormatan profesi tersebut
merupakan motivasi untuk memelihara akhlak yang baik dalam hubungannya
dengan masyarakat.
b. Berusaha Menjernihkan Jiwa
Kejernihan jiwa akan menentukan kualitas perbuatan manusia secara
keseluruhan, jika seseorang termasuk dokter hatinya jernih maka perbuatannya akan
selalu positif. Hal ini sejalan dengan penegasan Rasulullah yang artinya: Ingatlah
-
6
bahwa tubuh manusia ada segumpal darah yang apabila baik maka seluruh tubuh
menjadi baik dan apabila buruk maka seluruh tubuh menjadi buruk, ingatlah atau
adalah hati. (HR Al Bukhari , Muslim, Ahmad, Al Darimi , dan Ibn Majah).
c. Lebih Mendalam Ilmu yang Dikuasainya
Dalam hadist Nabi disebutkan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban
sepanjang hidup. Sebagimana diketahui bahwa ilmu pengetahuan itu dari hari kehari
selalu mengalami perkembagan. Karena itu, agar setiap dokter tidak ketinggalan
informasi dan ilmu pengetahuan dan lebih mendalami bidang profesinya, maka
dituntut untuk selalu belajar. Dalam ajaran Islam sangat ditekankan dalam
mengamalkan segala sesuatu agar dilakukan secara professional dan penuh
ketelitian . Nabi bersabda :
Sesungguhnya Allah menyukai bila seseorang diantara kalian mengerjakan
pekerjaannya dengan teliti. (HR . Al-Baihaqi)
d. Menggunakan Metode Ilmiah dalam Berfikir
Bagi dokter muslim diharuskan dalam berfikir menggunakan metode ilmiah
sesuai dengan kaidah logika ilmiah sebagaimana terjabar dalam disiplin ilmu
kedokteran modern . Ajaran Islam sangat menekankan agar berfikir atau merenung
terhadap berbagai sebab, tujuannya agar mendapatkan keyakinan yang benar.
Diantara anjuran berfikir dengan metode ilmiah , antara lain tersurat dalam firman
Allah :
)(
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati ( kering ) nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; Sungguh ( terdapat ) tanda tanda ( keesaan dan kebesaran Allah ) bagi
kaum yang memikirkan. ( QS. Al Baqarah : 164 )
Juga berfirman Allah :
) (
Artinya :
-
7
Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi (QS. Yunus: 101)
e. Mawas Diri
Mengingat tugas dokter melayani masyarakat dan tanggung jawab menyangkut
nyawa dan keselamatan seseorang. Mereka sering menjadi sasaran tuduhan, itu
disebabkan adanya anggapan masyarakat yang menganggap mereka adalah orang
yang paling mengetahui rahasia kehidupan dan kematian. Dengan senantiasa
mawas diri, seorang dokter muslim akan sadar atas segala kekurangannya sehingga
di masa mendatang akan memperbaikinya, juga akan terhindar dari berbagai sifat
tercela lain seperti sombong, riya, angkuh, dan lainnya.
Di sanping sifat-sifat di atas, sesuai dengan tuntunan dalam akhlak Islami,
khususnya yang berhubungan dengan profesi kedokteran, dokter muslim harus tulus
ikhlas karena Allah SWT, penyantun, peramah, sabar, teliti, tegas, patuh pada
peraturan, penyimpan rahasia, dan bertanggung jawab, dan lain-lain.
f. Ikhlas, Penyantun, Ramah, Sabar dan Tenang.
Dokter muslim juga harus ikhlas dalam menjalankan pekerjaannya, semua
dilakukan sebagai ibadah untuk mencari ridha Allah SWT. Berbuat ikhlas sangat
dituntut dalam Islam sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an, antara dalam ayat
)(
Artinya :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan
memurnikan ketaatan kepada Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.
(QS. Al Bayyinat ; 5)
Dokter muslim juga dituntut penyantun, ikut merasakan penderitaan orang lain
sehingga berkeinginan menolongnya. Dokter muslim juga di tuntut ramah, bergaul
dengan luwes dan menyenangkan. Juga di tuntut bersikap sabar, tidak emosional
dan lekas marah, tenang, penyantun, ramah, sebagaiaman dianjurkan dalam ayat Al-
Qur'an :
)(
Artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah SWT lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS.Ali Imran : 159)
-
8
Dokter muslim dituntut memiliki kesabaran dalam menghadapi segala masalah,
tidak emosional dan tidak cepat marah. Sikap sabar sangat dituntut dalam Islam,
antara lain disebutkan dalam Al-Qur'an :
)42 (
)43(
Artinya :
Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS. Al- Syura : 43)
Dokter muslim juga dituntut bersikap tenang, tidak gugup dalam menghadapi
segawat apapun. Nabi barsabda yang artinya Bersikap tenang kamu sekalian (HR al-Thabrani da al-Baihaqi).
Dalam menjalankan profesinya, dokter muslim juga dituntut melakukannya
dengan teliti, bersifat hati-hati, cermat dan rapi. Nabi bersabda :
Artinya
Sesungguhnya Allah SWT menyukai bila seseorang di antara kalian
mengerjakan pekerjannya dengan teliti. (HR. al-Baihaqi)
Sikap tegas, tidak ragu-ragu dalam menentukan sikap juga dituntut kepada
dokter muslim. Nabi bersabda yang artinya Jika ada keraguan dalam hatimu,
tinggalkanlah itu. (HR.Ahmad).
Banyak peraturan yang mesti ditegakkan oleh dokter muslim, baik yang
berhubungan dengan profesi kedokteran, berbangsa dan bernegara, lebih-lebih
dalam beragama. Tunduk patuh pada peraturan sangat dianjurkan dalam Islam,
sebagaimana anjuran Nabi dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW bersabda:
Dengarkanlah dan patuhilah walaupun dijadikan kepala atasmu seorang
Habasyi(HR. Bukhari)
Dalam menjalankan pekerjaannya, jika seorang dokter muslim mendapatkan
sesuatu yang tidak baik pada pasiennya maka dituntut agar merahasiakannya. Nabi
bersabda :
Artinya :
Barang siapa menutupi aurat seorang muslim di dunia maka Allah SWT akan
menutupi auratnya di dunia dan akhirat (HR. Ahmad).
Dokter muslim juga mesti bertanggung jawab atas segala resiko dan
konsekwensi dari profesinya. Allah SWT berfirman :
-
9
)36 (
)37(
Artinya :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, smuanya itu
akan diminta pertanggung jawabnya. (QS. al Isra : 36)
VI. Kepentingan Adab dalam Menjalankan Profesi Dokter
Adab amat penting dalam kehidupan manusia. Islam amat menuntut umatnya
agar sentiasa mempunyai adab-adab yang baik. Islam sebagai agama yang lengkap
menggariskan berbagai adab dalam pelbagai kegiatan harian. Dalam perkembangan
berkaitan, Dr. Haji Abdullah Siddik (1980) telah mengaitkan adab sebagai satu dasar
Ahkam al-Syariati yaitu salah satu garis panduan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Menurut beliau Ahkam al-Syariati ialah tata tertib yang mesti
dilakukan oleh umat manusia selama hidup di dunia, satu undang-undang Allah
untuk umat manusia, yang sempurna, yang praktis, yang dapat dipakai untuk segala
zaman dan yang dapat dilakukan oleh manusia sesuai dengan kemampuan dan
keperluannya dalam masalah hidup.
Pada dasarnya, manusia yang dilahirkan ke dunia ini adalah ibarat kain putih
yang belum dipolakan. Adab-adab yang telah digariskan dengan dengan terperinci
oleh Islam akan menjadi panduan kepada ibu bapa, guru, pemimpin, masyarakat dan
individu itu sendiri, termasuk seorang dokter dalam mempolakan warna hidup
seseorang insan. Adab memainkan peranan penting dalam menilai buruk dan baik
budi seseorang. Sebagai seorang muslim, kita dituntut supaya menuruti adab-adab
yang mulia yang telah dianjurkan oleh ajaran Islam. Semua ini adalah bertujuan agar
kita menjadi insan yang akan mendapat ganjaran baik di dunia dan di akhirat.
Adab-adab yang digariskan oleh Islam termasuklah yang meliputi kehidupan
harian, seperti adab berpakaian, adab ke masjid, adab ketika makan, dan
sebagainya, maupun adab dalam menjalankan pekerjaan/profesinya, misal adab
dokter terhadap pasien dan lingkungannya.
Pendek kata adab-adab yang digariskan adalah lengkap dan meliputi
keseluruhan aktivitis dan kegiatan harian seseorang individu muslim. Dalam hal ini,
dari segi konsepnya termasuklah adab-adab yang bersangkutan dengan kegiatan
profesi seorang dokter (dan) muslim. Dokter muslim yang diinginkan Islam adalah
dokter yang mampu memberikan keteladanan, unik dan berbeda dari yang lain,
tercermin di dalamnya moral, akhlak maupun adab yang Islami. Dokter yang mampu
-
10
mencapai pada tingkatan tinggi dari ahlak yang mulia dan mampu menterjemahkan
ke dalam kehidupan riil dalam bentuk adab dokter adalah merupakan prestasi
peradaban yang terbesar.
VII. Adab Dokter Muslim terhadap Pasien
a. Adab Dokter terhadap Bayi Baru Lahir
i. Mengadazankan (HR. Abu Dawud & Ibnu Sunni))
ii. Mentahnihkkannya (mencicipkan Manisan) (HR. Bukhari-Muslim)
iii. Mendoakannya (HR. Bukhari)
b. Adab terhadap Pasien Sakit Ringan
i. Menganjurkan, memperingatkan serta memberi kesempatan kepada
penderita agar senantiasa ingat kepada Allah, mengerjakan semua
amal ibadah baik yang fardu maupun sunat, seperti shalat, berdsikir
serta membaca Al-Quran
ii. Terkait dengan hal di atas, dokter muslim harus menyediakan fasilitas
yang mendukung, seperti musholla khusus di tempat kerjanya (RS),
bahan-bahan bacaan ringan dan hiburan yang bernafaskan keagamaan
seperti radio, kaset, video serta menciptakan suasana keagamaan di
lingkungan kerja (RS, klinik atau sarana kesehatan lainnya) di mana
penderita dirawat.
iii. Mengusahakan agar kecemasan dan kekhawatiran pasien tidak
mengagnggu keseimbangan fisiknya. Besarkan hatinya debgan sedapat
mungkin menggembirakan hatinya.
c. Adab terhadap Pasien Sakit Berat dan Menghadapi Sakharatul Maut
i. Menghadapkan penderita ke kiblat (HR. Hakim)
ii. Mengatakan kepada pasien agara berwasiat (QS. Al Baqarah: 180)
iii. Memperingatkan dan mengajari pasien mengucapkan kalimat La-illaha-
il-llallah. (HR. Jamaah kecuali Bukhari, HR. Ahmad & Abu Dawud)
iv. Memerikan nasehat kepada pasien agar berobat dan berbaik sangka
kepada Allah dengan mengharapkan keampuhan dan rahmat-Nya,
sekalipun pasien merasa berdosa, yakinkan bahwa Allah akan memberi
rahmat. (HR. Muslim, HR. Ibnu Majjah & Tirmidzi)
v. Menjaga pakaiak dan tempat pasien senantiasa bersih dan suci. (HR.
Abu Daud)
vi. Mendoakan (HR. Abu Daud & Nasa-i, HR. Muslim).
vii. Menjaga jangan samapi pasien terganggu (HR. Bukhari).
viii. Membacakan Al-Quran (HR. Abu Daud, Ibnu Majjah & Ahmad).
-
11
d. Adab terhadap pasien yang meninggal
i. Menutupkan matanya (HR. Ibu Majah & Ahmad)
ii. Mengatupkan rahang atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke
dagu supaya mulutnya tidak menganga.
iii. Memperlemah persendian anggota gerak.
iv. Menutupinya dengan kain (HR. Bukhari Muslim)
v. Menanggalkan pakaian yang dipakai di bawah kain tersebut.
vi. Mendekapkan kedua tangan (tangan kanan di atas kiri), di atas pusat di
bawah dada, seperti orang sholat.
vii. Meletakkan sesuatu yang berat di atas perutnya.
viii. Menghadapkan ke kiblat (HR. Hakim & Baihaqi)
VIII. Referensi 1. Ahmad Fauzi bin Mohammed, Ilmu, Adab, Belajar & Mengajar, dalam
http://www.sach.kedah.edu.my/esei_karya, dowload Maret 2008. 2. Ali Akbar, 1988, Etika Kedokteran dalam Islam, Pustaka Antara, Jakarta. 3. Majid Ramadhan, 2004, Karakteristik Dokter Muslim, Pustaka Al-Kautsar,
Jakarta. 4. Muhammad Agus Syafii, Pengertian Adab, dalam
http://agussyafii.blogspot.com/2009/02/pengertian-adab.html, download 15 Aprill 2009.
5. Muzhoffar Akhwan, 1987, Perawatan Orang Sakit dan Sakharatul Maut dalam Perawatan Jenazah menurut Islam/Medis, Badan Pembina dan Pengembangan Keagamaan, UII, Yogyakarta.
6. Shahid Athar, 2001, Islam dan Etika Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
7. Tharmizi Taher, 2003, Medical Ethics, Manual Praktis Etika Kedokteran untuk Mahasiswa, Dokter dan Tenaga Kesehatan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
8. Zuhair Ahmad Assi Bai, 1996, Dokter-dokter Bagaimana Ahlakmu, Gema Insani Press, Jakarta.