adab dokter muslim edisi2 april 2009

Upload: fazakhilwanamna

Post on 31-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

adab dokter muslim

TRANSCRIPT

  • 1

    ADAB DOKTER MUSLIM1 (Edisi 2009)

    Dirwan Suryo Soularto2 TIU : Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep adab dokter muslim. TIU : Setelah mempelajari topik ini mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan konsep dan definisi adab. 2. Menjelasakan konsep dokter muslim. 3. Menjelaskan kepentingan adab dalam menjalankan profesi dokter. 4. Menyebutkan adab dokter terhadap pasiennya, baik sejak dilahirkan hingga

    setelah meninggal. I. Pendahuluan

    Kata adab, dokter dan muslim merupakan tiga kata yang berbeda yang masing-

    masing memiliki pengertian sendiri. Ketika ketiga kata tersebut dirangkai menyusun

    kalimat Adab Dokter Muslim, maka akan memberikan suatu pengertian yang luas

    dan berdampak pada segolongan atau sekelompok individu atau tiap individu itu

    sendiri yang masuk dalam pengertian kalimat tersebut. Baik bagi mereka yang

    mengaku (menghaki) secara sadar dan terang-terangan maupun bagi mereka yang

    secara tidak sadar telah masuk dalam pengertian tersebut.

    Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran di salah satu perguruan tinggi

    berbasiskan Islam, tentunya adalah menjadi hal essential (pokok) bagi kita untuk

    memahami konsep tentang Adab Dokter Muslim.

    II. Pengertian dan Konsep Adab

    Kata adab yang hanya dibentuk dengan empat huruf, sebenarnya mempunyai

    maksud dan konsep yang juga amat luas. Kata adab dapat dikaitkan dengan bidang

    bahasa, sastra, budaya, perilaku, atau tata cara maupun etika dan kesopanan. Ia

    dapat diikatakan menjangkau konsep keseluruhan kehidupan dalam arti kata yang

    sebenar-benarnya.

    Adab adalah satu istilah bahasa Arab yang berarti adat kebiasaan. Kata ini

    menunjuk pada suatu kebiasaan, etiket, pola tingkah laku yang dianggap sebagai

    model. Selama dua abad pertama setelah kemunculan Islam, istilah adab membawa

    implikasi makna etika dan sosial. Kata dasar Ad mempunyai arti sesuatu yang

    1 Makalah kuliah e-LS dalam Blok-22. Kedokteran Komunitas, Semester VIII, Fakultas Kedoteran UMY, April 2009. 2 Dosen FK UMY di Bagian Anatomi dan Bagian Forensik dan medikolegal.

  • 2

    mentakjubkan, atau persiapan atau pesta. Adab dalam pengertian ini sama dengan

    kata latin urbanitas, kesopanan, keramahan, kehalusan budi pekerti masyarakat

    kota. Pelbagai pendapat dan kajian telah diutarakan oleh para sarjana mengenai

    adab sejak bermulanya kemajuan ilmu. Ahmad Fauzi menyebutkan salah satu

    definisi adab yakni sebagai tingkah laku serta tutur kata yang halus (sopan), budi

    bahasa, budi pekerti, kesopanan. Definisi yang diberikan amat mudah dan ringkas,

    namun jika diteliti maka ia merupakan kata-kata yang amat besar konotasinya.

    Menurut Rosenthal (1992), adab adalah istilah yang lebih luas karena ia

    memasukkan masalah etika, moral, kelakuan dan adat istiadat. Konsep adab

    memperjelas maksud dan kaitan antara nilai, norma, sikap etika dan moral.

    Berdasarkan uraian tersebut, adab bisa juga dikaitkan dengan kesopanan dan

    ketertiban. Sopan berarti hormat, baik budi bahasa, tahu tertib peraturan atau

    beradab, manakala tatatertib adalah peraturan yang baik yang telah ditetapkan.

    Norma kesopanan timbul dalam pergaulan antar manusia dalam suatu kelompok

    masyarakat tertentu, misalnya menghormati orang tua, mempersilahkan wanita atau

    bertutur kata yang lembut kepada orang tua.

    Adat kebiasaan di dalam banyak kebudayaan selain kebudayaan Islam sangat

    ditentukan oleh kondisi-kondisi lokal dan oleh karena itu tunduk pada perubahan-

    perubahan yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tersebut. Menurut W.G. Summer,

    dari berbagai kebutuhan yang timbul secara berulang-ulang pada satu waktu tertentu

    tumbuh kebiasaan-kebiasaan individual dan adat kebiasaan kelompok. Tetapi

    kebiasaan-kebiasaan yang muncul ini adalah konsekuensi-konsekuensi yang timbul

    secara tidak disadari, dan tidak diperkirakan lebih dulu atau tidak direncanakan.

    Ahlak dan adab Islam tidaklah bersifat tanpa sadar seperti dalam pengertian di

    atas. Adab dan kebiasaan-kebiasaan Islam itu berasal dari dua sumber utama Islam,

    yaitu al-Quran dan Sunnah, perbuatan-perbuatan dan kata-kata Nabi serta perintah-

    perintahnya yang tidak langsung sehingga akhlak Islam itu jelas berdasarkan pada

    wahyu Allah SWT. Dengan demikian adab sesuatu berarti sikap yang baik dari

    sesuatu tersebut. Bentuk jamaknya adalah db al-Islam, dengan begitu, berarti pola

    perilaku yang baik yang ditetapkan oleh Islam berdasarkan pada ajaran-ajarannya.

    Dalam pengertian seperti inilah kata adab.

    Orang yang beradab dikatakan telah maju dalam tingkat kemajuan (jasmani dan

    rohani) atau telah berhasil (sukses). Ini turut membawa maksud bahwa manusia

    yang beradab mengetahui dan dapat membedakan antara kejahatan dengan

    kebaikan, keindahan dengan keburukan, sesuatu yang berharga daripada yang tidak

    berharga, dan sesuatu yang benar dengan yang palsu. Plato dalam Rosenthal

    (1992) menyatakan bahawa :

  • 3

    tujuan adab ialah untuk melahirkan manusia yang baik dan mampu menahan diri

    daripada nikmat fisik dan material, dan yang menunjukkan kestabilan emosi pada

    raut muka gembira dan sedih dan segala kejadian yang lain, dan juga tetap

    berada dalam keadaan yang tidak diganggui dan tidak aktif, kecuali apabila

    sebab dan pemikiran menandakan keinginan atau keperluan kepada tindakan.

    Seorang pemikir Islam, Ibn Abd-Rabbih dalam Rosenthal (1992) menegaskan

    bahwa, keseluruhan adab mengandung semua aspek tingkah laku manusia. Konsep

    tersebut, mengkaitkan adab dengan keseluruhan tindak tanduk, perbuatan dan

    perlakuan manusia. Hal ini menguatkan lagi konsep adab yang dibicarakan.

    Keseluruhan perbincangan tentang adab ini akhirnya membawa kita kepada

    keperluan memahami hubungan antara adab dengan profesi dokter yang kebetulan

    seorang muslim.

    III. Konsep Dokter Muslim

    Seorang dokter muslim adalah seorang muslim itu sendiri, sehingga teladan yang

    paling utama adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, apapun profesi dan

    jabatan seorang muslim. Akhlak seorang dokter muslim ialah akhlak seorang muslim

    yang menjunjung tinggi adab Rasulullah shalallahu Alaihi Wasallam tersebut sebagai

    teladan yang sempurna dan akhlak Beliau disarikan dari Al-Quran itu sendiri sebagai

    pedoman hidup seorang muslim.

    Sebagai hamba Allah, seorang dokter muslim harus mempunyai tujuan hidup:

    Hasanah fid-dunya dan hasanah fil-akhirah. Ia semata-mata mengabdi kepada

    Allah (QS. Al-Anam: 112) dengan menjauhi segala larangan (QS. Al Imran: 110) dan

    mematuhi semua perintah Allah, rasul-Nya dan Ulil Amri. Seorang dokter muslim

    juga harus mampu mengobati penyakit jasmani, rohani, sosial serta gangguan pada

    iman dan Islam pasiennya.

    Etika/adab yang harus dimiliki oleh dokter muslim menurut Zuhair Ahmad al-Sibai

    dan Muhmmad Ali al-Bar dalam karyanya Al- Thabib , Adabuhu wa Fiqhuh (Dokter,

    Etika dan Fikih Kedokteran), antara lain dikemukakan bahwa dokter muslim harus

    berkeyakinan atas kehormatan profesi, menjernihkan nafsu, lebih mendalami ilmu

    yang dikuasainya, menggunakan metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang, benar

    dan jujur, rendah hati, bersahaja, dan mawas diri.

    Seorang dokter muslim harus mampu mengadakan pendekatan kepada

    masyarakat. Pasien yang sakit adalah mahluk sosial yang merupakan bagian dari

    suatu komunitas yang sakit. Oleh karenanya, seorang dokter muslim tidak boleh

    hanya melihat seseorang penderita secara mikro (individual), melainkan juga harus

    melihatnya dalam skala makro (ingat konsep biopsikososiokultural dan relegius).

  • 4

    Seorang dokter muslim harus menyadari dan menginsyafi bahwa mengobati

    orang sakit karena Allah, adalah suatu amal yang amat tinggi nilainya. Dengan

    demikian, ia telah melaksanakan dakwah Islam, bahwa Allah-lah yang menurunkan

    penyakit dan Dia pula yang menurunkan obatnya. Dokter hanya dapat mengenali

    jenis penyakit dan menuliskan resep, namun hanya Allah jualah yang

    menyembuhkan. Seorang dokter muslim menghilangkan anggapan bahwa dialah

    yang men yembuhkan pasiennya.

    Dengan demikian, seorang dokter muslim harus menyadari bahwa ia adalah

    khalifah Allah dalam pengobatan yang senantiasa berlaku sopan kepada semua

    pasiennya dan selalu mendoakan agar Allah memberikan kesembuhan kepada

    pasien yang ditanganinya.

    Meskipun sudah banyak penulis, alim maupun pakar kedokteran muslim

    menyampaikan karakteristik atau ciri dokter muslim, namun sampai saat ini belum

    ada kesepakatan mengenai rumusan tertulis dokter muslim yang disetujui oleh

    segenap persatuan dokter muslim baik ditingkat nasional, regional maupun

    internasional. Menurut Majid Ramadhan (2004) dalam bukunya Karakteristik Dokter

    Muslim, ciri dokter yang diharapkan dapat menanggung amanat juga kekahalifahan

    adalah :

    1. Aqidahnya benar

    2. Ikhlas dan tekun dalam kerjanya

    3. Maksimal dalam spesialisasi profesinya

    4. Jujur dalam perkataan dan perbuatan

    5. Punya komitment untuk selalu dapat bermanfaat bagi manusia

    6. Pemalu, jujur dan menjaga rahasia

    7. Peka dan penyanyang

    8. Ikut merasakan rasa sakit pasien (empati) dan membangun optimisme pada

    pasien

    9. Rendah hati, tidak sombong dan ramah

    10. Tidak melebih-lebihkan ongkos dan meringankan yang kesulitan

    11. Berpenampilan indah

    12. Menasehati pasiennya, dengan menyuruh kepada kebaikan dan mencegah

    kemungkaran.

    Sifat-sifat atau karakter dokter muslim seperti tersebut di atas juga banyak ditulis

    oleh ahli lain, antara lain seperti yang dinyatakan oleh Zuhair Ahmad Assi Bai dalam

    buku Dokter-dokter, Bagaimana Ahlakmu (Gema Insani Press) atau juga oleh

    Sahid Athar dalama buku Islam dan Etika Kedokteran (PSKI UMY).

  • 5

    IV. Adab Dokter Terhadap Allah Sebagai Pencipta a. Beriman

    Sebab tanpa iman segala amal saleh sebagai dokter dan tenaga para medis

    akan hilang sia-sia di mata Allah.

    Dalilnya Surat Al-Ashri:

    ) ( ) ( )(

    Demi masa, Sesungguhnya manusia selalu dalam kerugian, Selain mereka yang

    beriman, Dan berbuat amal shaleh, Dan nasehat-nasehati dengan kebenaran,Dan

    naseha-nasehati dengan kesabaran (QS. Al-ashr: 1-3) b. Tulus-ikhlas karena Allah.

    )(

    Mereka hanya diperintahkan untuk mengabdikan diri kepada Allah dengan

    ikhlas, lurus mengerjakan agama, karena Dia. (QS. Al Bayyinah : 5)

    V. Adab Terhadap Diri Sendiri a. Berkeyakinan atas Kehormatan Profesi.

    Bahwa profesi kedokteran adalah salah satu profesi yang sangat mulia tetapi

    tergantung dengan dua syarat , yaitu :

    o Dilakukan dengan sungguh sungguh dan penuh kaikhlasan . o Menjaga akhlak mulia dalam perilaku dan tindakan tindakannya sebagai

    dokter .

    Seorang dokter diberi amanah untuk menjaga kesehatan yang merupakan

    karunia Tuhan yang paling berharga bagi manusia, sebagaimana dinyatakan dalam

    hadist Nabi yang berarti: Mohonlah kepada Allah kesehatan, sebab tidak ada

    sesuatupun yang dianugerahkan kepada hambaNya yang lebih utama dari kesehatan.

    (HR Ahmad al- Turmudzi , dan Ibn Majah).

    Disamping itu dokter selalu menjadi tumpuan pasien, keluarga, masyarakat,

    bahkan bangsa. Mengingat kedudukan profesi kedokteran tersebut seharusnya

    dalam menjalankan profesinya tidak hanya berfikir tentang materi tetapi lebih kepada

    pengabdian dan perbaikan umat. Keyakinan akan kehormatan profesi tersebut

    merupakan motivasi untuk memelihara akhlak yang baik dalam hubungannya

    dengan masyarakat.

    b. Berusaha Menjernihkan Jiwa

    Kejernihan jiwa akan menentukan kualitas perbuatan manusia secara

    keseluruhan, jika seseorang termasuk dokter hatinya jernih maka perbuatannya akan

    selalu positif. Hal ini sejalan dengan penegasan Rasulullah yang artinya: Ingatlah

  • 6

    bahwa tubuh manusia ada segumpal darah yang apabila baik maka seluruh tubuh

    menjadi baik dan apabila buruk maka seluruh tubuh menjadi buruk, ingatlah atau

    adalah hati. (HR Al Bukhari , Muslim, Ahmad, Al Darimi , dan Ibn Majah).

    c. Lebih Mendalam Ilmu yang Dikuasainya

    Dalam hadist Nabi disebutkan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban

    sepanjang hidup. Sebagimana diketahui bahwa ilmu pengetahuan itu dari hari kehari

    selalu mengalami perkembagan. Karena itu, agar setiap dokter tidak ketinggalan

    informasi dan ilmu pengetahuan dan lebih mendalami bidang profesinya, maka

    dituntut untuk selalu belajar. Dalam ajaran Islam sangat ditekankan dalam

    mengamalkan segala sesuatu agar dilakukan secara professional dan penuh

    ketelitian . Nabi bersabda :

    Sesungguhnya Allah menyukai bila seseorang diantara kalian mengerjakan

    pekerjaannya dengan teliti. (HR . Al-Baihaqi)

    d. Menggunakan Metode Ilmiah dalam Berfikir

    Bagi dokter muslim diharuskan dalam berfikir menggunakan metode ilmiah

    sesuai dengan kaidah logika ilmiah sebagaimana terjabar dalam disiplin ilmu

    kedokteran modern . Ajaran Islam sangat menekankan agar berfikir atau merenung

    terhadap berbagai sebab, tujuannya agar mendapatkan keyakinan yang benar.

    Diantara anjuran berfikir dengan metode ilmiah , antara lain tersurat dalam firman

    Allah :

    )(

    Artinya :

    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan

    siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,

    dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia

    hidupkan bumi sesudah mati ( kering ) nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala

    jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

    bumi; Sungguh ( terdapat ) tanda tanda ( keesaan dan kebesaran Allah ) bagi

    kaum yang memikirkan. ( QS. Al Baqarah : 164 )

    Juga berfirman Allah :

    ) (

    Artinya :

  • 7

    Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi (QS. Yunus: 101)

    e. Mawas Diri

    Mengingat tugas dokter melayani masyarakat dan tanggung jawab menyangkut

    nyawa dan keselamatan seseorang. Mereka sering menjadi sasaran tuduhan, itu

    disebabkan adanya anggapan masyarakat yang menganggap mereka adalah orang

    yang paling mengetahui rahasia kehidupan dan kematian. Dengan senantiasa

    mawas diri, seorang dokter muslim akan sadar atas segala kekurangannya sehingga

    di masa mendatang akan memperbaikinya, juga akan terhindar dari berbagai sifat

    tercela lain seperti sombong, riya, angkuh, dan lainnya.

    Di sanping sifat-sifat di atas, sesuai dengan tuntunan dalam akhlak Islami,

    khususnya yang berhubungan dengan profesi kedokteran, dokter muslim harus tulus

    ikhlas karena Allah SWT, penyantun, peramah, sabar, teliti, tegas, patuh pada

    peraturan, penyimpan rahasia, dan bertanggung jawab, dan lain-lain.

    f. Ikhlas, Penyantun, Ramah, Sabar dan Tenang.

    Dokter muslim juga harus ikhlas dalam menjalankan pekerjaannya, semua

    dilakukan sebagai ibadah untuk mencari ridha Allah SWT. Berbuat ikhlas sangat

    dituntut dalam Islam sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an, antara dalam ayat

    )(

    Artinya :

    Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan

    memurnikan ketaatan kepada Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.

    (QS. Al Bayyinat ; 5)

    Dokter muslim juga dituntut penyantun, ikut merasakan penderitaan orang lain

    sehingga berkeinginan menolongnya. Dokter muslim juga di tuntut ramah, bergaul

    dengan luwes dan menyenangkan. Juga di tuntut bersikap sabar, tidak emosional

    dan lekas marah, tenang, penyantun, ramah, sebagaiaman dianjurkan dalam ayat Al-

    Qur'an :

    )(

    Artinya :

    Maka disebabkan rahmat dari Allah SWT lah kamu berlaku lemah lembut

    terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah

    mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS.Ali Imran : 159)

  • 8

    Dokter muslim dituntut memiliki kesabaran dalam menghadapi segala masalah,

    tidak emosional dan tidak cepat marah. Sikap sabar sangat dituntut dalam Islam,

    antara lain disebutkan dalam Al-Qur'an :

    )42 (

    )43(

    Artinya :

    Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang

    demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS. Al- Syura : 43)

    Dokter muslim juga dituntut bersikap tenang, tidak gugup dalam menghadapi

    segawat apapun. Nabi barsabda yang artinya Bersikap tenang kamu sekalian (HR al-Thabrani da al-Baihaqi).

    Dalam menjalankan profesinya, dokter muslim juga dituntut melakukannya

    dengan teliti, bersifat hati-hati, cermat dan rapi. Nabi bersabda :

    Artinya

    Sesungguhnya Allah SWT menyukai bila seseorang di antara kalian

    mengerjakan pekerjannya dengan teliti. (HR. al-Baihaqi)

    Sikap tegas, tidak ragu-ragu dalam menentukan sikap juga dituntut kepada

    dokter muslim. Nabi bersabda yang artinya Jika ada keraguan dalam hatimu,

    tinggalkanlah itu. (HR.Ahmad).

    Banyak peraturan yang mesti ditegakkan oleh dokter muslim, baik yang

    berhubungan dengan profesi kedokteran, berbangsa dan bernegara, lebih-lebih

    dalam beragama. Tunduk patuh pada peraturan sangat dianjurkan dalam Islam,

    sebagaimana anjuran Nabi dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW bersabda:

    Dengarkanlah dan patuhilah walaupun dijadikan kepala atasmu seorang

    Habasyi(HR. Bukhari)

    Dalam menjalankan pekerjaannya, jika seorang dokter muslim mendapatkan

    sesuatu yang tidak baik pada pasiennya maka dituntut agar merahasiakannya. Nabi

    bersabda :

    Artinya :

    Barang siapa menutupi aurat seorang muslim di dunia maka Allah SWT akan

    menutupi auratnya di dunia dan akhirat (HR. Ahmad).

    Dokter muslim juga mesti bertanggung jawab atas segala resiko dan

    konsekwensi dari profesinya. Allah SWT berfirman :

  • 9

    )36 (

    )37(

    Artinya :

    Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

    tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, smuanya itu

    akan diminta pertanggung jawabnya. (QS. al Isra : 36)

    VI. Kepentingan Adab dalam Menjalankan Profesi Dokter

    Adab amat penting dalam kehidupan manusia. Islam amat menuntut umatnya

    agar sentiasa mempunyai adab-adab yang baik. Islam sebagai agama yang lengkap

    menggariskan berbagai adab dalam pelbagai kegiatan harian. Dalam perkembangan

    berkaitan, Dr. Haji Abdullah Siddik (1980) telah mengaitkan adab sebagai satu dasar

    Ahkam al-Syariati yaitu salah satu garis panduan yang sangat penting dalam

    kehidupan manusia. Menurut beliau Ahkam al-Syariati ialah tata tertib yang mesti

    dilakukan oleh umat manusia selama hidup di dunia, satu undang-undang Allah

    untuk umat manusia, yang sempurna, yang praktis, yang dapat dipakai untuk segala

    zaman dan yang dapat dilakukan oleh manusia sesuai dengan kemampuan dan

    keperluannya dalam masalah hidup.

    Pada dasarnya, manusia yang dilahirkan ke dunia ini adalah ibarat kain putih

    yang belum dipolakan. Adab-adab yang telah digariskan dengan dengan terperinci

    oleh Islam akan menjadi panduan kepada ibu bapa, guru, pemimpin, masyarakat dan

    individu itu sendiri, termasuk seorang dokter dalam mempolakan warna hidup

    seseorang insan. Adab memainkan peranan penting dalam menilai buruk dan baik

    budi seseorang. Sebagai seorang muslim, kita dituntut supaya menuruti adab-adab

    yang mulia yang telah dianjurkan oleh ajaran Islam. Semua ini adalah bertujuan agar

    kita menjadi insan yang akan mendapat ganjaran baik di dunia dan di akhirat.

    Adab-adab yang digariskan oleh Islam termasuklah yang meliputi kehidupan

    harian, seperti adab berpakaian, adab ke masjid, adab ketika makan, dan

    sebagainya, maupun adab dalam menjalankan pekerjaan/profesinya, misal adab

    dokter terhadap pasien dan lingkungannya.

    Pendek kata adab-adab yang digariskan adalah lengkap dan meliputi

    keseluruhan aktivitis dan kegiatan harian seseorang individu muslim. Dalam hal ini,

    dari segi konsepnya termasuklah adab-adab yang bersangkutan dengan kegiatan

    profesi seorang dokter (dan) muslim. Dokter muslim yang diinginkan Islam adalah

    dokter yang mampu memberikan keteladanan, unik dan berbeda dari yang lain,

    tercermin di dalamnya moral, akhlak maupun adab yang Islami. Dokter yang mampu

  • 10

    mencapai pada tingkatan tinggi dari ahlak yang mulia dan mampu menterjemahkan

    ke dalam kehidupan riil dalam bentuk adab dokter adalah merupakan prestasi

    peradaban yang terbesar.

    VII. Adab Dokter Muslim terhadap Pasien

    a. Adab Dokter terhadap Bayi Baru Lahir

    i. Mengadazankan (HR. Abu Dawud & Ibnu Sunni))

    ii. Mentahnihkkannya (mencicipkan Manisan) (HR. Bukhari-Muslim)

    iii. Mendoakannya (HR. Bukhari)

    b. Adab terhadap Pasien Sakit Ringan

    i. Menganjurkan, memperingatkan serta memberi kesempatan kepada

    penderita agar senantiasa ingat kepada Allah, mengerjakan semua

    amal ibadah baik yang fardu maupun sunat, seperti shalat, berdsikir

    serta membaca Al-Quran

    ii. Terkait dengan hal di atas, dokter muslim harus menyediakan fasilitas

    yang mendukung, seperti musholla khusus di tempat kerjanya (RS),

    bahan-bahan bacaan ringan dan hiburan yang bernafaskan keagamaan

    seperti radio, kaset, video serta menciptakan suasana keagamaan di

    lingkungan kerja (RS, klinik atau sarana kesehatan lainnya) di mana

    penderita dirawat.

    iii. Mengusahakan agar kecemasan dan kekhawatiran pasien tidak

    mengagnggu keseimbangan fisiknya. Besarkan hatinya debgan sedapat

    mungkin menggembirakan hatinya.

    c. Adab terhadap Pasien Sakit Berat dan Menghadapi Sakharatul Maut

    i. Menghadapkan penderita ke kiblat (HR. Hakim)

    ii. Mengatakan kepada pasien agara berwasiat (QS. Al Baqarah: 180)

    iii. Memperingatkan dan mengajari pasien mengucapkan kalimat La-illaha-

    il-llallah. (HR. Jamaah kecuali Bukhari, HR. Ahmad & Abu Dawud)

    iv. Memerikan nasehat kepada pasien agar berobat dan berbaik sangka

    kepada Allah dengan mengharapkan keampuhan dan rahmat-Nya,

    sekalipun pasien merasa berdosa, yakinkan bahwa Allah akan memberi

    rahmat. (HR. Muslim, HR. Ibnu Majjah & Tirmidzi)

    v. Menjaga pakaiak dan tempat pasien senantiasa bersih dan suci. (HR.

    Abu Daud)

    vi. Mendoakan (HR. Abu Daud & Nasa-i, HR. Muslim).

    vii. Menjaga jangan samapi pasien terganggu (HR. Bukhari).

    viii. Membacakan Al-Quran (HR. Abu Daud, Ibnu Majjah & Ahmad).

  • 11

    d. Adab terhadap pasien yang meninggal

    i. Menutupkan matanya (HR. Ibu Majah & Ahmad)

    ii. Mengatupkan rahang atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke

    dagu supaya mulutnya tidak menganga.

    iii. Memperlemah persendian anggota gerak.

    iv. Menutupinya dengan kain (HR. Bukhari Muslim)

    v. Menanggalkan pakaian yang dipakai di bawah kain tersebut.

    vi. Mendekapkan kedua tangan (tangan kanan di atas kiri), di atas pusat di

    bawah dada, seperti orang sholat.

    vii. Meletakkan sesuatu yang berat di atas perutnya.

    viii. Menghadapkan ke kiblat (HR. Hakim & Baihaqi)

    VIII. Referensi 1. Ahmad Fauzi bin Mohammed, Ilmu, Adab, Belajar & Mengajar, dalam

    http://www.sach.kedah.edu.my/esei_karya, dowload Maret 2008. 2. Ali Akbar, 1988, Etika Kedokteran dalam Islam, Pustaka Antara, Jakarta. 3. Majid Ramadhan, 2004, Karakteristik Dokter Muslim, Pustaka Al-Kautsar,

    Jakarta. 4. Muhammad Agus Syafii, Pengertian Adab, dalam

    http://agussyafii.blogspot.com/2009/02/pengertian-adab.html, download 15 Aprill 2009.

    5. Muzhoffar Akhwan, 1987, Perawatan Orang Sakit dan Sakharatul Maut dalam Perawatan Jenazah menurut Islam/Medis, Badan Pembina dan Pengembangan Keagamaan, UII, Yogyakarta.

    6. Shahid Athar, 2001, Islam dan Etika Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

    7. Tharmizi Taher, 2003, Medical Ethics, Manual Praktis Etika Kedokteran untuk Mahasiswa, Dokter dan Tenaga Kesehatan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    8. Zuhair Ahmad Assi Bai, 1996, Dokter-dokter Bagaimana Ahlakmu, Gema Insani Press, Jakarta.