adab zifaf
TRANSCRIPT
1
ADAB ZIFAF
Definisi Zifaf adalah : حل العروس إىل زوجها (Memboyong mempelai
wanita kepada suaminya)1
Jadi, aktivitas pemboyongan atau penyerahan mempelai wanita adalah hal
yang paling menonjol pada acara Zifaf. Penyerahan itu dilakukan kepada
suaminya, yaitu mempelai lelaki setelah pengucapan ijab kabul dalam akad
nikah.
Mempelai berdua baik lelaki maupun wanita dalam kondisi Zifaf
disebut س و ر ع ('Arus) Jika penyebutan itu untuk menunjuk keduanya, maka
mereka disebut عروسي عروسان/ (Arusan/Arusain).
Zifaf adalah sebuah prosesi. Prosesi ini berbeda dengan prosesi akad
nikah atau Walimah. Zifaf adalah prosesi tersendiri, yang dilakukan sesudah
akad nikah sebelum Walimah, yang diatur hukum-hukumnya dan dijelaskan
adab-adabnya.
Acara inti Zifaf ada dua, yaitu pemboyongan ( Zafif / Zifaf/ Ihda') dan
berhubungan suami istri oleh mempelai (Dukhul / Bina'). Dua hal ini telah
dijelaskan oleh Syara' dan diatur adab-adabnya sebagaimana telah
dipraktekkan di zaman Rasullah, Khulafur Rasyidin, Tabi'in dan generasi
1 Tahrir Alfadz At-Tanbih
2
sesudah mereka. Kalaupun saat ini prosesi ini sudah tidak lazim di kalangan
kaum Muslimin, maka realitas ini tidak mengubah hukum. Zifaf tetap
disyariatkan berdasarkan Nash.
Prosesi Zifaf dilakukan sesudah akad nikah, sebelum Walimah.
Artinya, acara ini adalah acara yang berada di tengah-tengah antara akad
nikah dan Walimah dan menjadi acara terpisah yang dibedakan dengan acara
akad nikah dan Walimah. Ketika ijab kabul dalam akad nikah telah absah
secara hukum Syara', pasangan suami istri melakukan prosesi Zifaf terlebih
dahulu sebelum menyelenggarakan Walimah.
Hal yang sangat menonjol pada prosesi Zifaf adalah pemboyongan
atau diantarnya pihak wanita kepada suaminya di suatu tempat tertentu.
Dengan demikian boleh dikatakan; jika akad nikah adalah penyerahan
mempelai wanita kepada mempelai lelaki secara simbolis (dengan kata-kata)
maka Zifaf adalah penyerahan mempelai wanita secara praktis (riil) hingga
benar-benar dimiliki. Ibarat akad ب يع (jual beli), akad nikah adalah ijab kabul
sementara Zifaf adalah ق بض (serah terima barang)nya.
Zifaf adalah prosesi yang disyariatkan, bukan sekedar kebiasaan ('Urf)
yang dimubahkan. Zifaf bukan adat, tradisi, atau kebiasaan orang Arab,
tetapi merupakan bagian syariat Islam yang diatur oleh Syara' untuk
diterapkan umatnya. Banyak dalil yang menunjukkan bahwa Zifaf
disyariatkan. Diantaranya Nabi menikahi Aisyah pada usia enam tahun lalu
baru berkumpu dengannya pada usia sembilan tahun. Berkumpulnya Nabi
3
dengan Aisyah tidak langsung diserahkan, tapi melalui prosesi khusus,yaitu
Zifaf. Demikian pula ketika Nabi melangsungkan pernikahan dengan
Maimunah binti Al-Harits. Pada saat suasana masih safar, dan terdapat
ketegangan antara kaum Muslimin dan Quraisy, Nabi menyelenggarakan
pesta pernikahannya yang di dalamnya terdapat Zifaf. Termasuk juga
pernikahan Nabi dengan Shafiyyah binti Huyai. Posisi Shafiyyah yang
awalnya sebagai budak, kemudian dibebaskan Nabi, lalu dinikahi kemudian
pertemuan beliau dengannya tidak berlangsung dengan cara yang"kering"
tapi melalui prosesi tertentu, padahal Shafiyyah tidak punya keluarga, dan
saat itu suasananya masih kondisi safar, baru selesai perang … dst. Ini
semua menjadi dalil bahwa Zifaf disyariatkan. Termasuk pula Taqrir Nabi
terhadap Aisyah yang memboyongkan wanita, mengantarkan wanita Anshar
yang menikah untuk diserahkan kepada suaminya, perbuatan Nabi mengatur
Zifaf Ali, ajaran para Shahabat kepada murid-muridnya untuk mengatur
prosesi Zifaf dan tatacara yang mestinya dilakukan, semua itu menjadi dalil
yang kuat bahwa Zifaf disyariatkan.
Zifaf adalah acara yang penting. Hal-hal yang menunjukkan urgensi
dilakukannya Zifaf diantaranya : Prosesi ini dilakukan oleh para Shahabat
dan Nabi membenarkannya bahkan terlibat didalamnya serta memberikan
petunjuk-petunjuk dalam pelaksanaannya. Prosesi ini terus terjadi dan
berulang-ulang tanpa koreksi dan bahkan diwarisi turun temurun melampaui
zaman Nabi dan Khulafur Rasyidin.
Yang lainnya, Nabi melakukan prosesi Zifaf ketika beliau menikah
dengan Aisyah. Andaikan hal ini bukan prosesi penting, untuk apa Nabi
4
menyempatkan melakukannya ? Bukankah lebih praktis dan menghemat
biaya jika istri langsung diajak berkumpul tanpa acara tambahan apapun ?
Yang lainnya, Nabi menyempatkan Zifaf pada saat safar, padahal safar
adalah kondisi seseorang dalam keadaan letih dan banyak hal yang
menyusahkan. Lebih-lebih safar Nabi adalah suasana perang. Jika Zifaf
memang tidak penting untuk apa menyempatkannya dalam suasana seperti
itu ?
Yang lainnya : Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi
beliau bersabda :
ال ي تب عن رجل ملك بضع امرأة وىو يريد غزا نب من األنبياء ف قال لقومو:
.أن ي بن با ول ي ب باArtinya :
Seorang Nabi dari Nabi-Nabi berperang. Maka dia berkata kepada kaumnya :
"Janganlah mengikuti aku seorang yang memiliki akad nikah dengan seseorang wanita
sementara dia ingin menggaulinya dan dia belum menggaulinya".
Jika acara Zifaf yang intinya pemboyongan dan menggauli sampai
membuat seorang Nabi mengizinkan tentaranya absen jihad, maka ini adalah
dalil yang sudah tidak perlu diperdebatkan lagi yang menjelaskan ungensi
Zifaf.
Acara menonjol dalam prosesi Zifaf tidak boleh difahami hanya
dibatasi pada acara pemboyongan saja. Sebab wanita diboyong menuju
5
suaminya bukan untuk di lihat-lihat saja lalu setelah itu ditinggalkan. Realitas
pemboyongan di zaman Nabi juga menunjukkan bahwa pemboyongan itu
selalu dilanjutkan dengan percampuran (berhubungan suami istri). Karena
itu acara Zifaf yang menonjol ada dua yaitu pemboyongan dan percampuran
suami istri.
Bahkan percampuran adalah acara inti, acara puncak, dan acara
terpenting dalam Zifaf. Acara Zifaf boleh saja tidak disertai dengan
pemboyongan (jika tempatnya dekat misalnya), tapi percampuran dituntut
untuk direalisasikan sebab justru pemboyongan itu adalah acara untuk
memfasilitasi percampuran suami istri pertama kali. Percampuran inilah
yang dalam Nash disebut dengan istilah دخول atau بناء Dinamakan Dukhul karena pihak lelaki masuk menemui istrinya untuk
mencampurinya, dan dinamakan Bina' karena suami membangun
kemah untuk mencampuri istrinya. Dua kata ini dalam (ب ن ي بن بناء )
Nash digunakan sebagai kinayah untuk menyebut (persenggamaan/hubungan suami istri)جاع
Zifaf adalah acara yang didalamnya dua pengantin merasakan puncak
kegembiraan. Ketika Nabi menggambarkan kebahagiaan orang beriman di
dalam kubur, beliau menyerupakan kegembiraan itu dengan kegembiraan
pengantin di saat Zifaf.
6
Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Hurairah beliau berkata;
Rasulullah SAW bersabda :
إذا قب أحدكم أو اإلنسان أتاه ملكان أسودان أزرقان ي قال ألحدمها
د ف هو ر. ف ي قوالن لو: ما كنت ت قول ف ىذا الرجل مم المنكر واآلخر النكي
ن مؤمنا قال: ىو عبد هللا ورسولو أشهد أن ال إلو قائل ما كان ي قول. فإن كا
دا عبده ورسولو. ف ي قوالن لو: إن كنا لن علم إنك لت قول ذلك. ث إال هللا وأن مم
عون ذراعا ف سبعي ذراعا. وي ن ور لو فيو ف ي قال لو: ن. ي فسح لو ف ق به سب
ف ي نام كن ومة العروس الذي ال ي وقظو إال أحب أىلو إليو...Artinya;
Jika salah seorang diantara kalian atau salah seorang manusia di kubur, maka
ia didatangi dua malaikat berwarna hitam kebiru-biruan. Salah satu dari keduanya
bernama dinamakan Munkar yang lainnya dinamakan Nakir. Mereka berkata
kepadanya : "Apa komentarmu terhadap lelaki ini, yakni Muhammad. Dia telah
mengucapkan apa yang ia ucapkan". Jika dia Mukmin, maka dia akan berkata :
"Dia hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak Tuhan selain Allah,
dan Muhammad hamba dan Rasul-Nya". Mereka berkata : "Sungguh kami tahu
bahwa engkau akan mengucapkan itu". Lalu kuburnya diluaskan tujuh puluh Hasta
7
kali tujuh puluh Hasta. Kemudian ia diberi cahaya di dalamnya. Lalu dikatakan
padanya; tidurlah. Maka tidurlah ia, bak tidurnya seorang pengantin ('Arus) yang
tidak dibangunkan melainkan oleh keluarga yang paling dicintainya.
Namun Zifaf bisa berubah menjadi saat merasakan duka mendalam,
yakni ketika suami memutuskan mentalak istrinya di saat itu atau salah satu
pihak mati secara tiba-tiba.
Talak yang dilakukan suami saat Zifaf bisa disebabkan karena istri
menolak disentuh atau suami merasa dibohongi ketika istri tidak memberi
tahu aibnya sebelum menikah yang membuat suami kecewa berat.
Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Umar :
ا أدخلت عليو رأى أن النب صلى هللا عليو وسلم ت زوج امرأة من بن غفار. ف لم
ها بكشحها لها ول يأخذ من ها وقال: أرخي عليك. فخلى سبي ب ياضا. ف ناء عن
شيئا.Artinya :
Bahwasanya Nabi SAW menikahi seorang wanita dari Bani Ghifar. Tatkala
wanita itu diboyong pada Nabi, beliau melihat warna putih (penyakit) pada bagian
tubuh antara pusar dan pinggangnya. Maka beliau menceraikannya dan tidak
mengambil kembali (mahar yang telah diberikan padanya) darinya sedikitpun.
8
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan:
امرأة عروسا دخلت على زوجها أن الويرث أب عن الوليد بن عمرو عن
ها ثياب معصفرة. فماتت حي أدخلت عليو. فسئلت عائشة ف قالت: وعلي
ها. ادفن وىا ف ثيابا الت كانت علي Dari Al-Walid bin Amr dari Abu Al-Huwairits bahwasanya seorang wanita
pengantin masuk menemui suaminya dengan memakai baju berwarna kuning.
Kemudian ia mati saat dimasukkan pada suaminya. Maka Aisyah ditanya, beliau
menjawab: "Makamkan ia dengan memakai pakaian yang dipakainya."
Hukum Zifaf adalah Sunnah. Terdapat sejumlah dalil yang
menegaskan hal ini.
Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik :
أن النب صلى هللا عليو وسلم أقام على صفية بنت حيي بطريق خيب ر ثالثة
ها الجاب.حت أعرس باأيام . وكانت فيمن ضرب علي Artinya :
Bahwasanya Nabi SAW tinggal bersama Shafiyyah binti Huyai di jalan
Khaibar selama tiga hari untuk menggaulinya. Dia (Shafiyyah) adalah termasuk
wanita yang dipasangi hijab.
9
Al- Haitsami menyebutkan dalam kitabnya Majma' Az-Zawaid dari
Asma' binti 'Umais :
ا أىديت فاطمة إىل علي بن أب طال د ف ب يتو إال رمال مبسوطا لم ب ل ن
ووسادة حشوىا ليف وجرة وكوزا. فأرسل رسول هللا صلى هللا عليو وسلم: ال
عليو . فجاء النب صلى هللاال ت قربن أىلك حت آتيك تدثن حدثا أو قال
وسلم ف قال: أث أخي؟ ف قالت أم أين وىي أم أسامة بن زيد وكانت حبشية
وكانت امرأة صالة: يا رسول هللا ىذا أخوك وزوجتو اب نتك؟. وكان النب صلى
أصحابو وآخى ب ي علي ون فسو. قال :إن ذلك هللا عليو وسلم آخى ب ي
يكون يا أم أين. قالت: فدعا النب صلى هللا عليو وسلم بإناء فيو ماء ث قال
عا فاطمة ف قامت إليو ما شاء هللا أن ي قول، ث مسح صدر علي ووجهو. ث د
ها من ذلك وقال لا ما شاء هللا فاطمة ت عث ر ف مرطها من الياء. ف نضح علي
ل آلك أن أنكحتك أحب أىلي إل. ث رأ ى أن ي قول. ث قال لا: أما إن
ت أو من وراء الباب. ف قال: من ىذا؟ قالت أساء. قال: سوادا من وراء الس
10
أساء بنت عميس؟ قالت:ن عم يا رسول هللا. قال: جئت كرامة لرسول هللا صلى
ن با ال بد لا من امرأة تكون هللا عليو وسلم؟ قالت: ن عم. إن لة ي ب الفتاة لي
ها. قالت: فدعا ل بدعاء ها. إن عرضت لا حاجة أفضت ذلك إلي قري با من
. فما زال دونك أىلك.إنو ألوثق عملي عندي. ث قال لعلي ث خرج ف وىل
يدعو لما حت ت وارى ف حجره.Artinya :
Tatkala Fatimah diboyong kepada Ali bin Abi Thalib, kami tidak mendapati
dirumahnya melainkan tikar yang dibentangkan, bantal yang diiisi sabut, tempayan
dan gelas. Kemudian Rasulullah mengirim utusan dengan pesan : "Jangan sekali-kali
berbuat apapun" atau beliau berkata (perawi ragu) :"Jangan sekali-kali mendekati
istrimu hingga aku mendatangimu". Maka Nabi SAW lalu datang lalu beliau
bertanya; "Apakah di sana ada saudaraku?", Ummu Aiman berkata (beliau adalah
ibu dari Usamah bin Zaid. Beliau orang Habsyi, dan beliau adalah wanita yang
sholihah) : "Wahai Rasulullah, ini saudaramu dan istrinya adalah putrimu?" Nabi
memang mempersaudarakan diantara Shahabat-Shahabatnya dan beliau
mempersaudarakan antara Ali dengan dirinya sendiri. Beliau menjawab
:"Sesungguhnya itu bisa terjadi wahai Ummu Aiman". Asma' berkata :Maka Nabi
meminta sebuah bejana yang berisi air kemudian mengucapkan sesuatu yang
dikehendaki Allah untuk mengucapkannya. Kemudian beliau mengusap dada Ali dan
11
wajahnya. Kemudian beliau memanggil Fatimah. Maka Fatimah berdiri menuju beliau
dengan tersandung-sandung dalam pakaiannya kena malu. Kemudian Nabi
memercikkan air padanya dari bejana itu dan mengucapkan sesuatu yang dikehendaki
Allah untuk mengucapkannya. Kemudian beliau berkata kepadanya : "Sungguh, aku
tidak menelantarkan kamu ketika aku menikahkanmu dengan keluargaku yang
paling aku cintai". Kemudian beliau melihat bayangan orang dari balik tabir atau dari
balik pintu, maka beliau bertanya :"Siapa ini?" Asma' berkata :" Asma'" Beliau
bertanya : "Asma' binti Umais?" Asma' menjawab :"Benar wahai Rasulullah. Beliau
bertanya : "Engkau datang sebagai penghormatan terhadap Rasulullah?" Asma'
menjawab : "Benar, sesungguhnya seorang gadis, di malam saat ia digauli, dia harus
disertai seorang wanita yang berada di dekatnya. Jika ia membutuhkan sesuatu, maka
ia bisa membisikkannya pada wanita yang menemaninya itu. Asma' berkata : maka
beliau berdoa dengan sebuah doa, yang doa itu merupakan amalku yang kuanggap
paling penting bagiku. Kemudian beliau berkata kepada Ali : "Terserah kamu
sekarang kau perlakukan apa istrimu". Kemudian beliau keluar dan berpaling, beliau
terus berdoa untuk keduanya hingga menghilang di balik kamarnya.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Abu Sa’id Maula Abu Said :
هم ت زوجت وأنا ملوك. فدعوت ن فرا من أصحاب النب صلى هللا عليو وسلم من
. ف قال : إذا دخل عليك أىلك فصل ابن مسعود وأب و ذر وحذي فة ي علمونن
12
سل هللا من خي ما دخل عليك ث ت عوذ بو من شره. ث شأنك ركعت ي ث
.وشأن أىلك Artinya :
Aku menikah padahal aku masih budak, maka aku mengundang sejumlah
orang dari Shahabat Nabi SAW. Diantara mereka Ibnu Mas’ud, Abu Dzar dan
Hudzaifah. Mereka mengajariku : "Jika istrimu masuk menemuimu maka shalatlah
dua rakaat kemudian mintalah kepada Allah kebaikan sesuatu yang masuk menemui
dan berlindunglah kepada-Nya dari keburukannya. Setelah itu terserah kamu dengan
istrimu.
Al-Baihaqi meriwayatkan, dari Aisyah :
أن ها أنكحت ذا ق رابة لا من األنصار. فجاء النب صلى هللا عليو وسلم ف قال:
؟ قالت ال. قال النب صلى أىدي تم الفتاة؟ قالت: ن عم. قال: فأرسلتم من ت غن
ناكم هللا عليو وسلم إن األنصار ق وم فيهم غزل. ف لو أرسلتم من ي قول أت ي
ناكم …أت ي
13
Artinya :
Bahwasanya beliau menikahkan kerabatnya dengan Anshar, maka Nabi SAW
datang dan bertanya : "Kalian telah memboyong gadis itu?"Aisyah menjawab :"Ya".
Nabi bertanya :"Kalian menyuruh orang untuk bernyanyi?" Aisyah menjawab
:"Tidak". Nabi bersabda :"Sesungguhnya kaum Anshar adalah kaum yang pada
mereka terdapat Ghozl2 . Andai saja kalian menyuruh orang tuk bernyanyi: Kami
datangi kalian …. Kami datangi kalian ….
Bukhari meriwayatkan dari Aisyah :
. ف قدمنا المدي نة ف ن زلنا ت زوجن النب صلى هللا عليو وسلم وأنا بنت ست سني
ي أم ر ف بن الارث بن خزرج. ف وعكت ف تم ق شعري ف وف جيمة. فأت تن أم
لفي . فصرخت ب فأت يت ها ال أدري ما رومان وإن أرجوحة ومعي صواحب ل
ج حت سكن ار وإن ألن . فأخذت بيدي حت أوق فتن على باب الد تريد ب
بو وجهي ورأسي. ث ث أخذت شيئا من ماء فمسحت ب عض ن فسي.
ار ي والب ركة أدخلتن الد . فإذا نسوة من األنصار ف الب يت. ف قلن على ال
2 Canda, keceriaan, keriangan
14
ول هللا وعلى خي طائر. فأسلمتن إليهن فأصلحن من شأن. ف لم ي رعن إال رس
. فأسلمتن إليو صلى هللا عليو وسلم ضحى. وأنا ي ومئذ بنت تسع سنيArtinya :
Nabi SAW menikahiku sementara aku berumur enam tahun. Kemudian kami
mendatangi Madinah dan kami singgah pada Bani Al-Harits bin Khozroj, kemudian
aku tertimpa demam sehingga rambutku rontok. Kemudian tumbuh lagi sehingga
lebatlah rambut ubun-ubunku. kemudian ibuku Ummu Ruman mendatangiku padahal
aku sedang dalam ayunan dan aku disertai kawan-kawanku. Kemudian beliau
berteriak memanggilku , maka akupun mendatanginya. Aku tidak mengetahui apa
yang beliau inginkan padaku. Kemudian beliau menggamit tanganku hingga
menghentikanku pada pintu rumah, sementara aku tersengal-sengal sampai nafasku
menjadi tenang. Kemudian beliau mengambil sedikit air lalu mengusap wajah dan
kepalaku dengannya, kemudian beliau memasukkan aku ke dalam rumah. Ternyata di
dalam rumah ada sejumlah wanita Anshar mereka berkata; "Semoga selalu dalam
kebaikan dan berkah …. Semoga selalu dalam prediksi yang terbaik …" Lalu ibuku
menyerahkan aku kepada mereka kemudian mereka meriasku, dan tidak ada yang
menggugupkanku melainkan Rasulullah yang mendatangiku di waktu Dhuha. Lalu
ibuku menyerahkanku kepada beliau sementara aku diwaktu itu berumur sembilan
tahun.
An-Nasa’i meriwayatkan dalam As-Sunan Al-Kubro, dari Anas bin
Malik :
15
نا عندىا صالة الغداة أن رسول هللا صلى هللا عليو وسلم غزا خيب ر. فصلي
بغلس. ف ركب نب هللا صلى هللا عليو وسلم وركب أب و طلحة وأنا رديف أب
ة. فأخذ نب هللا صلى هللا عليو وسلم ف زقاق خيب ر وإن ركبت لتمس طلح
ألرى ب ياض فخذ نب هللا صلى هللا فخذ رسول هللا صلى هللا عليو وسلم. وإن
ا دخل القرية قال: هللا أكب ر خربت خيب ر. إنا إذا ن زلنا بساحة عليو وسلم. ف لم
ق وم فساء صباح المنذرين قالا ثالث مرات. قال: وخرج القوم إىل أعمالم قال
د قال عبد العزيز وقال ب عض أصحاب ناىا عبد العزيز ف قالوا مم نا والميس فأصب
. ب ب. فجاء دحية ف قال: يا نب هللا أعطن جارية من الس وة. فجمع الس عن
. فجاء رجل إىل النب صلى قال: اذىب فخذ جارية. فأخذ صفية بنت حيي
عليو وسلم ف قال: يا نب هللا أعطيت دحية صفية بنت حيي سيدة ق ريظة هللا
ها النب ا نظر إلي والنضي ما تصلح إال لك. قال: فادعوه با فجاء با. ف لم
رىا. قال: وإن النب صلى صلى هللا عليو وسلم قال: خذ جار ب غي ية من الس
16
هللا عليو وسلم أعتقها وت زوجها. ف قال لو ثابت: يا أبا حزة ما أصدق ها؟ قال:
زت ن فسها أعت قها وت زوجها. قال: ها لو أم سليم حت إذا كان بالطريق جه
فأىدت ها إليو من الليل. فأصبح النب صلى هللا عليو وسلم عروسا
Artinya :
Bahwasanya Rasulullah SAW memerangi Khaibar. Kami sholat shubuh di
dekat tempat itu dalam kegelapan. Maka Nabi naik kendaraan dan Abu Thalhah
juga naik kendaraan, sementara aku dibonceng Abu Thalhah. Kemudian Nabi masuk
gang Khaibar, dan lututku sempat menyentuh paha Rasulullah SAW, dan aku melihat
putihnya paha Rasulullah. Tatkala beliau memasuki kampung tersebut beliau berkata :
"Allah Maha Besar. Hancurlah Khaibar. Kami, jika turun di halaman suatu kaum,
maka akan buruklah suasana pagi orang-orang yang diberi peringatan". Beliau
mengucapkannya sebanyak tiga kali. Anas berkata ; Waktu itu orang-orang (Yahudi)
keluar untuk bekerja. Abdul Aziz berkata ; mereka berkata ; "Muhammad!". Abdul
Aziz berkata ; dan sebagian sahabat-sahabat kami berkata ; "juga pasukan …"
maka kami menguasai Khaibar itu dengan paksa. Kemudian tawanan dikumpulkan.
Kemudian Dihyah datang dan berkata ; "Wahai Nabi Allah, berilah aku seorang
gadis dari tawanan. Nabi bersabda ; "Pergilah dan ambillah seorang gadis". Maka dia
mengambil Shafiyyah binti Huyai. Maka seorang lelaki datang kepada Nabi lalu
berkata ; "Wahai Rasulullah, engkau telah memberi Dihyah, Shafiyyah binti Huyai
Sayyidah Bani Quraidhah dan Bani Nadhir yang ia tidak pantas melainkan hanya
untukmu". Nabi bersabda ; "Panggillah Dihyah dengan membawa wanita itu". Maka
17
Dihyah datang dengan membawanya, tatkala Nabi melihat wanita itu beliau berkata
;"Ambillah gadis lain dari tawanan selain dia". Anas berkata ; dan Nabi SAW
membebaskannya dan menikahinya. Tsabit bertanya kepadanya (Anas) ; "Wahai Abu
Hamzah, berapa beliau memberikan mahar"? Dia menjawab ; "(pembebasan) dirinya.
Beliau membebaskannya lalu menikahinya". Anas berkata ; hingga tatkala beliau
berada di jalan, Ummu Sulaim menyiapkan Shafiyyah dan memboyongnya kepada
Rasulullah di malam hari. Maka Nabi berada di waktu pagi dalam keadaan menjadi
.(mempelai yang telah melakukan Dukhul) عروس
Seluruh Nash-Nash ini, yaitu Nash yang menjelaskan digaulinya
Shafiyyah oleh Nabi di jalan, pengaturan Nabi dalam pernikahan putrinya
Fatimah ketika hendak digauli, ajaran Shahabat terhadap budak yang mau
menggauli istrinya, ajaran Nabi kepada Aisyah ketika memboyong /
mengantarkan seorang wanita kepada suaminya, dihiasinya Aisyah pada usia
sembilan tahun sebelum diserahkan kepada Rasullah, aktivitas Ummu
Sualaim merias Shafiyyah sebelum diserahkan pada Rasulullah dan izin
seorang Nabi kepada tentaranya untuk absen dari jihad agar bisa menggauli
istri, semuanya adalah dalil disyariatkannya. Zifaf sekaligus dalil
disunnahkannya.
Prosesi Zifaf tidak boleh dikatakan wajib, sebab suatu perbuatan
ketika di katakan wajib maka harus bisa dibuktikan bahwa di sana terdapat
perintah yang bersifat Jazim (tegas / pasti) atau ada Nash yang jelas bahwa
pelaku yang meninggalkannya diancam dengan siksa. Selama tidak ada
18
Qorinah (indikasi) yang menunjukkan perintah yang tegas, maka sebuah
perintah harus difahami sebagai Mandubat (hal-hal yang dianjurkan). Oleh
karena Nash-Nash yang menjelaskan tentang Zifaf tidak ada Lafadz yang
menunjukkan ketegasan perintah, maka hukum Zifaf adalah Sunnah.
Adapun dari segi waktu, hukum asal Zifaf adalah dilakukan di malam
hari. Malam hari adalah waktu yang lazim digunakan di zaman Nabi dan
banyak di praktekkan pada Zifaf-Zifaf yang terjadi dalam masyarakat Islam
zaman Nabi. Ketika Nabi menggambarkan kemeriahan acara pengarakan
Al-Mahdi beliau menyerupakan kemeriahan itu seperti halnya kemeriahan
diaraknya pengantin wanita menuju suaminya, di malam Zifafnya.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Mujahid dari salah seorang
Shahabat Rasulullah :
ية غضب أن المهدي ال يرج حت ت قتل الن فس الزكية. فإذا قتلت الن فس الزك
ماء ومن ف األرض. فأتى الناس المهدي ف زف وه كما ت زف عليهم من ف الس
لة عرسهاالعروس إىل زوجها ...لي
Artinya ;
Bahwasanya Al-Mahdi tidak keluar hingga ada jiwa suci yang terbunuh. Jika
jiwa yang suci itu telah dibunuh, maka orang yang berada di langit marah kepada
mereka juga orang yang ada di bumi. Maka orang-orang mendatangi Al-Mahdi lalu
19
mengaraknya sebagaimana temanten wanita diarak menuju suaminya di malam
pengantinya...
Namun, melakukan Zifaf di malam hari bukan sebuah keharusan. Jika
keadaan tidak memungkinkan, maka boleh saja melangsungkan Zifaf di
siang hari, dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Bukhari dari Aisyah :
ار. ف لم ي رعن إال ي فأدخلتن الد ت زوجن النب صلى هللا عليو وسلم فأت تن أم
.ضحىرسول هللا صلى هللا عليو وسلم
Artinya :
Nabi SAW menikahiku maka ibuku mendatangiku kemudian beliau
memasukkan aku ke dalam rumah dan tidak ada yang menggugupkanku melainkan
Rasulullah yang mendatangiku di waktu Dhuha.
Lafadz ضحى pada hadis ini begitu jelas , bahwa Zifaf Nabi terhadap
Aisyah dilakukan di waktu Dhuha, dan itu adalah siang hari.
Zifaf dilakukan sesudah akad nikah. Namun tidak ada ketentuan jarak
waktu baik minimal atau maksimal untuk melaksanakan Zifaf dikaitkan
dengan akad. Boleh saja Zifaf dilakukan langsung sesudah akad, sehari
kemudian, seminggu, sebulan, setahun, bahkan beberapa tahun kemudian.
20
Rasulullah menikahi Aisyah pada usia ke enam Aisyah dan baru
dilaksanakan Zifaf saat usianya mencapai sembilan tahun.
Bukhari meriwayatkan dari Urwah :
ت زوج النب صلى هللا عليو وسلم عائشة وىي اب نة ست سني وب ن با وىي
، ومكثت عنده تسعا.اب نة تسع
Artinya :
Nabi SAW menikahi Aisyah pada usianya enam tahun dan menggaulinya pada
saat berusia sembilan tahun dan tinggal bersama Nabi selama sembilan tahun.
Tidak ada keutamaan melakukan Zifaf di bulan Syawwal. Alasannya,
tidak ada satu Nashpun yang memerintahkan kaum Muslimin untuk
melakukan Zifaf di bulan tertentu. Adapun hadis yang diriwayatkan Al-
Baihaqi dari Aisyah :
. ت زوجن رسول هللا صلى هللا عليو وسلم ف شوال وأدخلت عليو ف شوال
؟ فأي النساء كانت أحظى عنده من
Artinya :
21
Rasulullah menikahiku pada bulan Syawwal dan aku diboyong pada beliau juga
di bulan Syawwal. Wanita mana yang lebih beruntung di sisi beliau daripada aku ?
Maka hadis ini tidak boleh dijadikan dasar untuk menunjukkan
Sunnahnya Zifaf di bulan Syawwal, sebab Zifaf Aisyah dan pernikahannya
di bulan Syawwal itu جاء على سبيل االتفاق (terjadi karena kebetulan) dan
tidak ada Qorinah sedikitpun yang menunjukkan bahwa itu disengaja atau
disyariatkan.
Riwayat-riwayat Zifaf Nabi yang lain juga menegaskan bahwa Nabi
tidak memilih bulan Syawwal atau menunggu sampai datang bulan Syawwal.
Karena itu tidak ada syariat pelaksanaan Zifaf pada bulan tertentu, sebagai
mana tidak ada syariat pelaksanaan Zifaf di hari tertentu, minggu tertentu
atau tahun tertentu.
Kalaupun memilih waktu, maka yang paling tepat adalah memilih saat
wanita sedang tidak haid. Sebab acara inti, puncak dan paling penting
dari Zifaf adalah Dukhul / Bina’. Dan acara ini tidak mungkin dilakukan jika
wanita dalam menstruasi.
Tidak ada syarat, Zifaf harus dilakukan di waktu mukim (tidak
bepergian), Artinya meskipun mempelai masih dalam keadaan safar, boleh
saja Zifaf dilakukan di tengah jalan. Hal itu disandarkan pada riwayat bahwa
Nabi menggauli Shafiyyah di jalan sepulang dari perang Khaibar.
Al-Hakim meriwayatkan dari Anas bin Malik :
22
تتح النب صلى هللا عليو وسلم خيب ر اصطفى صفية بنت حيي لن فسو. ا اف لم
فخرج با النب صلى هللا عليو وسلم ي ردف ها وراءه ث قال: رأيت رسول هللا
ا ب لغ سد صلى هللا عليو وسلم يضع رجلو حت ت قو ها ف ت ركب. ف لم م علي
هباء عرس با الص
Artinya :
Tatkala Nabi SAW menaklukkan Khaibar beliau memilih Shafiyyah binti
Huyai untuk dirinya sendiri. Maka Rasulullah keluar bersamanya dengan
memboncengnya dibelakangnya. Anas berkata; Aku melihat Rasulullah meletakkan
kakinya hingga Shafiyyah berdiri di atasnya dan naik. Tatkala sudah sampai di Sadd
As-Shohba’ Nabi menggaulinya.
Riwayat lain dari Bukhari melalui jalan Anas bin Malik juga :
ن عليو بصفية أقام النب صلى هللا عليو وسلم ب ي خيب ر والمدي نة ثالثا ي ب
. بنت حيي
23
Artinya :
Rasulullah SAW tinggal diantara Khaibar dengan Madinah selama tiga hari
untuk menggauli Shafiyyah binti Huyai.
Riwayat An-Nasa’i dari Anas bin Malik berbunyi :
أقام على صفية بنت حيي بن أخطب ن رسول هللا صلى هللا عليو وسلم أ
... بطريق خيب ر ثالثة أيام حي عرس باArtinya :
Bahwasanya Rasulullah SAW bermukim untuk Shafiyyah binti Huyai bin
Akhthab di jalan Khaibar selama tiga hari ketika beliau menggaulinya …
Adapun dari segi lama pelaksanaan, maka tidak ada syariat khusus yang
mengatur lama pelaksanaan Zifaf. Standar pelaksanaan Zifaf hanya
memperhatikan terealisasinya dua hal, pemboyongan dan percampuran.
Selama dua hal ini telah terlaksana, maka Zifaf dipandang selesai berapapun
lama waktu yang dibutuhkan.
Ini semua adalah penjelasan tentang waktu. Adapun dari segi tempat,
maka disyaratkan pelaksanaan percampuran harus terjadi di tempat khusus3
tanpa memperhatikan apakah tempat khusus itu rumah atau selain rumah,
milik sendiri atau menyewa, di tempat mukim atau di perjalanan.
3 Tempat yang mengharuskan orang lain meminta ijin jika hendak memasukinya
24
Aktivitas percampuran itu sendiri dalam Nash disebut dengan بناء.
Bina’ adalah bentuk Mashdar dari ب ن ي بن yang bermakna membangun.
Asal dari istilah ini, seorang lelaki ketika menikahi seorang wanita dia
membangun tenda untuk menggauli istrinya. Kemudian penggunaan ini
semakin populer hingga digunakan untuk menunjuk makna Kinayah dari
jimak (At-Ta’arif).
Tempat Zifaf boleh disetting seindah mungkin untuk menciptakan
suasana romantisme tak terlupakan. Alasannya, malam Zifaf adalah malam
yang paling indah yang diakui Nabi. Karena itu, pengaturan tempat dengan
cara memeprindahnya untuk merealisasikan hal ini adalah hal yang
dimubahkan.
Bahkan Nabi membolehkan penghiasan tempat dengan نط (namath)
yaitu jenis kain luks di zaman itu. Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin
Abdillah beliau berkata; Rasulullah bersabda :
ول هللا وأن لنا أناط؟ قال: إن ها ستكون.؟ ق لت: يا رس ىل اتذت أناطاArtinya :
"Apakah kalian tidak menggunakan Namath?" aku menjawab : "Wahai
Rasulullah dari mana kami mendapatkan Namath?" Nabi menjawab :"Ia akan ada
…”
25
At-Thabarani meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah bahwa kasur
Fatimah di malam pengantin bersama Ali adalah kulit kambing.
حضرنا عرس على بن أب طالب وفاطمة بنت رسول هللا صلى هللا عليو وسلم.
رسول هللا صلى هللا عليو وسلم فما رأي نا عرسا كان أحسن منو حسنا. ىيأ لنا
لة عرسها إىاب كبش زبيبا وترا فأكلنا. وكان فراشها لي
Artinya :
Kami menghadiri pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah binti
Rasulullah. Kami tidak melihat ada pengantin lelaki yang lebih tampan daripada Ali.
Rasulullah menyiapkan anggur kering dan kurma kering untuk kami lalu kami
makan. Kasur Fatimah di malam pengantinnya adalah kulit kambing.
Sesudah pembahasan definisi, mafhum, hukum, waktu, dan tempat
maka selanjutnya dibahas topik inti Zifaf yaitu tata cara atau pelaksanaan
prosesi Zifaf.
Prosesi Zifaf melewati sejumlah aktivitas yaitu Tazyin, Tasy-yi’,
Taslim, dan Liqo'.
Yang dimaksud Tazyin disini adalah merias mempelai wanita. Periasan
mempelai wanita dimaksudkan untuk menyiapkan wanita dalam kondisi
26
semenarik mungkin dan secantik mungkin ketika dipersembahkan kepada
suami.
Jadi, konsep periasan wanita yang benar adalah pada saat Zifaf bukan
saat akad nikah atau Walimah. Pada saat akad atau Walimah hendaknya
wanita berdandan dengan cara yang wajar seperti dandannya dalam
kehidupan sehari-hari. Merias dan mendandani mempelai wanita pada saat
Zifaf adalah hal yang diijinkan sebab itu masuk pada hukum Tazayyun
(berhias) bagi wanita.
Diantara dalil yang menunjukkan praktek periasan wanita dalam
kondisi Zifaf adalah;
ها قالت: ت زوجن النب صلى هللا عليو وسلم وأنا بنت عن عائشة رضي هللا عن
. ف قدمنا المدي نة ف ن زلنا ف بن الارث بن خزرج. ف وعكت ف تمرق ست سني
. لفي أرجوحة ومعي صواحب ل ي أم رومان وإن شعري ف وف جيمة. فأت تن أم
. فأخذت بيدي حت أوق فتن على فصرخت ب فأت يت ها ال أدري ما تريد ب
ار وإن أل ج حت سكن ب عض ن فسي. باب الد ث أخذت شيئا من ماء ن
ار . فإذا نسوة من األنصار ف فمسحت بو وجهي ورأسي. ث أدخلتن الد
ي والب ركة وعلى خي طائر. سلمتن إليهن فأصلحن فأ الب يت. ف قلن على ال
27
فأسلمتن . ف لم ي رعن إال رسول هللا صلى هللا عليو وسلم ضحى. من شأن
. إليو وأنا ي ومئذ بنت تسع سنيArtinya :
Dari Aisyah ra.beliau berkata: Nabi SAW menikahiku sementara aku
berumur enam tahun. Kemudian kami mendatangi Madinah dan kami singgah pada
Bani Al-Harits bin Khozroj, kemudian aku tertimpa demam sehingga rambutku
rontok. Kemudian tumbuh lagi sehingga lebatlah rambut ubun-ubunku. kemudian
ibuku Ummu Ruman mendatangiku padahal aku sedang dalam ayunan dan aku
disertai kawan-kawanku. Kemudian beliau berteriak memanggilku , maka akupun
mendatanginya. Aku tidak mengetahui apa yang beliau inginkan padaku. Kemudian
beliau menggamit tanganku hingga menghentikanku pada pintu rumah, sementara aku
tersengal-sengal sampai nafasku menjadi tenang. Kemudian beliau mengambil
sedikit air lalu mengusap wajah dan kepalaku dengannya, kemudian
beliau memasukkan aku ke dalam rumah. Ternyata di dalam rumah ada sejumlah
wanita Anshar mereka berkata; "Semoga selalu dalam kebaikan dan berkah ….
Semoga selalu dalam prediksi yang terbaik …" Lalu ibuku menyerahkan aku
kepada mereka kemudian mereka meriasku, dan tidak ada yang
menggugupkanku melainkan Rasulullah yang mendatangiku di waktu Dhuha. Lalu
ibuku menyerahkanku kepada beliau sementara aku diwaktu itu berumur sembilan
tahun.( H.R.Bukhari )
28
An-Nasa’i meriwayatkan dalam As-Sunan Al-Kubro, dari Anas bin
Malik :
زت ها لو أم سليم ... قال: فأىدت ها إليو من الليل. حت إذا كان بالطريق جه
...فأصبح النب صلى هللا عليو وسلم عروسا
Artinya :
…Anas berkata ; hingga tatkala beliau (Rasulullah) berada di jalan, Ummu
Sulaim menyiapkan (merias) Shafiyyah dan memboyongnya kepada Rasulullah di
malam hari. Maka Nabi berada di waktu pagi dalam keadaan menjadi عروس
(mempelai yang telah melakukan Dukhul).
Yang perlu ditekankan adalah bahwasanya diriasnya wanita dalam
kondisi ini tidaklah untuk diperlihatkan kepada khalayak umum, namun
semata-mata dipersembahkan suami. Riwayat-riwayat yang menerangkan
tentang periasan wanita di saat Zifaf menunjukkan hal itu. Ummu Ruman,
ibu Aisyah sampai-sampai mengkondisikan Aisyah seideal mungkin secara
fisik dengan cara menggemukkannya/ membuatnya menjadi lebih sintal
sebelum dipertemukan dengan Rasulullah.
Al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah :
29
نن لدخول على رسول هللا صلى هللا عليو وسلم. ف لم ي أن تسم أرادت أم
طب فسمنت عليو ها بشيء ما تريد حت أطعمتن القثاء والر أقبل علي
من. كأحسن الس
Artinya :
Ibuku ingin menggemukkannku untuk kepentingan pertemuanku dengan
Rasulullah SAW. Tapi aku tidak menyambut sedikitpun apa yang beliau inginkan
hingga beliau memberi makan aku Qittsa’ (sejenis mentimun), dan kurma basah.
Maka akupun menjadi gemuk dengan kegemukan yang paling ideal…
Ahmad meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid bin Al-Muwattha’ :
نت عائشة ق ي ...صلى هللا عليو وسلم ث جئتو فدعوتو جللوتالرسول هللا إن
Artinya :
Aku merias Aisyah untuk Rasulullah kemudian aku mendatanginya lalu
kupanggil beliau untuk melihatnya sejelas-selasnya.
30
Semua dalil-dalil yang dipaparkan di atas sangat jelas menunjukkan
bahwa periasan mempelai wanita hanyalah untuk dinikmati suaminya bukan
dipamerkan kepada para tamu dan undangan.
Disyaratkan dalam merias, tidak boleh merias dengan cara menghias
yang dilarang oleh Syara' seperti Wasym (pentatoan), Washl (menyambung
rambut), Qosyr (memutihkan wajah dengan cara
mengelupaskan/menipiskan lapisan kulit luar), Tanammush
(menghilangkan bulu / rambut wajah), dan Tafalluj (merenggangkan gigi-
gigi).
عن عائشة ف قالت كان رسول هللا صلى هللا عليو وسلم ي لعن القاشرة
ة والواصلة والموصولة.) أحد( والمقشورة والواشة والمت وش
Dari Aisyah beliau berkata: Rasulullah melaknat wanita yang melakukan
Qosyr dan wanita sasaran Qosyr, wanita pelaku Wasym dan wanita sasaran Wasym,
dan wanita pelaku Washl serta wanita sasaran Washl. (H.R.Ahmad)
31
عت رسول هللا صلى هللا عليو وسلم ي لعن د و ع س م ن عن ب قال س
صات والمت فلجات والموت ن خلق هللا عز وجل.) المت نم شمات الالت ي غي
النسائي(Dari Ibnu Mas'ud beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW melaknat
wanita pelaku Tanammush, Tafalluj, dan Wasym, yakni orang-orang yang mengubah
ciptan Allah Azza wajalla. (H.R.An-Nasa'i)
Termasuk juga dilarang, menghias yang mengandung unsur Tasyabbuh
pada orang-orang kafir atau menjadi Syi’ar (simbol) orang-orang fasik seperti
mengecat rambut.
Boleh saja perhiasan yang digunakan untuk merias memakai barang
pinjaman. Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah yang
menceritakan hilangnya kalung Asma’ yang dipinjam Aisyah. Bukhari
menafsirkan kalung itu dipinjam adalah untuk kepentingan perhiasan
pernikahan :
اى ي غ و س و ر ع ل ل اب ي ة الث ار ع ت اس اب ب
ا عن عائشة ها أن ...است عارت من أساء قالدة ف هلكت رضي هللا عن
32
Artinya :
Bab "Meminjam kain dan lainnya untuk pengantin"
Dari Aisyah bahwasanya dia meminjam kalung dari Asma’ kemudian hilang…
Adapun masalah penggunaan cadar untuk menutupi wajah mempelai
wanita , maka mubah-mubah saja cadar digunakan. Penggunaan cadar
menjadi dituntut jika mempelai wanita dipastikan melewati lelaki yang
Ajnabi yang bisa melihatnya. Dalam kondisi ini, cadar harus dipakai, sebab
ketika seorang wanita dalam kondisi dihias secantik-cantiknya maka ia tidak
boleh dilihat selain suami atau Mahramnya. Larangan itu dikarenakan
aktivitas tersebut sudah terkategori Tabarruj (bersolek) yang diharamkan
Syara'.
Adapun yang merias wanita, maka hukum asalnya adalah ibunya
sendiri atau sesama wanita. Alasannya, merias adalah kondisi khusus yang
mengharuskan wanita membuka lebih dari muka dan telapak tangan. Dalam
kondisi ini wanita diteliti, diperiksa, diawasi dan dinilai dari aspek
kecantikannya padahal perbuatan semacam itu tidak halal selain dilakukan
oleh ibunya atau sesama wanita. Kalaupun perias diambil dari kaum lelaki,
maka itu hanya diizinkan jika ia terkategori Mahram wanita tersebut.
Setelah wanita dirias, acara berikutnya adalah Tasy-yi’. Tasy-yi’ adalah
acara pemboyongan atau pengarakan mempelai wanita dari rumah orang
tuanya atau dari Walinya atau tempat manapun menuju rumah suaminya
atau tempat yang telah disiapkan dimana suaminya ada.
33
Hukum mengantarkan mempelai wanita kepada suaminya adalah
Sunnah. Dalilnya, seorang wanita selesai akad nikah tidak disuruh pergi
sendiri ke rumah suaminya. Seorang suami juga tidak menjemput sendiri
wanita yang telah sah menjadi istrinya. Ini menunjukkan bahwa memboyong
dan mengarak seorang wanita untuk diberikan kepada suaminya
disyariatkan. Ucapan Nabi kepada Aisyah;
(?Apakah kamu sudah memboyong gadis itu)? أىدي تم الفتاة
aktivitas Ummu Sulaim mengantarkan Shafiyyah kepada Nabi di
malam hari
يل فأى maka Ummu Sulaim menghadiahkannya) دت ها إليو من الل
pada beliau)
dan, aktivitas Ummu Ruman menyerahkan puterinya Aisyah kepada
Rasulullah
(maka Ummu Ruman menyerahkanku pada beliau) فأسلمتن إليو
semua ini memperkuat bahwa mengantarkan mempelai wanita kepada
suaminya adalah disyariatkan dan disunnahkan.
Adapun yang menjadi Mukallaf pada acara pemboyongan ini, maka
hukum asalnya adalah Wali mempelai wanita. Alasannya, pemboyongan
adalah aktivitas praktis (riil) penyerahan mempelai wanita kepada suaminya
setelah sebelumnya dia diserahkan secara simbolis melalui akad nikah.
Penyerahan wanita dalam akad nikah dilakukan oleh Walinya ketika dia
34
mengucapkan : "Aku nikahkan engkau dengan Fulanah …" Karena itu,
dalam acara pemboyongan, Wali juga secara hukum asal yang terkena Taklif
melakukannya. Ketika Fatimah binti Rasulullah menikah, beliau sendiri yang
mengantarkan Fatimah kepada Ali.
At- Thabarani meriwayatkan dari Abdullah bin Amr beliau berkata :
ا ز رسول هللا لم إىل علي رضي هللا صلى هللا عليو وسلم فاطمة جه
فة ووسادة من أدم هما ب عث معها بميل. قال عطاء ما الميل؟ قال قطي عن
فو.حشوىا ليف وأذخر وقربة كانا ي فتشان الميل وي لتحفان بنص
Artinya :
Tatkala Rasulullah menyiapkan Fatimah untuk diantar kepada Ali, beliau
menyertakan Khomil, Atha' bertanya : Apa Khomil itu ? Abdullah menjawab :
Beludru, bantal dari kulit diisi sabut, Idzkhir dan bejana tempat air. Keduanya (Ali
dan Fatimah) menghamparkan Khomil itu dan berselimutkan dengan separuhnya.
Jika Wali diwakili oleh wanita-wanita Muslimah untuk mengantarkan
mempelai wanita kepada suaminya, maka hal ini sudah cukup, dan aktivitas
wanita-wanita tersebut dipandang sebagai hal uyang ma'ruf sebab
membantu pelaksanaan hukum yang ditaklifkan pada seorang individu.
Ringkasnya, hukum asal yang menjadi Mukallaf pada acara pemboyongan
35
adalah Wali, dan jika acara tersebut diwakili oleh kaum Muslimin maka hal
itu tidak dilarang dan dipandang sebagai amal kebaikan.
Acara pemboyongan adalah acara yang paling menonjol dan
merupakan acara yang paling Dhahir (tampak) dalam Zifaf. Lafadz Zifaf itu
sendiri maknanya adalah memboyong mempelai wanita kepada suaminya
حل العروس إىل زوجها
(Memboyong mempelai wanita kepada suaminya). Jadi, diantara sekian acara dalam
prosesi Zifaf, yang paling tampak disaksikan kaum Muslimin karena
dilakukan ditempat umum adalah acara pemboyongan ini.
Disunnahkan acara pemboyongan ini dilakukan dengan cara yang
meriah. Sebab Nabi menyerupakan kemeriahan pemboyongan Al-Mahdi
dengan kemeriahan pemboyongan wanita yang diantarkan kepada suaminya.
Hal ini menunjukkan pengakuan Nabi atas suasana meriah suasana meriah
pemboyongan tersebut.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Mujahid dari salah seorang
Shahabat Rasulullah :
أن المهدي ال يرج حت ت قتل الن فس الزكية. فإذا قتلت الن فس الزكية غضب
ماء ومن ف األرض. هدي ف زف وه كما ت زف فأتى الناس الم عليهم من ف الس
لة عرسها... العروس إىل زوجها لي
36
Artinya ;
Bahwasanya Al-Mahdi tidak keluar hingga ada jiwa suci yang terbunuh. Jika
jiwa yang suci itu telah dibunuh, maka orang yang berada di langit marah kepada
mereka juga orang yang ada di bumi. Maka orang-orang mendatangi Al-
Mahdi lalu mengaraknya sebagaimana temanten wanita diarak
menuju suaminya di malam pengantinya.
Lebih-lebih pemboyongan mempelai wanita dengan meriah
merealisasikan ر و ر الس ال خ د إ (memasukkan perasaan gembira) kepada
mempelai wanita dan keluarga, sementara menyenangkan saudara adalah
amal sholeh yang dipuji oleh Syara'.
Termasuk hal yang ma'ruf jika Wali atau keluarga membekali wanita
dengan barang-barang kebutuhan rumah tangga saat pemboyongan. Al-
Hakim meriwayatkan dari Ali beliau berkata :
ز رسول هللا ها جه يل وقربة صلى هللا عليو وسلم فاطمة رضي هللا عن ف خ
.ووسادة من آدم حشوىا ليف
Artinya :
Rasulullah menyiapkan Fatimah dengan membekalinya beludru, bejana tempat
air, dan bantal yang diisi sabut.
37
Diizinkan pada saat pemboyongan ini ada musik atau nyanyian-
nyanyian. Ketika Rasulullah mengetahui Aisyah mengantar seorang gadis
kepada suaminya, beliau menanyakan apakah ada nyanyian dalam acara
pemboyongan itu. Ketika di jawab tidak ada, maka Nabi menganjurkan
untuk diadakan. Riwayat ini menunjukkan bahwa menyelenggarakan
nyanyian atau musik-musik dalam acara pemboyongan adalah suatu hal yang
dibolehkan.
Al-Baihaqi meriwayatkan, dari Aisyah :
أن ها أنكحت ذا ق رابة لا من األنصار. فجاء النب صلى هللا عليو وسلم
ف قال: أىدي تم الفتاة؟ قالت: ن عم. قال: ؟ قالت ال. قال فأرسلتم من ت غن
ق وم فيهم غزل. ف لو أرسلتم من ي قول النب صلى هللا عليو وسلم إن األنصار
ناكم ناكم أت ي …أت ي
Artinya :
Bahwasanya beliau menikahkan kerabatnya dengan Anshar, maka Nabi SAW
datang dan bertanya : "Kalian telah memboyong gadis itu?"Aisyah menjawab :"Ya".
Nabi bertanya :"Kalian menyuruh orang untuk bernyanyi?" Aisyah
menjawab :"Tidak". Nabi bersabda :"Sesungguhnya kaum Anshar adalah kaum yang
pada mereka terdapat Ghozl . Andai saja kalian menyuruh orang tuk bernyanyi: Kami
datangi kalian …. Kami datangi kalian ….
38
Adanya musik dan nyanyian dalam acara pemboyongan adalah sesuatu
yang dipraktekkan oleh Shahabat-Shahabat Anshar dan diakui Nabi. Al-
Baihaqi meriwayatkan dari 'Amrah binti Abdurahman :
كانت النساء إذا ت زوجت المرأة أو الرجل خرج جواري من جواري
.األنصار وي غني وي لعب
Artinya :
Jika seorang wanita atau laki-laki menikah maka keluarlah Jariyah (gadis /
budak wanita) dari Jariyah-Jariyah Anshar untuk bernyanyi dan bermain-main … "
At-Thabarani meriwayatkan dari Aisyah :
أن النب صلى هللا عليو وسلم قال: ما ف علت فالنة ليتيمة كانت عندىا؟ ف قلت
؟ بارية ف هل ب عثتم معهاأىدي ناىا إىل زوجها. قال: ف وت غن تضرب بالدArtinya :
Bahwasanya Nabi SAW bertanya : "Bagaimana kabar Fulanah ? (Nabi
bertanya kabar si gadis yatim yang diurus Aisyah) Aku menjawab :"Aku telah
memboyongnya kepada suaminya". Nabi bertanya :"Apakah kalian tidak
menyertakan seorang Jariyah yang memainkan rebana dan bernyanyi ?
Dibolehkan juga, jika acara tambahan untuk memeriahkan itu bukan
nyanyian tapi atraksi-atraksi atau tarian dsb. Alasannya, izin Nabi untuk
39
mengadakan nyanyian bukan khusus pada nyanyian dan dibatasi padanya,
tetapi izin pada nyanyian dalam kapasitasnya sebagai لو (bermain-main
sebagai ekspresi kegembiraan). Karena itu, semua aktivitas yang terkategori
di izinkan masuk pada acara pemboyongan. Bukhari meriwayatkan dari لو
Aisyah :
يا هللا صلى هللا عليو وسلم: أن ها زفت امرأة إىل رجل من األنصار. ف قال نب
فإن األنصار ي عجب هم اللهو. لو؟ عائشة ما كان معكم
Artinya :
Bahwasanya Aisyah memboyong seorang wanita kepada seorang lelaki dari
kalangan Anshar, maka Nabi SAW bersabda : "Wahai Aisyah, apakah kalian
tidak menyertakan لو ? sesungguhnya orang-orang Anshar adalah kaum yang terpikat
dengan لو .
Riwayat Al-Hakim dari Aisyah lafadznya berbunyi :
40
ىل وسلم: ن قلنا امرأة من األنصار إىل زوجها. ف قال رسول هللا صلى هللا عليو
ون اللهو كان معكم لو ب .فإن األنصار ي
Artinya;
Kami mengantarkan seorang wanita dari kalangan Anshar kepada suaminya,
maka Rasulullah SAW bersabda : "Apakah kalian menyertakan لو? sesungguh
orang Anshar adalah kaum yang menyukai لو.
Adanya nyanyian atau لو ini bukan karena hal tersebut disunnahkan
tetapi sebagai akomodasi dari suasana gembira yang menyelimuti pengantin.
Karena itu tidak benar jika dikatakan bernyanyi dalam acara ini dihukumi
Sunnah, sebab nyanyian, musik, dan Lahwun-Lahwun yang lain tidak pernah
didorong untuk berkembang atau dipopulerkan oleh Islam sebagaimana
dinyatakan oleh banyak Nash. Karena itu lebih tepat di sini ketika
dinyatakan bahwa nyanyian dan لو di izinkan sebagai Rukhshoh (keringanan)
dalam acara pemboyongan, untuk mengakomodasi suasana gembira yang
dirasakan pengantin saat Zifafnya.
Dalam suasana pemboyongan tersebut hendaknya, dijaga ucapan.
Ucapan-ucapan yang muncul hanyalah ucapan-ucapan kebaikan seperti
41
Tasbih, Dzikir, dan doa. Ucapan-ucapan yang baik akan membuat acara
tersebut diberkahi dan mengantarkan pada kebaikan.
Bukhari meriwayatkan dari Aisyah :
. ف قدمنا المدي نة ف ن زلنا ت زوجن النب صلى هللا عليو وسلم وأنا بنت ست سني
ي أم ف بن الارث بن خزرج. ف وعكت ف تمرق شعري ف وف جيمة. فأت تن أم
لفي . فصرخت ب فأت يت ها ال أدري ما رومان وإن أرجوحة ومعي صواحب ل
ج حت سكن ار وإن ألن . فأخذت بيدي حت أوق فتن على باب الد تريد ب
بو وجهي ورأسي. ث أدخلتن ب عض ن فسي. ث أخذت شيئا من ماء فمسحت
ار على الي والب ركة وعلى خي . فإذا نسوة من األنصار ف الب يت. ف قلن الد
طائر...
Artinya :
42
Nabi SAW menikahiku sementara aku berumur enam tahun. Kemudian kami
mendatangi Madinah dan kami singgah pada Bani Al-Harits bin Khozroj, kemudian
aku tertimpa demam sehingga rambutku rontok. Kemudian tumbuh lagi sehingga
lebatlah rambut ubun-ubunku. kemudian ibuku Ummu Ruman mendatangiku padahal
aku sedang dalam ayunan dan aku disertai kawan-kawanku. Kemudian beliau
berteriak memanggilku , maka akupun mendatanginya. Aku tidak mengetahui apa
yang beliau inginkan padaku. Kemudian beliau menggamit tanganku hingga
menghentikanku pada pintu rumah, sementara aku tersengal-sengal sampai nafasku
menjadi tenang. Kemudian beliau mengambil sedikit air lalu mengusap wajah dan
kepalaku dengannya, kemudian beliau memasukkan aku ke dalam rumah. Ternyata di
dalam rumah ada sejumlah wanita Anshar mereka berkata; "Semoga selalu dalam
kebaikan dan berkah …. Semoga selalu dalam prediksi yang terbaik …"
Termasuk hal yang ma'ruf jika mempelai wanita disinggahkan ke
masjid lalu shalat bersama seluruh pengiringnya lalu semuanya mendoakan
mempelai. Kebiasaan semacam ini ternyata populer di Madinah. Said bin
Manshur Al Khurosany meriwayatkan dalam kitab As-Sunan dari Ummu
Musa :
كانت الارية من أىل المدي نة إذا أرادوا أن ي هدوىا إىل زوجها ي نطلق با
ث ي نطلق با إىل ون لاإىل مسجد رسول هللا صلى هللا عليو وسلم ف يدع
زوجها.
43
Artinya :
Seorang gadis dari penduduk Madinah, jika orang-orang ingin memboyong gadis
itu kepada suaminya, maka mereka membawanya ke masjid Rasulullah SAW lalu
mereka mendoakannya kemudian baru di bawa kepada suaminya.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Ummu Salamah beliau berkata :
كانت ال ت زف بالمدي نة جارية إىل زوجها حت ير با ف المسجد ف تصلي
ر با على أزواج النب صلى هللا عليو ركعت ي وحت ي . قال أب و بكر قال: فيو
.وسلم ف يدعون Artinya :
Tidaklah seorang gadis di Madinah diboyong menuju suaminya hingga ia
dilewatkan dalam masjid lalu ia sholat di dalamnya. Abubakar berkata : Dia sholat
dua rakaat dan dilewatkan pada istri-istri Nabi SAW lalu mereka mendoakan.
Pemboyongan seorang wanita untuk diantarkan kepada suaminya
secara otomatis membuat pihak wanita yang mendatangi sementara pihak
lelaki menunggu disuatu tempat. Namun hal ini tidak bersifat kaku. Dalam
pemboyongan boleh saja divariasikan bentuknya dengan cara mengantarkan
wanita pada suatu tempat kemudian memanggil pihak lelaki untuk
mendatanginya.
44
Ahmad meriwayatkan dari Asma' binti Yazid :
نت عائشة لرسول هللا ق ي ن . فدعوتو للوتاصلى هللا عليو وسلم ث جئتو إ
فجاء فجلس إىل جنبها.
Artinya ;
Aku merias Aisyah untuk Rasulullah SAW. Kemudian aku mendatanginya,
lalu aku mengundang beliau untuk melihat Aisyah dengan jelas. Maka beliaupun
datang kemudian duduk disampingnya … "
Ini semua adalah penjelasan tentang hukum pemboyongan serta
hukum-hukum yang terkait dengannya. Adapun berkaitan dengan pengiring,
hukum asal pengiring pada pemboyongan adalah para wanita. Praktek yang
dilakukan di zaman Nabi menunjukkan hal itu.
Al-Baihaqi meriwayatkan dari Anas bin Malik :
45
يانا جاؤوا من عرس أن النب صلى هللا عليو وسلم . ف قام رأى نساء وصب
النب صلى هللا عليو وسلم إليهم مثيال ي عن ماثال وقال: اللهم إنكم من أحب
الناس إل.
Artinya :
Bahwasanya Nabi melihat para wanita dan anak-anak yang datang dari pesta
pernikahan. Maka Nabi berdiri untuk mereka di depan mereka sambil berkata : Ya,
Allah, sesungguhnya kalian adalah manusia yang paling aku cintai.
Riwayat Aisyah mengantarkan wanita pada suaminya, Ummu Sulaim
mengantarkan Shafiyyah pada Nabi, wanita-wanita Anshar menyerahkan
Aisyah pada Nabi, semuanya semakin menguatkan bahwa hukum asal
pengiring adalah para wanita.
Jika ada kaum lelaki yang mengantarkan, maka mereka adalah Wali,
kerabat dan Mahram mempelai wanita.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Dawud bin Jubair :
زف سعيد بن جب ي اب نتو إىل زوجها
46
Artinya :
Said bin Jubair memboyong putrinya (untuk diserahkan) kepada suaminya.
Perbuatan Sa'id bin Jubair, salah seorang Tabi'in sholih ini sejalan
dengan perbuatan Nabi yang mengantarkan puterinya Fatimah kepada Ali.
Jika pengiring adalah kaum wanita, maka tidak ada syarat wanita
tersebut harus dari kalangan kerabat. Boleh saja pengiring wanita tersebut
tetangga, kawan, atau Muslimah jauh. Riwayat-riwayat yang menjelaskan
pengiring wanita menunjukkan hal itu.
Tidak disyaratkan wanita yang menjadi pengiring harus disertai dengan
Mahramnya. Pertanyaan Nabi kepada Aisyah tentang nyanyian adalam acara
pemboyongan menunjukkan bahwa Nabi tidak menyertai Aisyah dalam
acara itu. Jadi, tidak wajib hadirnya Mahram untuk menemani wanita yang
menjadi pengiring.
Dikecualikan jika kondisi jalan tidak aman. Dalam kondisi ini wanita
dilarang keluar kecuali jika disertai dengan Mahramnya :
Imam Muslim meriwayatkan dari jalan Ibnu Abbas :
ع الن و ن أ اس ب ع ن اب ن ع صلى هللا عليو وآلو وسلم يطب ي قول: ال يلون ب س
رجل بامرأة إال ومعها ذو مرم وال تسافر المرأة إال مع ذي مرم. )رواه مسلم(Artinya;
Dari Ibnu Abbas beliau mendengar Rasulullah Saw berpidato, sabda beliau:
"Janganlah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat dengan seorang wanita, melainkan
47
seorang wanita itu disertai Mahramnya. Seorang wanita juga jangan bepergian kecuali
jika disertai Mahramnya”.
Tidak ada syarat tertentu terkait jumlah pengiring. Jumlah berapapun,
baik banyak maupun sedikit dibolehkan dalam acara pemboyongan. Hanya
saja diminta janganlah sampai taraf Isrof (berlebihan).
Disunnahkan bagi pengiring untuk menyenangkan mempelai wanita
termasuk keluarganya dengan cara-cara yang mubah. Dalilnya adalah
perintah Nabi SAW mengakomodasi kesenangan orang-orang Anshar
terhadap Lahwun dengan cara mengadakan Lahwun pada acara
pemboyongan yang dilakukan para pengiring.
Sesudah acara pemboyongan (Tasy-yi') acara berikutnya adalah Taslim
(penyerahan). Yang dimaksud acara penyerahan adalah acara penyerahan
mempelai wanita oleh pengiring kepada suaminya di tempat khusus yang telah
disediakan.
Tidak ada ucapara khusus pada acara Taslim ini. Pelaksanaannya
wajar-wajar saja sebagaimana orang mengantarkan orang lain. Aksi praktis
penyerahan ini bisa dilakukan dengan cara mendudukkan pengantin wanita
di sebelah kanan pengantin lelaki atau disebelah kirinya atau di posisi
manapun yang dikehendaki dengan cara yang ma'ruf.
At-Thabarani meriwayatkan dari Asma' binti Yazid :
48
ا أىدي ت ها إليو فأت يتو نت عائشة لرسول هللا صلى هللا عليو وسلم. ف لم أنا الت ق ي
با أجلست ها عن يينو.
Artinya :
Aku yang merias Aisyah untuk Rasulullah SAW. tatkala aku menyerahkan
pada beliau aku membawanya lalu aku dudukkan dia di sebelah kanan beliau.
Tidak ada ucapan-ucapan khusus dari pengirim ketika menyerahkan
mempelai wanita. Kalau ingin membuat ada, maka ucapan-ucapan yang baik
adalah ucapan doa misalnya mengatakan :
نكما ف خي وعافية بارك هللا لك وبارك عليك وجع ب ي Tidak ada aturan mengenai jumlah pengiring yang ikut masuk untuk
ikut menyerahkan mempelai wanita. Jumlah pengiring bisa disesuaikan
dengan tempat, situasi dan kondisi. Mana yang memungkinkan itulah yang
diambil.
Menjadi pengiring yang menyerahkan mempelai wanita, kepada
suaminya kemudian berhenti di tempat itu sekedarnya untuk menemani
mempelai wanita adalah perbuatan ma'ruf. Dalilnya dari riwayat Asma' binti
Umais yang menemani Fatimah saat diboyong kepada Ali. Asma'
menjelaskan motivasi kedatangannya menemani Fatimah adalah untuk
membantunya jika Fatimah butuh hal-hal tertentu. Ternyata ini dipandang
baik oleh Nabi, sehingga beliau mendoakannya. Jadi, menemani mempelai
49
wanita saat Taslim dengan maksud membantu kalau-kalau nanti ada yang
dibutuhkan adalah perbuatan ma'ruf dan disunnahkan.
د ف ب يتو إال رمال مبسوطا ا أىديت فاطمة إىل علي بن أب طالب ل ن لم
فأرسل رسول هللا صلى هللا عليو وسلم: ال ووسادة حشوىا ليف وجرة وكوزا.
. فجاء النب صلى هللا عليو ال ت قربن أىلك حت آتيك تدثن حدثا أو قال
حبشية وسلم ف قال: أث أخي؟ ف قالت أم أين وىي أم أسامة بن زيد وكانت
وكانت امرأة صالة: يا رسول هللا ىذا أخوك وزوجتو اب نتك؟. وكان النب صلى
هللا عليو وسلم آخى ب ي أصحابو وآخى ب ي علي ون فسو. قال :إن ذلك
دعا النب صلى هللا عليو وسلم بإناء فيو ماء ث قال يكون يا أم أين. قالت: ف
ما شاء هللا أن ي قول، ث مسح صدر علي ووجهو. ث دعا فاطمة ف قامت إليو
ها من ذلك وقال لا ما شاء هللا فاطمة ت عث ر ف مرطها من الياء. ف نضح علي
ل آلك أن أنكحتك أحب أىلي إل. ث رأى أن ي قول. ث قال لا: أما إن
ت أو من وراء الباب. ف قال: من ىذا؟ قالت أساء. قال : سوادا من وراء الس
50
أساء بنت عميس؟ قالت:ن عم يا رسول هللا. قال: جئت كرامة لرسول هللا صلى
ن با ال بد لا من امرأة هللا عليو وسلم؟ قالت: ن عم. لة ي ب إن الفتاة لي
ها. إن عرضت ها. قالت: فدعا ل تكون قري با من لا حاجة أفضت ذلك إلي
. فما بدعاء إنو ألوثق عملي عندي . ث قال لعلي دونك أىلك. ث خرج ف وىل
زال يدعو لما حت ت وارى ف حجره.Artinya :
Tatkala Fatimah diboyong kepada Ali bin Abi Thalib, kami tidak mendapati
dirumahnya melainkan tikar yang dibentangkan, bantal yang diiisi sabut, tempayan
dan gelas. Kemudian Rasulullah mengirim utusan dengan pesan : "Jangan sekali-kali
berbuat apapun" atau beliau berkata (perawi ragu) :"Jangan sekali-kali mendekati
istrimu hingga aku mendatangimu". Maka Nabi SAW lalu datang lalu beliau
bertanya; "Apakah di sana ada saudaraku?", Ummu Aiman berkata (beliau adalah
ibu dari Usamah bin Zaid. Beliau orang Habsyi, dan beliau adalah wanita yang
sholihah) : "Wahai Rasulullah, ini saudaramu dan istrinya adalah putrimu?" Nabi
memang mempersaudarakan diantara Shahabat-Shahabatnya dan beliau
mempersaudarakan antara Ali dengan dirinya sendiri. Beliau menjawab
:"Sesungguhnya itu bisa terjadi wahai Ummu Aiman". Asma' berkata :Maka Nabi
meminta sebuah bejana yang berisi air kemudian mengucapkan sesuatu yang
dikehendaki Allah untuk mengucapkannya. Kemudian beliau mengusap dada Ali dan
51
wajahnya. Kemudian beliau memanggil Fatimah. Maka Fatimah berdiri menuju beliau
dengan tersandung-sandung dalam pakaiannya kena malu. Kemudian Nabi
memercikkan air padanya dari bejana itu dan mengucapkan sesuatu yang dikehendaki
Allah untuk mengucapkannya. Kemudian beliau berkata kepadanya : "Sungguh, aku
tidak menelantarkan kamu ketika aku menikahkanmu dengan keluargaku yang
paling aku cintai". Kemudian beliau melihat bayangan orang dari balik tabir atau dari
balik pintu, maka beliau bertanya :"Siapa ini?" Asma' berkata :" Asma'" Beliau
bertanya : "Asma' binti Umais?" Asma' menjawab :"Benar wahai Rasulullah. Beliau
bertanya : "Engkau datang sebagai penghormatan terhadap Rasulullah?" Asma'
menjawab : "Benar, sesungguhnya seorang gadis, di malam saat ia
digauli, dia harus disertai seorang wanita yang berada di dekatnya.
Jika ia membutuhkan sesuatu, maka ia bisa membisikkannya pada
wanita yang menemaninya itu. Asma' berkata : maka beliau berdoa
dengan sebuah doa, yang doa itu merupakan amalku yang kuanggap
paling penting bagiku. Kemudian beliau berkata kepada Ali : "Terserah kamu
sekarang kau perlakukan apa istrimu". Kemudian beliau keluar dan berpaling, beliau
terus berdoa untuk keduanya hingga menghilang di balik kamarnya.
Pengiring dalam posisi ini boleh berinteraksi dengan mempelai dengan
cara yang ma’ruf baik interaksi itu terjadi dengan mempelai lelaki maupun
dengan mempelai wanita.
At-Thabarani meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid :
52
ا أىدي ت ها إليو فأت يتو نت عائشة لرسول هللا صلى هللا عليو وسلم. ف لم أنا الت ق ي
. با أجلست ها عن يينو. فأت رسول هللا صلى هللا عليو وسلم بقدح من لب
أطأت رأسها واستحيت. ف قلت لا: خذي من فشرب ث ناول عائشة. فط
رسول هللا صلى هللا عليو وسلم. فأخذت فشربت. ث قال: ناول تربك.
. فجعلت . فشرب ث ناولن أت تبع ف قالت: يا رسول هللا اشرب أنت ث ناولن
مواضع شفت رسول هللا صلى هللا عليو وسلم ونسوة قريب منا أو عندنا.
ف قال: ناوليو صواحباتك. ق لن: ال نشتهيو أو ال نريده. ف قال النب صلى هللا
.جوعاعليو وسلم: ال تمعن كذبا و
Artinya :
Aku yang merias Aisyah untuk Rasulullah SAW. Tatkala aku menyerahkan
pada beliau aku membawanya lalu aku dudukkan dia di sebelah kanan beliau.
Kemudian Nabi diberi segelas air susu. Kemudian beliau meminumnya lalu
memberikannya kepada Aisyah. Maka Aisyah menundukkan kepala dan merasa
53
malu. Maka aku berkata kepadanya : "Ambillah dari Rasulullah" Maka ia
mengambilnya lalu meminumnya, kemudian Rasulullah bersabda : "Berikan kepada
kawanmu, maka aku berkata : "Wahai Rasulullah minum dululah engkau lalu
berikan padaku", maka beliau meminumnya dan memberikannya kepadaku. Maka
aku berusaha mengikuti bekas bibir Rasulullah sementara ada sejumlah wanita di
dekat atau di sisi kami.Beliau bersabda : "Berikan kepada kawan-kawanmu", mereka
(para wanita yang ada ditempat itu) berkata : "Kami tidak berhasrat padanya" atau
(perawai ragu):"Kami tidak menginginkannya". Maka Rasulullah SAW bersabda :
:"Janganlah kalian menghimpun antara rasa lapar dengan kedustaan ….
Namun posisi para wanita pengiring yang ikut masuk untuk
menyerahkan mempelai wanita ke tempat Zifaf itu adalah seperti tamu,
sehingga adab-adab yang harus diperhatikan adalah adab-adab sebagai
seorang tamu. Karena itu, tidak boleh bagi para pengiring berbuat hal-hal
yang tidak menunjukkan kesopanan seperti makan tanpa dipersilahkan atau
tidur-tiduran secara tidak beradab atau keluar masuk tanpa izin.
Hendaknya pengiring memperhatikan akhlak mulia selama berada di
tempat itu. Jangan berdusta, menghina, berkata jorok atau mengguraui
secara keterlaluan. Pengiring juga sedapat mungkin membantu mempelai
memenuhi kebutuhannya seperti mengambilkan makanan, mengambilkan
barang, mengemasi barang dsb.
Adapun dari segi lama, prinsipnya pengiring tidak perlu berlama-lama
ditempat itu. Tidak ada batasan waktu secara khusus, tetapi kapan pengiring
meninggalkan tempat itu, mereka bisa mengambil dari salah satu dari tiga
54
standar yaitu izin mempelai wanita, isyarat dari suami atau inisiatif sendiri. Izin
mempelai wanita dijadikan standar karena kehadiran mereka adalah untuk
membantu mempelai wanita. Jika mempelai wanita sudah merasa cukup
maka kehadiran pengiring tidak diperlukan lagi. Isyarat dari suami dijadikan
standar karena Shohibulbait adalah suami. Ia yang berhak menyuruh pulang
tamunya, dan ia pula yang berhak menahan mereka. Inisiatif juga dijadikan
standar karena posisi pengiring adalah seperti tamu. Jika tamu memandang
kehadiran mereka sudah dirasa cukup maka pergi dari tempat itu adalah
gagasan terbaik.
Jika pengiringnya adalah ayah atau kerabat mempelai atau orang lain
yang berilmu, maka dipandang ma’ruf jika mereka mau memberikan kata-
kata baik dan nasehat.
At-Thabarani meriwayatkan dari Asma’ binti Umais beliau berkata :
د ف ا أىديت فاطمة إىل علي بن أب طالب ل ن ب يتو إال رمال مبسوطا لم
ووسادة حشوىا ليف وجرة وكوزا. فأرسل رسول هللا صلى هللا عليو وسلم: ال
. فجاء النب صلى هللا عليو ال ت قربن أىلك حت آتيك تدثن حدثا أو قال
: أث أخي؟ ف قالت أم أين وىي أم أسامة بن زيد وكانت حبشية وسلم ف قال
وكانت امرأة صالة: يا رسول هللا ىذا أخوك وزوجتو اب نتك؟. وكان النب صلى
ى ب ي علي ون فسو. قال :إن ذلك هللا عليو وسلم آخى ب ي أصحابو وآخ
55
يكون يا أم أين. قالت: فدعا النب صلى هللا عليو وسلم بإناء فيو ماء ث قال
امت إليو ما شاء هللا أن ي قول، ث مسح صدر علي ووجهو. ث دعا فاطمة ف ق
ها من ذلك وقال لا ما شاء هللا فاطمة ت عث ر ف مرطها من الياء. ف نضح علي
ل آلك أن أنكحتك أحب أىلي إل أن ي قول. ث قال لا: . ث رأى أما إن
ت أو من وراء الباب. ف قال: من ىذا؟ قالت أساء. قال: سوادا من وراء الس
أساء بنت عميس؟ قالت:ن عم يا رسول هللا. قال: جئت كرامة لرسول هللا صلى
ل ن با ال بد لا من امرأة تكون هللا عليو وسلم؟ قالت: ن عم. إن الفتاة لي ة ي ب
ها. قالت: فدعا ل بدعاء ها. إن عرضت لا حاجة أفضت ذلك إلي قري با من
. فما زال ث خرج ف و .إنو ألوثق عملي عندي. ث قال لعلي دونك أىلك ىل
يدعو لما حت ت وارى ف حجره.Artinya :
Tatkala Fatimah diboyong kepada Ali bin Abi Thalib, kami tidak mendapati
dirumahnya melainkan tikar yang dibentangkan, bantal yang diiisi sabut, tempayan
dan gelas. Kemudian Rasulullah mengirim utusan dengan pesan : "Jangan sekali-kali
56
berbuat apapun" atau beliau berkata (perawi ragu) :"Jangan sekali-kali mendekati
istrimu hingga aku mendatangimu". Maka Nabi SAW lalu datang lalu beliau
bertanya; "Apakah di sana ada saudaraku?", Ummu Aiman berkata (beliau adalah
ibu dari Usamah bin Zaid. Beliau orang Habsyi, dan beliau adalah wanita yang
sholihah) : "Wahai Rasulullah, ini saudaramu dan istrinya adalah putrimu?" Nabi
memang mempersaudarakan diantara Shahabat-Shahabatnya dan beliau
mempersaudarakan antara Ali dengan dirinya sendiri. Beliau menjawab
:"Sesungguhnya itu bisa terjadi wahai Ummu Aiman". Asma' berkata :Maka Nabi
meminta sebuah bejana yang berisi air kemudian mengucapkan sesuatu yang
dikehendaki Allah untuk mengucapkannya. Kemudian beliau mengusap dada Ali dan
wajahnya. Kemudian beliau memanggil Fatimah. Maka Fatimah berdiri menuju beliau
dengan tersandung-sandung dalam pakaiannya kena malu. Kemudian Nabi
memercikkan air padanya dari bejana itu dan mengucapkan sesuatu yang dikehendaki
Allah untuk mengucapkannya. Kemudian beliau berkata kepadanya : "Sungguh,
aku tidak menelantarkan kamu ketika aku menikahkanmu dengan
keluargaku yang paling aku cintai". Kemudian beliau melihat bayangan orang
dari balik tabir atau dari balik pintu, maka beliau bertanya :"Siapa ini?" Asma'
berkata :" Asma'" Beliau bertanya : "Asma' binti Umais?" Asma' menjawab :"Benar
wahai Rasulullah. Beliau bertanya : "Engkau datang sebagai penghormatan terhadap
Rasulullah?" Asma' menjawab : "Benar, sesungguhnya seorang gadis, di malam saat ia
digauli, dia harus disertai seorang wanita yang berada di dekatnya. Jika ia
membutuhkan sesuatu, maka ia bisa membisikkannya pada wanita yang menemaninya
itu. Asma' berkata : maka beliau berdoa dengan sebuah doa, yang doa itu merupakan
amalku yang kuanggap paling penting bagiku. Kemudian beliau berkata kepada Ali :
57
"Terserah kamu sekarang kau perlakukan apa istrimu". Kemudian beliau keluar dan
berpaling, beliau terus berdoa untuk keduanya hingga menghilang di balik kamarnya.
Sa’id ibnu Manshur meriwayatkan dari Aisyah beliau berkata :
إن رجال من المسلمي ليس لو شيئ ت زوج امرأة. فأمره رسول هللا صلى هللا
راعليو وسلم أن تدخل عليو امرأتو .وأوصاىم خي
Artinya :
Bahwasanya seorang lelaki dari kaum Muslimin yang tidak punya apa-apa
menikahi seorang wanita, maka Rasulullah SAW memerintahkan wanita itu untuk
masuk menemuinya dan beliau berwasiat kebaikan kepada mereka.
Dalam riwayat yang lain Sa’id bin Manshur membawakan Atsar dari
Ummu Musa :
رة كان إذا أىدى البنت من ب ناتو أمرىا بصالح األخالق أن جعفر بن ىب ي
وكان ي رى ذلك حسنا.Artinya :
58
Bahwasanya Ja’far bin Hubairoh jika mengantarkan salah satu putri dari putri-
putrinya kepada suaminya dia memerintahkannya untuk selalu berakhlak yang shalih
dan beliau memandang (aktivitas memberikan nasehat) itu baik.
Ini semua adalah penjelasan aturan terhadap pengiring dalam acara
Taslim.Adapun bagi mempelai sendiri, pada acara Taslim yang pertama kali
dilakukan suami adalah جلوة (memandang istri sejelas-jelasnya).
Jilwah adalah aktivitas alami yang dilakukan suami setelah istri
diserahkan. Mempelai wanita dihias secantik-cantiknya adalah untuk
kepentingan ini. Jika seorang wanita dirias sedemikian rupa kemudian
setelah itu dibiarkan tidak dilihat maka mudah difahami jika dikatakan itu
adalah kesia-siaan. Jika wanita diserahkan dalam keadaan bercadar, maka
pada saat Jilwah inilah suami membuka cadarnya untuk melihat kecantikan
istrinya.
Ahmad meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid bin Al-Muwattha’ :
نت عائشة ق ي ...صلى هللا عليو وسلم ث جئتو فدعوتو جللوتالرسول هللا إن
Artinya :
59
Aku merias Aisyah untuk Rasulullah kemudian aku mendatanginya lalu
kupanggil beliau untuk melihatnya sejelas-selasnya.
Suami dalam kondisi ini boleh memandang istri sepuas-puasnya meski
dengan syahwat sekalipun. Namun hendaknya suami menahan diri untuk
berbuat lebih jauh sebab posisinya saat itu masih bersama dengan para tamu
yang masih mengantarkan istrinya.
Pada saat Taslim, interaksi pertama yang dilakukan suami adalah
dengan istrinya, ini bisa difahami dari hadis yang mengisahkan penyerahan
Aisyah oleh wanita-wanita Anshar kepada Rasulullah.
Ahmad meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab:
ها ي وما أساء بنت يزيد بن الموطأأن إحدى نساء بن عبد األشهل دخل علي
ق ي نت عائشة لرسول هللا ن ف قربت إليو طعاما ف قال: ال أشتهيو. ف قالت: إ
. فجاء فجلس إىل جنبها. فأت فدعوتو للوتا عليو وسلم ث جئتو صلى هللا
. فشرب ث ناولا النب صلى هللا عليو وسلم. فخفضت رأسها بعس لب
: خذي من يد النب صلى هللا عليو واستحيت. قالت أساء فان ت هرت ها وق لت لا
وسلم. قالت: فأخذت فشربت شيئا ث قال لا النب صلى هللا عليو وسلم
60
أعطي تربك. قالت أساء: ف قلت: يا رسول هللا بل خذه فاشرب منو ث ناولنيو
ه على من يدك. فأخذه فشرب منو ث ناولنيو. قالت: فجلست ث وضعت
ركبت ث طفقت أدي ره وأت ب عو بشفت ألصيب منو مشرب النب صلى هللا عليو
. ف قلن: ال نشتهيو. فقال النب صلى هللا وسلم. ث قال لنسوة عندي: ناوليهن
عليو وسلم: ال تمعن جوعا وكذبا. ف هل أنت منتهية أن ت قول ال أشتهيو.
و ال أعود أبدا . ف قلت: أي أمArtinya ;
Bahwasanya Asma’ binti Yazid bin Al-Muwattha’ salah seorang wanita Bani
Abdul Asyhal, Syahr bertemu bertemu kepadanya. Maka Asma’ menghidangkan
makanan kepadanya. Syahr berkata : "Aku tidak menginginkannya". Asma’ berkata
: "Sesungguhnya aku merias Aisyah untuk Rasulullah SAW. Kemudian aku
mendatangi beliau lalu kuundang beliau untuk melihatnya sejelas-jelasnya. Maka beliau
datang lalu duduk di samping Aisyah kemudian beliau disuguhi segelas air susu. Maka
Nabi meminumnya lantas memberikannya kepada Aisyah. Maka Aisyah menekurkan
kepalanya dan merasa malu. Asma’ berkata : Maka aku membentaknya dan aku
berkata kepadanya : "Ambillah dari tangan Rasulullah SAW". Asma’ berkata :
Maka dia mengambilnya dan meminumnya sedikit. Kemudian Nabi berkata
kepadanya : "Berilah kawanmu". Asma’ berkata : Aku berkata : "Wahai Rasulullah
tidak, engkaulah yang mengambil lalu minumlah darinya setelah itu baru berikan
61
padaku dari tanganmu". Maka Nabi mengambilnya lalu meminumnya kemudian
memberikannya kepadaku. Asma’ berkata : Maka akupun duduk kemudian
kuletakkan gelas besar itu pada lututku. Kemudian aku memutarnya untuk mencari-
cari dengan kedua bibirku agar aku memperoleh bekas minum Rasulullah SAW.
Kemudian beliau berkata kepadaku bagi kepentingan para wanita yang ada di
disisiku."Berilah mereka", mereka berkata : "Kami tidak berselera terhadapnya"
Maka Nabi bersabda : "Janganlah kalian menghimpun antara rasa lapar dan
kedustaan. Apakah kamu mau berhenti untuk mengatakan : Aku tidak berselera
terhadapnya?" Aku berkata : "Duh Ibu, ya aku tidak akan mengulangi lagi
selamanya."
Disunnahkan bagi lelaki untuk melepaskan ketegangan jika istrinya
dalam kondisi tegang. Adalah wajar bagi para wanita dalam kondisi ini yakni
kondisi pertama kali bertemu lelaki yang tidak pernah dikenal, ia merasa
gugup, tegang dan berdebar-debar.
Karena itu termasuk akhlak yang baik jika seorang lelaki bersikap
lembut dan menghilangkan kegugupan istrinya dengan cara memberi minum
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah atau cara-cara lain yang ma'ruf.
Adapun bersikap romantis-romantisan, maka hal ini diperkenankan
sesudah para tamu pulang. Alasannya, romantis-romantisan adalah
hubungan khusus yang terjadi antara pasangan suami istri dan itu hanya
boleh terjadi di tempat khusus yang tertutup dan terhindar dari pandangan
orang. Prinsip ini tampak pada peristiwa lomba lari antara Rasulullah dengan
62
Aisyah yang pada saat itu Rasul memilih tempat yang tidak diketahui atau
dilihat kaum Muslimin.
رضي هللا عنها أن ها كانت مع النب صلى هللا عليو وسلم ف سفر عائشة عن
موا. ث قال: ت عال أسابقك و موا. ف ت قد ىي جارية. ف قال ألصحابو: ت قد
.) البيهقي(..فساب قتو فسب قتو Artinya;
Dari Aisyah ra. Bahwasanya beliau bersama Nabi dalam sebuah perjalanan
sementara beliau masih gadis kecil. Nabi bersabda kepada Shahabat-
shahabatnya:"Majulah kalian" Maka merekapun maju. Kemudian beliau berkata:"
Kemarilah (Aisyah) ayo berlomba lari. Maka akupun berlumba lari dengan beliau dan
kukalahkan beliau…(Al-Baihaqi)
Karena itu, apa yang terjadi di masyarakat berupa suap-suapan antara
suami istri hal ini hanya boleh terjadi di tempat khusus tidak boleh
disaksikan orang umum.
Inilah penjelasan hukum Taslim. Selanjutnya sesudah acara Taslim
acara terakhir adalah Liqo'.
Liqo' adalah acara pertemuan secara pribadi antara pengantin lelaki
dengan pengantin wanita tanpa disertai siapapun. Liqo' adalah acara yang
unsur privasinya menonjol dan merupakan acara terpenting dalam Zifaf.
63
Acara ini diawali dengan sejumlah aktivitasdan berakhir dengan acara
puncak yaitu Dukhul (hubungan suami istri). Ada empat aktivitas utama
yang dilakukan pada acara ini yaitu Jilwah Tsaniyah, Doa, Sholat dan
Dukhul. Berikut penjelasan masing-masing.
Sebelum dilakukan Jilwah Tsaniyah disunnahkan untuk memberikan
barang mahar yang telah disebutkan dalam akad, sebab mahar disunnahkan
diserahkan sebelum suami mencampuri istrinya.
Abu Dawud meriwayatkan dari Abdurrahman bin Tsauban dari salah
seorang Shahabat Nabi :
ا ت زوج فاطمة بنت رسول هللا
صلى هللا عليو وسلم أن عليا عليو السالم مل
ها أراد أن يدخل با. فمن عو رسول هللا صلى هللا عليو وسلم حت ورضى هللا عن
ي عطي ها شيئا. ف قال: يا رسول هللا ليس ل شيء ف قال لو النب صلى هللا عليو
أعطاىا درعو ث دخل با.ف أعطها درعك وسلم:
Artinya :
Bahwasanya Ali tatala menikahi Fatimah binti Rasulullah, dia ingin
menggaulinya. Maka Rasulullah mencegahnya hingga Ali memberinya sesuatu. Ali
berkata : "Wahai Rasulullah, aku tidak punya sesuatu. Maka Nabi SAW bersabda
64
kepadanya. "Berilah Fatimah baju besimu". Maka Ali memberikan baju besinya
kepadanya kemudian menggaulinya.
Namun menyerahkan benda mahar ini tidak bersifat wajib. Boleh saja
seorang suami menggauli istri yang telah sah dengan akad nikah tanpa
didahului dengan penyerahan mahar secara riil.
Sa'id bin Manshur meriwayatkan dari Khoitsamah :
أن رجال من األنصار ت زوج. ف قالوا: يا رسول هللا انو والاصل وليس عنده
شيئا من صداقها؟ قال: ن عم أدخلوىا عليو. عليو ول ي عطها أف ندخلهاشىء
Artinya :
Bahwasanya seorang lelaki dari kalangan Anshar menikah.Orang-orang
bertanya : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia menikah sementara dia tidak punya
sesuatu, apakah kami masukkan istrinya kepadanya sementara dia belum memberinya
mahar sedikitpun?" Nabi menjawab : "Ya, masukkan wanita itu kepadanya."
Hal pertama yang dilakukan dalam Liqo' adalah Jilwah (memandang
sejelas-jelasnya) dan ini adalah hal yang dihalalkan. Jika antara lelaki dan
wanita yang tidak ada hubungan sebelum menikah dilarang untuk saling
memandang dengan berlezat-lezat dan hal ini dinilai sebagai dosa, maka
sesudah pernikahan, memandang seperti itu dihalalkan dan bahkan
dipandang sebagai Hasanah. Jadi tidak ada lagi istilah Ghoddhul Bashor
65
kepada pasangan. Mata boleh dilepaskan sebebas-bebasnya, seliar-liarnya
hingga memicu syahwat yang paling besar sekalipun.
Jilwah ini dinamakan Jilwah Tsaniyah (kedua) karena Jilwah pertama
sudah dilakukan pada saat Taslim (penyerahan mempelai wanita oleh
pengiring). Jilwah pada saat ini boleh dilakukan dengan kadar lebih intim
dan romantis oleh seorang suami kepada istrinya atau sebaliknya. Namun
aktivitas ini tidak merupakan keharusan.
Sesudah Jilwah maka acara berikutnya adalah doa. Doa pada saat Liqo'
disyariatkan untuk meminta kebaikan. Yang dimintakan kepada Allah adalah
berkah, yakni tambahan kebaikan. Sebab datangnya pasangan hidup adalah
nikmat yang diberikan oleh Allah, yang boleh jadi mendatangkan rahmat
dan boleh jadi juga mendatangkan laknat.
Jika pernikahan membuat ketaatan seseorang semakin melemah, maka
pernikahan tersebut adalah bencana yang bisa menyeret pada laknat.
Sebaliknya jika dengan adanya pernikahan tersebut ketaatan justru semakin
kuat, maka itu adalah tanda bahwa pernikahan membawa rahmat.
Dzat istri dari segi dzatnya, berpotensi memberikan kebaikan pada
suami sebagaimana juga berpotensi menimbulkan keburukan. Istri yang
cantik misalnya, jika kecantikan istri membuat suami semakin banyak
bersyukur dan makin terjaga kehormatannya maka dzat istri dalam hal ini
mendatangkan kebaikan bagi suami. Sebaliknya, jika kecantikan istri
membuat suami malah lupa pada Allah, sombong karena memamerkan dan
membangga-banggakan istrinya di hadapan manusia, maka itu menjadi tanda
bahwa dzat istri mendatangkan keburukan bagi suami.
66
Demikian pula hal-hal yang sifatnya non fisik seperti karakter, nasab,
status sosial dan sebagainya. Semua ini bisa berpotensi memberikan
kebaikan sebagai mana juga bisa juga berpotensi memberikan keburukan.
Karena itulah Nabi mengajarkan doa untuk meminta kebaikan dari
istri baik dari dzatnya maupun dari segi segala sesuatu yang bersifat non
fisik.
Malik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam bahwa Rasulullah bersabda :
أة أو اشت رى اجلارية ف ليأخذ بناصيتها وليدع بالب ركة. إذا ت زوج أحدكم المر Artinya :
Jika salah seorang diantara kalian menikahi seorang wanita atau membeli
seorang budak wanita, maka hendaklah ia memegang ubun-ubunnya dan berdoa
meminta berkah.
Hukum doa adalah Sunnah berdasarkan hadis di atas dan tidak boleh
dikatakan wajib sebab tidak ada Qorinah yang menunjukkan keras/tegasnya
perintah.
Pelaku doa adalah suami, dan ini sudah mencukupi keduanya, sebab
kebaikan yang diminta suami, jika Allah mengabulkannya sehingga kebaikan
itu terealisasi pada suami, maka secara otomatis istri juga mendapatkannya.
Adapun tatacara yang diajarkan Nabi adalah : Suami memegang ubun-
ubun istri kemudian mengucapkan doa dengan sungguh-sungguh. Kenapa
67
ubun-ubun bukan pipi, lengan, punggung dan seterusnya hal ini tidak perlu
ditanya.
Adapun lafadznya, maka yang paling afdhol adalah lafadz yang datang
dari Nabi. Lafadz tersebut adalah lafadz yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dari 'Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi SAW berliau
bersabda :
ر رىا وخي أسألك خي إذا ت زوج أحدكم امرأة أو اشت رى خادما ف لي قل: اللهم إن
ذا اشت رى ما جب لت ها عليو وأعوذ بك من شرىا ومن شر ما جب لت ها عليو. وإ
را ف ليأخذ بذروة سنامو ولي قل مثل ذلك بعي
Artinya :
Jika salah seorang diantara kalian menikahi seorang wanita atau membeli
seorang pembantu maka ucapkanlah: "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta
kebaikannya dan kebaikan sesuatu yang engkau menciptakan fitrah dia atasnya, dan
aku berlindung dari keburukannya dan keburukan sesuatu yang engkau menciptakan
fitrah dia atasnya.
Ini adalah doa yang Ma'tsur dari Nabi, dan boleh saja bagi suami untuk
menambahnya dengan doa lain yang ia niatkan untuk kebaikan, sebagaimana
boleh juga ia berdoa dengan doa Mashnu' (yang dikarang sendiri), sebab
68
syariat doa memubahkan siapapun untuk berdoa dengan doa apapun yang
dikehendakinya. Doa yang seperti ini tidak bisa disamakan dengan doa
shalat misalnya, sebab shalat adalah ibadah Mahdhoh sementara pernikahan
bukanlah ibadah Mahdhoh. Jadi, membaca doa Mashnu' boleh saja
hukumnya.
Hanya saja, jika suami berdoa dengan doa yang dibuat sendiri
hendaknya ia memilih doa-doa untuk kebaikan akhirat. Sedapat mungkin ia
berusaha meminimalisasi doa-doa yang meminta kenikmatan duniawi yang
bersifat sementara. Nabi pernah mengkritik istrinya, Ummu Habibah ketika
berdoa dengan doa yang meminta kenikmatan duniawi yang bersifat
sementara meskipun tidak mengharamkannya.
قال قالت أم حبيبة: اللهم أمتعن بزوجي رسول هللا صلى هللا عليو عن عبد هللا
وسلم وبأب أب سفيان وبأخي معاوية. ف قال لا رسول هللا صلى هللا عليو
ها وسلم: دعوت هللا آلجال مض م من روبة وآثار معلومة وأرزاق مقسومة ال ي ت قد
ر شيء ب عد أجلو. لو سألت هللا أن يقيك من شيء ق بل أجلو وال ي تأخ
را لك .عذاب النار وعذاب القب لكان خي
69
Dari Abdullah beliau berkata; Ummu Habibah berdoa: "Ya Allah, berilah aku
kenikmatan dengan suamiku Rasulullah SAW, juga ayahku Abu Sufyan, juga
saudaraku Muawiyah". Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya :
"Engkau telah meminta kepada Allah untuk sebuah ajal yang telah ditetapkan,
atsar yang telah diketahui dan rizki yang telah dibagi. Tidak ada sesuatu darinya yang
bisa mendahului sebelum tiba ajalnya dan tidak ada sesuatu pun darinya yang bisa
menuntut penundaan sesudah tiba ajalnya. Andaikan engkau meminta Allah untuk
melindungimu dari siksaan neraka dan siksa kubur niscaya itu lebih bagimu.( An-
Nasai)
Sesudah doa maka mempelai kemudian melakukan sholat bersama.
Sholat yang dilakukan mempelai berdua ini memiliki faidah melenyapkan
keburukan yang dikhawatirkan muncul dalam kehidupan selanjutnya,
sekaligus menjadi batu pertama yang menandai bahwa pertemuan kedua
pengantin itu diawali dengan ketaatan dan akan dilanjutkan terus dengan
ketaatan sampai akhir hayat.
Diantara hal yang bisa dilenyapkan dengan sholat dalam Liqo' ini
adalah kebencian antar suami istri yang mungkin terjadi dalam kehidupan
suami istri selanjutnya.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Syaqiq :
ت زوجت جارية شاب جاء رجل إىل عبد هللا ي قال لو أب و جرير ف قال: إن ة وإن
يطان . قال: ف قال عبد هللا إن األلف من هللا والفرك من الش أخاف أن ي فركن
70
فإذا أت تك فمرىا أن تصلي وراءك يريد أن يكره إليكم ما أحل هللا لكم.
. ركعت يArtinya :
Seorang lelaki yang bernama Abu Jarir datang kepada Abdullah bin Mas'ud
kemudian berkata : "Sesungguhnya aku telah menikahi seseorang gadis belia dan aku
khawatir dia akan membenciku". Abdullah berkata :"Sesungguhnya kecintaan
(perasaan bersatu) itu dari Allah dan kebencian itu dari Syetan yang ingin membuat
kalian tidak suka kepada apa yang dihalalkan Allah kepada kalian. Jika istrimu
telah mendatangimu maka perintahkanlah dia sholat dua rakaat dibelakangmu.
Hukum sholat ini Sunnah bukan wajib, sebab riwayat Bukhari dari
Abbas bin Sahl dari ayahnya dan Abu Usaid menunjukkan bahwa Nabi
menggauli istrinya tanpa diawali sholat terlebih dahulu.
ا أدخلت عليو بسط ت زوج النب صلى هللا عليو وسلم أميمة بنت شراحيل. ف لم
. زىا ويكسوىا ث وب ي ها فكأن ها كرىت ذلك. فأمر أبا أسيد أن يه يده إلي Artinya :
Nabi SAW menikahi Umaimah binti Suhail. Tatkala wanita itu dimasukkan
pada Nabi, Nabi mengulurkan tangannya kepadanya.ternyata ia merespon seakan -
71
akan tidak suka itu. Maka Nabi memerintahkan Abu Usaid untuk menyiapkannya
(dipulangkan ke keluarganya) dan memberinya pakaian dua stel.
Adapun Kaifiyahnya, maka shalat ini tidak ada bedanya dengan sholat
Tathowwu' lainnya. Sholat ini dikerjakan sebanyak dua rokaat dengan niat
mendekatkan diri kepada Allah. Sholat semacam ini penting, sebab
dilakukan sholat memberikan makna bahwa pertemuan pertama antara
suami dengan istri itu dimulai dengan melakukan aktivitas ketaatan terhadap
Allah. Jika suatu kejadian diawali dengan ketaatan kepada-Nya maka Allah
memberikan kebaikan yang tidak putus-putusnya pada masa-masa
selanjutnya.
Dalam sholat tersebut sangat baik jika kedua mempelai membaca doa
untuk meminta kebaikan pada Allah, terutama pada saat sujud.
Abdurrozzaq meriwayatkan dari Ibnu Juraij yang menceritakan
pernikahan salah seorang Shahabat :
ها ... ا دخل علي ا فإذا ىو بالب يت مست ور. ف قال: ما أدري اب لى ب ع ف ق و ف لم
لكعبة ف كندة. وهللا ال أدخلو حت ت هتك أستاره. أ مموم ب يتكم أم تولت ا
ها شيء دخل. ف رأى متاعا كثيا وجواري. ف قال: ما ا ىتكوىا ف لم ي بق من ف لم
بذا. أمرن ىذا المتاع؟ قالوا متاع امرأتك وجواري ها. قال: وهللا ما أمرن حب
72
ا : من أمسك من اجلواري فضال عم أن أمسك مثل أثاث المسافر. وقال ل
ا نكح أو ينكح ث ب غي فإثهن عليو. ث عمد إىل أىلو ف وضع يده على رأسه
عت رحك وقال لمن عندىا: ارتفعن. ف لم ي بق إال امرأتو. ف قال: ىل أنت مطي
رسول هللا صلى هللا عليو هللا؟ قالت: قد جلست ملس من يطاع. قال: إن
: ف ليكن أول ما ت لتقيان عليو على طاعة هللا. إن ت زوجت ي وماوسلم قال ل
نت ف بات . فصليا ركعت ي وأم ن عتن أدعو بو فأم ف قومي ف لنصل ركعت ي فما س
عندىا.
Artinya;
…Tatkala beliau hendak masuk menemui istrinya dan berdiri di depan pintu
beliau melihat rumahnya diselubungi kain. Maka beliau berkata : "Aku tidak tahu
apakah rumah kalian tertimpa demam ataukah Ka'bah telah berpindah dari Kindah.
Demi Allah, aku tidak mau memasukinya hingga kain itu dirobek." Tatkala orang-
orang telah merobeknya dan tidak ada yang tersisa darinya, maka beliau masuk. Maka
beliau melihat barang-barang yang banyak dan gadis-gadis. Beliau bertanya : "Barang
apa ini?", Mereka menjawab : "Barang-barang istrimu dan budak-budak
perempuannya". Beliau berkata : "Demi Allah, tidak begini kekasihku (Rasulullah)
73
memerintahkan. Kekasihku memerintahkan agar aku memiliki seperti (kepemilikan)
barang-barang musafir saja, dan berkata kepadaku : Barang siapa yang memiliki
budak perempuan yang lebih dari keperluan yang sudah didapatkan dengan
pernikahan, kemudian mereka berzina, maka dosanya ditanggung dia." Setelah itu
beliau menuju istrinya lalu meletakkan tangannya pada kepalanya dan berkata kepada
wanita yang berada di sisinya : "Pergilah kalian". Akhirnya tidak ada yang tertinggal
selain istrinya , kemudian beliau berkata : "Apakah engkau mau taat kepadaku?
Semoga Allah merahmatimu". Istrinya menjawab : "Engkau telah duduk dalam posisi
orang yang ditaati" Beliau berkata : "Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda
kepadaku : Jika suatu hari engkau menikah, maka hendaklah sesuatu yang pertama
kali menjadi dasar kalian bertemu adalah ketaatan kepada Allah. Maka bangunlah,
mari kita sholat dua rakaat, doa apapun yang kau dengar dariku maka aminilah",
maka keduanya pun sholat dua rakaat dan istrinya mengamininya dan beliau
bermalam di sisinya.
At-Thabarani meriwayatkan dari Abu Abdurrahman As-Sulami;
أخاف الفرك. ق ت زوجت امرأة وإن ال: إذا أن رجال أتى بن مسعود ف قال: إن
اللهم بارك ل ف أىلي وبارك لم ف. اللهم أت يت با فصل ركعت ي وقل:
ن نا إذا ف رقت إىل خي. ن نا ما جعت بي وف رق ب ي اجع ب ي Artinya :
74
Bahwasanya seorang lelaki mendatangi Ibnu Mas'ud kemudian
berkata:"Sesungguhnya aku menikahi seorang wanita dan aku menghawatirkan
tumbuhnya kebencian". Ibnu Mas'ud berkata.:"Jika engkau telah membawanya, maka
sholatlah dua rakaat dan ucapkan : Ya Allah berkahilah keluargaku untukku, dan
berkahilah aku untuk mereka. Ya Allah himpunkanlah kami-selama engkau
menghimpun-dalam kebaikan, dan pisahkanlah kami -jika engkau memisahkan-, pada
kebaikan.
Dalam Mu'jam Ausath At-Thabarani juga meriwayatkan dari Abdullah
bin Mas'ud :
المرأة على زوجها أن ي قوم الرجل ف ت قوم دخلت ص كان ي علمهم إذا أن النب
اللهم بارك ل ف أىلي وبارك الىلي ف. من خلفو ف يصليان ركعت ي وي قول:
وارزقن ن نا ما جعت ف خي وف رق اللهم ارزق هم من هم. اللهم اجع ب ي من
ن نا إذا ف رقت اىل خي .ب ي Artinya :
Bahwasanya Nabi mengajari mereka (para Shahabat) jika seseorang wanita telah
masuk menemuai suaminya, hendaknya suami berdiri dan istrinya berdiri
dibelakangnya, lalu keduanya sholat dua rakaat dan suaminya berdoa :"Ya Allah,
berkahilah keluargaku untukku dan berkahilah aku untuk keluargaku. Ya Allah,
berilah mereka rizki dariku dan berilah aku rizki dari mereka. Ya Allah himpunlah
75
kami,-selama engkau menghimpun-dalam kebaikan. Dan pisahkanlah kami-jika
engkau memisahkan- pada kebaikan.
Jika istri dalam kondisi haid, maka dia cukup duduk di belakang suami
sambil berdzikir dan mengamini doa suami yang dibaca dengan keras. Jika
tidak mendengar doa suami maka dia cukup berdzikir dan berdoa sendiri.
Adapun amalan lain, maka semua amalan apapun yang terkategori
ketaatan kepada Allah, dinilai hal yang ma'ruf dilakukan meskipun itu bukan
sholat. Alasannya, perintah Nabi kepada Abdullah bin Mas'ud adalah
mengawali pertemuan dengan istri dengan melakukan ketaatan kepada Allah
إن ت زوجت ي وما ف ليكن أول ما ت لتقيان عليو على طاعة هللا.
Jika suatu hari engkau menikah, maka hendaklah sesuatu yang pertama kali
menjadi dasar kalian bertemu adalah ketaatan kepada Allah. (HR. Abdur Rozzaq
dlm mushonnafnya)
Lafadz ketaatan bersifat umum, bisa berlaku pada amal Dzikir, doa,
Tilawah, dsb.
Sesudah melakukan sholat, tibalah dua mempelai melakukan acara
puncak, yaitu Dukhul (berhubungan suami istri). Hubungan ini adalah apa
yang dinamakan orang-orang dengan sebutan malam pertama, dan ia
merupakan kejadian terindah bagi mempelai berdua. Adab-adab tentang
aktivitas ini diatur tersendiri oleh Islam dan perlu dikaji dalam bahasan
tersendiri.