achmad gozhali, dwinsani p. astha - paper tugas sip

8
PEMINTAKATAN ZONA RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG KELUD DENGAN MODEL BUILDER ARCGIS Dwinsani P. (3212205008), Achmad Ghozali (3212205903) Latar Belakang Gunung Kelud merupakan gunung api yang terletak di Jawa Timur. Secara administratif, Gunung Kelud masuk wilayah Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Malang. Menurut para ahli, Gunung Kelud mempunyai siklus erupsi kurang lebih 15 tahunan. Letusan gunung api mempunyai 2 (dua) jenis bahaya yaitu, bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder). Bahaya primer antara lain awan panas, lontaran batu, hujan abu tebal, aliran lava, dan gas beracun. Sedangkan bahaya ikutan terjadi setelah proses letusan terjadi, misalnya material yang terbawa air hujan sehingga dapat menjadi banjir bebatuan atau banjir lahar. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko bencana letusan Gunung Kelud dengan hasil akhir penentuan zonasi berdasarkan tingkat resiko tersebut. Analisis menggunakan ArcGIS dan penentuan bobot dengan analisis AHP. Tapi yang akan dijelaskan berikutnya adalah analisis dengan ArcGIS. Wilayah Studi Wilayah studi terdiri dari 2 Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Gunung Kelud yaitu Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar dimana masing-masing kecamatan yang termasuk kedalam wilayah studi antara lain : 1. Kabupaten Blitar : Kecamatan Garum dan Gandusari 2. Kabupaten Kediri : Kecamatan Nglegok, Ngancar, Plosoklaten, Puncu, daan Kepung. Variabel dalam Analisis Dalam analisis pemintakatan zona risiko bencana letusan gunung kelud ini menggunakan variable sebagai berikut : Tabel Variabel dan Pengaruhnya Terhadap Analisis Indikator Variabel Pengaruh Terhadap Pemintakatan Tingkat Bahaya Letusan Gunung Api Aliran Lava Semakin tinggi zona aliran larva maka semakin besar terdampak aliran lava letusan gunung api. Lontaran Kawah Pijar Semakin dekat suatu wilayah studi dengan kawah maka semakin bahaya karena semakin besar potensi terdampak lontaran pijar. Tingkat Kerentanan Aspek lingkungan Jarak dengan Sungai Semakin dekat dengan sungai maka semakin rentan wilayah studi tersebut karena aliran lava cenderung mengikuti sungai.

Upload: rini-ratna-widya

Post on 24-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

Page 1: Achmad Gozhali, Dwinsani P. Astha - PAPER TUGAS SIP

PEMINTAKATAN ZONA RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG KELUD DENGAN

MODEL BUILDER ARCGIS

Dwinsani P. (3212205008), Achmad Ghozali (3212205903)

Latar Belakang

Gunung Kelud merupakan gunung api yang terletak di Jawa Timur. Secara administratif,

Gunung Kelud masuk wilayah Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Malang. Menurut para

ahli, Gunung Kelud mempunyai siklus erupsi kurang lebih 15 tahunan.

Letusan gunung api mempunyai 2 (dua) jenis bahaya yaitu, bahaya utama (primer) dan

bahaya ikutan (sekunder). Bahaya primer antara lain awan panas, lontaran batu, hujan abu

tebal, aliran lava, dan gas beracun. Sedangkan bahaya ikutan terjadi setelah proses letusan

terjadi, misalnya material yang terbawa air hujan sehingga dapat menjadi banjir bebatuan atau

banjir lahar.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko bencana letusan Gunung Kelud

dengan hasil akhir penentuan zonasi berdasarkan tingkat resiko tersebut. Analisis

menggunakan ArcGIS dan penentuan bobot dengan analisis AHP. Tapi yang akan dijelaskan

berikutnya adalah analisis dengan ArcGIS.

Wilayah Studi

Wilayah studi terdiri dari 2 Kabupaten yang berbatasan

langsung dengan Gunung Kelud yaitu Kabupaten

Kediri dan Kabupaten Blitar dimana masing-masing

kecamatan yang termasuk kedalam wilayah studi antara

lain :

1. Kabupaten Blitar :

Kecamatan Garum dan Gandusari

2. Kabupaten Kediri :

Kecamatan Nglegok, Ngancar, Plosoklaten,

Puncu, daan Kepung.

Variabel dalam Analisis

Dalam analisis pemintakatan zona risiko

bencana letusan gunung kelud ini menggunakan

variable sebagai berikut :

Tabel Variabel dan Pengaruhnya Terhadap Analisis

Indikator Variabel Pengaruh Terhadap Pemintakatan

Tingkat Bahaya

Letusan Gunung Api

Aliran Lava Semakin tinggi zona aliran larva maka

semakin besar terdampak aliran lava letusan

gunung api.

Lontaran Kawah Pijar Semakin dekat suatu wilayah studi dengan

kawah maka semakin bahaya karena semakin

besar potensi terdampak lontaran pijar.

Tingkat Kerentanan

Aspek lingkungan

Jarak dengan Sungai Semakin dekat dengan sungai maka semakin

rentan wilayah studi tersebut karena aliran

lava cenderung mengikuti sungai.

Page 2: Achmad Gozhali, Dwinsani P. Astha - PAPER TUGAS SIP

Indikator Variabel Pengaruh Terhadap Pemintakatan

Topografi Semakin tinggi wilayah studi maka semakin

rentan terhadap bahaya letusan karena

semakin sering terdampak lontaran pijar.

Tingkat Kerentanan

Aspek Fisik

Prosentase Kawasan

Terbangun

Semakin besar kawasan terbangun di suatu

wilayah studi maka

Kepadatan Bangunan Semakin besar kepadatan bangunan di wilayah

studi maka semakin rentan wilayah tersebut

karena cenderung memiliki penduduk dan

aktivitas ekonomi yang lebih besar.

Jarak dengan SUTT Semakin dekat wilayah studi dengan jaringan

SUTT maka semakin rentan wilayah tersebut

karena bahaya hantaran listrik saat gempa atau

letusan terjadi.

Rasio panjang jalan Semakin besar rasio panjang jalan

(perbandingan panjang jalan dengan luas

wilayah) maka semakin besar akses terhadap

wilayah tersebut dan semakin kecil

kerentanannya.

Tingkat Kerentanan

Aspek Sosial

Jumlah Penduduk

wanita

Semakin besar penduduk wanita di wilayah

studi maka semakin rentan wilayah tersebut

dalam menghadapi bencana letusan Gunung

Kelud.

Jumlah penduduk non

produktif (Lansia dan

Balita)

Semakin besar penduduk non produktif maka

semakin rentan wilayah tersebut dalam

menghadapi bencana letusan Gunung Kelud.

Kepadatan Penduduk Semakin besar tingkat kepadatan penduduk di

wilayah studi maka semakin rentan.

Tingkat Kerentanan

Aspek Ekonomi

Jumlah penduduk

miskin

Semakin besar penduduk miskin di wilayah

studi maka semakin rentan wilayah tersebut.

Jumlah populasi ternak

besar

Semakin besar penduduk miskin di wilayah

studi maka semakin rentan wilayah tersebut

karena biasanya penduduk terbebani oleh

hewan ternaknya.

Sumber : Riska, 2011

Dalam analisis setiap variabel dikelompokkan kedalam 5 kategori sehingga masing-masing value

wilayah di masing-masing variable dikelompokkan menjadi 5 kelas atau range dengan interval yang

sama. Berdasarkan pengaruhnya seperti pada tabel maka skor 1-5 diberikan dimasing-masing kelas atau

range. Semakin besar pengaruhnya terhadap peningkatan bahaya atau kerentanan maka nilainya

semakin besar.

Selanjutnya masing-masing variabel tingkat bahaya di overlay menggunakan teknik weighted

sum dengan bobot yang sama yaitu 0,5. Sedangkan variabel kerentanan di overlay menggunakan teknik

weighted sum dengan bobot hasil AHP seperti pada tabel berikut ;

Page 3: Achmad Gozhali, Dwinsani P. Astha - PAPER TUGAS SIP

Tabel Bobot Antar Variabel

Aspek Bobot Variabel Bobot

Tingkat Kerentanan

Aspek lingkungan 0,18

Jarak dengan Sungai 0,68

Topografi 0,32

Tingkat Kerentanan

Aspek Fisik 0,192

Prosentase Kawasan Terbangun 0,443

Kepadatan Bangunan 0,302

Jarak dengan SUTT 0,073

Rasio panjang jalan 0,182

Tingkat Kerentanan

Aspek Sosial 0,529

Jumlah Penduduk wanita 0,135

Jumlah penduduk non produktif

(Lansia dan Balita) 0,627

Kepadatan Penduduk 0,238

Tingkat Kerentanan Aspek Ekonomi

0,099 Jumlah penduduk miskin 0,659

Jumlah populasi ternak besar 0,341

Sumber : Riska, 2011

Analisa dengan Model Builder ArcGIS

Bahan Shapefile atau Feature pada Permodelan Builder ArcGIS

Beberapa shapefile yang digunakan dalam analisis ini antara lain :

1. Batas wilayah studi yang merupakan batas administrasi kecamatan yang termasuk dalam wilayah

studi dan sudah memiliki atribut tabel sebagai berikut :

Gambar atribut tabel data yang ada pada shapefile Batas Kecamatan untuk keperluan analisa

2. Shapefile bahaya aliran lava yang berbentuk zona aliran lava seperti pada gambar .

3. Shapefile bahaya lontaran pijar (dalam kilometer) seperti pada gambar.

Page 4: Achmad Gozhali, Dwinsani P. Astha - PAPER TUGAS SIP

Gambar bahaya lontaran pijar (kiri) dan bahaya aliran lava (kanan)

4. Shpaefile jaringan sungai

5. Shaefile jaringan SUTT

6. Citra SRTM Topografi Jawa Timur.

Gambar Jaringan Sungai (kiri atas), Jaringan SUTT (kanan atas) dan Topografi Jatim Hasil Citra

SRTM

Page 5: Achmad Gozhali, Dwinsani P. Astha - PAPER TUGAS SIP

Analisis Permodelan ArcGIS Builder

Secara keseluruhan model builder pada analisis ini seperti pada gambar berikut :

Gambar Model Builder Pemintakatan Zona Risiko Bencana Letusan Gunung Kelud

Gambar Model Builder Sub Analisa Tingkat Kerentanan (Vulnerability)

B

A

H

A

Y

A

K

E

R

E

N

T

A

N

A

N

Analisis Awal untuk Topografi

dan Buffer Sungai daan SUTT

Export to raster dan

Analisis Reclassify

Weighted sum

Dan Reclassify Hasil Overlay antar

variabel dan antar aspek

Raster

Calculator

Page 6: Achmad Gozhali, Dwinsani P. Astha - PAPER TUGAS SIP

Gambar Model Builder Sub Analisa Tingkat Bahaya (Hazard)

Pada analisa pemintakatan zona risiko letusan Gunung Kelud ini dapat dibagi menjadi 2 sub

analisa yaitu analisa tingkat bahaya (hazard) dan analisa tingkat kerentanan (vulnerability). Pada

analisis bahaya, masing-masing feature bahaya aliran lava dan bahaya lontaran pijar diubah menjadi

raster untuk mempermudah analisis overlay selanjutnya. Kemudian masing-masing raster diberikan

nilai dengan melakukan penataan kelas (reclassify). Sedangkan pada analisa tingkat kerentanan lebih

banyak dilakukan export raster atribut data pada shapefile “Batas Kecamatan”.

Secara keseluruhan tools analisis yang digunakan dalam analisis pemintakatan zona risiko

bencana letusan gunung kelud ini terdiri dari :

1. Analisis buffer sungai dan SUTT untuk menentukan zona-zona jarak dari sungai yang

mempengaruhi tingkat kerentanan fisik dan lingkungan wilayah tersebut.

2. Analisis intersect digunakan untuk mengeliminasi buffer sungai dan SUTT yang bukan

merupakan wilayah studi.

3. Analisis union yang digunakan untuk menggabungkan zona buffer sungai dan SUTT dengan

wilayah studi sehingga dalam satu shapefile terdapat zona jarak wilayah dari sungai maupun

SUTT.

Gambar Model Builder Analisis Multiple Ring Buffer Jarak dari Sungai dan SUTT

Gambar Analisis Multiple Ring Buffer Jarak dari Sungai dan SUTT

Page 7: Achmad Gozhali, Dwinsani P. Astha - PAPER TUGAS SIP

4. Analisis Project Raster digunakan untuk memproyeksikan ulang raster hasil citra SRTM yang

belum berproyeksi UTM 49 S yang digunakan dalam analisis pemintakatan tingkat risiko ini.

5. Analisis Extract By Mask digunakan untuk mengekstrak topografi wilayah studi dari citra SRM

topografi Jawa Timur.

Gambar Analisis Project Raster dan Extract By Mask Topografi Wilayah Studi

6. Analisis Feature to Raster untuk mengubah format vector kedalam bentuk raster variabel-

variabel analisa. Diguakan terutama pada variabel yang datanya tercantum dalam atribut tabel

suatu shapefile. Dalam analisis ini digunakan cell size sebesar 20.

7. Analisis Reclassify untuk mengubah kelas dan nilai pada masing-masing unit wilayah analisis

dalam suatu variabel tertentu. Pembagain Kelas didasarkan pada jenis klasifikasi equal interval

(membagi dengan jarak yang sama antar kelas) dan pemberian nilai 1 untuk tingkat pengaruh

rendah dan 5 untuk yang tertinggi pengaruhnya terhadap kerentanan atau bahaya.

8. Analisis Weighted Sum digunakan untuk menumpangtindihkan nilai masing-masing variabel

dengan bobot tertentu (dalam hal ini bobot hasil analisis AHP) sehingga muncul nilai baru pada

masing-masing unit wilayah.

9. Analisis Raster Calculator digunakan untuk memberikan nilai baru tingkat risiko dengan suatu

formula dari nilai tingkat hazard dan tingkat kerentanan (vulnerability) masing-masing unit

wilayah.

Page 8: Achmad Gozhali, Dwinsani P. Astha - PAPER TUGAS SIP

Hasil dan Penutup

Dari hasil analisa secara keseluruhan didapatkan peta tingkat risiko bencana letusan Gunung

Kelud seperti pada Gambar Berikut. Terdapat 5 zona risiko bencana gunung kelud di wilayah studi

antara lain :

1. Wilayah Risiko Sangat Rendah

2. Wilayah Risiko Rendah

3. Wilayah Risiko Sedang

4. Wilayah Risiko Tinggi

5. Wilayah Risiko Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, maka kaitan dengan perencanaan

wilayah dan kota adalah bagaimana bias meminimalkan dampak letusan jika terjadi bencana

letusan Gunung Kelud baik terkait penggunaan lahan pada zona-zona yang berisiko sedang

sampai tinggi maupun terkait infrastruktur diwilayah tersebut. Berikut adalah saran untuk

meminimalkan risiko terkena dampak bencana letusan Gunung Kelud:

- Memberikan pembinaan pada masyarakat yang bermukim pada wilayah kawasan rawan

benacana agar lebih tanggap terhadap bencana. Menambah pendidikan terkait mitigasi

bencana pada pendidikan dasar.

- Memberikan jalur evakuasi sesuai dengan zonasi.

- Pengecekan secara berkala sabo dam sebagai tempat penampungan lahar.

- Berdasarkan lokasi Gunung Kelud yang berbatasan dengan beberapa Kabupaten, maka

lebih baik dilakukan kerjasama terkait penanganan bencana yang terjadi.