acara 1 pendugaan kemelimpahan suatu satwa

Upload: novia-hertiyani

Post on 18-Oct-2015

425 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ekologi

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    1/13

    I.PENDAHULUANA.Judul

    Pendugaan Kemelimpahan Suatu Jenis Satwa (Ikan Hitam)

    B.Latar BelakangPopulasi merupakan sehimpunan individu atau kelompok individu suatu

    jenis makhluk hidup yang tergolong dalam satu spesies (atau kelompok berlainan

    yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis bersangkutan), dan pada

    suatu waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Studi

    mengenai populasi bertujuan untuk menjelaskan dan meramalkan perkembangan

    suatu populasi (Odum, 1971). Populasi terbagi dua yaitu populasi tertutupadalah

    sebuah populasi satwa yang tertutup dari faktortambahan (kelahiran dan imigrasi)

    dan faktor pengurangan (kematian dan emigrasi) sedangkan populasi terbuka

    dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi (Suin, 1989).

    Ukuran populasi dapat diestimasi dengan berbagai metode. Perhitungan

    populasi bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kemelimpahan jenis hewan

    yang tinggal di suatu tempat. Dalam praktikum kali ini akan menggunakan metode

    CMR (capture-mark-recapture), ikan hitam sebagai populasi yang diestimasisedangkan ikan merah sebagai mark. Kemudian dihitung populasi tertutup dengan

    Metode Petersen, Schnabel, dan Schumacher-Eschmeyer.

    C. TujuanEstimasi kemelimpahan suatu jenis satwa dengan menggunakan metode

    pendaan dan pelepasan ulang.

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    2/13

    II. DASAR TEORIPopulasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama

    spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik),

    yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang

    walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan

    bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Populasi memiliki beberapa

    karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu

    anggota populasi, karakteristik dasar suatu populasi adalah ukuran besar populasi,

    kerapatan dan kelimpahan populasi (Odum, 1971). Populasi terbagi dua yaitu

    populasi tertutupadalah sebuah populasi satwa yang tertutup dari faktortambahan

    (kelahiran dan imigrasi) dan faktor pengurangan (kematian dan emigrasi) sedangkan

    populasi terbuka dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi (Suin,

    1989).

    Metode Capture-Recapture (tangkap-tandai-lepas-tangkap kembali-lepas)

    merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi

    dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung, atau mamalia.

    Individu yang ditangkap diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam periodewaktu yang pendek (1 hari). Setelah jangka waktu tertentu dilakukan penangkapan

    yang kedua yang kemudian diidentifikasi. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan

    populasi dari suatu tempat/lokasi yang berbeda serta untuk melatih dalam

    menggunakan peralatan sederhana dalam menduga poplasi hewan bergerak (Boror

    dan Dwight, 1954).

    Metode CMR dapat dibuat simulasi atau tiruan untuk menggantikan populasi

    hewan yang dimaksud dengan teknik pengambilan sampel yang akurat akan

    didapatkan besarnya populasi yang mendekati jumlah sebenarnya.

    Dua karakteristik penting pada populasi adalah kepadatan dan jarak antar individu.

    Pada kasus yang luar biasa kita mungkin bisa menentukan ukuran dan kepadatan

    populasi dengan menghitung langsung seluruh individu yang ada di dalam batas suatu

    populasi. Pada beberapa kasus, ukuran populasi ditaksir bukan dengan menghitung

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    3/13

    organismenya akan tetapi dengan menggunakan indikator tidak langsung, seperti

    jumlah sarang, atau tanda-tanda seperti kotoran atau jejak (Boror dan Dwight, 1954).

    Menurut Poole (1974), metode CMR merupakan salah satu metode

    inventarisasi satwa liar yang digunakan untuk memperkirakan berbagai parameter

    populasi antara lain kepadatan populasi, laju kematian, kelahiran, emigrasi dan

    imigrasi. Pada metode ini, dilakukan penangkapan satwa, kemudian satwa yang telah

    ditangkap ditandai dan dilepaskan kembali. Dalam periode waktu tertentu, dilakukan

    penangkapan kembali sehingga didapatkan individu yang bertanda dan tidak

    bertanda. Selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan

    (kelahiran atau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah

    populasi, dalam melakukan metode CMR asumsi yang harus dipenuhi yaitu:

    a. Individu yang bertanda bercampur dengan individu lain yang tidak tertangkappada periode penangkapan pertama

    b. Selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan (kelahiranatau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah populasi

    c. Individu yang bertanda tidak terpengaruh atau terganggu terhadap tanda yangdiberikan

    d. Kedua sampel diambil secara acak dan tiap individu mempunyai peluang yangsama untuk tertangkap

    e. Tanda yang dipasang tidak hilang selama dilakukan studif. Penangkapan pertama tidak mempengaruhi kemungkinan individu tertangkap

    pada penangkapan kedua (beberapa jenis satwa menunjukkan perilaku senang

    tertangkap)

    Petersen menemukan bahwa daerah dasar terus-menerus dihuni oleh

    sekelompok spesies yang sama dan bahwa daerah-daerah yang dihuni oleh asosiasi

    spesies yang berlainan. Metode Peterson merupakan cara sederhana, karena

    merupakan single marked, cara ini melibatkan penangkapan sebagian populasi,

    penandaan untuk pencirian, dan pelepasan. Individu yang ditangkap diberi tanda yang

    mudah dibaca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek.

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    4/13

    Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap,

    dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi N. Pada

    metode Petersen ini individu yang sama dihitung lebih dari sekali dalam keadaan

    ekologi tertentu selain itu semakin kecil sampel yang digunakan, kemungkinan bisa

    semakin tinggi (Ruswahyuni, 2010)

    Perkiraan populasi dengan menggunakan metode Petersen didasarkan pada

    perbandingan ekuivalen seperti pada proporsi populasi yang ditandai dan dilepaskan

    akan sama dengan proporsi individu dalam sampel tangkap ulang yang telah ditandai

    sebelumnya. Karena merupakan teknik single capture-recapture, perkiraan Petersen

    merupakan estimator terbias (biased estimator) dari kemelimpahan populasi,

    menghasilkan kelebihan perkiraan dari besar populasi yang sebenarnya. Pembiasan

    tersebut dapat secara signifikan mempengaruhi akurasi pendugaan. Kelebihan metode

    ini adalah lebih hemat tenaga dan tidak membuang waktu karena hanya satu kali

    pengulangan (Olvido & Blumer, 2005).

    Metode Schnabel adalah kelanjutan dari metode Petersen, dalam metode

    Schnabel individu yang tertangkap pada setiap sampling merupakan perhitungan

    untuk penandaan kemudian ditandai dan dilepas. Dalam metode ini ada dua tipeindividu: yang ditandai karena tertangkap pada sekali atau lebih pada sampel

    sebelumnya dan tidak ditandai, tidak pernah tertangkap sebelumnya. Metode

    Schnabel ini lebih memperhatikan waktu saat penangkapan, capture (C), Marked (M),

    dan recapture (R) adalah total komulatif dari pengulangan pertama (Ruswahyuni,

    2010).

    Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari dua kali atau

    multiple marked. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda

    diberi tanda dan dilepaskan kembali kemudian N dapat ditentukan (Ruswahyuni,

    2010). Berbeda dengan Petersen, metode Schnabel merupakan beberapa runtutan

    penangkapan ulang, individu pada penangkapan pertama ditandai, dan penandaan

    lebih lanjut tidak diperlukan. Metode ini memiliki kesamaan asumsi dengan Petersen,

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    5/13

    tetapi berdasarkan beberapa runtutan sampling (multiple sampling) membuatnya lebih

    sensitif terhadap beberapa asumsi dalam metode Petersen. Kelemahan metode ini

    adalah membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk melakukan pengulangan

    (Olvido & Blumer, 2005).

    Pada tahun 1938, Schnabel menyarankan perataan berat dari estimasi

    Petersen sebagai dugaan kepadatan populasi dengan rumus:

    Kemudian tahun 1943, Schumacher & Eschmeyer menunjukkan bahwa dapat

    digunakan regresi sehingga:

    Teknik rangkaian penangkapan ulang (series recaptures) menggunakan tiga pilihan

    penandaan antara lain menggunakan hanya satu tipe penandaan, tidak dibedakan

    diantara sampel; menggunakan tipe pembeda (warna, urutan angka) yang menandai

    setiap sampel followup menandai setiap individu yang tertangkap dengaan penanda

    unik sendiri (angka, kombinasi warna pita). Schnabel dan Schumacher-Eschmeyer

    hanya digunakan untuk mengestimasi kemelimpahan, tidak untuk mengukur survival

    (Olvido & Blumer, 2005).

    Metode Schumacher-Eschmeyer merupakan metode paling akurat, hal ini

    terbukti dari penelitian yang telah dilakukan Carvalho dkk (2013). Metode ini

    merupakan metode yang menyediakan fungsi perkiraan yang terpisah untuk nilai

    populasi didasarkan pada upaya untuk mengurangi total bobot antara proporsi hewan

    yang ditandai dalam sampel dan proporsi yang tidak diketahui dari hewan yang

    ditandai dalam populasi. Kelebihan metode ini adalah keakuratannya paling tinggi

    jika dibandingkan dengan metode Petersen dan Schnabel sedangkan kelemahannya

    yaitu membutuhkan waktu yang lama dan tenaga untuk melakukan pengulangan

    (Carvalho dkk., 2013).

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    6/13

    III.METODEA.Alat dan Bahan

    Alat : Ember dan Jaring

    Bahan :

    1. Ikan hitam2. Ikan merah3. Air

    B.Cara KerjaPertama dua wadah berisi ikan yang ukurannya sama disiapkan terlebih

    dahulu, wadah A diisi ikan hitam. Ikan hitam sebagai populasi yang diestimasi.

    Lalu wadah B diisi ikan merah sebagai mark, kemudian sampel 1 diambil dari

    wadah A. Jumlah ikan dihitung sebagai captured(C).

    Hasil dari penangkapan ikan hitam dimasukkan ke dalam tabel sebagai

    pengulangan ke 0, selanjutnya ikan hitam yang telah ditangkap dipindahkan ke

    dalam wadah B. Ikan hitam berlaku sebagai marked (M). Ikan hitam yang

    ditangkap tersebut digantikan dengan ikan merah dengan jumlah yang sama,

    Setelah itu air diaduk rata. Sampel ke 2 diambil dari wadah A, ikan hitamsebagai unmarked(U) (pengulangan ke 1) dan ikan merah sebagai recapture(R)

    dengan rumus C= R+U. Langkah-langkah yang telah dijelaskan, diulangi sebanyak

    10 kali dan hitung nilai C, M, U, dan R. Ikan hitam yang tersisa dihitung dan

    dianggap sebagai L. Kemudian sensus dihitung dan dibandingkan dengan estimasi.

    Rumus yang digunakan dalam percobaan yaitu :

    Sensus :

    Metode Petersen

    Metode Schnabel

    Metode Schmuacher-Eschmeyer

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    7/13

    IV.HASIL DAN PEMBAHASANA.Hasil

    Percobaan pendugaan kemelimpahan suatu jenis satwa menggunakan

    perhitungan dengan tiga metode yaitu metode Petersen, metode Schnabel, dan

    metode Schumacher-Eschmeyer. Berikut hasil yang diperoleh dari perhitungan

    menggunakan ketiga metode tersebut :

    Gambar 1. Histogram Hasil Perhitungan Jumlah Populasi Ikan Hitam

    *Keterangan:

    P = Metode Peterson

    S = Metode Schnabel

    S-E = Metode Schumacher-Eschmayer

    90

    95

    100

    105

    110

    115

    120

    Sensus P* S* S-E*

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    8/13

    Tabel 1. Hasil Penangkapan Ikan Hitam

    Ulangan C M U R CxM MxM CxMxM RxM

    0 8 0 8 0 0 0 0 0

    1 25 8 23 2 200 64 1600 16

    2 30 31 19 11 930 961 28830 341

    3 22 50 13 9 1100 2500 55000 450

    4 11 63 4 7 693 3969 43659 441

    5 9 67 3 6 603 4489 40401 402

    6 28 70 9 19 1960 4900 137200 1330

    7 11 79 4 7 869 6241 68651 553

    8 16 83 3 13 1328 6889 110224 1079

    9 16 86 3 13 1376 7396 118336 1118

    10 21 89 7 14 1869 7921 166341 1246

    Jumlah 96 101 10928 770242 6976

    *Keterangan :

    C = Captured,jumlah ikan yang tertangkap dalam sampel

    M =Marked, total ikan yang tertandai dalam wadah

    U = Unmarked, jumlah ikan yang tertangkap dalam sampel dan belum ditandai

    R = Recaptured, jumlah ikan yang ditangkap kembali dalam sampel

    L = Left, sisa ikan yang belum ditandai dalam wadah

    B.PembahasanMetode CMR yang dilakukan pada praktikum yaitu pertama dua wadah

    disiapkan kemudian diisi dengan ikan hitam dan merah berukuran sama. Ikan

    hitam sebagai populasi yang diestimasi sedangkan ikan merah sebagai mark.

    Sebelum mengambil ikan, tangan harus direndam ke dalam air terlebih dahulu

    supaya suhu tangan praktikan sama dengan suhu air, karena ikan adalah hewan

    berdarah dingin dan rentan terhadap perubahan lingkungan terutama aktivitas

    manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (Olvido dan Blumer, 2005).

    Kemudian sampel 1 diambil dari wadah A, pengambilan ikan harus

    dilakukan secara acak, hal ini bertujuan untuk memastikan banyak ikan yang

    terambil tidak subjektif atau bergantung pada keinginan dari pengambil. Serta

    mata pengambil harus ditutup supaya pengambilan ikan tidak subjektif. Ikan hitam

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    9/13

    yang terambil dipindahkan wadah B dan diganti dengan ikan merah dengan jumlah

    yang sama dengan tujuan supaya populasi ikan tetap karena dalam populasi

    tertutup tidak dipengaruhi oleh kematian, kelahiran, imigrasi, dan emigrasi.

    Asumsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah probabilitas

    penangkapan sama dan populasinya tertutup. Dalam sistem tertutup, sampel awal

    diambil, dan ditandai dengan cara diidentifikasi. Subjek lalu dilepaskan lagi ke

    lingkungan untuk bergabung lagi dengan populasinya. Setelah sampel awal

    bergabung dengan populasi, sampel lainnya diambil lagi dan jumlah individu yang

    dihitung. Dengan asumsi bahwa sistem tertutup dan proporsi individu yang

    ditandai sama dengan proporsi individu yang tertangkap, sehingga orang dapat

    menghitung perkiraan jumlah populasi (Campbell, 2009). Menurut Poole (1974),

    pada metode CMR asumsi yang harus dipenuhi yaitu :

    1.Individu yang bertanda bercampur dengan individu lain yang tidak tertangkappada periode penangkapan pertama

    2.Selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan (kelahiranatau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah populasi

    3.Individu yang bertanda tidak terpengaruh atau terganggu terhadap tanda yangdiberikan

    4.Kedua sampel diambil secara acak dan tiap individu mempunyai peluang yangsama untuk tertangkap

    5.Tanda yang dipasang tidak hilang selama dilakukan studi6.Penangkapan pertama tidak mempengaruhi kemungkinan individu tertangkap

    pada penangkapan kedua (beberapa jenis satwa menunjukkan perilaku senang

    tertangkap)

    Dari perhitungan dapat dilihat bahwa hasil perhitungan sensus adalah 117

    ekor ikan hitam, metode Schnabel 108 ekor ikan hitam (dibulatkan), metode

    Petersen 100 ekor ikan hitam, dan metode Schmucaher-Eschmeyer 110 ekor ikan

    hitam (dibulatkan). Dapat dilihat bahwa metode Schnabel lebih baik daripada

    Petersen. Hal ini sudah sesuai dengan teori menurut Olvido & Blumer (2005),

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    10/13

    bahwa metode Schnabel dapat memperjelas bias yang sering muncul dalam

    metode Petersen. Metode Petersen memiliki viabilitas yang kurang pada populasi

    yang besar.

    Kemudian metode Schumacher-Eschmeyer memiliki nilai yang paling

    mendekati nilai sensus. Hal ini sudah sesuai dengan teori menurut Carvalho dkk

    (2013) bahwa metode ini merupakan metode yang paling akurat jika dibandingkan

    dengan metode Petersen dan Schnebel. Metode ini menyediakan fungsi perkiraan

    yang terpisah untuk nilai populasi didasarkan pada upaya untuk mengurangi total

    bobot antara proporsi hewan yang ditandai dalam sampel dan proporsi yang tidak

    diketahui dari hewan yang ditandai dalam populasi.

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    11/13

    V. KESIMPULANDari praktiukum pendugaan kemelimpahan suatu satwa yang telah dilakukan

    maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu ada tiga metode yang digunakan dalam

    percobaan ini yaitu metode Petersen dengan pendugaan populasi sebesar 100 ekor

    ikan hitam, metode Schnabel dengan pendugaan populasi sebesar 108 ekor ikan

    hitam, dan Metode Schumacher-Eschmeyer dengan pendugaan populasi sebesar 110

    ekor ikan hitam.

    Setelah dilakukan perhitungan pendugaan, dilakukan sensus dari sensus

    diperoleh hasil total ikan hitam adalah 117. Ketika hasil sensus dibandingkan dengan

    ketiga metode, diperoleh hasil bahwa metode Schumacher-Eschmeyer merupakan

    metode yang paling mendekati hasil sensus (paling akurat), kemudian yang kedua

    metode Schnebel, dan terakhir metode Petersen.

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    12/13

    DAFTAR PUSTAKA

    Boror, D. J. dan Dwight, M. D. 1954. An Introduction to the Study Of Insect. TheOhio State University. USA.

    Campbell. 2009.Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

    Carvalho, D. D., Collins, P. A. dan Bonis, C. J. D. 2013. The Mark-recapture Method

    Applied to Population Estimates of A Freshwater Crab on An Alluvial Plain.

    Journal of Marine and Freshwater Research. 64:321.

    Odum, E. P. 1971.Fundamentals of Ecology Third Edition. W B Saunders Book Co.

    Philadelpia.

    Olvido, A. E. and L. S. Blumer. 2005. Introduction to Mark-recapture CensusMethods Using the Seed Beetle Callosobrochus maculatus. Journal of Ecology

    ABL 26: 197-211.

    Poole, W.R. 1974. An Introduction to Quantitative Ecology. McGraw-Hill

    Kogakusha. Tokyo.

    Ruswahyuni. 2010. Populasi dan Keanekaragaman Hewan Makrobenthos Pada

    Perairan Tertutup dan Terbuka Di Teluk Awur Jepara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan

    Kelautan. 2(1):11-12.

    Suin, N. M.1989.Ekologi Hewan Tanah. ITB Press. Bandung.

  • 5/28/2018 Acara 1 Pendugaan Kemelimpahan Suatu Satwa

    13/13

    LAMPIRAN

    1.

    Sensus

    2. Metode Petersen

    3. Metode Schnabel

    108,2

    4. Metode Schumacher-Eschmeyer

    = 110,3