abstraksi - hasan

5
ABSTRAK Hasan, Muhammad N. 2015. Pengaruh Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus calamus L.) Dalam Beberapa Pelarut Organik Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Antifungi Secara In Vitro. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing: Dr. drh. Hj. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si dan Mujahidin Ahmad, S.Pt, M.Si, M.Sc. Kata kunci: infertilitas, Candida albicans, rimpang jeringau, pelarut organik, fitokimia, antioksidan, antifungi, in vitro. Indonesia menyimpan sekitar 30.000 - 40.000 jenis tumbuhan obat. Angka infertilitas di Indonesia berkisar 12-15%. Diperkirakan sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan. Keputihan paling sering diakibatkan oleh infeksi jamur Candida albicans dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius contohnya infertilitas. Salah satu bahan ramuan yang terkenal dapat menyembuhkan masalah-masalah infertilitas adalah rimpang jeringau (Acorus calamus L.). Hal tersebut berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid. Penelitian ini menjadi langkah awal untuk proses standardisasi rimpang jeringau sebagai bahan dasar obat tradisional etnis Madura, yaitu jamu “Subur Kandungan”. Sehingga dilakukan penelitian lebih mendalam sebagai antioksidan dan antifungi dengan beberapa pelarut organik pada proses ekstraksi berdasarkan tingkat kepolaran dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan pelarut organik terhadap aktivitas antioksidan dan antifungi ekstrak rimpang jeringau secara in vitro. Penelitian ini menggunakan penelitian experimental design. Untuk menguji kadar antioksidan menggunakan variasi kosentrasi 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 400 ppm. Kemudian dihitung persen aktivitas antioksidannya. Selanjutnya diuji aktivitas antifungi secara in vitro terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dengan kosentrasi 100%; 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,13%; 1,56%; 0,78%;

Upload: muhammad-n-hassan

Post on 04-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Reng-rengan ABSTRAK Skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Abstraksi - Hasan

ABSTRAK

Hasan, Muhammad N. 2015. Pengaruh Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus calamus L.) Dalam Beberapa Pelarut Organik Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Antifungi Secara In Vitro. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing: Dr. drh. Hj. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si dan Mujahidin Ahmad, S.Pt, M.Si, M.Sc.

Kata kunci: infertilitas, Candida albicans, rimpang jeringau, pelarut organik, fitokimia, antioksidan, antifungi, in vitro.

Indonesia menyimpan sekitar 30.000 - 40.000 jenis tumbuhan obat. Angka infertilitas di Indonesia berkisar 12-15%. Diperkirakan sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan. Keputihan paling sering diakibatkan oleh infeksi jamur Candida albicans dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius contohnya infertilitas. Salah satu bahan ramuan yang terkenal dapat menyembuhkan masalah-masalah infertilitas adalah rimpang jeringau (Acorus calamus L.). Hal tersebut berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid. Penelitian ini menjadi langkah awal untuk proses standardisasi rimpang jeringau sebagai bahan dasar obat tradisional etnis Madura, yaitu jamu “Subur Kandungan”. Sehingga dilakukan penelitian lebih mendalam sebagai antioksidan dan antifungi dengan beberapa pelarut organik pada proses ekstraksi berdasarkan tingkat kepolaran dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan pelarut organik terhadap aktivitas antioksidan dan antifungi ekstrak rimpang jeringau secara in vitro.

Penelitian ini menggunakan penelitian experimental design. Untuk menguji kadar antioksidan menggunakan variasi kosentrasi 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 400 ppm. Kemudian dihitung persen aktivitas antioksidannya. Selanjutnya diuji aktivitas antifungi secara in vitro terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dengan kosentrasi 100%; 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,13%; 1,56%; 0,78%; 0,39%; dan 0%. Pada masing-masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak tiga kali.

Hasil nilai IC50 uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar rimpang jeringau dengan metode DPPH dari tertinggi ke terendah berturut-turut (etanol; 137,7 mg/L tergolong sedang), (kloroform; 315,8 mg/L tergolong lemah), dan (n-heksana; 1011 mg/L tergolong sangat lemah/tidak aktif). Sedangkan zona hambat dengan diameter dari ukuran terbesar sampai terkecil secara berurutan adalah kontrol positif (nystatin) 17,68 mm, jeringau etanol 3,72 mm, jeringau n-heksana 3,32 mm, jeringau kloroform 2,2 mm dan kontrol negatif (pelarut etanol 70%) 0,77 mm. Adapun nilai KHM terdapat pada masing-masing ekstrak rimpang jeringau kosentrasi 0,39%. Dan nilai KBM ekstrak rimpang jeringau masing-masing perlakuan didapatkan pada kosentrasi 0,78%.

Page 2: Abstraksi - Hasan

KETERANGAN ISTILAH DAN SINGKATAN:

1. ppm: “Part per Million” jika dibahasa Indonesiakan akan menjadi “Bagian per Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering dipergunakan dalam analisis kimia. 1 ppm setara dengan 1 mg/liter.

2. IC50: Inhibitor concentration (konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghanbat/meredam sebesar 50 % dari konsentrasi substrat.

3. DPPH: 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil -> senyawa radikal bebas sintetik; pemicu kanker dan penyakit degeneratif lainnya.

4. KHM: Konsentrasi Hambat Minimum/Minimum Inhibitory Concentration (MIC)

5. KBM: Konsentrasi Bunuh Minimum/Minimum Bactericidal Concentration (MBC)

6. Nystatin: obat antifungi; dapat membunuh jamur Candida albicans (penyebab pnyakit kandidiasis/keputihan pada organ reproduksi wanita)

Page 3: Abstraksi - Hasan

Hasan, Muhammad Nur. 2015. The Effect of Extraction From Dringo (Acorus calamus L.) Rhizomes in Some Organic Solvents to Antioxidant and Antifungal Activity with In Vitro Method. Thesis. Biology Department. Faculty of Science and Technology. Islamic State University of Maulana Malik Ibrahim of Malang. Advisor: Dr. drh. Hj. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si dan Mujahidin Ahmad, S.Pt, M.Si, M.Sc.

Keywords: infertility, Candida albicans, Dringo rhizomes, organic solvents, phytochemicals, antioxidant, antifungal, in vitro.

Indonesia save about 30000-40000 species of medicinal plants. Figures infertility in Indonesia ranges from 12-15%. It is estimated that as many as 75% of women in Indonesia have experienced vaginal discharge. Whitish most frequently caused by Candida albicans fungal infection and can cause serious complications for example infertility. One well-known ingredient that can cure infertility problems are rhizomes of Dringo (Acorus Calamus L.). It relates to the compounds they contain, especially from the class of terpenes, alcohols, aldehydes and phenols such as karvakrol, eugenol, thymol, sinamaldehid, cinnamic acid, and perilaldehid. This research is the first step to the process of standardization rhizome of Dringo as a basic ingredient of traditional medicine of ethnic Madurese, namely herbal fertile content. So the more in-depth research as an antioxidant and antifungal with some organic solvent in the extraction process is based on the level of polarity in order to determine the effect of extraction from Dringo (Acorus calamus L.) rhizomes in some organic solvents to antioxidant and antifungal activity with in vitro.

This research uses experimental research design. To test the antioxidant levels using a variation of the concentration of 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm and 400 ppm. Then the calculated percent antioxidant activity. Further tested in vitro antifungal activity against Candida albicans fungal growth with a concentration of 100%; 50%; 25%; 12.5%; 6.25%; 3.13%; 1.56%; 0.78%; 0.39%; and 0%. At each treatment was performed three times repetition.

The results of IC50 values test the antioxidant activity of crude extract of Dringo rhizomes with DPPH from highest to lowest in a row (ethanol; 137.7 mg/L was moderate), (chloroform; 315.8 mg/L relatively weak), and (n hexane; 1011 mg/L as very weak / inactive). Whereas inhibition zone with a diameter the size of the largest to the smallest in a row is a positive control (nystatin) 17.68 mm, 3.72 mm Dringo ethanol, Dringo n-hexane 3.32 mm, 2.2 mm Dringo chloroform and negative controls (solvent ethanol 70%) 0.77 mm. The MIC values contained in each extract of Dringo rhizome in concentration of 0.39%. MBC values extract of Dringo rhizome each treatment was obtained at the concentration of 0.78%.