abstrak -...

153
ABSTRAK Kematian merupakan suatu peristiwa yang dialami semua makhluk yang bernyawa, baik itu manusia, tumbuhan, maupun hewan. Meskipun kematian adalah keniscayaan tapi sepertinya manusia seakan-akan tidak peduli dengan peristiwa tersebut. Apalagi pada zaman seperti sekarang ini rata-rata manusia mementingkan kehidupan dunianya yang berdampak menghalalkan berbagai cara untuk memuaskan kepentingannya seakan tidak memikirkan dampak dari perbuatannya setelah mati. Mencermati perilaku manusia memaknai kematian, ada yang menganggap kematian merupakan malapetaka yang dapat merampas kemewahan dunia, maka orang seperti itu akan menghalalkan berbagai cara untuk memuaskan kepentingannya. Selain itu ada pula yang menganggap bahwa kematian merupakan peristiwa perpindahan alam dari alam dunia ke alam akhirat yang lebih abadi, yang mana disana mereka akan merasakan kenikmatan dan kesusahan sesuai amal yang dilakukannya. Maka orang seperti itu akan menjadikan kehidupan dunianya sebagai tempat beramal salih. Dipikirkan atau tidak kematian merupakan kepastian sekaligus peristiwa dahsyat yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, untuk itu kematian perlu untuk diteliti meskipun merupakan peristiwa gaib yang tidak dapat dijelaskan oleh akal, tapi al-Qur’an telah menjelaskan hal tersebut. Kematian dalam al-Qur’an menggunakan kata al-Maut, al-Ajal, dan Wafah, ketiganya mempunyai konteks makna yang berbeda. Penelitian ini tidak meneliti seluruh kata tersebut, akan tetapi fokus terhadap kata al-Maut sebagai objek penelitian. Kata al-Maut dipilih karena lebih umum yang dikenal oleh seseorang sekaligus mempunyai konteks makna yang beragam bila dibandingkan kata al-Ajal, dan Wafah. Penelitian ini adalah penelitian kitab tafsir bersifat kepustakaan (library research) yang akan mencari pendapatnya KH.Misbah Musthafa tentang makna al-Maut dan konteks keragaman maknanya dalam Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al- Tanzi>l. Adapun analisa dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu memaparkan apa adanya yang ada dalam kitab tafsir kemudian menganalisa pesan atau maksud dari penafsiran tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini adalah al-Maut dalam tafsir al-Ikli>l tidak selamanya dimaknai dengan mati (lepasnya ruh dari jasad) akan tetapi dimaknai dengan mati akal, bangkai, dan tandus. Ketiganya berada pada objek yang berbeda-beda yaitu manusia, hewan, dan bumi. Ketiga objek tersebut mempunyai konteks makna (substansi makna) yang beragam, yaitu: Pertama, makna al-Maut berhubungan dengan manusia mempunyai enam makna yaitu, 1) Al-Maut bermakna akhir kehidupan di dunia, 2) Al-Maut bermakna mati akal (tidak mau berfikir), 3) Al-Maut bermakna keterpisahan, 4) Al-Maut bermakna pembatas, 5) Al-Maut bermakna nikmat, 6) Al-Maut bermakna siksa. Kedua, al-Maut berhubungan dengan hewan dimaknai dengan bangkai yaitu hewan yang disembelih dengan tidak menggunakan aturan agama. Ketiga, al-Maut berhubungan dengan bumi dimakani dengan tandus atau gersang, maksudnya bumi kehilangan kekuatan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

Upload: nguyendung

Post on 01-Apr-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

ABSTRAK

Kematian merupakan suatu peristiwa yang dialami semua makhluk yang

bernyawa, baik itu manusia, tumbuhan, maupun hewan. Meskipun kematian

adalah keniscayaan tapi sepertinya manusia seakan-akan tidak peduli dengan

peristiwa tersebut. Apalagi pada zaman seperti sekarang ini rata-rata manusia

mementingkan kehidupan dunianya yang berdampak menghalalkan berbagai cara

untuk memuaskan kepentingannya seakan tidak memikirkan dampak dari

perbuatannya setelah mati.

Mencermati perilaku manusia memaknai kematian, ada yang menganggap

kematian merupakan malapetaka yang dapat merampas kemewahan dunia, maka

orang seperti itu akan menghalalkan berbagai cara untuk memuaskan

kepentingannya. Selain itu ada pula yang menganggap bahwa kematian

merupakan peristiwa perpindahan alam dari alam dunia ke alam akhirat yang lebih

abadi, yang mana disana mereka akan merasakan kenikmatan dan kesusahan

sesuai amal yang dilakukannya. Maka orang seperti itu akan menjadikan

kehidupan dunianya sebagai tempat beramal salih.

Dipikirkan atau tidak kematian merupakan kepastian sekaligus peristiwa

dahsyat yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, untuk itu kematian perlu

untuk diteliti meskipun merupakan peristiwa gaib yang tidak dapat dijelaskan oleh

akal, tapi al-Qur’an telah menjelaskan hal tersebut. Kematian dalam al-Qur’an

menggunakan kata al-Maut, al-Ajal, dan Wafah, ketiganya mempunyai konteks

makna yang berbeda. Penelitian ini tidak meneliti seluruh kata tersebut, akan

tetapi fokus terhadap kata al-Maut sebagai objek penelitian. Kata al-Maut dipilih

karena lebih umum yang dikenal oleh seseorang sekaligus mempunyai konteks

makna yang beragam bila dibandingkan kata al-Ajal, dan Wafah. Penelitian ini adalah penelitian kitab tafsir bersifat kepustakaan (library

research) yang akan mencari pendapatnya KH.Misbah Musthafa tentang makna

al-Maut dan konteks keragaman maknanya dalam Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. Adapun analisa dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu

memaparkan apa adanya yang ada dalam kitab tafsir kemudian menganalisa pesan

atau maksud dari penafsiran tersebut.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah al-Maut dalam tafsir al-Ikli>l tidak

selamanya dimaknai dengan mati (lepasnya ruh dari jasad) akan tetapi dimaknai

dengan mati akal, bangkai, dan tandus. Ketiganya berada pada objek yang

berbeda-beda yaitu manusia, hewan, dan bumi. Ketiga objek tersebut mempunyai

konteks makna (substansi makna) yang beragam, yaitu: Pertama, makna al-Maut berhubungan dengan manusia mempunyai enam makna yaitu, 1) Al-Maut bermakna akhir kehidupan di dunia, 2) Al-Maut bermakna mati akal (tidak mau

berfikir), 3) Al-Maut bermakna keterpisahan, 4) Al-Maut bermakna pembatas, 5)

Al-Maut bermakna nikmat, 6) Al-Maut bermakna siksa. Kedua, al-Maut berhubungan dengan hewan dimaknai dengan bangkai yaitu hewan yang

disembelih dengan tidak menggunakan aturan agama. Ketiga, al-Maut berhubungan dengan bumi dimakani dengan tandus atau gersang, maksudnya

bumi kehilangan kekuatan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

Page 2: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap
Page 3: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap
Page 4: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman modern seperti sekarang ini yang ditandai dengan pesatnya

ilmu pengetahuan dan teknologi, persoalan manusia seakan terasa lebih kompleks

yang terus menimbulkan berbagai kepentingan yang berbenturan diantara manusia

guna memenuhi kepentingan hidupnya. Salah satu dampak yang muncul adalah

sifat hedonisme, yaitu manusia hanya mencari kepuasan pribadi dengan

menghalalkan berbagai cara, sehingga menyebabkan manusia lupa akan hakikat

hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah Swt.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan bangsa ini? Bangsa yang mayoritas

penduduknya beragama Islam, yang berpedoman pada al-Qur’an dan hadis

belakangan sering terdengar berita-berita di televisi tentang pencurian,

pemerkosaan, penipuan, dan kekerasan. Tidak hanya berita itu saja, sering

terdengar juga berita korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan. Mulai

penggelapan uang pajak, manipulasi maupun penyuapan. Seakan-akan bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang koruptif, manipulatif dan mengabaikan nilai-nilai

moral agama. Munculnya perilaku-perilaku menyimpang tersebut tidak terlepas

dari kondisi masyarakat yang belum bisa memaknai modernisasi itu sendiri.1

1 Muzaini, “Perkembangan Teknologi dan Perilaku Menyimpang dalam Masyarakat

Modern”, dalam Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Vol. II, no. 1, 2014, h. 53.

Page 5: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

2

Para pelaku kemunkaran dan kemaksiatan tersebut seakan-akan hidup

selamanya. Mereka tidak menyadari bahwa mereka akan mati dan akan

mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.

Meskipun ada sebagian manusia yang menganggap kematian merupakan

hal yang biasa dan tidak usah terlalu dipikirkan, sebagai orang Islam yang

beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir, harus memikirkannya. Karena

perhatian al-Qur’an terhadap fenomena kematian sangat besar. Sebagaimana

tercatat, bahwa al-Qur’an berbicara tentang kematian kurang lebih sebanyak 300

ayat, dan ditambah dengan hadis-hadis Nabi.2 Ini menunjukkan bahwa kematian

merupakan hal yang penting untuk dipersiapkan.

Mencermati perilaku manusia dalam memandang kematian, tidak dapat

dipungkiri bahwa mereka menyadari kematian merupakan peristiwa yang sangat

dahsyat yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, akan tetapi seseorang

jarang atau enggan untuk membicarakan secara terang-terangan. Ada segolongan

orang yang memandang kematian sebagai malapetaka yang merampas kenikmatan

hidup sehingga mereka memilih jalan hidup hedonistis sebelum kematian tiba.3

Namun ada pula yang berpandangan sebaliknya, yakin bahwa hidup di

dunia hanya sesaat dan kehidupan akhirat lebih mulia, lebih utama dan lebih

abadi, maka mereka memilih jalan spiritual dan menjauhi tawaran kenikmatan

duniawi, demi mengejar kebahagiaan yang lebih tinggi di balik kematian. Ada

2 M. Quraish Shihab, Kehidupan Setelah Kematian Surga yang Dijanjikan Al-Qur’an,

cet. 2, (Tangerang: Lentera Hati, 2008), h. 15. 3 Komarudin Hidayat, Psikologi Kematian (Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme),

cet. VII, (Jakarta: Hikmah, 2006), h. XV-XVi.

Page 6: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

3

lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

tidak begitu berguna.4

Dipikirkan maupun tidak, kematian adalah ketentuan setiap mahluk, baik

manusia, hewan, maupun tumbuhan. Telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-

‘Ankabu>t: 57 yang artinya “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati,

kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” Adapun mengenai waktu

terjadinya kematian hanyalah Allah yang mengetahui, manusia harus selalu

waspada untuk mempersiapkan diri menunggu datangnya kematian.

Bagi sebagian orang, kematian merupakan sesuatu yang menakutkan dan

mengkhawatirkan, karena anggapan bahwa mereka akan terpisah dengan

kesenangan hidup di dunia. Tapi hakikatnya tidaklah demikian, kematian yang

sering diartikan dengan terpisahnya ruh dari jasad, sebenarnya merupakan salah

satu tahapan menuju kehidupan yang abadi.

Dari pemaparan diatas, banyak pertanyaan tentang kematian, diantaranya

mengapa Allah Swt. menciptakan kematian? Padahal manusia menginginkan

hidup abadi di dunia dan tidak ingin terlepas dari kemewahannya. Selain itu

bagaimana proses terjadinya kematian? Apakah manusia merasakannya atau

tidak? Setelah ruh terlepas dari jasad apa yang terjadi setelah kematian tersebut?

Mengapa manusia takut pada kematian? Dan apa sebenarnya kematian itu?

Kematian (maut) merupakan kejadian gaib yang tidak bisa dijawab oleh

akal. Akal hanya bisa menjawab berdasarkan pengalaman dan spekulasi.

Syukurlah agama mengungkap sedikit tentang misteri itu, walau harus diakui

4 Komarudin Hidayat, Psikologi Kematian (Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme), h.

XVi.

Page 7: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

4

banyak yang diinformasikan agama atau atas nama agama itu tidak mudah dicerna

akal. Kendati demikian, mempercayai hal-hal yang diinformasikan agama dalam

bidang metafisika, walau tidak dipahami oleh akal tidak berarti merendahkan

peranan akal atau nalar,5 malah sebaliknya, ini menunjukkan kebesaran Sang

Maha Pencipta Allah Swt. dan menunjukkan bahwa ilmu manusia hanyalah

sedikit.

Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam telah membahas tentang

kematian. Al-Qur’an menggambarkan kematian menggunakan kata al-Ajal, al-

Maut, dan al-Wafa>h. Kata al-Ajal yang bermakna kematian dalam Mu’jam

Mufahras li Ma’ani al-Qur’an tercatat ada tujuh kata,6 al-Maut dalam Mu’jam

Mufahras li al-Fa>z al-Qur’an al-Kari>m tercatat ada 163 kata dengan berbagai

bentuk baik isim maupun fi’il7, dan al-Wafah yang bermakna kematian ada 23.

8

Menurut Muhammad al-Ra>gib al-As}faha>ni, kata al-Ajal mempunyai arti

masa berakhirnya sesuatu dan bisa dimaknai dengan masa berakhirnya kehidupan

manusia.9 Ini menunjukkan bahwa setiap yang hidup mempunyai batas usia dan

akan diakhiri dengan kematian.

Sedangkan makna al-Maut sering dipahami dengan terpisahnya roh dari

jasad. Walaupun kebanyakan maknanya terpisahnya roh dari jasad, tapi ada

5 M. Quraish Shihab, Kehidupan Setelah Kematian Surga yang Dijanjikan Al-Qur’an, h.

11. 6 Muhammad Basa>m Rusydi>, ‚Mu’jam Mufahras Li Ma’ani al-Qur’an, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1995), h. 1153. 7 Muhammad Fu’ad Abd Baqi>, “Mu’jam Mufahras Li al-Fa>z} al-Qur’an al-Kari>m,‛

(Mesir: Dar al-Hadis, 1943) h. 678-680. 8 Muhammad Basa>m Rusydi>, ‚Mu’jam Mufahras Li Ma’ani al-Qur’an, h. 1315-1316.

9 Abi> al-Qasim Ibn Muhammad al-Ra>gib al-As}faha>ni>, ‚Mufrada>t Fi> Gari>b al-Qur’a>n‛ ,

Juz 2, (T.tp: Maktabah Nazar al-Musthafa al-Bazi, T.th), h. 13.

Page 8: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

5

makna lain selain makna tersebut. Menurut Ahmad Ibn Fa>ris al-Maut adalah

hilangnya kekuatan, dan juga bisa dimaknai dengan kebalikan dari hidup.10

Kata al-Maut setelah dikorelasikan dengan kata sebelum dan sesudahnya

ternyata tidak hanya diartikan terpisahnya ruh dari jasad, melainkan memiliki arti-

arti lain secara majazi. Di dalam kitab Mufrada>t Gari>b al-Qur’a>n setidaknya

terdapat lima makna, yaitu: 1) Mati adalah hilangnya kekuatan na>miyah yang ada

pada manusia, hewan dan tumbuhan. 2) Mati adalah hilangnya kekuatan al-Hasah

(pengetahuan dan perasaan). 3) Mati karena hilangnya kekuatan akal. 4) Mati

dalam arti kehawatiran atau ketakutan. 5) Mati dalam arti tidur.11

Selain itu dalam Mu’jam Mufahras li Ma’ani al-Qur’an kata al-Maut

mempunyai topik ayat yang lebih bervariatif bila dibandingkan dengan kata ajal

dan wafah. Setidaknya kata al-Maut ada 32 topik yang tercatat dalam Mu’jam

Mufahras li Ma’ani al-Qur’an.12

Maka dari itu kematian (al-Maut) ini menarik

untuk diteliti.

Hubungan antara kata (lafaz}) dan makna tidak bisa dipisahkan. Lafaz}

adalah apa yang diucapkan, baik terdengar maupun tertulis. Sedangkan, makna

adalah kandungan lafaz} dan tujuan yang hendak dicapai dengan pengucapan atau

penulisannya.13

Jadi seorang penafsir harus mengusai dengan baik kaidah-kaidah

10

Abi> al-Husain Ahmad Ibn Fa>ris Ibn Zakariya>, ‚Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah‛, juz 5,

(T.tp: Dar al-Fikr, T.th), h. 283. 11

Abi> al-Qasim Ibn Muhammad al-Ra>gib al-As}faha>ni>, ‚Mufrada>t Fi> Gari>b al-Qur’a>n‛ , h. 616.

12 Muhammad Basa>m Rusydi>, ‚Mu’jam Mufahras Li Ma’ani al-Qur’an, h. 1153-1159.

13 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang patut Anda

Ketahui dalam Memahami Ayat-ayat al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 75-76.

Page 9: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

6

bahasa Arab.14

Tanpa penguasaan bahasa Arab dengan baik, maka sulit seorang

penafsir dapat menafsirkan al-Qur’an dengan benar, sebab al-Qur’an diturunkan

dalam bahasa Arab.

Untuk itu diperlukan kitab tafsir dalam memahami makna dan pesan yang

terkandung dalam al-Qur’an supaya mendapat pemahaman yang jelas dan tidak

tergelincir pada pemahaman yang salah. Maka dari itu skripsi ini akan membahas

tentang “Makna Al-Maut Menurut KH.Misbah Musthafa dalam Tafsi>r al-Ikli>l

fi> Ma’a>ni> Al-Tanzi>l”.

Tafsir Al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> Al-Tanzi>l dipilih penulis karena kekaguman

terhadap Kiai Misbah Musthafa yaitu seorang Kiai pesantren dan dibesarkan di

lingkungan pesantren yang tidak bisa lepas dari kajian kitab kuning dan gramatika

bahasa Arab yaitu ilmu nahwu, sharaf dan balagah dapat menulis kitab tafsi>r

lengkap 30 juz.

Latar belakang intelektual Kiai Misbah dalam bidang agama dimulai dari

belajar di Pondok Pesantren Kasingan Rembang dibawah asuhan KH.Khalil bin

Harun pada tahun 1928. Orientasi pendidikan Misbah terfokus untuk mempelajari

ilmu gramatika dengan menggunakan kitab al-Juru>miyah, al-‘Imrit}i> dan alfiyah.

Pada usianya yang masih muda Misbah berhasil mengkhatamkan alfiyah

sebanyak 17 kali. Setelah merasa paham dan matang dalam ilmu bahasa Arab,

Misbah kemudian mendalami berbagai disiplin ilmu-ilmu keagamaan, seperti

fiqh, ilmu kalam, h}adis\, tafsi>r, dan lain-lain. Selain menimba ilmu pada

14

Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.

336.

Page 10: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

7

KH.Khalil, ia juga berguru kepada KH.Hasyim Asy’ari di Pondok Pesantren

Tebuireng Jombang.15

Misbah Musthafa terbilang Kiai yang produktif, disela-sela kesibukannya

mengajar dan berdakwah, ia menulis dan menerjemahkan kitab-kitab kedalam

bahasa jawa. Salah satu kitab terbesarnya adalah Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-

Tanzi>l.

Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l adalah kitab tafsi>r yang ditulis dengan

huruf pegon yaitu menggunakan aksara Arab berbahasa Jawa. Kitab ini ditulis

lengkap 30 juz sesuai urutan mushaf al-Qur’an yang dibagi menjadi 30 jilid dan

satu jilid terdiri dari satu juz.

Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l memliki ciri husus, selain dimaknai

gandul (arti perkata dibawah ayat al-Qur’an), Kiai Misbah juga membagi

penjelasan terhadap ayat menjadi dua bagian, secara global ditandai dengan satu

garis mendatar, dan secara rinci ditandai dengan dua garis mendatar. Kiai Misbah

juga menggunakan istilah-istilah tertentu yang menunjukkan adanya sesuatu yang

penting dari ayat tersebut. Istilah-istilah tersebut diantaranya “keterangan”,

“masalah”, “tanbih”, “faedah”, dan “kisah”.

Atas latar belakang tersebut, penulis memilih tafsir al-Iklil karya Misbah

Musthafa sebagai analisis. Untuk memfokuskan penelitian supaya pembahasan

tidak kabur dan banyaknya ayat yang membahas kematian maka peneliti

15

Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Ikli>k Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l Karya KH.

Misbah Musthafa, dalam NUN (Studi al-Qur’an dan Tafsir di Nusantara), Vol. 1, no. 1, 2015, h.

36-37.

Page 11: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

8

membatasi hanya membahas kata al-Maut dalam bentuk masdar yang berupa isim

ma’rifat dan nakirah dalam tafsir Al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> Al-Tanzi>l.

Peneliti memilih membahas kata al-Maut dalam bentuk masdar yang

berupa isim ma’rifat dan nakirah, tidak lain karena masdar adalah induknya

kalimat, sedangkan isim ma’rifat dan isim nakirah mempunyai keunikan

tersendiri, yaitu dalam kaidah tafsir dijelaskan:

“Jika isim nakirah diulang, maka yang kedua bukan yang pertama, dan

jika isim ma’rifat terulang maka yang kedua adalah yang pertama”. Contohnya

dalam Qs. al-Insyirah: 5-6.

“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Berdasarkan kaidah tafsir diatas, maka yang dimaksud dengan kesulitan

pada ayat 5 dan 6 mempunyai berat yang sama, akan tetapi kemudahan yang

didapat dalam ayat 5 berbeda dengan kemudahan pada ayat 6.

Dalam penelitian ini tidak membahas semua ayat al-Maut yang telah

dibatasi dalam bentuk ism masdar, akan tetapi akan membahas beberapa ayat

yang mewakili topik ayat yang berhubungan dengan pembahasan.

Berdasarkan latar belakang diatas, yaitu kematian merupakan peristiwa

yang dahsyat yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, dan kematian

dalam al-Qur’an tidak hanya bermakna terlepasnya roh dari jasad akan tetapi

kematian mempunyai makna konotasi yang berbeda, selain itu Allah menciptakan

kematian pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu, maka dari itu peneliti

Page 12: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

9

ingin meneliti “Makna Al-Maut Menurut KH.Misbah Musthafa dalam Tafsi>r

Al-Ikli>l fi> Ma’a >ni> Al-Tanzi>l”.

Tafsi>r al-Ikli>l dipilih karena kekaguman kepada Kiai Misbah Musthafa

seorang lulusan podok pesantren dan juga pendakwah dapat menulis tafsir

lengkap 30 juz. Selain kekaguman terhadap beliau, dalam tafsi>r al-Ikli>l terdapat

tiga penjelasan yaitu ditafsirkan perkata, penjelasan secara umum yang ditandai

dengan satu garis, dan penjelasan secara terperinci yang ditandai dengan dua garis

mendatar. Kadang Misbah Musthafa juga menggunakan kata tanbihun yang

digunakan untuk menambahkan keterangan jika diperlukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dan uraian latar belakang diatas, maka pokok

permasalahan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Apa makna al-Maut menurut KH.Misbah Musthafa dalam Tafsi>r al-Ikli>l fi>

Ma’a>ni> al-Tanzi>l?

2. Apa konteks keragaman makna al-Maut menurut KH.Misbah Musthafa

dalam Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui makna al-Maut menurut Misbah Musthafa dalam Tafsi>r al-Ikli>l fi>

Ma’a>ni> al-Tanzi>l.

2. Mengetahui konteks keragaman makna al-Maut menurut Misbah Musthafa

dalam Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l.

Page 13: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

10

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Manfaat dan kegunaan dalam penelitian ini secara garis besar dapat dibagi

menjadi dua, yaitu secara akademis dan sosial.

1. Manfaat secara akademis, diharapkan dapat memberikan sumbangan

(kontribusi) pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan

wacana keislaman dengan melengkapi data-data yang sudah ada sebelumnya.

2. Manfaat secara sosial, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

pemahaman hususnya kepada penulis, dan umumnya kepada kaum muslimin

bahwa makna kematian (al-Maut) tidak selamanya berarti terpisahnya roh

dari jasad, akan tetapi mempunyai makna lain dan juga banyak fenomena

tentang kematian. Menambah ketaqwaan kepada Allah Swt. sehingga bisa

menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan ahirat.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian mengenai kematian (al-Maut), KH.Misbah Musthafa dan Tafsi>r al-

Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l bukanlah merupakan hal yang baru dalam penelitian.

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis, banyak karya-karya yang telah

dihasilkan dari pembahasan tentang kamatian, KH.Misbah Musthafa dan Tafsi>r

al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l baik dalam bentuk buku, skripsi, maupun jurnal. Maka

literatur-literatur yang dijadikan tinjauan pustaka dalam penelitian ini dibagi

menjadi tiga, yaitu yang berhubungan dengan al-Maut, KH.Misbah Musthafa, dan

Tafsir al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l.

Dari sejauh penelusuran yang penulis lakukan terdapat karya-karya

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantarnya adalah:

Page 14: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

11

Skripsi yang ditulis oleh Supriyanto dengan judul “Makna Hidayah

Menurut Misbah Musthafa (Studi Atas Tafsir al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l), ia

menjelaskan makna hidayah menurut Misbah Musthafa. Menurutnya, Misbah

Musthafa dalam tafsir al-Ikli>l setidaknya mengartikan hidayah menjadi tiga

makna, yaitu petunjuk, penerang dan pertolongan. Perbedaan penafsiran dengan

ulama lain yaitu Misbah lebih mengarahkan kepada aplikasi makna hidayah

dengan diarahkan kepada amal lahiriah yang berkembang di masyarakat.16

Skripsi yang ditulis oleh Siti Zakiyatul Humairoh berjudul “Penafsiran

Kyai Misbah Bin Zainal Musthafa Terhadap Ayat-Ayat Mutasya>biha>t dalam

Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l Ma>wi> Tarjamah Baha>sa> Ja>wi>‛, ia memfokuskan

meneliti penafsiran Misbah Musthafa terhadap ayat-ayat mustasya>biha>t.

Menurutnya, Misbah Musthafa dalam menafsirkan ayat-ayat mustasya>biha>t

mengikuti ulama khalaf yaitu dengan mentakwilkannya, dan tidak jarang juga

mengikuti pendapat ulama salaf yaitu lebih membiarkannya.17

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Sholeh berjudul “Studi Analisis

Hadis-Hadis Tafsi>r al-Ikli>l Karya K.H Misbah Zain Bin Musthafa (Surat Al-D{uha>

Sampai Surat Al-Na>s)”, ia meneliti kualitas hadis-hadis yang terdapat pada Tafsi>r

al-Ikli>l yang dimulai dari surat al-D}uha> sampai al-Na>s. Muhammad Sholeh

membagi hadis dalam tafsir al-Ikli>l menjadi tiga kategori, yaitu: hadis yang tidak

ada sanad dan matan, yaitu menggunakan bahasa penafsir sendiri, hadis yang

16

Supriyanto, “Makna Hidayah Menurut Kyai Misbah Musthafa (Studi Atas Kitab Tafsir

Al-Iklil Fi Ma’ani Al-Tanzil)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Surakarta, 2010). 17

Zakiyatul Humairoh, “Penafsiran Kyai Misbah Bin Zainal Musthafa Terhadap Ayat-

Ayat Mutasya>biha>t dalam Tafsir al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l Ma>wi> Tarjamah Baha>sa> Ja>wi‛ >. (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, 2016).

Page 15: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

12

hanya menggunakan potongan matannya saja tidak ada sanadnya, dan terakhir

hadis yang terdapat sanad dan matannya.

Muhammad Sholeh memfokuskan meneliti hadis kategaori kedua, yaitu

hadis yang hanya menggunakan potongan matannya saja, dan didapat kesimpulan

hadis yang digunakan dalam tafsir al-Ikli>l hususnya mulai surat al-D}uha> sampai

al-Na>s mempunyai kualitas yang berbeda. Ada yang menggunakan hadis dhaif,

dan juga ada yang menggunakan hadis sahih. Selain membahas kualitas hadis di

dalamnya juga terdapat biografi, karya KH.Misbah Musthafa, latar belakang

penulisan, sistematika, dan corak penulisan kitab Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-

Tanzi>l.18

Artikel yang ditulis oleh Ahmad Baidlowi yang berjudul “Aspek

Lokalitas Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, ia menjelaskan unsur lokalitas Tafsi>r

al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, diantaranya: 1) Lokalitas dalam penampilan, yaitu

menggunakan aksara pegon, dan makna gandul. 2) Lokalitas komunikasi yaitu

menggunakan bahasa Jawa. 3) Lokalitas penafsiran, diantaranya Misbah Musthafa

mengkritik tradisi Jawa, mengkritik terjemahan lokal yaitu makna al-Baqarah,

mengkritik Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dan juga mengkritik soal

pengkultusan guru.19

Skripsi UIN Syarif Hidayatullah yang ditulis oleh Abdul Basit yang

berjudul “Kematian dalam al-Qur’an: Perspektif Ibn Kas\i>r”, ia mendeskripsikan

tentang kematian menurut Ibn Kathi>r yang terfokus pada empat tema, yaitu

18

Muhammad Sholeh, “Studi Analisis Hadis-Hadis Tafsir al-Iklil Karya K.H Misbah

Zain Bin Musthafa (Surat Ad-Dhuha sampai Al-Nash), (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Wali

Songo, Semarang, 2015). 19

Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Ikli>k fi> Ma’a>ni> al-tanzi>l Karya KH.

Misbah Musthafa, dalam NUN (Studi al-Qur’an dan Tafsir di Nusantara), Vol. 1, No. 1, 2015.

Page 16: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

13

kematian adalah ketentuan yang pasti, tiap-tiap umat mempunyai ajal, sesaat

menjelang kematian dan cobaan-cobaan. Ayat-ayat yang ditafsirkan menurut Ibn

Katsi>r diantaranya adalah Qs. al-Nisa>’: 78, Qs. A<li Imra>n: 185, dan 156-158, serta

Qs. al-Jum’ah: 5-8. Abdul Basit mendeskripsikan penafsiran Ibn Kas\i>r tentang

ayat-ayat kematian yang terfokus pada ayat-ayat di atas, dan mendapat

kesimpulan bahwa kematian merupakan kepastian dan untuk mempersiapkannya

sebaiknya tidak mengikuti perbuatan-perbuatan orang kafir.20

Artikel yang ditulis oleh Umar Latif yang berjudul “Konsep Mati dan

Hidup (Pemahaman Berdasarkan Konsep Eskatologis)” yang dimuat dalam jurnal

Al-Bayan Vol. 22, No. 34 tahun 2016, ia menggambarkan bahwa mati dan hidup

merupakan keniscayaan yang harus dilalui manusia. Umar Latif menyimpulkan

bahwa mati dan hidup berdasarkan konsep Islam merupakan rantai kehidupan

yang saling berhubungan. Artinya kematian adalah satu dimensi kehidupan

berikutnya dan akan berlangsung setelah proses kehidupan yang pertama.21

Artikel yang ditulis oleh Murtiningsih dalam Jurnal Intizar, Vol. 19, No.

2, tahun 2013 dengan judul “Hakikat Kematian Menurut Tinjauan Tasawuf”, ia

menguraikan kematian menurut kaum sufi, islam dan medis. Murtiningsi

menyimpulkan kematian menurut kaum sufi adalah orang yang hatinya mati, yaitu

tidak dapat menerima kebenaran. Al-Qur’an menyebut kematian dengan kata

maut, ajal, dan wafat.22

20

Abdul Basit, “Kematian dalam Al-Qur’an: Perspektif Ibn Kas\i>r”, (Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014). 21

Umar Latif, “Konsep Mati dan Hidup dalam Islam (Pemahaman Berdasarkan Konsep

Eskatologis), dalam Al-Bayan, Vol. 22, No. 34, Juli-Desember, 2016. 22

Murtiningsih, “Hakikat Kematian Menurut Tinjauan Tasawuf”, dalam Intizar, Vol. 19,

No. 2, 2013.

Page 17: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

14

Dari tinjauan pustaka yang dipaparkan diatas, memang ada yang

membahas tentang Tafsi>r al-Ikli>l karya Misbah Musthafa dan kematian, tapi yang

membahas secara spesifik yang terfokus pada kata al-Maut menurut Misbah

Musthafa dalam Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l belum ada.

F. Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan kerangka teori tafsir sastra terhadap al-Qur’an

yang digagas oleh Ami>n al-Khulli>. Pandangan Ami>n al-Khulli> mengenai tafsir al-

Qur’an (yakni, penafsiran teks itu sendiri dengan menggunakan studi-studi yang

terdahulu) sama pentingnya. Pertama, ia ingin dalam menulis tafsir al-Qur’an agar

memperhatikan subjek dan tidak membatasi pada penafsiran satu bagian saja

dengan mengabaikan pernyataan-pernyataan lain al-Qur’an terhadap topik yang

sama. Kedua, perlu menekankan studi cermat atas setiap kata al-Qur’an, tidak saja

dengan bantuan kamus-kamus klasik melainkan juga pada tahap pertama dengan

bantuan adanya paralel al-Qur’an dan lafaz} ataupun mashadir yang sama.

Terakhir, mufassir seharusnya menganalisis al-Qur’an menggabungkan lafaz}-lafaz}

kedalam kalimat dan hendaknya berusaha menjelaskan efek psikologis bahasa al-

Qur’an terhadap para pendengarnya.23

Dari uraian diatas, Amin al-Khulli membagi kajian teks al-Qur’an menjadi

dua tahap, yaitu:

1. Kajian sekitar al-Qur’an (dira>sah ma> h}aul al-Qur’a>n).

2. Kajian terhadap al-Qur’an itu sendiri (dira>sah ma> fi> al-Qur’a>n nafsih).

23

J.J G. Jansen, Diskursus Tafsir al-Qur’an Modern, Pengantar Mohamad Nur Kholis,

(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997), h. 108-109.

Page 18: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

15

Pada kajian yang pertama (dira>sah ma> h}aul al-Qur’a>n) diarahkan pada

investigasi aspek sosio-historis, geografis-kultural, dan antropologis wahyu.

Sedangkan kajian yang kedua (dira>sah ma> fi> al-Qur’a>n nafsih) dimaksudkan pada

kata-kata individual semenjak diturunkan, pemakaiannya dalam al-Qur’an serta

sirkulasinya dalam bahasa Arab. Pelacakan evolusi kata individual ini diikuti

kajian terhadap struktur kalimat dan frasa-frasa tertentu dengan perangkat ilmu

bahasa Arab, akan tetapi tidak boleh melewati batas-batas keperluan, yakni hanya

untuk menangkap keindahan struktur teks. Kemudian disusul pemberian makna

yang hati-hati agar diperoleh pengertian semestinya yang dikehendaki teks.24

Karena penelitian ini penelitian tafsir maka langkah pertama berkaitan

dengan kajian sekitar kitab tafsir, yaitu dengan mencari aspek sosio-historis kitab

tafsir, geografis-kultural, dan antropologis kitab tafsir dan berusaha mencari latar

belakang dan kehidupan sosial penafsir. Kemudian langkah kedua berkaitan

dengan kajian kitab tafsir itu sendiri, yaitu dengan diarahkan pada mencari

metodologi, corak, gaya bahasa dan penafsiran terhadap kata dan ayat al-Qur’an

tersebut dengan cara:

1. Mengumpulkan setiap ayat yang membicarakan objek kajian yang dipilih

yaitu al-Maut sehingga tidak berpusat pada satu ayat saja.

2. Memaknai apa adanya sesuai yang ada dalam kitab tafsir.

3. Menganalisis bagaimana Misbah Musthafa menafsirkan suatu ayat dengan

metodologi yang dipakai.

24

Ibid., h. XV

Page 19: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

16

Dengan langkah-langkah tersebut secara teoritik penelitian ini diharapkan

dapat menjawab rumusan masalah yang diajukan peneliti sehingga dapat

memberikan sumbangan keilmuan keislaman, dan dapat mencapai tujuan yang

ingin dicapai oleh peneliti.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari

sebuah penelitian. Bahkan keberadaan metode tersebut akan membentuk

karakter keilmiahan dari sebuah penelitian. Penelitian ini merupakan

penelitian kepustakaan (Library Research),25

yaitu penelitian yang berusaha

mendapatkan data dengan cara membaca dan meneliti literatur atau bahan-

bahan yang tertulis.

2. Sumber Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian

dengan menggunakan bahan kepustakaan (library research), maka tehnik

yang digunakan adalah pengumpulan data secara literatur, yaitu penggalian

bahan pustaka yang sesuai dan berhubungan dengan objek pembahasan. Oleh

karena itu sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian.

a. Data primer, yaitu data-data yang diperoleh langsung dari hasil

pengumpulan dari obyek penelitian, yaitu Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-

Tanzi>l.

25

Mardalis, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

1999), h. 28.

Page 20: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

17

b. Data sekunder, yaitu bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan

sumber primer serta pembahasan dalam penelitian, baik berupa literatur

kitab-kitab tafsir para mufassir yang lain, Mu’jam Mufahras Li al-Fa>d}

al-Qur’a>n al-Kari>m buku sosial, skripsi, majalah, jurnal dan sumber lain

yang dijadikan rujukan yang dapat mendukung dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini termasuk kajian tafsir yang terfokus pada sebuah

tema, maka langkah-langkahnya yaitu:

a. Mengumpulkan ayat-ayat yang menggunakan lafaz} al-Maut dalam al-

Qur’an dengan menggunakan Mu’jam Mufahras Li al-Fa>d} al-Qur’a>n al-

Kari>m.

b. Mengidentifikasi ayat yang berhubungan dengan tema.

c. Mendeskripsikan penafsiran Misbah Musthafa mengenai ayat al-Maut.

d. Menganalisis penafsiran Misbah Musthafa baik dari segi metodologi

maupun pokok pemikirannya

4. Analisis Data

Penelitian ini berusaha mengkaji kitab tafsir dengan mengambil tema

tertentu (tematik) dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu

menjelaskan fakta atau pemikiran tokoh apa adanya dalam kitab tafsir agar

dapat diterima secara rasional.

Pada prakteknya, yaitu menggambarkan tentang apa yang akan

diteliti, bagaimana pola pikirnya, ciri-ciri mendasar dan melakukan

perbandingan. Dalam hal ini penulis menggambarkan biografi Misbah

Page 21: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

18

Musthafa dan ruang sosial yang melingkupinya, selanjutnya mendeskripsikan

Tafsi>r al-Ikli>l, kemudian mengungkapkan ayat-ayat yang menggunakan lafaz}

al-Maut dan mendiskripsikan apa adanya. Setelah tergambar semuanya,

kemudian mengambil kesimpulan dari penafsiran Misbah Musthafa baik dari

segi metodologi maupun pokok pemikirannya.

H. Sistematika Pembahasan

Agar dapat difahami secara mudah dan sistematis, maka bahasan-bahasan

dalam skripsi akan dibagi menjadi lima bab. Adapun gambaran dari masing-

masing bab dan bahasan tersebut sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan, tujuannya adalah untuk

memberikan gambaran umum mengenai persoalan yang akan diteliti. Gambaran

umum ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan. Bab ini merupakan awal dari pembahasan yang akan dikaji.

Bab kedua berisi penjelasan mengenai biografi Misbah Musthafa, dan

seputar kitab Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. Selanjutnya dalam bab ini akan

dipaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang kehidupan dan

sosial politik, perjalanan intelektual, karya-karyanya. Kemudian akan

dideskripsikan pula mengenai Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l dari segi latar

belakang penulisannya, sistematika kitab, serta metode penafsiran yang

digunakan.

Bab ketiga berisi pembahasan tentang tema penelitian. Bab ini berisi

tentang kategorisasi dan variasai kata al-Maut, yang didalamnya meliputi

Page 22: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

19

pengertian, kategorisai ayat-ayat yang menggunakan kata al-Maut, redaksi ayat

beserta penafsiranya KH.Misbah Musthafa dalam Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni al-

Tanzil.

Bab keempat merupakan inti berisi tentang penafsiran Misbah Musthafa

terhadap ayat-ayat al-Maut, dan kontekstualisasi maknanya. Kemudian akan

dilanjutkan dengan analisis penafsiran Misbah Musthafa terhadap ayat-ayat al-

Maut dalam Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l.

Bab kelima merupakan penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan

saran-saran yang direkomendasikan penulis untuk penelitian berikutnya.

Page 23: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

20

BAB II

KH.MISBAH MUSTHAFA

DAN TAFSI<R AL-IKLI<L FI< MA’A<NI< AL-TANZI<L

A. Biografi KH.Misbah Musthafa

1. Latar Belakang Kehidupan dan Sosial Politik

KH.Misbah Musthafa adalah seorang pengasuh pondok pesantren al-

Balagh, Bangilan, Tuban, Jawa Timur. Ia dilahirkan di pesisir utara Jawa

Tengah, tepatnya di kampung Sawahan, Gang Palem, Rembang pada tahun

1916 dengan nama kecil Masruh. Ia lahir dari pasangan keluarga H.Zainal

Musthafa dan Khadijah. Ayahnya dikenal masyarakat sebagai seorang yang

taat beragama. Selain itu juga dikenal sebagai pedagang batik yang sukses,

oleh karena itu keluarga Masruh dikenal sebagai keluarga yang cukup berada

untuk ukuran ekonomi saat itu.1

KH.Misbah memiliki empat saudara, yaitu: Zuhdi, Maskanah, Bisri,

dan yang terakhir adalah KH.Misbah. Zuhdi dan Maskanah adalah anak dari

istri pertama yang bernama Dakilah, dengan kata lain ibu Misbah adalah

Khadijah istri kedua H.Zainal.2

KH.Misbah beserta kakaknya KH.Bisri, masa kecilnya dididik dengan

ketat dan disiplin ilmu agama, mereka berdua dipondokkan di Kasingan

Rembang yang diasuh oleh K.Khalil. Orientasi pendidikan Misbah terfokus

untuk mempelajari ilmu gramatika dengan menggunakan kitab al-

1 Muhammad Sholeh, “Studi Analisis Hadis-Hadis Tafsir al-Iklil Karya K.H Misbah Zain

Bin Musthafa (Surat Ad-Dhuha sampai Al-Nash), (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Wali

Songo, Semarang, 2015), h. 35. 2 Ibid., h. 36.

Page 24: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

21

Juru>miyah, al-‘Imrit}i> dan Alfiyah. Pada usianya yang masih muda

Misbah berhasil mengkhatamkan Alfiyah sebanyak 17 kali. Setelah merasa

paham dan matang dalam ilmu bahasa Arab, Misbah kemudian mendalami

berbagai disiplin ilmu-ilmu keagamaan, seperti fiqh, kalam, h}adi>s}, tafsi>r, dan

lain-lain.3

Setelah mendalami ilmu agama di Kasingan, Misbah kecil

meneruskan menimba ilmu di Tebuireng Jombang, asuhan KH.Hasyim

Asy’ari, disinilah ia dikenal kecakapannya dalam ilmu alat, sehingga sangat

disegani baik oleh senior dan junior. Hal itu bisa dimaklumi, karena semasa

di Kasingan Misbah Musthafa sudah popular “ngelotok” atau mumpuni

dalam memahami kitab Alfiyah Ibnu Malik, sehingga ketika di Tebuireng ia

sering diminta temannya untuk mendemonstrasikan metode pengajaran

Alfiyah Ibnu Malik yang diterapkan di Kasingan, yang terkenal dengan

sebutan “Alfiyah Kasingan”.4

Setelah menyelesaikan di Tebuireng ia memperdalam pendidikan

agamanya di Makah. Setelah mempelajari aneka ragam disiplin ilmu-ilmu

keagamaan melalui sumber-sumber yang terdapat dalam kitab kuning,

Misbah pun kemudian mempelajari ilmu-ilmu agama melalui penelaahan

langsung terhadap sumber primer, yaitu al-Qur’an. Dengan memahami

langsung ayat-ayat al-Qur’an Misbah semakin yakin terhadap pengetahuan

3 Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Ikli>k fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l Karya KH.

Misbah Musthafa, dalam NUN (Studi al-Qur‟an dan Tafsir di Nusantara), Vol. 1, No. 1, 2015, h.

36-37. 4 Muhammad Sholeh, “Studi Analisis Hadis-Hadis Tafsir al-Iklil Karya K.H Misbah Zain

Bin Musthafa (Surat Ad-Dhuha sampai Al-Nash), h. 35.

Page 25: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

22

yang dimiliknya. Misbah kemudian sering berdakwah dari satu kampung

kekampung yang lain untuk menyebar luaskan ajaran Islam. Misbah

Musthafa adalah seorang pendakwah yang cukup populer saat itu, selain juga

seorang qari’ yang pandai dalam melagukan bacaan al-Qur’an. Sebelum

tampil untuk berdakwah sering kali Misbah tampil juga sebagai qari’ dalam

sebuah pengajian.5

Pada tahun 1940, KH.Misbah dijodohkan oleh KH.Achmad Bin

Syu’ab (Sarang Rembang) dengan putri KH.Ridwan dari desa Bangilan

Tuban. Dari perkawinannya dikaruniai lima anak, dua orang putri dan tiga

orang putra yaitu: Syamsiyah, Hamnah, Abdullah Badik,dan Ahmad Rafiq.6

Setelah KH.Ridwan meninggal dunia, semua kegiatan pondok

diserahkan kepada Misbah Musthafa. Dan mulai saat itulah ia mulai

mengasuh pondok pesantren al-Balagh, yang terletak di dusun Karangtengah,

kecamatan Bangilan, kabupaten Tuban. Semasa hidupnya Misbah dikenal

sangat produktif menulis, kurang lebih 200 judul kitab telah diterjemahkan,

baik kedalam bahasa Indonesia maupun kedalam bahasa Jawa yang ditulis

dengan huruf Arab Pegon, seperti Safinah al-Najah, al-Muhadzab, Sulam al-

Nahwu, Ibnu Aqil, Jum’aul Jawami’, al-Hikam, Ihya’ Ulum al-Din, dan

Tafsir Jalalain. Dari beragam karya yang diterbitkan dan beredar di

masyarakat, menunjukkan bahwa pengetahuannya tidak hanya satu

spesifikasi, melainkan hampir seluruh bidang ilmu agama dikuasainya, seperti

5 Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Ikli>k fi> Ma’a>ni> al-tanzi>l Karya KH. Misbah

Musthafa, dalam NUN (Studi al-Qur‟an dan Tafsir di Nusantara), h. 37 6 Muhammad Sholeh, “Studi Analisis Hadis-Hadis Tafsir al-Iklil Karya K.H Misbah Zain

Bin Musthafa (Surat Ad-Dhuha sampai Al-Nash), h. 36.

Page 26: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

23

tata bahasa, Fiqh, Hadi>s}, Tafsi>r, Bala>gah, Tasawuf, Kala>m, dan lain-lain.

Hanya satu bidang yang tidak ia sentuh, yaitu mantiq atau logika. Sehari-hari

ia menulis dan menerjemahkan kitab, tidak kurang 100 lembar tulisan tangan,

yang kemudian diserahkan kepada para penulis indah (Khatthath) untuk

disalin. Kesibukannya ini tidak pernah meninggalkan kewajibannya mengajar

santri.7

Selain penulis dan pengajar, KH.Misbah juga sempat menjabat

sebagai PJS camat Bangilan. Di masyarakat dia dikenal sebagai pribadi yang

tegas tanpa kompromi dalam memutuskan suatu masalah atau hukum. Sering

kali Misbah berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru, bahkan

pernah suatu kali mengharamkan program Keluarga Berencana dan

Musa>baqah Tila>wah al-Qur’an (MTQ), yang menjadi program andalan Orde

Baru.8

Disisi lain KH.Misbah Musthafa juga aktif dalam kegiatan politik,

dengan motivasi berdakwah melalui parti-partai atau ormas. Pertama Misbah

aktif di partai NU, namun karena ada perselisihan tentang masalah keabsahan

BPR (Bank Perkeriditan Rakyat), ia keluar. Misbah Musthafa beranggapan

bahwa BPR mempraktikan riba, oleh karena itu haram. Semantara itu partai

NU menganggap bunga Bank tidak riba, sehingga tidak masalah. Perbedaan

pandangan ini merupakan salah satu pemicu keluarnya Misbah dari partai

NU. Setelah keluar dari partai NU, ia kemudian masuk ke partai Masyumi,

meskipun tidak lama. Misbah kemudian keluar dan masuk partai PPI (Partai

7 Ibid., h. 36.

8 Ibid.

Page 27: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

24

Persatuan Indonesia. Keikutsertaannya dalam partai PII juga tidak

berlangsung lama, karena Misbah Musthafa kemudian masuk partai Golkar.

Dalam partisipasinya dipartai Golkarpun tidak berlangsung lama. Kemudian

ia keluar dan berhenti sama sekali dari kegiatan politik. Menurut Gus Nafis

bahwa masuknya Misbah Muthafa dalam partai politik yaitu bertujuan untuk

berdakwah. Oleh karena itu, Misbah sering berdiskusi dengan teman-teman

dalam partainya terutama masalah yang sedang trend di masyrakat. Selain itu

alasan Misbah Musthafa sering keluar masuk dalam suatu partai karena beliau

merasa bahwa pendapatnya tidak sesuai dengan pendapat yang dianut oleh

teman-temanya di partai.9

Setelah berhenti dalam kegiatan berpolitik, Misbah Musthafa

kemudian banyak menghabiskan waktunya untuk mengarang dan

menerjemahkan kitab-kitab ulama salaf. Karena menurut Misbah bahwa

berdakwah yang paling efektif dan bersih dari pamrih dan kepentingan

apapun adalah menulis, mengarang, dan menterjemahkan kitab. Pada usia 78

tahun, tepatnya pada hari senin 07 Dzul Qa’dah 1414 H, atau bertepatan

dengan 18 april 1994 M, ia wafat, dengan meninggalkan dua istri, lima putra

beserta karyanya yang belum selesai antara lain: enam buah kitab berbahasa

Arab yang belum sempat diberi judul dan tafsir Taj al-Muslimi>n yang sampai

wafatnya baru selesai empat juz.10

9 Ibid., h. 37.

10 Ibid., h. 38.

Page 28: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

25

2. Karya-karya Misbah Musthafa.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Misbah Musthafa mengusai

berbagai bidang agama, hal itu terbukti dengan banyaknya karyanya dalam

bidang fiqh, tata bahasa Arab, tafsir, tasawuf, dan lain-lain. Diantara

karyanya adalah11

:

a. Dalam Bidang fiqh

1. Karya Asli

a. Karya asli dalam bahasa Jawa.

1. Manasik Haji dalam bahasa Jawa dengan penerbit Majlis Ta’lif

Wa al-Khatath, Bangilan, Tuban.

2. Masa>il al-Jana>iz dalam bahasa Jawa dengan penerbit Majlis

Ta’lif Wa al-Khatath, Bangilan, Tuban.

3. Masa>il al-Nisa’ dalam bahasa Jawa dengan penerbit Balai

Buku Surabaya.

4. Masa>il al-Jana>iz dalam bahasa Jawa dengan penerbit Kiblat

Surabaya.

5. Fasholatan dalam bahasa Jawa dengan penerbit Sumber

Surabaya.

b. Karya asli dalam bahasa Indonesia.

1. Manasik Haji dalam bahasa Indonesia dengan penerbit Majlis

Ta’lif Wa al-Khatath, Bangilan, Tuban.

11

Siti Zakiyatul Humairoh, “Penafsiran KH.Misbah Musthafa terhadap Ayat-ayat

Mustasyabihat dalam Tafsir al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil”, (Skripsi S1 Jurusan Tafsir Hadis IAIN

Surakarta, 2015), h. 24-29.

Page 29: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

26

2. Pegangan Modin dalam bahasa Indonesia dengan penerbit

Kiblat Surabaya.

3. Fasholatan dalam bahasa Indonesia dengan penerbit Progresif

Surabaya.

2. Karya Terjemahan

a. Terjemahan dalam bahasa Jawa

1. Minha>j al-Abidi>n terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

2. Matan Tah}ri>r terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

al-Ihsan Surabaya.

3. Masa>il al-Fara>id terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

4. Minnah al-S}aniyyah terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

5. Ubdat al-Fara>id terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

6. Nu>r al-Mubi>n fi> Ada>b al-Mushalli>n terjemahan dalam bahasa

Jawa dengan penerbit Majlis Ta’lif Wa al-Khatath, Bangilan,

Tuban.

7. Jawa>hir al-Lammaah terjemahan bahasa Jawa penerbit Majlis

Ta’lif Wa al-Khatath, Bangilan, Tuban.

8. Kifa>yat al-Akhya>r terjemahan dalam bahasa Jawa Juz 1

dengan penerbit Majlis Ta’lif Wa al-Khatath, Bangilan, Tuban.

Page 30: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

27

9. Minhaj al-Abidin terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

10. Safi>nah al-Najah terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

11. Bahjal al-Masa>il terjemahan dalam bahasa Jawa dengan al-

Ihsan Surabaya.

12. Minha>j al-Qawi>m terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit al-Ihsan Surabaya.

13. Sulam al-Taufiq terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

14. Al-Bajuri> terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Kiblat Surabaya.

15. Matan Taqri>b terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Asco Surabaya.

16. Fath} al-Mu’i>n terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Asco Surabaya.

17. Bida>yah al-Hida>yah terjemahan dalam bahasa Jawa penerbit

Us\man Surabaya.

b. Terjemahan dalam bahasa Indonesia

1. Al-Muhazab terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan

penerbit Karunia, Surabaya.

2. Abi> Jamrah terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

Page 31: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

28

b. Dalam bidang Kaidah Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, dan Balaghah)

1. Karya terjemahan dalam bahasa Indonesia

a. Jauhar al-Maknun terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan

penerbit Menara Kudus.

2. Karya terjemahan dalam bahasa Jawa

a. Alfiyah Kubra terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Balai Buku Surabaya.

b. Naz}am maqsud terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Balai Buku Surabaya.

c. Naz}am Imriti> terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Balai Buku Surabaya.

d. Juru>miyyah terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Majlis Ta’lif al-Khatath.

e. Sulam al-Nahwu terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Asegaf Surabaya.

f. Jauhar al-Maknun terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Karuni Surabaya.

g. Alfiyah Sugra terjemahan dalam bahasa Jawa penerbit al-Ihsan

Surabaya.

c. Dalam Bidang Tafsir

1. Karya Asli

a. Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’ani> al-Tanzi>l dalam bahasa Jawa dengan

penerbit al-Ihsan Surabaya.

Page 32: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

29

b. Taj al-Muslimi>n, Juz I, II, III, IV penerbit Majlis Ta’lif Wa al-

Khatath, Bangilan, Tuban.

2. Karya Terjemahan

a. Terjemahan bahasa Indonesia

Tafsi>r Jalalain terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan

penerbit Assegaf Surabaya.

b. Terjemah bahasa Jawa

1. Tafsi>r Jalalain terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Assegaf Surabaya.

2. Tafsi>r Su>rah Ya>si>n terjemahan dalam bahasa Jawa yang ditulis

dengan bahasa Jawa.

d. Dalam Bidang Hadis

1. Karya Asli

a. Tiga Ratus Hadis dalam bahasa Jawa dengan penerbit Bina Ilmu

Surabaya.

b. 633 Hadis Nabi dalam bahasa Jawa dengan penerbit al-Ihsan

Surabaya.

2. Karya Terjemahan

a. Terjemahan dalam bahasa Indonesia

1. Al-Jami>’ al-S}agi>r terjemahan dalam bahasa Indonesia

dengan penerbit Karunia Surabaya.

2. Riya>d} al-S}a>lih}i>n dalam bahasa Indonesia dengan penerbit

Karunia Surabaya.

Page 33: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

30

3. Bukhari> terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan

penerbit Assegaf Surabaya.

b. Terjemahan dalam bahasa Jawa

1. Al-Jami>’ al-S}ahi>r terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Assegaf Surabaya.

2. Hasita Mimiyyah dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Assegaf Surabaya.

3. Riya>d} al-S}a>lih}i>n terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Assegaf Surabaya.

4. Durrah al-Na>s}ih}i>n terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Asco Pekalongan.

5. Bukhari> terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Asco Surabaya.

6. Bulug al-Mara>m terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit al-Ihsan Surabaya.

7. Al-Az\kar al-Nawawi> terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit al-Ma’arif Bandung.

8. Al-Jami>’ al-S}aghi>r terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit al-Ihsan Surabaya.

e. Dalam Bidang Akhlak dan Tasawuf

1. Terjemahan dalam bahasa Indonesia

a. Az\kiya’ terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan penerbit

Assegaf Surabaya.

Page 34: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

31

b. Dala>il terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan penerbit

Assegaf Surabaya.

c. Al-Syifa terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan penerbit

Karunia Surabaya.

2. Terjemahan dalam bahasa Jawa

a. Al-H{ikam terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Assegaf Surabaya.

b. Az\kiya’ terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit Assegaf

Surabaya.

c. Sihr al-Khutaba dalam bahasa Jawa dengan penerbit Assegaf

Surabaya.

d. Syams al-Ma>’arif terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Assegaf Surabaya.

e. Id}at al-Nasi’in terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Karunia dan Raja Murah Pekaongan.

f. Asma> al-Husna> terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit

al-Ihsan Surabaya.

g. Ihya>’ Ulumuddi>n terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Raja Murah Pekalongan.

h. Luklua terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit Kiblat

Surabaya.

i. Ta’lim terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit Imam

Surabaya.

Page 35: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

32

j. Was}aya> terjemahan dalam bahasa Jawa dengan penerbit Ustman

Surabaya.

f. Dalam bidang Kalam (Teologi).

Terjemahan dalam bahasa Jawa

1. Tija>n Dura>ri> terjemah dalam bahasa Jawa dengan penerbit Balai

Buku Surabaya.

2. Syu’b al-I<ma>m dalam bahasa Jawa dengan penerbit al-Ihsan

Surabaya.

g. Dalam bidang yang lain.

1. Karya asli

a. Minhad al-Rahma>n dalam bahasa Jawa dengan penerbit menara

Kudus.

b. Khutbah Jum‟ah dalam bahasa Jawa dengan penerbit Karya

Abadu Surabaya.

c. Syi‟ir Qiyamat dalam bahasa Jawa dengan penerbit Assegaf

Surabaya.

d. Manakib Wali Sanga dengan penerbit Majlis Ta’lif Wa al-

Khatah, Bangilan , Tuban.

e. Aurad al-Baligah (Wirid Jawa) dengan penerbit Majlis Ta’lif

Wa al-Khatah, Bangilan, Tuban.

f. Wirid Ampuh dengan penerbit Majlis Ta’lif Wa al-Khatah,

Bangilan , Tuban.

Page 36: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

33

g. Khutbah Jum‟ah dalam bahasa Jawa dengan penerbit al-Ihsan

Surabaya.

h. 300 Do‟a dalam bahasa Indonesia dengan penerbit Sansiyah

Solo.

2. Karya terjemahan

a. Terjemahan dalam bahasa Indonesia

1. Nu>r al-Yaqi>n terjemah dalam bahasa Indonesia dengan

penerbit Karunia Surabaya.

2. Al-Rahbanuyyah terjemah dalam bahasa Indonesia dengan

penerbit Balai Buku Surabaya.

3. Attaz\kirat al-Haniyyah (Khutbah) dengan penerbit Majlis

Ta’lif Wa al-Khatah, Bangilan , Tuban.

b. Terjemahan dalam bahasa Jawa

1. Diba>’ makna dalam bahasa Jawa dengan penerbit Balai Buku

Surabaya.

2. Qurrat al-‘Uyun terjemah dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Majlis Ta’lif Wa al-Khatath, Bangilan, Tuban.

3. Dala>il terjemah dalan bahasa Jawa dengan Penerbit Majlis

Ta’lif Wa al-Khatah, Bangilan, Tuban.

4. Misbah al-Dauji (Barjanji) terjemah dalam bahasa Jawa

dengan penerbit Majlis Ta’lif Wa al-Khatah, Bangilan,

Tuban.

Page 37: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

34

5. Hizib Nas}r terjemah dalam bahasa Jawa dengan penerbit

Majlis Ta’lif Wa al-Khatah, Bangilan , Tuban.

6. Nadhan Burdah terjemahan dalam bahasa Jawa dengan

penerbit Assegaf Surabaya.

7. Beberrapa Hizb dalam bahasa Jawa dengan penerbit Assegaf

Surabaya.

B. Kitab Tafsi>r Al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> Al-Tanzi>l

1. Latar Belakang Penulisan

Pada umumnya setiap mufassir mempunyai tujuan ataupun alasan

dalam menulis kitab tafsir. Ada banyak hal yang mempengaruhi seseorang

dalam menulis kitab tafsir. Begitu juga dengan Misbah Musthafa, ada dua

hal utama yang melatar belakangi penulisan kitab Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni>

al-Tanzi>l. Pertama bertujuan sebagai sarana dakwah agama Islam. Karena

pada waktu itu Misbah banyak menyaksikan ketidak seimbangan antara

kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat yang berkembang dalam

kehidupan masyarakat yang ada disekelilingnya. Banyak dari masyarakat

yang hanya mementingkan kehidupan dunianya saja, dan menyampingkan

urusan akhiratnya.

Oleh karana itu timbul keinginan Misbah untuk menulis sekaligus

menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an kedalam bahasa Jawa, agar al-

Qur’an mudah dipahami oleh orang-orang awam. Dalam misinya, Misbah

juga mengajak kepada orang-orang Islam agar sungguh-sungguh dalam

memahami ayat-ayat al-Qur’an, karena al-Qur’an menyimpan makna-makna

Page 38: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

35

yang harus dipahami. Apabila umat Islam dapat megetahui makna ayat-ayat

yang terkandung dalam al-Qur’an, diharapkan umat Islam mampu

melaksanakan apa yang ada dalam al-Qur’an dan mempunyai kepribadian

yang kokoh. Ajakan Kiai Misbah ini tercantum dalam kitab tafsirnya yaitu:

“Al-quran sewijine kitab suci saking Allah kang wajib digunakake

kanggo tuntunan urip dening kabih kawulane Allah kang podo melu

manggon ana ing bumine Allah. Saben-saben wong Islam wajib

ngagungake yen al-Quran iku dadi tuntunan uripe, yaiku artine ucapan ‚wa al-Qur’a>n ima>mi>‛. Wong Islam ora kena urip ing bumine Allah nganggo

tuntunan sak liyane al-Qur‟an. Ora kena urip cara wong kafir, utawa wong

Hindu utawa wong Budha utawa cara apa bahe.”12

Terjemah:

“Al-Qur’an merupakan salah satu kitab suci dari Allah yang harus

digunakan sebagai tuntunan hidup oleh semua hamba Allah yang

menempati bumi-Nya. Setiap orang Islam wajib mengakui bahwa al-Qur’an

menjadi tuntunan hidupnya, inilah artinya ‚wal al-Qur’a>n ima>mi>‛. Setiap

muslim tidak boleh hidup dibuminya Allah dengan menggunakan tuntunan

selain al-Qur’an, tidak boleh hidup dengan cara orang kafir, orang Hindu,

orang Budha atau yang lainnya.”

Secara bahasa kata al-Ikli>l berarti mahkota. Bagi Misbah, mahkota

merupakan hal yang berharga yang dimiliki setiap orang. Dalam konteks

makna itulah, ia berharap karya tafsir ini menjadi sesuatu yang berharga

bagi setiap orang dan dapat digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan

kehidupan,13

supaya kaum muslimin dapat bersikap seimbang terhadap

kehidupan dunia dan akhirat dengan cara melindungkan diri dibawah

naungan al-Qur’an disertai ilmu dan amal sehingga bisa bersama-sama

mendapatkan ketentraman dan kesenangan batin di dunia maupun akhirat.

12

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, Juz 1, (Surabaya: al-Ihsan,

Tt), h. 1. 13

Islah Gusmian, Memahami Kalam Tuhan, (T.Tp: Tpt, 2013), h. 36.

Page 39: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

36

Penulisan kitab Tafsi>r al-Ikli>l dimulai pada tahun 1977 dan selesai

ditulis pada tahun 1985. Dalam penafsirannya, Misbah banyak menjelaskan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang sedang berkembang

dalam masyarakat pada waktu itu.14

2. Sistematika Kitab

Kitab Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l adalah salah satu kitab tafsir

yang ditulis oleh Misbah Musthafa yang ditulis lengkap 30 juz, mulai juz 1

sampai dengan juz 30 dan dicetak sebanyak 30 jilid. Dari 30 jilid tersebut

mempunyai warna sampul yang beragam, ada yang berwarna merah muda,

biru, ungu dan lain-lain.15

Setiap jilid berisi penafsiran terhadap setiap juz

dari al-Qur’an. Jilid 1 merupakan penafsiran terhadap al-Qur’an juz 1, jilid 2

untuk juz 2 dan seterusnya hingga jilid 30 yang berisi penafsiran KH.

Misbah Musthafa atas juz 30 dari kitab suci al-Qur’an. Akan tetapi jilid 30

ini dikasih nama juz ‘amma. Kitab tafsir yang diteliti ini merupakan cetakan

Maktabah al-Ihsan Surabaya yang tidak dicantumkan tahun terbitnya.

Jilid 1 terdiri dari 137 halaman, jilid 2 (142 halaman), juz 3 (184

halaman), juz 4 (245 halaman), jilid 5 (143 halaman), juz 6 (157 halaman),

jilid 7 (145 halaman), jilid 8 (190 halaman), jilid 9 (210 halaman), juz 10

(294 halaman) jilid 11 (249 halaman), jilid 12 (180 halaman), jilid 13 (178

halaman), jilid 14 (185 halaman), jilid 15 (236 halaman), jilid 16 (108

halaman), jilid 17 (123 halaman), jilid 18 (140 halaman), jilid 19 (114

14

Muhammad Sholeh, “Studi Analisis Hadis-Hadis Tafsir al-Iklil Karya K.H Misbah

Zain Bin Musthafa (Surat Ad-Dhuha sampai Al-Nash), h. 45. 15

Lihat lampiran

Page 40: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

37

halaman), jilid 20 (136 halaman), jilid 21 (141 halaman), jilid 22 ( 129

halaman), jilid 23 (127 halaman), jilid 24 (97 halaman), jilid 25 (117

halaman), jilid 26 (88 halaman), jilid 27 (80 halaman), jilid 28 (94

halaman), jilid 29 (117 halaman), jilid 30 (192 halaman).

3. Metode Penafsiran

Metode merupakan jalan atau cara yang digunakan mufassir dalam

menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan pandangan,

kecenderungan, dan keinginan mufasirnya.16

Oleh karena itu, setiap kitab

tafsir mempunyai metode yang berbeda dengan kitab tafsir lainnya.

Kitab Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l yang ditulis KH.Misbah

Musthafa mempunyai metode dan corak tertentu sesuai dengan keahlian dan

tujuan yang ingin dicapai mufassir. Metode atau cara yang digunakan

Misbah Musthafa dalam menafsirkan ayat al-Qur’an dalam kitab Tafsi>r al-

Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l terbagi menjadi empat bagian yaitu pertama ia

menyebutkan nama surat dan jumlah ayat, kemudian memaknai perkata,

setelah itu memberi penjelasan secara global, jika penjelasan secara global

dirasa kurang, maka ia menjelaskan secara terperinci. Penjelasan

selengkapnya sebagai berikut:

a. Nama Surat dan Jumlah Ayat

KH.Misbah Musthafa sebelum menafsirkan ayat al-Qur’an,

terlebih dahulu menyebutkan nama surat dan jumlah ayatnya.

Kemudian menjelaskan surat tersebut diturunkan sebelum hijrah

16

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda

Ketahui dalam Memahami Ayat-ayat al-Qur‟an), (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 378.

Page 41: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

38

(makiyyah) atau diturunkan sesudah hijrah (Madaniyyah). Contohnya

“ ” kemudian diterjemahkan kedalam

bahasa jawa “surah fatihah iki surah kang temurun marang kanjeng

Nabi Muhammad Saw. nalika kanjeng Nabi ana ing Mekah.”17

Akan

tetapi tidak semua surat dalam al-Qur’an di jelaskan jumlah dan tempat

turunnya, misalnya pada surat al-Baqarah ia langsung menafsirkan ayat

pertama tidak menyebutkan surat dan jumlah ayatnya terlebih dahulu.

Misbah Musthafa menyebutkan suatu surat yang sebagian

ayatnya merupakan ayat makiyyah, sementara ayat yang lainnya

termasuk ayat madaniyyah, contohnya pada surat al-An’a >m. Misbah

menyebutkan “Surah An‟am iki ayate ana satus sewidak lima, kabeh

temurun marang kanjeng Nabi ana ing Makah kejaba ayat 91, 92, 93,

151, 152, 153.”18

Artinya “Surat al-An’a >m ini ayatnya ada seratus enam

puluh lima, semua turun kepada Nabi Muhammad ketika di Makah

kecuali ayat 91, 92, 93, 151, 152, 153.

Pada ayat-ayat tertentu KH.Misbah Musthafa menyebutkan

sebab turunnya ayat (asba>b al-Nuzu>l). Contohnya pada surat al-

Ankabu>t: 57, ia menjelaskan sebagai berikut:

“He para kawulo Ingsun kang podo iman! Ngertiyo! Bumi Ingsun

iku jembar. Sangka iku sira kabeh supoyo podo nyembah husus marang

Ingsun, ojo nyembah liyane Ingsun. Wong-wong Mekah iki ora bisa

ngibadah terang-terangan ana ing Makah. Ing wektu iku hijrah neng

17

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, Juz I, (Surabaya:

Maktabah al-Ihsan, T.Tt), h. 2. 18

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, Juz VII, h. 1025.

Page 42: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

39

Madinah fardu ain. Nanging wong kang apes podo kuatir yen mati

kelaparan yen melu hijrah. Nuli ayat iki tumurun.”19

Terjemah:

“Wahai hambaku yang beriman! Ketahuilah!, bumi-Ku sangat

luas, untuk itu kalian semua supaya beribadah husus kepada-Ku, jangan

beribadah kepada selain Aku. Orang-orang Makah tidak bisa beribadah

terang-terangan di Makah. Ketika itu hijrah ke Madinah Fardu ain.

Tapi orang yang kurang beruntung khawatir akan mati kelaparan jika

ikut hijrah. Kemudian ayat ini turun.”

Sebab turunnya ayat tersebut berkaitan dengan orang Islam yang

kurang beruntung berada di Makah setelah ditinggal nabi Muhammad

hijrah ke Madinah. Orang-orang Makah tidak bisa beribadah dengan

terang-terangan di Makah dan harus sembunyi-sembunyi. Ketika itu

hijrah ke Madinah hukumnya fardu ‘ain, akan tetapi orang yang kurang

beruntung tadi khawatir akan mati kelaparan apabila ikut hijrah

kemudian ayat ini turun dan Allah memerintahkahkan, “Kalian semua

jangan bertempat didaerahnya orang-orang musyrik apabila tidak aman

melakukan ibadah, hijrahah! Jangan takut mati kelaparan, karena setiap

yang bernyawa pasti mati. Apabila mereka yakin akan mati, tentu

semua yang dianggap menyusahkan akan hilang.”

b. Terjemah Setiap Kata (Makna Gandul)

Tafsi>r al-Ikli>l merupakan kitab tafsir yang ditulis oleh ulama’

pesantren, maka tidak heran jika penulisnya memberikan terjemah

setiap kata yang ditulis dibawahnya yang dalam tradisi pesantren

disebut dengan makna gandul, yaitu arti perkata dengan menggunakan

19 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21, h. 3491-3493.

Page 43: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

40

bahasa Jawa yang ditulis miring yang diletakkan dibawah kalimat

dengan menggunakan huruf Arab.

Dengan adanya makna gandul di setiap kalimat, maka

memudahkan pembaca yang kebanyakan adalah para santri untuk

mengetahui kedudukan kalimat, apakah menjadi mubtada>’ atau khabar,

fi’il atau fa’il dan seterusnya, yang dalam tradisi pesantren disebut

dengan tarki>b al-Kali>mah.

c. Penjelasan Global

Setelah memberikan makna gandul, KH.Misbah

menerjemahkan ayat demi ayat dengan terjemahan bebas tanpa terikat

pada susunan dan pola kalimat. Terjemahan secara bebas semacam ini

lebih dikatakan sebagai langkah untuk menemukan intisari yang

dimaksud oleh ayat, sehingga penjelasan ini lebih tepat dikatakan

sebagai penjelasan global. Posisi intisari ini diletakkan persis dibawah

ayat yang diberi makna gandul dengan pemisah berupa garis tunggal.

KH.Misbah ketika memberikan penjelasan global menyebutkan

ayah “ ” kemudian nomor surat yang diletakkan didalam kurung, akan

tetapi kadang langsung menyebutkan nomor ayat tanpa menyebutkan

ayah “ ” terlebih dahulu. Dalam memberikan penjelasan global

Misbah tidak selalu menjelaskan per ayat, akan tetapi kadang

menggabungkan dua atau tiga ayat yang dijelaskan dalam satu bahasan.

Page 44: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

41

Contohnya dalam surat al-Fa>tihah, KH. Misbah menggabungkan

penjelasan dua ayat sekaligus. Contoh:

Penafsirannya:

“(3/4) Allah yang selalu dipuji-puji adalah dzat yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang untuk semua makhluk sampai kapanpun. Dan

dzat yang merajai hari pembalasan amal yaitu di hari qiyamat.”

Penulis menemukan bahwasannya KH.Misbah Musthafa tidak

menerjemahkan secara global semua ayat, contohnya pada QS. al-

Ah}za>b: 19, Misbah tidak menjelaskan secara global, tapi ia tetap

menerjemahkan perkata.

d. Penjelasan Terperinci

Setelah Misbah Musthafa menjelaskan per kata dan secara

global, setelah itu menjelaskan secara terperinci. Penjelasan terperinci

ini ditandai dengan dua garis mendatar dibawah penjelasan global yang

dikasih tanda keterangan yang disingkat ket. () . Misbah tidak

menjelaskan secara terperinci semua ayat, akan tetapi hanya ayat-ayat

yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

20 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 1, h. 4

Page 45: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

42

Misalnya pada ayat 4 dari surat al-Fa>tihah KH. Misbah

memberikan penjelasan secara terperinci. Penjelasannya sebagai

berikut:

“(Ket. 4) Mulane ditertemtuake ana ing yaumiddin, kerono ono

ing dunyo iki akeh kawulo kang podo ngerebut kadudukane Allah dadi

pangerane kabeh mahluk, kaya raja Fir‟aun, raja Namrud, lan liya-

liyane. Sak weneh ulama‟ ahli qira‟ah iki ana kang maca maliki ora

nganggo alif”21

Terjemah:

“(Ket. 4) Mengapa ditentukan di yaum al-Di>n, sebab di dunia

banyak orang yang merebutkan posisi Allah Swt. sebagai Tuhannya

makhluk, seperti raja Firaun, Namrud dan lain sebagainya. Sebagian

ulama’ ahli qira’ah ada yang membaca maliki dengan membaca

pendek”

Dalam penjelasan diatas, KH.Misbah juga menyinggung

masalah qira’ah, ini menunjukkan bahwa dia juga menguasai masalah

qira’ah.

Hal lain yang menarik dari tafsi>r al-Ikli>l adalah ditemukan

nuansa ilmiahnya. Di beberapa tempat terlihat beberapa ayat yang

ditafsirkan secara rasional. Misalnya penafsiran soal bentuk bumi yang

bulat yang selalu berputar pada porosnya, sehingga terjadi pergantian

siang dan malam. Disini KH.Misbah tidak hanya memberikan

penjelasan secara rasional, akan tetapi ia memberikan ilustrasi berupa

gambar lingkaran yang disorot dengan baterai, maka nampak daerah

yang terkena sinar akan terang (siang) dan yang tidak tersorot lampu

21

Ibid.

Page 46: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

43

akan gelap (malam). Seperti itulah proses terjadinya siang dan malam.

Penafsiran lengkapnya seperti dibawah ini:

“Yen kepengen weruh ubenge rina lan bengi, anjupuko bal

utowo barang kang buder liyane. Coba ing wektu bengi disenter karo

sentolop (baterai). Bal diubengake alun, endi kang ngadepi sorote

sentolop iku rino, kang ora ngadepi iku bengi. Bal iku contone bumi,

sorote sentolop iku sorote srengenge. Kahanan kang mengkono iku ora

berubah, lan terus mlaku kanti rapi. Wis pirang ewu tahun? Opo kang

mengkono iku lumaku tanpa ono kang netepake? Ora tinemu ono ing

akal.”22

Terjemah:

“Apabila ingin melihat berputarnya siang dan malam, ambillah

bola atau benda bulat lainnya. Coba waktu malam di sorot dengan

baterai. Bola diputar pelan-pelan, bagian yang terkena cahaya adalah

siang, dan yang tidak terkena cahanya adalah malam. Bola

diumpamakan bumi, cahaya baterai adalah cahayanya matahari.

Keadaan seperti itu tidak berubah, dan terus berjalan dengan tertib.

Sudah beribu tahun? Apakah yang demikian berjalan tanpa ada yang

mengatur? Tidak bisa dipikir secara akal.

Selain nuansa ilmiah, Misbah Musthafa mengkritik terjemahan

lokal yaitu terkait kata baqarah dalam al-Qur’an yang diterjemahkan

kedalam bahasa Indonesia menjadi sapi betina. Menurut KH.Misbah

terjemahan sapi betina dari kata baqarah tidaklah tepat. Selama ini

orang-orang menerjemahkan sapi betina karena ada anggapan bahwa

huruf ta‟ dalam kata baqarah menunjukan perempuan. Ia memberi

penjelasan dengan panjang lebar dan memberi referensi dengan kasus

lain.

KH.Misbah berpendapat bahwa ta‟ yang ada pada kata baqarah

tersebut bukan ta’ ta’nis akan tetapi ta’ mufarriqah yaitu ta’ yang

22

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 23, h. 3761.

Page 47: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

44

membedakan antara mufrad dan jama’. KH.Misbah mengkritik

pendapat tersebut dengan mengatakan “Amit-amit itu salah. Ta‟ kang

ana ing lafadz baqarah iku dudu ta‟ ta‟nist ta‟ fariqah bayn al-mufrad

wa al-jam‟i”. Kemudia ia menjelaskan lebih lanjut bahwa yang

dimaksud dengan jenis jam’i adalah isim yang memiliki makna banyak

dan dibedakan dengan bentuk mufrad-nya dengan huruf ta‟

dibelakangnya. Kalau baqar bermakna sapi banyak, sedangkan baqarah

bermakna sapi satu.

KH.Misbah juga memberikan contoh terkait kasus tersebut

dengan kata syajar dan syajarah. Syajar berarti pohon banyak dan

syajarah berarti pohon satu, tamar berarti kurma banyak dan tamrah

berarti kurma satu. Dengan begitu baqarah tidak bisa diterjemahkan

menjadi sapi betina tapi satu sapi. Berikut penjelasan lengkap Misbah

Musthafa ketika menafsirkan QS. al-Taubah ayat 3.

“Penulis ditekani pemuda nuli takon: opo hikmahe sapi kang

disembelih dening wong Bani Israil kok sapi wadon kok ora sapi

lanang? Penulis: Sopo kang dawuh yen sapi iku sapi wadon kerono

dipungkasi ta‟ ta‟nis. Penulis: Amit-amit iku salah. Ta‟ kang ana ing

lafadz baqarah iku dudu ta‟ ta‟nis nanging ta‟ fariqah bayn al-Mufrad

wa al-Jam‟i, tegese ambedaake antara makna siji lan makna akih.

Kerono lafaz baqar iku tanpa ta‟ iku isim jinis jam‟i. Kang aran jinis

jam‟i iku isim kang anduweni makna akih lan dibedaake saking

mufrode nganggo ta‟ ing akhire. Yen baqar iku gerombolan sapi akih,

yen baqarah iku sapi siji. Yen tamar iku kurma akih, yen tamrah iku

kurma siji. Yen syajar iku wit-witan akih, yen syajarah iku wit-witan

siji. Yan hirrun iku kucing akih, yen hirrah iku kucing siji. Yen tsamar

iku gerombolan whoh-whohan, yen tsamroh iku whoh-wohan siji.

Kejobo songko iku tembung surat baqarah iku wus dadi „alam. Dadi

ora kena dimaknai sapi wadon. Yen ono wong aran Mansur nuli ana

tembung Ja‟a Mansur opo sira maknani wus teko sopo wong kang

ditulungi? Temtu ora. Nanging teko sopo pak Mansur. Hiyo opo ora?

Pemuda: hiyo-hiyo. Maturnuwun. Iseh akih kesalahan terjemah kang

Page 48: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

45

lumaku ono ing zaman saiki kang gandheng karo ilmu nahwu, koyo

kurang pengertian ambedakne antarane wawu isti‟naf lan wawu „athaf.

Dadi saben ono wawu diwoco fathah mesti dimaknai lan utowo dan,

semono uga perbedaan antarane fa‟ athaf lan fa fashihah lan liya-

liyane.”23

Terjemah:

“Penulis didatangi pemuda kemudian bertanya: “Apa

hikmahnya sapi yang disembelih oleh bani Israil, kenapa sapi betina

bukan sapi jantan? Penulis: Siapa yang berkata, kalau itu sapi betina

karena diakhiri ta’ ta’nis? Penulis: Maaf, itu salah. Ta‟ yang ada di kata

al-Baqarah itu bukan ta’ ta’nis, tapi ta’ fariqah bayn al-Mufrad wa al-Jam’i, yang berfungsi membedakan arti satu dan banyak. Karena kata

baqar itu tanpa ta’ maka dinamakan isim jinis jam’i. Yang dinamakan

isim jinis jam’i yaitu ism yang mempunyai arti banyak yang dibedakan

dengan adanya ta’ diakhrinya. Apabila baqar itu sapi banyak, maka

baqarah itu sapi satu. Tamr itu kurma banyak sedangkan tamrah kurma

satu. Syajar itu pohon banyak sedangkan syajarah itu pohon satu.

Hirrun itu kucing banyak sedangkan hirrah itu kucing satu. S}amar itu

buah-buahan sedangkan s}amarah itu buah satu. Kecuali kata surat

baqarah itu sudah menjadi alam. Jadi tidak bisa diartikan dengan sapi

betina. Apabila ada orang namanya Mansur kemudian ada kalimat ja>a mansu>r, apakah kalian artikan dengan orang yang telah ditolong sudah

datang? Pasti tidak demikian, tapi pak Mansur sudah datang, iya atau

tidak? Pemuda: iya-iya, terima kasih banyak. Masih banyak kesalahan

terjemah yang ada sekarang yang berhubungan dengan ilmu nahwu,

seperti tidak tau membedakan wawu isti’naf dengan wawu ‘athaf. Jadi

setiap ada wawu dibaca fathah pasti diartikan dan. Begitu juga

perbedaan antara fa’ ‘athaf dengan fa’ fashilah dan lain-lain.

Melihat sistematika penafsiran dalam kitab Tafsi>r al-Ikli>l maka

dapat diambil kesimpulan metode penafsiran yang dipakai KH.Misbah

adalah metode tahli>li>, dimana penafsirannya menjelaskan perkata,

penjelasan secara global, penjelasan terperinci, mencantumkan hadis

nabi, riwayat sahabat, dan mencantumkan asbab al-nuzul.

23

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 10, h. 1605-1606.

Page 49: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

46

BAB III

KATEGORISASI DAN VARIASI KATA AL-MAUT

A. Tinjauan Umum Makna Al-Maut

Kehidupan yang dijalani manusia merupakan sesuatu yang gaib. Seseorang

tidak bisa mengetahui tentang kejadian yang akan datang, mereka hanya bisa

merencanakan, dan Allah lah yang menentukan. Proses kehidupan saja banyak

yang tidak mengetahuinya apalagi tentang maut (kematian).

Ketika manusia melihat kondisi orang yang mati, memandang jenazah

tidak lagi mampu menggerakkan badannya, lalu membusuk bahkan punah, maka

dia sadar bahwa ada sesuatu yang hilang dari orang mati. Disanalah manusia

mencari apa yang terjadi dan mengapa bisa terjadi?1

Syukurlah, agama melalui kitab sucinya yaitu al-Qur‟an telah mengungkap

misteri tersebut, meskipun manusia hanya bisa memahami sedikit yang

diungkapkan al-Qur‟an.

Kamus-kamus bahasa Arab mendefinisikan maut dengan kematian atau

lawan dari hidup. Hidup ditandai dengan rasa, pergerakan, dan pertumbuhan,

maka ketika maut sudah menjemput tidak ada lagi rasa, pergerakan dan

pertumbuhan. Itu merupakan ciri kematian secara fisik yang dapat ditangkap oleh

panca indra.

1 M. Quraish Shihab, Kehidupan Setelah Kematian (Surga yang dijanjikan al-Qur’an),

(Tangerang: Lentera Hati: 2008), h. 10.

Page 50: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

47

Page 51: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

47

Menurut bahasa kata al-Maut berasal dari kata ma>ta-yamu>tu-mautan yang

mempunyai arti kematian.2 Ahmad Ibn Fa>ris memaknai kematian dengan

hilangnya kekuatan dari sesuatu, dan hilang itu berarti mati, lawan katanya adalah

hidup. Ia mendasari pendapatnya pada hadis Nabi yaitu, “Barang siapa yang

memakan buah dari kayu yang tidak baik ini, jangan dekati masjid kami. Jika

dipaksa juga mamakannya, maka kekuatannya hendaknya dimatikan

(dihilangkan).3

Kematian tidak selamanya menunjukkan kematian yang selama ini

dipahami orang, yaitu terlepasnya ruh dari jasad, akan tetapi bisa bermakna

majazi. Seperti al-Asfahani> memaknai kematian menjadi lima bagian yaitu:4

1. Mati karena hilangnya kekuatan untuk tumbuh pada manusia, hewan, dan

tumbuhan. Contohnya yaitu:

a. QS. al-Ru>m [30]: 19

“Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan

yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. dan

seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).”

2 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Grogresif, 1997), h. 1465. 3 Abi> al-Husain Ahmad Ibn Fa>ris Ibn Zakariya>, ‚Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah‛, juz 5,

(T.tp: Dar al-Fikr, T.th), h. 283. 4 Abi> al-Qasim Ibn Muhammad al-Ra>gib al-As}faha>ni>, ‚Mufrada>t Fi> Gari>b al-Qur’a>n‛ ,

Juz 2, (T.tp: Maktabah Nazar al-Musthafa al-Bazi, T.th), h. 616.

Page 52: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

48

b. QS. Qa>f [50]: 11

“Untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami

hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya

kebangkitan.”

2. Hilangnya kekuatan al-Hassah seperti ucapan Maryam ketika akan

melahirkan Nabi Isa, yaitu:

a. QS. Marya>m [19]: 23:

“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia

(bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai,

Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang

tidak berarti, lagi dilupakan".

b. QS. Marya>m [19]: 66

“Dan berkata manusia: "Betulkah apabila aku telah mati,

bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup

kembali?"

Page 53: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

49

3. Hilangnya kekuatan akal (tidak mengetahui)

a. QS. al-An’a>m [6]: 122

“Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami

hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang

dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat

manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap

gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah

Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah

mereka kerjakan.

b. QS. al-Naml [27]: 80

“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang

yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang

tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling

membelakang.”

4. Munculnya ketakutan yang menggerogoti hidup seperti bahaya kematian,

akan tetapi belum datang juga, QS. Ibrahi>m [14]: 17

“Diminumnnya air nanah itu dan hampir Dia tidak bisa menelannya

dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi Dia

tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada azab yang berat.”

Page 54: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

50

5. Tidur

QS. al-Zumar [39]: 42

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa

(orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang)

yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain

sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu

terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”

Kematian dalam al-Qur‟an ketika menggunakan kata al-Maut, kebanyakan

menggambarkan tentang terlepasnya ruh dari jasad, yaitu manusia meninggalkan

alam dunia menuju alam akhirat. Sehingga menunjukkan bahwa kematian

merupakan jalan menuju kehidupan abadi (akhirat).

Semua manusia pasti akan merasakan mati karena Allah Swt. telah

berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji

kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya),

dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiya>’: 35).

Kematian merupakan kepulangan hamba kepada Rab-nya yang telah lama

pergi meninggalkan desanya (alam akhirat). Alam dunia diibaratkan sebagai

tempat perantauan yang tidak selamanya disinggahi. Sebagai tempat perantauan,

maka alam dunia merupakan tempat mencari bekal untuk pulang kekampung

halaman yang abadi yaitu akhirat, karena akhirat itu lebih utama, seperti firman

Allah Swt. dalam QS. al-D{uh}a>: 4, yaitu wa lala>khiratu khairun laka min al-U<la>

Page 55: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

51

(“pasti kehidupan akhirat itu lebih utama bagimu dari pada kehidupan pertama

(dunia)”). Barang siapa yang mempersiapkannya maka ia adalah orang yang

beruntung.

Untuk kembali atau pulang kepada Allah Swt. diperlukan hati yang tenang

yang diperoleh dengan ketaatan di dunia. Maka orang seperti ini akan pulang

dengan senang hati karena diridhoi oleh Tuhannya dan akan dimasukkan ke

surganya Allah Swt. beserta orang-orang salih (QS. al-Fajr: 27-30).

Jika maut merupakan proses kepulangan, maka maut bagi seorang

mukmin adalah nikmat, karena merupakan pintu masuk menuju kehidupan yang

abadi dan bertemu dengan dzat yang telah dirindukan. Kenikmatan tersebut tidak

sembarang didapatkan seseorang, hanya orang mukmin yang meninggal di jalan

Allah-lah yang diberi kenikmatan. Mereka tidak mati, akan tetapi ia hidup dan

diberi rizki oleh Allah Swt. (QS. Ali Imra>n: 169), selain itu dimasukkan ke surga

dengan wajah yang berseri-seri ketika bertemu dengan tuhannya (QS. al-Insa>n:

22).

Tidak hanya berarti nikmat, maut (kematian) juga bisa menjadi musibah

(QS. al-Mulk: 2), tetapi tidaklah selalu bermakna demikian. Disini, anggapan

bahwa kematian sebagai musibah tidak lain disebabkan karena perbuatan dari

manusia ketika di dunia yang tidak menghiasi dengan amal salih, bukan substansi

dari kematian tersebut.

Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa kematian adalah sama dengan

kelahiran baru. Sebelum kelahiran pertama manusia, perut ibunya sama dengan

diatas bumi. Disana janin berhubungan dengan ibu melalui tali pusar. Ketika

Page 56: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

52

kalahirannya tali pusar diputus agar ia bebas menjalani hidupnya. Dalam

kehidupannya di bumi, ada juga tali yang menghubungkannya dengan bumi yang

lain di alam sana. Tali itulah yang putus ketika meninggal, sehingga manusia

lepas dengan hunian lamanya, yang kali ini dengan bumi, untuk berada dihunian

baru.5 Hal ini seperti halnya janin yang lepas dari hunian lamanya, yakni perut

ibu, untuk tinggal sementara dipentas bumi ini.

Bahkan sebagian ulama memahami, saat tiba di hunian baru itu ada

malaikat-malaikat yang menyambut sebagaimana penyambutan yang dilakukan

perawat atau dukun beranak terhadap bayi yang baru lahir. Kalau para penyambut

bayi membersihkan dan mengenakan pakaian untuknya, maka di alam sana juga

demikian. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah ada malaikat yang turun dari langit

membawa kain kafan dari surga buat orang mukmin dan dari neraka bagi orang

kafir. Kafan itu serupa dengan pakaian bayi yang dikenakan untuknya setelah

seorang bayi lahir ke dunia.6

Maut juga dikatakan sama dengan tidur, seperti doa yang biasa dibaca oleh

seorang ketika bangun tidur adalah, “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan

kami setelah mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kebangkitan”. Yang

dimaksud dengan menghidupkan adalah membangunkan dari tidur, sedangkan

mematikan adalah menidurkan. Sedang doa Nabi sebelum tidur adalah, “Ya Allah,

atas nama-Mu aku hidup dan mati.” Ini menunjukkan bahwa tidur merupakan

kematian sementara yang diibaratkan layangan terbang jauh keangkasa tapi

5 M. Quraish Shihab, Kehidupan Setelah Kematian (Surga yang dijanjikan al-Qur’an),

(Tangerang: Lentera Hati: 2008), h. 47. 6 Ibid. h. 48.

Page 57: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

53

talinya dipegang oleh pemain, sedangkan yang mati adalah layangan yang telah

putus talinya, sehingga ia terbang tidak kembali lagi.7

Al-Qur‟an menunjukkan bahwa setiap makhluk akan mengalami

kerusakan atau mati (QS. al-Rahman: 26), begitu juga alam dunia akan diakhiri

dengan kerusakan (kiamat). Ini menunjukkan bahwa kematian merupakan

kepastian dan tidak seorangpun yang dapat lari darinya, sekalipun berlindung

dibawah benteng yang kokoh, pasti maut akan menghampirinya.

Maut menjadi titik perantara yang menghubungkan masa, keadaan dan

kehidupan dunia menuju kepada masa, keadaan dan kehidupan akhirat yang abadi.

Ini memberikan implikasi bahwa sekiranya kematian tidak berlaku sudah tentu

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan alam akhirat tidak akan berlaku.

Dengan berlakunya kematian, keadilan di alam akhirat yang abadi mulai

dilaksanakan dan kiamat bagi setiap manusia pun telah dimulai. Dengan

demikian, maka maut dianggap sebagai perpindahan kehidupan dari alam dunia

menuju alam akhirat.8

B. Kategorisasi dan Variasi Kata Al-Maut

1. Kategorisasi kata Al-Maut

Kematian dalam al-Qur‟an salah satunya menggunakan kata al-Maut,

ada yang berbentuk fi’il maupun ism. Dalam Mu’jam Mufahras Li al-Fa>z al-

Qur’an al-Kari>m tercatat kata al-Maut ada 163 kata baik berbentuk isim

7 Murtiningsih, “Hakikat Kematian Menurut Tinjauan Tasawuf”, dalam Intizar Vol. 19,

no. 22, 2013, h. 333. 8 Umar Lathif, “Konsep Mati dan Hidup dalam Islam (Pemahaman Berdasarkan Konsep

Eskatologis), dlam Al-Bayan, Vol. 22, no. 34, 2016, h. 33.

Page 58: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

54

maupun fi’il.9 Seperti yang dijelaskan di latar belakang bahwa penelitian ini

tidak membahas semua kata tersebut akan tetapi hanya membahas yang

berbentuk ism masdar. Berikut dibawah ini daftar kata al-Maut yang

berbentuk ism masdar, beserta wazannya:

KATEGORISASI AYAT BERDASARKAN BENTUKNYA

No. Kata al-Maut Mengikuti

Wazan Al-Qur’an Surat

1.

QS. al-Baqarah [2]: 19, 24, 133,

180, dan 243, QS. A<li Imra>n [3]:

143, 168, dan 185, QS. al-

Nisa>’[3]: 15, 18, 78, dan 100, QS.

al-Ma>idah: 106, QS. al-An’am:

61, dan 93, QS. al-Anfa>l: 6, Hud:

7, QS. Ibra>hi>m: 17, QS. al-

Anbiya>’: 35, QS. al-Mukminu>n:

99, QS. al-Ankabu>t: 57, QS. al-

Sajadah: 11, QS. al-Ah}za>b: 16 dan

19, QS. Saba>’: 14, QS. al-Zumar:

42, QS. al-Dukha>n: 56, QS.

Muh}ammad: 20, QS. Qa>f: 19, QS.

al-Wa>qi’ah: 60, QS. al-Jum’ah: 6,

dan 8, QS. al-Muna>fiqu>n: 10, QS.

al-Mulk: 2

2. QS. al-Baqarah: 56

3. QS. al-Nisa >’: 159, QS. Saba >’: 14

4.

QS. al-Baqarah: 164, dan 159, QS.

al-Nahl: 65, QS. al-Ankabu>t: 63,

QS. al-Ru>m: 19, 23, 50, QS.

Fa>thir: 9, QS. al-Zumar: 42, QS.

al-Ja>siyah: 45, QS. al-H{adi>d: 17

9 Muhammad Fu’ad Abd Baqi>, ‚Mu’jam Mufahras Li al-Fa>z} al-Qur’an al-Kari>m,‛

(Mesir: Dar al-Hadis, 1943) h. 678-680.

Page 59: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

55

5. QS. al-Furqa>n: 3

6. QS. al-An’a>m: 132, QS. al-Furqa>n:

49, QS. al-Zukhru>f: 11, QS. al-

H{ujurat: 12, dan QS. Qaf: 11.

7. yang

mudha’af

QS. A<<<li Imra>n: 27, QS. al-An’a>m:

95, QS. al-A’ra>f: 57, QS. Yunus:

31, QS. Ibra>hi>m: 17, QS. al-Ru>m:

17, QS. Fathir: 9, QS. al-Zumar:

30.

8. QS. al-Isra>’: 75

9. QS. al-An’a>m: 6

10 QS. al-Jas}iyah: 21

11.

QS. al-Baqarah: 73, dan 260, QS.

A<li Imra>n: 49, QS. al-Ma>idah: 110,

QS. al-An’a>m: 36, dan 111, QS.

al-A’ra>f: 57, QS. al-Ra’du: 31, QS.

al-H{aj: 6, QS. al-Naml: 80, QS. al-

Ru>m: 50, dan 52, QS. Ya>si>n: 12,

QS. Fushilat: 39, QS. al-Syu>ra>: 9,

QS. al-Ah}qa>f: 33

12.

/

QS. al-Dukha>n: 56, QS. al-

Baqarah: 173, QS. al-Ma>idah: 3,

QS. al-An’a>m: 139, dan 145, QS.

al-Nah}l: 115, QS. Ya>si>n: 33

13.

QS. al-Shafat: 59,

QS. al-Dukha>n: 35.

Page 60: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

56

2. Variasi kata Al-Maut dan Penafsirannya dalam Tafsi>r Al-Ikli>l

a. yang mengikuti wazan dima’rifatkan dengan alif lam atau

susunan iz}afah.

1. QS. Al-Baqarah [2]: 19

“Atau sifatnya orang munafiq itu seperti sifat orang yang

ditimpa hujan lebat dalam keadaan gelap gulita. Banyak guntur dan

petir menyambar. Orang-orang yang kehujanan tadi menutup

kuping dengan jarinya supaya tidak mendengar suara petir yang

keras, karena mereka (orang munafik) takut mati. Begitulah sifat

orang munafiq ketika ada ayat al-Qur‟an (yang diumpamakan

hujan) turun kepada nabi Muhammad Saw. yang menerangkan

kufur (yang diumpamakan guntur) dan hujjah atau bukti-bukti yang

jelas (yang diumpamakan petir), orang-orang munafiq tadi

menyumbat kupingnya jangan sampai mendengar ayat-ayat al-

Qur‟an. Sebab kalau mendengar, nanti akan beriman kepada nabi

Muhammad dan meninggalkan agamanya, kemudian masuk agama

Islam. Cara orang munafiq tersebut seperti orang mati. Orang-

orang kafir yang seperti orang-orang munafiq akan lari kemana,

mereka tidak bisa lepas dari kekuasaan dan penglihatannya Allah.10

KH.Misbah Musthafa menafsirkan sifat orang munafik itu

seperti orang takut mati. Yaitu ketika mendengar ayat-ayatnya

Allah Swt. yang merupakan h}ujjah mereka menutup kuping mereka

supaya tidak mendengar karena ditakutkan akan beriman kepada

Allah Swt. dan nabi Muhammad Saw. Sifat tersebut seperti orang

yang takut mati ketika mendengar petir dan guntur ketika hujan

10

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz. 1, (Surabaya: Al-

Ihsan, T.th.), h. 19.

Page 61: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

57

lebat. Petir diumpamakan ayat-ayatnya Allah Swt. dan guntur

diibaratkan dengan h}ujjah-nya Allah Swt.

2. QS. al-Baqarah [2]:133

“Hai orang-orang Yahudi, apakah kalian hadir ketika nabi

Ya'qub mati, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang

kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan

menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,

Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya

tunduk patuh kepada-Nya".11

Ayat diatas mengingatkan tentang wasiat orang tua ketika

kedatangan tanda-tandanya mati kepada orang yang ditinggal, yaitu

tidak hanya berupa harta, akan tetapi apa yang mereka sembah

setelah ia meninggal. Seperti yang dilakukan nabi Ya‟qub ketika

maut mendatangainya, ia mengatakan, Apa yang kalian sembah

sepeninggalanku?” mereka menjawab, "Kami akan menyembah

Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq,

(yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh

kepada-Nya".

Ayat ini menganjurkan orang tua untuk memperkuat

keimanan anak-anak dan keluarganya dengan mendidik agama,

11

Ibid., h. 124.

Page 62: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

58

supaya setelah ditinggal mati orang tuanya, imannya tetap kuat dan

tidak goyah.

3. QS. al-Baqarah [2]: 180

“Hai orang-orang Islam! Apabila salah satu dari kalian ada

yang kedatangan penyebab kematian, seperti sakit, apabila

meninggalkan harta maka diwajibkan wasiat memberi uang kepada

kedua orang tua dan keluarga dengan cara yang baik.”12

Ayat diatas mengingatkan apabila seseorang yang

mempunyai harta kedatangan tanda-tandanya kematian seperti sakit

maka diwajibkan untuk segera berwasiat dengan cara yang baik.

4. QS. al-Baqarah [2]: 243

“Apakah kamu tidak tahu sejarahnya sebagian dari orang

bani Israil? Orang bani Israil yang banyaknya kurang lebih ada

tujuh puluh ribu itu pada keluar kampungnya karena takut mati,

karena dikampungnya ada penyakit tho‟un, yaitu salah satu

penyakit yang apabila terserang penyakit tersebut sebentar saja

sudah meninggal. Kemudian Allah bersabda: “Wahai bani Israil,

matilah kalian! Seketika itu juga meninggal. Kemudian Allah

menghidupkan orang itu sesudah mati delapan hari.13

12

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz. 2, h. 184 13

Ibid., h. 268.

Page 63: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

59

Ayat diatas menjelaskan tentang orang yang takut mati

disebabkan karena penyakit tho‟un. Mereka lari tapi kematian tidak

dapat dihindari.

5. QS. A<li Imra>n [3]: 143

“Sesungguhnya kalian semua mengharapkan mati (syahid)

sebelum mendapati jalannya mati yaitu perang uhud. Sekarang

kalian semua melihat sendiri dengan mata kalian sendiri kenapa

kok pada melarikan diri?”14

Mati dalam ayat diatas diartikan dengan mati syahid, yaitu

orang yang ingin mati syahid dengan ikut perang. Akan tetapi

mereka pada melarikan diri. Konteks ayat ini turun ketika akan

perang uhud.

6. QS. A<li Imran [3]:168

“Orang-orang munafik yang telah diterangkan didepan yaitu

orang-orang yang berkata kepada teman-temannya yang duduk-

duduk tidak mau ikut perang: Seumpamanya sahabat-sahabatnya

Muhammad itu mengikuti kita, tentu saja tidak di bunuh oleh

musuh. Wahai Muhammad!, katakanlah: “Wahai orang-orang

munafiq, tolaklah kematian itu darimu, jika kamu orang-orang yang

benar”.15

14

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 4, h. 509. 15

Ibid., h. 533.

Page 64: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

60

Ayat diatas menjelaskan bahwa al-Maut (kematian) tidak

dapat dihindari, meskipun mereka tidak ikut perang.

7. QS. A<li Imra>n [3]: 185

“Tiap-tiap yang berjiwa akan mencicipi mati. dan

sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam

syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu

tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”16

Mati merupakan kepastian yang pasti dirasakan oleh setiap

yang bernyawa. Dan akan mendapat balasan amalnya di hari

kiamat.

8. QS. al-Nisa>’ [4]: 15

“Perempuan-perempuan yang melakukan zina dari

golongan kalian wahai kaum muslimin, hendaknya kalian

mendapatkan empat orang laki-laki sebagai saksi dari kalian (orang

Islam) yang menyaksikan bahwa wanita itu melakukan zina.

Apabila empat orang tadi menyaksikan wanitu itu melakukan zina,

hendaknya ia ditahan didalam rumah tidak campur dengan

16

Ibid., h. 554.

Page 65: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

61

masyarakat sampai mati atau apabila Allah Swt. menetapkan

jalannya perempuan tadi keluar dari rumah.”17

Al-Maut dalam ayat diatas menjelaskan hukuman orang

yang berzina yaitu dikurung di dalam rumah sampai mati.

9. QS. al-Nisa>’ [4]: 18

“Orang-orang yang sudah melakukan dosa dan tidak mau

taubat hingga datangnya kematian, dan ruh sudah sampai di

tenggorokan kemudian mengucapkan sekarang saya taubat, seperti

itu tidak tidak terima taubatnya oleh Allah Swt., jadi taubatnya

tidak ada gunanya. Begitu juga orang-orang yang mati sedang

mereka masih dalam keadaan kafir. Orang-orang yang seperti itu

sudah saya sediakan siksa yang sangat pedih”18

Ayat diatas menjelaskan bahwa al-Maut merupakan batas

akhir taubat. Jika ruh sudah sampai di tenggorokan dan orang yang

berdosa minta ampunan maka taubatnya tidak diterima Allah Swt.

10. QS. al-Nisa>’ [4]: 78

…..

“Dimana saja kamu berada, kematian pasti akan

mendapatkan kamu. Tidak ada orang yang hidup selamanya,

kendatipun kamu di dalam benteng yang kokoh, jadi tidak ada

gunanya kamu takut perang takut mati.”19

17

Ibid., h. 673. 18

Ibid., h. 678. 19

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 5, h. 751.

Page 66: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

62

Al-Maut (kematian) merupakan sesuatu yang tidak dapat

dihindari meskipun berlindung didalam benteng yang kokoh. Jadi

tidak ada gunanya lari dari kematian dengan tidak ikut perang.

11. QS. al-Nisa>‟ [4]: 100

“Barang siapa yang pindah (hijrah) karena mengagungkan

agamanya Allah, pasti akan mendapatkan tempat yang banyak

manfaatnya untuk dirinya dan rizki yang luas. Dan barang siapa

yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah

dan Rasulnya yang didorong oleh rasa taat kepada Allah dan

rasulnya, kemudian kematian menimpanya, maka pahala orang

tersebut tetap disisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”20

KH.Misbah menafsirkan orang yang mati dalam keadaan

hijrah atau berjuang di jalan Allah maka akan mendapat pahala

disisi Allah Swt. Ini menunjukka al-Maut adalah nikmat bagi orang

yang beriman.

12. QS. al-Ma>idah [5]: 106

“Hai orang-orang beriman, apabila salah sorang kamu

melihat tanda-tanda kematian, kemudian dia akan wasiat, maka

20

Ibid., h. 784.

Page 67: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

63

hendaklah mendatangkan dua saksi yang adil dari golonganmu dari

orang Islam dan selain golonganmu yaitu orang kafir. Yang

demikian itu apabila kamu dalam keadaan bepergian dengan orang

kafir, kemudian menghadapi bahaya yang dapat menyebabkan

mati.”21

KH.Misbah menafsirkan bahwa orang yang kedatangan

tanda-tandanya kematian hendaknya berwasiat dengan

mendatangkan saksi.

13. QS. al-An’a>m [6]: 61

“Dan Allah menugaskan malaikat hafadzah kepada kalian

semua, yaitu malaikat yang mencatat semua pekerjaan kalian,

seperti ucapan, dan pekerjaan secara lahir maupun batin (hati) yang

menjadi keinginan kuat. Sehingga apabila kematian akan

mendatangi kalian, diambil oleh utusan-utusan-Ku dengan keadaan

sempurna, mereka tidak ada yang ceroboh.22

Al-Maut adalah kepastian yang akan mendatangi seseorang

yang tidak akan salah orang, karena malaikat maut tidak ada yang

ceroboh.

14. QS. al-An’a>m [6]: 93

21

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 7, h. 1009. 22

Ibid., h. 1074.

Page 68: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

64

“Wahai Muhammad, apabila kamu melihat orang-orang

yang mendzalimi dirinya sendiri berada dalam tekanan sakaratul

maut, malaikat maut membetangkan tangannya lalu berkata: “Ayo!

Keluarkanlah sendiri ruhmu”. Sekarang kamu akan dibalas dengan

siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan

terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu

selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.”23

KH.Misbah Musthafa menafsirkan apabila orang zalim

sakaratul maut maka mereka akan tersiksa.

15. QS. al-Anfa>l [7]: 6

“Para Muslimin membantahmu Muhammad! Tentang

kebenaran yang engkau perintahkan sesudah nyata yang harus

dilaksanakan yaitu perang. Orang-orang Islam ketika itu seperti

orang yang dituntun kepada kematian, dan mereka melihat kalau

mereka semua akan mati.”24

Al-Maut merupakan kepastian yang tidak dapat dihindari.

16. QS. Hu>d [11]: 7

“Allah Swt. adalah dzat yang menciptakan langit dan bumi

dalam enam masa, dan „Arsy-Nya diatas air, Allah menciptakan

langit dan bumi agar Dia menguji kalian siapa diantara kalian yang

23

Ibid., h. 1102. 24

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 9, h. 1470.

Page 69: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

65

lebih bagus amalnya. Dan demi keagungan-Ku! Seumpama kalian

berkata: “Hai orang-orang kafir, kalian akan dibangkitkan sesudah

mati (yang demikian adalah firman Allah dalam al-Qur‟an).” Pasti

mereka berkata: “Al-Qur‟an itu adalah salah satu sihir yang dahsyat

(mandi).”25

Ayat diatas menjelaskan bahwa seseorang setelah mati akan

dibangkitkan kembali. Ini menunjukkan bahwa mati merupakan

jalan menuju kehidupan baru.

17. QS. Ibra>hi>m [14]: 17

“Orang-orang kafir yang sombong itu akan menelan air

shodid (nanah), tapi air shodid itu hampir-hampir tidak bisa ditelan

karena rasanya tidak enak dan menyakitkan. Orang-orang kafir

yang sombong itu kedatangan sebab-sebab yang dapat

menyebabkan kematian dari berbagai penjuru, akan tetapi tidak

bisa meninggal, dan dibelakangnya ada siksa yang sangat berat.”26

Al-Maut bagi orang kafir merupakan siksa, mereka akan

menelan air nanah (sodid) yang dapat menyebabkan mati, tapi

mereka tidak dapat mati.

18. QS. al-Anbiya>’ [21]: 35

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mencicipi mati, dan Kami

menguji kalian dengan bencana yaitu perkara yang tidak

menyenangkan, dan menguji dengan perkara yang menyenangkan.

25

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 12, h. 2070-2071. 26

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 13, h. 2399.

Page 70: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

66

Demikan itu untuk menguji kalian. Dan kalian semua pasti akan

kembali kepada-Ku yaitu dihadapkan di pengadilan-Ku.”27

KH.Misbah Musthafa menafsirkan bahwa setiap jiwa akan

mencicipi mati, setelah itu akan dikembalikan kepada Allah Swt.

untuk diadili.

19. QS. al-Mukminu>n [23]: 99

“Demikianlah keadaan orang kafir Makah ketika kematian

mendatanginya dan melihat neraka yang akan menjadi tempatnya,

mereka mengatakan: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku kedunia.”28

KH.Misbah menafsirkan bahwa al-Maut (kematian)

merupakan siksa karena ketika sakaratul maut mereka melihat neraka

yang akan ditempatinya, dan mereka menyesal sambil berkata, “Ya

Tuhanku kembalikanlah aku kedunia.” Akan tetapi penyesalan

tersebut tidak ada gunanya.

20. QS. al-Ankabu>t: 57

“Tiap-tiap yang berjiwa akan mencicipi mati. kemudian

hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan (dihadapkan kepada-Ku

(Allah).”29

Al-Maut (kematian) adalah kepastian yang akan dirasakan oleh

semua yang bernyawa. Setelah itu akan dikembalikan kepada Allah

swt. untuk diadili.

27

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 17, h. 2983-2984. 28

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 18, h. 3126. 29

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21, h. 3492.

Page 71: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

67

21. QS. al-Sajadah [32]: 11

“Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut

nyawamu) akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah

kamu akan dikembalikan."

Ayat diatas menjelaskan bahwa yang diserahi mencabut nyawa

adalah malaikat maut. Setelah manusia mati maka akan dikembalikan

kepada Tuhannya.

22. QS. al-Ah}za>b [33]: 16

“Hai Muhammad, katakanlah! “Hai orang-orang munafiq, lari

itu tidaklah berguna bagi kalian, jika kalian melarikan diri dari

kematian atau dibunuh musuh. Jika kalian lari kemudian tidak mati,

dan kalian merasa senang, kesenangan itu hanyalah sebentar.”30

KH.Misbah menafsirkan bahwa mati tidak dapat dihindari, jika

ada yang mencoba untuk menghindarinya dan selamat, maka

kesenangan itu tidak akan berlangsung lama, kematian pasti

menjemputnya.

30

Ibid., h. 3614.

Page 72: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

68

23. QS. al-Ah}za>b [33]: 19

“Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan

(bahaya), kamu Lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata

yang terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan

apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah

yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. mereka itu

tidak beriman, Maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. dan yang

demikian itu adalah mudah bagi Allah.”31

Ayat diatas menjelaskan tentang kondisi orang bakhil ketika

sakaratul maut, yaitu kondisinya seperti orang yang pingsan yang

takut mati dan matanya terbalik-balik.

24. QS. Saba>’ [34]: 14

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, jin

dan manusia tidak ada yang melihat meninggalnya dan tidak ada yang

menunjukkan atas kematiannya kecuali rayap yang memakan

tongkatnya. Tatkala tongkatnya dimakan rayap, Sulaiman tersungkur,

kemudian orang-orang tahu bahwa jin itu tidak melihat kejadian gaib

tersebut. Seumpama jin melihat kejadian gaib, tentu mereka akan

31

Ibid., h. 3616.

Page 73: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

69

berhenti bekerja yang sama dengan menyiksa yang dapat membuat

dirinya hina.32

Ayat diatas menunjukkan bahwa semua manusia akan mati

termasuk para nabi.

25. QS. al-Zuma>r [39]: 42

“Allah mengambil jiwa orang ketika matinya, dan mengambil

jiwa orang ketika tidurnya. Kemudian Allah menahan jiwa orang yang

telah ditetapkan kematiannya dan melepaskan (mengembalikan) jiwa

dalam tubuh yang tidur hingga batas waktu yang ditentukan.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda

kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”33

KH.Misbah Musthafa menafsirkan al-Maut merupakan kondisi

yang dialami seseorang yang mana jiwanya (ruh) diambil Allah Swt.

dan tidak dikembalikan lagi. Sehingga ruh dan tubuh itu mengalami

keterpisahan.

26. QS. al-Dukha>n [44]: 56

32

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 22, h. 3681. 33

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 24, h. 3889.

Page 74: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

70

“Didalam surga, orang-orang bertakwa tidak merasakan mati,

kecuali yang yang pertama di dunia, dan Allah memelihara mereka

dari azab neraka.”34

Ayat diatas menjelaskan tentang kenikmatan orang di surga,

yaitu mereka tidak mati akan tetapi hidup. Kenikmatan tersebut

dirasakan oleh orang-orang yang bertakwa.

27. QS. Muh}ammad [47]: 20

“Orang-orang beriman berkata: “Mengapa tiada diturunkan

suatu surat yang berkaitan dengan perintah perang?” Maka apabila

diturunkan surat yang menyebut perintah perang, orang yang

mempunyai penyakit didalam hatinya melihat kalian seperti melihat

orang yang pingsan, karena menghadapi mati. Sebentar lagi akan

merasakan apa yang dibenci.”35

Ayat diatas menggambarkan bahwa kondisi orang yang

sakaratul maut itu seperti orang yang pingsan, yang tidak punya

kekuatan unutk melawannya.

28. QS. Qaf [50]: 19

34

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 25, h. 4082-4083. 35

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 26., h. 4129

Page 75: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

71

“Sakitnya kematian karena dicabutnya ruh pasti datang dengan

keadaan yang sebebar-benarnya yaitu keadaan akhirat. Kematian

adalah suatu perkara yang ingin kamu hindari, tapi tidak bisa.”36

Ayat diatas menjelaskan kondisi ketika ruh dicabut dari badan

(sakaratul maut), yaitu merasakan sakit dan juga melihat sesuatu yang

nyata tentang kondisi akhirat.

29. QS. al-Wa>qi’ah [56]: 60

“Kami telah menentukan kematian diantara kalian, dan Kami

dalam menentukan kematian tersebut tidak akan didahului orang

lain.”37

Al-Maut merupakan ketentuan Allah Swt., tidak ada manusia

yang dapat merubahnya.

30. QS. al-Jum’ah [62]: 6

“Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi! Jika kamu

mengira kalau kamu adalah kekasihnya Allah, maka harapkanlah mati

jika kalian adalah orang-orang yang benar.”38

Ayat diatas menjelaskan tentang tantang Allah Swt. kepada

orang Yahudi, apabila mereka memang orang yang benar maka

hendaknya meminta untuk dimatikan.

36

Ibid., h. 4175. 37

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 27, h. 4249. 38

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 28, h. 4323-4324.

Page 76: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

72

31. QS. al-Jum’ah [52]: 8

“Katakanlah wahai Muhammad!, “Ketahuilah! Kematian yang

kamu takuti pasti akan menemui kamu, kemudian kamu pasti akan

dikembalikan yaitu dihadapkan kepada Allah Swt. yang Maha

Mengetahui sesuatu yang samar dan nyata”. Kemudian Allah

menceritakan kepada kalian apa saja yang telah kalian perbuat.”39

Ayat diatas menjelaskan bahwa maut adalah sesuatu yang

tidak dapat dihindari.

32. QS. al-Muna>fiqu>n [63]: 10

“Kalian semua hendaknya membelanjakan apa yang telah

Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian, lalu ia berkata:

“Wahai Tuhanku, mengapa Engkau tidak mengundurkan kematianku

sampai waktu yang dekat, saya akan bersedekah dan saya bisa

menjadi orang-orang yang saleh.”40

Al-Maut merupakan batas untuk melakukan amal perbuatan.

Jika maut sudah menjemput maka tiada lagi waktu untuk beramal,

yang ada hanyalah pembalasan yang dikerjakan didunia.

39

Ibid., h. 4325-4326. 40

Ibid., h. 4333-4334.

Page 77: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

73

33. QS. al-Mulk [67]: 2

“Allah yang menjadikan mati dan hidup untuk menguji kalian

(manusia), siapa yang paling bagus amalnya. Allah Maha Perkasa jika

menghendaki menyiksa siapa saja, dan tidak ada yang bisa

menghalangi. Allah Swt. Maha Pengampun terhadap orang-orang

yang ingin bertaubat.”41

Ayat diatas menjelaskan tentang tujuan Allah Swt.

menciptakan kematian, tidak lain yaitu untuk menguji manusia mana

yang paling baik amalnya.

b. mengikuti wazan dimud}afkan dengan d}ami>r muttas}il.

1. QS. al-Baqarah [2]: 56

“Kemudian setelah kalian mati, kalian semua Saya hidupkan

kembali, supaya kalian bersyukur atas nikmat-Ku dengan taat dan

beribadah kepada-Ku.”42

Ayat diatas menjelaskan kondisi seseorang setelah mati, yaitu

akan dibangkitkan dan akan mendapat balasan.

41

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 29, h. 4365. 42

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 1, h. 54.

Page 78: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

74

c. mengikuti wazan dima’rifatkan dengan d}ami>r muttas}il.

1. QS. al-Nisa >’ [4]: 159

“Setiap ahli kitab yaitu orang Kristen dan Yahudi pasti

beriman kepada Nabi Isa sebelum kematiannya. Beriman bahwa nabi

Isa adalah nabi dan utusan Allah bukan anaknya Allah. Besok dihari

kiamat nabi Isa pasti akan menjadi saksi yang membahayakan bag

orang Nasrani dan Yahudi.”43

Konteks ayat diatas membicarakan tentang kondisi ahli kitab

dari golongan Kristen dan Yahudi bahwasannya mereka sebelum

beriman adalah orang yang beriman kepada nabi Isa.

2. QS. Saba> [34]: 14

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, jin

dan manusia tidak ada yang melihat meninggalnya dan tidak ada yang

menunjukkan atas kematiannya kecuali rayap yang memakan

tongkatnya. Tatkala tongkatnya dimakan rayap, Sulaiman tersungkur,

kemudian orang-orang tahu bahwa jin itu tidak melihat kejadian gaib

tersebut. Seumpama jin melihat kejadian gaib, tentu mereka akan

berhenti bekerja yang sama dengan menyiksa yang dapat membuat

dirinya hina.”44

43

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 5, h. 828. 44

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 22, h. 3681.

Page 79: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

75

d. dima’rifatkan dengan d}ami>r muttas}il yang mengikuti wazan .

1. QS. al-Baqarah [2]: 164

“Dan Allah turunkan air dari langit, dengan air itu Allah

menghidupkan bumi setelah matinya, dan dengan air itu juga Allah

menyebar berbagai macam hewan.”45

Konteks ayat diatas menjelaskan bahwa bumi mengalami

kematian dan Allah Swt. menghidupkannya dengan air hujan.

2. QS. al-Nah}l [16]: 65

“Allah telah menurunkan air dari langit, kemudian dengan air

tersebut Allah menghidupkan bumi setelah matinya. Yang demikian

itu terdapat tanda-tanda yang bermanfaat bagi orang-orang yang

mendengarkan.”46

Al-Maut pada ayat diatas membicarakan tentang bumi yang

mati kemudian dihidupkan Allah Swt. dengan air hujan.

3. QS. al-Ankabu>t [29]: 63

45

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 2, h. 161. 46

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 14, h. 2546.

Page 80: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

76

“Demi keagungan-Ku, jika kamu menanyakan kepada orang-

orang kafir Makah, “Siapakah yang menurunkan air dari langit

kemudian menghidupkan dengan air tersebut setelah matinya?” tentu

mereka akan menjawab: “Allah”, Wahai Muhammad katakanlah!

“Alhamdulillah”. Apa yang menyebabkan mereka tidak beriman?

Sebab sebagian orang-orang kafir Makah tidak memahaminya.”47

Ayat diatas membicarakan tentang kekuasaan Allah Swt. yang

menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan. Pada peristiwa

tersebut terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.

4. QS. al-Ru>m [30]: 19

“Allah mengeluarkan mahluk hidup dari mahluk mati, seperti

ayam yang keluar dari telur. Dan mengeluarkan mahluk mati

maksudnya tidak bergerak dari mahluk hidup (seperti telur yang

keluar dari ayam), dan menghidupkan bumi dengan menumbuhkan

tumbuh-tumbuhan sesudah matinya (gersang). Seperti itulah kalian

semua akan dibangkitkan dari kubur (alam barzah) menuju ke padang

mahsyar”.48

Konteks al-Maut pada ayat diatas membicarakan tentang bumi

yang mati. Bumi yang mati tersebut Allah hidupkan dengan

menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

47

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21, h. 3495. 48

Ibid., h.3515-3516.

Page 81: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

77

5. QS. al-Ru>m [30]: 24

“Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yaitu diperlihatkannya

kilat kepada kalian semua untuk menimbulkan ketakutan dan

mengharap rahmatnya Allah yaitu hujan. Dan Allah menurunkan air

dari langit lalu menghidupkan setelah matinya. Yang demikian itu

terdapat tanda-tanda kekuasaannya Allah yang bermanfaat bagi orang

yang berfikir.”49

Al-Maut pada ayat diatas konteksnya membicarakan bumi

yang mati kemudian dihidupkan Allah dengan air hujan.

6. QS. al-Ru>m [30]: 50

“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Tuhanmu,

bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.

Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar

(berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Apakah belum

percaya? Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”50

Seperti ayat sebelumnya, pada ayat diatas juga membicarakan

tentang bumi yang mati dan dihidupkan Allah Swt. dengan rahmatnya.

49

Ibid., h. 3524. 50

Ibid., h. 3528-3529.

Page 82: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

78

7. QS. Fat}i>r [35]: 9

“Allah Swt. adalah Tuhan yang mengirimkan angin, lalu angin

itu menggerakkan awan, lalu kami gerakkan dan siramkan ke tanah-

tanah yang mati, kemudian dengan air itu Kami hidupkan bumi

setelah matinya. Seperti itulah Allah akan menghidupkan orang-orang

yang telah mati”51

Al-Maut pada ayat diatas juga mebecirakan tentang bumi yang

mati dan dihidupkan Allah Swt. dengan air hujan.

8. QS. al-Zumar [39]: 42

“Allah mengambil jiwa orang ketika matinya, dan mengambil

jiwa orang ketika tidurnya. Kemudian Allah menahan jiwa orang yang

telah ditetapkan kematiannya dan melepaskan (mengembalikan) jiwa

dalam tubuh yang tidur hingga batas waktu yang ditentukan.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda

kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”52

Al-Maut pada ayat diatas membicarakan tentang terjadinya

kematian yaitu Allah mengambil ruh seseorang dan ditahan tidak

dikembalikan.

51

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 22, h. 3712. 52

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 24, h. 3889.

Page 83: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

79

9. QS. al-Jasiyah [45]: 5

“Dan pada pergantian malam dan siang, dan rizki yang

diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkannya bumi itu setelah

matinya, dan menggerakkan angin, yang demikian tersebut terdapat

tanda-tanda kekuasaannya Allah Swt. yang bermanfaat bagi orang

yang mau berfikir.”53

Pada ayat diatas mebicarakan kekuasaan Allah yaitu

menghidupkan bumi yang mati.

10. QS. al-H{adi>d [57]: 17

“Ketahuilah olehmu bahwa Sesungguhnya Allah

menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah

menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) yang tertulis

maupun tidak tertulis, supaya kamu memikirkannya.”54

Seperti pada ayat sebelumnya, bahwa bumi juga mengalami

kematian kemudian dihidupkan Allah Swt.

Kesimpulan pada beberapa ayat diatas tentang kata al-Maut

berupa ism ma’rifat yang muz}af dengan d}amir muttas}il (ها) pada

umumnya menjelaskan tentang bumi yang mati. Bumi dikatakan mati

karena tidak bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, kemudian Allah

Swt. dengan rahmatnya menurunkan hujan dan hiduplah bumi tersebut

53

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 25, h. 4086. 54

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 27, h. 4263.

Page 84: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

80

menjadi subur sehingga bisam menumbuhkan berbagai macam

tumbuhan. Dan dengan hidupnya bumi tersebut Allah menyebar

hewan-hewan dibumi.

e. berupa ism nakirah yang mengikuti wazan

1. QS. al-Furqa>n [25]: 3

“Orang-orang kafir menciptakan sesuatu yang disembah selain

Allah yaitu berhala yang tidak bisa menciptakan apapun, berhala yang

dibuat sendiri, berhala yang tidak bisa menolak kemudharatan dan

tidak pula untuk mengambil suatu kemanfaatan apalagi membuat

beruntung terhadap penyembahnya, dan (juga) tidak Kuasa

mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.”55

Konteks ayat al-Maut diatas membicarakan tentang berhala

yang tidak mempunyai kekuatan untuk mematikan sesuatu.

2. QS. al-An’a>m [6]: 122

“Dan Apakah orang yang sudah mati hatinya sebab kufur,

kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan petunjuk kepadanya

berupa cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan

di tengah-tengah masyarakat (orang mukmin), apakah serupa dengan

55

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 18, h. 3219.

Page 85: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

81

orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali

tidak dapat keluar dari kegelapan seperti orang kafir? Tentu tidak

sama. Demikianlah orang mukmin itu senang petunjuk yang benar,

sedangkan orang kafir senang dalam kesesatan. Yang demikian

sunnahnya Allah Swt. Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu

memandang baik apa yang telah mereka kerjakan yaitu kufur.”56

KH.Misbah menfasirkan al-Maut pada ayat diatas adalah mati

hati karena disebabkan oleh kekufuran.

3. QS. al-Furqa>n [25]: 49

“Aku telah menurunkan air, yang dengan air itu agar Kami

menghidupkan negri (bumi) yang mati, dan agar Kami memberi

minum dengan air itu sebagian besar dari mahluk Kami, binatang-

binatang ternak dan manusia yang banyak.”57

Kontek al-Maut pada ayat diatas membicarakan tentang bumi

yang mati dan dihidupkan Allah Swt. dengan air hujan.

4. QS. al-Zukhruf [43]: 11

“Allah menurunkan air dari langit menurut kadar yang

ditentukan, kemudian dengan air itu Kami (Allah) hidupkan tanah-

tanah yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan dari dalam

kubur.”58

56

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 8, h. 1140. 57

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 17, h. 3243. 58

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 25, h. 4032.

Page 86: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

82

Seperti pada ayat sebelumnya, ayat diatas juga menjelaskan

tentang kekuasaan Allah Swt. untuk menghidupkan bumi yang telah

mati.

5. QS. al-Hujura>t [49]: 12

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

buruksangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruksangka itu dosa.

dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang

suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah

kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”59

Al-Maut pada ayat diatas membicarakan tentang perumpamaan

orang-orang yang mencari kesalahan orang lain diibaratkan seperti

orang yang memakan dagingnya saudaranya sendiri yang telah mati.

6. QS. Qaf [50]: 11

“Itu semua menjadi rizkinya hamba-hamba Allah, dan dengan

air Aku hidupkan negri yang mati. Seperti itulah keluarnya manuisa

dari kuburnya (dihidupkan setelah matinya).60

59

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 26, h. 4165. 60

Ibid., h. 4172.

Page 87: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

83

Pada ayat diatas Allah mengumpamakan membangkitkan

manusia yang telah mati seperti menghidupkan bumi yang telah mati

yang disirami dengan air hujan.

f. yang mud}a'af mengikuti wazan dima’rifatkan dengan alif lam

1. QS. A<li Imra>n [3]: 27

“Mahluk hidup seperti manusia dan ayam, Engkau keluarkan

dari mahluk yang mati yang tidak ada ruhnya, seperti manusia dan

ayam yang Engkau keluarkan dari air sperma dan telur. Mahluk mati

seperti sperma dan telur, Engkau keluarkan dari mahluk hidup yaitu

manusia dan ayam, dan semua mahluk yang Engkau kehendaki

Engkau beri rizki tanpa batas.”61

Al-Maut yang berwazan mud}a’af memberi gambaran

bahwasannya mahluk hidup itu berasal dari mahluk mati, yang

docontohkan KH.Misbah dengan dengan sperma dan telur. Dengan

sperma dan telur tersebut Allah menjadikan mahluk hidup, dan juga

sebaliknya.

2. QS. al-An’a>m [6]: 95

“Yang pasti Engkau sembah adalah dzat yang membelah biji

dan isi kurma dari tumbuh-tumbuhan sehingga menjadi tumbuhan

61

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 3, h. 375.

Page 88: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

84

yang ada daunnya. Dzat yang mengeluarkan benda hidup dari benda

mati, seperti manusia dari sperma, dan ayam yang keluar dari telur

dan Dzat yang mengeluarkan benda mati dari benda hidup. Dzat yang

Maha Kuasa itu adalah Allah yang wajib disembah. Mengapa kalian

durhaka tidak beriman kepada Allah Swt. dan tetap menyembah

berhala yang tidak bisa apa-apa?”62

Seperti ayat sebelumya al-Maut pada ayat diatas konteknya

adalah Allah menjadikan kehidupan dari mahluk mati, dan juga

sebaliknya mengeluarkan mahluk yang mati dari mahluk hidup, seprti

seperti sperma dan telur yang dapat menjadikan kehidupan.

3. QS. Yunu>s [10]: 31

“Wahai Muhammad, katakanlah! “Hai orang-orang musyrik,

siapa yang memberi rizki kepada kalian semua dari langi dan bumi.

Siapa yang kuasa (menciptakan pendengaran dan penglihatanmu?

Siapa yang mengelurkan hewan hidup dari sesuatu yang mati, dan

mengeluarkan benda mati dari hewan yang hidup, siapa yang

mengatur perkara langit, bumi dan isinya. Orang-orang musyrik pasti

akan menjawab, Allah menciptakan semua itu, apabila telah

mengetahui, maka katakanlah Muhammad! Mengapa kalian tidak

takut siksanya Allah Swt.?63

4. QS. al-Ru>m [30]: 19

62

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 7, h.1106. 63

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 11, h. 1975.

Page 89: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

85

“Allah mengeluarkan mahluk hidup dari mahluk mati, seperti

ayam yang keluar dari telur. Dan mengeluarkan mahluk mati

maksudnya tidak bergerak dari mahluk hidup (seperti telu yang keluar

dari ayam), dan menghidupkan bumi dengan menumbuhkan tumbuh-

tumbuhan sesudah matinya (gersang). Seperti itulah kalian semua

akan dibangkitkan dari kubur (alam barzah) menuju ke padang

mahsyar”.64

Kesimpulan dari beberapa ayat diatas yang berhubungan

dengan al-Maut yang mud}a'af berupa ism ma’rifat menggambarkan

tentang kekuasaan Allah Swt. yang mengeluarkan mahluk hidup dari

mahluk mati, yamg diumpamakan seperti sperma dan dan juga telur.

Dari sperma dan telur tersebut Allah Swt. mengeluarkan atau

menjadikan manusia dan juga ayam. Dan juga sebaliknya, Allah Swt.

juga mengeluarkan mahluk mati yaitu sperma dan telur dari mahluk

hidup.

g. yang mudha'af mengikuti wazan berbentuk ism nakirah.

1. QS. al-A’ra>f [7]: 57

“Allah Swt. dzat yang harus kamu sembah dan kamu taati

perintahnya, yaitu Tuhan yang menciptakan angin yang membawa

kabar gembira sebelum rahmatnya datang (hujan). Angin

membawa awan yang mengandung air yang telah dikumpulkannya,

kemudian Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami

64

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21, h.3515-3516.

Page 90: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

86

turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab

hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti Itulah Kami

membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan

kamu mengambil pelajaran.”65

KH.Misbah Musthafa menafsirkan al-Maut yang mud}a’af

berbentuk ism nakirah yaitu mayyitun dengan arti tandus. Al-Maut

pada ayat diatas berhubungan dengan bumi atau tanah yang

gersang tidak dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

2. QS. Ibrahi>m [14]: 17

“Orang-orang kafir yang sombong itu akan menelan air shodid

(nanah), tapi air shodid itu hampir-hampir tidak bisa ditelan karena

rasanya tidak enak dan menyakitkan. Orang-orang kafir yang

sombong itu kedatangan sebab-sebab yang dapat menyebabkan

kematian dari berbagai penjuru, akan tetapi tidak bisa meninggal, dan

dibelakangnya ada siksa yang sangat berat.”66

Al-Maut yang berbentuk mayyitun pada ayat diatas

menjelaskan tentang siksa di neraka yaitu disiksa dengan berbagai

macam hal yang menyebabkan kematian akan tetapi mereka tidak bisa

mati.

65

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 8, h. 1282. 66

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 13, h. 2399.

Page 91: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

87

3. QS. Fat}ir [35]: 9

“Allah Swt. adalah Tuhan yang mengirimkan angin, lalu angin

itu menggerakkan awan, lalu kami gerakkan dan siramkan ke tanah-

tanah yang mati, kemudian dengan air itu Kami hidupkan bumi

setelah matinya. Seperti itulah Allah akan menghidupkan orang-orang

yang telah mati”67

Seperti ayat sebelumnya, pada ayat diatas KH.Misbah

Musthafa menafsirkan al-Maut yang mud}a’af berbentuk ism nakirah

yaitu mayyitun dengan arti mati. Al-Maut pada ayat diatas

berhubungan dengan tanah yang gersang tidak dapat menumbuhkan

tumbuh-tumbuhan.

4. QS. al-Zumar [39]: 30

“Wahai Muhammad, engkau pasti akan mati dan orang-orang

kafir itu juga pasti akan mati.”68

Pada ayat diatas kematian merupakan kepastian yang berlaku

untuk semua orang, baik itu orang yang taat maupun kafir.

67

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 22, h. 3712. 68

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 23, h. 3882.

Page 92: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

88

h. dima’rifatkan dengan alif lam ( ) yang mengikuti wazan

1. QS. al-Isra>’ [17]: 75

“Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan

kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula

siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat

seorang penolongpun terhadap kami.”69

Konteks al-Maut diatas membicarakan tentang siksa yang

berat yang dilakukan setelah mati.

i. yang dima’rifatkan dengan ism d}amir yang mengikuti wazan

1. QS. al-An’a>m [6]: 162

“Wahai Muhammad, katakanlah! “Hai orang-orang musyrik,

ketahuilah! Salat ku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk

Allah, Tuhan semesta alam.”70

Kontek ayat diatas adalah segala yang dimiliki oleh orang

beriman adalah milik Allah Swt., termasuk mati merupakan kekuasaan

Allah Swt.

69

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 25, h. 2729. 70

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 8, h. 1198.

Page 93: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

89

j. yang dima’rifatkan dengan ism d}amir yang mengikuti wazan

1. QS. al-Jasiyah [45]: 21

“Orang-orang yang melakukan keburukan yaitu kufur dan

maksiat, mereka mengira bahwa saya akan menjadikan mereka seperti

orang yang beriman dan melakukan amal salih dimasa hidup dan

matinya. Amat buruk hukum-hukum yang dihukumi orang-orang kafir

itu tidak akan sama.”71

Konteks al-Maut diatas membicarakan tentang balasan yang

diberikan kepada orang kafir tidak sama tidak sama dengan orang

kafir.

k. dima’rifatkan dengan alif lam yang mengikuti wazan

1. QS. al-Baqarah [2]: 73

“Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebagian

anggota sapi emas”, setelah disembelih, mayat tadi dipukul dengan

lidahnya sapi lalu hidup, kemudian ditanya dan menjawab, “Yang

membunuhku fulan lan fulan maksudnya saudaranya sendiri. Setelah

menjawab kemudian mati lagi. Akhirnya tidak mendapat warisan dari

orang yang dibunuh dan dua orang tadi dibunuh.”72

71

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 25, h. 4094 72

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 1, h. 68.

Page 94: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

90

Kontek al-Maut diatas membicarakan tentang sapi yang telah

mati kemudian dihidupkan dengan sebagian anggota tubuh sapi

betina.

2. QS. al-Baqarah [2]: 260

“Terangkanlah Muhammad sejarahnya nabi Ibarahim ketika

Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana

Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum

yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya,

akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah

berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu

cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan

diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian

panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera."

dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”73

Ayat diatas membicarakan tentang nabi Ibrahim yang meminta

Allah Swt. untuk memperlihatkan bagaimana Allah menghidupkan

orang-orang mati. Seakan nabi Ibrahim tidak percaya kepada

kekuasaan Allah Swt.

3. QS. A<li ‘Imra>n [3]: 49

73

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 3, h. 305.

Page 95: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

91

“Aku bisa membuat burung dari tanah liat, dan apabila saya

tiup maka burung tersebut bisa terbang atas izin Allah.”74

Kontek ayat diatas adalah Nabi Isa bisa menghidupkan burung

dari tanah liat atas izin Allah Swt.

4. QS. al-Ma>idah [5]: 110

“Dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari

kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku,”75

Konteks ayat diatas membicarakan tentang nabi Isa

menghidupkan orang mati dengan izin Allah Swt.

5. QS. al-An’a>m [6]: 36

“Orang yang mau mematuhi seruanmu untuk beriman adalah

hanya orang-orang yang mendengarkan saja, yaitu orang yang berfikir

dan memahami apa yang didengar. Apabila mereka adalah orang yang

mati yaitu orang hidup seperti orang mati (orang kafir), tidak akan

mematuhi ajakanmu. Mereka akan dibangkitkan setelah matinya

kemudian disidang dipengadilannya Allah Swt.”76

Konteks ayat diatas membicarakan tentang orang hidup tapi

seperti orang mati, yaitu orang kafir yang tidak bisa menggunakan

akalnya.

74

Ibid., h. 396. 75

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, h. juz 7, h. 1016 76

Ibid., h. 1053.

Page 96: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

92

6. QS. al-An’a>m [6]: 111

“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada orang kafir

Makah, lalu mereka melihat satu-satunya dan mendengar

kesaksiannya Malaikat bahwasannya nabi Muhammad adalah

utusannya Allah, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan

mereka sebab saya hidupkan sebagai bukti kebenarannya Muhammad,

dan seumpama Kami (Allah) kumpulkan semua mahluk untuk

mendatangi orang-orang kafir Makah dengan jelas, mereka tetap tidak

beriman kecuali Allah menghendaki beriman. Yang demikian

termasuk sunnahnya Allah Swt. akan tetapi sebagian mereka tidak

mengerti sunnahnya Allah bagi hambanya.”77

7. QS. al-A’ra>f [7]: 57

“Allah Swt. dzat yang harus kamu sembah dan kamu taati

perintahnya, yaitu Tuhan yang menciptakan angin yang membawa

kabar gembira sebelum rahmatnya datang (hujan). Angin membawa

awan yang mengandung air yang telah dikumpulkannya, kemudian

Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di

daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai

macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-

orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil

pelajaran.”78

77

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 8, h. 1123. 78

Ibid., h. 1282.

Page 97: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

93

Al-Maut yang mengikuti wazan fa’la> pada ayat diatas adalah

perumpamaan membangkitkan orang mati seperti menghidupkan bumi

yang telah mati.

8. QS. al-Ra’du [13]: 31

“Seumpama al-Qur‟an ini dibuat menjalankan

(menggoncangkan) gunung-gunung, atau dibuat membelah bumi atau

membuat orang mati bisa berbicara, orang-orang kafir tetap tidak akan

beriman. Akan tetapi segala urusannya mahluk adalah kepunyaannya

Allah, dan Dialah yang menentukan.”79

Konteks al-Maut pada ayat diatas membicarakan tentang orang

mati, yaitu seandainya Allah membangkitnya dan diperllihatkan

kepada orang kafir, maka orang kafir tersebut tetap saja tidak beriman.

9. QS. al-H{aj [22]: 6

“Yang demikian (yaitu permulaan dijadikannya manusia dan

hidupnya bumi setelah turunnya hujan) karena sesungguhnya Allah

Swt. adalah Tuhan yang hak, yang kekal dan Maha Sempurna. Dan

Allah sudah menetapkan bahwasannya Ia akan menghidupkan

manusia setelah matinya supaya manusia mengerti bahwa Allah Swt.

kuasa menciptakan sesuatu yang dikehendaki.”80

79

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 13, h. 2357. 80

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 17, h. 3044.

Page 98: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

94

Ayat diatas membicarakan tentang kekuasaan Allah Swt.

dalalm menghidupkan orang yang mati. Kebangkitan itu benar-benar

ada.

10. QS. al-Naml [27]: 80

“Ketahuilah Muhammad, sesungguhnya kamu tidak dapat

menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula)

menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilanmu, apabila

hati mereka telah berpaling baik lahir maupun batin.”81

Konteks Al-Maut pada ayat diatas adalah orang yang tidak

mau mendengar.

11. QS. al-Ru>m [30]: 50

“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Tuhanmu,

bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.

Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar

(berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Apakah belum

percaya? Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”82

Al-Mauta> pada ayat diatas menjelaskan tentang kekuasaan

Allah Swt. dalam menghidupkan orang setelah mati. Yaitu seperti

menghidupkan bumi setelah matinya.

81

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 20, h. 3356. 82

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21, h. 3528-3529.

Page 99: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

95

12. QS. al-Ru>m [30]: 52

“Ketahuilah Muhammad, sesungguhnya kamu tidak akan

sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan

menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila

mereka itu berpaling membelakang.”83

Konteks makna al-Mauta> pada ayat diatas adalah

membicarakan orang-orang yang tidak mau mendengarkan ayat-

ayatkannya Allah Swt..

13. QS. Ya>si>n [36]: 12

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang telah

mati, dan Kami mencatat apa yang mereka kerjakan (amal baik

maupun buruk) yang di tinggalkan dan dijalankan untuk generasi

setelahnya. Semua perkara yang terjadi di dunia telah kami tulis di

lauh al-Mauhfuz.84

Ayat diatas menjelaskan tentang hari kebangkitan itu memang

nyata, yaitu Allah Swt. akan menghidupkan orang-orang yang sudah

mati dan akan memberi balasan.

83

Ibid., h. 3539 84

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 22, h. 3745.

Page 100: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

96

14. QS. Fushilat [41] : 39

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah (ialah) bahwa kau

Lihat bumi kering dan gersang, Maka apabila Kami turunkan air di

atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Ketahuilah, Sesungguhnya

Tuhan yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan orang

yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”85

Seperti pada ayat sebelumnya, ayat diatas memberitahukan

tentang kekuasaan Allah Swt. yaitu dapat menghidupkan orang-orang

yang telah mati.

15. QS. al-Syu>ra> [42]: 9

“Apakah patut tindakannya orang-orang musyrik yang

menyembah selain Allah, akan tetapi Allahlah yang patut disembah.

Dan Allah akan menghidupkan orang yang mati, dan Dia kuasa

menciptakan sesuatu yang dikehendaki.”86

Ayat diatas memberitahu tentang adanya hari kebangkitan.

85

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 24, h. 3979. 86

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 25, h. 3998.

Page 101: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

97

16. QS. al-Ah}qaf [46]: 33

“Dan Apakah orang-orang kafir tidak percaya hari

kebangkitan? mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya

Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah

karena menciptakannya, Kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya

(bahkan) Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”87

Seperti pada ayat-ayat sebelumnya, al-Maut pada ayat diatas

menjelaskan tentang adanya hari kebngkitan, yaitu manusia akan

dihidupkan kembali setelah matinya.

l. dima’rifatkan dengan alif lam dan berupa ism nakirah

yang mengikuti wazan .

1. QS. al-Baqarah [2]: 173

“Yang diharamkan Allah (tidak boleh dimakan) yaitu darah,

daging babi, hewan yang disembelih untuk mengagungkan selain

Allah Swt.”88

Al-Maut pada ayat diatas bermakna bangkai.

87

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 26, h. 4117. 88

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 3, h. 174.

Page 102: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

98

2. QS. al-Ma>idah [5]: 3

“Hai orang-orang beriman, kalian diharaman makan bangkai,

darah, daging babi, dan semua hewan yang disembelih dengan

menyebut nama selain Allah, seperti menyebut danyang atau

lainnya.”89

Sama sepperti ayat sebelumnya, yang dimaksud al-Maut pada

ayat diatas adalah bangkai, yaitu hewan yang disembelih atas nama

selain Allah Swt.

3. QS. al-An’a>m [6]: 139

“Orang-orang musyrik berkata, “Apakah ada didalam perut

hewan ternak yaitu anaknya onta saibah husus untuk laki-laki

golongan kita? Perempuan tidak boleh makan dagingnya, Apabila

anak onta saibah mati , laki-laki dan perempuan boleh makan. Yang

demikian itu merupakan peraturannya Allah Swt. Dia berfirman,

“Allah akan membalas perbuatannya orang-orang musyrik yang telah

berbuat seperti itu. Dia-lah Tuhan yang Maha Bijak Sana dan Maha

Mengetahui.”90

4. QS. Al-An’a>m [6]: 145

89

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 6, h. 852. 90 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 8, h. 1168.

Page 103: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

99

“Hai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang Makah, Aku

tidak menemukan apa yag diwahyukan kepada-Ku, makanan yang

diharamkan kepada orang yang akan memakannya kecuali yang akan

dimakan itu adalah bangkai, darang yang mengalir dan daging babi.

Karena daging babi najis atau hewan yang disembelih selain atasa

nama Allah seperti berhala dan sejenisnya. Siapa saja yang terdesak

tidak bisa mencari selain itu dan tidak ragu-ragu dan maksiat, maka

diperbolehkan memakan salah satunya. Ketahuilah Allah Maha

Pengampn lagi Maha Penyayang.91

Al-Maut pada ayat diatas bermakan bangkai.

5. QS. Ya>si>n [36]: 33

“Bukti bahwasannya orang yang sudah mati akan dihidupkan

kembali oleh Allah Swt. adalah tanah yang mati Aku (Allah) hidupkan

dengan air hujan, lalu tumbuh tanaman yang hijau, dan Aku keluarkan

biji dari dalam bumi, kemudian orang-orang Makah makan biji-bijian

tersebut seperti beras, gandum dan lain sebagainya.92

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya manusia setalah mati

akan dibangkitkan kembali, seperti Allah menumbuhkan tumbuh-

tumbuhan dari tanah dengan air hujan.

91

Ibid., h. 1176. 92

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 23, h. 3758.

Page 104: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

100

6. QS. Al-Dukha>n [44]: 56

“Didalam surga orang-orang bertakwa tidak merasakan mati,

kecuali mati yang pertama kali di dunia, dan Allah menjaganya dari

siksa neraka.”93

Konteks ayat diatas adalah al-Maut merupakan nikmat bagi

orang yang bertakwa karena di surge mereka tidak mati. Mati hanya

pertama kali di dunia.

m. dima’rifatkan dengan ism d}amir yang mengikuti wazan

1. QS. al-Shafa>t [37]: 59

“Melainkan hanya kematian kita yang pertama saja yaitu di

dunia, dan jelas kita tidak akan disiksa”94

Kontek ayat diatas menjelaskan tentang perkataan orang kafir

yang tidak percaya dengan kehidupan setelah mati.

2. QS. al-Dukha>n [44]: 35

“Kematian itu hanya satu kali, kita tidak akan dihidupkan

kembali berkumpul di padang mahsyar.”95

93

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 25, h. 4082-4083. 94

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 23, h. 3795. 95

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 25, h. 4078.

Page 105: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

101

Seperti ayat sebelumnya, kontek ayat diatas menjelaskan

tentang perkataan orang kafir yang tidak percaya dengan kehidupan

setelah mati.

Setelah peneliti membaca panafsiran KH.Misbah Musthafa

berkaitan dengan kata al-Maut dalam susunan ayat yang lengkap, ternyata

al-Maut secara konteks ayatnya membicarakan berbagai macam fenomena

tentang kematian, baik sebelum mati, proses kematian (sakaratul maut),

maupun setelah kematian. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat ditabel.

Selain fenomena kematian, peneliti juga menemukan bahwa kata

al-Maut selain digunakan untuk manusia ternyata juga digunakan untuk

hewan dan bumi yang mempunyai makna berbeda-beda.

Kata al-Maut yang berbentuk masdar meliputi ism ma’rifat dan

nakirah dalam tafsi>r al-Ikli>l fi> ma’a>ni> al-Tanzi>l hampir semua diartikan

dengan mati, hanya ada tiga yang diartikan bukan mati yaitu tidak mau

mendengarkan ayat-ayatnya Allah Swt., bangkai (batang) dan tandus

(garing).

Meskipun KH.Misbah tidak menerjemahkan secara langsung kata

al-Maut dengan arti tidak mau mendengarkan ayat-ayatnya Allah dan

tandus, tapi dalam penjelasan secara global dan terperinci KH.Misbah

menafsirkan kata al-Maut dengan arti tidak mau mendengarkan ayat-

ayatnya Allah Swt., penafsirannya bisa ditemui pada QS. al-Baqarah: 19,

QS. al-An’a >m: 36 dan 122, QS. al-Naml: 80, QS. al-Ru>m: 52. Sedangkan

Page 106: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

102

bangkai yaitu pada QS. al-Baqarah: 173 dan QS. al-Ma>idah: 3, dan tandus

pada QS. al-Ru>m: 19.

Tabel Makna Al-Maut dalam Tafsir Tafsi>r Al-Ikli>l fi Ma’a>ni> Al-Tanzi>l

No. Makna Al-Maut Surat

1. Tidak mau mengggunakan

panca indra

QS. al-Baqarah: 19

QS. al-An’a>m: 36 dan 122

QS. al-Naml: 80

QS. al-Ru>m: 52

2. Mati (tidak dapat dihindari)

QS. al-Baqarah: 133, 180, dan

243

QS. A<li Imran:168

QS. al-Nisa>’: 78

QS. al-Ah}za>b: 16

QS. al-Jum’ah: 8

3. Mati syahid QS. A<li Imra>n: 143

4. Mencicipi Mati

QS. A<li Imra>n: 185

QS. al-Anbiya>’: 35

QS. al-Ankabu>t: 57

5.

Bila kedatangan tanda-

tandanya kematian, maka

segera berwasiat.

QS. al-Nisa>’: 15

QS. al-Ma>idah: 106

6.

Hukuman orang yang

berzina (dikurung sampai

mati)

QS. al-Nisa>’: 15

7. Al-Maut merupakan batas

taubat

QS. al-Nisa>’: 18

QS. al-Mukminu>n: 99

Page 107: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

103

QS. al-Muna>fiqu>n: 10

8.

Al-Maut adalah nikmat

bagi orang yg berjuang

dijalan Allah

QS. al-Nisa>‟: 100

QS. al-Dukha>n: 56

9.

Al-Maut merupakan

kepastian atau

ketentuannya Allah Swt.

QS. al-An’a>m: 61

QS. al-Anfa>l: 6

QS. Saba>’: 14

QS. al-Wa>qi’ah: 60

QS. al-Jum’ah: 6

QS. al-Furqa>n: 3

QS. al-Zumar: 30

QS. al-An’a>m: 162

QS. Al-Dukha>n: 56

10. Al-Maut adalah kepayahan

(Sakaratul maut)

QS. al-An’a>m: 93

QS. Ibra>hi>m: 17

QS. al-Mukminu>n: 99

QS. al-Ah}za>b: 19

QS. Muh}ammad: 20

QS. Qaf: 19

QS. Ibrahi>m: 17

QS. al-Isra>’: 75

QS. al-Jasiyah: 21

11. Memakan daging

saudaranya yang telah mati QS. al-Hujura>t: 12

12. Dibangkitkan setelah mati. QS. Hu>d: 7

Page 108: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

104

QS. al-Baqarah: 260

QS. al-A’ra>f: 57

QS. al-Ra’du: 31

QS. al-H{aj: 6.

QS. al-Ru>m: 50

QS. Ya>si>n: 12

QS. Fushilat (al-Sajadah): 39

QS. al-Syu>ra>: 9

QS. al-Ah}qaf: 33

QS. Ya>si>n: 33

13. Malaikat maut QS. al-Sajadah: 11

14. Keterputusan QS. al-Zuma>r: 42

15. Kondisi ahli kitab sebelum

mati QS. al-Nisa >’: 159

16. Nabi Isa menghidupkan

orang mati

QS. al-Ma>idah: 110

QS. A<li ‘Imra>n: 49

17. Menjadikan mahluk hidup

dari mahluk mati.

QS. A<li Imra>n: 27

QS. al-An’a>m: 95

QS. Yunu>s: 31

QS. al-Ru>m: 19

18. Sapi mati dihidupkan lagi QS. al-Baqarah: 73

19. Bangkai QS. al-Baqarah: 173

QS. al-Ma>idah: 3

20. Bumi yang mati QS. al-Baqarah: 164

Page 109: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

105

QS. al-Nah}l: 65

QS. al-Ankabu>t: 63

QS. al-Ru>m: 19, 24, 50

QS. al-Zumar: 42

QS. al-Jasiyah: 5

QS. al-Furqa>n: 49

QS. al-Zukhruf: 11

QS. Qaf: 11

QS. al-A’ra>f: 57

QS. Fat}ir: 9

Page 110: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

106

BAB 1V

MAKNA AL-MAUT DAN KONTEKSTUALISASI MAKNANYA

DALAM TAFSI<R AL-IKLI<L FI< MA’A<NI< AL-TANZI<L

A. Makna Al-Maut dalam Tafsi>r Al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> Al-Tanzi>l

Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang, hubungan antara kata

(lafaz}) dan makna tidak bisa dipisahkan. Lafaz} adalah apa yang diucapkan, baik

terdengar maupun tertulis. Sedangkan, makna adalah kandungan lafaz} dan tujuan

yang hendak dicapai dengan pengucapan atau penulisannya.1 Jadi untuk

mengetahui makna al-Maut harus mengetahui makna asli dan perubahan

maknanya. Selain itu juga memerhatikan korelasi kata sebelum dan sesudahnya,

karena pesan dalam suatu ayat tentunya saling terkait dengan kata sebelum dan

sesudahnya. Dalam penjelasan kali ini tidak membahas semua ayat yang berkaitan

dengan al-Maut, akan tetapi cukup membahas beberapa ayat yang mewakili yang

lainnya.

Tafsi>r al-Ikli>l merupakan tafsir ulama Jawa yang penjelasannya

menggunakan bahasa Jawa. KH.Misbah Musthafa berusaha menerjemahkan dan

menjelaskan kandungan al-Qur‟an agar mudah dipahami, tentunya mencari makna

paling dekat berkaitan dengan ayat yang ditafsirkan.

Setelah peneliti membaca panafsiran KH.Misbah Musthafa berkaitan

dengan kata al-Maut dalam susunan ayat yang lengkap, kata al-Maut yang

berbentuk masdar meliputi ism ma’rifat dan nakirah dalam tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni>

al-Tanzi>l karya KH.Misbah Musthafa hampir semua diartikan dengan mati, hanya

1 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang patut Anda

Ketahui dalam Memahami Ayat-ayat al-Qur’an, h. 75-76.

Page 111: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

107

ada tiga makna yang tidak diartikan bukan mati, tapi tidak mau mendengarkan

ayat-ayatnya Allah Swt. (mati akal), bangkai (batang) dan tandus (garing).

Meskipun KH.Misbah tidak menerjemahkan secara langsung kata al-Maut

pada makna gandul dengan arti tidak mau mendengarkan ayat-ayatnya Allah Swt.

dan tandus, tapi dalam penjelasan secara global dan terperinci KH.Misbah

menafsirkan kata al-Maut dengan arti tidak mau mendengarkan ayat-ayatnya

Allah Swt., penafsirannya bisa ditemui pada QS. al-Baqarah: 19, QS. al-An’a>m:

36 dan 122, QS. al-Naml: 80, QS. al-Ru>m: 52. Sedangkan bangkai yaitu pada QS.

al-Baqarah: 173 dan QS. al-Ma>idah: 3, dan tandus pada QS. al-Ru>m: 19.

Terlepas dari tiga makna al-Maut diatas, secara umum KH.Misbah

Musthafa menjelaskan pandangan tentang al-Maut dalam Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni>

al-Tanzi>l, menurutnya al-Maut adalah kematian yang tidak seorangpun selamat

darinya. Dia menyebutkan, “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mencicipi mati.”

(QS. A<li Imra>n: 185). Jika ada seseorang yang mencoba lari dari kematian dan

selamat, maka sesungguhnya ia tidak akan merasakan kenikmatan itu kecuali

hanya sesaat, maksudnya orang tersebut pasti akan mati (QS. al-Ah}za>b: 16).

KH.Misbah mengatakan:

“He wong-wong munafiq! Melayu nira kabeh iku ora migunanai sira

kabeh yen sira kabeh melayu saking pati utawo dipateni musuh. Yen sira kabeh

podo melayu, nuli ora mati, iku upomo sira kabeh seneng-seneng, iku naming

sediluk.”2

Terjemah:

“Wahai orang munafik! Kalian lari agar terhindar dari kematian atau

dibunuh musuh itu tidak ada gunanya. Apabila kalian lari, kemudian masih hidup

dan kalian merasa senanghati, ketahauilah! Kesenangan itu hanya sebentar.”

2 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21.h. 3614.

Page 112: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

108

Pandangan KH.Misbah Musthafa, kematian merupakan sesuatu yang dapat

dirasakan dan juga mengerikan. Penafsirannya dapat dilihat dalam kitab tafsirnya

ketika menafsirkan QS. A<li Imra>n: 185. Dia menjelaskan jika seseorang

mengalami kematian yaitu pada saat ruhnya dicabut dari badan seseorang akan

mengalami tiga hal. Pertama, Orang tersebut merasakan sakitnya sakarat al-

Maut, yang diumpamakan seperti ranting yang berduri dimasukkan ke dalam

tubuh kemudian ranting tersebut di cabut dengan paksa. Tentunya rasa sakit yang

sangat akan dialami seseorang yang sedang sakarat al-Maut. Kedua, orang yang

sakarat al-Maut akan melihat penampakan asli malaikat pencabut nyawa yang

wajahnya menyeramkan. Ini dialami oleh orang yang durhaka kepada Allah Swt.

dan belum bertaubat. Ketiga, orang yang sakarat al-Maut akan melihat tempat

yang akan ditempati apakah bertempat ditempat yang penuh dengan kenikmatan

ataukah penuh siksaan.3

Enak tidaknya sakarat al-Maut ditentukan oleh amal yang diwariskan

untuk orang-orang setelahnya, jika ia meninggalkan kebaikan yang dapat

dilanjutkan generasi setelahnya maka akan medapat kenikmatan, dan juga

sebaliknya, jika meninggalkan kemaksiatan maka akan menempati tempat yang

penuh siksaan.

Dalam QS. al-An’a>m: 93 dijelaskan oleh KH.Misbah bahwa ketika ada

orang zalim sedang sakarat al-Maut, maka malaikat maut akan membentangkan

tangannya dan mengucapkan, “Ayo! Keluarkanlah sendiri ruhmu”. Sekarang

kamu akan dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu

3 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 4, h. 554-556.

Page 113: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

109

mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu

menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.”4

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa orang ketika sakarat al-Maut

mengalami ketakutan karena melihat malaikat maut yang membentangkan tangan

menyuruh dengan paksa ruh untuk keluar dari jasadnya. Nikmat tidaknya

ditentukan oleh amalnya didunia.

B. Kontekstualisasi Makna Al-Maut dalam Tafsi>r Al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> Al-Tanzi>l

Kematian merupakan suatu peristiwa yang menakutkan bagi manusia,

karena ada anggapan maut merupakan peristiwa yang memisahkan antara

kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, yaitu orang yang mati akan

meninggalkan kemewahan dunia. Selain itu orang takut mati karena menganggap

ada peristiwa yang dahsyat dibalik kematian tersebut, yaitu sakitnya sakara>t al-

Maut dan juga ada pengadilan di hadapan Sang Maha Adil berkaitan dengan amal

perbuatan yang dilakukan semasa hidupnya.

Meskipun makna al-Maut intinya membicarakan tentang terlepasnya roh

dari jasad, akan tetapi pada bab ini mencoba untuk melihat makna al-Maut dari

segi konteks ayatnya. Maksudnya memperhatikan kontek ayat tersebut dengan

memperhatikan korelasi kata sebelum dan sesudahnya sehingga didapat suatu

makna yang terdekat dari ayat tersebut. Berdasarkan penelusuran makna al-Maut,

berkaitan dengan kontekstualisasi maknanya dalam tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-

Tanzi>l dengan menggunakan kata kunci al-Maut, maka didapat kata al-Maut

dalam al-Qur‟an digunakan untuk membicarakan tiga objek yaitu manusia, hewan

4 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 7, (Surabaya, al-

Ihsan, T.th.), h. 1102.

Page 114: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

110

dan bumi. Ketiganya mempunyai makna yang beragam yang akan dibahas

dibawah ini berdasarkan pendapat dari KH.Misbah Musthafa dalam Tafsi>r al-Ikli>l

fi> Ma’a>ni al-Tanzil. Dalam pembahasan ini tidak membahas semua ayat, akan

tetapi hanya membahas beberapa ayat yang mewakili topik pembahasan.

1. Al-Maut berhubungan dengan Manusia

a. Al-Maut bermakna Akhir Kehidupan di Dunia

Al-Maut yang berarti kematian, adalah suatu proses yang pasti

akan dirasakan oleh manusia. Kematian merupakan tahap akhir kehidupan

manusia di dunia, dan sekaligus juga merupakan tahapan awal menuju

kehidupan baru yaitu akhirat. Dimana di dunia barunya manusia akan

memperoleh balasan berkaitan dengan amal perbuatannya di dunia. Allah

Swt. berfirman:

1. QS. A<li Imra>n: 185

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mencicipi mati. Kalian

semua akan dicukupi pahala atas amal kalian pada hari kiamat. Barang

siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,

maka sungguh ia adalah orang yang beruntung. Kehidupan dunia itu

tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”5

Pada ayat diatas KH.Misbah Musthafa menjelaskan bahwa

semua yang berjiwa pasti mencicipi mati, tidak ada manusia yang

5 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 4, h. 554.

Page 115: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

111

tidak mati. Ini dijelaskan KH.Misbah dalam penjelasan terperinci

dengan mengatakan “ora ono manungso kang ora mati”6. Ini

menunjukkan bahwa kehidupan manusia di dunia diakhiri dengan

kematian. Setelah manusia mati, maka tidak ada lagi kehidupan

seperti di dunia dan kesempatan untuk beramal, yang hanya adalah

pembalasan sesuai amal yang di kerjakan di dunia, apabila ia orang

yang taat maka Allah Swt. akan menyempurnakan pahalanya yaitu

dimasukkan kedalam surganya Allah Swt. Penafsiran KH.Misbah

lengkapnya bisa dilihat dibawah ini.

“Saben-saben awak-awakan iku mesti ngicipi pati. Siro kabeh

bakal dicukupi ganjaran amal niro besok ing dino qiyamat. Besok ing

dino qiyamat, sopo-sopo wong kang disingkrihake saking neraka lan

dilebokake suwargo, terang yen wong iku wong kang bekjo.

Kasenengan ing dunyo iki namun kasenengan kang ngandung

bujukan.”7

Terjemah:

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mencicipi mati. Kalian

semua akan dicukupi pahala atas amal kalian pada hari kiamat. Barang

siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,

maka sungguh ia adalah orang yang beruntung. Kehidupan dunia itu

tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Pada ayat tersebut kata al-Maut di-mud}af-kan dengan

z}aiqah,yang diterjemahkan KH.Misbah dengan mencicipi. Seseorang

yang mencicipi suatu masakan pasti merasakan rasanya, entah itu

manis, asin, atau pahit. Sehingga KH.Misbah berpendapat ayat diatas

mengingatkan kepada manusia bahwa kematian itu mempunyai rasa.

6 Ibid.

7 Ibid.

Page 116: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

112

Mati merupakan dicabutnya ruh dari jasad. Setiap orang mati pasti

mengalami tiga hal, yaitu: pertama, manusia merasakan kesakitan

ketika ruh dicabut. KH.Misbah mengutip hadis yang

diterjemahkannya, “Di ceritakan bahwa sayyidina Umar bertanya

kepada Ka’ab al-Ah}bar, “Wahai Ka‟ab, ceritakan kepadaku tentang

kamatian,” Ka‟ab menjawab, “Baiklah, pemimpinya orang-orang

mukmin. Mati rasanya seperti ranting pohon yang banyak durinya,

lalu dimasukkan ketubuh manusia dan setiap duri tadi nyangkut

disetiap otot, kemudian ranting tersebut dicabut oleh orang yang

sangat perkasa. Kedua, manusia akan melihat bentuknya malaikat

pencabut nyawa yang sangat buruk rupanya dan menakutkan.

Kejadian seperti ini hanya dialami oleh orang yang suka maksiat dan

belum bertaubat, apabila orang tersebut taat kepada Allah Swt. maka

akan melihat malaikat maut dengan wajah yang sangat

menyenangkan. Ketiga, akan melihat tempat yang akan ditempati

setelah mati. Apakah berada ditempat yang penuh kenikmatan ataukah

siksaan. Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya: “Kalian tidak

akan meninggalkan alam dunia apabila belum melihat kejadian setelah

mati dan tempat yang akan ditempati.”8

Kesimpulan dari ayat diatas adalah kematian merupakan

sesuatu yang dapat dirasakan dan semua manusia pasti mengalaminya,

dan merupakan batas akhir hidup didunia dan merupakan jalan

8 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 4, h. 554-556

Page 117: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

113

menuju kehidupan yang baru yaitu akhirat dimana manusia akan

mendapat balasan sesuai amalnya di dunia. Barang siapa yang

terperdaya dengan kehidupan di dunia maka ia termasuk orang yang

merugi.

2. QS. al-Anbiya>’: 35

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mencicipi mati, dan Kami

menguji kalian dengan bencana yaitu perkara yang tidak

menyenangkan, dan menguji dengan perkara yang menyenangkan.

Demikan itu untuk menguji kalian. Dan kalian semua pasti akan

kembali kepada-Ku yaitu dihadapkan di pengadilan-Ku.”9

Seperti pada ayat sebelumnya, pada ayat diatas KH.Misbah

Musthafa juga menegaskan kembali bahwasannya manusia tidak akan

hidup selamanya pasti akan mati. Pada penjelasan terperinci juga

dutegaskan kemabli bahwa manusia akan merasakan sakitnya mati

yaitu ketika ruh berpisah dengan jasadnya. Dalam ayat ini,

KH.Misbah tidak menjelaskan rasa sakit ketika ruh dicabut dari

badannya, menurut peneliti alasan KH.Misbah tidak menjelaskan

rasanya mati karena dalam ayat sebelumya yaitu QS. Ali Imran: 185

sudah dijelaskan panjang lebar tentang kondisi yang dialami oleh

orang yang sedang sakarat al-Maut.

9 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 17, h. 2983-2984.

Page 118: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

114

Kesimpulan dari ayat diatas adalah kematian akan dialami

semua orang, dan perlu mempersiapkan diri karena orang yang mati

ketika ruh dicabut dari jasadnya akan merasakan kepedihan yang

sangat luar biasa. Mati merupakan akhir dari perjalanan hamba

didunia.

3. QS. al-‘Ankabu>t: 57

“Tiap-tiap yang berjiwa akan mencicipi mati. kemudian hanyalah

kepada Kami kamu dikembalikan (dihadapkan kepada-Ku).”

Semua yang ada di alam ini adalah milik Allah Swt. maka

suatu saat akan kembali kepada pemiliknya. Begitu juga manusia,

suatu saat akan kembali kepada Allah Swt. sang pemilik kehidupan.

Manusia kembali kepada Allah Swt. harus melewati pintu terlebih

dahulu, yaitu kematian. Setelah orang mati maka akan menempati

kehidupan yang baru yang tidak sama di dunia yaitu berada di alam

akhirat untuk mempertanggung jawabkan amalnya dihadapan Allah

Swt. Seperti yang dijelaskan KH.Misbah, yaitu “Kabeh awak-awakan

iku mesti ngicipi pati, mesti sira kabeh bakal dibalikake, tegese

diadepke marang ingsung.”10

(Tiap-tiap yang berjiwa akan mencicipi

mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan

(dihadapkan kepada-Ku).” Setelah itu manusia bertempat diakhirat

dan tidak ada lagi kehidupan di dunia.

10

Ibid.

Page 119: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

115

Menurut Misbah Musthafa sebab turunnya ayat ini berkaitan

dengan orang Islam yang kurang beruntung berada di Makah setelah

ditinggal nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Orang-orang Makah

tidak bisa beribadah dengan terang-terangan di Makah dan harus

sembunyi-sembunyi. Ketika itu hijrah ke Madinah hukumnya fardu

‘ain, akan tetapi orang yang kurang beruntung tadi khawatir akan mati

kelaparan apabila ikut hijrah kemudian ayat ini turun dan Allah

memerintahkahkan, “Kalian semua jangan bertempat didaerahnya

orang-orangnya musyrik apabila tidak aman melakukan ibadah,

hijrahlah! Jangan takut mati kelaparan, karena setiap yang bernyawa

pasti mati. Apabila mereka yakin akan mati, tentu semua yang

dianggap menyusahkan akan hilang.11

Misbah Musthafa mengingatkan bahwasannya manusia jangan

takut mati kelaparan karena berjuang dijalan Allah Swt. (beribadah),

karena semua manusia akan mati, baik yang ikut nabi hijrah maupun

tidak, yang taat maupun tidak. Semua akan mendapat balasan sesuai

yang dilakukannya semasa hidupnya. Berikut penafsiran KH.Misbah

selengkapnya:

“Sira kabeh ojo podo manggon ono ing daerahe wong musyrik

yen ora aman nglakoni ngibadah. Sira menungso ojo wedi mati

kaliren, kerono saben-saben awak-awakan iku mesti mati. Yen wong

iku yakin bakal mati, sekabehane kang dianggep nyusahake temtu

bakal ampreh.12

11 Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21, h. 3491-3493. 12

Ibid.

Page 120: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

116

Terjemah:

“Kalian semua jangan bertempat didaerahnya orang musyrik

apabila kaian tidak aman melakukan ibadah. Kalian semua jangan

takut mati karena kelaparan, karena setiap jiwa pasti mati. Apabila

kalian yakin mati, semua yang dianggap menyusahkan pasti akan

dianggap enak.

b. Al-Maut bermakna Mati Hati atau Akal

Orang hidup juga bisa dikatakan mati kalau mereka tidak bisa

menggunakan panca indranya, yaitu mata, telinga, akal dan hati. Mata

digunakan melihat kekuasaan Allah Swt., telinga digunakan mendengar

ayat-ayat-Nya, akal digunakan untuk berfikir apa yang dilihat dan didengar

sedangkan hati digunakan untuk merenung dan memahami apa yang

dilihat, didengar dan yang dipikirkan. Jika panca indra tersebut tidak bisa

menggunakannya maka orang tersebut dikatakan mati. Mati disini bersifat

majazi yang tidak berarti terlepasnya ruh dari jasad, tapi tidak

menggunakan panca indranya.

Meskipun KH.Misbah Musthafa tidak menerjemahkan secara

langsung al-Maut adalah mati hati, tapi dalam penafsirannya secara global

dan terperinci menjelaskan tentang al-Maut (orang yang hidup tapi mati)

yaitu orang yang tidak mau berpikir tentang ayat-ayatnya Allah Swt.

Al-Maut bermakna orang yang mati hatinya dijelaskan Misbah

Musthafa dalam QS. al-An’a>m: 36, QS. al-An’a>m: 122, dan QS. al-Naml:

80. Penjelasannya sebagai berikut:

Page 121: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

117

1. QS. al-An’a>m: 36

“Orang yang mau mematuhi seruanmu untuk beriman adalah

hanya orang-orang yang mendengarkan saja, yaitu orang yang berfikir

dan memahami apa yang didengar. Apabila mereka adalah orang yang

mati yaitu orang hidup seperti orang mati (orang kafir), maka mereka

tidak akan mematuhi ajakanmu. Mereka akan dibangkitkan setelah

matinya kemudian disidang dipengadilannya Allah Swt.”13

Dalam penjelasan terperinci, Misbah Musthafa menjelaskan:

“Yang dimaksud dengan allaz\i>na yasma’u>na adalah orang

yang mau berfikir tentang ayat-ayatnya Allah Swt. Jika orang tersebut

(orang kafir) mau berfikir tentang firman Allah Swt. dan dampak yang

dilakukan untuk hari esok, tentu mau mengikuti ajakan nabi

Muhammad. Begitu juga dalam perkara iman kepada nabi Muhammad

Saw. Sedangkan untuk orang Islam dikatakan mati apabila tidak mau

melaksanakan petunjuknya Allah dalam hal ibadah. Yang dimaksud

dengan al-Mauta adalah orang kafir dan Islam yang tidak

menggunakan akalnya untuk berfikir tentang ayat-ayatnya Allah Swt.

Jadi ayat ini menyinggung orang Islam dan juga orang kafir.

Meskipun orang kafir apabila menggunakan akalnya untuk berfikir

tentang ayat-ayat al-Qur‟an, akan dibuka hatinya berubah menjadi

beriman. Orang Islam sesudah mendengar firmannya Allah Swt.

kemudian mati akalnya yaitu tidak mau memikirkan ayat-ayatnya

Allah Swt. sama sekali yang telah didengarnya, dan tetap tidak mau

melakukan perintah-perintahnya, maka ia adalah orang yang mati.”14

Ayat diatas dapat dipahami bahwa penyebutan al-Maut atau

orang yang mati ditujukan kepada orang kafir dan orang Islam.

Mengapa orang kafir dikatakan mati, padahal mereka masih bisa

melihat apa yang mereka lihat, mendengarkan apa yang

13

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 7, h. 1052. 14

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 7, h. 1052-1053.

Lihat lampiran 2.

Page 122: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

118

didengarkanya, berfikir tentang suatu peristiwa, dan berjalan untuk

pindah dari satu tempat ke tempat yang lain?

Seperti yang dijelaskan KH.Misbah Musthafa ketika

menafsirkan ayat diatas, orang kafir dianggap mati karena mereka

tidak mau mendengarkan, berfikir dan memahami ayat-ayatnya Allah

Swt. yang menunjukkan keberadaan dan kebesaran-Nya, sehingga ia

tidak beriman kepada-Nya. Penafsiran tersebut dijelaskan KH.Misbah

dalam bahasa Jawa yaitu, “Kang dikarepake al-Mauta> yaiku wong

kafir utowo wong Islam kang pikirane ora obah babar pisan kanggo

angen-angen dawuh-dawuhe al-Qur’an.”15

(Yang dimaksud dengan

Al-Mauta> adalah orang kafir atau Islam yang akalnya tidak mau

berfikir sama sekali tentang firmannya Allah Swt. dalam al-Qur‟an).

KH.Misbah menjelaskan, meskipun orang kafir, tapi

mendengarkan, berfikir dan memahami tentang ayat-ayatnya Allah

Swt. tentu Allah Swt. akan membuka hati mereka untuk berubah

beriman kepada-Nya, karena orang yang mematuhi seruan Nabi

Muhammad hanyalah orang beriman yaitu orang yang dapat berfikir

dan memahami apa yang didengarnya.

Orang Islam juga bisa dikatakan mati meskipun ia tumbuh dan

bergerak. Orang Islam dikatakan mati apabila setelah mendengar ayat-

ayatnya Allah Swt. dibacakan mereka tidak mau berfikir dan

15

Ibid., h. 1052.

Page 123: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

119

memahaminya, ia tetap tidak mau beribadah kepada Allah Swt.

Penjelasan KH.Misbah dalam bahasa Jawa yaitu:

“Wong Islam kang sakwuse ngerungu dawuh-dawuhe Allah

nuli mati pikirane tegese ora obah babar pisan kanggo mikirake

dawuhe Allah kang dirungu iku, tetep ora gelem nembadani dawuh-

dawuhe Allah ta’ala”.16

Terjemah:

Orang Islam sesudah mendengar firmannya Allah Swt.

kemudian mati akalnya yaitu tidak mau berfikir sama sekali tentang

firmannya Allah Swt yang didengar, tetap tidak melaksanakan

perintahnya Allah Swt.”

Kesimpulan dari penafsiran diatas adalah orang kafir dikatakan

mati apabila tidak mau mendengarkan ayat-ayatnya Allah Swt.,

sedang orang Islam dikatakan mati apabila setelah mendengar ayat-

ayatnya Allah Swt. tidak mau berfikir dan menjalankan perintah-Nya.

Menurut penulis, alasan KH.Misbah Musthafa mengartikan al-Maut

dalam ayat diatas karena memperhatikan syiyaq al-Kalam-nya yaitu

korelasi hubungan kata al-Maut dengan kata sebelim dan sesudahnya.

2. QS. al-An’a>m: 122

“Dan Apakah orang yang sudah mati hatinya sebab kufur,

kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan petunjuk kepadanya

berupa cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan

16

Ibid.

Page 124: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

120

di tengah-tengah masyarakat (orang mukmin), apakah serupa dengan

orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali

tidak dapat keluar dari kegelapan seperti orang kafir? Tentu tidak

sama. Demikianlah orang mukmin itu senang petunjuk yang benar,

sedangkan orang kafir senang dalam kesesatan. Yang demikian

sunnahnya Allah Swt. Demikianlah Kami jadikan orang kafir itu

memandang baik apa yang telah mereka kerjakan yaitu kufur.”17

KH.Msbah Musthafa menjelaskan kekufuran menyebabkan

hati seseorang menjadi mati sehingga tidak memperoleh cahaya dari

Allah Swt. yang menyebabkan selalu memandang baik yang mereka

kerjakan, padahal perbuatan tersebut merupakan kekufuran. Orang

mukmin dikatan hidup karena hatinya hidup selalu mendapat cahaya

dari Allah Swt. sehingga ia senang menerima petunjuk yang benar.

3. QS. al-Naml: 80

“Ketahuilah Muhammad, sesungguhnya kamu tidak dapat

menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilanmu, apabila

hati mereka telah berpaling baik lahir maupun batin.”18

Allah Swt. mengingatkan kepada Nabi Muhammad

bahwasannya orang kafir tidak dapat beriman karena pikiran dan

hatinya telah tertutup baik lahir maupun batin, sehingga mereka tidak

dapat mendengar ajakan nabi Muhammad Saw. sekalipun Nabi

Muhammad memaksanya untuk mendengarkan seruannya.

Sesungguhnya yang memberikan hidayah adalah Allah swt. tugas

manusia hanyalah mengajak.

17

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 8, h. 1140. Lihat

lampiran 3. 18

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 20, h. 3356.

Page 125: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

121

KH.Misbah memberi penjelasan tambahan bahwa ayat diatas

menginformasikan kalau dakwah seharusnya menunggu hati orang

yang diajak siap untuk diajak, atau menuntun orang tersebut supaya

hatinya siap untuk diajak.19

Ayat diatas memberi kesimpulan bahwasannya orang kafir

dikatakan mati karena mereka menutup hatinya dan berpaling dari

mendengarkan ajakan nabi Muhammad Saw. sehingga mereka tetep

dalam kekufurannya.

c. Al-Maut bermakna Keterpisahan

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, al-Maut (kematian)

merupakan terpisahnya ruh dari jasad. Terpisahnya ruh dari jasad ini juga

dialami oleh orang yang tidur, yaitu ruh manusia berpisah untuk sementara

dengan jasad. Ruh manusia ketika tidur dipegang oleh Allah Swt. dan

dikembalikan sampai batas yang ditentukan, yaitu ketika bangun.

Sedangkan mati yang sesungguhnya ruh manusia diambil Allah Swt. untuk

ditahan dan tidak dikembalikan lagi. Ayat yang menunjukkan bahwa al-

Maut menunjukkan terpisahnya ruh dengan jasad adalah QS. al-Zumar:

42, yaitu:

19

Ibid.

Page 126: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

122

“Allah mengambil jiwa orang ketika matinya, dan mengambil jiwa

orang ketika tidurnya. Kemudian Allah menahan jiwa orang yang telah

ditetapkan kematiannya dan melepaskan (mengembalikan) jiwa dalam

tubuh yang tidur hingga batas waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada

yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. bagi kaum

yang berfikir.”20

KH.Misbah Musthafa menafsirkan ayat diatas, bahwasannya orang

mati disebabkan karena Allah Swt. mengambil jiwa (ruh) dari jasadnya

sehingga antara jiwa dan jasad berpisah berada ditempat yang berbeda

yang menyebabkan jasad tersebut tidak dapat bergerak. Jasad dan ruh

mengalami keterpisahan tidak hanya ketika mati, akan tetapi ketika

tidurpun keduanya berpisah. Mengapa dapat berpisah? Karena Allah Swt.

mengambil jiwa orang ketika tidurnya kemudian mengembalikan kepada

jasadnya sampai batas yang ditentukannya yaitu ketika bangun. Jika Allah

Swt. menahannya dan tidak mengembalikannya maka orang tesebut akan

mengalami kematian yang sebenarnya.

Keterpisahan antara keduanya seakan berada di alam dua dimensi

yang berbeda yang tidak dapat jangkau satu dengan yang lainya. Seperti

air dan minyak, keduanya akan berpisah tidak dapat bertemu meskipun ia

berdekatan. Berikut penjelasan lengkap KH.Misbah Musthafa:

“Allah ta’ala iku mundut awak-awakan menungso naliko mati. Lan

ugo mundut awak-awakan nalika turu. Nuli Allah ngeker awak-awakan

kang diputusake mati, lan ngeculake (ambalikake) ana ing raga sare

hinggo bates wektu kang di temtukake. Kang menkono iku ngandung ayat

kang manfaat marang wong-wong kang angen-angen”21

20

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 24, h. 3889. 21

Ibid.

Page 127: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

123

Terjemah:

“Allah mengambil jiwa orang ketika matinya, dan mengambil jiwa

orang ketika tidurnya. Kemudian Allah menahan jiwa orang yang telah

ditetapkan kematiannya dan melepaskan (mengembalikan) jiwa dalam

tubuh yang tidur hingga batas waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada

yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. bagi kaum

yang berfikir.”

d. Al-Maut bermakna Pembatas

KH.Misbah Musthafa tidak menyebut secara langsung al-Maut

dengan pembatas, akan tetapi secara konteksnya, ayat tersebut

menjelaskan bahwa al-Maut merupakan batas seseorang untuk melakukan

amal salih dan taubat. Ini bisa dilihat penafsiran KH.Misbah dalam QS. al-

Nisa>’: 18.

“Orang-orang yang sudah melakukan dosa dan tidak mau taubat

hingga datangnya kematian, dan ruh sudah sampai di tenggorokan

kemudian mengucapkan sekarang saya taubat, seperti itu tidak diterima

taubatnya oleh Allah Swt., jadi taubatnya tidak ada gunanya. Begitu juga

orang-orang yang mati sedang mereka masih dalam keadaan kafir. Orang-

orang yang seperti itu sudah saya sediakan siksa yang sangat pedih”22

Konteks ayat diatas adalah peringatan kepada orang-orang yang

durhaka kepada Allah Swt. untuk segera melakukan taubat atau minta

ampun atas dosa-dosanya, karena setelah maut menjemput yaitu ketika

sedang sakarat al-Maut dan diperlihatkan kehidupan akhirat yang nyata,

22

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, h. 678.

Page 128: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

124

yang selalu didustakan kemudian ia minta ampun kepada Allah Swt.

(taubat), maka taubatnya orang seperti ini tidak ada gunanya karena batas

waktu untuk bertaubat telah habis dan Allah Swt. tidak menerimanya.

Berikut penafsiran KH.Misbah Musthafa:

“Wong-wong kang podo ngelakoni dosa ora gelem taubat hinggo

naliko katekanan pati, lan ruh wes teko ono ing gorokan lagi ngucap

saiki aku taubat, iku ora anduweni hak diterimo Taubate dining Allah.

Dadi Taubate ora ono gunane. Semono ugo wong-wong kang podo mati

sedeng deweke iseh kufur. Wong-wong kang mengkunu iku wus ingsun

cawisi sikso kang banget larane.”23

Bagi orang kafir dan orang yang bermaksiat setelah maut

menjemputnya maka yang ada hanyalah penyesalan. Mereka ingin

dikembalikan kedunia untuk bertaubat dan beramal salih, tapi

permintaannya sia-sia saja. Allah Swt. berfirman dalam QS. al-

Mukminu>n: 99

“Demikianlah keadaan orang kafir Makah ketika kematian

mendatanginya dan melihat neraka yang akan menjadi tempatnya,

mereka mengatakan: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku kedunia.”24

Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa al-Maut (kematian)

merupakan batas akhir seseorang untuk melakukan amal perbuatan, jika

seseorang sedang dalam sakarat al-Maut dan orang tersebut minta ampun

kepada Allah Swt. (taubat) maka yang dilakukannya tidak ada gunanya

karena Allah Swt. telah memberi batas waktu selama hidupnya untuk

memperbanyak amal salih. Jika orang kafir tersebut minta dikembalikan

23

Ibid. 24

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 18, h. 3126.

Page 129: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

125

lagi kedunia, maka permintaannya sia-sia saja. Ini diungkapkan

KH.Misbah dengan tegas “Ora bakal dibalikake, ngertiyo!, Iku guneman

kang diucapake wong-wong kafir naliko arep mati, nanging ora ono

gunane.”25

Berikut penjelasan lengkap KH.Misbah Musthafa:

“Nuli mengkono yen wong-wong kafir Mekah iku wus katekanan

pati lan weroh neroko kang dadi panggonane, podo ngucap: “Duh

pengeran kulo mugi kersoho mangsulake kulo wonten ing dunyo, bok

menawi kulo saged amal ingkang salih minongko dados gantosipun amal-

amal ingkang kulo tilarake.” Allah ta’ala dawuh: “Ora bakal dibalikake

dibalikake, ngertiyo!” Iku guneman kang diucapake wong-wong kafir

naliko arep mati, nanging ora ono gunane.”26

Terjemah:

“Demikianlah keadaan orang kafir Makah ketika kematian

mendatanginya dan melihat neraka yang akan menjadi tempatnya, mereka

mengatakan: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku kedunia, mungkin saya bisa

melakukan amal salih sebagai gantinya amal yang saya tinggalkan.” Allah

Swt. berkata: “Ketahauilah! Tidak akan dikemabalikan.”

e. Al-Maut adalah Nikmat

Jika al-Maut merupakan proses kepulangan, maka kematian

merupakan nikmat. Selain jalan untuk bertemu dengan tuhannya kematian

merupakan langkah bagi orang mukmin untuk mendapatkan pahala yang

sempurna yang telah dikerjakannya, yaitu dimasukkan ke surga. Hanya

orang-orang tertentu yang dapat merasakan kenikmatan tersebut yaitu

orang yang mempunyai bekal lebih dalam perjalanannya, sehingga hatinya

tenang dan tidak merasa khawatir. Orang yang merasakan nikmatnya

kematian adalah orang yang berjuang dijalannya Allah Swt. Al-Qur‟an

25

Ibid. 26

Ibid.

Page 130: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

126

telah menggambarkannya dalam QS. A<li Imra>n: 169 dan QS. al-Nisa>’:

100.

1. QS. A<li Imra>n: 169

“Wahai Muhammad, Janganlah kamu mengira bahwa orang-

orang yang gugur di jalan Allah karena mengagungkan agamanya itu

mati; bahkan mereka itu hidup dengan mendapat rezki, makan dan

minum disisi Tuhannya.”27

Orang yang mati karena gugur dalam peperangan atau

memperjuangkan agamanya Allah Swt. maka ia akan memperoleh

kenikmatan yang besar, mereka tidak mati, mereka tatap hidup dan

mendapat nikmat dari Tuhannya.

KH.Misbah Musthafa menggambarkan kenikmatan yang

diberikan Allah Swt. yaitu meletakkan ruhnya orang tersebut di teleh-

nya burung hijau yang ada di surga, yang mana burung tersebut

minum dan makan makanan surga, dan hinggap di lampu-lampunya

surga yang menggantung di bawah „arsy. Ketika mereka merasakan

enaknya makan makanan, minum minuman surga, dan juga bertempat

ditempat peristirahatan kemudian berkata, “Siapa yang dapat

memberitahu saudara-saudaraku yang masih di dunia, bahwa kita

sedang hidup di surga. Jangan benci (bermalas-malasan melakukan

sesuatu yang dapat memasukkan ke surga, dan bermalas-malasan

27

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 4, h. 534

Page 131: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

127

melakukan jihad fi sabilillah?” Kemudian Allah Swt. berfiman, “Saya

yang akan mengabarkan keadaanmu disini kepada saudara-saudaramu

muslim.” Kemudian turunlah ayat ini.28

Ini menunjukkan kematian bisa menjadi nikmat apabila kita

mati dalam keadaan syahid yaitu taat dan beramal sesuatu yang dapat

memasukkan ke surga.

2. QS. Ali Imran: 185

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mencicipi mati. Kalian

semua akan dicukupi pahala atas amal kalian pada hari kiamat. Barang

siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,

maka sungguh ia adalah orang yang beruntung. Kehidupan dunia itu

tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”29

Pada ayat diatas KH.Misbah Musthafa menjelaskan bahwa

setelah manusia mati, dan pada hari kiamat Allah Swt. akan

menyempurnakan pahala atas amal hambanya pada hari kiamat.

Apabila ia orang yang taat maka Allah Swt. akan memasukkannya

kedalam surga dan ia termasuk orang yang beruntung. Penafsiran

KH.Misbah lengkapnya bisa dilihat dibawah ini:

“Saben-saben awak-awakan iku mesti ngicipi pati. Siro kabeh

bakal dicukupi ganjaran amal niro besok ing dino qiyamat. Besok

28

Ibid. 29

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 4, h. 554.

Page 132: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

128

inge dino qiyamat, sopo-sopo wong kang disingkrihake saking neraka

lan dileboake suwargo, terang yen wong iku wong kang bekjo.

Kasenengan ing dunyo iki namun kasenengan kang ngandung

bujukan.”30

3. QS. al-Nisa>’: 100

“Barang siapa yang pindah (hijrah) karena mengagungkan

agamanya Allah, pasti akan mendapatkan tempat yang banyak

manfaatnya untuk dirinya dan rizki yang luas. Dan barang siapa yang

keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan

Rasulnya yang didorong oleh rasa taat kepada Allah dan rasulnya,

kemudian kematian menimpanya, maka pahala orang tersebut tetap

disisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”31

Dalam ayat ini juga menunjukkan orang mati yang dapat

nikmat adalah orang yang berjuang dijalan Allah Swt. Mereka selalu

mendapat rizki yang luas berupa pahala yang telah dilakukan dengan

ikhlas ketika di dunia.

f. Al-Maut adalah Kepayahan (Siksa)

Jika kematian merupakan nikmat bagi orang mukmin karena

berjumpa dengan tuhannya, maka bagi orang kafir kematian

merupakan siksa baginya. Mengapa demikian, karena al-Maut

merupakan awal dari pembalasan amal yang dilakukan oleh manusia

semasa hidupnya.

Dimulai dari sakaratul maut orang-orang yang menzalimi

dirinya sendiri sudah merasakan ketakutan. Bisa dibayangkan seperti

30

Ibid. 31

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 5, 784.

Page 133: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

129

dijelaskan KH.Misbah malaikat maut tersebut membentangkang

tangannya seraya mengucap, “Ayo! Keluarkanlah sendiri ruhmu.

Sekarang kamu akan dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan,

karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak

benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-

ayatNya.” Maka orang-orang zalim ketika itu merasa ketakutan karena

melihat malaikat maut yang sangat kejam sekaligus melihat tempat

yang akan ditempati. Berikut penjelasa KH.Misbah ketika

menafsirkan QS. al-An‟am: 93:

“He Muhammad lamun siro iku pirso wong-wong kang podo

nganingoyo awake naliko ono ing wektu sakaratil maut, siro temtu

giris. Wong-wong zalim iku yen wus sakaratil maut, malaikat juru pati

ambeber tangane nuli ngucap: “Ayo! Tokake dewe ruh niro. Saiki siro

bakal diwales kanthi sekso kang andadikake inane awak niro. Sebab

siro podo ngcapake katerangan kang ora bener kanggo Allah, lan siro

kabeh podo anggumedeni ayat-ayate Allah ta’ala.”32

Terjemah:

“Wahai Muhammad, apabila kamu melihat orang-orang yang

mendzalimi dirinya sendiri berada dalam tekanan sakaratul maut,

kamu pasti takut. Orang-orang zalim ketika sakaratul maut, malaikat

maut membetangkan tangannya lalu berkata: “Ayo! Keluarkanlah

sendiri ruhmu”. Sekarang kamu akan dibalas dengan siksa yang sangat

menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah

(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu

menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.”

Orang-orang zalim ketika sakaratul maut saja sudah

kepayahan, apalagi ketika sudah mati. Memang ketika di dunia siksa

Allah Swt. tidak terlihat, tapi ketika di akhirat yang dimulai dari

kematian kebenaran yang sesungghunya akan terlihat.

32

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz. 7, h. 1102.

Page 134: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

130

Orang-orang kafir setelah mati akan mendapat balasan sesuai

yang diperbuatnya. KH.Misbah menjelaskan ketika menafsirkan QS.

Ibrahi>m: 17, yaitu orang-orang kafir itu minum air nanah yang

mendidih, akan tetapi air tersebut tidak bisa ditelan, karena saking

tidak enaknya dan juga sangat sakit. Orang-orang kafir tersebut

kedatangan penyebab kematian dari berbagai penjuru, akan tetapi

mereka tidak bisa mati. Berikut penafsiran KH.Misbah Musthafa:

“Wong-wong kafir kang gumede iku bakal podo ngelek banyu

sodid iku, nanging meh-meh bahe banyu sodid iku ora biso melebu,

saking ora enake lan larane. Wong-wong kafir kang gumede iku

katekanan opo kang bisa andadeake matine saking pirang-pirang

jurusan nganing ora bisa mati, lan ing burine ana siksa kang banget

larane.”33

Terjemah:

“Orang-orang kafir yang sombong it akan minum air sodid,

namun air tersebut tidak bisa ditelan karena tidak enak dan terasa sakit

ketika ditelan. Orang-orang yang sambong tersebut kedatangan

penyebab kematian dari berbagai penjuru tapi tidak bisa mati, dan

dibelakngnya ada siksa yang sangat pedih.

4. Al-Maut berhubungan dengan Hewan

Tidak hanya manusia, hewan juga mengalami kematian. Dalam

konteks ini, al-Qur‟an menyebut kematian hewan dengan kata . Jika

merujuk pada QS. al-Baqarah: 173 dan QS. al-Ma>idah: 3 yang dimaksud

dengan adalah bangkai yaitu hewan mati yang tidak disembelih atas

33

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 13, h. 2399.

Page 135: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

131

nama Allah Swt. Lebih jelasnya perhatikan QS. al-Baqarah: 173 dan QS.

al-Ma>idah: 3 dibawah ini.

1. QS. al-Baqarah: 173

“Yang diharamkan Allah (tidak boleh dimakan) yaitu darah,

daging babi, hewan yang disembelih untuk mengagungkan selain

Allah Swt. Barang siapa dalam keadaan terpaksa maka tidak ada dosa

baginya. Sesungguhnya Allah Swt. Maha Luas Ampunannya dan

kasih saying-Nya”34

Al-Maitatu dalam terjemahan perkata diartikan KH.Misbah

Musthafa dengan batang (bangkai). Kemudian dalam penjelasan

terperinci dijelaskan yang dimaksud dengan al-Maitatu (bangkai)

adalah hewan mati karena tidak disembelih sesuai aturan agama.

Misalnya ayam yang mati karena dialiri tegangan listrik. Maka ayam

yang mati demikan haram dimakan karena tidak disembelih dengan

aturan agama.

2. QS. al-Ma>idah: 3

“Hai orang-orang beriman, kalian diharamkan makan bangkai,

darah, daging babi, dan semua hewan yang disembelih dengan

34

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 3, h. 174. Lihat

lampiran 4.

Page 136: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

132

menyebut nama selain Allah, seperti menyebut danyang atau

lainnya.”35

Pada QS. al-Ma>idah: 3 KH.Misbah Musthafa mengartikan al-

Maitatu dengan bangkai sama dengan pada ayat sebelumnya. Bangkai

yaitu hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah

Swt. yaitu dengan menyebut danyang atau lainnya.

Kesimpulannya, al-Maut digunakan dalam konteksnya hewan

yaitu untuk membicarakan hewan yang mati karena disembelih

dengan cara bertentangan dengan aturan agama, yaitu disembelih

dengan alat yang dilarang oleh agama dan juga disembelih atas nama

selain Allah Swt. misalnya ketika menyembelih menyebut danyang

atau mahluk lain selain Allah Swt.

5. Al-Maut berhubungan dengan Bumi (Tidak dapat Menumbuhkan)

Ternyata tidak hanya mahluk hidup yang mengalami kematian,

bumi dikatakan al-Qur‟an juga mengalami kematian. Akan tetapi kematian

yang dialami bumi berbeda dengan yang dialami manusia dan hewan.

Bumi atau tanah dikatakan mati jika tidak bisa menumbuhkan tanaman

atau tandus. Jadi, konteks bumi dikatakan mati apabila bumi itu gersang

tidak dapat menumbuhkan tanaman. KH.Misbah Musthafa telah

menjelaskannya ketika menafsirkan QS. al-Ru>m: 19, yaitu:

35

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 6, h. 852.

Page 137: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

133

“Allah mengeluarkan makhluk hidup dari makhluk mati, seperti

ayam yang keluar dari telur. Dan mengeluarkan makhluk mati maksudnya

tidak bergerak dari mahluk hidup (seperti telur yang keluar dari ayam), dan

menghidupkan bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan sesudah

matinya (tandus). Seperti itulah kalian semua akan dibangkitkan dari kubur

(alam barzah) menuju ke padang mahsyar.”36

Menurut KH.Misbah Musthafa bumi dikatakan mati apabila tidak

bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang disebut KH.Misbah dengan

gareng atau tandus. Ini bisa dilihat dalam penafsirannya yuhyi> al-Ard}a

ba’da mautiha> yaitu “Lan Allah nguripake bumi kanti tetukulan sakwuse

matine tegese garing,”37

(Allah menghidupkan bumi dengan

menumbuhkan tumbuh-tumbuhan sesudah matinya (tandus).

Allah Swt. menghidupkan bumi yang mati yaitu dengan

menurunkan hujan dari langit. Atas rahmat-Nya dengan air tersebut Allah

Swt. mengeluarkan tumbuh tumbuhan dan biji-bijian dari dalam bumi,

sehingga bumi tersebut menjadi subur (hidup). Allah Swt. telah berfirman

dalam QS. al-Ru>m: 24:

“Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yaitu diperlihatkannya kilat

kepada kalian semua untuk menimbulkan ketakutan dan mengharap

rahmatnya Allah yaitu hujan. Dan Allah menurunkan air dari langit lalu

menghidupkan bumi setelah matinya. Yang demikian itu terdapat tanda-

tanda kekuasaannya Allah yang bermanfaat bagi orang yang berfikir.”38

36

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21, h.3515-3516. 37

Ibid. Lihat lampiran 5. 38

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 21, h. 3524.

Page 138: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

134

Allah menghidupkan bumi yang telah mati merupakan tanda-tanda

kebesarannya, jika manusia menggunakan akalnya untuk memikirkan hal

tersebut maka akan memperoleh manfaat yang luar biasa. Penjelasan

tersebut ditegaskan ketika menafsirkan QS. al-H{adi>d: 17. KH.Misbah

menegaskan bahwa Allah Swt. yang telah menghidupkan bumi setelah

matinya, jika manusia mempunyai hati yang khusyuk, berdzikir,

memikirkan kebesaran dan ayat-ayatnya Allah Swt. maka hati manusia

akan hidup dengan ilmu hikmah.39

Dapat disimpulkan bahwa bumi aslinya mati kemudian Allah

menghidupkannya dengan menurunkan air hujan. Dengan air hujan

tersebut Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Sehingga al-Maut dalam

konteks bumi yaitu gersang atau tandus yang tidak bisa menumbuhkan

tanam-tanaman.

Menurut analisis peneliti al-Maut yang berhubungan dengan bumi

diartikan dengan garing (gersang) karena memperhatikan sifat bumi

tersebut, yaitu bumi tidak mempunyai ruh maka bumi yang mati tidak bisa

dimaknai dengan terlepasnya ruh dari jasad, akan tetapi lebih pas diartikan

dengan garing (gersang) karena sifat bumi adalah menumbuhkan tumbuh-

tumbuhan. Sehingga jika bumi dikatakan mati maka bumi tersebut tidak

bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

Seperti itulah kata al-Maut dimaknai KH.Misbah Musthafa dalam kitab

Tafsir al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil dengan tiga objek yang mempunyai variasia

39

Misbah Ibn Zain al-Musthafa, Tafsi>r al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l, juz 27, h. 4263.

Page 139: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

135

makna yang berbeda-beda. Selain itu juga setiap ayat yang dibahas dari berbagai

objek tadi mempunyai konteks makna atau subtansi makna yang ingin

disampaikan berbeda juga. Untuk pembahasan pada bab empat diatas lebih

sederhananya bisa dilihat pada tabel dibawah:

MAKNA AL-MAUT DAN KONTEKSTUALISASI MAKNANYA

No. Objek Konteks Makna Al-Maut Ayat

1. Manusia

Akhir kehidupan di dunia

QS. A<li Imra>n: 169 dan

185

QS. al-Anbiya>’: 35

QS. al-Ankabut: 57

Mati akal (Tidak mau

menggunakan panca indra)

QS. al-An’a>m: 36

QS. al-An’a>m: 122

QS. al-Naml: 80

Keterputusan (Terputusnya

ruh dengan jasad) QS. al-Zumar: 42

Pembatas (Batas manusia

melakukan amal salih)

QS. al-Nisa>’: 18

QS. al-Mukminun: 99

Nikmat (bagi orang beriman

setelah mati akan mendapat

balas yaitu surga)

QS. A<li Imra>n: 169

QS. al-Nisa>’: 100

Siksa (bagi orang kafir

setelah mati akan mendapat

balasan yaitu siksa)

QS. al-An‟am: 93

QS. Ibrahim: 17

2. Hewan

Bangkai (hewan yang mati

disembelih tidak

menggunakan aturan agama)

QS. al-Baqarah: 173

QS. al-Maidah: 3

3. Bumi Tandus/gersang (bumi tidak

subur) QS. al-Ru>m: 19 dan 24

Page 140: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

136

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti ajukan, pertama apa makna

al-Maut menurut KH.Misbah Musthafa dalam Tafsi>r Al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> Al-Tanzi>l

maka peneliti mendapatkan tiga makna al-Maut yang berbeda yaitu tidak mau

mendengarkan ayat-ayatnya Allah Swt. (mati akal), bangkai dan tandus.

Sedangkan rumusan masalah yang kedua yaitu apa konteks keragaman

makna al-Maut menurut KH.Misbah Musthafa dalam Tafsi>r Al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> Al-

Tanzi>l maka didapat kata al-Maut dalam al-Qur’an digunakan untuk

membicarakan tiga objek yaitu manusia, hewan dan bumi. Ketiganya mempunyai

konteks makna (subtansi makna) yang berbeda, yaitu: Pertama, makna al-Maut

berhubungan dengan manusia mempunyai enam makna yaitu, 1) Al-Maut

bermakna akhir kehidupan di dunia, 2) Al-Maut bermakna mati akal (tidak mau

berfikir), 3) Al-Maut bermakna keterpisahan, 4) Al-Maut bermakna pembatas, 5)

Al-Maut bermakna nikmat, 6) Al-Maut bermakna siksa. Kedua, al-Maut

berhubungan dengan hewan dimaknai dengan bangkai yaitu hewan yang

disembelih dengan tidak menggunakan aturan agama. Ketiga, al-Maut

berhubungan dengan bumi dimakani dengan tandus atau gersang, maksudnya

bumi kehilangan kekuatan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

Page 141: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

137

B. Saran-saran

Setelah mengambil kesimpulan dalam skripsi ini, maka penyusun memberi

beberapa saran yang berhubungan dengan akademis dan kehidupan sehari.

1. Saran akademis

Semoga penelitian ini tidak sampai disini saja, saya yakin masih

banyak kemungkinan yang akan diteliti dikemudian hari oleh peneliti lainya

sebagai proses pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Saran Praktis

Diantara saran penyusun adalah perlunya setiap manusia mengingat

mati karena dengan mengingatnya manusia tidak akan melanggar apa yang

dilarang Allah Swt. dalam menjalani kehidupan ini. Kemudian dengan

mengingat kematian juga menjadikan nasihat agar kita tidak mudah terpeleset

dalam bersikap dan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan aturan agama.

Kita sering kali begitu mudah melupakan kematian, padahal kematian tak

pernah melupakan kita. Kematian ibarat jalan yang akan dilalui oleh setiap

manusia. Hanya saja, kapan peristiwa itu terjadi tidak ada yang tahu kecuali

Allah Swt. dan manusia hanya bisa menunggu dan mempersiapkannya.

Selain berhubungan dengan manusia, al-Maut kaitannya dengan

hewan, hendaknya ketika menyembelih hewan dengan cara yang ditentukan

oleh agama agar hewan tersebut halal untuk dimakan.

Selanjutnya berkaitan dengan bumi, hendaknya menjaga kesuburan

bumi (tanah) agar tanah tidak mati dan tetap subur menumbuhkan berbagai

macam tanaman.

Page 142: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

138

Semoga skripsi yang sederhana dan jauh dari kesempurnaan ini dapat

menjadi sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan dan semoga bermanfaat

bagi penyusun, dan pembaca.

Page 143: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

139

DAFTAR PUSTAKA

Abd Baqi>, Muhammad Fu’ad. Mu’jam Mufahras li al-Fa>z al-Qur’an al-Kari>m. Mesir: Dar al-Hadis, 1943.

Al-As}faha>ni>, Abi> al-Qasim Ibn Muhammad al-Ra>gib. Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n, Juz 2. t.tp: Maktabah Nazar al-Musthafa al-Bazi, t.th.

Al-Musthafa, Misbah Ibn Zain. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz. 1.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz. 2.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 3.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 4.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 5.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 6.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 7.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 8.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 9.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 11.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 12.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 13.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 14.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

Page 144: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

140

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 17.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 18.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 20.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 21.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 22.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 23.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 24.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 25.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 26.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 27.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 28.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

----------------------------------------. Tafsi>r al-Ikli>l fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l. juz 29.

Surabaya: Al-Ihsan, t.th.

Baidan, Nasruddin Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005.

Baidowi, Ahmad. “Aspek Lokalitas Tafsir al-Ikli>k Fi> Ma’a>ni> al-Tanzi>l Karya KH.

Misbah Musthafa, dalam NUN (Studi al-Qur’an dan Tafsir di Nusantara).

Vol. 1, No. 1, 2015.

Gusmian, Islah. Memahami Kalam Tuhan. t.tp: t.np, 2013.

Hidayat, Komarudin. Psikologi Kematian (Mengubah Ketakutan Menjadi

Optimisme). cet. VII. Jakarta: Hikmah, 2006.

Page 145: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

141

Humairoh, Siti Zakiyatul. “Penafsiran KH.Misbah Musthafa terhadap Ayat-ayat

Mustasyabihat dalam Tafsir al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil”. (Skripsi S1

Jurusan Tafsir Hadis IAIN Surakarta, 2015).

Ibn Zakariya>, Abi> al-Husain Ahmad Ibn Fa>ris. Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah. juz 5. t.tp: Dar al-Fikr, t.th.

J.J G. Jansen. Diskursus Tafsir al-Qur’an Modern, Pengantar Mohamad Nur

Kholis. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, t.th.

Kementerian Agama. Al-Qur’an dan Tafsirnya. jilid 2, cetakan V. Jakarta:

Kementerian Agama RI, 2010.

Lathif, Umar. “Konsep Mati dan Hidup dalam Islam (Pemahaman Berdasarkan

Konsep Eskatologis), dalam Al-Bayan. Vol. 22, no. 34, 2016.

Mardalis. Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 1999.

Munawir, Ahmad Warson. Al-Munawir Kamus Arab Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997.

Murtiningsih. “Hakikat Kematian Menurut Tinjauan Tasawuf”, dalam Intizar.

Vol. 19, no. 22, 2013.

Muzaini. Perkembangan Teknologi dan Perilaku Menyimpang Dalam Masyarakat

Modern”, dalam Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. Vol. II,

no. 1, 2014.

Rusydi>, Muhammad Basa>m. Mu’jam Mufahras Li Ma’ani al-Qur’an. Beirut: Dar

al-Fikr, 1995.

Shihab, M. Quraish Kaidah Tafsir (Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut

Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-ayat al-Qur’an). Tangerang:

Lentera Hati, 2013.

------------------------. Kehidupan Setelah Kematian Surga yang Dijanjikan Al-

Qur’an, cet. II. Tangerang: Lentera Hati, 2008.

Sholeh, Muhammad. “Studi Analisis Hadis-Hadis Tafsir al-Iklil Karya K.H

Misbah Zain Bin Musthafa (Surat Ad-Dhuha sampai Al-Nash), (Skripsi

S1 Fakultas Ushuluddin UIN Wali Songo, Semarang, 2015).

Page 146: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

149

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arif Rohman

Tempat, tanggal lahir : Jepara, 17 Febuari 1992

NIM : 13.11.11.002

Alamat : Karanggondang, Mlonggo, Jepara.

Jurusan : IAT (Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir)

Fakultas : Ushuluddun dan Dakwah IAIN Surakarta

Ayah : Ali Achwan

Ibu : Nikmatun

E-mail : [email protected]

Pendidikan : 1. TK Raudlatul Athfal Kanggondang, Mlonggo, Jepara.

2. MI Darul Huda Kanggondang, Mlonggo, Jepara.

3. M.Ts. Darul Huda Kanggondang, Mlonggo, Jepara.

4. MA. Mathalibul Huda Mlonggo, Jepara.

5. Institut Agama Islam Negri (IAIN) Surakarta

6. Pondok Pesantren Al-Madinah, Ungaran Barat

7. Pondok Pesantren Ummul Qurok Klego, Boyolali

Page 147: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

142

Lampiran 1.

Page 148: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

143

Lampiran 2. Penafsiran QS. al-An’am: 36

Page 149: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

144

Lampiran 3. Penafsira Qs. al-An’am: 122

Page 150: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

145

Lampiran 4. Penafsiran QS. al-Rum: 19

Page 151: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

146

Page 152: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

147

Lampiran 5, penafsiran QS. al-Baqarah: 173

Page 153: ABSTRAK - eprints.iain-surakarta.ac.ideprints.iain-surakarta.ac.id/1023/1/Merged-20171102-134924.pdf · lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap

148