abstrak kajian drainase

12
Penyusunan Data Base Drainase Perkotaan Jember di Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari Abstrak Suatu kota yang berkelanjutan harus memiliki suatu sistim jaringan drainase yang memadai.Sehingga jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi tidak menimbulkan genangan air atau banjir.Kurangnya pemeliharaan bangunan-bangunan drainase, serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase menjadikan drainase penuh dengaan sampah berefek pada pendangkalan saluran, penyumbatan gorong-gorong serta inlet- inlet drainase. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah drainase perkotaan seperti di Kecamatan Kaliwates dan Kecamatan Sumbersari kabupaten Jember yaitu dengan mengidentifikasi sistem drainase yang ada. Identifikasi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sistem drainase yang dibagi menjadi 2 yaitu sistem drainase utama yang berfungsi sebagai penampung air dari tangkapan hujan dan menyalurkannya ke badan air dan sistem drainase lokal yang berfungsi untuk menampung air dari daerah tangkapan hujan. Selain identifikasi, juga dilakukan evaluasi kondisi saluran dan perhitungan curah hujan. Dari evaluasi tersebut didapatkan perbandingan, kecamatan Sumbersari lebih kecil dari kecamatan Kaliwates untuk hujan periode ulang 5 tahun lebih dari 100 mm/jam. Sedangkan untuk kecamatan Sumbersari untuk hujan periode ulang 5 tahun di bawah 100 mm/jam. Sementara itu, untuk periode ulang 2 tahun, intensitas hujan untuk kedua kecamatan hampir sama.Wilayah pematusan yang ada di kecamatan ini mempunyai panjang saluran sekunder berkisar antara 5097.9947 m sampai 10632.4772 m. Untuk saluran primer mempunyai panjang saluran berkisar antara 1348.8 m sampai 13346.4383 m. Pada wilayah pematusan tersebut terdapat bebrapa masalah drainase seperti, lokasi saluran terdapat sedimen sehingga terjadi perubahan dimensi, pada beberapa lokasi saluran tidak mampu menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun, dimensi saluran yang kecil dan masih berupa saluran tanah dan banyak sampah, saluran membelok 90o, elevasi saluran yang landai, topografi

Upload: m-syaifuddin-ihsan

Post on 11-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

teknik sipil

TRANSCRIPT

Page 1: abstrak kajian drainase

Penyusunan Data Base Drainase Perkotaan Jember di Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari

AbstrakSuatu kota yang berkelanjutan harus memiliki suatu sistim jaringan drainase yang

memadai.Sehingga jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi tidak menimbulkan genangan air atau banjir.Kurangnya pemeliharaan bangunan-bangunan drainase, serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase menjadikan drainase penuh dengaan sampah berefek pada pendangkalan saluran, penyumbatan gorong-gorong serta inlet-inlet drainase. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah drainase perkotaan seperti di Kecamatan Kaliwates dan Kecamatan Sumbersari kabupaten Jember yaitu dengan mengidentifikasi sistem drainase yang ada. Identifikasi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sistem drainase yang dibagi menjadi 2 yaitu sistem drainase utama yang berfungsi sebagai penampung air dari tangkapan hujan dan menyalurkannya ke badan air dan sistem drainase lokal yang berfungsi untuk menampung air dari daerah tangkapan hujan. Selain identifikasi, juga dilakukan evaluasi kondisi saluran dan perhitungan curah hujan.

Dari evaluasi tersebut didapatkan perbandingan, kecamatan Sumbersari lebih kecil dari kecamatan Kaliwates untuk hujan periode ulang 5 tahun lebih dari 100 mm/jam. Sedangkan untuk kecamatan Sumbersari untuk hujan periode ulang 5 tahun di bawah 100 mm/jam. Sementara itu, untuk periode ulang 2 tahun, intensitas hujan untuk kedua kecamatan hampir sama.Wilayah pematusan yang ada di kecamatan ini mempunyai panjang saluran sekunder berkisar antara 5097.9947 m sampai 10632.4772 m. Untuk saluran primer mempunyai panjang saluran berkisar antara 1348.8 m sampai 13346.4383 m. Pada wilayah pematusan tersebut terdapat bebrapa masalah drainase seperti, lokasi saluran terdapat sedimen sehingga terjadi perubahan dimensi, pada beberapa lokasi saluran tidak mampu menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun, dimensi saluran yang kecil dan masih berupa saluran tanah dan banyak sampah, saluran membelok 90o, elevasi saluran yang landai, topografi saluran yang cekung sehingga air mengumpul di tengah-tengah, saluran irigasi yang tersumbat sehingga membanjiri jalan, inlet yang kurang sehingga terjadi genangan.

Kata Kunci: database, drainase, perkotaan, banjir

Latar Belakang

Kota Jember merupakan kota sedang yang memiliki pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka terjadi peningkatan pula kebutuhan akan lahan perumahan, sertasalah satunya adalah fasilitas infrastruktur drainase yang memadai. Infrastruktur drainase yang memadai berarti harus mampu mengatasi permasalahan banjir di setiap musim penghujan.

Permasalahan banjir pada drainase di perkotaan ini dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain kapasitas dan kemiringan saluran yang tidak memadahi, alih fungsi lahan sehingga sistem drainase irigasi gabung dengan sistem drainase kota, terjadi botlle neck/penyempitan saluran, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase dan tidak adanya pemeliharaan secara rutin.

Page 2: abstrak kajian drainase

Bertolak dari permasalahan banjir pada drainase perkotaan, maka manajemen jaringan drainase (pengairan) harus diatur dengan sangat hati-hati dan tepat guna agar memberikan suatu rasa aman dan nyamanbagi masyarakat. Fungsi dari manajemen drainase ini meliputi perencanaanya yang tepat, kesesuaian antara pembangunan dengan perencanaan, pemeliharaan (maintenance) jaringan drainase secara rutin untuk memastikan kondisinya tetap terawat, dan mudah dan cepat untuk dilakukan monitoring deteksi dini dari perubahan fenomena lingkungan. Untuk memudahkan keperluan manajemen ini dibutuhkan data base drainase.

Oleh karena itu, paper ini bermaksud untuk menyusun data base drainase perkotaan guna mendapatkan gambaran tentang kondisi dan permasalahan – permasalahan drainase perkotaan Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember yang ada di kawasan perkotaan Jember, sebagai dasar penyusunan suatu rencana program-program penataan jaringan drainase yang terpandu.

Metodologi

HidrologiKajian hidrologi jaringan drainase ini ditujukan untuk menentukan debit banjir

rencana sebagai dasar untuk menentukan kemampuan kapasitas saluran. Debit banjir rencana ini diperoleh melalui data hujan harian pengamatan mulai tahun 2004-2013. Proses perhitungannya menggunakan analisis frekuensi untuk mendapatkan tinggi hujan rencana. Sesuai Keputusan Dirjen Cipta Karya (1999), penentuan kala ulang debit banjir untuk wilayah kota sedang seperti Jember dengan wilayah tangkapan air yang mayoritas lebih kecil dari 100 ha menggunakan kala ulang 2 dan 5 tahunan. Mengingat data pengamatan hujan yang tersedia adalah data hujan harian, maka untuk menghitung intensitas hujannya dapat menggunakan rumus mononobe (Suripin, 2004:67).

Identifikasi Sistem DrainaseIdentifikasi sistem drainase ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sistem drainase

yang dibagi menjadi 2 yaitu sistem drainase utama yang berfungsi sebagai penampung air dari tangkapan hujan dan menyalurkannya ke badan air dan sistem drainase lokal yang berfungsi untuk menampung air dari daerah tangkapan hujan. Proses identifikasi dilakukan ground ckeking melalui pendigitasian jaringan drainase guna membuat deliniasi drainase, pengukuran topografi saluran yang meliputi potongan memanjang dan melintang saluran dan arah aliran, berdasarkan tahapan diatas selanjutnya dilakukan identifikasi sistim drainase yang meliputi nama, posisi, saluran, kemiringan, panjang, luas pematusan, dimensi, dan konstruksi kondisi fisiknya,

Evaluasi Kondisi SaluranEvaluasi ini bertujuan untuk menentukan jenis klasifikasi kondisi saluran. Proses

evaluasi dilakukan melalui pengamatan lapangan pada saat hujan sebagai dasar melakukan kalibrasi dan memodelkan sistem drainase yang ada untuk mengidentifikasi daya tampung saluran serta kemiringannya untuk menentukan lokasi banjir.

Page 3: abstrak kajian drainase

Hasil dan Pembahasan

Intensitas Durasi Frekuensi

Intensitas hujan diperlukan dalam penelitian ini sebagai input rain gagedalam permodelan drainase menggunakan SWMM yang berupa hujantime series jam-jaman untuk hujan periode ulang 2 tahun dan 5 tahun pada masing-masing kecamatan. Hasil Perhitungan hujan jam-jaman dengan rumus mononobedi dapatkan intesitas hujan mulai dari 0,25 jam sampai 6 jam dilihat pada tabel 1. Perbandingan nilai intensitas hujan antara kedua kecamatan. Secara umum kecamatan Sumbersari lebih kecil dari Kecamatan Kaliwates. Kecamatan Kaliwates untuk hujan periode ulang 5 tahun lebih dari 100 mm/jam. Sedangkan untuk kecamatan Sumbersari untuk hujan periode ulang 5 tahun di bawah 100 mm/jam. Sementara itu, untuk periode ulang 2 tahun, intensitas hujan untuk kedua kecamatan hampir sama.

Tabel 1. Intensitas Hujan Jam-Jaman untuk Kala Ulang Tertentu Kecamatan Kaliwates

Kecamatan Kaliwates Kecamatan SumbersariT

( jam )Periode ulang (mm/jam)

2 5 2 50,25 87,88 104,36 79,78 87,620,5 55,36 65,74 50,26 55,200,75 42,25 50,17 38,36 42,12

1 34,88 41,42 31,66 34,772 21,97 26,09 19,95 21,903 16,77 19,91 15,22 16,724 13,84 16,44 12.57 13,805 11,93 14,16 10,83 11,896 10,56 12,54 9,59 10,53

Secara umum intensitas hujan yang terjadi pada kedua kecamatan menunjukkan bahwa makin singkat hujan yang berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya seperti pada gambar 1 kurva Intensity Duration Frequency (IDF).

a. Kecamatan Kaliwates b. Kecamatan sumbersari

Gambar 1. Kurva Intensity Duration Frequency (IDF) Kecamatan Kaliwates dan

Sumbersari

Page 4: abstrak kajian drainase

Sistem Jaringan Drainase Sumbersari dan KaliwatesSistem jaringan drainase di Kecamatan Sumbersari dan Kaliwates dapat dibagi menjadi 7

daerah pematusan dengan kondisi sebagai berikut.a. Wilayah pematusan Irigasi BM3 – Sungai Ajung.

Wilayah Pematusan Irigasi Kotok BM 3 dibatasi oleh sungai Ajung dan Irigasi Kotok BM 3 yang berasal dari DAM Kotok pada sungai Mayang. Irigasi ini memotong jalan Basuki Rahmat dan jalan Sriwijaya menjadi 2 yaitu sebelah selatan dan sebelah utara. Sehingga wilayah yang berada di sebelah selatan Irigasi Kotok BM 3 sampai dengan perbatasan sungai Ajung merupakan wilayah pematusannya. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 6758.547 m dan panjang saluran primernya 6632.287 m.

b. Wilayah pematusan Irigasi BM3 – Sungai Cakol.Wilayah pematusan Irigasi Kotok BM 3 – Sungai Cakol dibatasi oleh Irigasi

Kotok BM 3 dan Sungai Cakol. Wilayah pematusan ini dilewati oleh jalan Basuki Rahmat, jalan Letjen Suprapto, jalan S. Parman dan jalan Sriwijaya. Wilayah pematusan Irigasi Kotok BM 3 – Sungai Cakol ini terdiri dari jalan Basuki Rahmat bagian utara Irigasi Kotok BM3, jalan Letjen Suprapto bagian selatan Sungai Cakol, jalan S. Parman yang berada di antara sungai sungai Cakol dan Irigasi Kotok BM 3, dan jalan Sriwijaya di bagian utara Irigasi Kotok BM 3. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 6262.217 m dan panjang saluran primernya 8145.079 m.

c. Wilayah pematusan Sungai Cakol – Sungai Bedadung.Wilayah pematusan Sungai Cakol – Sungai Bedadung dibatasi oleh sungai

cakol dan sungai bedadung. Wilayah pematusan ini dilewati beberapa jalan, yaitu jalan Letjen Suprapto, jalan Panjaitan, jalan S Parman, jalan Karimata dan perumahan Gunung Batu. Wilayah pematusan Sungai Cakol – Sungai Bedadung ini terdiri dari jalan Letjen Suprapto bagian utara sungai Cakol, jalan Panjaitan, jalan S. Parman bagian barat sungai Cakol, perumahan Gunung Batu dan jalan Karimata. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 7.847.83 m dan panjang saluran primer 13346.4383 m.

d. Wilayah pematusan Sungai Bedadung – Sungai Jompo.Wilayah pematusan sungai Bedadung – Sungai Jompo dibatasi oleh sungai

Bedadung dan Sungai Jompo. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan Ahmad Yani, jalan Trunojoyo, jalan Kartini, jalan Sultan Agung, jalan HOS Cokroaminoto, jalan KH Siddiq dan jalan Sentot Prawirodirjo. Wilayah pematusan sungai Bedadung – sungai Jompo ini terdiri dari jalan Ahmad Yani, jalan Trunojoyo, jalan Sultan Agung, jalan Hos Cokroaminoto bagian timur sungai Jompo, jalan KH Siddiq dan jalan Sentot bagian barat sungai Jompo. Wilayah pematusan ini mempunyai panjan saluran sekunder 10632.4772 m dan panjang saluran primer 3105.9743 m.

e. Wilayah pematusan Sungai Jompo – Sungai Argopuro.Wilayah pematusan Sungai Jompo-Sungai Argopuro dibatasi oleh sungai

Jompo dan sungai Argopuro. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan Gajah Mada, jalan Hos Cokroaminoto, jalan Sentot Prawirodirjo dan jalan Imam Bonjol. Wilayah pematusan sungai Jompo – sungai Argopuro terdiri dari jalan Hos Cokroaminoto bagian barat sungai Jompo, jalan Gajah Mada bagian timur sungai Argopuro, jalan

Page 5: abstrak kajian drainase

Sentot bagian barat sungai jompo dan jalan Imam bonjol bagian utara sungai Bedadung. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 9645.87 m dan panjang saluran primer 4041.08 m.

f. Wilayah pematusan Sungai Argopuro – Sungai Semangir.Wilayah pematusan Sungai Argopuro – Sungai Semangir dibatasi adalah

sungai Argopuro dan sungai Semangir. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 5097.9947 m dan saluran primer 3686 m.

g. Wilayah pematusan Selatan Sungai Bedadung.Wilayah pematusan Sungai Bedadung merupakan wilayah yang ada di sebelah

selatan sungai Bedadung. Wilayah ini dilalui oleh jalan Imam Bonjol dan Teuku Umar. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 6680 m dan panjang saluran primer 1348.8 m.

Evaluasi GenanganPada kedua kecamatan ini, terdapat 26 lokasi titik banjir pada kala ulang 1 tahun. Hal

ini pada umumnya terjadi karena saluran yang berbelok 90o, dimensi saluran yang mengecil karena sediman dan sampah, perubahan dimensi saluran dari besar ke kecil, kemiringan saluran yang landai, saluran gorong-gorong yang dimensinya kecil dan tersumbat, kurangnya inlet dan saluran yang konstruksinya masih terbuat dari tanah. Untuk kala ulang 2 tahun terdapat 22 titik. Hal ini terjadi karena dimensi saluran yang tidak dapat menampung limpasan hujan periode ulang 2 tahun. Sedangkan untuk hujan periode ulang 5 tahun, terdapat 3 titik banjir. Hal ini terjadi karena dimensi saluran yang tidak dapat menampung limpasan hujan periode ulang 5 tahun.

KesimpulanBeberapa simpulan yang didapat dari pembahasan diatas adalah:a. Pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM3 – Sungai Cakol, terjadi banjir pada

umumnya dikarenakan kemiringan saluran yang terlalu landai dan saluran tidak mampu menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun pada beberapa lokasi, lubang inlet di depan pasar Sabtuan tidak ada dan pembuangan sampah ke saluran.

b. Pada wilayah pematusan Sungai Argopuro – Sungai Semangir banjir terjadi pada umumnya dikarenakan adanya perubahan penampang saluran semakin ke hilir semakin mengecil, pada beberapa lokasi saluran juga terdapat sedimen sehingga terjadi perubahan dimensi, pada beberapa lokasi saluran tidak mampu menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun.

c. Pada wilayah Pematusan Selatan Sungai Bedadung banjir terjadi pada umumnya dikarenakan dimensi saluran yang kecil dan masih berupa saluran tanah dan banyak sampah, saluran membelok 90o, elevasi saluran yang landai, pada beberapa lokasi saluran tidak mampu menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun.

d. Pada wilayah pematusan Sungai Cakol – Sungai Bedadung pada umunya banjir terjadi dikarenakan air meluap dari saluran ke permukaan, saluran yang terlalu landai, topografi saluran yang cekung sehingga air mengumpul di tengah-tengah, saluran irigasi yang tersumbat sehingga membanjiri jalan di jalan karimata, inlet yang kurang sehingga terjadi genangan di persimpangan semeru.

e. Pada wilayah pematusan Sungai Jompo – Sungai Argopuro pada umumnya banjir terjadi karena terjadi perubahan dimensi saluran di bawah jalan, kemiringan saluran yang landai,

Page 6: abstrak kajian drainase

inlet yang kurang memadai sehingga saat hujan air mengalir ke jalan, saluran tertutup oleh sedimen.

f. Pada wilayah pematusan Sungai Jompo – Sungai Argopuro pada umunya banjir terjadi karena dimensi saluran yang kecil di selatan bina sehat, saluran yang berbelok 90o di depan Gereja Kristen Indonesia, saluran yang tersumbat oleh sampah dan sedimen, lubang inlet yang kurang.

g. Pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM3 – Sungai Ajung pada umumnya banjir terjadi karena saluran banyak sedimen dan sampah, pada beberapa lokasi saluran tidak mampu menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun, lubang inlet yang kurang.

Sarana. Pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM3 – Sungai Cakol perlu dilakukan rehabilitasi

saluran berupa perbaikan kemiringan saluran, pelebaran penampang saluran untuk hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran, penambahan lubang inlet, dan pemeliharaan saluran serta sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah pada saluran.

b. Pada wilayah pematusan Sungai Argopuro – Sungai Semangir perlu dilakukan rehabilitasi saluran yang mempunyai perubahan ukuran yang seragam, saluran perlu dilakukan pengerukan secara berkala sehingga tidak terjadi penumpukan sedimentasi, perlu dilakukan pelebaran penampang saluran untuk hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran.

c. Pada wilayah Pematusan Selatan Sungai Bedadung perlu dilakukan pelebaran penampang saluran untuk hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran, rehabilitasi saluran yang masih berupa saluran yang terbuat dari tanah, perlu dilakukan penegrukan sedimen dan sampah secara berkala, perlu dilalakukan perbaikan kemiringan saluran, untuk yang saluran membelok 90o perlu dilakukan pelebaran kapasitas saluran atau pelurusan.

d. Pada wilayah Pematusan Sungai Cakol – Sungai Bedadung perlu dilakukan pelebaran penampang saluran untuk hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran, perbaikan pada kemiringan saluran,perbaikan perubahan dalam perencanaan saluran yaitu topografi saluran jangan mengikuti topografi jalan, perlu dilakukan penambahan kapasitas pada saluran irigasi di depan GO.

e. Pada wilayah pematusan Sungai Jompo – Sungai Argopuro perlu dilakukan pelebaran penampang saluran di bawah jalan di persimpangan sentot-kh siddiq dan di tikungan rumah potong hewan, penambahan lubang inlet pada beberapa tempat, pelebaran penampang saluran untuk hujan rencana periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran, perlu dilakukan pembuatan gorong-gorong di persimpangan jl KH. Siddiq dan Jl. Wachid Hasyim.

f. Pada wilayah pematusan sungai Jompo – Sungai Argopuro perlu dilakukan pelebaran penampang saluran untuk hujan rencana kala ulang 5 tahun sesuai dengan fungsi saluran, penambahan lubang inlet pada beberapa lokasi, perlu dilakukan pengerukan sampah dan sedimen, untuk saluran yang berbelok 90o perlu dilakukan pelebaran kapasitas saluran atau diluruskan.

g. Pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM 3 – sungai Ajung perlu dilakukan penambahan lubang inlet, pengerukan sampah dan sedimen secara berkala, perlu dilakukan pelebaran penampang saluran untuk hujan rencana kala ulang 5 tahun sesuai dengan fungsi saluran

Page 7: abstrak kajian drainase

Referensi

Dirjen Cipta Karya, 1999, Keputusan Direkturan Jendral Cipta Karya tentang Petunjuk

Teknis Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan Bidang ke-PLP-an Perkotaan

dan Perdesaan Volume I Bidang Drainase.

Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara

Nomor 32 tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377)

Undang – Undang No. 41 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Nomor

125 tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara nomor 68

tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara nomor 4725)

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan

Ruang Wilayah (Lembaran Negara nomor 20 tahun 2000, Tambahan Lembaran

Negara 3934)

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara nomor 54 tahun

2000, Tambahan Lembaran Negara 3952)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4624)

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan

Tata Cara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 2 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Jawa Timur 2005 – 2020

Page 8: abstrak kajian drainase

Standar Nasional Indonesia (SNI) 02-2406-1991 tentang Perencanaan Umum Drainase

Perkotaan

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2414-1991 SK SNI M-17-1989-F tentang Metode

Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2415-1991SK SNI M-18-1989-F tentang Metode

Perhitungan Debit Banjir