abstrak hubungan bunyi dengan alat ucap dalam fonetik

15
HUBUNGAN BUNYI DENGAN ALAT UCAP DALAM FONETIK Yogo Arif Prakoso, Mei Nurul Hidayah, Sri Wahyuni, Dewi Puspitaningtyas ABSTRAK Fonetik mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonetik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustis, dan fonetik auditoris. Fonetik artikulatoris mempelajari mekanisme alat ucap manusia dalam menghasilkan suatu bunyi bahasa.. Fonetik akustik mengaji bunyi bahasa yang berdasarkan pada aspek fisik sebagai getaran bahasa, sehingga yang diselidiki adalah frekuensi getaran, amplitudo, intensitas, dan timbrenya. Hal-hal tersebut mempengaruhi pendengar dalam menangkap bunyi yang dihasilkan oleh pengucap. Fonetik auditoris mengaji mekanisme pendengaran dalam menerima bunyi bahasa sebagai getaran bahasa yang dihasilkan. Pendengaran akan mudah menangkap suatu bunyi bila bunyi tersebut dapat ditangkap oleh gendang telinga. Bunyi yang dikeluarkan dapat berupa bunyi vokal maupun konsonan yang mempunyai cara berbeda dalam cara pengucapannya. Kata kunci: artikulatoris, alat ucap, vokal, dan konsonan Pendahuluan Mengaji bunyi-bunyi yang dikeluarkan tanpa memperhatikan fungsi untuk membedakan arti sehingga bunyi bahasa dideskripsikan dari sudut ucapan, bagaimana cara membentuknya sehingga menjadi getaran udara dan akhirnya dapat diterima oleh alat pendengaran. Dalam fonetik, bunyi bahasa adalah proses yang menghasilkan getaran terhadap suatu benda. Fonetik sebagai ilmu yang menyangkut bunyi-bunyi atau suara yang dibuat oleh manusia yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk yang dapat didengar. Artinya fonetik membicarakan proses yang terjadi mulai dari saat pembentukan bunyi-bunyi oleh pembicara sampai pada saat pendengar menyadari ucapan yang diwujudkan melalui bunyi-bunyi itu. Benda yang bergetar disebut dengan

Upload: nindya-dianita

Post on 11-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

abstrak hubungan bunyi dengan alat ucap

TRANSCRIPT

HUBUNGAN BUNYI DENGAN ALAT UCAP DALAM FONETIKYogo Arif Prakoso, Mei Nurul Hidayah, Sri Wahyuni, Dewi Puspitaningtyas

ABSTRAK

Fonetik mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonetik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustis, dan fonetik auditoris. Fonetik artikulatoris mempelajari mekanisme alat ucap manusia dalam menghasilkan suatu bunyi bahasa.. Fonetik akustik mengaji bunyi bahasa yang berdasarkan pada aspek fisik sebagai getaran bahasa, sehingga yang diselidiki adalah frekuensi getaran, amplitudo, intensitas, dan timbrenya. Hal-hal tersebut mempengaruhi pendengar dalam menangkap bunyi yang dihasilkan oleh pengucap. Fonetik auditoris mengaji mekanisme pendengaran dalam menerima bunyi bahasa sebagai getaran bahasa yang dihasilkan. Pendengaran akan mudah menangkap suatu bunyi bila bunyi tersebut dapat ditangkap oleh gendang telinga. Bunyi yang dikeluarkan dapat berupa bunyi vokal maupun konsonan yang mempunyai cara berbeda dalam cara pengucapannya. Kata kunci: artikulatoris, alat ucap, vokal, dan konsonan

PendahuluanMengaji bunyi-bunyi yang dikeluarkan tanpa memperhatikan fungsi untuk membedakan arti sehingga bunyi bahasa dideskripsikan dari sudut ucapan, bagaimana cara membentuknya sehingga menjadi getaran udara dan akhirnya dapat diterima oleh alat pendengaran. Dalam fonetik, bunyi bahasa adalah proses yang menghasilkan getaran terhadap suatu benda. Fonetik sebagai ilmu yang menyangkut bunyi-bunyi atau suara yang dibuat oleh manusia yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk yang dapat didengar. Artinya fonetik membicarakan proses yang terjadi mulai dari saat pembentukan bunyi-bunyi oleh pembicara sampai pada saat pendengar menyadari ucapan yang diwujudkan melalui bunyi-bunyi itu. Benda yang bergetar disebut dengan artikulator, sementara alat getarnya adalah udara yang dihembuskan melalui paru-paru. Berdasarkan sudut pandang bunyi bahasa, fonetik dibagi menjadi tiga macam, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Fonetik artikulatoris mempelajari cara kerja atau mekanisme alat ucap manusia dalam mengahasilkan suatu bunyi bahasa, bagaimana bunyi bahasa itu digolongkan berdasarkan artikulasinya. Fonetik artikulatoris adalah jenis fonetik yang paling berhubungan dengan bidang linguistik karena fonetik ini berhubungan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan oleh manusia. Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat ucap manusia bekerja dan menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik artikulatoris mempelajari posisi dan getaran bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.Fonetik akustik, yaitu mengaji bunyi bahasa berdasarkan pada aspek fisik sebagai getaran bahasa, sehingga yang diselidiki adalah frekuensi getaran, amplitude, intensitas maupun timbrenya. Mempelajari gelombang suara dan mempelajari bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia. Yang merupakan objek dari fonetik akustik adalah gelombang suara yang diucapkan dan didengar saat mengirim dan menerima bunyi tersebut. Sedangkan fonetik auditoris adalah mengaji cara mekanisme pendengaran penerimaan bunyi bahasa sebagai getaran bahasa. Fonetik auditoris banyak berhubungan dengan anatomi, fisiologi, dan ilmu syaraf. Namun, tidak semua frekuensi gelombang tersebut digunakan dalam pembentukan bunyi bahasa. Pola getaran yang diterima oleh syaraf pendengaran yang selanjutnya getaran bunyi tersebut diteruskan ke otak. Otak akan memproses sinyal bunyi tersebut dan mengubahnya menjadi bunyi yang hasilnya kita dengarkan. Hubungan ketiga fonetik tersebut sangat erat dalam terjadinya bunyi dan keluarnya bunyi. Fonetik-fonetik tersebut berhubungan dengan mekanisme alat ucap dalam mengeluarkan bunyi. Bunyi yang dikeluarkan dapat berupa bunyi vokal maupun konsonan yang mempunyai cara berbeda dalam cara pengucapannya. Oleh karena itu, dalam kajian kali ini akan membahas tentang bagaimana suatu alat ucap manusia dapat menghasilkan suatu bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga pendengar atau telinga si-lawan bicara.

1. Fonetik Bagian linguistik yang mempelajari alat-alat ucap disebut fonetik (Robins, 1992:23). Satu-satunya medium universal dalam komunikasi linguistis antara segenap manusia normal (tidak termasuk tuna rungu dan tuna wicara, orang-orang terbelakang, dan sebagainya) adalah wicara (speech). Kajian ilmiah tentang wicara ini dikenal sebagai fonetik. (Robins, 1992:96)Fonetik mengaji dan mendeskripsikan bunyi bahasa dari sudut ucapan dan bagaimana cara membentuk bunyi tersebut sehingga menjadi getaran udara dan dapat diterima oleh pendengaran, sehingga tidak memperhatikan makna yang dihasilkan oleh bunyi tersebut. Dengan menghasilkan suara dan dapat ditangkap oleh pendengar, maka terjadilah komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain. Kata-kata yang dihasilkan memberikan makna yang dapat dimengerti oleh pendengar. Sehingga, bahasa menjadi alat untuk interaksi dengan orang lain yang mempunyai bahasa yang sama. Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi bunyi bahasa. Ada 2 segi dasar fisik tersebut, yaitu: segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa; sifat sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan. (Verhaar, 2010:19)Dalam kutipan diatas menjelaskan tentang fonetik secara fisik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa dari segi dasar yakni segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa; sifat sifat akuistik bunyi yang telah dihasikan. Segi alat bicara ini membentuk berbagai bunyi yang akan dihasilkan dari berbagai teknik dalam penggunaan alat ucap. Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. (Chaer, 2007: 103)Seperti yang tertera pada kutipan di atas fonetik dapat diartikan sebagai ilmu linguistik yang mengkaji suatu bahasa bukan dari arti atau maksud suatu kata atau bahasa tersebut melainkan lebih kepada kajian tentang artikulasi atau pengucapan di dalam berbahasa agar suatu kata yang dikeluarkan lewat suara dapat terdengar oleh lawan bicara atau tidak. Dalam konteks ini fonetik yang akan kami bahas adalah fonetik artikulatoris dimana ilmu ini yang nantinya akan menentukan suatu pembentukan vokal atau pengucapan seseorang didalam berbahasa.Fonetik merupakan ilmu yang sangat berkembang, yang mencakup bagian-bagian fisiologi dan fisika, tetapi dengan persyaratan-persyaratan relevansinya, metode-metode penyelidikan dan eksperimen-eksperimennya, serta perbendaharaan kata teknisnya sendiri. (Lyons,1995:100)Fonetik yang dibahas dalam kutipan ini, merupakan cabang ilmu linguistika yang mempelajari bunyi yang dihasilkan oleh bagian-bagian fisik yaitu alat ucap dan cara indera pendengar menangkap bunyi itu. Cara indera pendengar menangkap bunyi sebenarnya adalah mencakup bagian-bagian fisika yaitu gelombang bunyi, frekuensi bunyi, dan lain sebagainya. Sedangkan ilmu fisiologi sedikit berperan yaitu wicara sebagai hasil sampingan yang menakjubkan dari proses penghembusan napas.Dari pernyataan-pernyataan yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fonetik merupakan suatu bidang linguistik yang mengaji tentang suatu bunyi bahasa dimana bunyi adalah suatu hal terpenting di dalam berkomunikasi yang mana bunyi-bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap yang ada pada manusia. Besar kecilnya bunyi atau suara tersebut dapat dipengaruhi oleh pernapasan, lidah, bentuk gigi dan lainnya yang berhubungan dengan alat ucap tapi yang terpenting dalam pembentukan suatu bunyi dipengaruhi oleh pita suara. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai alat ucap pada manusia akan dibahas pada paragraf berikut.1.1 Fonetik ArtikulatorisWicara bisa dikaji terutama sebagai aktivitas penutur berkenaan dengan alat-alat artikulatoris dan proses yang terlibat dalam aktivitas itu; kajian ini disebut fonetik artikulatoris (Robins, 1992:97). Berdasarkan pada sudut pandang bahasa dan bagian dari linguistik umum, fonetik artikulatoris mempunyai bagian-bagian utama tubuh yang menghasilkan dan membedakan bunyi-bunyi bahasa, yaitu alat-alat ucap berupa bibir, gigi dan lidah yang berperan penting dalam menghasilkan suatu bunyi. Penutur dapat mengendalikan proses bicaranya sehingga mempunyai kesadaran untuk mengucapkan sesuatu yang menghasilkan bunyi. Sehingga, orang bisa mengenal dan membedakan berbagai bunyi bahasa yang didengar. Dalam fonetik, bunyi bahasa akan menghasilkan getaran terhadap suatu benda. Benda yang bergetar tersebut disebut dengan articulator, sementara alat getarnya adalah udara yang dihembuskan melalui paru-paru. Fonetik artikulatoris mempelajari cara kerja atau mekanisme alat ucap manusia dalam menghasilkan suatu bunyi bahasa, bagaimana bunyi bahasa itu diklasifikasikan berdasarkan artikulasinya. Beberapa alat ucap tersebut diantaranya bibir, gigi, dan lidah yang mempunyi peran dalam kegiatan berbicara. Dalam berbicara dibutuhkan kejelasan dalam mengucapkan bunyi agar mudah diterima oleh otak pendengar.

1.2 Fonetik AkustikWicara bisa juga dikaji dengan memberikan perhatian utama pada gelombang-gelombang bunyi yang ditimbulkan oleh kegiatan berbicara dan transmisi gelombang tersebut melalui udara yang disebut dengan fonetik akustik (Robins, 1992:97) Bunyi dan sumber bunyi lainnya secara fisik akan menghasilkan gelombang bunyi sehingga dapat ditangkap oleh pendengaran. Semakin besar sumber bunyi, akan semakin besar pula gelombang yang dihasilkan, sehingga dengan mudah pendengar mengakap bunyi tersebut. Fonetik akustik mengaji bunyi bahasa yang berdasarkan pada aspek fisik sebagai getaran bahasa, sehingga yang diselidiki adalah frekuensi getaran, amplitudo, intensitas maupun timbrenya. Hal-hal tersebut mempengaruhi pendengar dalam menangkap bunyi yang dihasilkan oleh pengucap. Dalam menghasilkan bunyi vocal maupun konsonan akan menghasilkan gelombang bunyi yang berbeda-beda begitu pula dengan frekuensi, amplitudo, intensitas maupun timbre bunyi tersebut. Hal tersebut dii luar kesadaran kita, seperti halnya dalam penyebaran gelombang bunyi tersebut yang tidak bisa diamati secara langsung. Sehingga, untuk mengetahui gelombang bunyi tersebut sampai kepada pendengar, maka pendengar akan menangkap bunyi dari sumber dan akan memberikan respons. Fonetik akuistik menyelidiki mengenai bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai getaran udara. Udara yang bergetar adalah udara yang bergerak dalam gelombang-gelombang. Artinya, partikel-partikel udara dibuat bergerak, dan partikel yang lain itu mendesak partikel udara yang lain lagi, dan begitu terus sampai membentuk gelombang. (Verhaar, 2010:20)Fonetik akuistik menggunakan getaran udara dari sudut bunyi. Maka dari itu fonetik akuistik menyangkut bunyi bahasa. Getaran udara ini dihasilkan dari pergeseran dari udara yang keluar dari sumber bunyi yang kemudian mengalami peningkatyan dan penurunan tekanan udara secara cepat dan berkurang sampai habis. Getaran getaran udara ini dapat membentuk gelombang sehingga dapat terjadi bunyai yang dihasilkan dari pergerakan-pergerakan partikel-partikel udara yang mendesak partikel udara lain lagi.

1.3 Fonetik AuditorisPersepsi gelombang-gelombang bunyi ini oleh telinga pendengar dapat diberi penekanan utama, baik berkenaan dengan fisiologi telinga dan alat-alat dengar yang terkait maupun berkenaan dengan psikologi persepsi, yang disebut dengan fonetik auditoris. (Robins, 1992:97) Sehingga dalam kajiannya, fonetik artikulatoris sangat berkaitan dengan fonetik auditoris karena mengaji mekanisme pendengaran dalam menerima bunyi bahasa sebagai getaran bahasa yang dihasilkan. Pendengaran akan mudah menangkap suatu bunyi bila bunyi tersebut dapat ditangkap oleh gendang telinga. Melalui gendang telinga tersebut akan disalurkan ke otak orang yang mendengar, sehingga akan terjadi komunikasi antara keduanya jika mereka mempunyai bahasa yang sama. Fonetik artikulatoris meneliti alat-alat organik manakah yang menghasilkan bunyi bahasa. (Verhaar, 2010:19)Bila kita berbicara, udara dipompakan dari paru-paru, melalui batang tenggorokan ke pangkal tenggorok yang di dalamnya terdapat pita-pita suara. Pita-pita itu harus terbuka agar supaya udara bisa keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung (atau kedua-duanya). Apabila udara keluar tanpa hambatan apa-apa di sana-sini, kita tidak menghasilkan bunyi bahasa; contohnya adalah bernafas saja, hambatan yang perlu untuk menghasilkan bunyi bahasa dan pita-pita suara dan pada berbagai tempat artikulasi di pita-pita itu, khususnya di antara salah satu bagian lidah dan salah satu tempat lain, seperti langit-langit, gusi, gigi, dan lain sebagainya ( Verhaar, 2010:19)

Hubungan ketiga fonetik tersebut terdapat dalam gambar berikut ini.

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa fonetik artikulatoris, fonetik akustis dan fonetik auditoris sangat berkaitan erat dalam kajian ilmu fonologi. Fonetik artikulatoris akan mengeluarkan bunyi bahasa dengan alat-alat ucapnya, yaiyu bibir, lidah dan gigi yang berperan penting dalam menghasilkan bunyi bahasa. Kemudian, bunyi bahasa tersebut akan keluar melalui mulut kita sebagai objek fonetik akustik. Dalam proses keluarnya bunyi ini, sangat dipengaruhi oleh frekuensi, amplitudo, intensitas maupun timbre yang keluar berupa gelombang-gelombang bunyi yang kemudian akan diterima oleh telinga sebagai fonetik auditoris. Gendang telinga akan bergetar jika menangkap bunyi tersebut. Semakin keras sumber bunyi yang ditangkap, maka akan semakin keras bergetarnya gendang telinga tersebut. Maka pendengar akan memberikan respon kepada lawan bicaranya sebagai tanda bahwa dia telah menerima rangsangan bunyi yang dihasilkan oleh lawan bicaranya.

2. Bunyi dan Alat UcapKita menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat-alat bicara, yaitu dengan mulut dan bagian-bagiannya, dengan kerongkongan dan pita-pita suara di dalamnya, dan semuanya itu dengan mempergunakan udara yang dihembuskan dari paru-paru. (Verhaar, 2010:27-28)Bila kita menuturkan sesuatu, udara dipompakan dari pari-paru dan keluar dengan harus melalui sesuatu penyempitan tertentu, sehingga udara yang keluar itu mulai bergetar. Dari sudut pandang akuistik, bunyi itu tidak lain adalah udara yang bergetar. Bila tidak ada penyempitan seperti itu, tak ada bunyi bahasa samasekali, dan kita hanya bernafas secara normal saja (Verhaar, 2010:30)Dalam menghasilkan bunyi bahasa, alat alat organik yang berperan disini dengan alat-alat bicara diantaranya mulut dan bagian- bagiannya sebagai alat ucap yang terdiri atas gigi bawah; gigi atas; bibir atas; bibir bawah; lidah; rongga mulut, dengan kerongkongan dan rongga kerongkongan dan pita-pita suara di dalamnya, yang semuanya menggunakan udara yang dihembuskan dari paru-paru. Dalam hbal ini fonetik artikulatoris memberikan penjelasan mengenai alat-alat ucap beserta penggunaannya dan tahapan-tahapan terjadinya bunyi. Disini bunyi terjadi apabila ada hambatan hambatan yang dihasilkan dari terbukanya pita-pita suara. Selanjutnya akan diteruskan dan dikeluarkan oleh hidung atau mulut atau bahkan kedua-duanya. Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis. Misalnya, paru-paru untuk bernapas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, secara kebetulan alat-alat itu digunakan juga untuk berbicara. (Chaer, 2007: 104)Pada buku berjudul Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer ini juga menyatakan bahwa bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap tidak biasa disebut bunyi gigi atau bunyi bibir, melainkan bunyi dental dan bunyi labial, yakni istilah berupa bentuk ajektif dari bahasa Latinnya. Oleh karena itu, untuk memudahkan, baiklah didaftarkan bentuk-bentuk ajektif untuk nama-nama yang sering muncul dalam studi fonetik itu, yaitu antara lain; pangkal tenggorok (larynx) laringal, rongga kerongkongan (pharynx) faringal, pangkal lidah (dorsum) dorsal, tengah lidah (medium) medial, daun lidah (laminum) laminal, ujung lidah (apex) apikal, anak tekak (uvula) uvular, langit-langit lunak (velum) velar, langit-langit keras (palatum) palatal, gusi (alveolum) alveolar, gigi (dentum) dental, bibir (labium) labial. Sesuai dengan bunyi bahasa itu dihasilkan, maka harus kita gabungkan istilah dari dua nama alat ucap itu. Misalnya, bunyi apikodental yaitu gabungan antara ujung lidah dengan gigi atas; labiodental yaitu gabungan antara bibir bawah dengan gigi atas; dan laminopalatal yaitu gabungan anatara daun lidah dengan langit-langit keras.Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan jika suatu bunyi yang kita keluarkan sangat dipengaruhi oleh alat-alat ucap yang ada pada tubuh manusia seperti mulut, gigi, gusi, lidah, dan pendukung lainnya seperti paru-paru, diafragma, dan lain-lain yang mempengaruhi terbentuknya suatu bunyi pada manusia sehingga dapat diterima dengan jelas atau tidak oleh pendengar atau lawan bicara.

3. Vokal dan KonsonanAda dua kelas bunyi bahasa, konsonan dan vokal. Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan menggunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara seperti dijelaskan pada [ii] sampai dengan [xi] itu. Apabila dalam pengartikulasian konsonatal pita-pita suara dipakai untuk menghasilkan suara, maka konsonan itu adalah konsonan bersuara. (Verhaar, 2010:33)Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian mana pun. (Verhaar, 2010:33)Dalam fonetik artikulatoris, alat alat ucap menghasilkan bunyi dan membaginya menjadi dua kelas bunyi yakni bunyi konsonan dan bunyi vocal yang itu dihasilkan dari alat-alat ucap. Dengan hubungan antara alat ucap dan bunyi itu, bisa diambil kesimpulan sebagaimana bunyi vocal dan konsonan akan dibentuk dari penghubungan klasifikasi alat ucap sehingga membentuk karakteristik bunyi tertentu.

3.1 VokalVokal umumnya diklasifikasikan menurut tiga dimensi artikulatoris: tingkat terbukanya mulut (rapat lw. buka); posisi bagian lidah yang tertinggi (depan lw. belakang); dan posisi bibir (bundar lw. hampar atau tak bundar). Jadi, bunyi yang tertentu mungkin dideskripsikan sebagai vocal rapat, depan, dan bundar (misalnya, vocal dalam kata prancis lune); bunyi lain sebagai rapat, depan, dan tak bundar (seperti dalam kata Prancis si dan kata inggris sea). (Lyons,1995:102) Dapat diartikan jika vokal dibagi atas tiga dimensi artikulatoris yaitu posisi mulut, posisi lidah, dan posisi bibir. Mulut, apakah terbuka ataukah tertutup. Lidah, yang mana posisi lidah yang tertinggi, depan atau belakang. Dan bagaimana posisi bibir saat mengucap, bundar, rapat, tak bundar atau bagaimana. Setiap bunyi dari huruf atau kata, pasti memiliki cara pengucapan yang berbeda-beda, baik mulut, bibir atau lidahnya.Vokal adalah modifikasi bunyi bersuara yang melibatkan hambatan, geseran, atau sentuhan lidah atau bibir. (Robins, 1992:106) Sehingga, bentuk dan ciri-ciri bibir dapat membedakan kualitas vokal seseorang, seperti bibir yang berbentuk bulat atau terentang. Contohnya adalah perbedaan dalam mengucapkan beat dan feel dengan bentuk bibir tertutup depan panjang dengan bibir terentang. Selain itu uga dalam pengucapan put dan pull dengan bentuk bibir tertutup belakang pendek dengan bibir bundar. Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa bersifat horizontal. Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vokal tengah, misalnya, bunyi [e] dan []; dan vokal rendah, misalnya, bunyi [a]. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan, misalnya bunyi [i] dan [e]; vokal pusat, misalnya, bunyi []; dan vokal belakang, misalnya, bunyi [u] dan [o]. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Disebut vokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vokal itu, misalnya, vokal [o] dan vokal [u]. Disebut vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar, melainkan melebar, pada waktu pengucapan vokal tersebut, misalnya, vokal [i] dan vokal [e]. (Chaer, 2007: 113)Dalam konteks ini yang dimaksud vokal adalah huruf-huruf yang pengucapannya hanya menggunakan alat ucap berupa bibir yang tidak dikatubkan antara bibir atas dengan bibir bawah atau bibir dengan gigi dan tidak ada penggabungan alat ucap seperti lidah dengan gigi, lidah dengan gusi, dan lainnya.Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan secara garis besar yang dimaksud vokal adalah suatu bunyi yang dihasilkan oleh pertemuan antara dua buah alat ucap maupun yang hanya dihasilkan dari satu alat ucap. Sedangkan bunyi vokal sendiri lebih menjurus kepada huruf-huruf hidup atau huruf vokal dimana huruf-huruf tersebut dihasilkan oleh alat ucap berupa bibir yang menyempit, membuka lebar, maupun yang membundar.

3.2 Konsonan Konsonan-konsonan digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda-beda dan menarik, mungkin bersuara atau tak bersuara, dan oral atau nasal. (Lyons,1995:103). Konsonan-konsonan kemudian dapat diklasifikasikan menurut berbagai variabel artikulatoris (hanya beberapa yang telah kita sebut). Misalnya menurut konvensi-konvensi IPA, [p] adalah bilabial, tak bersuara, oral, hambat; [b] adalah bilabial, bersuara, oral, hambat; [f] adalah labiodental ,tak bersuara, frikatif (oral); [m] adalah bilabial, nasal (bersuara), hambat; [t] adalah dental (atau alveolar), tak bersuara, hambat, oral. [n] adalah dental (atau alveolar),hambat, nasal (bersuara), dsb. (Lyons,1995:104)Konsonan memiliki banyak macam berdasarkan alat ucap yang digunakan untuk membentuknya. Macam konsonan yang dibedakan berdasarkan alat ucap yaitu diantaranya adalah labiodental, apikodental, bilabial, alveolar, dan lain sebagainya. Adanya fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris menyebabkan seseorang mudah bekomunikasi dengan orang lain dalam menghasilkan bunyi. Fonetik tersebut berhubungan dengan mekanisme alat ucap dalam mengeluarkan bunyi. Bunyi yang dikeluarkan dapat berupa bunyi vokal maupun konsonan yang mempunyai cara berbeda dalam cara pengucapannya. Dalam konsonan, dua komponen terpenting adalah daerah artikulasi dan cara artikulasi. (Robins, 1992:115). Daerah artikulasi tersebut menjadi daerah pertemuan antara dua artikulator. Seperti pertemuan bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup) yang disebut dengan bilabial, misalnya dalam mengucapkan [p], [b], dan [m]. Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi, seperti bunyi getar pada ujung lidah yang menyentuh tempat yang sama berulang-ulang, seperti saat mengucapkan [r]. Dalam buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaer (2007: 116) menyatakan bahwa bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga patokan atau kriteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Dengan ketiga kriteria itu juga orang memberi nama akan konsonan itu. Berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Bunyi tidak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu.Dari beberapa pernyataan tentang konsonan di atas dapat disimpulkan bahwa konsonan merupakan suatu bunyi yang dihasilkan karena bertemunya dua alat ucap yang saling bersentuhan seperti gigi dengan lidah, lidah dengan gusi, dan lain sebagainya. Seperti halnya vokal, konsonan ini juga sangat berpengaruh dalam pembentukan suatu bahasa ataupun pengucapan. Jika suatu huruf konsonan tidak dibunyikan dengan semestinya maka akan mengganggu jalannya pembicaan karena pendengar tidak akan menangkap dan mengerti apa yang disampaikan oleh pembicara.

PenutupanBerdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa fonetik artikulatoris sangat berhubungan erat dalam pembentukan bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia agar dapat diterima oleh alat pendengaran manusia, yaitu gendang telinga. Sehingga, bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap tersebut menghasilkan gelombang-gelombang suara yang diterima dengan mudah oleh gendang telinga. Namun, harus didasari dengan bahasa yang dimiliki kedua orang tersebut sama agar dapat memberikan respon terhadap lawan bicara. Hubungan antara fonetik artikulatoris, fonetik akustis, dan fonetik auditoris terletak pada alat-alat ucap manusia yang berupa bibir, lidah, dan gigi dalam menghasilkan bunyi yang dibantu oleh pernapasan dan pita suara untuk memberikan suatu bunyi dan tinggi rendahnya frekuensi suara atau bunyi. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan dalam mengucapkan suatu perkataan atau ujaran, terutama dalam pengucapan bunyi vokal dan konsonan yang mempunyai perbedaan dalam cara pengucapannya. Bentuk dan ciri-ciri bibir dapat membedakan kualitas vokal seseorang, seperti bibir yang berbentuk bulat atau terentang. Sedangkan dalam konsonan terdapat daerah artikulasi dan cara artikulasi yang berbeda dengan pengucapan bunyi vokal. Sehingga, dalam pengucapan bunyi konsonan terjadi gesekan dari alat ucap tersebut.

Daftar Acuan

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaRobins, R.H. 1992. Linguistik Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: KanisiusVerhaar, J.W.M. 2006. Azas-azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.