abstrak analisis faktor-faktor yang...

30
1 ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA NAMA : TIARA GIANINA NPM : 0851031059 NO TELPON : 085211119170 EMAIL : [email protected] PEMBIMBING I : Dr. EINDE EVANA, S.E., M.Si., Akt. PEMBIMBING II : RETNO YUNI NUR S, S.E.,M.Sc.,Akt Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti empiris apakah risiko bisnis (business risk), profitabilitas, dan ukuran perusahaan (firm size) mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Kebijakan hutang perusahaan merupakan variabel dependen yang diproksikan dengan debt to asset ratio (DAR). Risiko bisnis (business risk), profitabilitas, dan ukuran perusahaan (firm size) merupakan variabel independen. Risiko bisnis diproksikan dengan business risk (RISK), profitabilitas diproksikan dengan return on asset (ROA), ukuran perusahaan diproksikan dengan (SIZE). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan automotive and allied product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif. Sampel yang diperoleh 17 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) risiko bisnis (business risk) tidak signifikan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan, (2) profitabilitas secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan, (3) ukuran perusahaan (firm size) tidak signifikan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kata kunci: business risk, profitabilitas, firm size dan (DAR).

Upload: dinhkiet

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

1

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

NAMA : TIARA GIANINA

NPM : 0851031059

NO TELPON : 085211119170

EMAIL : [email protected]

PEMBIMBING I : Dr. EINDE EVANA, S.E., M.Si., Akt.

PEMBIMBING II : RETNO YUNI NUR S, S.E.,M.Sc.,Akt

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti empiris apakah

risiko bisnis (business risk), profitabilitas, dan ukuran perusahaan (firm size)

mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Kebijakan hutang perusahaan

merupakan variabel dependen yang diproksikan dengan debt to asset ratio (DAR).

Risiko bisnis (business risk), profitabilitas, dan ukuran perusahaan (firm size)

merupakan variabel independen. Risiko bisnis diproksikan dengan business risk

(RISK), profitabilitas diproksikan dengan return on asset (ROA), ukuran

perusahaan diproksikan dengan (SIZE).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan automotive and

allied product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011.

Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada purposive sampling dengan tujuan

untuk mendapatkan sampel yang representatif. Sampel yang diperoleh 17

perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) risiko bisnis (business risk) tidak

signifikan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan, (2)

profitabilitas secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

perusahaan, (3) ukuran perusahaan (firm size) tidak signifikan berpengaruh positif

terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Kata kunci: business risk, profitabilitas, firm size dan (DAR).

Page 2: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak

menentu dikarenakan kondisi ekonomi global cenderung tidak stabil. Apalagi

dengan adanya krisis ekonomi yang dampaknya sampai saat ini masih belum

berakhir, tentu saja sangat menghambat perkembangan dunia usaha. Perusahaan

menjadi kesulitan untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam upaya

pencapaian kemakmuran pemilik atau para pemegang saham yaitu dengan cara

memaksimumkan nilai perusahaan. Hal ini menggambarkan betapa ketatnya

persaingan dunia bisnis di era globalisasi saat ini yang dalam hal ini menuntut

perusahaan untuk berproduksi secara efesien agar memiliki daya saing

dibandingkan perusahaan lainnya.

Agar bisa bertahan dan terus berkembang, perusahaan harus pandai mengelola

fungsi manajemen keuangan perusahaan. Ini dikarenakan pengelolaan keuangan

perusahaan berpengaruh dalam operasi dan perkembangan perusahaan di masa

yang akan datang. Dalam mengelola fungsi keuangan, unsur yang perlu

diperhatikan adalah penentuan sumber pendanaan yang akan digunakan

perusahaan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya. Hal ini berkaitan

dengan berbagai pilihan kebijakan financial yang dihadapi perusahaan dalam

menentukan kebijakan hutangnya.

Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana

internal dan sumber dana eksternal. Sumber dana perusahaan yang berasal dari

internal berasal dari laba ditahan. Sedangkan dana yang diperoleh dari sumber

eksternal berasal dari para kreditur dan pemilik (investor). Menurut Myers dan

Majluf (1984) dalam Aristasari (2006), perusahaan mempunyai kecenderungan

untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu dengan internal equity

dahulu. Apabila internal equity dianggap tidak mencukupi baru menggunakan

external finance. Penggunaan external finance sendiri pertama-tama

Page 3: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

3

menggunakan hutang (debt financing), apabila hutang tidak mencukupi baru

kemudian perusahaan menggunakan external equity financing yaitu dengan

menerbitkan saham.

Pemenuhan kebutuhan dana dari sumber dana eksternal berarti menambah jumlah

hutang perusahaan yang sekaligus akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan

untuk membayar pada waktu yang akan datang yaitu pokok hutang ditambah

bunga. Salah satu pertimbangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dana adalah

keinginan dari pemilik modal sendiri (pemegang saham) untuk dapat tetap

menguasai perusahaannya atau mempertahankan kontrol terhadap perusahaannya.

Memenuhi kebutuhan dana dengan hutang tidak akan mengurangi kekuasaan

pemegang saham, sementara kalau pemenuhan kebutuhan dana melalui penerbitan

saham baru akan mempengaruhi perimbangan kekuasaan pemegang saham lama

terhadap perusahaan (Sembiring, 2008 dalam Amendhi, 2011).

Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber

dari eksternal. Sebagian perusahaan menganggap bahwa penggunaan hutang

dirasa lebih aman daripada menerbitkan saham baru. Babu dan Jain (1998) dalam

Muliyanti (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa

perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada saham baru yaitu

adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga, biaya transaksi pengeluaran hutang

lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham baru, lebih mudah mendapatkan

pendanaan hutang daripada pendanaan saham dan kontrol manajemen lebih besar

adanya hutang baru daripada saham baru.

Mogdiliani dan Miller (1963) dalam Muliyanti (2010) mengatakan bahwa

semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi nilai perusahaan. Hal ini

berkaitan dengan adanya keuntungan dari pengurangan pajak karena adanya

bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang tersebut mengurangi

penghasilan yang terkena pajak. Di dalam signaling theory dikatakan bahwa

apabila manajer memiliki keyakinan atas prospek perusahaan yang baik di masa

depan maka penggunaan hutang merupakan sinyal positif yang disampaikan

manajer ke pasar. Perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai

perusahaan yang yakin dengan prospeknya di masa depan karena penambahan

Page 4: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

4

hutang menyebabkan keterbatasan arus kas dan meningkatnya biaya-biaya beban

keuangan. Dengan kata lain, penambahan penggunaan hutang merupakan sinyal

yang diberikan perusahaan atas kemampuannya memenuhi kewajiban di masa

mendatang.

Menurut Mamduh (2004) terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh

terhadap kebijakan hutang yaitu non-debt tax shield, struktur aset, profitabilitas,

risiko bisnis, ukuran perusahaan, dan kondisi internal perusahaan.

Risiko bisnis merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan tentang

kebijakan hutang yang akan diambil perusahaan. Pada dasarnya semakin tinggi

tingkat ketidakpastian maka semakin tinggi pula risikonya. Risiko didefinisikan

sebagai kemungkinan variabilitas penghasilan yang diharapkan yang dalam

konteks statistik, variabilitas diukur dengan simpangan baku (standard deviation).

Dengan demikian, risiko bisnis ini berkaitan dengan ketidakpastian yang melekat

dalam proyeksi tingkat pengembalian aset masa depan (Brigham dan Houston,

2001). Perusahaan yang menghadapi risiko bisnis tinggi sebagai akibat dari

kegiatan operasinya akan menghindari untuk menggunakan hutang yang tinggi

dalam mendanai asetnya. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak akan

meningkatkan risiko yang berkaitan dengan kesulitan dalam pengembalian

hutangnya (Mamduh, 2004).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Junaidi (2006) dalam Yeniatie dan

Destriana (2010), hubungan antara risiko bisnis dan hutang berlawanan arah.

Risiko bisnis memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung akan menghindari

penggunaan hutang dalam mendanai perusahaan karena dengan menggunakan

hutang, risiko likuiditas (kebangkrutan) perusahaan akan semakin meningkat.

Hasil penelitian-penelitian tentang risiko bisnis dengan kebijakan hutang masih

menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh

Mutamimah (2003) serta Lopez dan Francisco (2008) menunjukkan bahwa risiko

bisnis tidak signifikan berpengaruh terhadap kebijakan penggunaan hutang.

Sementara penelitian Fidyati (2003) menunjukkan hasil bahwa risiko bisnis

Page 5: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

5

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang (Muliyanti, 2010). Sejalan

dengan hasil tersebut, hasil penelitian yang dilakukan Junaidi (2006) dalam

Yeniatie dan Destriana (2010) menyatakan bahwa hubungan antara risiko bisnis

dan hutang berlawanan arah. Risiko bisnis memiliki pengaruh negatif terhadap

kebijakan hutang perusahaan.

Profitabilitas mendeskripsikan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba

dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba tersebut erat hubungannya dengan penjualan, total aset maupun

modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Brigham dan Houston (2001)

mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas

investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian

(profitabilitas) yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar

kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Dalam

penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas diproksikan dengan return on

asset ratio (ROA) yaitu membandingkan laba setelah pajak dengan total aset.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Masdupi (2005) menyatakan bahwa terdapat

pengaruh negatif antara profitabilitas perusahaan dengan kebijakan hutang

perusahaan. Hasil penelitian ini juga didukung Harjanti dan Tandelilin (2007)

dikatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan

hutang perusahaan.

Hasil penelitian tentang profitabilitas dengan kebijakan hutang juga masih

menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil penelitian Yeniatie dan Destriana

(2010) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan

hutang perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin (2007) dan penelitian Faisal (2000).

Namun hasil yang berbeda diperoleh Aristasari (2006) dan Amendhi (2011) yang

menyimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Dalam penelitian Aristasari (2006) dikatakan bahwa hal tersebut menunjukkan

jika perusahaan mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi maka perusahaan

tersebut tidak cenderung menggunakan hutang dalam jumlah yang besar.

Page 6: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

6

Pertimbangan akan kebijakan hutang yang akan diambil perusahaan juga

berkaitan dengan ukuran sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan

besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aset atau total

penjualan bersih. Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi

rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu

perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran

perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh

perusahaan. Menurut Homaifar dan Zietz et.al (1994) dalam Muliyanti (2010),

ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan perusahaan

dalam menentukan kebijakan hutangnya. Perusahaan besar memiliki keuntungan

aktivitas serta lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil

sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari

perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan

semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar,

dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman karena

semakin dipercaya oleh kreditur. Oleh karena itu, semakin besar ukuran

perusahaan, aset yang didanai dengan hutang akan semakin besar pula. Lebih

lanjut, penelitian yang dilakukan Pithaloka (2006) menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat penggunaan hutang perusahaan.

Hasil penelitian mengenai ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang juga

menunjukkan hasil yang belum konsisten. Penelitian yang dilakukan Homaifar

dan Zietz et.al, (1994); Lopez dan Francisco (2008) menunjukkan hasil yang

seragam, dalam hal ini ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan

terhadap kebijakan hutang perusahaan. Penelitian yang dilakukan di Indonesia

oleh Euis dan Taswan (2002); Santika dan Kusuma (2002); Fidyati (2003); serta

Sujoko dan Soebiantoro (2007) juga memberikan hasil yang serupa. Namun,

penelitian yang dilakukan oleh Ozkan (2001) menunjukkan hasil yang berbeda

yaitu ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan

hutang perusahaan. Penelitian Bhaduri (2002) dan Mutamimah (2003) juga

menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara ukuran perusahaan dengan

kebijakan hutang perusahaan. Sedangkan penelitian Ramlall (2009) bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.

Page 7: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

7

Penjelasan dan hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pemahaman

pihak manajemen terhadap pertimbangan pengambilan keputusan kebijakan

hutang sangat penting. Dengan mengetahui faktor-faktor penentu kebijakan

hutang, diharapkan pihak manajemen perusahaan dapat menentukan bagaimana

seharusnya pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu

mencapai keuntungan yang optimal. Dengan demikian tujuan pihak manajemen

perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (pemilik)

dapat tercapai sehingga keberlangsungan usaha (going concern) perusahaan dapat

diwujudkan.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang

dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:

Apakah risiko bisnis (business risk) mempengaruhi kebijakan hutang

perusahaan?

1. Apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan?

2. Apakah ukuran perusahaaan (size) mempengaruhi kebijakan hutang

perusahaan?

1.3. Batasan Masalah Penelitian

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang

lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai

berikut:

1. Jenis industri yang diteliti adalah Automotive and Allied Product yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

2. Variabel yang mempengaruhi kebijakan hutang yang digunakan dalam

penelitian ini adalah risiko bisnis, profitabilitas, dan ukuran perusahaan.

Page 8: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

8

3. Kebijakan Hutang dalam penelitian ini diukur menggunakan debt to assets

ratio (DAR) yaitu dengan membagi total hutang dengan total aset. Rasio

ini menunjukkan seberapa besar aset yang dibiayai dengan hutang

perusahaan.

1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menyediakan bukti empiris apakah risiko bisnis (business risk)

mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan.

2. Untuk menyediakan bukti empiris apakah profitabilitas mempengaruhi

kebijakan hutang perusahaan.

3. Untuk menyediakan bukti empiris apakah ukuran perusahaaan (size)

mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam memahami, menambah dan

mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari.

2. Bagi para investor, pemegang saham, dan pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap perusahaan diharapkan informasi yang berhasil

dikumpulkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi.

3. Bagi perusahaan, untuk memberikan masukan dalam hal perusahaan

melakukan kebijakan hutang, serta gambaran bahwa perubahan kinerja

yang terjadi senantiasa dipantau oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

4. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pasar modal Indonesia,

hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

meningkatkan perannya dalam memenuhi kebutuhan pihak pemakai

informasi.

Page 9: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Hutang

Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal yang dalam hal ini

kebijakan hutang termasuk sebagai kebijakan pendanaan perusahaan yang

bersumber dari eksternal. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh

pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan

sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.

Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai alat monitoring

terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan.

Menurut Mamduh (2004) terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh

terhadap kebijakan hutang, antara lain:

1. NDT (Non-Debt Tax Shield)

Manfaat dari penggunaan hutang adalah bunga hutang yang dapat

digunakan untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi

pajak, perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan

dana pensiun. Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak

perlu menggunakan hutang yang tinggi.

2. Struktur Aset

Besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya

penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah

besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aset tersebut

dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.

3. Profitabilitas

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya

akan menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi

sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.

4. Risiko Bisnis

Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan

hutang yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.

Page 10: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

10

5. Ukuran Perusahaan

Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan

risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih mudah

dalam mendapatkan pendanaan eksternal.

6. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang

dalam suatu perusahaan.

Di samping itu, keputusan pendanaan melalui hutang mempunyai batasan sampai

seberapa besar dana yang akan dipinjam perusahaan. Biasanya ada standar rasio

tertentu untuk menentukan rasio hutang tertentu yang tidak boleh dilampaui. Jika

rasio hutang melewati standar ini, maka biaya akan meningkat dengan cepat, dan

hal tersebut akan mempengaruhi stuktur modal perusahaan. Perusahaan yang

menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan beban bunga dan

pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan

perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban

pembayaran hutang pada waktunya akibat kewajiban yang semakin besar

(Pithaloka, 2009).

2.2. Teori Kebijakan Hutang

2.2.1. Trade off Theory

Teori ini mengarah pada kondisi di mana perusahaan akan menyeimbangkan

manfaat dari pendanaan dengan hutang (perlakuan pajak yang menguntungkan)

dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi.

Pada teori ini juga dijelaskan bahwa sebelum mencapai suatu titik maksimum,

hutang akan lebih murah daripada penjualan saham karena adanya tax shield.

Implikasinya adalah semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai

perusahaan (Mutamimah, 2003). Namun, setelah mencapai titik maksimum,

penggunaan hutang oleh perusahaan menjadi tidak menarik, karena perusahaan

harus menanggung biaya keagenan, kebangkrutan serta biaya bunga yang

menyebabkan nilai saham turun (Hermendito Kaaro, 2001 dalam Muliyanti,

2010).

Page 11: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

11

2.2.2. Pecking Order Theory

Pecking Order Theory yang pertama kali ditemukan oleh Myers dan Majluf

(1984) mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang

berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana internal

lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari

eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan

adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir

adalah penerbitan ekuitas baru (Myers dan Majluf, 1984 dalam Susetyo, 2006).

Teori ini menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan yang dalam hal ini para

manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan

penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Mamduh, 2004). Penggunaan hutang

lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah

dibandingkan dengan biaya penerbitan saham.

2.2.3. Signaling Theory

Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang

memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang

prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan

mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan

cara-cara lain seperti dengan menggunakan hutang. Perusahaan dengan prospek

yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya (Brigham

dan Houston, 2001).

Menurut Brigham dan Houston (2001), pengumuman emisi saham oleh suatu

perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen

memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan

menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga

sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan

isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek

perusahaan cerah.

Page 12: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

12

2.3. Pengembangan Hipotesis

Risiko bisnis menggambarkan adanya ketidakpastian atas proyeksi pendapatan di

masa mendatang jika perusahaan menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko

bisnis, maka probabilitas terjadinya financial distress juga semakin tinggi. Ini

dikarenakan earning yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang

juga tidak menentu. Dan jika ternyata perusahaan rugi atau arus kas yang masuk

tidak mencukupi untuk membayar beban bunga, maka perusahaan dapat bangkrut.

Hal ini akan menyebabkan tingkat penggunaan utang yang optimum semakin

rendah, sehingga perusahaan seharusnya menggunakan lebih sedikit utang

(Krishnan dan Myers,1996).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyanti (2010) mengemukakan bahwa

semakin tinggi risiko yang dihadapi maka perusahaan akan cenderung untuk

menggunakan hutang yang sedikit. Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap

kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian Fidyati (2003)

menunjukkan hasil bahwa risiko bisnis juga berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang (Muliyanti, 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut:

Ha1: Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan

Profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Berdasarkan pecking

order theory, pilihan pertama dalam pendanaan adalah dengan menggunakan laba

ditahan, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Oleh karena itu

terdapat hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan hutang

(Masdupi, 2005 dalam Yeniatie dan Destriana, 2010).

Semakin tinggi tingkat profitabilitas sebuah perusahaan maka akan semakin kecil

penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena

perusahaan cenderung menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba

ditahan terlebih dahulu. Namun jika kebutuhan dana belum tercukupi, perusahaan

baru menggunakan hutang.

Page 13: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

13

Hasil penelitian Yeniatie dan Destriana (2010) menunjukkan bahwa profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini konsisten

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin (2007)

dan penelitian Faisal (2000).

Hasil ini didukung oleh Amendhi (2011) yang menyimpulkan bahwa profitabilitas

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Dikatakannya

bahwa perusahaan dengan profit tinggi akan mudah mendapatkan pinjaman, sebab

kreditor menilai perusahaan tersebut akan mampu melunasi hutang sesuai tempo

apabila melihat profit (keuntungan) perusahaan yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut:

Ha2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan

Semakin besarnya ukuran perusahaan maka kebutuhan akan dana juga akan

semakin besar yang salah satunya dapat berasal dari pendanaan eksternal yaitu

hutang. Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh

publik dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang

perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin

besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam

mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian

perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya

oleh kreditur (Muliyanti, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan Homaifar dan Zietz et al (1994), Lopez dan

Francisco (2008) menunjukkan hasil yang seragam yang dalam hal ini ukuran

perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat hutang

perusahaan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang ada di Indonesia

yaitu penelitian Euis dan Taswan (2002), Nisa Fidyati (2003), Santika dan

Kusuma (2002) serta Muliyanti (2010).

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut:

Ha3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang

perusahaan

Page 14: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011. Pemilihan sampel penelitian didasarkan

pada purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang

representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun sampel yang

dipilih dalam penelitian ini dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Seluruh perusahaan manufaktur yang bergerak pada sektor Automotive and

Allied Product yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011.

2. Perusahaan menyediakan kepada publik laporan keuangan auditan secara

konsisten dan lengkap dari tahun 2007-2011.

3. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember.

Alasan pemilihan sampel perusahaan yang bergerak pada sektor Automotive and

Allied Product karena pada sektor ini umumnya perusahaan mempunyai rasio

hutang yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa nilai dana yang dikucurkan untuk

kelompok industri ini sangat besar. Oleh karena itu, pihak-pihak pemberi hutang

(debtholders) berhak memperoleh informasi penting terutama yang menyangkut

dengan kinerja perusahaan yang terkait dengan pengelolaan dananya. Selain itu,

pada sektor ini umumnya perusahaan membutuhkan modal kerja yang besar dan

nilai total aset perusahaan-perusahaan tersebut umumnya di atas 100 Milyar

(Yudhira, 2008).

3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Tabel 3.1

Proses Pengambilan Sampel

Keterangan Jumlah

Seluruh perusahaan manufaktur yang bergerak pada

sektor Automotive and Allied Product yang terdaftar di

BEI pada tahun 2007-2011

17

Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan -

Page 15: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

15

keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari

tahun 2007-2011

Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap

31 Desember -

Jumlah sampel akhir 17

Pada Table 3.1 proses pengambilan sampel, dapat dilihat bahwa dari tahun 2007

sampai 2011 terdapat 17 perusahaan manufaktur yang bergerak pada sektor

Automotive and Allied Product yang terdaftar di BEI. Dari keseluruhan jumlah

sampel penelitian, seluruh perusahaan (100 %) memenuhi kriteria sampel yang

telah ditetapkan.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data

sekunder. Jenis data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat melalui

pihak lain). Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip yang telah dipublikasikan dan tidak

dipublikasikan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan

keuangan tahunan perusahaan sampel yang diperoleh dari:

1. Indonesian Capital Market Directory (ICMD), untuk mendapatkan data

laporan keuangan tahunan perusahaan industri manufaktur yang bergerak

pada sektor Automotive and Allied Product dari tahun 2007-2011.

2. Website BEI (www.idx.co.id) , untuk mendapatkan data laporan keuangan

tahunan perusahaan sampel dari tahun 2007-2011. Data ini diperoleh dari

homepage IDX, untuk mendapatkan soft copy laporan keuangan dan

annual report yang didapat dari menu issuer, financial report.

3.4. Model Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya

sebagai dasar yang digunakan untuk merumuskan hipotesis berikut ini

digambarkan model penelitian yang tersaji dalam gambar dibawah ini

Page 16: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

16

(-)

(-)

(+)

3.5. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel

dependen adalah kebijakan hutang yang diproksikan dengan debt to asset

ratio (DAR) dengan membagi total hutang dengan total aset yang

menunjukkan seberapa besar aset yang dibiayai dengan hutang

perusahaan. Pemilihan proksi ini merujuk pada penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Saumitra (2002) dan Muliyanti (2010).

Debt to Asset Ratio (DAR) =

Menurut Brigham dan Houston (2001), rasio leverage dapat diukur dari

total utang (debt to asset ratio) yang dalam hal ini menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk membayar bunga (times interest earned)

dan kemampuan melunasi kewajiban (principal). Total utang mencakup,

baik utang lancar maupun utang jangka panjang. Kreditur lebih menyukai

rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin

besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi.

Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih

besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

Gambar 1. Model Penelitian

TotalUtang

Total Aset

Profitabilitas

Business Risk

Ukuran Perusahaan

Kebijakan Utang

Page 17: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

17

b. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang menjadi

sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Dalam Penelitian

ini terdapat 3 variabel independen yang digunakan:

1. Risiko Bisnis (Business Risk)

Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam

menjalankan kegiatan bisnisnya. Suatu perusahaan dikatakan memiliki

risiko bisnis yang tinggi apabila perusahaan tersebut memiliki volatilitas

pendapatan yang tinggi sehingga mempunyai probabilitas kebangkrutan

yang tinggi.

Risiko bisnis pada penelitian ini diproksikan dengan volatility seperti

pada penelitian yang dilakukan oleh Titman dan Wessel (1988). Lebih

lanjut Titman dan Wessel (1988) menyatakan bahwa banyak penulis

yang telah mengusulkan bahwa tingkat optimal hutang perusahaan

adalah sebuah fungsi penurunan dari volatilitas pendapatan. Mereka

hanya dapat memasukkan satu indikator volatilitas yang tidak secara

langsung berpengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang perusahaan.

Volatility diukur mengunakan deviasi standar dari persentase perubahan

operating income (OI) (Titman dan Wessel, 1988). Deviasi standar (σ)

merupakan ukuran dispersi (penyebaran) dan merupakan ukuran secara

statistik dari risiko yang dalam hal ini semakin besar nilai deviasi

standar maka semakin besar risikonya (Imam, 2007 dalam Muliyanti,

2010).

Proksi ini diukur selama 4 tahun terakhir mulai periode (t-3) hingga

periode (t). Risiko Bisnis (RISK) diformulasikan sebagai berikut:

RISK = standard deviation (OIt – OIt-1/OIt-1)

Page 18: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

18

2. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

atau dengan kata lain tingkat keuntungan bersih yang mampu dihasilkan

perusahaan dalam menjalankan operasinya. Proksi profitabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA).

ROA =

3. Ukuran Perusahaan

Variabel ini menunjukkan berapa asset atau kekayaan. Ukuran

perusahaan menjadi salah satu variabel yang dianggap dapat

mempengaruhi keputusan perusahaan dalam memilih bentuk pendanaan.

Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aset,

penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolok ukur

yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran total

penjualan (sales) dari perusahaan tersebut. Perusahaan dengan ukuran

yang besar mempunyai risiko kebangkrutan yang lebih kecil

dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil

(Amendhi, 2011).

Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan (Firm

Size) mengacu pada penelitian Ozkan (2001) dan Muliyanti (2010) yaitu

diproksikan dengan nilai logaritma natural dari penjualan (Ln Sales).

SIZE = Ln Sales

3.6. Alat Analisis Data

Data diolah menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression)

dengan menggunakan SPSS 17. Sebelum dilakukan regresi, variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik

yang terdiri dari uji normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, dan

autokorelasi.

Laba Bersih

Total Aset

Page 19: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

19

Analisis regresi dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel

independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

DAR = α + β1 RISK + β2 ROA + β3 SIZE + e

Keterangan:

DAR : Debt to Asset Ratio merupakan proksi dari Kebijakan

Hutang

α : intercept atau koefisien konstanta

β1; β2; β3 : koefisien regresi variabel RISK, ROA, dan SIZE

RISK : Business Risk merupakan proksi dari Risiko Bisnis

ROA : Return on Asset merupakan proksi dari Profitabilitas

SIZE : Firm Size merupakan proksi dari Ukuran Perusahaan

e : error

3.6.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk

melihat apakah data terbebas dari masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas,

dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan

estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier

Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung

masalah.

Dalam menggunakan model peramalan, ada beberapa asumsi yang mendasari

model peramalan tersebut, antara lain:

1. Uji Asumsi Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi

yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Seperti diketahui

bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid

untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Page 20: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

20

Dalam hal ini uji grafik yaitu dengan melihat grafik histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati

distribusi normal. Pengujian asumsi ini dilakukan melalui pengamatan

terhadap Normal Probability Plot of Regression Standardize Residual. Uji

normalitas dengan grafik dapat menyesatkan. Oleh sebab itu dianjurkan

dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat

nilai kurtosis dan skweness dari residual dan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam penelitian ini yang digunakan dalam

pengujian normalitas residual adalah menggunakan uji statistik non-

parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk melihat

apakah ada kolinearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat dari variance

inflation factor multikolinearitas (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah

10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearita,

yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel-variabel bebas, dan

angka tolerance mempunyai angka >0,10, maka variabel tersebut tidak

mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas . Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang

tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Pemeriksaan gejala

heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar (scatterplot).

Dengan ketentuan jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu

yang teratur maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas, jika

Page 21: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

21

diagram pencar tidak membentuk pola tertentu atau acak maka regresi tidak

mengalami gangguan heteroskedastisitas. Selain menggunakan diagram

pencar, dilakukan pula Uji Glejser untuk melihat apakah regresi mengalami

gangguan heteroskedastisitas.

Uji Glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolute residual terhadap

variabel independen, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut (Gujarati

dalam Muliyanti, 2010):

[Ut] = βXi +vi

Xi : variabel independen yang diperkirakan mempunyai hubungan erat

dengan variance (δi2)

vi : unsur kesalahan

Setelah mengabsolutkan nilai residual, kemudian meregresikannya (AbsUt)

sebagai variabel dependen dan variabel lain sebagai variabel independen

sehingga persamaan regresi menjadi :

AbsUt = b1 RISK + b2 ROA + b3 TA + b4 SIZE

Model regresi dikatakan bebas dari gangguan heteroskedastisitas jika variabel-

variabel independen di atas menunjukkan nilai yang tidak signifikan (α = 5%).

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan problem

autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu

model regresi, dapat digunakan uji Durbin Watson (Uji DW). Uji Durbin

Watson (DW test) digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan

mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada

variabel lag diantara variabel independen.

Page 22: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

22

3.6.2. Pengujian Hipotesis

Dalam melakukan uji hipotesis, yang dilakukan adalah menghitung besarnya

masing-masing variabel independen dari setiap perusahaan. Setelah data variabel

dependen dan independen tersedia, dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat

apakah data layak untuk regresi. Untuk memutuskan apakah hipotesis diterima

atau tidak, maka digunakan uji t dan uji F.

a. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independent

terhadap variabel dependent. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t pada tingkat

keyakinan 95% dengan ketentuan sebagai berikut:

apabila p-value > 0,05, maka Ha ditolak

Artinya secara individual variabel independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

apabila p-value < 0,05, maka Ha diterima

Artinya secara individual masing- masing variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independen (RISK, ROA, TA,

dan SIZE) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen (DAR). Atau untuk mengetahui apakah model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak.

Jika nilai signifikan (α) di atas 5% berarti secara bersama-sama variabel

independent tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Jika nilai

signifikan (α) kurang dari 5% berarti secara bersama-sama variabel dependen

mempunyai pengaruh terhadap variabel independen. Analisis ini juga bisa

dilihat dengan membandingkan antara F tabel dengan F hitung . Jika F tabel >

F hitung maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika F hitung > F tabel maka

Ha diterima dan Ho ditolak (Amendhi, 2011).

(sumber: Amendhi, 2011)

Page 23: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

23

BAB IV PEMBAHASAN

Simpulan Pengujian Hipotesis

Hipotesis Uraian Nilai

Signifikansi Simpulan

Ha1 Risiko bisnis berpengaruh negatif

terhadap kebijakan hutang perusahaan 0.817

Ha1 tidak

terdukung

Ha2 Profitabilitas berpengaruh negatif

terhadap kebijakan hutang perusahaan 0.000

Ha2

terdukung

Ha3 Ukuran perusahaan berpengaruh positif

terhadap kebijakan hutang perusahaan 0.089

Ha3 tidak

terdukung

Sumber: data olahan

4.2.2. Pengujian Hipotesis Pertama

Ha1: Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

perusahaan.

Hipotesis 1 bertujuan untuk mengetahui apakah risiko bisnis (business risk)

mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Pada tabel 4.9. model regresi dapat

dilihat bahwa risiko bisnis (RISK) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,817.

Berdasarkan hasil uji t tersebut, karena tingkat signifikansinya lebih dari tingkat

signifikansi yang ditentukan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha1 yang

menyatakan risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

perusahaan ditolak. Jadi, penelitian ini tidak berhasil mengindikasikan bahwa

risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Risiko bisnis merupakan konsep yang sulit dipahami, dan terdapat banyak sekali

kontroversi pada seputar usaha untuk mendefinisikan dan mengukurnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa risiko bisnis memiliki arah

yang berlawanan dengan kebijakan hutang perusahaan. Hal ini berarti bahwa jika

terjadi peningkatan risiko bisnis akan diikuti dengan penurunan nilai keputusan

Page 24: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

24

perusahaan dalam memilih sumber pendanaannya melalui hutang atau sebaliknya.

Namun kondisi ini tidak terjadi signifikan karena risiko bisnis perusahaan

merupakan suatu keadaan yang sulit untuk diukur dan ditentukan secara pasti.

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010) mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa risiko bisnis

tidak mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini juga didukung oleh

hasil penelitian Mutamimah (2003) serta Lopez dan Francisco (2008) yang dalam

hal ini hasil penelitian keduanya menunjukkan bahwa risiko bisnis tidak

signifikan berpengaruh terhadap kebijakan penggunaan hutang.

4.2.3. Pengujian Hipotesis Kedua

Ha2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

perusahaan.

Hipotesis 2 bertujuan untuk mengetahui apakah profitabilitas mempengaruhi

kebijakan hutang perusahaan. Pada tabel 4.9. model regresi bisa dilihat bahwa

profitabilitas (ROA) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan

hasil uji t tersebut, karena tingkat signifikansinya kurang dari tingkat signifikansi

yang ditentukan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha2 yang menyatakan

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan diterima.

Jadi, penelitian ini berhasil mengindikasikan bahwa profitabilitas berpengaruh

negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Keputusan perusahaan dalam memilih pendanaannya melalui hutang akan

semakin rendah apabila tingkat profitabilitas perusahaan semakin tinggi.

Perusahaan akan lebih cenderung menggunakan laba ditahan dalam menyediakan

dana untuk kegiatan operasinya. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang

menyatakan bahwa dalam kegiatan pendanaan perusahaan akan menggunakan

dana internal yang berasal dari laba ditahan terlebih dahulu baru kemudian

menggunakan dana eksternal (hutang dan ekuitas). Brigham dan Houston (2001)

mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas

Page 25: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

25

investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian

(profitabilitas) yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar

kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie

dan Destriana (2010) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif

terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini konsisten juga konsisten dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin (2007) dan

penelitian Faisal (2000).

4.2.4. Pengujian Hipotesis Ketiga

Ha3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan

hutang perusahaan.

Hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran perusahaaan (size)

mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Pada tabel 4.9. model regresi bisa

dilihat bahwa ukuran perusahaan (SIZE) mempunyai nilai signifikansi sebesar

0,089. Berdasarkan hasil uji t tersebut, karena tingkat signifikansinya lebih dari

tingkat signifikansi yang ditentukan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha3

yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan

hutang perusahaan ditolak. Jadi, penelitian ini tidak berhasil mengindikasikan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang

perusahaan.

Semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam

mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian

perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya

oleh kreditur. Namun kondisi ini belum tentu digunakan perusahaan besar untuk

meningkatkan penggunaan hutang sebagai sumber pendanaannya. Ukuran

perusahaan yang besar mencerminkan tingginya aktivitas operasi suatu

perusahaan yang berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

akan besar pula. Kondisi ini tentunya akan memberikan keleluasaan bagi

perusahaan besar untuk menggunakan pendanaan dari internal yaitu laba ditahan.

Page 26: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

26

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh

risiko bisnis (business risk), profitabilitas, dan ukuran perusahaan (firm size)

terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh beberapa simpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis pertama, penelitian ini

menyimpulkan bahwa risiko bisnis (business risk) tidak signifikan

berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal ini

dikarenakan pada tahun 2008 terjadi krisi ekonomi global yang membuat

perusahaan-perusahaan mengalami tingkat risiko bisnis yang tinggi, agar

bisa bertahan dan terus berkembang maka perusahaan harus tetap

berproduksi secara efisien sehingga mereka tetap menggunakan sumber

pendanaa eksternal yaitu hutang.

2. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis kedua, penelitian ini

menyimpulkan bahwa profitabilita secara signifikan berpengaruh negatif

terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini dikarenakan keputusan

perusahaan dalam memilih pendanaannya melalui hutang akan semakin

rendah apabila tingkat profitabilitas perusahaan semakin tinggi.

Perusahaan akan lebih cenderung menggunakan laba ditahan dalam

menyediakan dana untuk kegiatan operasinya.

3. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga, penelitian ini

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan (firm size) tidak signifikan

berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini

dikarenakan ukuran perusahaan yang besar mencerminkan tingginya

aktivitas operasi suatu perusahaan yang berarti kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan akan besar pula. Kondisi ini tentunya

Page 27: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

27

akan memberikan keleluasaan bagi perusahaan besar untuk menggunakan

pendanaan dari internal yaitu laba ditahan daripada menggunakan hutang.

5.2. Keterbatasan

Terdapat beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:

1. Pemilihan sampel penelitian ini hanya menggunakan perusahaan

manufaktur yang bergerak pada sektor Automotive and Allied Product saja

sehingga belum dapat digunakan untuk menggeneralisasi hasil penelitian

untuk sektor selain sektor tersebut.

2. Untuk variabel yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan hanya

menggunakan 3 variabel, yaitu risiko bisnis, profitabilitas,dan ukuran

perusahaan. Padahal masih banyak variabel yang dapat digunakan dan

mempengaruhi kebijakan hutang, dan dimana hal ini akan digunakan

sebagai alat pengambilan keputusan bagi investor and kreditur.

5.3. Saran

Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan sebaiknya mempertimbangkan

beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih baik dan lebih

akurat, yaitu:

1. Penelitian selanjutnya hendaknya memperluas penelitian dengan cara

memperpanjang periode penelitian dengan menambah tahun amatan dan

juga memperbanyak jumlah sampel untuk penelitian yang akan datang.

2. Variabel-variabel yang diteliti untuk penelitian selanjutnya diharapkan

lebih bervariasi lagi sehingga lebih membantu para pemakai laporan

keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Beberapa variabel tersebut

misalnya NDT (Non-Debt Tax Shield) dan struktur aset.

Page 28: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

28

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto dan Wibowo, B.2007. Pengujian Teori Pecking Order Pada Perusahaan-

Perusahaan Non Keuangan LQ45 Periode 2001-2005. Manajemen

Usahawan Indonesia, Vol. 12, Hal. 45-53.

Amendhi, Suci. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang (pendekatan Pecking Order

Theory). Skripsi. Universitas Lampung.

Aristasari, Gina. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan

Leverage Perusahaan. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Bhaduri, Saumitra.2002. Determinants of Corporate Borrowing: Some Evidence

from the Indian Corporate Structure. Journal of Economics and Finance.

Summer, Vol. 2, No. 2, pp.200-215.

Brigham, Eugene F. and Houston. 2007. Manajemen Keuangan, Edisi 11.

Erlangga: Jakarta.

Euis dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan

Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan

Ekonomi.

Fidyati, Nisa. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang

Perusahaan. Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi, Vol. 1, No.1, Hal.

17-34.

Harjanti, Tri, Theresia dan Eduardus, Tandelilin. 2007. Pengaruh Firm Size,

Tangible Assets, Growth, Oportunity, Profitability, dan Business Risk pada

Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di BEJ.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1, No. 1, Maret, Hal. 1-10.

Homaifar G and Zietz et.al. 1994. An Empirical Model of Capital Structure:Some

New Evidence. Journal of Business Finance & Accounting, 21 January. pp

1-14.

Khrisnan, V.S., & Myer, R.C. (1996). Determinants of Capital Structure: An

Empirical Analysis of Firms in Industrialized Countries. Journal

Managerial of finance, Volume 22, 2, page 39-55.

Kieso et al. 2011. Akuntansi Intermediate. Edisi 14. Jakarta: Erlangga.

Lopez, Jose and Fransisco Sogorb. 2008. Testing Trade-Off and Pecking Order

Theories Financing SMEs. Small Business Economics. Vol. 31, pp 117-136.

Mamduh. 2004. Manajemen Keuangan Edisi 1. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Page 29: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

29

Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan

Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Indonesia, Vol. 20, No. 1, Hal. 57-59.

Muliyanti, Fitri Mega. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan. Tesis.

Universitas Diponegoro.

Mutamimah. 2003. Analisis Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan Non

Finansial Yang Go Public Di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Bisnis Strategi.

Vol. 11 Juli. pp 71-60.

Ozkan, Aydin. 2001. Determinants of Capital Structure and Adjusment to Long

Run Target: Evidence from UK Company Panel Data. Journal of Business

Finance & Accounting 28 (1) & (2), January/ March.

Pithaloka, Nina Diah. 2009. Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan terhadap

Kebijakan hutang: Dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Skripsi.

Universitas Lampung.

Ramlall, Indranain. 2009. Determinants of Capital Structure Among Non-Quoted

Mauritian Firms Under Specificity of Leverage: Looking for a Modified

Pecking Order Theory. International Research Journal of Finance and

Economics- Issue 31. pp. 83-92.

Santika dan Kusuma Ratnawati. 2002. Pengaruh Struktur Modal, Faktor Internal,

dan Faktor Eksternal Terhadap Nilai Perusahaan Industri Yang Masuk

Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis Strategi. Vol. 10 Desember.pp27-47.

Sujoko dan Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,

Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal

Manajemen Dan Kewirausahaan, No. 1,Vol. 9, Hal. 41-48.

Susetyo, A. 2006. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEJ Periode 2000-2003.

Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Soesan, Fitriah. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

pada Perusahaan Asuransi yang Go Public di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

Tahun 2001-2004. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.

Universitas Lampung. Bandarlampung.

Titman, Sheridan and Wessels, Roberto. 1988. The Determinants of Capital

Structure Choice. Journal of Finance. Vol. 43, No.1. pp 1-19.

Page 30: ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/28112012-0851031059.pdf · Sumber pendanaan sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana ... investasi

30

Yudhira, Ahmad. 2008. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income,

Earning dan Cash Flow Operation terhadap Stock Return pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2006. Tesis. Universitas

Sumatera Utara

Yeniatie dan Destriana, Nicken. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No. 1, Hal

1-16.