abstrak amk fetp i

3
1 Peningkatan Cakupan IMS Sebagai Upaya Deteksi Dini Penyakit HIV dan AIDS di Kabupaten Sidoarjo Enhancing the Scope of Sexually Transmitted Infections (STIs) as Early Detections to Prevent HIV and AIDS in Sidoarjo Firman Suryadi Rahman 1 , Arief Hargono 2 , dan Fransisca Susilastuti 3 1 FKM UA,[email protected] 2 Depertemen Epidemiologi FKM UA,[email protected] 3 BBTKL PP Surabaya,[email protected] Abstrak Latar Belakang :HIV adalah Human Immunodeficiency Virus. Yaitu virus yang menurunkan kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah Acquired Immune Defieciency Syndrome. Yaitu sekumpulan gejala yang tibul karena turunnya kekebalan Tubuh. Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua terbanyak dalam jumlah kumulatif penderita HIV dan AIDS di Indonesia pada Tahun 2014. Jumlah penderita Kumulatif HIV adalah 19.249 penderita. Sedangkan jumlah penderita AIDS adalah 8976 penderita. Untuk kabupaten Sidoarjo, Jumlah Kasus HIV/AIDS cenderung meningkat selama empat tahun terakhir. Selain itu Kabupaten Sidoarjo termasuk 6 kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penderita AIDS terbesar di Jawa Timur. Metode :Metode yang digunakan dalam analisis masalah ini adalah observasi, studi dukumen, penentuan prioritas masalah dengan Metode CARL, penentuan akar penyebab Masalah dengan Fishbone. Rekomendasi diberikan berdasarkan hasil analisis akar penyebab masalah. Hasil : Permasalahan yang teridentifikasi adalah 11 Permasalahan. Permasalahan yang menjadi prioritas pertama adalah cakupan IMS pada tahun 2014 masih 21% dengan skor CARL 11472. program yang telah mencapai target adalah pemberian kondom 100%, konseling dan testing, jumlah penderita HIV yang diskrining TB. Program yang belum mencapai target antara lain, Capaian IMS masih 21%, Capaian PPIA masih 0%, Capaian Odha yang dirujuk kembali ke LSM untuk pendampingan adalah 15%, pasien ODHA yang masih mengikuti ARV adalah 33, 5%. Kesimpulan :Masalah yang menjadi prioritas adalah cakupan IMS yang masih 21%. Akar penyebab masalahnya antara lain belum semua pemegang program di puskesmas tahu tentang form IMS, belum mendapatkan pelatihan, merangkap jabatan lain, data record dari puskesmas non VCT tidak terecord ke SIHA, tidak semua Puskesmas memiliki reagen dan rotator syphilis, masih ada pasien yang tidak tahu tentang IMS dan malu untuk periksa, terbatasnya anggaran pelatihan.Rekomendasi yang perlu dilakukan antara lain melakukan pelatihan bagi petugas, meningkatkan KIE dan kerjasama lintas sector dan melakukan skrining HIV dan AIDS. Keywords : IMS, SIHA, HIV/AIDS

Upload: firman-suryadi-rahman

Post on 14-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

abtraks paraktik lapangan I

TRANSCRIPT

  • 1

    Peningkatan Cakupan IMS Sebagai Upaya Deteksi Dini Penyakit HIV dan AIDS di

    Kabupaten Sidoarjo

    Enhancing the Scope of Sexually Transmitted Infections (STIs) as Early Detections

    to Prevent HIV and AIDS in Sidoarjo

    Firman Suryadi Rahman1, Arief Hargono2, dan Fransisca Susilastuti3

    1FKM UA,[email protected] 2Depertemen Epidemiologi FKM UA,[email protected]

    3 BBTKL PP Surabaya,[email protected]

    Abstrak

    Latar Belakang :HIV adalah Human Immunodeficiency Virus. Yaitu virus yang menurunkan

    kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah Acquired Immune Defieciency Syndrome. Yaitu sekumpulan

    gejala yang tibul karena turunnya kekebalan Tubuh. Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua

    terbanyak dalam jumlah kumulatif penderita HIV dan AIDS di Indonesia pada Tahun 2014. Jumlah

    penderita Kumulatif HIV adalah 19.249 penderita. Sedangkan jumlah penderita AIDS adalah 8976

    penderita. Untuk kabupaten Sidoarjo, Jumlah Kasus HIV/AIDS cenderung meningkat selama empat

    tahun terakhir. Selain itu Kabupaten Sidoarjo termasuk 6 kabupaten/Kota yang memiliki jumlah

    penderita AIDS terbesar di Jawa Timur.

    Metode :Metode yang digunakan dalam analisis masalah ini adalah observasi, studi dukumen,

    penentuan prioritas masalah dengan Metode CARL, penentuan akar penyebab Masalah dengan

    Fishbone. Rekomendasi diberikan berdasarkan hasil analisis akar penyebab masalah.

    Hasil : Permasalahan yang teridentifikasi adalah 11 Permasalahan. Permasalahan yang menjadi

    prioritas pertama adalah cakupan IMS pada tahun 2014 masih 21% dengan skor CARL 11472. program

    yang telah mencapai target adalah pemberian kondom 100%, konseling dan testing, jumlah penderita

    HIV yang diskrining TB. Program yang belum mencapai target antara lain, Capaian IMS masih 21%,

    Capaian PPIA masih 0%, Capaian Odha yang dirujuk kembali ke LSM untuk pendampingan adalah

    15%, pasien ODHA yang masih mengikuti ARV adalah 33, 5%.

    Kesimpulan :Masalah yang menjadi prioritas adalah cakupan IMS yang masih 21%. Akar penyebab

    masalahnya antara lain belum semua pemegang program di puskesmas tahu tentang form IMS, belum

    mendapatkan pelatihan, merangkap jabatan lain, data record dari puskesmas non VCT tidak terecord ke

    SIHA, tidak semua Puskesmas memiliki reagen dan rotator syphilis, masih ada pasien yang tidak tahu

    tentang IMS dan malu untuk periksa, terbatasnya anggaran pelatihan.Rekomendasi yang perlu

    dilakukan antara lain melakukan pelatihan bagi petugas, meningkatkan KIE dan kerjasama lintas sector

    dan melakukan skrining HIV dan AIDS.

    Keywords : IMS, SIHA, HIV/AIDS

  • 2

    Abstract

    Background: HIV (Human Immunodeficiency Virus) is a virus that causes immune deficiency in

    human body. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) is the group of symptoms caused by the

    immune deficiency. East Java is the second province with the highest cumulative number of HIV and

    AIDS sufferers in Indonesia in 2014. Its cumulative number of HIV sufferers is 19.249, while the

    number of AIDS sufferers is 8.976. In Sidoarjo, the number of HIV/AIDS cases tends to increase in the

    last four years. Besides, Sidoarjo is one of six regencies with the highest number of AIDS sufferers in

    East Java.

    Methodology: The methods used in the analysis of the problems were observation and documentation.

    The determination of problem priorities was done by using CARL method. The determination of the

    root causes of the problems was done by using Fishbone Diagram. Recommendations were given based

    on the result of root causes analysis.

    Results: The number of identified problems was 11. The problem that became the first priority problem

    was the scope of STIs in 2014 which was still 21% with CARL score of 11472. The programs that

    achieved the targets were condom distribution of 100%, and counseling and testing for the number of

    HIV sufferers who were screened for TB symptoms. The programs that did not achieve the targets were

    STIs scope that was still 21%, PMTCT scope that was still 0%, PLWHA scope that were sent to Civil

    Society Organizations (CSOs) for care that was still 15%, and PLWHA patients that still had ARV

    treatment of 33.5%.

    Conclusion: The problem that became the priority was STIs scope that was still 21%. The root causes

    of the problem were not all the program holders in Puskesmas (health center) knew about STIs form,

    most program holders did not get any training yet, some program holders had double job, data record

    from non VCT Puskesmas was not recorded in SIHA, not all Puskesmas had syphilis reagent and

    rotator, there were still patients who did not know about STIs and felt ashamed to have themselves

    examined, and the lack of training budget. Recommendations for a solutions are training for program

    holdres, increasing CIE, and held a screening programs.

    Keywords : STIs, SIHA, HIV/AIDS

  • 3