abstrak akuntansi pernikahan muslim bali (studi …

31
ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI ETNOGRAFI DI KAMPUNG LEBAH) Oleh: Novi Andani Dosen Pembimbing : Dr. Aji Dedi Mulawarman, SP., MSA Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bagaimana masyarakat muslim Bali di Kampung Lebah memahami akuntansi di dalam budaya pernikahan mereka. Situs penelitian ini berlokasi di Kampung Lebah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Etnografi. Wawancara dilakukan terhadap empat informan, yaitu pengantin wanita, ibu pengantin wanita, seorang tetangga dekat, dan seorang yang memahami adat pernikahan di Kampung Lebah. Penelitian ini berupaya memperhatikan praktik-praktik akuntansi, sehingga menghasilkan makna akuntansi berdasarkan sudut pandang subjek penelitian. Hasil penelitian memperkuat teori dan penelitian sebelumnya bahwa akuntansi tidak selalu berputar pada dunia bisnis, tetapi juga hadir di dalam ruang lingkup kehidupan yang lebih kecil, yaitu dalam pelaksanaan upacara adat masyarakat Kata kunci : akuntansi dalam budaya pernikahan, muslim Bali di kampung Lebah, Etnografi.

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

ABSTRAK

AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI

(STUDI ETNOGRAFI DI KAMPUNG LEBAH)

Oleh:

Novi Andani

Dosen Pembimbing : Dr. Aji Dedi Mulawarman, SP., MSA

Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bagaimana masyarakat muslim Bali di

Kampung Lebah memahami akuntansi di dalam budaya pernikahan mereka. Situs

penelitian ini berlokasi di Kampung Lebah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten

Klungkung, Bali. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

Etnografi. Wawancara dilakukan terhadap empat informan, yaitu pengantin

wanita, ibu pengantin wanita, seorang tetangga dekat, dan seorang yang

memahami adat pernikahan di Kampung Lebah. Penelitian ini berupaya

memperhatikan praktik-praktik akuntansi, sehingga menghasilkan makna

akuntansi berdasarkan sudut pandang subjek penelitian. Hasil penelitian

memperkuat teori dan penelitian sebelumnya bahwa akuntansi tidak selalu

berputar pada dunia bisnis, tetapi juga hadir di dalam ruang lingkup kehidupan

yang lebih kecil, yaitu dalam pelaksanaan upacara adat masyarakat

Kata kunci : akuntansi dalam budaya pernikahan, muslim Bali di kampung

Lebah, Etnografi.

Page 2: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini, akuntansi sering dipandang sebagai media untuk mengelola

keuangan dalam dunia usaha yang kental dengan aktivitas input, proses, dan

output. Akuntansi cenderung dikaitkan dengan hal yang bersifat objektif dimana

keobjektifannya didasarkan pada bukti-bukti transaksi dan kesesuaian dengan

standar akuntansi yang berlaku. Penelitian tentang akuntansi seolah dipandang

tidak valid ketika tidak berkaitan dengan dunia bisnis. Banyak hal-hal menarik

dalam dunia akuntansi yang seharusnya dapat digali lebih dalam menjadi

terkesampingkan.

Apabila dipandang secara lebih spesifik dari fenomena realitas sosial yang

ada, akuntansi itu sendiri sebenarnya tidaklah hanya berputar pada soal bisnis.

Akuntansi tidak selalu dihubungkan dengan alat dari proses aktivitas perusahaan

yang segala peristiwanya dicatat dengan nilai moneter (Mulawarman, 2013). Pada

kenyataannya, Akuntansi banyak ditemui di ruang lingkup yang lebih kecil,

seperti dalam kehidupan sehari-hari (Hopwood, 1994). Ya, akuntansi selalu hadir

di dalam kehidupan sehari-hari kita, baik dalam aktivitas sehari-hari yang bersifat

umum sampai dalam pelaksanaan ritual upacara adat dalam masyarakat. Banyak

penelitian yang telah memaparkan tentang akuntansi di luar dunia bisnis.

Jeacle (2009) menjelaskan tentang keberadaan akuntansi dalam kehidupan

sehari-hari, bahwa akuntansi juga diterapkan dalam aktivitas berbelanja, rumah

tangga, dan hiburan. Bahkan, ritual sederhana dalam kehidupan sehari-hari seperti

makan dan minum pun juga terlibat di dalamnya (de Carteau, 1985). Begitu pula

penelitian yang dilakukan Annisa (2015) tentang budaya pop dalam masyarakat

yang berfokus pada kegiatan belanja dan hiburan, seperti ngafe, ngemall, nge-

gym, dan dugem.

Banyak pula penelitian menarik lainnya yang membuktikan keberadaan

akuntansi yang hadir dalam pelaksanaan kegiatan adat istiadat dalam kehidupan

masyarakat yang membawa nilai-nilai khusus di dalamnya. Seperti penelitian

akuntansi dalam Sima Masa Jawa Kuno yang dilakukan oleh Lutfillah (2014).

Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa akuntansi dan peran akuntan atau

yang disebut dengan Citralekha, dapat ditemui pada ritual upacara penetapan

Sĩma.

Akuntansi juga dapat ditemui pada pelaksanaan upacara ngaben masal

atau ngaben bersama yang dilakukan oleh Krama Desa Pakraman Banyuning di

Bali (Pratiwi, Atmaja, dan Herawati, 2015). Penelitian lainnya, yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Kamayanti tentang akuntansi selametan yang lebih berfokus

pada selamaten dalam acara pernikahan dan sunatan. Geertz dalam kamayanti

(n.d.) dahulu juga mengadakan penelitian di Pare pada tahun 1953-1959 tentang

biaya upacara selametan.

Akuntansi dalam pelaksaan upacara adat membawa nilai-nilai tertentu

seperti nilai kasih sayang, nilai spirituil, nilai kemanusiaan, nilai altruistik, nilai

estetika, dan nilai-nilai lain di dalamnya. Seperti halnya yang dijelaskan di dalam

penelitian Triyuwono dan Sitorus (n.d.), dimana bentuk akuntansi dalam

pernikahan adat batak toba menunjukkan bahwa ada nilai-nilai kehidupan yang

Page 3: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

hadir di dalamnya dan juga tidak memperioritaskan keuntungan financial

sebagaimana akuntansi dalam dunia bisnis pada umumnya yang dianggap sebagai

satu-satunya bentuk akuntansi.

Tulisan-tulisan lain yang mengatakan bahwa budaya mempengaruhi

akuntansi itu sendiri secara lebih luas dijelaskan oleh beberapa tokoh seperti

Violet, Harrison dan McKinnon, Doupnik dan Salter, dan Nobes. Hofstede dan

Gray (Dalam Zaitul, n.d.) juga menjelaskan, bahwa budaya menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi. Perbedaan budaya pada

negara yang satu dengan negara yang lain menghasilkan akuntansi yang berbeda.

Seperti kita ketahui, bahwa budaya merupakan cerminan dari suatu

bangsa, sehingga penting untuk menggali kebutuhan dan nilai-nilai lokal melalui

budaya. Norma dan budaya lokal akan terkikis oleh globalisasi, dengan mengikuti

standar yang berlaku secara internasional. Norma dan budaya lokal akan terkikis

karena globalisasi itu sendiri mengarah kepada homogenisitas, globalisasi akan

menghasilkan “culture alienation’‟ dan bangsa akan kehilangan identitasnya,

sehingga meneliti kebudayaan diperlukan untuk melestarikan peradaban bangsa

(kamayanti, n.d.).

Di Indonesia, adat istiadat menjadi aturan dan norma yang harus dipatuhi

dan juga memiliki sanksi hukum tersendiri dalam kehidupan sosial masyarakat,

sehingga adat menjadi sesuatu yang pentingSeperti misalnya, di Sulawesi Tengah,

orang To-Kaili (Suku Kaili) memiliki adat tersendiri dalam penyelenggaraan

upacara perkawinan (no-Rago, no-Raego, kesenian berpantun muda-mudi).

Orang To-Kaili berpandangan bahwa perkawinan merupakan proses

memasuki kehidupan yang sangat sakral, dimana prosesnya bukan tentang unsur

jasmaniah saja tetapi juga memiliki hubungan yang erat sekali dengan

kerohaniaan. Orang To-Kaili berkeyakinan bahwa perkawinan yang diawali

dengan suatu adat yang baik maka akan memberikan kebaikan pula kepada

pasangan dalam menjalani kehidupan rumah tangganya, sehingga proses

perkawinan tersebut dilakukan dengan adat istiadat.

Selain adat khusus daerah, akulturasi budaya traditional dengan budaya

moderen melalui pernikahan di era urbanisasi dewasa ini juga banyak kita jumpai.

Namun, perpaduan antara keduanya pun tetap memelihara adat melekat pada

masyarakat Indonesia. Seperti misalnya di Bali. Bali sebagai kawasan wisatawan

menjadikan banyak sekali pendatang dari dalam dan luar negeri yang masuk dan

terjadi akulturasi budaya melalui pernikahan. Walaupun begitu, masyarakat Bali

sangat menjaga dan menjunjung tinggi budayanya dan banyak perayaan upacara

pernikahan masyarakat yang masih sangat kuat terikat dengan adat bali.

Adat pernikahan di Bali sangat erat dengan agama hindhu, melihat

masyarakat Bali sendiri merupakan masyarakat mayoritas beragama Hindhu,

sehingga pada umumnya pernikahan di bali kebanyakan mesti mengikutkan

tradisi bali. Walaupun begitu, adat pernikahan di Bali juga kuat melekat pada

masyarakatnya yang beragama Islam, seperti tradisi ngunya pada muslim

pegayaman Bali di kabupaten Buleleng (Abadi dan Susanto, 2012).

Yang menarik, terdapat pada budaya pernikahan masyarakat Muslim Bali

di kampung Lebah, Kabupaten Klungkung. Mereka mengikuti adat Bali yang

mana identik dengan nilai-nilai agama Hindhu, tetapi juga bersifat terbuka

Page 4: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

terhadap budaya moderen saat ini, namun, mereka tetap melaksanakannya tanpa

melanggar aturan di dalam agama mereka melalui penyesuaian-penyesuaian

tertentu, sehingga membentuk suatu budaya pernikahan yang unik.

Adanya penyesuaian antara adat Bali, budaya moderen, dengan hukum

agama ini menyebabkan terdapat perbedaan kebutuhan akan serangkain upacara

pernikahan secara keseluruhan dan oleh karena itu juga terjadi perbedaan dalam

pelaksanaan upacara pernikahan itu sendiri. Sebagai contoh, kebutuhan akan

makanan halal, kebutuhan akan pelaksanaan akad nikah sesuai syariat Islam, dan

lain-lain.

Inilah yang menjadi menarik dalam penelitian ini. Sebagaimana yang telah

dijelaskan di awal, bahwa akuntansi merupakan konstruksi sosial oleh kelompok

sosial tertentu. Di tengah budaya Bali yang menjunjung tinggi adat Bali dan

pernikahan pada umumnya mesti mengikuti tradisi Bali, ternyata terdapat

klompok kecil yang berbeda, sehingga akuntansi dalam budaya pernikahan

klompok kecil tersebut pun akan berbeda pula.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti

tertarik untuk mengetahui bagaimanakah masyarakat muslim Bali di Kampung

Lebah memahami akuntansi di dalam budaya pernikahan mereka?

1.3 Tujuan Penelitian

Hal menarik yang ingin peneliti peroleh berangkat dari fenomena di atas

adalah munculnya keinginan untuk mengetahui makna akuntansi di dalam budaya

pernikahan bagi masyarakat muslim Bali di Kampung Lebah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini secara teoritis yaitu sekurang-

kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan informasi dan pemikiran bagi dunia

pendidikan khususnya tentang akuntansi di dalam budaya pernikahan.

1.4.1 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti

Penelitian ini menambah wawasan bagi pihak peneliti sendiri dalam

memahami akuntansi di dalam budaya pernikahan masyarakat muslim Bali di

Kampung Lebah.

b. Bagi Jurusan Akuntansi

Sebagai bahan pertimbangan untuk menarik minat bagi penelitian

selanjutnya untuk menggali akuntansi yang terdapat di dalam budaya masyarakat

Indonesia.

c. Bagi Penelitian Berikutnya

Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan referensi bagi penelitian

berikutnya yang ingin mengkaji masalah yang serupa di kemudian waktu.

Page 5: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan etnografi. Data yang digunakan adalah data primer. Situs penelitian

yaitu di Kampung Lebah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali.

Jumlah informan adalah empat orang. Adapun tahap-tahap penelitian etnografi

adalah sebagai berikut :

1. Memilih Situs Penelitian

2. Melakukan Observasi Partisipasi

3. Membuat Catatan Etnografis

4. Membuat Observasi Deskriptif

5. Membuat Analisis Domain

6. Membuat Observasi Terfokus

7. Membuat Analisis Taksonomi

8. Membuat Observasi Terseleksi (Mencari Kontras)

9. Membuat Analisis Kompensional

10. Mengungkapkan Tema Budaya (Cultural Themes)

11. Menulis Etnografi

Page 6: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 5.1

Analisis Domain

Analisis Domain

1. Membeli Perlengkapan Sepatu,

Make Up, Peralatan Mandi,

Pakaian Dalam, dan Baju.

25. Menyiapkan Berkas-Berkas untuk

Menikah

2. Menghias dan Menyiapkan Parcel 26. Mengikuti Program Pendidikan

Pranikah

3. Membeli Ramuan Rempah-

Rempah Rebus

27. Membayar Biaya Administrasi

4. Menyiapakan Tikar Pandan,

Kamen, dan Air Rebusan dalam

Panci

28. Membeli Bahan-Bahan Masakan

5. Mandi Uap 29. Mengolah dan menyiapkan

Ragam Sajian Tradisional dan

Jajanan Khas Bali

6. Memainkan Gamelan Rudat 30. Makan Bersama

7. Mengiringi Mempelai Pria ke

tempat Akad Nikah

31. Menyewa Jasa Make up dan Gaun Pengantin

8. Memberikan Sumbangan

32. Menyewa Jasa Pacar Lukis

Mahendi

9. Menerima Buah-buahan, Kue

Pernikahan, Kue Kotak, dan Aqua

Kardus

33. Menyewa Peralatan dan

Perlengkapan Dekorasi dan Panjer

10. Mencoret Nama Bahan dari

Daftar Kebutuhan

34. Membeli Satu Set Sprei dan

Bedcover

11. Menyimpan Barang Sumbangan 35. Menyewa Jasa Dekorasi

Panggung

12. Memberikan Uang untuk

Pelaksanaan Acara

36. Membeli perlengkapan dekorasi

tambahan

13. Menerima Uang untuk

Pelaksanaan Acara

37. Memesan Jasa Catering

14. Mengelola Uang untuk

Pelaksanaan Acara

38. Membeli peralatan makan

tambahan

15. Membawa Aba-abaan 39. Mendesain Kartu Undangan

16. Menerima Beras dan Gula 40. Mencetak Kartu Undangan

17. Menukar Isi Emblong dengan

Jajanan Kering

41. Emas 50 Gram

18. Menyiapkan Makanan Berkatan 42. Seperangkat Alat Shalat

19. Membagikan Makanan Berkatan 43. Foto

20. Menerima Makanan Berkatan 44. Video

21. Memasukkan Amvlop ke dalam 45. Pisau Buah

Page 7: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Kotak

22. Menerima Amvlop Uang 46. Potongan kuku

23. Menghitung Isi Amvlop 47. Peralatan Rumah Tangga

24. Pakaian dan Aksesoris 48. Menyimpan Beras dan Gula

Tabel 5.2

Hubungan Semantik dalam Analisis Domain

No. Istilah Terliput Hubungan Semantik

1. Membeli Perlengkapan Sepatu, Make Up,

Peralatan Mandi, Pakaian Dalam, dan Baju.

Sundrang Nganten

2. Menghias dan Menyiapkan Parcel

3. Membeli Ramuan Rempah-Rempah Rebus Ritual Metangas

4. Menyiapakan Tikar Pandan, Kamen, dan

Air Rebusan dalam Panci

5. Mandi Uap

6. Memainkan Gamelan Rudat Gamelan Rudat

Pengiringan Nganten Muani 7. Mengiringi Mempelai Pria ke tempat Akad

Nikah

8. Memberikan Sumbangan Penampian Sumbangan

Nganten 9. Menerima Buah-buahan, Kue Pernikahan,

Kue Kotak, dan Aqua Kardus

10. Mencoret Nama Bahan dari Daftar

Kebutuhan

11. Menyimpan Barang Sumbangan

12. Memberikan Uang untuk Pelaksanaan

Acara

Uang Dapur

13. Menerima Uang untuk Pelaksanaan Acara

14. Mengelola Uang untuk Pelaksanaan Acara

15. Membawa Aba-abaan Penampian Aba-Abaan

16. Menerima Beras dan Gula

17. Menukar Isi Emblong dengan Jajanan

18. Menyimpan Beras dan Gula

19. Menyiapkan Makanan Berkatan Tradisi Ngejot ka

Lingkungane 20. Membagikan Makanan Berkatan

21. Menerima Makanan Berkatan

22. Memasukkan Amplop ke dalam Kotak Uang dari Tamu Undangan

23. Menerima Amplop Uang

24. Menghitung Isi Amplop

25. Menyiapkan Berkas-Berkas untuk Menikah Keperluan KUA

26. Mengikuti Program Pendidikan Pranikah

27. Membayar Biaya Administrasi

28. Membeli Bahan-Bahan Masakan Ajengan Nyama Braya

29. Mengolah dan menyiapkan Ragam Sajian

Tradisional dan Jajanan Khas Bali

Page 8: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Tabel 5.3

Analisis Taksonomi

No Hubungan Semantik Istilah Pencakup

1. Keperluan KUA Biaya Tetap (Fixed Cost) Religius

2. Ngejot Ka Lingkungane Biaya Tetap (Fixed Cost) Tradisi

3. Ajengan Nyama Braya

4. Ritual Metangas

5. Pengiringan Nganten Muani

6. Sundrang Nganten Biaya Variabel (Variable Cost)

7. Kuade

8. Pengangga Nganten

9. Dekorasi Ruang Acara

10. Souvenir Pernikahan

11. Surat Undangan

12. Dokumentasi Acara

13. Keperluan Lain-Lain

14. Penampian Sumbangan Nganten Penerimaan

15. Uang Dapur

16. Uang dari Tamu Undangan

17. Kado Pernikahan

18. Penampian Aba-Abaan

19. Mahar

30. Makan Bersama

31. Menyewa Jasa Make up dan Gaun

Pengantin

Pengangga Nganten

32. Menyewa Jasa Pacar Lukis Mahendi

33. Menyewa Peralatan dan Perlengkapan

Dekorasi dan Panjer

Dekorasi Ruang Acara

34. Membeli Satu Set Sprei dan Bedcover

35. Menyewa Jasa Dekorasi Panggung Kuade

36. Membeli perlengkapan dekorasi tambahan

37. Memesan Jasa Catering Ajengan Tamu

38. Membeli peralatan makan tambahan

39. Mendesain Kartu Undangan Surat Undangan Nikah

40. Mencetak Kartu Undangan

41. Emas 50 Gram Mahar

42. Seperangkat Alat Shalat

43. Foto Dokumentasi Acara

Pernikahan 44. Video

45. Pisau Buah Souvenir Pernikahan

46. Potongan kuku

47. Peralatan Rumah Tangga Kado Pernikahan

48. Pakaian dan Aksesoris

Page 9: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Tabel 5.4

Analisis Komponensial

No Hubungan Semantik Istilah Pencakup Kategori

1. Keperluan KUA Biaya Tetap (Fixed

Cost) Religius

Praktik Akuntansi

Pengeluaran

2. Ngejot Ka Lingkungane Biaya Tetap (Fixed

Cost) Tradisi 3. Ajengan Nyama Braya

4. Ritual Metangas

5. Pengiringan Nganten Muani

6. Sundrang Nganten Biaya Variabel

(Variable Cost) 7. Kuade

8. Pengangga Nganten

9. Dekorasi Ruang Acara

10. Souvenir Pernikahan

11. Surat Undangan

12. Dokumentasi Acara

13. Keperluan Lain-Lain

14. Penampian Sumbangan

Nganten

Penerimaan Praktik Akuntansi

Penerimaan

15. Uang Dapur

16. Uang dari Tamu Undangan

17. Kado Pernikahan

18. Penampian Aba-Abaan

19. Mahar

Tabel 5.5

Rangkaian Kontras

Dimensi Kontras

Cultural Domains Evi Fika Ita Busron

Membawa Aba-abaan

Tidak Tidak Ya Tidak

Menerima Beras dan Gula Ya Ya Tidak Tidak

Menukar Isi Emblong dengan

Jajanan

Ya Ya Tidak Tidak

Menyimpan Beras dan Gula Ya Ya Tidak Tidak

Dimensi Kontras

Cultural Domains Evi Fika Ita Busron

Memberikan Sumbangan

Tidak Tidak Tidak Tidak

Menerima Buah-buahan, Kue

Pernikahan, Kue Kotak, dan

Aqua Kardus

Ya Ya Tidak Tidak

Page 10: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Mencoret Nama Bahan dari

Daftar Kebutuhan

Ya Ya Tidak Tidak

Menyimpan Barang Sumbangan Ya Ya Tidak Tidak

Dimensi Kontras

Cultural Domains Evi Fika Ita Busron

Memberikan Uang untuk

Pelaksanaan Acara

Tidak Tidak Tidak Tidak

Menerima Uang untuk

Pelaksanaan Acara

Tidak Ya Tidak Tidak

Mengelola Uang untuk

Pelaksanaan Acara

Ya Ya Tidak Tidak

Dimensi Kontras

Cultural Domains Evi Fika Ita Busron

Menyiapkan Makanan Berkatan

Tidak Tidak Ya Tidak

Membagikan Makanan

Berkatan

Ya Ya Tidak Tidak

Menerima Makanan Berkatan Tidak Tidak Ya Tidak

Dimensi Kontras

Cultural Domains Evi Fika Ita Busron

Memasukkan Amvlop ke

Dalam Kotak

Tidak Tidak Ya Ya

Menerima Amvlop Uang Ya Tidak Tidak Tidak

Menghitung Isi Amvlop Ya Tidak Tidak Tidak

Dimensi Kontras

Cultural Domains Evi Fika Ita Busron

Membeli Bahan-Bahan

Masakan

Ya Tidak Tidak Tidak

Mengolah dan menyiapkan

Ragam Sajian Tradisional dan

Jajanan Khas Bali

Tidak Tidak Ya Tidak

Makan Bersama Ya Ya Tidak Tidak

Bagan Alur 6.1

Susunan Proses Acara Pernikahan

Ngidih nak luh

Page 11: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Bagan Alur 6.2

Praktik Akuntansi Pernikahan

Musyawarah keluarga

Penampian Sumbangan

Nganten

Penampian Aba-

abaan

Akad Nikah

Ngejot ka Lingkungane

Metangas

Proses KUA

Mengurus Keperluan

Acara

Pengiringan Nganten Muani

Uang Dapur

Ajengan Nyama Braya

Perayaan Acara Pernikahan

Uang Dapur Penerimaan

Page 12: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Uang dapur

Keberadaan uang dapur ini sangat kental dengan budaya pernikahan di Bali.

Uang dapur merupakan uang yang diberikan oleh pihak keluarga pria kepada

pihak keluarga wanita. Uang dapur merupakan penerimaan bagi pihak keluarga

wanita yang akan digunakan untuk membiayai seluruh keperluan acara

Keperluan KUA

Ajengan Nyama Braya

Kado Pernikahan

Mahar

Surat Undangan Nikah

Catering dan makanan untuk Ngejot

ka Lingkungane

Kuade

Dekorasi Ruang Acara

Souvenir Pernikahan

Sundrang Nganten

Sumbangan Nganten

Aba-Abaan

Uang dari Tamu Undangan

Pengangga Nganten

Pengeluaran

Akuntansi

Dokumentasi Acara

Bahan-Bahan Ritual Metangas

Keperluan-keperluan lainnya

Pengiringan Nganten Muani

Page 13: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

pernikahan. Jumlah yang diberikan berdasarkan pada kesepakatan antar kedua

belah pihak keluarga pada saat acara lamaran pertama.

Jumlah tersebut merupakan taksiran jumlah keseluruhan dari pihak keluarga

wanita, bergantung pada seberapa besar acara tersebut akan dirayakan. Namun,

mereka tetap mempertimbangkan kemampuan pihak keluarga pria dan tidak

memaksa. Uang dapur ini biasanya diberikan pada saat acara lamaran kedua atau

madik ping pinde, bersamaan dengan diberikannya sundrang nganten dan jajan-

jajanan.

Disini terlihat pula perbedaan tugas, dimana keluarga pria sebagai pihak yang

memberikan dana untuk acara pernikahan, sedangkan keluarga wanita sebagai

pihak yang mengelola uang dapur tersebut. Seluruh persiapan acara termasuk

pelaksanaan kegiatan ritual dan adat pernikahan akan diatur oleh keluarga wanita.

Penggunaan uang dapur tersebut dicatat, walaupun tidak sangat detail untuk

ditunjukkan sebagai pertanggungjawaban ke pria.

Dalam budaya pernikahan mereka, keberadaan uang dapur ini berbeda beda

menyesuaikan dengan jenis pernikahannya. Apakah pernikahan tersebut

merupakan pernikahan dua pengantin asli Bali yang satu daerah, pasangan asli

Bali yang beda daerah, ataukah merupakan pernikahan campuran. Berdasarkan

hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan, pada jenis pernikahan

campuran biasanya acara pernikahan akan diselenggarakan dua kali, yaitu di Bali

dan di daerah asal pasangannya.

Acara pertama biasanya diselenggarakan di rumah keluarga wanita, baik

keluarga wanitanya yang asli Bali maupun tidak. Pihak keluarga pria akan

memberikan uang dapur, kemudian pihak keluarga wanitalah yang mengurus dan

mengatur pelaksanaan acara pernikahan tersebut. Keluarga pria akan datang

beberapa hari sebelum hari pernikahan dan hadir sebagai tamu bagi keluarga

wanita. Acara kedua yang diselenggarakan di tempat keluarga pria, biayanya

ditanggung oleh keluarga pria itu sendiri.

Dalam jenis acara pernikahan yang lain, misalnya salah satu pengantin

merupakan orang perantauan yang telah lama menetap di Bali, maka acara

pernikahan pertama juga akan diselenggarakan di rumah pihak keluarga wanita.

Uang dapur juga tetap akan diberikan oleh pihak keluarga pria, begitu juga yang

mengurus dan mengatur segala keperluan acara pernikahan tersebut adalah

keluarga wanita.

Terkadang, pada pernikahan campuran seperti ini, walaupun pada umumya

acara pernikahan dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu di Bali dan di daerah asal

pasangannya, tetapi ada juga yang hanya menyelenggarakannya sekali saja.

Biasanya, jika prianya yang asli Bali, menyelenggarakan pernikahan sekali saja di

daerah asal wanita sudah dianggap cukup. Namun, hal ini cukup jarang ditemui.

Adapun acara pernikahan yang lebih dulu diselenggarakan di tempat si wanita

karena membawa kebiasaan dari orang jawa dahulu yang merantau ke Bali.

Keluarga wanita sering kali sebagai pihak yang melaksanakan acara, sehingga

pada jenis pernikahan campuran acara pernikahan selalu dilaksanakan di tempat

asal si wanita dan sampai saat ini telah menjadi kebiasaan masyarakat tersebut.

Apabila kedua pengantin adalah orang asli Bali satu daerah, acaranya

diselenggarakan sekali saja dan bertempat di rumah pihak keluarga pria. Seluruh

Page 14: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

biaya dan acara pernikahan diatur oleh pihak keluarga pria. Berbeda jika kedua

pengantin adalah orang asli Bali beda daerah, pada umumnya acara pernikahan

diselenggarakan dua kali. Acara pertama diselenggarakan di daerah asal pria dan

yang kedua di daerah asal wanita. Biayanya ditanggung oleh masing-masing

pihak, tetapi pihak keluarga pria biasanya tetap memberikan uang untuk acara

yang dirayakan di daerah asal wanita, walaupun tidak dimintai. Hal tersebut

seolah telah menjadi sebuah kesadaran tersendiri bagi pihak keluarga pria.

Acara pernikahan di Bali biasa dilaksanakan di rumah si pria. Kebudayaan

patriarki ini bersumber dari adanya konsep purusha dan predana. Konsep ini

menjadi landasan yang membedakan antara status dan peran perempuan dengan

laki-laki (Wiasti, Dalam Widayani dan Hartati, 2014). Filsafat agama Hindu ini

lah yang menjadi ideologi dalam budaya Bali, yang berkembang menjadi sistem

nilai, norma-norma dan aturan-aturan di dalam hukum adat bercorak patrilineal

yang berfungsi sebagai kontrol sosial (Astiti, dalam Wiasti, dalam Widayani dan

Hartiti, 2014).

Bagi masyarakat muslim Bali di Kampung Lebah, uang dapur disini memiliki

makna yang lebih dalam. Selain membawa budaya pernikahan Bali, uang dapur

ini juga mengandung makna bahwa laki-laki merupakan sosok yang memiliki

tanggung jawab untuk menafkahi pasangannya dalam berumah tangga. Pemberian

uang dapur tersebut menunjukkan bahwa laki-laki tersebut berusaha dan siap

menjalani kewajiban serta tanggungjawabnya sebagai pemimpin di dalam rumah

tangga.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Atsari (2010) melalui sebuah hadist.

Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam menjelaskan dalam khutbah beliau pada saat

haji wada‟ sebagai berikut :

“Bertakwalah kalian kepada Allah (dalam menangani) istri-istri.

Sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan rasa aman dari Allah,

menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka,

(ialah) mereka tidak boleh memasukkan ke ranjang kalian seseorang yang kalian

benci. Jika mereka melakukannya, maka pukullah mereka dengan pukulan yang

tidak menyakitkan. Bagi mereka (yang menjadi kewajiban) atas kalian memberi

rezki dan sandang bagi mereka dengan sepantasnya”. (HR Muslim, 1218).

Sumbangan nganten dan barang aba-abaan

Sumbangan nganten dan barang aba-abaan juga sangat kental dengan

karakter masyarakat Bali. Sumbangan nganten dan barang aba-abaan ini sama-

sama merupakan penerimaan bagi pihak keluarga yang mengadakan acara, namun

terdapat perbedaan makna di dalamnya. Sumbangan nganten merupakan

sumbangan yang diberikan oleh keluarga besar atau teman dekat dengan tujuan

membantu meringankan pengeluaran untuk menyelenggarakan acara pernikahan

tersebut. Sedangkan, barang aba-abaan merupakan pemberian dari tetangga-

Page 15: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

tetangga dekat sebagai bentuk partisipasi mereka, sebagai orang-orang yang

berada di lingkung terdekat.

Di Kampung Lebah terdapat tradisi yang disebut medelokan nak nganten,

yaitu para ibu-ibu tetangga datang berkunjung ke rumah keluarga yang

mengadakan acara beramai-ramai beberapa hari sebelum hari acara pernikahan.

Pada saat itulah mereka sambil membawa barang aba-abaan tersebut. Isinya

berupa bahan-bahan makanan pokok seperti beras, gula, dan lain-lain, yang

diletakkan di dalam emblong dilapisi kain. terdapat nilai ajaran agama Islam yang

mendorong mereka, yaitu anjuran untuk bersilaturahmi. Dalam melakukan tradisi

ini, mereka berniat bersilaturahmi untuk mempererat tali persaudaraan sesama

masyarakat muslim Bali.

Besar sumbangan nganten bergantung pada keihkhlasan dari penyumbang.

Walaupun begitu, jenis barang yang diberikan sebagai sumbangan nganten sudah

dibicarakan sebelumnya pada acara musyawarah keluarga. Dalam acara tersebut,

pihak keluarga yang mengadakan acara menyampaikan apa saja jenis barang yang

menjadi kebutuhan acara pernikahan, sehingga keluarga besar yang ingin

menyumbang dapat memberikan barang sesuai kebutuhan untuk meringankan

pengeluaran.

Sumbangan nganten tersebut langsung saja diterima tanpa melakukan

pencatatan atas siapa-siapa saja orang yang menyumbang. Pencatatan yang

dilakukan dalam sumbangan nganten biasanya dalam bentuk mencentang bahan-

bahan yang telah terpenuhi dari daftar kebutuhan acara, sehingga mereka tidak

perlu lagi membeli bahan-bahan tersebut.

Berbeda dengan barang aba-abaan. Ketika menerima barang aba-abaan

tersebut, mereka menukarkan isinya dengan jajan-jajanan khusus. Banyaknya

barang aba-abaan yang diberikan bergantung pada keihklasan si pemberi, begitu

juga dengan banyaknya jajan-jajanan yang digunakan sebagai penukar, biasanya

jumlahnya sama untuk tiap-tiap orang. Tidak terdapat hal yang dianggap kerugian

di dalam tradisi ini.

Tradisi pemberian ini telah dilakukan turun temurun oleh masyarakat di

Kampung Lebah. Tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa saling tolong-

menolong dan berbagi terhadap sesama, sangat kental dengan karakter masyarakat

Bali. Makna dari kebiasaan ini juga mirip seperti yang terdapat dalam acara

ngejot. Selain itu, terselip juga niat untuk bersadaqah di dalam diri mereka,

sebagai suatu ibadah dengan manfaat yang begitu besar. Manfaat shadaqah itu

sendiri dapat menghindari umat muslim dari api neraka sebagaimana yang

dijelaskan oleh hadist berikut :

Artinya : “ Dari Anas bin Malik berkata, Rosuluallah SAW bersabda:

bersedekahlah, karna sesungguhnya sedekah itu bisa mencegah dari api neraka”.

Mahar

Mahar atau mas kawin merupakan penerimaan bagi pengantin wanita. Mahar

diberikan oleh pengantin pria pada saat melakukan ijab kabul. Besarnya mahar

Page 16: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

tersebut tergantung pada permintaan si wanita. Mahar ini tidak termasuk ke dalam

uang dapur yang khusus digunakan untuk membiayai acara pernikahan. Mahar

dalam pernikahan merupakan pertanda dibelinya sebuah cinta yang suci.

Pemberian mahar ini juga disertai dengan rasa ikhlas dan tulus serta benar-benar

dengan niat untuk menghormati dan memuliakan si wanita.

Mahar memang merupakan hal yang sangat penting dalam pernikahan, karena

mahar itu sendiri merupakan bagian dari agar syahnya pernikahan di dalam Islam.

Dahulu, Rasulullah selalu menanyakan sahabat-sahabatnya tentang mahar apa

yang akan diberikan kepada si calon pengantin wanita. Mahar itu sendiri memiliki

makna yang cukup dalam. Dianjurkannya pemberian mahar ini sebagai tanda

bahwa di dalam Islam, seorang wanita merupakan mahluk yang mulia dan

dihormati. sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-qur‟an surat An-Nisa ayat 4 :

„„Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada

kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)

pemberian itu (sebagai makanan) dengan penuh kelahapan lagi baik akibatnya‟‟.

Uang dari tamu undangan dan kado pernikaan

Uang dari tamu undangan merupakan penerimaan bagi orang tua pengantin

wanita. Uang tersebut merupakan pemberian dari tamu undangan ibu-ibu, dilapisi

dengan amvlop dan dimasukkan ke dalam kotak yang telah disediakan ketika

mereka masuk ke tempat acara pernikahan. Dahulu, ketika masyarakat datang

menghadiri undangan pernikahan, mereka biasanya membawa emblong yang diisi

dengan bahan makanan berupa telur, gula, beras, dan lain-lain. Namun, semakin

berubahnya jaman, para tamu undangan saat ini hanya membawa amvlop uang

saja.

Para tamu undangan membawa amvlop uang karena dianggap lebih praktis,

sehingga orang-orang yang mengadakan acara pernikahan akan menyesuaikan

perbuahan budaya tersebut dengan menyediakan kotak khusus untuk amvlop-

amvlop dari tamu undangan. Pemberian amvlop uang ini secara umum merupakan

bentuk rasa terima kasih karena telah diundang sebagai tamu, ikut merasakan

moment bahagia pengantin dan keluarganya.

Uang tersebut diterima oleh orang tua wanita. Sebelumnya telah dijelaskan

bahwa biaya acara pernikahan adalah berasal dari uang dapur yang diberikan

keluarga pria, namun terdapat tradisi-tradisi tertentu di dalam upacara pernikahan

yang dibiayai oleh keluarga wanita. Uang dari tamu undangan ini akan digunakan

untuk mengganti pengeluaran-pengeluaran tersebut, dengan harapan dapat

mengurangi atau tidak ada hutang yang ditanggung oleh keluarga wanita seuai

perayaan acara pernikahan, apabila keluarganya menggunakan uang pinjaman.

Keluarga pengantin tidak berpikir bahwa jumlah uang yang diterima dari

tamu undangan harus setara atau melebihi besarnya biaya acara pernikahan.

Jumlahnya bergantung pada keihklasan dari si pemberi. Memberikan amvlop uang

sudah menjadi hal yang umum dilakukan oleh para tamu saat ini, seolah telah

Page 17: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

menjadi hal yang otomatis dilakukan. Para tamu undangan juga berpikir untuk

memberikan lebih selagi mereka mampu dan selagi ada kesempatan untuk

memberi orang tersebut.

Bagi mereka, memberi dalam hal ini tentu berbeda dengan bermurah hati

yang tidak melibatkan Allah. Mereka percaya pada suatu hal, yaitu pada

hakikatnya harta adalah milik Allah dan manusia tidak memiliki apa-apa selain

yang diridhai Allah. Mereka percaya menginfakkan harta di jalan-NYA akan

memperoleh pahala yang melimpah dan amat banyak. Hal tersebut dijelaskan oleh

tafsir Al Qurthubi dari QS: Al Hadiid ayat 7:

„‟Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian

dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-

orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya

memperoleh pahala yang besar.” (QS: Al Hadiid: 7)

Selain uang dari tamu, pengantin juga menerima kado pernikahan. Kado

pernikahan ini merupakan hadiah di hari yang berbahagia dan juga sebagai ucapan

selamat menempuh hidup baru. Adapula yang memberikannya sebagai kenang-

kenangan perpisahan dari masa-masa muda yang mereka lalui bersama. Sebagian

dari mereka mengikuti budaya moderen tersebut dengan memberikan berbagai

macam jenis kado pernikahan kepada Fika dan Rifqi.

Bagi masyarakat tersebut oke-oke saja mengikuti trend masa kini selama

dibolehkan oleh syariat. Memberikan hadiah hukumnya mubah. Ditambah lagi,

hadiah memiliki pengaruh yang positif bagi jiwa manusia dan dapat menguatkan

rasa cinta dan kasih sayang antar sesama, serta dapat memperkuat hubungan

sosial. Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pun menerima hadiah dan

menganjurkan umatnya untuk saling memberi dan menerima hadiah. Beliau

menjelaskan dalam sabdanya: “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, agar

kalian saling mencintai.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, Shahih al-

Jami 3004, al-Irwa 1601).

Sundrang nganten

Seserahan atau yang biasa disebut dengan sundrang oleh masyarakat Bali

adalah pemberian dari si pria untuk wanita. Sundrang ini diberikan pada saat

acara lamaran kedua atau madik ping pinde. Isinya berupa perlengkapan-

perlengkapan khusus untuk si calon pengantin wanita yang biasa digunakan

sehari-hari, seperti pakaian, perlengkapan make up, perlengkapan perawatan

tubuh, aksesoris, dan lain-lain yang dihias dan dibungkus dalam parcel.

Sundrang tersebut dibeli sendiri secara khusus oleh si pria terpisah dengan

uang dapur, namun dalam acara pernikahan ini, kebetulan sundrang tersebut tidak

dibeli oleh si pria. Mereka hanya melaksanakan acara lamaran pertama saja

dikarenakan kendala tertentu, sehingga keduanya bersepakat untuk menggunakan

sebagian dari uang dapur tersebut untuk membeli sundrang.

Model sundrang atau seserahan dalam budaya pernikahan masyarakat muslim

Bali cenderung mengikuti budaya pernikahan moderen, sama seperti gaun

pengantin, kuade, dan dekorasi ruang acara pernikahan. Dimulai dari hiasan pastel

Page 18: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

beserta isi-isinya. Seserahan oleh masyarakat Hindhu memiliki istilah yang

berbeda, yaitu pagemelan atau rarapan. Isinya pun yang secara khusus terdiri dari

pakaian dan alat-alat sembahyang yang biasa digunakan oleh umat Hindhu beserta

jajan-jajanan khas Bali. Sedangkan sundrang dalam pernikahan masyarakat Bali

yang Muslim tidak memiliki ketentuan-ketentuan khusus, bergantung pada apa

yang diminta oleh si calon pengantin wanita.

Memberikan seserahan bukanlah hal bersifat wajib di dalam agama Islam,

namun hal tersebut diperbolehkan karena tidak melanggar aturan syari‟at. Adapun

pemberian sundrang dalam pernikahan ini memang dianjurkan dalam hal etika

dengan tujuan untuk mempererat hubungan tali silaturahmi antara kedua belah

pihak keluarga.

Keperluan KUA

Keperluan KUA ini maksudnya adalah keperluan-keperluan untuk acara akad

nikah. Bagi mereka ini merupakan pengeluaran yang paling inti di atas

pengeluaran-pengeluaran yang lainnya ketika mengadakan pernikahan. Dalam

pernikahan Islam terdapat syarat dan rukun nikah yang harus ditepati, agar

pernikahan tersebut menjadi syah. Adapun rukun nikah terdiri dari adanya calon

suami dan istri, ijab dan qabul. Salah satunya yaitu dibutuhkan peran seorang

penghulu ketika melangsungkan ijab dan qabul tersebut.

Pengeluaran untuk acara akad nikah ini berupa biaya administrasi sebesar Rp

600.000 untuk mengundang penghulu datang ke tempat acara akad nikah. Hal ini

tentu berbeda dengan pernikahan oleh masyarakat yang beragama Hindhu.

Mereka mendaftarkan pernikahannya di pura dengan kelian adat. Tata cara

pernikahan mereka pun tentu berbeda, karena mereka berpedoman pada Kitab

Weda dan adat turun temurun.

Ajengan Nyama Braya

Acara ajengan nyama braya merupakan acara makan-makan bersama

keluarga besar pihak keluarga wanita dan pihak keluarga pria. Untuk

melaksanakan tradisi ini, mereka juga perlu melakukan pengeluaran berupa

pembelian berbagai macam bahan masakan yang akan menjadi hidangan dalam

acara makan-makan tersebut. Tradisi ini dibiayain oleh orang tua si pengantin

wanita, karena makna dari dilakukannya tradisi ini adalah sebagai sambutan

terhadap pihak keluarga pria dan juga untuk menjalin hubungan yang lebih akrab

antar seluruh anggota keluarga besar kedua belah pihak.

Biasanya, acara makan bersama di Bali disebut megibung. Megibung oleh

masyarakat Bali biasa dilakukan baik dalam upacara keagamaan, adat,

pernikahan, dan lain-lain. Bedanya, megibung dilakukan dengan cara menikmati

lauk bersama dalam satu wadah. Kegiatan ini juga biasa diisi dengan saling

berbagi cerita satu sama lain untuk menjalin hubungan yang lebih akrab

Ritual metangas

Ritual metangas merupakan ritual pembersihan badan. Ritual ini dilakukan

dengan cara mandi uap dari rempah-rempah yang di rebus dalam panci. Metangas

biasa dilakukan oleh calon pengantin dua hari atau sehari sebelum hari

pernikahan. Kegiatan ini dilakukan pengantin untuk meluruhkan racun-racun di

dalam tubuh dan agar kulit menjadi bersih, halus dan wangi.

Page 19: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Pengeluaran untuk melakukan ritual ini berupa pembelian bahan rempah-

rempah seperti serai, akar restu atau akar wangi, daun nilam, cengkeh, daun

pandan, adas manis, kayu manis, daun jeruk purut, kulit jeruk purut, garam mandi,

lulur manjakani, dan lain-lain. Pada budaya pernikahan Bali, terdapat upacara

ngekeb yang bertujuan untuk mempersiapkan pengantin wanita beranjak dari

kehidupan remajanya untuk menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga.

Caranya yaitu pada sore hari, sehari sebelum acara boyongan atau

penjemputan penganten wanita, si calon pengantin wanita akan diluluri dengan

lulur yang terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras. Dilanjutkan

dengan upacara di dalam kamar pengantin yang di dalamnya telah disiapkan

sesajen. Calon pengantin wanita akan tetap diam di kamar sampai calon suaminya

menjemputnya (Mudiarcana, 2013).

Saat acara penjemputan, seluruh tubuh pengantin wanita akan ditutupi dengan

selembar kain kuning tipis dari ujung kaki sampai kepala sebagai perlambang

bahwa pengantin wanita tersebut telah bersedia mengubur masa lalunya sebagai

remaja dan siap untuk menjalani kehidupan baru sebagai seorang istri

(Mudiarcana, 2013).

Ritual pembersihan badan pada pernikahan masyarakat bali yang muslim

memang berbeda. Ritual ini menggunakan bahan rempah-rempah di atas, di rebus

dalam sebuah wadah panci, kemudian pengantin duduk di dekat air rebusan

rempah-rempah dan disekelilingnya ditutupi tikar pandan dengan rapat

membentuk lingkaran dan bagian atas tikar ditutupi kain selama tiga puluh sampai

empat puluh menit.

Pengiringan nganten muani

Pengirngan nganten muani yaitu sebuah tradisi di Kampung Lebah dimana

pengantin pria diiring dari rumah menuju ke tempat acara akad nikah. Mereka

perlu menyewa kelompok pemain gamelan rudat sebagai pengiring pengantin

pria. Para pemain gamelan rudat ini merupakan bapak-bapak yang menjadi

anggota pemain musik Tari Rudat di Kampung Lebah.

Makanan catering dan Ngejot ka lingkungane

Masayarakat muslim Kampung Islam Lebah juga memiliki tradisi yang

disebut ngejot ka lingkungane. Tradisi ini biasa dilakukan pada waktu acara

pernikahan hendak selesai. Ngejot ke lingkungane merupakan tradisi membagikan

makanan ke rumah-rumah tetangga yang berada di lingkungan terdekat. Makanan

tersebut berupa nasi dan jajan-jajanan yang ditempati ranjang dan diluarnya

dibungkus dengan plastik.

Makanan tersebut disediakan secara khusus oleh keluarga yang mengadakan

acara untuk orang-orang yang tinggal di lingkungan dekat rumah, karena mereka

telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu berbagai persiapan acara

pernikahan. Dalam budaya Bali, tradisi ngejot dilakukan ketika seseorang sedang

melakukan hajatan, seperti acara pernikahan, potong gigi, tiga bulanan, dan lain-

lain. Tradisi ini juga dilakukan pada hari raya tertentu dalam agama Hindhu,

misalnya beberapa hari sebelum hari raya Galungan dan Kuningan.

Terdapat penyesuaian-penyesuaian dalam tradisi ngejot yang dilakukan oleh

masyarakat Muslim, seperti jenis makanan jotan, kemudian pakaian yang

dikenakan oleh orang yang mengantar jotan tersebut juga berbeda. Orang Hindhu

Page 20: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

biasanya mengenakan pakaian adat Bali, sedangkan yang muslim tidak.

Masyarakat muslim melakukan tradisi ngejot sebagai rasa syukur kepada Allah

SWT, karena telah diberikan rezeki, sehingga dapat menyelenggarakan acara

pernikahan tersebut.

Pengeluaran tradisi ngejot ini jadi satu dengan makanan catering.

Pengeluaran tersebut berupa pengeluaran untuk membayar jasa catering sebagai

hidangan tamu undangan. Peneliti menemui bahwa ketika informan memilih jasa

catering ,informan tersebut mempertimbangkan kehalalan dari makanan-makanan

yang ditawarkan jasa catering tersebut. Bagi informan yang merupakan seorang

muslim, kehalalan dari suatu makanan yang dimakan merupakan hal yang sangat

penting, begitu juga bagi seluruh tamu undangannya.

Mereka memastikan masakan catering yang dipesan dimasak oleh orang

muslim dan daging-dagingnya dipotong secara halal, mencucinya tidak

menyisakan darah, perabotan yang digunakan juga khusus untuk memasak

makanan-makanan yang halal. Tidak hanya makanan catering, bahan-bahan

makanan yang dibeli sendiri untuk acara ajengan nyama braya pun juga

diperhatikan kehalalannya. Betapa pentingnya makanan halal tersebut karena

mereka memikirkan bahwa dampak dari makanan haram sangatlah buruk, sebab

berkaitan dengan terkabulnya do‟a, kesehatan, amalan soleh, dan ancaman siksa

diakhirat.

Muhammad Abduh Tuasikal (2012) menjelaskan tentang makanan haram

melalui beberapa hadist dan ayat al-qur‟an sebagai berikut:

Yusuf bin Asbath berkata,

„‟Telah sampai pada kami bahwa do‟a seorang hamba tertahan di langit karena

sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.”

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thoyyib (yang baik), dan

kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan.” (QS. Al Mu‟minun: 51).

‟‟Siapa yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka

pantas untuknya.” (HR. Ibnu Hibban 11: 315, Al Hakim dalam mustadroknya 4:

141. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami‟ no. 4519)

Biasanya keluarga dan tetangga dekat bergotong-royong memasak bersama

untuk seluruh hidangan pernikahan, namun, karena kendala tenaga dan waktu,

mereka memutuskan untuk memesan jasa catering pernikahan. Makanan catering

tersebut selain untuk hidangan tamu, juga dibagikan saat acara ngejot yang telah

peneliti ceritakan di atas. Dalam acara ngejot yang dilakukan oleh masyarakat

Page 21: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Hindhu, makanan yang diberikan pada umumnya berupa buah-buahan, nasi berisi

lawar, sate, dan lauk-pauk lainnya. Sedangkan, makanan jotan yang diberikan

oleh masyarakat muslim tidak menyertakan lawar, daging babi, dan lain-lain.

Mereka menyesuaikan tradisi dengan syariat Islam. Hal tersebut tidak menjadi

masalah, karena makna dari dilakukannya ngejot oleh masyarakat Bali itu sendiri

adalah untuk saling berbagi terhadap sesama.

Islam dan Hindhu memang memiliki konsep halal yang berbeda. Dalam

Islam, halal dijelaskan sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging

babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi

barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqarah:

173)

Dalam surah Al-An‟am: 145 dan al Maidah: 3 juga menjelaskan larangan

seperti yang terkandung dalam ayat di atas.

Dalam agama Hindhu, Mupu (2015) menjelaskan bahwa terdapat konsep Tri

Guna atau tiga sifat alam, dimana makanan tergolong ke dalam tiga jenis, yaitu

makan satwika (makanan bersifat kebaikan), yaitu makanan Vegatarian. Kedua,

makanan Rajasika (makanan bersifat nafsu), adalah makanan yang umum

dimakan di masyarakat, seperti daging, hewan berkuku lima (panca naka), keras,

mengandung pewarna buatan, pemanis buatan, dan lain-lain. Yang ketiga,

makanan Tamasika ( makanan bersifat kegelapan), seperti daging babi, daging

anjing, dan lain-lain. Namun, terdapat larangan bagi orang-orang yang berada di

bidang kerohanian, seperti pemangku, pendeta, biksu, sulinggih untuk memakan

makanan tamasika dan rajasika.

Lebih lanjut, terdapat pula hewan yang bagi masyarakat muslim yang mana

halal untuk dikonsumsi, tetapi tidak untuk masyarakat yang beragama Hindhu,

yaitu sapi. Dalam agama Hindhu, sapi merupakan hewan yang suci dan mulia.

Santya (2015) menjelaskan, sebagaimana yang tertulis di dalam kitab Niti Sastra

pada bagian Hitopadesa Sloka 39, dijelaskan bahwa di dalam tradisi Hindu

terdapat beberapa entitas yang dapat disebut sebagai ibu yang harus dihormati.

Adau-mata guroh patni

Brahmana raja-patnika

Dhenur dhatri tatha prthivi

Saptaita matarah smrtah

Adapun artinya adalah :

“Ketujuh ini dikenal sebagai ibu yaitu: ibu kandung, istri guru (guru kerohanian),

istri brahmana (varna-brahmana), istri raja, sapi, perawat dan ibu pertiwi (bumi)‟‟.

Orang Hindu diminta untuk menghormati tujuh macam ibu, di mana salah

satunya adalah sapi. Adapun dasar pemikiran adalah bahwa sapi merupakan

hewan yang telah memberikan air susunya sebagaimana seorang ibu yang

Page 22: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

memberikan air susunya. Namun, Santya (2015) juga merangkum berbagai

macam versi alasan yang lain yang menjelaskan tentang mengapa sapi tidak

dimakan oleh orang Hindhu, yaitu karena sapi merupakan hewan yang berjasa

besar kepada manusia. hewan tersebut telah memberikan air susunya dan sering

dimanfaatkan untuk membajak sawah. Kulitnya juga dapat digunakan untuk

membuat pakaian dan alat-alat kesenian.

Kemudian alasan yang lainnya adalah karena sapi tidak memakan apa yang

dimakan manusia. Secara sederhana dapat bermakna jangan mengganggu

makhluk yang tidak mengganggumu. Alasan yang lainnya yaitu, sebagian dari

mereka mengatakan setelah memakan daging sapi mereka menjadi sakit. Ada juga

yang beralasan bahwa hewan sapi digunakan sebagai bentuk janji

seseoragterhadap sesuatu hal, seperti misalnya jika seseorag tersebut selamat dari

sebuah kecelakaan atau bencana, ia berjanji tidak akan memakan daging sapi

(Santya, 2015)

Alasan yang lain yaitu, karena di dalam ajaran agama Hindu terdapat Ahimsa,

yang berarti tidak membunuh atau menyakiti dan ada juga yag beralasan bahwa

orang yang membunuh sapi atau memakan dagingnya, akan menderita di neraka

selama ratusan tahun untuk satu bulu sapi yang dimakan. Itu berarti kalau

seseorang makan daging sapi yang memiliki seratus ribu bulu, maka akan berada

di neraka selama 100.000 dikali 100tahun. Alasan yang terakhir yaitu, bahwa sapi

merupakan kendaraan Dewa Siwa (Santya. 2015).

Dekorasi ruang acara, pengangga nganten, kuade, souvenir pernikahan, surat

undangan nikah, dokumentasi acara, keperluan lain-lain.

Untuk peryaan acara pernikahan tersebut terdapat berbagai macam

pengeluaran, seperti pengeluaran untuk menyewa gaun dan make up pengantin,

pengeluaran untuk menyewa kuade, dekorasi ruang acara, surat undangan nikah,

dokumentasi acara, dan lain-lain. Bagi informan, pengeluran ini merupakan

pengeluaran yang fleksibel menyesuaikan dengan besar atau kecilnya perayaan

acara pernikahan mereka. Pengeluaran ini tidak seperti pengeluaran yang lainnya,

dimana tidak terdapat syarat-syarat khusus yang harus diikuti. Informan banyak

mempertimbangan untuk tidak bermegah-megahan dalam mengadakan sebuah

pesta. Informan lebih mengutamakan hal-hal pokok di dalam pernikahan itu

sendiri, yang terpenting adalah agar pernikahan tersebut sah sesuai dengan syariat

Islam.

Hal tersebut terlihat dari keputusan keluarga besar Fika dan Rifqi untuk tidak

membuat baju seragam khusus keluarga seperti yang saat ini sedang trend di

dalam budaya pernikahan moderen. Mereka bersepakat untuk mengenakan baju

yang mereka punya dengan menyerasikan warna agar senada di hari pernikahan

tersebut, yaitu hijau tosca. Dekorasi, gaun pengantin, dan make up pengantin,

sampai kuade dalam budaya pernikahan masyarakat muslim Bali memang sangat

update mengikuti model pernikahan moderen.

Busana pengantin masyarakat muslim Bali cenderung mengikuti trend busana

pengantin moderen yang berupa gaun untuk wanita dan jaz untuk pria. Namun,

gaun tersebut dibuat panjang menutupi seluruh tubuh dan mereka memberikan

tambahan berupa jilbab untuk menutupi bagian kepala. Sedangkan, untuk pria

ditambah songkok. Mereka menyesuaikan model busana pengantin moderen agar

Page 23: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

dapat dikenakan oleh pengantin muslim. Tidak hanya model busana pengantin

moderen, terkadang mereka juga mengambil model busana kebaya jawa sebagai

busana pengangtin seperti yang dikenakan oleh pasangan Fika dan Rifqi ini.

Busana pengantin mereka memang tidak mengikuti busana pengantin pada

pernikahan adat Bali. Dalam pernikahan adat Bali, busana yang dikenakan bagi

kedua pasangan pengantin sangatlah khas. Seperti misalnya, busana pengantin

payas agung / bali agung merupakan salah satu ikon yang paling sering

dikenakan. Busana pengantin yang merupakan warisan dari kerajaan badung ini

dahulu dikenakan oleh anggota keluarga kerajaan yang akhirnya dipakai oleh

kalangan umum dalam hari-hari besar seperti acara pernikahan (Bekti, 2015).

Ciri khas dari busana ini ialah tapih yang dililitkan di tubuh dari bagian dada

sampai menutupi kaki, kemben untuk menutup bagian dada, kamen prada, srinata

untuk riasan dahi yang kemudian di atasnya disematkan petitis dan tajug emas,

dan juga bunga sandat dan bunga kap emas untuk riasan atas kepala. Sedangkan,

untuk pria menggunakan gelung garuda mungkur sebagai mahkota. Untuk cerik

prada, pending emas, gelang kana, gelang naga satru, dan badong (Bekti, 2015).

Begitu juga dengan kuade dan dekorasi dalam adat pernikahan Bali pun

sangatlah khas, sedangkan, dalam budaya pernikahan muslim Bali, mereka

mengikuti desain moderen yang sedang trend di masa kini. Untuk memenuhi

kebutuhan yang berbeda tersebut, terdapat berbagai macam jasa dekorasi dan gaun

pengantin yang menawarkan keperluan pengantin muslim. Seperti yang informan

Fika pesan, ia memesan kuade, gaun dan make up pengantin di tempat yang

menyediakan keperluan pengantin muslim.

Proses akuntabilitas dana uang dapur

Sebagaimana yang telah peneliti ceritakan di atas, bahwa uang dapur

merupakan uang yang diberikan oleh keluarga pria kepada keluarga wanita yang

digunakan untuk membiayai seluruh keperluan acara pernikahan. Uang dapur ini

menjadi penerimaan bagi pihak wanita. Besar jumlahnya ditentukan oleh pihak

wanita dengan ekspektasi yang didasarkan pada seberapa besar perayaan acara

pernikahan tersebut akan dilaksanakan beserta biaya yang dibutuhkan untuk

tradisi-tradisi yang terdapat di dalam adat pernikahannya.

Besaranya jumlah uang dapur yang diminta juga tetap mempertimbangakan

kemampuan finansial pihak pria. Disini terlihat pula perbedaan tugas dimana

pihak pria sebagai pemberi dana pernikahan, sedangkan pihak wanita sebagai

pengelola dana tersebut dan pengatur seluruh rangkaian acara pernikahan.

Dalam penggunaan uang dapur tersebut, informan melakukan pencatatan

sederhana pada lembaran kertas. Walaupun pencatatan tersebut tidak dilakukan

secara detail, namun bermanfaat sebagai kontrol pengeluaran dan sebagai bukti

penggunaan uang dapur tersebut secara bijak. Kertas catatan tersebut ditunjukkan

kepada pihak pria untuk memberitahukan pengeluaran apa saja yang dilakukan

selama mempersiapkan acara pernikahan tersebut.

Pertanggungjawaban ini memang tidak dituntut oleh pihak pria, meskipun

telah diberikan kepercayaan yang penuh, pihak wanita tetap berusaha

menunjukkan bahwa dana tersebut benar-benar dikelola secara hati-hati. Pihak

wanita memahami dalam penggunaan dana uang dapur tersebut, tentunya

membutuhkan pengelolaan yang benar, agar acara pernikahan mereka dapat

Page 24: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

tercapai sesuai rencana dan berjalan dengan lancar. Adanya pencatatan yang

mereka lakukan serta penyimpanan bukti belanja berupa struk menunjukkan

penglolaan yang akuntabel.

Tabel 6.1

Catatan Penggunaan Dana Uang Dapur

No Jenis Pengeluaran Total

1. Surat undangan 800 1.000.000

2. Administrasi KUA 600.000

3. 5 Kotak sundrang 150.000

4. Perlengkapan sundrang 960.000

5. 100 potongan kuku 100.000

6. 100 pisau buah 120.000

7. Tas souvenir 130.000

8. Make up dan gaun pengantin 7.000.000

9. Kaude 6.000.000

10. seprei 350.000

11. Foto grafer 1.800.000

12. catering 7.600.000

13. Bahan-bahan ritual metangas 500.000

14. Penutupan jalan raya 150.000

15. Rudat 500.000

16. Bahan-bahan masakan 1.990.000

17. Terob dan kursi 500.000

18. Kue-kuean 622.000 30.782.000

Biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) dalam akuntansi

pengeluaran Budaya pernikahan masyarakat muslim Bali, khususnya di kampung Lebah,

tidak hanya mengikuti adat istiadat Bali itu sendiri sebagai daerah tempat mereka

tinggal, tetapi juga membawa nilai agama Islam sebagai kepercayaan yang mereka

anut. Selain itu, mereka juga bersifat terbuka dengan budaya moderen yang ada

pada saat ini. Ketiganya, nilai agama, nilai adat istiadat, serta budaya moderen

mempengaruhi praktik-praktik akuntansi yang dilakukan dalam upacara adat

pernikahan mereka, seperti yang telah peneliti jelaskan di bagian sebelumnya.

Nilai agama tercermin di dalam akuntansi pengeluaran pengurusan akad

nikah. Sebagai kelompok yang menganut agama Islam, mereka harus mematuhi

syarat dan rukun nikah yang terdapat dalam syariat Islam, agar pernikahan mereka

menjadi syah. Sehingga, proses akad nikah dalam budaya pernikahan mereka

menjadi berbeda dengan masyarakat Bali pada umumnya sebagai masyarakat

yang mayoritas menganut agama Hindhu.

Dalam Islam, ketika melaksanakan akad nikah diharuskan adanya ijab kabul

sebagai salah satu dari rukun nikah. Selain itu, juga dibutuhkan seorang penghulu,

wali, beserta dua orang saksi laki-laki, yang oleh karena itu tata cara untuk

Page 25: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

menjadikan pernikahan tersebut syah menjadi berbeda dengan pernikahan adat

Bali, yang mana berpedoman pada kitab suci Weda dan adat yang berlaku secara

turun-temurun.

Mereka mengurus segala kebutuhan tersebut di Kantor Urusan Agama

(KUA), mulai dari mendaftarkan pernikahan, menyerahkan berkas-berkas,

membayar administrasi, mendapat penghulu, mengikuti pendidikan pranikah,

sampai apa yang akan diucapkan ketika acara akad nikah. Sedangkan,

Kemudian, Nilai adat-istiadat tercermin di dalam tradisi ngejot ka

lingkungane, ajengan nyama braya, pengiringan nganten muani, dan ritual

metangas, yang mana telah mengalami penyesuaian, sehingga, dapat dilakukan

tanpa melanggar nilai agama. Selanjutnya, kebudayaan moderen tercermin di

dalam perayaan pesta pernikahan tersebut, seperti model dekorasi ruang acara

pernikahan, dekorasi kuade, model gaun dan gaya make up yang dipakai oleh

pengantin, isi dan hiasan sundrang nganten, souvenir pernikahan, dan lain-lain.

Dari akuntansi pengeluaran dalam budaya pernikahan tersebut yang telah

peneliti jelaskan di atas, peneliti menemukan bahwa terdapat suatu konsep yang

serupa dengan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Peneliti

menyajikannya di dalam bagan aliur di bawah ini.

Carter (2009) menjelaskan, biaya tetap (fixed cost) merupakan suatu biaya

yang tidak berubah secara total pada saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun.

Biaya tetap (fixed cost) dalam akuntansi biaya dikatakan sebagai biaya yang

Page 26: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

dianggap untuk tetap berada dalam bisnis (being in business). Seperti misalnya,

Gaji eksekutif produksi, sewa, pemeliharaan dan perbaikan gedung, dan lain-lain.

Sedangkan, biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang berubah

menyesuaikan dengan aktivitas produksi. Jumlah dari biaya varibel ini berubah

secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan juga menurun

secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel (variable

cost) dapat dikatakan sebagai biaya dari melakukan bisnis (doing business).

Seperti misalnya, truk yang disewa dengan tarif per mil, perlengkapan, bahan

bakar, upah lembur, peralatan kecil, biaya komunikasi, dan lain-lain (Carter,

2009).

Keperluan KUA yang merupakan praktik akuntansi pengurusan akad nikah

membentuk suatu konsep yang serupa dengan biaya tetap, karena merupakan hal

yang paling utama untuk melaksanakan suatu upacara pernikahan, agar

pernikahan tersebut dapat dikatakan syah secara hukum dan agama. Biaya

pengurusan akad nikah ini merupakan biaya yang jumlahnya selalu sama dalam se

buah upacara pernikahan. Biaya tersebut tidak dipengaruhi oleh seberapa kecil

atau besar suatu acara pernikahan diselenggarakan, sehingga biaya pengurusan

akad nikah ini serupa dengan konsep biaya tetap yang terdapat di dalam

akuntansi. Dan peneliti menyebutnya sebagai biaya tetap religius, yang mana

dalam praktik akuntansinya didasarkan pada nilai agama.

Begitu pula dengan tradisi ngejot ka lingkungane, tradisi ajengan nyama

braya, pengiringan nganten muani, dan ritual metangas yang menjadi bagian

dalam proses upacara pernikahan mereka. Sehingga, biaya-biaya untuk

menyelenggarakan tradisi-tradisi tersebut menjadi selalu ada. Saat pengiringan

nganten muani, mereka mengundang kelompok gamelan rudat dari bapak-bapak

Masjid Al-Hikmah untuk mengiringi mempelai pria ke tampat acara akad nikah.

Dalam acara ritual metangas , ritual tersebut dilakukan oleh calon pengantin

wanita seorang. Begitu pula dengan tradisi ajengan nyama braya yang

diperuntukkan bagi anggota keluarga besar dan tradisi ngejot ka lingkungane yang

diperuntukkan untuk tetangga-tetangga dekat saja. Sehingga, biaya yang

dikeluarkan untuk tradisi tersebut tidak begitu berbeda di tiap-tiap upacara

pernikahan, baik dirayakan dengan mewah maupun tidak. Dari sana, terbentuk

pula suatu konsep yang serupa dengan biaya tetap yang peneliti sebut sebagai

biaya tetap tradisi, karena terdapat nilai-nilai adat istiadat di dalam praktik

akuntansinya.

Kebudayaan moderen yang tercermin di dalam dekorasi ruang acara, souvenir

pernikahan, panggung pengantin atau kuade, gaun pengantin, make up pengantin,

sundrang nganten, surat undangan, dokumentasi acara, serta keperluan-keperluan

lainnya membentuk suatu konsep serupa dengan biaya variabel (variable cost),

sebab biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut bersifat umum yang jumlahnya

berubah menyesuaikan dengan bagaimana pesta pernikahan tersebut dirayakan.

Begitu banyak hal-hal lainnya yang terdapat di dalam budaya masyarakat,

sehingga peneliti mengakui adanya keterbatasan peneliti mengenai hal tersebut.

Namun, peneliti tetap berusaha untuk melakukan penelitian ini sebaik mungkin

yang dapat peneliti lakukan dan berusaha menyampaikan semua yang peneliti

peroleh dari penelitian ini.

Page 27: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

KESIMPULAN

Budaya pernikahan masyarakat muslim Bali, khususnya di Kampung Lebah

memang berbeda dari pernikahan adat Bali pada umumnya. Selain mengikuti adat

Bali, budaya pernikahan mereka juga mengikuti budaya moderen yang ada pada

saat ini, namun tetap dilaksanakan tanpa melanggar nilai agama Islam sebagai

agama yang mereka anut melalui penyesuaian yang dilakukan.

Dari budaya pernikahan tersebut, peneliti menemui bentuk akuntansi yang

sangat unik dan menarik. Bentuk akuntansinya memang berbeda dengan akuntansi

yang pada umumnya terdapat dalam dunia bisnis. Selama penelitian ini, peneliti

memperoleh makna akuntansi berdasarkan sudut pandang informan, bagaimana

informan memahami akuntansi yang terdapat di dalam budaya pernikahan

mereka.

Peneliti menemukan akuntansi yang tergolong ke dalam akuntansi

penerimaan dan pengeluaran. Terdapat nilai-nilai yang mempengaruhi akuntansi

yang mereka lakukan, yaitu nilai agama Islam sebagai agama yang dianut oleh

kelompok masyarakat minoritas tersebut, juga nilai adat istiadat Bali yang mana

kental dengan agama Hindhu. Tidak hanya itu, keterbukaan terhadap budaya

moderen pun ikut mempengaruhi keunikan praktik-praktik akuntansinya.

Selanjutnya, peneliti juga melihat bahwa terdapat akuntabilitas di dalam

penggunaan uang dapur. Selain itu, peneliti juga menemukan, bahwa pada

akuntansi pengeluaran, terlihat konsep yang serupa dengan biaya tetap (fixed cost)

dan biaya variabel (variable cost).

Page 28: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, M. M., dan E. Susanto. (2012). Tradisi Ngunya Muslim Pegayaman Bali.

Karsa 20(2).

Al-Qur’an dan terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, Penerbit

Al-Huda 2005.

Atmadja, A. T. (2013). Pergulatan Metodologi dan Penelitian Kualitatif dalam

Ranah Ilmu Akuntansi. Jurnal Akuntansi Profesi 3(2).

Anggraini, Rini. (2016). Bulan Sabit Di Kota Semarapura (Studi Tentang Latar

Belakang Masuknya Islam Di Kampung Lebah, Klungkung, Bali Dan

Pemanfaatannya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Di Sma).

Bekti, S. (2015). Pancaran Agung Busana Pengantin

Bali.https://www.weddingku.com/blog/pancaran-agung-busana-pengantin-

bali. (Diakses pada tanggal 10 Juni 2017).

Budiasih, I.G.A.N. (2014). Fenomena Akuntabilitas Perpajakan pada Jaman Bali

Kuno: Suatu Studi Interpretif. Jurnal Akuntansi Multiparadigma 5(3): 409-

420.

Butar, S.B. (2011). Memahami Akuntansi dari Perspektif Historis. Dinamika

Sosial Ekonomi 7(2).

Certeau, M., D. (1984). The Practice of Everyday Life. University of California

Press, Berkeley.

Cresswell, J.W. (2014). Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. (Edisi 4). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications,

Inc.

Diana, Nina. (2016). Islam Masuk Ke Bali dan Dampaknya Terhadap

Perkembangan Islam di Bali. Tamaddun 4(2).

Dwijendra, N.K.A. (2003). Perumahan dan Pemukiman Tradisional Bali. Jurnal

Pemukiman Natah 1(1).

Effendi S., A. (2011). Implementasi Kearifan Lingkungan Dalam Budaya

Masyarakat Adat Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran Ips :Studi

Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Kuta dan Kajian PTK di SMP

Negeri 1 Tambaksari Kabupaten Ciamis. Tesis. Universitas Pendidikan

Indonesia.

Elo, S., dan H. Kyngas. (2008). The qualitative content analysis process. Journal

of Advanced Nursing 62(1): 107–115.

Galanou, E., Georgios. G., Ioannis, S., dan Vasilopoulos, D. (2010). The Effect of

Reward System on Job Satisfaction in an Organizational Chart of Four

Hierarchical Levels: A Qualitative Study. Canadian Social Science 6(5)

pp.102-103.

Gray, S.J. (1988). Towards a Theory of Cultural Influence on The Development of

Accounting Systems Internationally. University of Glasgow. Scotland.

Gulo, A.N. (2012). Degradasi Budaya Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat

Nias Di Denpasar. E-jurnal Kajian Budaya Universitas Udayana 1(1).

Page 29: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Harsha, T. P., N. Adib, dan A. Zaky. (n.d). Minat Mahasiswa Akuntansi dalam

Memilih Konsentrasi Akuntansi dan Keuangan Syariah. Jurnal Akuntansi

Multiparadigma.

Hopwood, A. (2011). The Accounts Behind The Story: Inspired by Hopwood‟s

Vision.https://elsevier.conferenceservices.net/resources/247/2182/pdf/CPA

C2011_0096_paper.pdf. (Diakses pada tanggal 26 oktober 2016).

House, R., M. Javidan., P. Hanges., dan P. Dorfman. (2002). Understanding

Cultures and Implicit Leadership Theories Across The Glob: An

Introduction to Project The Globe. Jurnal of World Bussiness 3-10.

Fang, T. (2003). A Critique of Hofstede‟s Fifth National Culture Dimention.

International Journal of Cross Culture Management (3)3: 347-368.

Jeacle, Ingrid. (2009). Accounting and Everyday life: towards a cultural context

for accounting research. Qualitative Research in Accounting and

Management, 6(3).

Jones, M. L., George, K. K., dan Michael, Z. (2005).Grounded Theory: A

theoretical and practical application in the Australian Film Industry. In A.

Hafidz Bin Hj (Eds.), Proceedings of International Qualitative Research

Convention 2005 (QRC05). Malaysia: Qualitative Research Association of

Malaysia.

Kartini, Indriana. (2011). Dinamika Kehidupan Minoritas Muslim Di Bali. Edisi

XXXVII. No.2

Kamayanti, Ari. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi: Pengantar

Religiositas Keilmuan.Yayasan Rumah Peneleh (Seri Media & Lestari) :

Jakarta Selatan.

Saefulah, A. (2013). Keberadaan Islam di Pulau Dewata. Jurnal Lektur

Keagamaan. 11(2) 339 – 370.

Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian (Diktat). Kediri: Tidak diterbitkan.

Lutfillah, N., Q. (2014). Akuntansi dalam Penetapan Sima Masa Jawa Kuno.

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 5(1): 170-344.

Lutfillah, N.Q., E.G. Sukoharsono., A.D. Mulawarman., dan Y.W. Prihatiningtias.

(2015). The Existence of Accounting on Local Trade Activity in The

Majapahit Kingdom. 2nd Global Conference on Bussiness and Social

Science, Bali, Indonesia. Social and Behavioral Sciences 211: 783-789.

Mulawarman A.D. (2013). Nyanyian Metodologi Akuntansi Ala Nataatmaja:

Melampaui Derridian Mengembangkan Pemikiran Bangsa „‟Sendiri‟‟.

Jurnal Akuntansi Multiparadigma 4 (1).

Mulawarman, A.D., A. Kamayanti. (n.d.) Islamic Accounting Anthropology: an

Alternative Solution to Solve An Modernity Problems. 9th International

Conferenceon Islamic Economics and Finance. Universitas Brawijaya.

Multazam, A. (2013).Hadist Tentang Sedekah Dan Tanggung Jawab Sosial.

Sumber: http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/03/hadis-tentang-

sedekah-dan-tanggung.html. (Diakses pada tanggal 10 Juni 2017).

Musianto, Lukas S. 2002. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan

Kualitatif dalam Metode Penelitian. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan

4(2): 123 – 136.

Page 30: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Myers, M. D. (1997). Qualitative Research in Information Systems. MIS

Quarterly 21(2) pp. 241-242

Myers, M.D., dan F.B. Tan. (2002). Beyond Models of National Culture in

Information System Researchs. Journal of Global Information Management

10(2).

Myers, M. D. (2009). Qualitative Research in Business and Management. Sage

Publication Asia-Pasific Pte Ltd. Singapore. Terjemahan. Priyono, M. S. I.

(2014). Penelitian Kualitatif dalam Bisnis dan Manajemen. (Cetakan 1).

Penerbit Zifatama Publisher. Sidoarjo.

Nofianti, Leny. (2012). Kajian Filosofis Akuntansi: Seni, Ilmu, atau Teknologi.

Pekbis Jurnal, 4(3): 203-210.

Odongo, I. (2016). The Influence of Culture on Judgment and Decision Making.

International Journal of Advanced Legal Studies and Governance, 6(1).

Pratiwi, G.A.M.F., A.T. Atmadja., dan N.T. Herawati. (2015). Eksistensi

Pelaporan Keuangan pada Upacara Ngaben Masal di Banjar Pakraman

Banyuning Tengah dan Banyuning Barat, Desa Pakraman Banyuning,

Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. E-Journal S1 Ak

Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1).

Putri, Anisa. (2010). Perkembangan Akuntansi di Indonesia. Jrak, 2: 38-49.

Prihatinah, T.L. ( 2008). Tinjauan Filosofis Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974. Jurnal Dinamika Hukum 8(2).

Raden, S. (2011). Pelaksanaan Upacara Mematu dan Mandiu (Suatu Tinjauan

Hukum Islam dan Hukum Adat). Hunafa: Jurnal Studia Islamika 8(2): 363-

396.

Ragawino, B. (2008). Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat Indonesia.

Universitas Padjadjaran, Bandung.

Rahmi, A. (2015). Penulusuran Akuntansi dalam Kehidupan Sehari-hari

Mahasiswa Universitas Brawijaya. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.

Redaksi. (2014). Hukum Hadiah dalam Islam. Sumber:

http://sunnah.or.id/buletin-assunnah/hukum-hadiah-dalam-islam.html.

(Diakses pada tanggal 10 Juni 2017).

Saefullah, Asep. (2013). Masjid Ampel di Amlapura Karangasem: Salah Satu

Bukti Peninggalan Sejarah Islam di Bali.

Salle, Ilham Z. (2015). Akuntabilitas Manuntungi: Memaknai Nilai Kalambusang

pada Lembaga Amil Zakat Kawasan Adat Ammatoa. Jurnal Akuntansi

Multiparadigma 6(1):1-174.

Santoso, S. (n.d.) Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan

Berkelanjutan. Seminar Nasional Pendidikan Akuntansi dan Keuangan.

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Santya, M.D. (2015). Mengapa Orang Hindhu Tidak Memakan Daging

Sapi?.http://www.kulkulbali.co/post.php?a=373&t=mengapa_orang_hindu

_tidak_memakan_daging_sapi#.WTPKhMYQ_IU. (Diakses pada tanggal 10

Juni 2017).

Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. (2013). Research Methods for Business. United

Kingdom: Jhon Wiley & Sons Ltd.

Page 31: ABSTRAK AKUNTANSI PERNIKAHAN MUSLIM BALI (STUDI …

Selian, R., S. (n.d.). Upacara Perkawinan „‟Ngerje‟‟: Kajian Estetika Tradisional

Suku Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. FKIP Universitas Syiah Kuala

Darussalam Banda Aceh.

Siregar, L. (2002). Antropologi dan Konsep Kebudayaan. Antropologi Papua,

1(1).

Sitorus, J.H.E., I. Triyuwono. (n.d.). Akuntansi Sinamot (Studi Etnografi dalam

Pernikahan Adat Batak Toba). Jurnal Akuntansi Multiparadigma.

Sukoharsono, Eko Ganis. (2009). Refleksi Ethnografi Kritis: Pilihan Lain Teknik

Riset Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 4(1) pp 91-109.

Suparlan, P. (2003). Bhineka Tunggal Ika: Keanekaragaman Suku Bangsa atau

Kebudayaan?. Antropologi Indonesia, 72.

Suryana, C. (2007). Pengolahan dan Analisis Data Penelitian. Materi Diklat

Kompetensi Pengawas. Jakarta.

Suyatmini, Y. Sarjono, T. Asmawati, dan W. Rohmah. (2015). Accounting

Learning Management on Curriculum 2013 Based on Lesson Study at

Vocational School Surakarta. International Journal of Education, 7(4):89.

Thomas, D. R. (2006). A General Inductive Approach for Analyzing Qualitative

Evaluation Data. American Journal of Evolution 27:237.

Tuasikal, M.A. (2012). Panduan Makanan (1): Pengaruh Makanan Haram.

Sumber: https://muslim.or.id/10842-panduan-makanan-1-pengaruh-

makanan-haram.html. (Diakses pada tanggal 10 Juni 2017).

Ustadz Abu Ismail Muslim Al-Atsari, A.I.M. (2010). Jika Suami Tidak Memberi

Nafkah. Sumber: https://almanhaj.or.id/2623-jika-suami-tidak-memberi-

nafkah.html (Diakses pada tanggal 10 Juni 2017).

Widayani, N., M., D., dan Hartati, S. (2014). Kesetaraan Dan Keadilan Gender

Dalam Pandangan Perempuan Bali: Studi Fenomenologis Terhadap Penulis

Perempuan Bali. Jurnal Psikologi Undip. 13(2) 149-162.

Zaitul (n.d.). Tinjauan Kritis tentang Pengaruh Budaya terhadap Sistem

Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta.