abses ginjal

9
Definisi Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2 macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kumanStafilokokus aureus yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih (antara lain dari kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi secara asending oleh bakteri E. Coli,Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare ini seringkali merupakan penyulit dari pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo, 2011) Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal adalah abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar 3-3). Abses perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan abses pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga pararenal atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke rongga pararenal. (Basuki P. Purnomo, 2011) 1.4 Etiologi Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara: a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika: a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi b. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang c. Terdapat gangguan sistem kekebalan. 1.5 Patofisiologi

Upload: muhar-randi

Post on 20-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ginjal

TRANSCRIPT

DefinisiAbses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2 macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kumanStafilokokusaureusyang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih (antara lain dari kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi secaraasendingoleh bakteriE. Coli,Proteus,atauKlebsiella spp.Abses kortikomedulare ini seringkali merupakan penyulit dari pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo, 2011)Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal adalah abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar 3-3). Abses perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan abses pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga pararenal atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke rongga pararenal. (Basuki P. Purnomo, 2011)1.4EtiologiSuatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak sterilb. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lainc. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksib. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurangc. Terdapat gangguan sistem kekebalan.

1.5PatofisiologiAbses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal. Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah akut dan kronis ginjal.

1.5 Manifestasi KlinisMenurut(Basuki P. Purnomo, 2011) :a.Nyeri pinggangb.Demam disertai menggigilc.Teraba massa sipinggang (pada abses peri atau pararenal)d.Keluhan miksi jika fokus infeksinya berasaal dari : saluran kemih, anoreksia, malas dan lemah.Gejala ini sering didiagnosis banding dengan pielonefritis akut. Nyeri dapat dirasakan pula di daerah (1) Pleura karena pleuritis akibat penyebaran infeksi ke subprenik dan Intrathorakal (2) Inguinal (3) abdominal akibat pada peritoneum posterior. Nyeri pada saat hiperekstensi pada sendi panggul adalah tanda dari penjalaran infeksi ke otot psoas.

1.6 Pemeriksaan DiagnosisMenurut(Basuki P. Purnomo, 2011) :a.Pemeriksaan UrinalalisMenunjukkan adanya oluria dan hematuriab.Kultur UrineMenunjukkan penyebab infeksic.Pemeriksaan darahTerdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkatd.Pemeriksaan foto polos abddomenDidapatkan kekaburan pada daerah pinggang, bayanga psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Adanya proses pada subdiafragma akan tampak pada foto thoraks sebagai ateletaksis, efusi pleura, empiema, atau elevasi diafrgama.e.Pemeriksaan USGAdanya cairan abses, tetapi pemeriksaan ini sanagt tergantung pada kemampuan pemeriksa.f.Pemeriksaan CT ScanDapat menunjukkan adanya cairan nanah di dalam intrarenal, perirenal, maupun pararenal

1.7 PenatalaksanaanMenurut(Basuki P. Purnomo, 2011) :Jika dijumpai suatu abses harus dilakukan drainase, sedangkan sumber infeksi diberantas dengan pemberian antibiotika yang adekuat. Drainase abses dapat dilakukan melalui operasi terbuka ataupun perkutan melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya dilakukan berbagai pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya.

BAB 3PENUTUP3.1 Pengkajiana.Anamnesisb. Riwayat Penyakit SekarangKeluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau infeksi saluran kemih. Infeksi bias diikuti dalam 11-2 minggu dengan demam dan nyeri pada pinggang atau kostovertebra.c. Riwayat Penyakit DahuluMengkaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada daerah tubuhlainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian di dokumentasikan.d.pengkajian psikososiokulturaladanya nyeri, benjolan pada pinggang dan pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.3.2 Pemeriksaan FisikKeadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya composmentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, nadi meningkat, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, TD tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit hipertensi renal3.3 Pemeriksaan Fisik FokusInspeksi.Terdapat pembesaran pada daerah costovertebra. Pada abses yang mengenai ginjal sering didapatkan penurunan urin output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal. Pasien mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisikontra lateral.Palpasi.Didapatkan adanya massa pembesaran ginjal pada costovertebra.Perkusi.Pada sudut costovertebra memberikan stimulus nyeri local disertai suatu penjalaran nyeri kepingang dan perut3.4 DiagnosaKeperawatan1.Nyeri b.d pasca drainase abses, respon inflamasi, kontraksiototefek sekunder, adanyaabses renal.2.Hipertermi b.d repon sistemik sekunder, adanya abses renal.3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.4.Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum5.Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisisakit, dan perubahan kesehatan.3.5 RencanaKeperawatanRencana keperawatan1.Nyeri b.d pasca drainase abses, respons inflamasi, kontraksi otot efek sekunder adanya abses renalTujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang / hilang atau teradaptasi.Kriteriahasil :- Pasien mengatakan nyeri berkurang / terkontrol-Skala nyeri 0-4-Raut wajah rileks-TTV Normal (TD: 120/80 mmHg ; Nadi : 60-100x/menit ; T : 36,5oC-37,5oC ; RR : 16-24x/menit)IntervensiRasional

Mandiri :1.Beri posisi yang nyaman pada pasien

2.Beri lingkungan yang nyaman dan tenang pada pasien

3.Istirahatkan pasien

4.Lakukan masase sekitar nyeri

H. E :1. Ajarkan tehnik distraksi

2. Ajarkan tehnik nafas dalam

Kolaborasi :1.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obatanalgetik sesuai indikasi

Observasi:1.Kaji nyeri menggunakan PQRST

2.Kaji TTV pasienMandiri :1.Posisi yang nyaman akan mengurangi rasa nyeri pasien sehinggga pasien dapat beristirahat2.Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri ekternal dan menganjurkan pasien untuk beristirahat3.Istirahat akan menurunkan O2 jaringan perifer sehingga akan meningkatkan suplai darah ke jaringan4.Meningkatkan kelancaran suplai darah untuk menurunkan iskemik

HE :1.Distraksi (pengalihan perhatian) dapat mengurangi persepsi nyeri2.Meningkatkan asupan O2 sehinggadapt menurunkan nyeri sekunder

Kolaborasi :1.Mempercepat penyembuhan, untuk mengurangi nyeri

Observasi :1.Mengetahui tingkat kapasitas nyeri pasien2.Memantau keadaan pasien

2. Hipertermi b.d repons istemik sekunder, adanya abses renal.Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, suhu tubuh pasien menurun/ kembali normalK.H: - Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC)- Akral hangat- Mukosa bibir lembab- Turgor kulit tidak tampak kemerahanIntervensiRasional

Mandiri:1. Beri kompres air hangat2. Pertahan kantirah baring total

H. E :1. anjurkan pasien untuk banyak minum2. Anjurkan pasien memakain pakaian yang tipis

Kolaborasi :1. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian antipiretik dan antibiotic

Observasi :1.Monitor suhu tubuh

2. observasi keadaan umum tubuh pasienMandiri :1.Memvasodilatasi pembuluh darah2.Mengurangi peningkatan metabolisme umum yang memberikan dampak terhadap peningkatan suhu tubuh secara sistemikHE :1.Untuk pemenuhan hidrasi cairan dalam tubuh2.Untuk mempercepat evaporasi sehingga terjadi proses penguapanKolaborasi :1.Untuk mempercepat penyembuhan, menurunkan suhu tubuh

Observasi :1.Mengetahui /mengontrol adanya peningkatan suhu tubuh untuk di berikan intervensi selanjutnya2.Memantau keadaan pasien

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhiK.H: - Porsi makan habis- BB meningkat- Mukosa bibir lembab- Hb dan Albumin NormalIntervensiRasional

Mandiri :1. Berikan makanan lunak2. Berikan makanan setengah padat dengan sedikit air

HE :1. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering2. Anjurkan pasien untuk menelan secara berurutan

Kolaborasi :1. Kolaborasi pemberian obat antasida

Observasi :1. Kaji suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus, misalnya : diare, konstipasi

Mandiri :1.Memudahkan masuknya makanan2.Meningkatkan kemampuan pasien dalam menelan

HE :1.Membantupemenuhan nutrisi peroral pasien2.Mencegah kelelahan pasien saat makan

Kolaborasi :1.Mengurangi mual / ggn lambung pasienObservasi :1.Mengetahui Fungsi system gastrointestinal penting untuk pemasukan makanan

4.Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umumTujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, terjadi peningkatan perilaku dalam perawatan diriK.H: - pasien menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri- pasien mampu dalam melakukan aktivitas- koordinasi otot , tulang, rangka baikIntervensiRasional

Mandiri :1.Beri lingkungan yang tenang

2.Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi pasien

3.Berikan latihan ROM

HE :1.Ajarkan pasien untuk mobilisasi

Kolaborasi :1.Rencanakan tindakan dengan tim medis lain untuk dalam memberikan tindakan fisioterapi yang tepatObservasi :1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitasMandiri:1.Lingkungan yang tenang membantu pasien untuk beristirahat2.Melatih perkembangan pasien

3.Membantu melatih otot, tulang dan rangkaHE :1.Untuk melancarkan peredarah darah sehingga keaadan pasien tidak kaku

Kolaborasi :1.Mempercepat adanya peningkatan aktivitas pasienObservasi :1.Untuk mengetahui tingkat kemampuan aktivitas pasien

5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan pasien berkurangK.H: - Pasien menyatakan kecemasan berkurang- Mengenal perasannya- Kooperatif dalam tindakan- W ajah tampak rileksIntervensiRasional

Mandiri :1.Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat2.Beri kesempatan kepadapasien untuk mnegungkapkan perasaannya

3.Beri privasi untuk pasien dan orang terdekat

HE:1.Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan selama perawatan

Kolaborasi :1.Kolaborasi dengantim medis lain dalam pemberian obat anti cemas sesuai indikasi

Observasi :1.Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, damping pasien dan lakukan tindakan bila menunnjukkan perilaku merusakMandiri :1.Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu2.Dapatmenghilangkanketegangan terhadap kekawatiran yang tidak diekspresikan3.Memberikan waktuuntuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan kecemasan dan perilaku adaptasi

HE :1.Menurunkan kecemasan pada setiap tindakan yang akan dilakukan

Kolaborasi :1.Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan

Observasi :1.Relaksasiverbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi,marah, gelisah