abortus inkomplit
DESCRIPTION
INKOMPLITTRANSCRIPT
Pendahuluan
• Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
• Sekitar 75% abortus spontan ditemukan pada usia gestasi kurang dari 16 minggu dan 62% sebelum usia gestasi 12 minggu.
Pendahuluan
• Terdapat berbagai faktor risiko dan penyebab dari abortus sendiri di mana 50 % sampai 70 % abortus terjadi spontan pada trimester pertama terutama abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik.
Pendahuluan
• Kasus yang diangkat dalam laporan kasus ini adalah mengenai seorang wanita, 29 tahun, yang datang dengan keluhan keluar darah disertai jaringan dari kemaluan. Di RSU Bangli, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
• Pasien akhirnya didiagnosis dengan abortus inkomplit dan dilakukan kuretase.
Definisi
• Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Epidemiologi
• Sekitar 75% abortus spontan ditemukan pada usia gestasi kurang dari 16 minggu dan 62% sebelum usia gestasi 12 minggu.
• Insidensi abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian disebutkan sekitar 60% dari wanita hamil dirawat di rumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit.
• Inisidensi abortus spontan secara umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan.
Etilogi
• Faktor GenetikLima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi penyebab 70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu. Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan berkontribusi pada 50% material genomik embrio.
Etilogi
• Gangguan PlasentaMayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun kelainan perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan sebagai unit fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada fetus.
Pada 97% kasus menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosis stroma, 75% mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan pembuluh darah.
Etiologi
• Kelainan UterusKelainan uterus yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih besar kemungkinannya untuk menyebabkan abortus.
Etiologi
• Kelainan UterusPerlekatan intrauteri paling sering terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas.
Etiologi
• Kelainan Endokrin Defek fase luteal disebut juga defisiensi
progesteron merupakan suatu keadaan dimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi progesteron tidak cukup dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding endometrium.
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus.
Etiologi
• Kelainan Endokrin Sindrom ovarium polikistik terkait
dengan infertilitas dan abortus. Dua mekanisme yang mungkin
menyebabkan hal tersebut terjadi adalah peningkatan hormon LH dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.
Etiologi
• Kelainan Imunologi Sekitar 15% dari 1.000 wanita dengan
abortus habitualis memiliki faktor autoimun.
Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi antikardiolipin.
Selain itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui HLA.
Etiologi
• Infeksi
Treponema pallidum Chlamydia trachomatis Neisseria gonorhoeae Streptococcus agalactina Virus herpes simpleks Sitomegalovirus Listeria monocytogenes Ureaplasma Urealyticum Toxoplasma
Etiologi
• Trauma Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan
tetapi banyak kasus yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling banyak
adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Data epidemiologis 16 negara menunjukkan bahwa
kecelakaan lalu lintas, kebakaran, dan jatuh yang paling banyak menyebabkan mortalitas maternal.
Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture uteri, trauma janin langsung.
Klasifikasi1. Tujuan Abortus medisinalis yaitu abortus yang sengaja dilakukan dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu. Pertimbangan ini dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, dan spesialis jiwa, bila perlu ditambah dengan pertimbangan dari tokoh agama yang terkait.
Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan apapun.
2. Jenis (dibahas pada diagnosis)
Klasifikasi
3. WaktuAbortus dini bila abortus tejadi pada usia
kehamilan <12 minggu dan >12 minggu disebut abortus lanjut. Abortus trimester satu biasanya diakibatkan kelainan genetik atau penyakit autoimun yang diderita ibu, abortus trimester dua biasanya disebabkan oleh kelainan uterus.
Patofisiologi
• Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang menyebabkan nekrosis jaringan.
• Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.
• Karena hasil konsepsi tersebut terlepas dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus berkontraksi dan mengeluarkan isinya.
Patofisiologi• Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
• Pada kehamilan 8-14 minggu biasanya diawali dengan pecahnya selaput ketuban dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan pervaginam banyak.
• Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.
Diagnosis
• Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah terlambat haid.
• Harus diperhatikan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
Diagnosis
• Diagnosis abortus dilakukan berdasarkan jenisnya, yaitu:Abortus iminensAbortus insipiensAbortus inkomplitAbortus komplitMissed abortionAbortus rekurenAbortus septik
Abortus Iminens
• Abortus Iminens adalah pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu, hasil konsepsi masih di dalam uterus dan tidak ada dilatasi serviks.
• Pasien akan atau tidak mengeluh mules-mules, uterus membesar, terjadi pendarahan sedikit seperti bercak-bercak darah menstruasi tanpa riwayat keluarnya jaringan terutama pada trimester pertama kehamilan.
• Pada pemeriksaan obstetrik dijumpai tes kehamilan positif dan serviks belum membuka.
• Pada inspekulo dijumpai bercak darah di sekitar dinding vagina, porsio tertutup, tidak ditemukan jaringan.
Abortus Insipiens
• Abortus Insipiens adalah perdarahan kurang dari 20 minggu karena dilatasi serviks uteri meningkat dan hasil konsepsi masih dalam uterus.
• Pasien akan mengeluhkan mules yang sering dan kuat, keluar darah dari kemaluan tanpa riwayat keluarnya jaringan, pendarahan biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan, darah berupa darah segar menglair.
• Pada inspekulo, ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan.
Abortus Inkomplit
• Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih terdapat sisa hasil konsepsi tertinggal dalam uterus.
• Pada anamnesis, pasien akan mengeluhkan pendarahan berupa darah segar mengalir terutama pada trimester pertama dan ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir.
Abortus Komplit
• Abortus Komplit adalah keadaan di mana semua hasil konsepsi telah dikeluarkan.
• Pada penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus mulai mengecil.
• Hasil konsepsi saat diperiksa dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap.
• Pendarahan biasanya tinggal bercak-bercak dan anamnesis di sini berperan penting dalam menentukan ada tidaknya riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
• Pada inspekulo, ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan
Missed Abortion
• Missed Abortion ditandai dengan kematian embrio atau fetus dalam kandungan >8 minggu sebelum minggu ke-20.
• Pada anamnesis akan ditemukan uterus berkembang lebih rendah dibanding usia kehamilannya, bisa tidak ditemukan pendarahan atau hanya bercak-bercak, tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir.
• Pada inspekulo bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
Abortus Rekuren
• Abortus rekuren adalah abortus spontan sebanyak 3x/ lebih berturut-turut.
• Pada anamnesis akan dijumpai satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas, riwayat menggunakan IUD atau percobaan aborsi sendiri, dan adanya demam.
Abortus Septik
• Abortus Septik ditandai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritonium. Hasil diagnosis ditemukan: panas, lemah, takikardia, sekret yang bau dari vagina, uterus besar dan ada nyeri tekan dan bila sampai sepsis dan syok.
Pemeriksaan Penunjang
• USG Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi
eksentrik dengan diameter 2-3 mm. Pada usia gestasi 5 minggu, terlihat diameter kantung
gestasi 5 mm, kantung telur 3-8 mm. Pada usia gestasi 6 minggu, terlihat diameter kantung
gestasi 10 mm, embrio 2-3 mm, dan terdapat aktivitas jantung.
Pada usia gestasi 7 minggu, diameter kantung gestasi 20 mm, terlihat bagian kepala dan badan yang menyatu.
Pemeriksaan Penunjang• USG
Pada usia gestasi 8 minggu, diameter kantung gestasi 25 mm, herniasi midgut, terlihat rhombencephalon, dan limb buds.
Pada usia gestasi 9 minggu, tampak pleksus koroidalis, vertebra, dan ekstremitas.
Pada usia gestasi 10 minggu, telah terlihat bilik jantung, lambung, kandung kemih, dan osifikasi tulang, pada usia gestasi 11 minggu, usus telah terbentuk dan struktur lainnya cenderung telah terbentuk dengan baik.
Abortus dapat ditegakkan dari USG transabdominal bila pada embrio >8 mm dan tidak ditemukan aktivitas jantung
Diagnosis BandingDiagnosis banding Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjangAbortus iminens - perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu berupa flek-flek
- nyeri perut ringan- keluar jaringan (-)
- TFU sesuai dengan umur kehamilan
- Dilatasi serviks (-)
- tes kehamilan urin masih positif
- USG : gestasional sac (+), fetal plate (+), fetal movement (+), fetal heart movement (+)
Abortus insipien - perdarahan banyak dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
- nyeri perut berat- keluar jaringan (-)
- TFU sesuai dengan umur kehamilan
- Dilatasi serviks (+)
- tes kehamilan urin masih positif
- USG : gestasional sac (+), fetal plate (+), fetal movement (+/-), fetal heart movement (+/-)
Diagnosis BandingDiagnosis banding Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjangAbortus inkomplit - perdarahan banyak
/ sedang dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
- nyeri perut ringan- keluar jaringan
sebagian (+)
- TFU kurang dari umur kehamilan
- Dilatasi serviks (+)- teraba jaringan dari
cavum uteri atau masih menonjol pada osteum uteri eksternum
- tes kehamilan urin masih positif
- USG : terdapat sisa hasil konsepsi (+)
Abortus komplit - perdarahan (-)- nyeri perut (-)- keluar jaringan (+)
- TFU kurang dari umur kehamilan
- Dilatasi serviks (-)
- tes kehamilan urin masih positif
bila terjadi 7-10 hari setelah abortus.
USG : sisa hasil konsepsi (-)
Diagnosis BandingDiagnosis banding Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjangMissed abortion - perdarahan (-)
- nyeri perut (-)- biasanya tidak
merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilannya > 14 minggu sampai 20 minggu penderita merasakan rahimnya semakin mengecil, tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.
- TFU kurang dari umur kehamilan
- Dilatasi serviks (-)
- tes kehamilan urin negatif setelah 1 minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan.
- USG : gestasional sac (+), fetal plate (+), fetal movement (-), fetal heart movement (-)
Diagnosis BandingDiagnosis banding Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjangMola hidatidosa - Tanda kehamilan
(+)- Terdapat banyak
atau sedikit gelembung mola
- Perdarahan banyak / sedikit
- Nyeri perut (+) ringan
- Mual - muntah (+)
- TFU lebih dari umur kehamilan
- Terdapat banyak atau sedikit gelembung mola
- DJJ (-)
- tes kehamilan urin masih positif
(Kadar HCG lebih dari 100,000 mIU/mL)
- USG : adanya pola badai salju (Snowstorm).
Blighted ovum - Perdarahan berupa flek-flek
- Nyeri perut ringan- Tanda kehamilan
(+)
- TFU kurang dari usia kehamilan
- OUE menutup
- tes kehamilan urin positif
- USG : gestasional sac (+), namun kosong (tidak terisi janin).
Diagnosis BandingDiagnosis banding Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjangKET - Nyeri abdomen
(+)- Tanda
kehamilan (+)- Perdarahan
pervaginam (+/-)
- Nyeri abdomen (+)- Tanda-tanda syok (+/-) :
hipotensi, pucat, ekstremitas dingin.
- Tanda-tanda akut abdomen (+) : perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
- Rasa nyeri pada pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba agak membesar dan teraba benjolan disamping uterus yang batasnya sukar ditentukan.
- Cavum douglas menonjol berisi darah dan nyeri bila diraba
- Lab darah : Hb rendah, eritrosit dapat meningkat, leukosit dapat meningkat.
- Tes kehamilan positif- USG : gestasional sac
diluar cavum uteri.
Abortus Iminens• Rawat jalan.• Banyak istirahat, hindari hubungan seksual.• Medikamentosa (kalau perlu):
Penenang: Luminal, Diazepam. Diazepam 3 kali 2 mg, per oral selama 5 hari atau Luminal 3 kali
30 mg. Tokolitik: Papaverin 3 x I tablet Plasentotrofik: Allylesterenol 10 mg, 3 kali 1 tab.
• Bila penyebab diketahui maka dilakukan terapi terhadap penyebab.• Pada kasus tertentu seperti abortus habitualis dan riwayat infertilitas
dilakukan rawat inap.
Abortus Insipiens
• Perbaikan keadaan umum.• Umur kehamilan kurang dari 12 minggu
dilakukan kuretase, lebih dari 12 minggu dilakukan oksitosin titrasi dan kuretase.
• Medikamentosa.Metil ergometrin 3 kali 5 mg per oral selama
5 hari.Amoksisilin 3 kali 500 mg per oral selama 5
hari.
Abortus Inkomplit
• Perbaikan keadaan umum.• Kuretase dengan atau tanpa digital plasenta
pre kuretase.• Medikamentosa.
Metilergometrin 3 kali 5 mg per oral selama 5 hari.
Amoksisilin 3 kali 500 mg per oral selama 5 hari.
Missed Abortion
• Persiapan evakuasi poliklinis dan periksa faal hemostasis.
• Evakuasi dengan D & C
Abortus Infeksiosus
• Perbaikan keadaan umum.• Antipiretik injeksi 2 cc i.m.• Ampicilin 3 kali l g, Gentamisin 2 kali 80 g,
Metronidazol supp 3 kali 1 g.• Kuretase dilakukan dalam tempo 6 jam bebas
panas atau dalam waktu 12-24 jam apabila panas tidak turun.
Prognosis
• Selain pada kasus antibodi antifosfolipid dan serviks inkompeten, angka kesembuhan setelah tiga kali abortus berturut-turut berkisar antara 70 dan 85 %, apapun terapinya. Wanita dengan abortus spontan tiga kali atau lebih berisiko lebih besar mengalami pelahiran preterm, plasenta previa, presentasi bokong, dan malformasi janin pada kehamilan berikutnya.
Identitas Pasien
• Nama : APDN• Umur : 29 tahun• Pendidikan: SMA• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga• Suku/Agama : Bali/Hindu• Status : Menikah• Alamat : Banjar Sideparna, Tembuku, Bangli• Tanggal Masuk : 4 September 2015 pukul 17.00 WITA• No. MR : 216028
Anamnesis
• Keluhan utama : Keluar darah dari kemaluan• Riwayat Keluhan:
Pasien datang sadar mengeluh keluar darah pervaginam sejak pukul 17.00 WITA (4 September 2015). Pasien sempat pingsan tadi siang. Pasien mengatakan demam sejak kemarin. Pasien menyangkal riwayat keluar air pervaginam. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan pinggang. Pasien menyangkal riwayat jatuh dan koitus. Pasien juga mengeluhkan ada keluar jaringan bersamaan dengan keluarnya darah.BAK (+), BAB (+), kesan normal.
Anamnesis
Riwayat dan Kebiasaan• Riwayat Penggunaan Obat
Tidak jelas• Riwayat Penyakit Terdahulu
Tekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung, asma, dan alergi disangkal
• Riwayat Penyakit KeluargaTekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung, asma, dan alergi disangkal
Anamnesis
• Riwayat Haid HPHT : 28-05-2015 TTP : 04-03-2016 ANC : Di dokter kandungan sebanyak 3 kali Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari Lama Haid : 3-4 hari, teratur Volume : ± 60 cc Nyeri haid : -
Anamnesis
• Riwayat Persalinan1. 9 tahun. Aterm. Pspt B. Tenaga Kesehatan.
. 2.500 g. Normal♀
2. 4 tahun. Prematur. SC ec KPD. Tenaga Kesehatan. . 1.700 g. Normal♂
3. Hamil ini.• Riwayat Pernikahan
Pasien menikah sebanyak 1 kali, umur waktu pertama kawin 21 tahun, pasien sudah menikah selama 9 tahun
Anamnesis
• Riwayat KontrasepsiPasien menggunakan KB suntik 3 bulan sekali. Lama pemakaian : 4 tahun
• Riwayat Sosial dan EkonomiPasien saat ini tinggal dengan suaminya. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien mengaku tidak pernah mengonsumsi alkohol maupun merokok.
• Riwayat OperasiSC anak ke-2, dirawat selama 3 hari
Pemeriksaan Fisik
• Status PresentKesadaran : Compos mentis Anemis : (-)TD : 100/70 mmHg Ikterus : (-)HR : 84 x/menit, teratur Sianosis : (-)RR : 20 x/menit Dyspnea : (-)Temperatur : 37,7 ºC Edema :(-)
• Status GeneralisataKepala : Mata : anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor ka=ki,
Pemeriksaan Fisik• Status General
Mata : anemi -/-, ikterus -/-Leher : Tiroid : tidak terabaMamae : Bentuk : simetris
Pengeluaran : tidak ada Kebersihan : cukup
Thorax : Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-Extremitas : hangat +/+
+/+
Pemeriksaan Fisik
• Status ObstetrikusAbdomen : Terdapat luka bekas operasiLeopold I : TFU tidak terabaLeopold II : Tidak dapat dinilaiLeopold III : Tidak dapat dinilaiLeopold IV : Tidak dapat dinilai
Pemeriksaan Fisik
• Status GinekologisInspeksi : Pengeluaran pervaginam : blood slymInspekulo : Vagina : Tidak ada kelainan
Hymen : robekPortio : utuhCavum douglas : tidak menonjol
VT : v/v normal, portio mencucu, blood slym (+), stolsel (+), jaringan (+)
perdarahan aktif (-), nyeri goyang portio(-)
Pemeriksaan Penunjang• Laboratorium (16:26 04/09/2015)
Darah LengkapHemoglobin : 14,3 g/dlHematokrit : 35,5 %Red Blood Cell : 4,78x106/mm³Leukosit : 16,5/mm³Trombosit : 174.000/mm³MCV : 74,2 fLMCH : 30,0 fLMCHC : 40,4 fLBT : 2’00”CT : 8’30”Tes beta HCG urin : (+)
Penatalaksanaan
• IVFD RL 20 tpm• Paracetamol 3x1 tab k/p• Cefotaxime 2x1g• Bedrest total• Puasa• USG• Kuretase
Laporan Kuretase (05/09/2015)
• Pasien terlentang litotomi dengan blok paraservikal• Asepsis/antisepsis• Persempit dengan doek steril• Inspekulo• Fiksasi portio dengan tenaculum• Sondage, uterus 8 cm anteflexi• Kuretasi, jaringan ± 5 cc, darah ± 5 cc• Evaluasi perdarahan aktif (-)• Operasi selesai
Laporan Kuretase (05/09/2015)
Instruksi post op :• Observasi, TTV, perdarahan dan keadaan umum• IVFD RL 20 tpm• Terapi oral :
Cefadroxil 2x1SF 2x1Asam mefenamat 3x1Metilergometrin 3x0,125 mg
• Jika baik : boleh pulang
Follow UpTanggal 6 September 2015 7September 2015
S: Keluar darah dari kemaluan (-) Keluar darah dari kemaluan (-)O: Status Present
Kesadaran : compos mentisTD : 90/60 mmHgHR : 80 x/menitRR : 20 x/menitT : 36,8°cStatus general : dalam batas normal
Status PresentKesadaran : compos mentisTD : 110/70 mmHgHR : 88 x/menitRR : 24 x/menitT : 36,6°cStatus general : dalam batas normal
Status GynecologyAbdomen: distensi (-), BU (+) baikVagina : perdarahan aktif (-)
Status GynecologyAbdomen: distensi (-), BU (+) baikVagina : perdarahan aktif (-)
A: Post kuretase ec abortus inkomplit Post kuretase ec abortus inkomplitP: - Cefadroxil 2x1
- SF 2x1- Asam mefenamat 3x1- Metilergometrin 3x0,125 mg
- BPL, kontrol 1 minggu- Cefadroxil 2x1- SF 2x1- Asam mefenamat 3x1- Metilergometrin 3x0,125 mg
Diagnosis• Pasien bernama APDN• Berumur 29 tahun• Beralamat di Banjar Sideparna, Tembuku, Bangli. • Datang tanggal 4 September 2015 karena perdarahan pervaginam• Pasien juga mengeluh nyeri perut dan pinggang. • Riwayat haid terakhir 28 Mei 2015. • Tafsiran persalinan 4 Maret 2016. • Pasien melakukan antenatal care di dokter kandungan sebanyak 3 kali • Dari hasil anamnesis juga diketahui riwayat menstruasi pasien, dimana pasien
menarche pada usia 14 tahun dengan siklus yang teratur setiap 28 hari dan lama haid 3-4 hari dengan volume ± 60 cc.
• Riwayat perkawinan 1 kali selama 9 tahun, dengan riwayat persalinan sebanyak 2 kali, dimana semua anak pasien hidup.
• Namun anak kedua dilahirkan prematur perabdominal.
Diagnosis
• Pasien saat ini didiagnosa dengan abortus inkomplit karena dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda serta gejala yang sesuai dengan abortus inkomplit.
• Dari hasil anamnesis diketahui keluhan utama pasien saat datang yakni pendarahan pervaginam dengan umur kehamilan 14-15 minggu.
• Kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri tidak teraba, Leopold I-IV tidak dapat dinilai.
• Kemudian saat dilakukan vaginal toucher didapatkan portio mencucu, blood slym, serta sisa jaringan, tidak didapatkan perdarahan aktif, serta tidak didapatkan nyeri goyang portio.
Diagnosis• Sesuai dengan teori yang menyatakan abortus adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
• Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah terlambat haid.
• Maka kasus ini dapat dipertimbangkan sebagai abortus karena pasien masih dalam masa reproduktif dan terdapat pendarahan pervaginam pada umur kehamilan 14-15 minggu.
• Pasien ini didiagnosis sebagai abortus inkomplit karena dari vaginal toucher terdapat jaringan sebagian, TFU tidak teraba, dan tes kehamilan masih positif.
Penatalaksanaan
• Menurut teori, yang dilakukan pertama kali adalah memperbaiki keadaan umum pasien, volume intravaskuler efektif harus dipertahankan untuk memberikan perfusi jaringan yang adekuat.
• Oleh karena itu, diberikan IVFD RL 20 tpm.• Setelah itu hasil konsepsi dalam uterus harus dievakuasi,
maka dilakukan kuretase. • Infeksi harus dikendalikan dengan antibiotik yang tepat,
oleh karena itu sebelum kuretase diberikan cefotaxime sebagai profilaksis, dan setelah kuretase diberikan cefadroxil.
Simpulan• Telah dilaporkan suatu kasus dengan abortus inkomplit pada wanita umur
29 tahun. • Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. • Pada pasien telah dilakukan tindakan kuretase.• Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
• Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih terdapat sisa hasil konsepsi tertinggal dalam uterus.
• Pada anamnesis, pasien akan mengeluhkan pendarahan berupa darah segar mengalir terutama pada trimester pertama dan ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir.