aborsi[1]
DESCRIPTION
studi hukum islamTRANSCRIPT
ABORSIMakalah :
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Studi Hukum Islam
Kelompok: 15 A
Anggota Kelompok:
Septianti Wulansari (D74214068)
Virly Carinne Wipie (D74214070)
Ana Ulfiya (D94214072)
Dosen Pembimbing:
Wasis Aminullah, M.Pd.I
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
i
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Studi Hukum Islam:
Aborsi” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hukum
Islam. Sebuah penjelasan tentang aborsi dalam hukum Islam.
Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat di dalam mencari ilmu
pengetahuan. Mengingat adanya kelemahan, dan keterbatasan, serta masih jauhnya karya
tulis ini dari kesempurnaan, maka semua saran dan kritik yang inovatif serta membangun
sangat diharapkan untuk menjadikan karya tulis ini lebih baik.
Surabaya, September 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Aborsi
B. Macam-Macam Aborsi
C. Faktor-Faktor Pendorong Aborsi
D. Dampak Aborsi
E. Hukum Aborsi Dalam Islam dan Hukum Positif Wanita
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
sebagai rahmat untuk alam semesta. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk
menikmati kehidupan, baik hewan, tumbuhan, dan terutama manusia yang
menyandang gelar khalifah di muka bumi ini. Oleh karena itu ajaran Islam sangat
mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta.
Memelihara jiwa dan melindunginya dari berbagai ancaman berarti
memelihara eksistensi kehidupan umat manusia. Namun tidak semua orang merasa
senang dan bahagia dengan setiap kelahiran yang tidak direncanakan, karena faktor
kemiskinan, hubungan di luar nikah, dan alasan-alasan lainnya. Hal ini
mengakibatkan, ada sebagian wanita yang menggugurkan kandungannya setelah janin
bersemi dalam rahimnya.
Agama Islam mengizinkan wanita mencegah kehamilan karena suatu sebab,
tetapi melarangnya mengakhiri kehamilan dengan cara abortus. Dari pandangan
Islam, ketidaksahan abortus (menggugurkan kandungan) tidak bergantung pada
masalah apakah janin itu berstatus manusia (sudah bernyawa) atau tidak. Kendatipun
Islam tidak mengakui janin sebagai manusia, namun Islam tetap memberinya hak
untuk kemungkinan hidup. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, kami membuat
makalah yang berjudul “Studi Hukum Islam: Aborsi” agar dapat menambah
pengetahuan tentang pengertian aborsi, faktor pendorong aborsi serta aborsi dalam
hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
4
1) Apa pengertian dari aborsi?
2) Apa saja macam-macam aborsi?
3) Apa faktor-faktor pendorong seseorang melakukan aborsi?
4) Bagaimana dampak aborsi?
5) Bagaimana hukum aborsi dalam Islam dan hukum positif wanita?
C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian aborsi.
2) Mengetahui macam-macam aborsi.
3) Mengetahui faktor-faktor pendorong seseorang melakukan aborsi.
4) Mengetahui dampak dari aborsi.
5) Mengetahui hukum aborsi dalam Islam dan hukum positif wanita.
D. Manfaat
1) Memberi wawasan dan ilmu pengetahuan tentang aborsi.
2) Mengambil hikmah dari dampak aborsi yaitu dengan menghindar dari tindakan
aborsi.
BAB II
5
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aborsi
Kata aborsi dalam bahasa inggris disebut abortion yang berasal dari bahasa
Latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran.1
Menurut istilah kedokteran, Aborsi adalah megeluarkan isi rahim sebelum
mencapai 28 minggu, yang menjadikanya tidak dapat hidup. Maka bila lahir setelah
waktu tersebut tidak dinamakan sebagai aborsi menurut kedokteran, tetapi ia
dinamakan dengan kelahiran sebelum waktunya.
Menurut istilah undang-undang, Aborsi adalah mengeluarkan janin dengan
unsur kesengajaan sebelum waktu tabiat kelahiran, dan dilakukan dengan segala cara
yang tidak dihalalkan oleh undang-undang. Maka ditegakkan padanya hukum bila
terdapat tiga rukun; adanya kehamilan, adanya praktek-praktek yang mengacu kepada
tindakan aborsi dan adanya maksud perbuatan kriminal.
Menurut istilah ulama syar’i, mereka mengistilahkan aborsi sebagaimana yang
di istilahkan ahli bahasa, hanya saja kalangan syafi’iyah, jumhur dan hanafiyah
memasukan aborsi dalam bab jinayat (pidana).2
Dari pengertian-pengertian di atas tersebut dapat dikatakan bahwa, aborsi
adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan dengan mengeluarkan janin
dari kandungan sebelum janin itu dapat hidup di luar kandungan.3
B. Macam-Macam Aborsi
Secara umum Aborsi dibagi menjadi 2 macam. Yaitu :
1 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, hlm 44.
2 Suriyadi, Aborsi Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif Indonesia,
http://suriyadiadhi.blogspot.co.id/2012/12/aborsi-dalam-perspektif-islam-dan-hukum.html, diakses pada tanggal
10 September 2015.3 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, hlm 44.
6
1) Aborsi Spontan adalah aborsi yang tidak disengaja dan terjadi secara alamiah.
Proses ini ditandai dengan pendarahan, biasanya akibat terkejut dan bisa juga
karena jatuh. Abortus semacam ini tidak menimbulkan dampak hukum, karena
hal itu terjadi, di luar kehendak dan kuasa manusia.4
Aborsi ini dibedakan menjadi 4 yaitu :
a) Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi perdarahan
dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim, serta leher rahim
belum melebar (tanpa dilatasi serviks).
b) Abortus insipiens, berarti bahwa kehamilan mustahil untuk dilanjutkan.
Seringkali terdapat pendarahan per vagina hebat karena area plasenta yang
luas terlepas dari dinding uterus.
c) Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia sebelum
20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam rahim.
d) Abortus kompletus, semua hasil konsepsi (pembuahan) sudah di keluarkan.
Hal ini cenderung terjadi pada usia delapan minggu pertama kehamilan.5
2) Aborsi Buatan adalah aborsi yang disengaja oleh manusia. Aborsi buatan ini
terdapat 2 macam :
Abortus artificialis therapicus, adalah aborsi buatan yang dilakukan atas
dasar medis. Seperti, jika saat mengandung sang ibu menderita penyakit
dan keselamatan ibu akan terancam jika tetap mempertahankan si anak.
Abortus provokatus ciminalis, adalah aborsi buatan yang dilakukan bukan
atas dasar medis. Aborsi ini biasanya dilakukan karena kehamilan yang
tidak dikehendaki.6
C. Faktor-Faktor Pendorong Aborsi4 Ibid, hlm 46.
5 Rony Fansyuri, Makalah Aborsi Lengkap, http://ronifansyuri.blogspot.co.id/2014/04/makalah-aborsi-
lengkap.html, diakses pada tanggal 10 September 2015.
6 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, hlm 46.
7
Meskipun dalam beberapa negara menerapkan larangan aborsi dan ada
ancaman pidana sebagai tindak kejahatan, namun hal itu tidak membuat para wanita
takut untuk melakukan aborsi. Ada berbagai macam faktor yang mendorong banyak
orang nekat melakukan aborsi. Dan pelaku-pelaku aborsi tersebut tidak hanya
dikalangan ibu-ibu yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi, sekarang banyak
kalangan remaja putri yang melakukan aborsi dengan alasan karena terlanjur hamil
sebelum melangsungkan pernikahan atau yang sering disebut hamil di luar nikah. Dan
secara umum ada dua macam alasan orang nekat melakukan aborsi ;
1. Atas dasar indikasi medis, seperti:
Untuk menyelamatkan ibu, karena apabila kehamilan dipertahankan, dapat
mengancam dan membahayakan jiwa si ibu.
Untuk menghindarkan kemungkinan terjadi cacat jasmani atau rohani, apabila
janin dilahirkan.
2. Atas dasar indikasi sosial, seperti:
Karena kegagalan mereka dalam menggunakan alat kontrasepsi atau dalam
usaha mencegah terjadi kehamilan.
Karena kehamilan yang terjadi akibat hubungan gelap dan ingin menutup aib,
seperti yang dilakukan oleh wanita yang belum bersuami atau dilakukan oleh
wanita yang telah bersuami dengan laki-laki lain karena terdorong oleh godaan
dan kenikmatan sekejap.
Karena kesulitan ekonomi yang membelit bagi sebagian orang, sedangkan
kehamilan itu tidak diinginkan dan terjadi diluar dugaan.
Karena kehamilan yang terjadi akibat perkosaan. Karena kejadian itu diluar
kehendaknya dan dia tidak dapat dipersalahkan, tetapi rasa malu tetap ada
apabila terjadi kehamilan.7
D. Dampak Aborsi
Sebenarnya aborsi itu, tidak terlepas dari resiko atau bahaya, berikut beberapa
dampak yang ditimbulkan dari proses aborsi :
7 Ibid, hlm 48.
8
1. Timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding alat kelamin dan merusak
organ-organ di dekatnya seperti kandung kencing atau usus.
2. Robek mulut rahim sebelah dalam. Hal ini dapat terjadi karena mulut rahim
sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya, tetapi juga kalau tersentuh,
maka ia menguncup kuat-kuat. Kalau dicoba untuk memasukinya dengan
kekerasan, maka otot tersebut akan robek.
3. Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang dimasukkan ke dalam saluran
leher rahim dan kadang-kadang masuk sampai ke rongga rahim, sehingga terjadi
infeksi yang disebut infectiosus.
4. Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu berhenti sebentar, tetapi beberapa
hari kemudian atau beberapa minggu timbul kembali. Menstruasi tidak normal
lagi selama sisa produk kehamilan belum dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat
berubah menjadi kanker.8
Selain itu, aborsi juga mengakibatkan gangguan psikologis. Gejala ini dikenal
dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Pasca-
Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions
Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
a) Kehilangan harga diri
b) Merasa diasing di masyarakat
c) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
d) Ingin melakukan bunuh diri
e) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
f) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
8 Ibid, hlm 49.
9
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya. Rasa bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau emosional,
yaitu stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis (Hidayat, 2007).9
E. Hukum Aborsi Dalam Islam dan Hukum Positif Wanita.
Pendekatan Islam tentang masalah pembatasan kelahiran aborsi sangat
berimbang. Islam mengizinkan wanita mencegah kehamilan, tetapi melarangnya
menghentikan kehamilan. Pengguguran setelah implantasi ovum yang telah dibuahi
dalam rahim dilarang keras serta dipandang sebagai kejahatan terhadap hukum Allah
dan si janin. Dari sisi pandang Islam, ketidakabsahan menggugurkan janin tidak
bergantung pada masalah apakah janin berstatus manusia atau tidak. Walaupun Islam
tidak mengakui janin sebagai manusia, namun Islam tetap memberinya hak
kemungkinan hidup. Aborsi telah menjadi lumrah di dunia Barat karena berbagai
sebab :
1. Karena pilihan antara anak atau karier
2. Karena pilihan antara anak atau kehidupan mewah
3. Karena tidak sahnya si anak
4. Karena jenis kelamin si anak yang salah (tidak di kehendaki)
5. Karena pemerkosaan
Semua alasan tersebut tidak dapat diterima dari sisi pandang islam. Dua alasan
pertama mencerminkan watak dari masyarakat yang materialistis. Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena [takut akan] kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka (QS.6:151)” “Dan
janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut akan kemiskinan. Kamilah
yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Sesungguhnya membunuh
[mereka] merupakan dosa yang besar (QS.17:13)”. Alasan ketiga adalah produk 9 Rony Fansyuri, Makalah Aborsi Lengkap, http://ronifansyuri.blogspot.co.id/2014/04/makalah-aborsi-
lengkap.html, diakses pada tanggal 10 September 2015.
10
samping dari hubungan seks gelap yang dikutuk islam dengan keras. Alasan keempat
tidak kurang buruk dan kejamnya dari adat Arab jahiliyah yang menguburkan bayi
wanita hidup-hidup.
Tentang alasan kelima, si wanita harus menggunakan pil morning-after atau
pil RU486 segera setelah serangan seks untuk mencegah terjadinya implantasi ovum
yang telah dibuahi. Tetapi, apabila kehamilan telah pasti, Islam tidak mengizinkan
pengguguran. Dalam kasus semacam itu, islam mengatakan: mengapa menggugurkan
anak karena kejahatan ayahnya ? Tentang nama baik si wanita, islam mengutuk
dengan keras orang yang melecehkan korban perkosaan dan seharusnya mereka harus
bersimpati kepadanya.
Teknologi modern (seperti ultra sound) telah memungkinkan manusia
mengetahui cacat tidaknya si anak sejauh sebelum kelahiran. Sebagian orang
membenarkan aborsi janin yang cacat. Para mujtahid mutakhir tidak mengizinkan
aborsi semacam itu. Mereka mengatakan bahwa orang tuanya harus berdoa dan
mengharapkan anak yang normal dan sehat. Ada banyak contoh dimana prakiraan
dokter terbukti salah. Dengan kata lain, yang dimaksudkan oleh para mujtahid kita
ialah, a\mbillah tindakan pencegahan sebelum hamil. Tetapi setelah terjadi kehamilan,
anda tidak diizinkan menggugurkan janin meskipun ia cacat.
Syariat hanya membolehkan aborsi bilamana para dokter menyatakan dengan
kepastian yang beralasan bahwa berlanjutnya kehamilan akan membahayakan nyawa
si ibu. Kebolehan ini didasarkan pada prinsip “mengambil yang lebih kecil buruknya
dari dua keburukan”, yang dalam teminologi islam dikenal denga prinsip al-ahamm
wa al-muhimm (yang lebih penting dan yang penting). Nabi berkata, “Apabila dua
barang terlarang datang sekaligus [pada seseorang], maka yang lebih kecil
dikorbankan demi yang lebih besar”. Dalam kasus sekarang, orang dihadapkan pada
dua hal yang terlarang, menggugurkan anak yang belum lahir atau membiarkan
seorang wanita mati. Jelaskan bahwa si wanita yang hidup “lebih besar” daripada si
anak yang belum lahir, maka aborsi diizinkan untuk menyelamatkan orang yang
hidup.10
Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama
bagi kehidupan manusia. Allah berfirman : ³Kami menurunkan Al-Quran kepadamu
10 Sayyid Muhammad Ridwi, Perkawinan dan Seks Dalam Islam, hlm 46.
11
untuk menjelaskan segala sesuatu (QS 16:89). Berikut ini adalah pandangan Al-Quran
terhadap masalah Aborsi.
a) Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama Islam
sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-
Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: ‘Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.´(QS 17:70).
b) Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan
dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan
medis dikenal dengan istilah abortus provokatus kriminalis´ yang merupakan
tindakan kriminal ± tindakan yang melawan Allah (QS 5:36).
c) Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih
sangat kecild alam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al Quran
menyatakan:´Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur
tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.´(QS: 53:32).
d) Tidak ada kehamilan yang merupakan ‘kecelakaan´ atau kebetulan. Setiap janin
yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia dari
tanah, k emudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak
terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: ‘Selanjutnya Kami
dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan.
Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.´ (QS 22:5).
e) Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus
hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil
diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap
para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW, seperti dikisahkan dalam
Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah
untuk menggugurkan kandungannya.11
11 Artia Sofftiyani, Makalah Aborsi Dalam Berbagai Aspek Pandangan,
http://artiasofftiyani.blogspot.co.id/2013/12/makalah-aborsi-dalam-berbagai-aspek.html, diakses pada tanggal
10 September 2015.
12
Menurut pandangan Islam, apabila abortus dilakukan setelah janin berumur 4
bulan, maka telah ada kesepakatan ulama tentang keharaman abortus tersebut, karena
diaanggap sebagai pembunuhan terhadap manusia. Tetapi apabila pembunuhan
dilakukan sebelum usia kehamilan 4 bulan ada beberapa pendapat, yaitu :
a) Muhammad Ramli dalam kitab An-Nihayah, membolahkan abortus dengan alasan
belum bernyawa. “setiap oranng yang belum diberi nyawa tidak akan
dibengkitkan Allah dihari kiamat. Setiap Sesautu yang tidak dibangkitkan berarti
keberadaannya tidak diperhitungkan dengan demikian tidak ada larangan untuk
menggugurkannya.(Muhammad Ramli dalam kitabnya Al-Nihayah)”.
b) Adapula ulama yang mengatakan makruh karena janin masih mengalami
pertumbuhan.
c) Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya
‘ulumuddin mengharamkan abortus dalam tahap ini.
d) Mahmud Syaltut mengatakan behwa sejak bertemunya ovum dan sperma maka
pengguguran adalah suatu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun si janin
belum diberi nyawa, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang
mengalami pertumbuhan dan pdersiapan untuk menjadi manusia. Tetapi apabila
abortus dilakukan benar-benar terpaksa demi menyelamatkan nyawa ibu maka
islam membolehkan, karena islam mempunyai prinsip “menempuh salah satu
tindakan yang lebih ringan dari 2 hal yang berbahaya, itu wajib hukumnya”.12
Sedangakan aborsi menurut para fuqaha’ (ahli hukum Islam) menyandarkan
pada hadits riwayat Bukhari yang dipahamkan bahwa sebelum melalui masa proses
perkembangan selama 120 hari kandungan belum hidup atau belum bernyawa. Hingga
para fuqaha’ membedakan hukum menggugurkan kandungan sebelum dan sesudah
ditiupkan ruh.
a) Sebelum ditiupkan ruh
Kalangan mazhab Hanafi, sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abidin,
berpendapat bahwa aborsi sebelum janin bernyawa dibolehkan, dan janin hanya
12 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, hlm 52.
13
dipandang bernyawa bila telah melalui proses perkembangan selama 120 hari.
Tetapi ada segolongan ulama mazhab ini yang berpendapat bahwa menggugurkan
kandungan sebelum berumur 120 hari itu hukumnya makruh bila tanpa uzur, dan
dapat dipandang sebagai uzur antara lain bila air susu ibu terputus setelah tampak
ada kehamilan, padahal ayah anak tidak mampu menyusukan anaknya kepada
orang lain, dan dikhawatirkan anak akan mati. Riwayat yang secara mutlak
membolehkan pengguguran janin berumur 120 hari, yang diperoleh ulama mazhab
Hanafi, ditafsirkan oleh sebagian ulama mazhab ini bila dalam keadaan uzur.
Mereka mengemukakan alasan pendapat serupa itu bahwa air yang telah jatuh dan
menetap di dalam rahim ibu menuju kepada hidup, yang karenanya, kandungan
sebelum ditiupkan ruh pun dihukumi hidup.
Fuqaha’ mazhab Zaidiyah, sebagaimana dikemukakan Al-Dasuki berpendapat
bahwa mengeluarkan mani yang telah berada dalam rahim meskipun belum
melalui masa 40 hari tidak boleh (haram). Pendapat ini merupakan pendapat
terkuat dalam mazhab Maliki, meskipun ada ulama mazhab ini yang mengatakan
hanya makruh bila dikeluarkan sebelum melalui masa 40 hari setelah pembuahan.
Fuqaha’ mazhab Syafi’i berselisih pendapat tentang hukum pengguguran
kandungan sebelum berumur 120 hari. Ada ulama yang berpendapat boleh, seperti
Abu Ishaq Al-Wazi, Abu Bakar bin Sa’id Al-Furati, Al-Qalyubi, dan lain-lain.
Ada yang berpendapat makruh, seperti Al-Ramli, dan ada pula yang berpendapat
haram, seperti Al-Ghazali, Ibnu Hajar dan Syaikh Al-Kurdi.
Secara bertahap, Al-Ghazali mengatakan bahwa terjadinya anak dalam
kandungan bertingkat-tingkat. Tingkat pertama ketika air mani memasuki rahim,
kemudian bertemu dengan bibit perempuan dan telah siap untuk menerima
kehidupan. Merusak wujud pertama ini adalah suatu kajahatan, bila telah menjadi
madhghah dan ‘alaqah, maka merusakkannya merupakan kejahatan yang lebih
keji. Apabila pada janin telah ditiupkan ruh, kejadian janin telah sempurna
berbentuk manusia, maka kerusakannya merupakan kejahatan yang bertambah
keji lagi. Puncak kekejian jinayat (kejahatan) ialah apabila ditujukan kepada anak
yang telah lahir dalam keadaan hidup.
14
Fuqaha’ mazhab Hambali, sebagaimana dikemukakan Ibnu Qudamah,
berpendapat bahwa perempuan yang menggugurkan kandungannya sebelum
membentuk manusi tidak dikenai sanksi apapun, sebab tidak dipandang sebagai
janin. Ibnu Qadamah hanya membicarakan dari segi sanksi hukumnya, tidak jelas
mengatakan boleh-tidaknya atau halal-haramnya.
Fuqaha’ mazhab Zhahiri, sebagaimana dikemukakan Ibnu Hazm, berpendapat
bahwa perempuan yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya sebelum
ditiupkan ruh, diwajibkan membayar diyat berupa budak laki-laki atau perempuan
kepada suaminya. Pendapat ini seperti halnya pendapat Ibnu Qudamah. Ibnu
Hazm membicarakan dari segi sanksinya. Tetapi dengan mewajibkan membayar
diyat itu dapat dipastikan bahwa sengaja menggugurkan kandungannya sebelum
ditiupkan ruh hukumnya adalah haram.
Dari keterangan para fuqaha’ dari berbagai mazhab mengenai hukum aborsi,
sebelum ditiupkan ruh itu, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam masalah ini
terdapat empat macam pendapat, yaitu :
a. Pertama, pendapat yang mutlak membolehkan, tanpa dikaitkan dengan adanya
uzur, yaitu yang dikemukakan ulama Zaidiyah, sebagian ulama mazhab Hanafi
dan sebagian ulama mazhab Syafi’i.
b. Kedua, pendapat yang membolehkan bila ada uzur, makruh bila tanpa uzur,
yaitu yang dikemukakan sebagian ulama mazhab Hanafi dan sebagian ulama
mazhab Syafi’i.
c. Ketiga, pendapat yang mengatakan makruh secara mutlak, yaitu yang
dikemukakan oleh ulama mazhab Maliki, tetapi bukan pendapat yang kuat.
d. Keempat, pendapat yang mengatakan haram, yaitu pendapat yang kuat dalam
mazhab Maliki dan pendapat sebagian ulama dari mazhab Syafi’i.
b) Aborsi setelah ditiupkan ruh
Sengaja menggugurkan kandungan setelah ditiupkan ruh pada janin, yaitu
setelah melampaui masa 120 hari sejak terjadinya pembuahan (konsepsi), tidak
diperselisihkan hukumnya oleh para ulama dari segala mazhab. Semua bersepakat
bahwa hukumnya haram dan kepada para pelakunya diancam dengan hukuman.
15
Perempuan yang sengaja menggugurkan kandungannya setelah ditiupkan ruh
wajib membayar ghurrah, budak laki-laki atau perempuan. Demikian pula bila
yang melakukan orang lain meskipun bapak dari janin itu sendiri.
Kecuali membayar ghurrah , sebagian fuqaha’ berpendapat bagi pelakunya
diwajibkan membayar kaffarah, berupa memerdekakan budak. Bila tidak
mungkin, diganti dengan puasa dua bulan berturut-turut. Bila ini pun tidak
mungkin diganti dengan member makan atau pakaian 60 orang miskin.
Dengan demikian tidak seorang ulama pun yang membolehkan sengaja
menggugurkan kandungan setelah berumur 120 hari, karena sudah dapat
digolongkan kepada kejahatan pembunuhan, atau dengan istilah undang-undang
digolongkan kejahatan terhadap nyawa. Bahkan ulama Zhahiri telah memandang
sebagai kejahatan pembunuhan dengan sengaja terhadap manusia yang diancam
dengan hukuman qishash atau dengan diyat bila dimaafkan.13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Aborsi adalah suatu perbuatan untuk mengakhirimasa kehamilan dengan
mengeluarkan janin dari kandungan sebelum janin itu dapat hidup di luar
kandungan.
2) Aborsi dibagi menjadi 2 macam yaitu aborsi spontan (tidak disengaja) dan
aborsi buatan (abortus atas usaha manusia).
13 K.H. Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik, dan
Ekonomi, hlm 58.
16
3) Ada berbagai macam faktor yang mendorong banyak orang nekat melakukan
aborsi, misalnya karena hamil diluar nikah, kesulitan ekonomi, dan akibat
perkosaan.
4) Dampak dari melakukan aborsi yaitu dapat menganggu psikologis dan
kesehatan misalnya robeknya mulut rahim sebelah dalam dan pendarahan.
5) Syariat hanya membolehkan aborsi bilamana para dokter menyatakan dengan
kepastian yang beralasan bahwa berlanjutnya kehamilan akan membahayakan
nyawa si ibu.
B. Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat dapat memeberikan beberapa saran, di
antaranya:
a) Pembaca
Setelah membaca makalah dari kelompok kami sebaiknya pembaca
dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang positif tentang aborsi.
b) Pembuat makalah selanjutnya
Sebaiknya pembuat makalah selanjutnya dapat melengkapi kekurangan
– kekurangan dari makalah kelompok kami.
DAFTAR PUSTAKA
Sayyid Muhammad Ridwi, Perkawinan dan Seks Dalam Islam, Lentera, Jakarta:
1996.
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer
Hukum Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1997.
17
K.H. Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat,
Hukum, Politik, dan Ekonomi, Mizan, Bandung: 1996.
http://suriyadiadhi.blogspot.co.id/2012/12/aborsi-dalam-perspektif-islam-dan-
hukum.html
http://ronifansyuri.blogspot.co.id/2014/04/makalah-aborsi-lengkap.html
http://artiasofftiyani.blogspot.co.id/2013/12/makalah-aborsi-dalam-berbagai-
aspek.html
18