bab i aborsi

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan. Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar.

Upload: ronaldbasten

Post on 05-Jul-2015

10.639 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i aborsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari

tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia

sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak

sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg

mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada

yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus

dipertahankan, dan lain-lain.

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak

pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian

ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.

Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja

muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu

yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian,

tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini

aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi

dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung

menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini

terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat,

selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat

untuk mereka yang terlambat datang bulan.

Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan

ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung

kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan

20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1

dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO

memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000

sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di

wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka

tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup

besar.

Page 2: Bab i aborsi

2

1.2 BATASAN MASALAH

Dalam makalah ini saya akan membahas masalah-masalah dalam dunia aborsi.

Dalam masalah-masalah ini terdapat dua sudut pandang, yaitu dari segi masyarakat

dan dari Gereja Katolik.

Dalam segi/aspek masyarakat, masalah yang saya angkat ialah sebagai berikut:

1. Apakah definisi/pengertian dari aborsi?

2. Apa yang sebenarnya terjadi dalam masalah aborsi ?

3. Apa akibat aborsi ini untuk hidup manusia secara keseluruhan?

4. Bagaimana reaksi manusia tentang aborsi?

5. Mengapa masalah ini sangat serius dan membahayakan?

Dalam segi/aspek Gereja Katolik, masalah yang saya angkat ialah sebagai berikut:

1. Apa yang dikatakan Alkitab mengenai kasus aborsi?

2. Apa yang dikatakan oleh ajaran dogma Gereja Katolik?

3. Apa tanggapan Gereja tentang kasus aborsi?

4. Apakah kesulitan yang dihadapi Gereja berkaitan dengan kasus aborsi?

1.3 TUJUAN

Dalam pembuatan makalah ini, saya akan menjelaskan masalah-masalah dalam

segi/aspek masyarakat yang akan saya uraikan dalam bab II – bab IV, dan masalah-

masalah dalam segi/aspek Gereja Katolik yang akan saya uraikan dalam bab V.

Dalam bab II – IV, saya akan menjelaskan secara mendetail apa itu aborsi,

metode-metode yang digunakan, efek-efek dan resiko-resiko, jenis-jenis aborsi, dan

alasan dilakukannya aborsi.

Akhir bab, saya akan memberikan tanggapan dan solusi mencegah terjadinya

aborsi, yang akan saya uraikan dalam bab VI.

Untuk data real, saya menyajikannya pada bagian lampiran yang berada pada

akhir bab.

Page 3: Bab i aborsi

3

BAB II

ABORSI

2.1 PENGERTIAN

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women‟s Health oleh Institute for

Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan

sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah

dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi

keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan

sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum,

istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin

sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat

janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).

2.2 PENYEBAB ABORTUS

Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :

Maternal.

Penyebab secara umum

1. Infeksi akut

- Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis

- Infeksi bakteri, misalnya streptokokus

- Parasit, misalnya malaria

2. Infeksi kronis

- Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

- Tuberkulosis paru aktif.

- Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll

Janin

Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil

konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.

Page 4: Bab i aborsi

4

2.3 ALASAN ABORTUS PROVOKATUS

Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-

syarat sebagai berrikut:

Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang

terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika

dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit

keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.

Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung

organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,

toksemia gravidarum yang berat.

Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang

disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus

seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan

psikiater.

Page 5: Bab i aborsi

5

BAB III

ABORSI DITINJAU DARI SUDUT MEDIS DAN ETIKA KRISTIANI

3.1 ABORSI DARI SUDUT MEDIS

Menurut batasan atau definisi, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan dimana

buah kehamilan itu tidak mempunyai kemungkinan hidup di luar kandungan.

Sedangkan dunia kedokteran berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat badan

yang sama atau kurang dari 500 gram tidak mungkin hidup di luar kandungan,

meskipun ada laporan kedokteran yang menyatakan bahwa ada janin di bawah 500

gram yang dapat hidup. Karena janin dengan berat badan 500 gram sama dengan usia

kehamilan 20 minggu, maka kelahiran janin dibawah 20 minggu tersebut sebagai

aborsi.

Ada negara tertentu yang memakai batas 1000 gram sebagai aborsi, menurut

Undang-Undang di Indonesia, kematian janin di bawah 1000 gram tidak perlu

dilaporkan dan dapat dikuburkan di luar Tempat Pemakaman Umum.

Dari cara terjadinya aborsi, ada dua macam aborsi, aborsi spontan (abortus

spontaneus) dan aborsi buatan (abortus provocatus). Aborsi spontan terjadi sendiri

tanpa campur tangan manusia, sedang aborsi buatan adalah hasil dari perbuatan

manusia yang dengan sengaja melakukan perbuatan pengguguran. Abortus yang

terjadi pada usia kehamilan di bawah 12 minggu disebut abortus dini.

Abortus Spontaneus

Insiden abortus spontan diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka

ini mempunyai dua kelemahan, yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang

tidak terdeteksi, serta aborsi ilegal yang dinyatakan sebagai abortus spontan.

Insiden abortus spontan sulit untuk ditentukan secara tepat, karena sampai

sekarang belum diterapkan kapan sebenarnya dimulainya kehamilan? Apakah

penetrasi sperma kedalam sel telur sudah merupakan kehamilan? Apakah pembelahan

sel telur yang telah dibuahi berarti mulainya kehamilan? Atau kehamilan dimulai

setelah blastocyst membenamkan diri kedalam decidua? Atau setelah janin

“bernyawa”?

Dengan pemeriksaan tes yang dapat mendeteksi Human Chorionic Gonadotropin

maka frekuensi abortus akan menjadi lebih tinggi (20% – 62%).

Page 6: Bab i aborsi

6

1. Penyebab abortus spontan

Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu. Setengah di

antaranya disebabkan karena kelainan kromosom. Resiko terjadinya abortus

meningkat dengan makin tingginya usia ibu serta makin banyaknya kehamilan.

Selain itu kemungkinan terjadinya abortus bertambah pada wanita yang hamil

dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan.

Pada abortus dini, pengeluaran janin/embrio biasanya didahului dengan

kematian janin/embrio. Sedangkan abortus pada usia yang lebih lanjut, biasanya

janin masih hidup sebelum dikeluarkan.

Kelainan Pertumbuhan Zygote.

Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan

pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote,

embrio, janin maupun placenta. Ternyata 50% – 60% dari abortus ini

berhubungan dengan kelainan kromosom.

Faktor Ibu.

Penyakit pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom yang

normal, paling banyak pada usia kehamilan 13 minggu. Beberapa macam

infeksi bakteria atau virus dapat menyebabkan abortus. Penyakit ibu yang

kronis biasanya tidak menyebabkan abortus, meskipun dapat menyebabkan

kematian janin pada usia yang lebih lanjut atau menyebabkan persalinan

prematur. Kelainan pada uterus (rahim) dapat menyebabkan abortus spontan.

2. Pembagian abortus spontan

Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang

mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-kadang

kehamilan masih dapat diselamatkan.

Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan

terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim.

Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar

dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi biasanya

cukup banyak namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan

pengosongan rahim secepatnya.

Page 7: Bab i aborsi

7

Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari

rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan.

Missed Abortion. Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan

yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.

Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid.

Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara

spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain.

Abortus Therapeuticus

Abortus therapeuticus adalah pengakhiran kehamilan pada saat dimana janin

belum dapat hidup demi kepentingan mempertahankan kesehatan ibu. Menurut

Undang-Undang di Indonesia tindakan ini dapat dibenarkan. Keadaan kesehatan

ibu yang membahayakan nyawa ibu dengan adanya kehamilan adalah penyakit

jantung yang berat, hypertensi berat, serta beberapa penyakit kanker.

Di beberapa negara, termasuk dalam kategori ini adalah kehamilan akibat

perkosaan atau insect, dan pada keadaan dimana bayi yang dikandungnya

mempunyai cacat fisik atau mental yang berat. Di negara-negara Eropa, aborsi

diperbolehkan apabila ibu menderita campak Jerman (German Measles) pada

trimester pertama.

Elective Abortion

Aborsi sukarela adalah pengakhiran kehamilan pada saat janin belum dapat

hidup namun bukan karena alasan kesehatan ibu atau janin. Pada masa kini,

aborsi jenis inilah yang paling sering dilakukan. Di Amerika Serikat, terjadi satu

aborsi sukarela untuk tiap 3 janin lahir hidup.

Eugenic Abortion:

pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat

Page 8: Bab i aborsi

8

3.2 ABORSI DARI SUDUT ETIKA KRISTIANI

Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis

dan kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap

empati, kasih, bukan hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah

terbungkus oleh banyak label, mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang

esensial, sehingga kita juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah

menjadi pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif fundamentalis dan

liberalis. Substansi permasalahan sudah tertutup dengan label atau cap-cap. Misalnya,

pemberitaan-pemberitaan di media massa menyudutkan bahwa yang melakukan

aborsi sebagai pembunuh berdarah dingin, atau membunuh secara sederhana.

Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua belah

pihak pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau situasi yang

dianggap perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua kutub.

1. Perbedaan Pandangan

Perbedaan pandangan mengenai relasi atau hubungan antara sang ibu dengan

janin yang dikandung. Bilamana janin itu sepenuhnya bagian tubuh sang ibu

maka yang “anti” aborsi menganggap aborsi melanggar hak-hak ibu. Atau

sebaliknya kalau sang ibu itu hanya alat/instrumental saja selama 9 bulan 10 hari,

maka ibu tidak mempunyai hak. Namun yang pasti secara teologis semuanya

adalah hak Allah.

2. Perbedaan Paham

Perbedaan paham mengenai kapan dimulainya kehidupan manusia.

Pembuahan terjadi di rahim, di situlah kehidupan dimulai. Tapi belum menjadi

manusia. Jadi mempunyai potensi menjadi calon siapa. Kapan terjadi manusia,

ada beberapa hipotesa, yaitu :

1. Minggu ke-12, karena setelah bulan ke tujuh telah terbentuk kortek yang

akan menjadi manusia.

2. Hari yang ke-12, karena sebelum hari ke-12 belum terjadi individu alisasi.

3. Hari ke-6 atau ke-7 setelah haid terakhir sel tersebut berkembang menjadi

janin.

4. Sejauh pembuahan sudah berkembang menjadi manusia.

Page 9: Bab i aborsi

9

Dari keempat hipotesa tersebut disimpulkan bahwa, semakin tua usia janin

semakin komplek masalahnya bila melakukan aborsi. Bahwa benar atau salah

melakukan tindakan aborsi, yang pasti salah.

Dalam kehidupan kita yang dipengaruhi oleh dosa, kita tidak jarang didorong

atau dipaksa untuk melakukan perbuatan yang salah/dosa. Tetapi dalam alasan-

alasan yang positif dan dapat dipertanggungjawabkan aborsi dapat dilakukan,

misalnya untuk hal-hal yang jika tidak dilakukan akan mengakibatkan sesuatu

yang sangat merugikan.

Dalam pemahaman seperti itu, aborsi mungkin dilakukan apabila:

1. Demi keselamatan jiwa ibu.

2. Kalau probabilitas (kemungkinan) bayi yang akan dilahirkan akan cacat.

3. Keluarga-keluarga yang memang beban ekonominya sangat berat sekali dan

usia janin tersebut masih sangat muda sekali.

Namun ini bukan berarti saya menyetujui tindakan aborsi, karena aborsi tetap

akan berlangsung terus. Justru masyarakat juga harus diberi terapi. Orang-orang

yang mendorong aborsi itu yang harus diperhatikan juga. Oleh karena itu saya

menegaskan bahwa etika menjadi efektif kalau tidak dilihat secara normatif

semata, namun harus melihat realitas yang ada.

Permasalahannya bukan boleh atau tidak boleh, benar atau tidak benar.

Prinsip etika harus dikaitkan dengan kenyataan hidup. Realitas dosa inilah yang

menyebabkan masalah aborsi tidak dapat dilihat secara “hitam” dan “putih”.

Page 10: Bab i aborsi

10

BAB IV

METODE-METODE, EFEK DAN RESIKO ABORSI

4.1 METODE-METODE ABORSI

Urea

Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah

hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi

dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil

maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam

menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti

teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-

pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua

adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim.

Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/peradangan

dinding rahim.

Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam

proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban

memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum

waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga

garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk

memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi

janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup.

Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang

tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa

melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.

Partial Birth Abortion

Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan

lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32

minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang

penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh

janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih

Page 11: Bab i aborsi

11

dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk

kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot

dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan

dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar.

Histerotomy

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia

yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di

perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang,

bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir:

bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko

tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.

Metode Penyedotan (Suction Curettage)

Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode

penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini.

Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim

lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh

bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan

berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul

dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian

dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim

akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang

berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan

mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di

dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi

paska-aborsi.

Metode D&C – Dilatasi dan Kerokan

Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk

memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping

dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang

selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode

penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi.

Page 12: Bab i aborsi

12

Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita

dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya

menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim

yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.

Pil RU 486

Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini menggunakan 2

hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi

menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani

dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya

3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa

dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat,

penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan

kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486.

Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital

untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka

janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan

kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan

suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan

terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan

wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi

30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum,

atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga 5 hari

kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran

kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka

operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius

dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian,

pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian.

Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya

mengalami serangan jantung.

Page 13: Bab i aborsi

13

Suntikan Methotrexate (MTX)

Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan ke

dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat sel-

sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk

pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid –

selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta.

Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai „sistim penyanggah hidup‟ untuk janin

yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta

membuang karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga

memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda

pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon progesteron yang berguna

untuk mencegah gagal rahim dan keguguran.

MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan

menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin menjadi

mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita

hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi

beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya

penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan

suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan

mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam sebuah studi

kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin dapat gugur kapan saja – di

rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang

kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak

mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter

yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX

karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak

dapat diprediksi.

Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit,

diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum

tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam

bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang

berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, “kematian

pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX”, dan pabrik itu

menyarankan agar hanya para dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan

Page 14: Bab i aborsi

14

tentang terapi antimetabolik saja yang boleh menggunakan MTX. Meski para dokter

aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-efek samping MTX dan mengatakan

MTX dosis rendah baik untuk digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi

lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga

tertera peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah

4.2 EFEK ABORSI

1. Efek Jangka Pendek

Rasa sakit yang intens

Terjadi kebocoran uterus

Pendarahan yang banyak

Infeksi

Bagian bayi yang tertinggal di dalam

Shock/Koma

Merusak organ tubuh lain

Kematian

2. Efek Jangka Panjang

Tidak dapat hamil kembali

Keguguran Kandungan

Kehamilan Tubal

Kelahiran Prematur

Gejala peradangan di bagian pelvis

Hysterectom

4.3 RESIKO ABORSI

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan

maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa

seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh

pulang “.

Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan

keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan

fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah

melakukan aborsi adalah ;

Page 15: Bab i aborsi

15

Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat

pada anak berikutnya.

Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).

Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

Kanker hati (Liver Cancer).

Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak

berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).

Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi

kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak

yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam

dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau

PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ” Psychological Reactions Reported After

Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review.

Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya

perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan

seks yang baik dan benar.

Page 16: Bab i aborsi

16

BAB V

ABORSI DAN AGAMA

5.1 APA KATA ALKITAB MENGENAI ABORSI

Alkitab tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun

demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah

mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum

Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai

peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran

21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan

kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh.

Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam

kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristiani, aborsi

bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan

dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-

27; 9:6).

Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristiani

dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan

seks antar saudara.”. Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan

atau hubungan seks antar saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya?

Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil

pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi

oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak – atau anak tsb dapat dibesarkan

oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena perbuatan jahat

ayahnya.

Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristiani

dalam hal aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?”. Pertama-

tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen

dari seluruh aborsi yang dilakukan di dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan

yang melakukan aborsi karena mereka tidak mau “merusak tubuh mereka” daripada

perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari

kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga hidup

dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya, keputusan

ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang

Page 17: Bab i aborsi

17

menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan

(Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.

Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah “pengaturan

kelahiran secara retroaktif”. Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa

mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk

mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah

kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak

sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia dalam kandungan tu layak

untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.

Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit

diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua

dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan

yang telah melakukan aborsi, atau laki-laki yang mendorong aborsi, atau bahkan

dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni melalui iman di dalam

Yesus Kristus.

5.2 AJARAN AGAMA

Pada prinsipnya, umat Kristen Katolik percaya bahwa semua kehidupan adalah

kudus sejak dari masa pembuahan hingga kematian yang wajar, dan karenanya

mengakhiri kehidupan manusia yang tidak bersalah, baik sebelum ataupun sesudah ia

dilahirkan, merupakan kejahatan moral. Gereja mengajarkan, “Kehidupan manusia

adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan „kekuasaan Allah Pencipta‟ dan

untuk selama-lamanya tinggal dalam hubungan khusus dengan Penciptanya, tujuan

satu-satunya. Hanya Allah sajalah Tuhan kehidupan sejak awal sampai akhir: tidak

ada seorang pun boleh berpretensi mempunyai hak, dalam keadaan mana pun, untuk

mengakhiri secara langsung kehidupan manusia yang tidak bersalah”.

Seturut wahyu, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dengan

penekanan khusus pada misteri inkarnasi, Gereja Katolik Roma mengutuk praktek

aborsi. Beberapa contoh ajaran dalam rentang waktu tiga ratus tahun pertama sejak

berdirinya Gereja meliputi yang berikut ini: “Didache” (“Ajaran dari Keduabelas

Rasul,” thn 80 M) menegaskan, “Engkau tidak boleh melakukan abortus dan juga

tidak boleh membunuh anak yang baru dilahirkan.” “Surat Barnabas” (thn 138) juga

mengutuk aborsi. Athenagoras (thn 177) dalam tulisannya “Pembelaan Atas Nama

Umat Kristen” (suatu pembelaan terhadap paham kafir) menegaskan bahwa umat

Page 18: Bab i aborsi

18

Kristen menganggap para wanita yang menelan ramuan atau obat-obatan untuk

menggugurkan kandungannya sebagai para pembunuh; ia mengutuk para pembunuh

anak-anak, termasuk anak-anak yang masih ada dalam rahim ibu mereka, “di mana

mereka telah menjadi obyek penyelenggaraan ilahi.” Tertulianus (thn 197) dalam

“Apologeticum” menegaskan hal serupa, “mencegah kelahiran adalah melakukan

pembunuhan; tidak banyak bedanya apakah orang membinasakan kehidupan yang

telah dilahirkan ataupun melakukannya dalam tahap yang lebih awal. Ia yang bakal

manusia adalah manusia.” Pada tahun 300, Konsili Elvira, suatu konsili gereja lokal

di Spanyol, mengeluarkan undang-undang khusus yang mengutuk aborsi (Kanon 63).

Setelah pengesahan kekristenan pada tahun 313, Gereja tetap mengutuk aborsi.

Sebagai contoh, St. Basilus dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Amphilochius

(thn 374) dengan tegas menyatakan ajaran Gereja: “Seorang wanita yang dengan

sengaja membinasakan janin haruslah diganjari dengan hukuman seorang pembunuh”

dan “Mereka yang memberikan ramuan atau obat-obatan yang mengakibatkan aborsi

adalah para pembunuh juga, sama seperti mereka yang menerima racun itu guna

membunuh janin.”

Poin utamanya adalah Gereja Katolik Roma sejak dari awal secara terus-menerus

menjunjung tinggi kekudusan hidup dari bayi yang belum dilahirkan dan mengutuk

tindakan aborsi langsung (abortus langsung, artinya abortus yang dikehendaki baik

sebagai tujuan maupun sebagai sarana). Menentang ajaran ini berarti menyangkal

ilham Kitab Suci dan Tradisi kristiani. Kita, sebagai umat Kristen Katolik, patut

berdoa demi berubahnya hati nurani umat manusia dan dengan gagah berani

mengajarkan, mempertahankan serta membela kekudusan hidup manusia, teristimewa

bayi-bayi tak dilahirkan yang tak berdaya dan tak bersalah.

5.3 TANGGAPAN GEREJA

Gereja Katolik merupakan satu-satunya lembaga keagamaan yang dengan

lantang menentang aborsi. Untuk Gereja Katolik, aborsi adalah pembunuhan atas

manusia tak berdosa dan yang dalam dirinya tak bisa membela diri. Maka sangat jelas

bahwa Gereja Katolik mengerti tindakan mengaborsi bukanlah hak azasi melainkan

sebaliknya adalah kejahatan azasi. Hak azasi dalam pengertian Gereja Katolik selalu

mengarah kepada kehidupan dan bukan kepada kematian. Aborsi adalah suatu

tindakan yang mengarah pada kematian dan hanya dilakukan oleh orang yang

mencintai kematian.

Page 19: Bab i aborsi

19

Paus Benedictus XVI dalam kunjungannya ke Austria, dengan tegas

mengumandangkan kembali ajaran Gereja bahwa aborsi adalah dosa besar dan aborsi

sama sekali bukan hak azasi. Pernyataan Paus tersebut disambut gembira oleh

pencinta kehidupan dan di lain pihak disambut dengan protes keras oleh para pencinta

kematian. Sebab memang kata-kata Johannes Paulus II, sangatlah benar, beliau

mengatakan bahwa zaman ini sangat diwarnai oleh “budaya kematian” (the culture of

death). Manusia atas nama kesenangan yang sifatnya sangat sementara dan sangat

egois mengorbankan kehidupan.

Dalam Gereja Katolik, aborsi hanya layak dibenarkan dalam dua kasus dilematis

berikut: kasus dilematis pertama, yakni situasi dimana jelas bahwa janin akan mati

bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran. Dan kasus dilematis kedua,

yakni situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Bahkan dalam

kasus kedua itu beberapa ahli moral masih meragukan apakah hidup ibu selalu layak

lebih diutamakan dibandingkan dengan hidup janin.

Jikalau ada kelainan pada janin, Gereja tetap tidak memperbolehkan adanya

aborsi. Gereja hanya menerima kedua kasus dilematis yang tadi telah dijelaskan.

Kecuali kalau kelainan itu mengakibatkan masalah dilematis seperti diatas tadi.

Jikalau seseorang menjadi korban pemerkosaan, dan ia takut kalau anak yang

dilahirkannya dilecehkan oleh masyarakat, ia tetap tidak boleh melakukan tindakan

aborsi. Tetapi Gereja akan membantu menyiapkan proses kematangan jiwa sang ibu

misalnya melalui pendampingan oleh para suster sehingga sang ibu mau melahirkan

anak dan membatalkan niat pengguguran. Gereja menyiapkan mental/kejiwaan si

korban perkosaan melalui pendampingan (konseling) yang bisa dilakukan oleh pastor

dan suster.

5.4 KESULITAN GEREJA

Gereja Katolik saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah aborsi yang

masih tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan Negara, dimana Negara

tersebut masih memperbolehkan diadakannya aborsi.

Dalam perintah Allah yang ke-5 berbunyi “Jangan Membunuh”, gereja masih

bertanya-tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini masih

berlaku? Dan kalau kita melihat konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk

manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah utama adalah tentang status fetus/janin

itu sendiri;

Page 20: Bab i aborsi

20

Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan?

Syarat apakah yang harus dimiliki “sesuatu” supaya dapat dianggap seorang

manusia, jelasnya supaya memiliki hak hidup?

Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia, tetapi hanya

benda, kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya sebagai seorang manusia

atau pribadi?

Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak

dapat dicap sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu

adalah manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan secara kontiniu, maka

ini jelas merupakan suatu pembunuhan.

Page 21: Bab i aborsi

21

BAB VI

PENUTUP

5.1 TANGGAPAN

Setelah saya membaca kasus-kasus yang terlampir pada lampiran, kasus aborsi

sampai saat ini sangatlah serius dan membahayakan bagi umat manusia. Menurut

data, sampai saat ini ternyata kasus mengenai aborsi masih sangat tinggi, bahkan

sampai remaja pun telah melakukan tindakan aborsi. Walaupun banyak Negara telah

menyerukan program KB dan banyak Negara telah menyarankan untuk memakai

kondom sebagai pilihan alternative program KB, tetapi hasilnya di dunia ini masih

tinggi akan kasus aborsi.

Saya menanggapi bahwa perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu

memang ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan

maksud tersebut memang boleh dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi

janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran dan situasi

dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Tetapi tindakan aborsi tidak

diperkenankan apabila seorang wanita malu menanggung resiko mempunyai anak

diluar nikah ataupun di dalam situasi perkawinan dimana seorang ibu yang hamil dan

mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak menginginkan kehadiran anaknya

didalam kehamilanya, maka ibu tersebut tidak boleh melakukan tindakan aborsi.

Kita seharusnya menghargai sebuah kehidupan. Janin di dalam kandungan

merupakan anugrah yang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak boleh merampas hak

dari janin tersebut untuk hidup. Jika kita akan melakukan hubungan sex terhadap

pasangan kita (di dalam maupun diluar perkawinan), maka kita harus menanggung

resiko untuk mempunyai anak. Kita tidak boleh lepas begitu saja untuk

menggugurkan janin tersebut.

Allah Bapa sangatlah baik. Dia masih memaafkan orang yang melakukan

tindakan aborsi dan yang membantu lancarnya jalannya aborsi, jika mereka telah

melakukan pertobatan kepada Allah. Dalam pengertian saya ini, bukan berarti kita

seenaknya melakukan tindakan aborsi lalu bertobat. Apabila kita melakukan aborsi

lalu kita meninggal sebelum melakukan pertobatan, hal ini akan dipertanyakan oleh

Allah pada hari penantian.

Page 22: Bab i aborsi

22

6.2 SOLUSI

Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah

meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut

tidaklah baik. Solusi saya agar kita sadar bahwa aborsi itu dosa ialah beriman yang

diwujudkan dengan:

Sikap hormat terhadap kehidupan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang ”serupa

dengan citra Allah” (Berdasarkan Kej 1:26)

Taat kepada perintah Allah khususnya perintah cinta / hukum cinta yaitu Cinta

Kepada Tuhan dan sesama.

Taati perintah ke -5 : ”Jangan Membunuh”

Setia kepada ajaran Gereja yang melarang keras Aborsi (humanae Ultae).

Pembinaan kaum muda: Memberi Katekese (pelajaran) mengenai seks dan

seksualitas.

Kursus persiapan perkawinan.

Saya berharap, dengan solusi yang telah saya berikan berguna bagi kita semua.

Saya berharap agar kita semua menjadi sadar dan tidak melakukan tindakan aborsi.

Page 23: Bab i aborsi

23

DAFTAR PUSTAKA

Pencarian dari www.google.com yang diakses pada tanggal 9 Oktober 2011, dengan

rincian sebagai berikut:

1. http://abortus.blogspot.com/2007/11/metode-metode-aborsi.html

2. http://abortus.blogspot.com/search/label/Abortus

3. http://abortus.blogspot.com/search/label/Resiko

4. http://gemawarta.wordpress.com/2005/11/24/aborsi-pro-life-atau-pro-choice/

5. http://mathiasdarwin.wordpress.com/2007/09/08/apakah-aborsi-salah-satu-hak-

azasi-manusia/

6. http://yesaya.indocell.net/id560.htm

7. http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/p4/bk/aborsi.htm

8. http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0609/15/020926.htm

JS. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar

Harapan; Jakarta, 1996.