aborsi dalam theology hinduisme
DESCRIPTION
aborsi menurut hinduTRANSCRIPT
ABORSI DALAM THEOLOGY HINDUISME
Oleh : Bhagawan Dwija
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut “Himsa karma” yakni
salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa.
Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari
falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih
berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi
pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam “Lontar Tutur
Panus Karma”, penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam
manifestasi-Nya sebagai “Kanda-Pat” dan “Nyama Bajang”. Selanjutnya Lontar itu menuturkan
bahwa Kanda-Pat yang artinya “empat-teman” adalah: I Karen, sebagai calon ari-ari; I Bra,
sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai calon Yeh-nyom.
Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama menjadi masing-
masing : I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah
dinamakan sebagai : Ari-ari, Lamas, Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya “saudara
yang selalu membujang” adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika
Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka Nyama
Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh
bayi.
Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci
Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan : “Ma no mahantam uta ma no arbhakam” artinya
: Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29 : “Anagohatya vai bhima”
artinya : Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. DanAtharvaveda X.1.29 : “Ma no gam
asvam purusam vadhih” artinya : Jangan membunuh manusia dan binatang.
Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam
penderitaan, karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri
keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul selamanya.
Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu sebagai
sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra maupun
dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu adalah “Dharmasampati”
artinya perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain
adalah re-inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani kehidupan
sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan atau dalam istilah
Theology Hindu disebut sebagai “Amoring Acintya” . Oleh karena itu maka suatu rangkaian
logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut : Perkawinan (pawiwahan)
adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan memperoleh anak. Gambaran ini dapat
ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan melakukan hubungan sex hanya untuk
kesenangan belaka. Prilaku manusia menurut Veda adalah yang penuh dengan pengendalian diri,
termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk pengekangan hawa nafsu. Pasangan suami-istri
yang mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya melakukan pengendalian
nafsu sex, apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas
perencanaan yang baik. Sakralnya hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai dalam
Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex hendaknya direncanakan dan
dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang
berpasangan yaitu Deva Smara dan Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan
memercikkan tirta pensucian. Hubungan sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram,
damai dan penuh kasih sayang. Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang marah,
sedih, mabuk atau tidak sadar, akan mempengaruhi prilaku anak yang lahir kemudian.
Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan semata-mata untuk
memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak
dibenarkan.
AYURVEDA ILMU KEDOKTERAN HINDU
Manuskrip Atreya Samhita, Caraka dan Susruta adalah salah satu dari beberapa
manuskrip yang memuat ilmu pengobatan yang merupakan Upaveda atau cabang kitab suci
Atharva Veda. Selanjutnya kumpulan kitab-kitab pengobatan ini disebut sebagai Ayurveda. Kata
Ayurveda tersusun dari dua suku kata, yaitu Ayu dan Veda, yang secara harfiah berarti “Ilmu
tentang umur”, sehingga Ayurveda dapat dikatakan sebagai ilmu yang mengajarkan tentang
kesehatan individu dan teknik-teknik menyembuhkan penyakit, sehingga diharapkan kualitas
hidup dan batas usia seseorang akan menjadi lebih baik. Beberapa sejarahwan Barat mengatakan
bahwa Ayurveda setidaknya telah ada 1500 SM, bahkan beberapa diantaranya meyakini angka
yang lebih tua lagi, yaitu 3000 SM. Sehingga semua pakar sejarah dan arkeolog meyakini bahwa
Ayurveda merupakan buku medis tertua di dunia. Mereka meyakini Dhanvantari dan Divodasa
(Raja Kasi) sebagai pelopor pengembangan teknik pengobatan Ayurveda.
Mengingat kedudukan Ayurveda yang merupakan bagian dari Catur Veda, kitab Sruti
tertua umat Hindu. Maka jika kita merunut umur ilmu pengobatan Ayurveda berdasarkan sloka-
sloka yang ada dalam Veda itu sendiri maka kita akan menemukan angka tahun yang jauh lebih
mengejutkan lagi, yaitu 55,52 triliun tahun SM. Ayurveda diturunkan dari dewa Brahma, Sang
Pencipta alam material sendiri, kepada Dewa Kembar Aswin, dan kemudian kepada Indra.
Kemudian dikatakan Ayurveda bercabang ke dalam dua aliran, pengobatan dan ilmu bedah.
Bharadvaja, Atreya Punarvasu dan enam muridnya seperti Agnivesa dan Ksirapani kemudian
mendirikan ilmu pengobatan/kedokteran umum, sementara Susruta mendirikan ilmu bedah.
Tentunya angka ini adalah angka yang sangat mengejutkan bagi para sejarahwan dan arkeolog
kaum indologis karena kitab suci agama mereka meyakini Bumi baru diciptakan 6000 SM. Itulah
penyebab utama yang mengakibatkan semua hipotesa kaum Indologis akan segala hal di dunia
ini tidak pernah melampaui angka 6000 SM.
Ayurveda adalah ilmu pengobatan yang sangat lengkap yang meliputi teknik operasi dan
pembedahan, terapi warna dan aroma, serta ilmu gizi dan gaya hidup sehat. Dalam Ayurveda kita
juga akan menemukan bahasan yang lengkap prihal asal-usul penyakit dan teknik
penyembuhannya.
Dari sekian banyak metode pengobatan/treatment dalam Ayurveda, secara umum dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Deva-vyapasraya (Astronomical) treatment dilakukan untuk pengobatan akibat
penyakit Karmaja atau penyakit yang muncul akibat dosa-dosa dari tindakan yang
dilakukan pada kehidupan di masa lalu.
Yukti-vyapasraya treatment adalah pengobatan yang ditujukan untuk mengobati penyakit
Dosaja atau penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
tiga Dosha (vatta, pita dan kafa).
Ayurveda memberikan treatment alami untuk semua jenis penyakit yang disebabkan oleh
ketidakkonsistenan fisiologi dalam tubuh. Sehingga penyembuhan penyakit dari teknik Ayurveda
terletak pada sifat-sifat alamiah badan itu sendiri. Alam dan badan ini tersusun dari lima elemen
dasar, yaitu;Akasha, Bayu (udara), Agni (api), Jala (air) dan Prthivi (bumi). Dari lima unsur
tersebut, hanya tiga unsur yang memegang peranan penting dalam pembentukan dan deformasi
alamiah, yaitu; Bayu (udara), Agni (api), dan Jala (air). Berdasarkan prinsip yang sama, sistem
Ayurveda mengeliminir sumber segala penyakit yang didasarkan pada tiga Dosha,
yaitu: vata (udara yang ada dalam tubuh), pita (api atau panas dalam tubuh) dan kafa (air dalam
tubuh). Salah satu sloka dalam kumpulan kitab Ayurveda menyebutkan; “Tanpa perusakan dari
unsur Dosha, tidak mungkin penyakit muncul. Jika Dosha tidak terdeteksi, treatment harus
dilanjutkan berdasarkan gejalanya”.
Inti pengobatan Ayurveda, seperti yang ditunjukkan dalam sloka ini, terletak pada
perawatan Dosha. Sehingga penekanan utama dalam Ayurveda adalah perawatan, mulai dari
perawayan mata, telinga, hidung dan tenggorokan (shalakyachikitsa), perawatan anak, dan
ginekologi osteric (kaumarabhritya) dan perawatan kesehatan mental (bhutavidya) yang
dilakukan dengan berbagai teknik Yoga dan konsumsi makanan sehat. Namun jika penyakit
sudah muncul akibat ketidakseimbangan Dosha, maka teknik yang harus di ambil adalah
pengobatan (kayachikitsa) dan/atau tindakan operasi (Shalyachikitsa).
Sloka lainnya mengatakan, “Jika seseorang telah mengikuti rejimen (aturan untuk diet atau puasa
secara disiplin), ia tidak perlu menggunakan obat-obatan”. Jadi, teknik Ayurveda adalah
pengobatan yang berdasarkan sifat-sifat alamiah yang juga menekankan pada pola hidup alami
dan treatment naturopathic untuk meningkatkan kesehatan.
Teknik Panchakarma yang menekankan terapi pada titik-titik tertentu di badan juga merupakan
salah satu teknik yang sangat penting dalam Ayurveda. Pada dasarnya teknik Akupuntur yang
selama ini dikatakan berasal dari China juga merupakan bagian dari teknik Panchakarma.
Demikian juga dengan teknikAccupresser yang di beberapa tempat praktek pengobatan di
Indonesia diklaim sebagai pengobatan “sunah nabi” pada dasarnya adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari teknik Panchakarma dalam Ayurveda.
Ayurveda juga mempertimbangkan aspek astronomi dan astrologi. Kedudukan planet-planet dan
bintang di alam semesta terhadap mahluk hidup di Bumi dan juga posisi benda-bedan di sekitar
kita sangat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan karakter seseorang. Sehingga potensi
penyakit yang mungkin diderita seseorang dalam hidupnya bias diprediksikan berdasarkan
tempat dan waktu kelahirannya. Hal ini juga menyebabkan treatment Ayurveda yang diberikan
terhadap seseorang tidaklah selalu sama dengan treatment yang diberikan terhadap orang yang
lain.
Penyakit juga diyakini disebabkan oleh papa-karma atau dosa yang dilakukan di kehidupan masa
lalu. Hal ini ditegaskan dalam salah satu sloka yang menyebutkan: “Suatu dosa yang dilakukan
di kehidupan masa lalu dapat memberikan masalah dalam bentuk penyakit dalam kehidupan
sekarang”. Upaya menyembuhkan penyakit akibat papa-karma dapat dilakukan
melaluiYadnya/korban suci, Japa, Homa/Agni Hotra, dan Pudja serta diikuti
dengankayachikitsa (konsumsi obat-obatan herbal).
Berkenaan dengan kayachikitsa, dikenal juga istilah yukti-vyapasraya, yaitu upaya membasmi
virus, bakteri dan senyawa patogen lainnya dalam tubuh dengan menggunakan bahan-bahan
herbal dimana komposisinya harus disesuaikan dengan kondisi tubuh pasien, cuaca, lingkungan
dan waktu pemberian ramuan. Hanya saja teknik ini tidak semuanya ditujukan untuk mengobati
secara langsung, melainkan beberapa diantaranya hanya untuk menekan gejala dan rasa sakit.
Sakit kepala migrain, hipertensi, diabetes dan asma adalah beberapa contoh penyakit yang
ditangani dengan yukti-vyapasrayadan bertujuan hanya menahan rasa sakit dan gejalanya saja.
Untuk penyakit seperti ini, termasuk kanker dan AIDS harus dibarengi dengan teknik Ayurveda
yang lainnya.
Dikatakan bahwa meredupnya unsur Agni di dalam tubuh akan menurunkan resistensi kita
terhadap penyakit. AIDS adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti yang menyebabkan
meredupnya unsur Agni ini. Sehingga untuk mengobati AIDS, Ayurveda memberikan teknik
untuk mengembalikan unsurAgni seperti sedia kala dengan melalui latihan Yoga,
Naturopathy danPanchakarma.
Berkaitan dengan tindakan operasi (Shalyachikitsa), dalam The Book of Origins, karya Trevor
Homer, Penguin Books, London, 2007 disebutkan bahwa pada milenium pertama sebelum
masehi pendarahan pada hidung sangat lazim terjadi karena kasus pemotongan hidung tawanan
pada saat peperangan. Dan sekitar tahun 500 SM, dikatakan Sushruta dari India dengan teknik
Ayurveda berhasil mengadakan rhinoplasty atau operasi mengembalikan bentuk hidung.
Sushruta menjelaskan potongan kulit dari kepala dapat tumbuh di bekas luka hidung yang
terpotong.
Dalam sepucuk surat kepada editor majalah Gentlemen’s Magazine yang tersedia di
perpustakaan Wellcome Institute for History of Medicine, 183 Euston Road, London
menjelaskan bahwa pernah ada seorang pengemudi bernama Cowasjee, yang membantu
melayani tentara Kerajaan Inggris di India di tahun 1792. Sebelumnya, ia pernah dipenjara oleh
tentara Tipu Sultan, dimana mereka mencopot hidungnya karena prilaku barbar penguasa
Muslim dalam menyiksa dan melumpuhkan tawanan. Sekembalinya di rumahnya di Pune
setahun kemudian, seorang ahli bedah Ayurvedic menanganinya dengan memasangkan sebuah
hidung baru. Thomas Cruso dan James Trindlay, merupakan dua orang dokter Inggris yang
menjadi saksi mata operasi bedah yang mencengangkan tersebut. Mereka menjadi saksi hidup
atas operasi-operasi ajaib yang sangat umum dilakukan di India bahkan selama mereka di sana.
Dalam buku As Seen and Known by Foreigners karya G.K. Deshpende (1950), Dr. Sir William
Hunter mengatakan bahwa dokter-dokter bangsa India kuno sangat mahir dan ahli. Mereka
melakukan tindakan amputasi, menghentikan pendarahan dengan tekanan, perban pembalut dan
minyak mendidih, mempraktekan lithotomy, melakukan operasi pada organ bagian dalam dan
uterus, menangani hernia, fistula files, memperbaiki tulang patah dan salah posisi dan cekatan
dalam memisahkan unsur-unsur asing dari tubuh.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pengobatan Ayurveda bukanlah ilmu pengobatan
tradisional biasa dan tanpa dasar, tetapi merupakan ilmu pengobatan holistik paling kuno yang
dapat disejajarkan dan mungkin lebih maju dari ilmu kedokteran modern saat ini. A.L. Basham
dalam bukunya The Wonder That Was India juga membenarkan kenyataan ini dengan
menyebutkan bahwa sampai abad ke-18, ketika para ahli bedah East India Company (British)
tidak malu-malu mempelajari ilmu bedah plastik (rhinoplasty) dari ilmu Ayurveda peninggalan
India kuno”.
ABORSI MENURUT PANDANGAN HINDU DAN AYURVEDA ILMU KEDOKTERAN HINDU
Di Susun Guna Untuk Memenuhi Mata Kuliah Agama Hindu VII
Dosen Pengampu : Ni Made Sulisuarsidi
Nama : Ni Putu Wahyu Krisna Pramayuni
NIM : 04.12.3253
Kelas : D/KP/VI
KONSENTRASI INSTALASI GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2015
ABORSI MENURUT PANDANGAN HINDU DAN AYURVEDA ILMU KEDOKTERAN HINDU
Di Susun Guna Untuk Memenuhi Mata Kuliah Agama Hindu VII
Dosen Pengampu : Ni Made Sulisuarsidi
Nama : Komang Santi Trisna Utami
NIM : 04.12.3123
Kelas : A/KP/VI
KONSENTRASI INTENSIVE CARE UNIT
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2015