documenta

94
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola asuh ibu adalah praktek rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak (Zeitlin, 2003). Pola asuh ibu harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak. Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak berbeda setiap orang. Masalah pola asuh ibu yang negatif berdampak pada perkembangan anak yang kurang sehat. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya anak-anak yang berkeliaran di jalan atau diterlantarkan di jalanan baik di kota-kota besar maupun di kampung terpencil sekalipun karena tidak merasa nyaman tinggal di rumahnya. Kurang lebih 50% dari anak di dunia yang perkembangan dan perilaku kesehatannya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena pola asuh yang diterapkan (Sofyan, 2006).

Upload: jamila-tusesha

Post on 26-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hm

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPola asuh ibu adalah praktek rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak (Zeitlin, 2003). Pola asuh ibu harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak. Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak berbeda setiap orang. Masalah pola asuh ibu yang negatif berdampak pada perkembangan anak yang kurang sehat. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya anak-anak yang berkeliaran di jalan atau diterlantarkan di jalanan baik di kota-kota besar maupun di kampung terpencil sekalipun karena tidak merasa nyaman tinggal di rumahnya. Kurang lebih 50% dari anak di dunia yang perkembangan dan perilaku kesehatannya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena pola asuh yang diterapkan (Sofyan, 2006).Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat. Saat ini di Indonesia terdapat 250.000 sekolah negeri dan swasta. Jumlah anak usia sekolah mencapai 30% dari total penduduk Indonesia. Data WHO tahun 2011, menunjukkan sekitar 100.000 anak Indonesia yang meninggal karena diare. Sementara data Depkes (Departemen Kesehatan) menunjukkan di antara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit diare. Kita bisa menyaksikan bahwa begitu banyak anak-anak yang sakit karena pola makan yang tidak teratur, kurang memperhatikan kebersihan diri (personal hygiene), dan asupan gizinya tidak teratur (Depkes RI, 2012).

Pola asuh orangtua, dalam hal ini pola asuh yang diterapkan oleh seorang ibu, merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten serta berlangsung terus dari waktu ke waktu (Suherman, 2000). Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi positif maupun dari segi negatif. Seorang ibu memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Hal tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh yang diterapkan orangtua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya, yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan ditiru oleh anak kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya (Soetjiningsih, 2010).Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 Juni 2013 di Sekolah Dasar Inpres Iligetang didapatkan data bahwa, pada periode tahun ajaran 2012/2013, jumlah siswa kelas IV, V dan VI di SDI ini berjumlah 123 orang, dengan perincian kelas IV berjumlah 41 orang, kelas V berjumlah 50 orang dan kelas VI berjumlah 32 orang. Secara umum, para murid kelas IV, V dan VI ini memiliki ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Mereka di sekolah dididik oleh para pendidik yang berjumlah 15 orang. Berdasarkan wawancara peneliti dengan staf pengajar yang mengurus bagian kesiswaan, ketidakhadiran siswa di kelas selama satu tahun terakhir lebih banyak disebabkan karena sakit. Presentase ketidakhadiran karena sakit ini mencapai 77,73%. Tentu presentase ini cukup tinggi dibandingkan dengan persentase ketidakhadiran karena izin dan alpa yang masing-masing sebesar 10,50% dan 11,77%. Hal ini tentu jauh dari apa yang diharapkan sekolah terhadap kesehatan anak karena sekolah sendiri memiliki upaya untuk mendidik siswa agar mampu menjaga kesehatan (Data primer SDI Iligetang, 2012). Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orangtua terhadap anak karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi orangtua dengan anaknya, sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang menyebabkan anak bersifat manja. Kurangnya perhatian dari orangtua akan mengakibatkan anak mencari perhatian diluar, baik di lingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orangtua pada saat mereka dirumah. Sedangkan orangtua yang tidak bekerja diluar rumah akan lebih fokus pada anak dan pekerjaan rumah lainnya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa atau terlalu dekat dengan orangtuanya. Sesuatu yang dilakukan anak selalu dengan pangawasan orangtua. Oleh karena itu, orangtua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif, sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari kurangnya perhatian orangtua terhadap anak adalah minimnya komunikasi antara orangtua dan anak, anak menjadi frustrasi terhadap orangtua (Triaseka, 2007).Pihak sekolah memiliki upaya nyata dalam meningkatkan kesehatan para murid. Upaya nyata dari sekolah untuk meningkatkan kesehatan anak adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan dengan porsi waktu dua (2) jam dalam seminggu. Pendidikan kesehatan ini juga diisi oleh tindakan praktis seperti penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pemeriksaan kesehatan badan (personal hygiene) dan pembersihan lingkungan sekolah. Keprihatinan lembaga sekolah terhadap kesehatan para siswanya juga ditunjukkan melalui inisiatifnya membangun kerja sama yang baik dengan pihak Puskesmas Beru. Kerja sama ini berupa penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan penyuluhan Kespro (Kesehatan Reproduksi). Upaya sekolah tersebut akan berhasil jika anak-anak sekolah ini mendapat perhatian dan pola asuh yang serius di dalam keluarganya (Data primer SDI Iligetang, 2012).Berdasarkan uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa ada begitu banyak anak yang kurang menjaga kesehatannya. Hal ini terjadi karena orangtua (Ibu), kurang memperhatikan perilaku kesehatan anaknya. Peran ibu memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan berkeluarga. Pola asuh ibu harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak. Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak berbeda-beda setiap orang. Jika seorang ibu sudah memiliki gambaran tentang potensi anak, maka ia perlu mengarahkan dan memfasilitasi serta mengasuhnya sesuai dengan kemampuanya. Kesulitan mencari pola asuh yang baik bagi anak sesuai dengan kepribadiannya menjadi tantangan dalam kehidupan berkeluarga. Terkadang orangtua merasa bahwa itu yang terbaik bagi anaknya tetapi belum tentu itu baik bagi anak tersebut. Masalah seperti ini sering menjadi kendala bagi terwujudnya suatu kehidupan rumah tangga yang menjadi dasar pendidikan dan pembinaan anak. Peneliti mencoba melihat perilaku health maintanance anak-anak SDI Iligetang dan bagaimana ibu mengasuh mereka. Atas dasar ini, peneliti tertarik memilih judul Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Health Maintanance Anak Kelas IV, V Dan VI Di Sekolah Dasar Inpres Iligetang, Kabupaten Sikka Tahun 2013.

B. Rumusan MasalahPendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang dasar dan utama bagi anak usia sekolah. Seseorang menanamkan banyak nilai dan kebiasaan akibat pendidikan yang diterimanya dalam keluarga. Dalam hal ini, pola asuh ibu dapat mengkondisikan adanya kebiasaan berperilaku health maintanance dalam diri seorang anak.Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orangtua terhadap anak karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi orangtua dengan anaknya, sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang menyebabkan anak bersifat manja. Kurangnya perhatian dari orangtua akan mengakibatkan anak mencari perhatian diluar, baik di lingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orangtua pada saat mereka dirumah.Perilaku health maintanance berhubungan erat dengan pola asuh yang diterima oleh seorang anak usia sekolah dalam keluarga. Dalam hal ini, pola asuh ibu yang baik dengan perilaku health maintanance dapat membentuk anak yang sehat.Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance anak pada kelas IV, V dan VI di SDI Iligetang Maumere?C. Tujuan Penelitian1. Tujuan umumMenjelaskan hubungan pola asuh ibu dengan health maintanance anak di kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Iligetang Maumere.

2. Tujuan khususa. Mengidentifikasi pola asuh ibu pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Iligetang Maumere.b. Mengidentifikasi health maintanance (perilaku pencegahan penyakit) pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Iligetang Maumere.c. Menganalisis hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance di kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar Inpres (SDI) Iligetang Maumere.D. Manfaat PenelitianManfaat penelitan ini adalah:1. Manfaat teoritisDiharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat menambah wawasan tentang pola asuh orangtua yang baik dalam pembentukan health maintannce anak usia sekolah.2. Manfaat praktis a. Bagi anak Membantu proses perkembangan perilaku health maintance anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang Maumere.b. Bagi orangtua Menambah pengetahuan orangtua tentang bagaimana pola asuh yang baik yang dapat diterapkan pada anak usia sekolah.c. Bagi penelitiMenambah pengetahuan peneliti tentang hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang Maumere.

d. Bagi institusiSebagai salah satu bahan rujukan dan bacaan di perpustakaan sehingga diharapkan dapat menambah sumber-sumber referensi, teori-teori tentang pola asuh ibu terhadap perilaku health maintanance anak.e. Bagi peneliti selanjutnyaMenjadi referensi untuk upaya penelitian lebih lanjut.E. Keaslian PenelitianPeneliti pernah dilakukan oleh :1. Amy (2001), yang berjudul, Hubungan Pola Asuh Dengan Gangguan Pertumbuhan Pada Anak Usia 0-12 Bulan. Penelitian kasus kontrol pada anak usia 0-12 bulan variabel bebas: pemberian prelactal, pemberian kolostrum, pemberian ASI, pemberian MP-ASI dan umur penyampaian variabel terikat: gangguan pertumbuhan (Growth Faltering) variabel yang berhubungan dengan terjadinya growth faltering adalah praktek pemberian makanan/minuman prelactal (OR=4,449) dan variabel lain juga tidak menunjukan hubungan yang bermakna yaitu praktek pemberian kolusterum (OR= 2,672) dan praktek penyapihan (OR= 2,697).Perbedaan penelitian ini dan penelitian diatas terletak pada , jenis penelitian, populasi, sampling, variabel, variabel dependen penelitian diatas yaitu gangguan pertumbuhan pada anak usia 0-12 bulan sementara peneliti sekarang variabel dependennya yaitu prilaku health maintanance anak kelas IV, V dan VI. 2. Paskalia Cahyanti Bura (2011), yang berjudul Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Batita di Puskesmas Beru Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka. Jenis penelitian cross sectional analitik, dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pola asuh ibu dan status gizi batita. Hasil penelitan menunjukan bahwa peluang variabel bebas (pola asuh ibu) mempengaruhi variabel terikat (status gizi), nilai rasio prevalens pola asuh sebesar 2,5 sehingga dapat dikatakan bahwa nilai RP > 1 artinya pola asuh ibu tidak baik merupakan faktor resiko dari status gizi , dengan nilai X2 = 1,03, coeficien contingenci (C) =0,146, covidence interval (C1) = 0, 141- 44,079, p = 0,31. Perbedaan penelitian ini dan penelitian diatas terletak pada variabel dependen, variabel dependen penelitiaan diatas yaitu status gizi di Puskesmas Beru sementara peneliti sekarang variabel dependennya perilaku health maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang Maumere.3. Regina Ona Adesta (2012), yang meneliti tentang Pola Asuh Ibu Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di Dusun Keut, Desa Keut, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka. Jenis penelitian survei deskriptive analitic dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel dalam penelitian ini dengan 30 responden dengan 30 anak usia prasekolah. Masing-masing variabel yang diteliti dan diuji dengan menggunakan uji chi kuadrat k sampel dengan taraf kesalahan sebesar 5% untuk membandingkan perkembangan anak antara pola asuh orang tua otoriter dan pola asuh orang tua otoritatif. Hasil analisis mendapatkan harga chi kuardrat hitung sebesar 13,815 lebih besar dari hasil chi kuadrat tabel yaitu 5,591%. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari perkembangan anak antara pola asuh orang tua otoriter dengan orang tua otoritatif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah jenis penelitian, penelitian diatas menggunakan jenis penelitiaan Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional serta perbedaan pada variabel dependen dan jumlah sampel. Sementara peneliti sekarang menggunakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel pada penelitian sekarang berjumlah 30 orang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pola Asuh 1. Pengertian pola asuhMenurut Therisia (2009), dikutip oleh Suparyanto (2010), pola asuh merupakan interaksi antara orangtua dan anak, yaitu bagaimana cara, sikap atau perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anakya. Selain itu pola asuh menurut agama adalah cara memperlakukan sesuai dengan ajaran agama dalam arti memahami anak dari berbagai aspek dan memahami anak dengan memberikan pola asuh yang baik, menjaga anak dan harta anak yatim, menerima, memberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan dan kasih sayang sebaik-baiknya. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan menjaganya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) suatu badan atau lembaga. Lebih jelasnya, kata asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalan hidupnya secara sehat.

2. Macam-macam pola asuh Menurut Sofia (2009), yang dikutip oleh Suparyano (2010), macam-macam pola asuh, sebagai berikut:a. Pola asuh DemokratisPola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orangtua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak dan memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. Pengaruh pola asuh demokratis yaitu akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya.b. Pola asuh OtoriterPola asuh otoriter adalah pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Orangtua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum.Orangtua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya. Karena, apapun peraturan yang ditetapkan orangtua semata-mata demi kebaikan anak. Orangtua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek. Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, biasanya pola asuh seperti ini menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah.

c. Pola asuh PermisifPola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri (egois), dan kurang percaya diri.d. Pola asuh PenelantarOrangtua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.3. Faktor - faktor yang mempengaruhi pola asuh anak Menurut Edwards (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak, yakni:a. Pendidikan orangtuaPendidikan dan pengalaman orangtua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak. Hasil riset dari Sir Godfrey Thomson menunjukkan bahwa pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen di dalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orangtua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu orangtua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal.b. LingkunganLingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orangtua terhadap anaknya.c. BudayaSering kali orangtua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orangtua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orangtua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya (Anwar, 2004).4. Dampak atau pengaruh pola asuh Ibu terhadap anakMenurut Baumrind dikutip oleh Suparyanto (2010), dampak atau pengaruh pola asuh terhadap anak antara lain: a. Pola asuh demokratis/otoritatif akan menghasilkan kharateristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunya hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru dan kooperatif terhadap orang lain.b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan kharateristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, keperbadian yang lemah, cemas dan menarik diri. c. Pola asuh pemisif akan menghasilkan kharateristik anak-anak yang agresif tidak patuh, manja kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial.d. Pola asuh penelantar akan menghasilkan kharateristik anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri rendah, sering bolos dan bermasalah degan teman.5. Batasan perilaku Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktvitas,yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan dan fantasi, tiap gejala kejiwaan tersebut jarang berdiri sendiri. Gejala itu muncul bersama-sama dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, perilaku manusia selalu kompleks. Gejala-gejala jiwa yang saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku manusia (Notoadmojo, 2007).Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbcara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah semua kegatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati lansung, maupun tidak lansung dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2007).Skinner (1938), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respons. Skiner membedakan adanya dua respons.a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh ransangan-ransangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.b. Operant respons atau instrumental respons; yakni respns yang timbul dan berkembang kemudian diikuti stimulus atau peransangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersbut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.a. Perilaku tertutup (covert behavour)Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas terhadap perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable behavor, misalnya: seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya. b. Perilaku terbuka (overt behaviour)Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Tindakan nyata atau praktik (practice) misalnya, seseorang ibu memeriksa kehamilanya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, seorang penderita TB minum obat secara teratur, dan sebagainya.

6. Domain perilakuMenurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah efektif (efektif domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari:a. Pengetahuan (knowlegde)Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuaan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.Faktor-faktor yang mempengaruh pengetahuan seseorang: 1). Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensi, minat, kondisi fisik. 2). Faktor eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana. 3). Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.b. Sikap (attitude)Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok: 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:1) Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).2) Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.3) Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.4) Bertanggung jawab (responsible)Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.c. Praktik atau tindakan (practice)Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukung (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :1) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respons terpimpin (guide response)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.3) Mekanisme (mecanism)Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.4) Adopsi (adoption)Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran prilaku dapat dilakukan secara lansung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara lansung, yakni dengan mengobsevasi tindakan atau kegiatan responden.Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:1) Kesadaran (awareness) : dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)2) Tertarik (interest) : dimana orang mulai tertarik pada stimulus.3) Evaluasi (evalution) : menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.4) Mencoba (trial) : dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.5) Menerima (adoption) : dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. B. Perilaku Health Maintanance Anak Usia Sekolah1. Pengertian Perilaku health maintanance adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku health maintanance terdiri dari 3 aspek yaitu :a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut (Notoatmodjo, 2007). 2. Upaya-upaya health maintanance pada anak usia sekolaha. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut. Dalam pencapaian kesehatan yang optimal memerlukan makanan yang mengandung gizi. Zat-zat yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokan menjadi lima macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain sebagai berikut:1) Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati. Sedangkan fungsi protein bagi tubuh adalah membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon, dan membenruk zat inti energi (1 gram energi kira-kira akan menghasilkan 4,1 kalori) (Notoatmodjo, 2003).2) Lemak, berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak adalah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia, sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, dan pelindung tubuh tertentu (Notoatmodjo, 2003).3) Karbohidrat, berasal dari kentang, ubi jalar, talas, jagung, padi, dan gandum. Fungsinya sebagai sumber energi, mempertahankan kadar air dan garam natrium, komponen jaringan tubuh, merangsang pertumbuhan bakteri usus, dan menurunkan kolesterol tubuh.4) Vitamin, terdiri dari vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Secara umum fungsi vitamin adalah untuk mengatur pertumbuhan dan mengatur fungsi organ tubuh.5) Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na), Chlor (Cl), Kalium (K), dan Iodium (I). Secara umum mineral mempunyai fungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian dari struktur sel dan jaringan (Notoatmodjo, 2003).3. Beberapa gejala penyakit pada anak usia sekolaha. PilekPenyebabnya adalah virus, bersifat mudah menular terutama pada anak yang masih dan kondisi fisiknya lemah. Bagian yang diserang adalah saluran pernapasan.Gejalanya adalah : kepala pusing, badan agak panas, dan hidung tersumbat, dari hidung keluar lender yang encer.b. Suara serakJika pilek disertai suara serak berarti infeksi dan pembengkakan telah terjadi pada pangkal tenggorokan. Lebih lanjut akan terjadi penyempitan pada mulut saluran tenggorokan dan akirnya menimbulkan sumbatan pernapasan. Sebaiknya anak di bawa ke dokter.c. Selera makan berkurangKetika terserang penyakit selera makan anak hilang. Sering kali hilangnya selera makan menunjukan bahwa kesehatan anak terganggu. Biasanya ketika mulai sakit anak cengeng, tidak mau makan. Jika anak sudah mulai mau makan, berarti kesehatanya sudah membaik.

d. MuntahInfaksi saluran pernapasan pada anak menimbulkan muntah. Anak yang muntah umumnya diikuti panas badan. Jika muntah disertai buang air besar, harus segera dibawa ke dokter karena jika terlalu banyak cairan tubuh hilang dapat mengakibatkan kematian.e. KejangKejang terjadi pada anak dengan disertai menggigil, sebelum suhu tubuhnya meninggi. Kejang terjadi pada penyakit malaria, campak, demam, dan lainya. Gejala kejang ini menakutkan. Anak harus ditangani dengan kesabaran dan rasional.f. Nyeri Nyeri dapat mempengaruhi perilaku anak. Yang sering terjadi adalah nyeri kepala, leher, perut, pegal-pegal. Gejala ini sering mendahului suatu penyakit.Pada umumnya perlu diperlihatkan bila terjadi perubahan perilaku pada anak. Anak yang biasanya gembira dan aktif menjadi pendiam dan pasif. Perhatikan gejala-gejala penyakit tersebut, kemungkinan lain dari perubahan perilaku anak adalah karena keadaan psikologis seperti kehilangan perhatian orang tua karena ada adik baru, anak mengalami kekecewaan, dan sebagainya.4. Penyakit yang sering terjadi pada anak usia sekolaha. Diare Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan (Afriadi, 2007).Penyebab tersering diare dikaitkan dengan air yang terkontaminasi dan akibat bakteri vibrio cholerae, E. Coli, berbagai virus dan protozoa seperti Amuba. Gejala yang muncul adalah : Mual, muntah, sakit perut, sakit kepala dan demam. Diare ringan biasanya berlangsung selama 3 6 hari, dan jika tidak juga reda, segera konsultasikan ke dokter (Afriadi, 2007).Cara pencegahan penyakit diare, antara lain : 1). Cuci tangan sebelum masak. 2). Ajarkan anak-anak mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar. 3). Pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi sudah dimasak matang. 4). Hindari daging dan ikan mentah atau setengah matang.b. Tifus Tifus adalah suatu penyakit infeksi bakterial akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Penyakit ini menular lewat makan atau minum yang terkontaminasi kuman tifus ini. Tinja yang mengandung kuman ini mencemari air untuk minum maupun untuk masak dan mencuci makanan. Dapat juga disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh seseorang penderita tifus laten (tersembunyi) yang kurang menjaga kebersihan saat masak.5. Usaha usaha orang tua (Ibu) dalam mengasuh anakHal-hal yang diperhatikan oleh ibu dalam mengasuh anak dalam usaha untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan dasarnya adalah sebagai berikut:a. Kebutuhan fisis biomedis (asuh), kebutuhan akan: 1) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang memadai pada bu hamil.2) Perawatan kesehtan dasarUntuk mencapai keadaan kesehatana anak yang optimal, diperlukan beberapa upaya, misalnya imunisasi, kontrol ke puskesmas atau posyandu secara berkala dan pemeriksaan bila sakit. Dengan upaya tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau sejak dini, sehingga bila ada kelainan maka anak segera mendapatkan penanganan yang benar.3) Pakaian Anak perlu mendapatkan pakian yang bersih dan nyaman di pakai, karena aktvitas anak lebh banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat.4) Perumahan Memberikan tempat tinggal yang layak, akan membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah yang besar, tetapi bagaimana upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat. Cukup ventilasi serta terjaga kebersihan dan kerapihannya.5) Hygiene diri dan lingkunganKebersihan badan dan lingkungan yang terjaga mengurangi resiko tertularnya infeksi. Selain itu lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat melakukan aktivitas bermain secara aman.6) Kesegaran jasmaniAktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot otot dan membuang sisi metabolisme, untuk meningkatkan motorik anak dan aspek perkembangan lain.b. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih)Kebutuhan asih yaitu kebutuhan terhadap emosi yang meliputi kasih sayang orangtua, rasa aman, harga diri, mandiri, dorongan, rasa memiliki, dan kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman.c. Kesehatan stimulusKebutuhan ini merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak, dengan mestimulasi yaitu peransangan yang datang dari lingkungan luar berupa latihan atau bermain (Berek, 2008).

C. Kerangka Konseptual

Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh ibu:Pendidikan orang tuaLingkungan Budaya Perilaku Health Maintanance

Perilaku pencegahan penyakit Anak Usia Sekolah

Perilaku gizi (makanan) dan minuman

Pola asuh ibu

Perilaku peningkatan kesehatan

Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka konseptual hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di sekolah dasar inpres iligetang maumere.

D. HipotesisBerdasarkan pokok persoalan dan tinjauan pustaka diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:Ha : Ada hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance pada anak usia sekolah.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Dan Desain PenelitanPenelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Nursalam, 2008).B. Populasi Populasi adalah subjek (manusia atau klien) yang memenuhi keriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa / siswi kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang sebanyak 123 orang.C. Sampel Menurut Nursalam (2011), sampel adalah bagian yang terdiri dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa / siswi kelas IV, V dan VI di Sekola Dasar Inpres Iligetang sebanyak 30 orang.1. Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Tehnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling.2. Kriteria Inklusi Dan Eksklusia. Kriteria inklusi1) Siswa-siswi kelas IV, V dan VI di SDI Iligetang maumere yang bersedia diteliti menjadi responden.2) Siswa-siswi kelas IV, V dan VI yang dipilih menjadi responden.b. Kriteria eksklusiSiswa-siswi kelas IV, V dan VI yang tidak dipilih menjadi responden.3. Besar SampelBesar sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi (Riyanto, 2011).Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang, yang terdiri dari dari: Rumus: Jumlah populasi strata x Sampel Jumlah PopulasiKelas IV = 41 x 30 123 = 10 orang. Kelas V = 50 x 30 123 = 12,19 atau dibulatkan 12 orang Kelas VI = 32 x 30 123 = 7,80 atau dibulatkan 8 orang.Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden.Berdasarkan jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk di jadikan sampel, peneliti mengambil sampel, diambil secara kelompok, dengan tingkat kelasnya: kelas IV diambil 10 orang, kelas V diambil 12 orang dan kelas VI diambil 8 orang. Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden.D. Variabel PenelitianVariabel adalah perilaku atau karateristik yang memberikan nilai beda terhadap suatu (benda, manusia dan lain-lain). Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang di definisikan sebagai suatu abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).1. Variabel bebas (Independen)Variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pola asuh ibu. 2. Variabel terikat (Dependen)Variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah perilaku health maintanance pada anak kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Inpres Iligetang.

E. Definisi Operasional Rianto (2011), mengidentifikasi variabel secara operasional dan berdasarkan karateristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena di lapangan. Dalam penelitian ini didefinisikan operasionalnya adalah :Tabel 3.1 Definisi Operasional hubungan pola asuh ibu dengan perilaku health maintanance pada kelas IV, V dan VI SDI Iligetang Maumere.

No VariabelDefinisi operasionalParameterAlat ukurSkalaSkor

Variabel independen: pola asuh ibu - Pola asuh ibu adalah praktek rumah tangga yang di terapkan oleh seorang ibu kepada anak. a. Memberikan perhatian kepada anakb. Memberikan kebebasan pada anakc. Keterbukaan ibu terhadap anakd. Ibu menetapkan standar yang mutlak pada anake. Ibu mengekang anakf. Serinng menghukum anakg. Ibu sulit berkomuikasi dengan anakh. Ketidakterbukaan ibu terhadap anakKUESIONERORDINALBerilah tanda cek pada kotak :Pertanyaan positif (+)Ya = 1Tidak = 0Pertanyaan negatif (-)Ya = 0Tidak = 1 Kriteria penentuan skor adalah: Baik = 76-100%Cukup= 56-75%Kurang = < 56%

Variabel dependen: perilaku health maintanance

Perilaku health maintanance adalah usaha-usaha responden untuk menjaga dan memelihara kesehatan agar tidak sakit.Perilaku pencegahan penyakitKUESIONERORDINALSkor jawaban untuk soal nomor 1-13 jika responden menjawab:Selalu = 4Sering = 3Kadang=2Tidak pernah= 1Kriteria penentuan skor dari jawaban ini adalah:Baik=76-100% Cukup =56-75%Kurang= < 56%

F. Instrumen PenelitianInstrumen penelitiaan adalah alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data dan dapat berupa : 1. Daftar hadir siswa-siswi kelas IV, V dan VI untuk mendapatkan jumlah siswa-siswi yang tidak hadir karena sakit untuk selanjutnya ditetapkan sebagai kasus untuk diteliti.2. Kuesioner adalah pertanyaan tersetruktur untuk mendapatkan informasi data primer dari responden. Kuesioner dalam penelitian ini sebelumnya dilakukan uji validitas pra-penelitian.G. Uji Instrument 1. Uji ValiditasPengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir (Sugiyono, 2010). Uji validitas dapat menggunakan rumus Person Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t lalu dilihat penafsiran dari indeks korelasinya. Rumus Person Product Moment:rhitung =Keterangan :rhitung: Koefisien Korelasixi: Jumlah Skor Itemyi: Jumlah Skor Total(item)n: Jumlah respondenUntuk tabel ta = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai thitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel tidak valid, apabila instrument valid, maka indeks korelasinya (r) adalah sebagai berikut :0,800 1,000 : Sangat tinggi0,600 0,799: Tinggi0,400 0,599: Cukup tinggi0,200 0,399: Rendah0,000 0,199: Sangat rendah (tidak valid) (Sugiyono, 2010).Uji validitas kuesioner pola asuh ibu dan kuesioner perilaku health maintanance dilakukan dalam satu tahap pengujian dengan melibatkan 30 responden. Uji validitas dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Nangameting. Variabel pola asuh ibu terdiri dari 20 butir soal dan variabel health maintanance terdiri dari 16 butir soal. Tabel 3.2 uji validitas kuesioner pola asuh ibuNoPertanyaanR hitungKeterangan

1Ibu mengatakan pada saya bahwa mereka menyayangi saya0,547Valid

2Ibu saya menetapkan banyak aturan pada saya0,616Valid

3Walaupun sibuk ibu saya, selalu menempatkan diri untuk mendengarkan cerita saya0,595Valid

4Ibu sering terbuka dan menasehati saya0,611Valid

5Apaka ibu melarang ketika main kotoran0,568Valid

6Ibu menasehati saya ketika saya main kotoran0,411Valid

7Ibu menetapkan suatu standar nilai bagi saya0,054Tidak Valid

8Sesudah pulang kerja ibu saya, sering berbicara dengan saya0,576Valid

9Ibu memarahi saya, ketika saya bermain di tempat yang kotor0,640Valid

10Ibu mengajak saya untuk membersihkan lingkungan0,072Tidak Valid

11Ibu saya sering memukul saya ketika saya tidak makan0,576Valid

12Ibu menghukum saya ketika saya salah0,696Valid

13Ibu saya selalu menetapkan suatu standar nilai bagi saya0,411Valid

14Ibu sering menyuru saya0,006Tidak Valid

15Ibu saya tidak memperhatikan saya ketika saya main kotoran0,627Valid

16Ibu saya tidak pernah menjelaskan damapak dan akibat dari kotoran0,553Valid

17Ibu saya lebih memperhatikan saudara yang lain dari pada saya0,676Valid

18Ibu menghukum saya ketika saya tidak mengikuti perintah0,640Valid

19Ibu saya tidak mendengarkan saya ketika saya omong0,521Valid

20Saya merasa tidak bebas ketika saya ada dirumah bersama ibu saya.0,644Valid

Uji validitas diatas, diperoleh hasil dari pola asuh ibu dari 20 butir soal, terdapat 17 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid. soal yang tidak valid yaitu nomor: 7, 10, 14 dihilangkan. Jadi soal untuk pola asuh ibu berjumlah 17 butir soal. Tabel 3.3 Uji Validitas Kuesioner Perilaku Health Maintanance NoPertanyaanR hitungKeterangan

1Makan teratur tiga kali sehari?0,678Valid

2Setiap kali makan ibu menyediakan sayur dan lauk pauk?0,604Valid

3Mencuci tangan sebelum makan?0,291Tidak Valid

4Ibu menyediakan susu untuk diminum secara teratur?0,736Valid

5Ibu selalu mengawet makanan agar tidak basi sebelum disantap?0,736Valid

6Ibu menyediakan vitamin secara teratur untuk membantu pertumbuhan?0,780Valid

7Ibu membawamu ke puskesmas atau rumah sakit untuk mengontrol kesehatan jika kamu sakit?0,608 Valid

8Ibu menyuci pakaian kotor yang sudah kamu pakai?0,591Valid

9Mandi paling kurang satu kali sehari0,192Tidak Valid

10Ibu memilih pakaian yang cocok buat kamu, misalnya membeli baju yang nyaman untuk bagi kamu?0,678Valid

11Ibu mencuci perlengkapan makan yang telah digunakan lansung setelah perlengkapan makan itu digunakan?0,596Valid

12Ibu membersikan halaman rumah dan sekitarnya?0,590Valid

13Ibu memperhatikan kebersihan di dalam rumah, membersikan debu didalam rumah?0,066Tidak Valid

14Memakai alas kaki ketika pergi ke toilet atau kamar mandi?0,736Valid

15Menyikat gigi?0,608Valid

16Membersikan debu dikamar tidur dan membersikan perlengkapan tidur sehingga bisa jau dari kutu busuk dan nyamuk?0,604Valid

Hasil uji validitas dari variabel health maintanance diatas menunjukkan bahwa dari 16 butir soal terdapat 13 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid. soal yang tidak valid yaitu nomor: 3,9,13 dihilangkan. Jadi soal untuk perilaku health maintance berjumlah 13 butir soal.2. Uji Reliabilitas Adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabilitas item instrumen diuji dengan menggunakan uji cronbach alpha (Uyanto, 2006). Jika alpha > 0.60, maka butir- butir pernyataan dikatakan reliabel. Setelah dilakukan uji reliabilitas kuesioner pola asuh ibu dan kuesioner perilaku health maintanance dilakukan dalam satu tahap pengujian dengan melibatkan 30 responden. Uji reliabilitas dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Iligetang. Variabel pola asuh ibu terdiri dari 20 butir soal dan variabel health maintanance terdiri dari 16 butir soal. Uji reliabilitas tersebut, diperoleh hasil dari pola asuh ibu dari 20 butir soal, terdapat 17 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid. Soal yang tidak valid yaitu nomor: 7, 10, 14 dihilangkan saja. Jadi soal untuk pola asuh ibu berjumlah 17 butir soal. Sedangkan hasil uji reliabilitas dari variabel health maintanance dari 16 butir terdapat 13 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor: 3,9,13 dihilangkan saja. Jadi soal untuk perilaku health maintanance berjumlah 13 butir soal.H. Tempat Dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar Inperes Iligetang kelurahan Beru Kabupaten Sikka dengan pertimbangan bahwa di kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar Inpres Iligetang belum pernah diadakan penelitian pola asuh ibu terhadap health maintanance anak. Penelitian dilakukan bulan Agustus 2013I. Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisis Data1. Pengumpulan DataSetelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah dasar inpres Iligetang, peneliti mengadakan pendekatan kepada responden. Data didapatkan dengan cara angket dan membagi kuesioner yang tersetruktur untuk kemudian diisi oleh responden. Subyek penelitian ini adalah kelas IV, V dan VI yang telah memenuhi kriteria penelitian sebanyak 30 responden.2. Pengolahan DataData yang sudah terkumpul melalui koesoner yang teleh diisi oleh responden kemudian diolah dengan tahap sebagai berkut:a. EditingUntuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.b. CodingYaitu tahap kedua setelah editing, kegiatan pemberian kode numerik (angka), pada variabel pola asuh ibu menggunakan skor sebagai berikut: jawaban Ya=1, Tidak= 0 sedangkan variabel perilaku health maintanance dengan skoring: selalu= 4, sering= 3, kadang=2, tidak pernah= 1.c. Tabulasing Tabulasing adalah pengorganisasian data sedemikian rupa dengan membuat tabel-tabel sesuai dengan analiss yang dibutukan. Dengan hasil tabulasi pada variabel pola asuh ibu dengan kategori = jawaban Baik dengan nilai 76-100%, cukup dengan nilai 56-75%, dan kurang dengan nilai