repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/afiati... · pada...

57

Upload: dinhnhan

Post on 02-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN
Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

nikmat yang telah diberikan, yang mengizinkan peneliti untuk belajar hingga tepat

pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti

menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini

tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp.And, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,

DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan

Wakil Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Devy Ariany, M. Biomed selaku pembimbing 1 yang telah memberikan

masukan dan nasihat serta meluangkan banyak waktu, pikiran, dan tenaga untuk

membimbing saya dalam penelitian ini.

4. dr. Achmad Luthfi, Sp.B.KBD selaku pembimbing 2 yang telah memberikan

motivasi serta mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing

peneliti dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang selalu

mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian.

6. dr. Ahmad Harifudin, Sp.B selaku ketua komite medik RSUD Serang yang

telah memberikan izin dan arahan dalam pengambilan data penelitian.

7. dr. Fikri selaku ketua laboratorium patologi anatomi RSUD Serang yang telah

mengizinkan peneliti dalam pengambilan data.

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

vi

8. Bu Indri selaku kepala bagian rekam medis RSUD Serang yang telah

mengizinkan peneliti dalam pengambilan data.

9. Pa Zainudin dan Teh Leni selaku laboran di RSUD Serang yang telah

membantu peneliti dalam pengambilan data.

10. Kedua orang tua, Ahmad Harifudin dan Titin Asiah, terima kasih untuk kasih

sayang dan doa yang terus menerus dipanjatkan, serta pengorbanan yang penuh

keikhlasan dan ridho yang menjadikan kelancaran dalam setiap langkah hidup

saya.

11. Adik tercinta, Alkahfi Harifudin , terima kasih untuk doa dan dukungan yang

selalu diberikan.

12. Teman-teman kelompok riset, Helvia Septarini dan Lara Shofy Wahyuni.

Terimakasih atas kerja sama, dukungan, dan semangat yang luar biasa. Semoga

kekompakan kita menjadi awal untuk kesuksesan kita selanjutnya.

Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat peneliti

harapkan. Demikian laporan penelitian ini peneliti susun, semoga memberikan

sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan

memasukkannya sebagai amal jariyah di akhirat kelak. Amiin.

Ciputat, 1 September 2014

Afiati

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

vii

ABSTRAK

Afiati. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Skor Alvarado Dengan Hasil

Pemeriksaan Patologi Anatomi Pada Pasien Apendisitis Akut di RSUD Serang

Tahun 2013. 2014.

Latar Belakang : Apendisitis akut merupakan penyebab paling sering dari nyeri

abdomen akut. Diagnosis apendisitis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Salah satu upaya untuk mendiagnosis

apendisitis akut secara mudah dan cepat ialah dengan menggunakan skor

Alvarado. Sistem skoring ini didasarkan pada 8 faktor yang umumnya ada pada

pasien apendisitis akut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara skor Alvarado dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada

pasien apendisitis akut. Metode : Penelitian ini bersifat analitik dengan desain

cross sectional dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada jaringan apendiks

pasca apendektomi sebagai gold standar. Pengumpulan data diperoleh dari data

rekam medis 111 pasien apendisitis akut yang telah dilakukan apendektomi di

RSUD Serang tahun 2013. Data kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok

sesuai dengan skor Alvarado dan dianalisa dengan uji Chi-square. Hasil : Hasil

uji chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara skor

Alvarado dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi jaringan apendiks dengan

nilai p=0.003. Simpulan : Adanya hubungan yang bermakna antara skor Alvarado

dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi jaringan apendiks

Kata kunci : apendisitis akut, skor Alvarado, apendektomi, pemeriksaan patologi

anatomi.

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

viii

ABSTRACT

Afiati. Medical Education Study Programme. Correlation between Alvarado

Score and Anatomical Pathology Examination Result in Acute Appendicitis

Patients at RSUD Serang 2013 . 2014.

Background : Acute appendicitis is the most common cause of acute abdominal

pain. The diagnosis of acute appendicitis is based on history, clinical

examination, and laboratory investigations. Alvarado scoring system is one of the

instruments used to diagnose acute appendicitis simply and quickly. Alvarado

scoring system is based on eight factors that commonly occur in acute

appendicitis patients. This study is aimed to acknowledge the correlation between

Alvarado score and anatomical pathology examination result in acute

appendicitis patients. Method : This analytical and cross sectional designed

research uses anatomical pathology examination result as a gold standard. This

research’s data is based on the medical records of 111 acute appendicitis patients

that have underwent appendectomies at RSUD Serang in 2013. Thereafter, the

data is divided into two groups according to the Alvarado score and analyzed

using Chi-square test. Result : Chi square test’s result shows that there is a

significant correlation between the Alvarado scores and anatomical pathology

examination result in acute appendicitis patients with p-value = 0.003.

Conclusion : There is a significant correlation between the Alvarado scores and

anatomical pathology examination result in acute appendicitis patients.

Keywords : acute appendicitis, Alvarado score, appendectomy, anatomical

pathology.

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL....................................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

ABSTRAK................................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

DAFTAR TABEL.....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..

1.3 Hipotesis……............................................................................................

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................

1.4.1 Tujuan Umum……………………………………………………..

1.4.2 Tujuan Khusus.................................................................................

1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………………….

1.5.1 Bagi Peneliti…………………………………………………….....

1.5.2 Bagi Institusi………………………………………………………

1.5.3 Bagi Masyarakat..............................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .........................................................................................

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Apendiks.....................................................

2.1.2 Apendisitis Akut…………………………………………………...

2.1.2.1 Epidemiologi………………………………………………

2.1.2.2 Etiologi…………………………………………………….

2.1.2.3 Patologi……………………………………………………

2.1.2.4 Gambaran Klinis…………………………………………..

2.1.2.5 Pemeriksaan……….……………........................................

2.1.3 Skor Alvarado..................................................................................

2.1.4 Pemeriksaan Patologi Anatomi........................................................

2.2 Kerangka Konsep......................................................................................

2.3 Definisi Operasional..................................................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.......................................................................................

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................

3.3 Populasi dan Sampel..................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vii

ix

xi

xii

xiii

1

3

3

3

3

3

4

4

4

4

5

5

7

7

9

11

12

13

14

16

18

19

21

21

21

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

x

3.3.1 Populasi……………………………………………………………

3.3.2 Sampel……………………………..………………………………

3.3.3 Kriteria Sampel……………………………………………………

3.4 Cara Kerja Penelitian.................................................................................

3.5 Pengolahan dan Analisa Data....................................................................

3.5.1 Pengolagan Data…………………………………………………...

3.5.2 Analisa Data...………...........………………………………...........

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan.............................................................

4.1.1 Prevalensi Kasus Gawat Bedah Abdomen di Poli Bedah RSUD

Serang Tahun 2013.......................................................................

4.1.2 Prevalensi Apendisitis Akut di Poli Bedah RSUD Serang Tahun

2013……………………………………………………………….

4.1.3 Karakteristik Subjek Penelitian Apendisitis Akut di RSUD

Serang Tahun 2013……………………………………………….

4.1.4 Hubungan Skor Alvarado Dengan Hasil Pemeriksaan Patologi

Anatomi Pada Pasien Apendisitis Akut di RSUD Serang Tahun

2013……………………………………………………………….

4.1.5 Uji Diagnostik…………………………………………………….

4.2 Keterbatasan Penelitian...........................................................................

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ..................................................................................................

5.2 Saran.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

LAMPIRAN ...........................................................................................................

21

21

23

23

24

24

24

26

26

26

27

31

33

36

37

37

38

42

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gambaran Klinis Apendisitis Akut............................................... 13

Tabel 2.2 Skor Alvarado ...........…………………………..……………….. 15

Tabel 2.3 Manajemen Apendisitis Akut Berdasarkan Skor Alvarado.......... 16

Tabel 3.1 Hasil Akhir Uji Diagnostik……………………………………... 25

Tabel 4.1.1 Prevalensi Kasus Gawat Bedah Abdomen di RSUD Serang

Tahun 2013…………………………………………………… 26

Tabel 4.1.2 Prevalensi Apendisitis Akut di RSUD Serang Tahun 2013….. 26

Tabel 4.1.3 Karakteristik Subjek Penelitian………………………………. 27

Tabel 4.1.4 Hubungan Skor Alvarado Dengan Hasil Pemeriksaan Patologi

Anatomi Pada Pasien Apendisitis Akut..................................... 31

Tabel 4.1.5.1. Uji Diagnostik Skor Alvarado Pada Pasien Apendisitis Akut

Berdasarkan Usia………………………………………….. 33

Tabel 4.1.5.2. Uji Diagnostik Skor Alvarado Pada Pasien Apendisitis Akut

Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………… 35

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Letak Jaringan Apendiks..............……………………………... 6

Gambar 2.2. Suplai Darah Pada Jaringan Apendiks………………….………

Gambar 2.3. Apendisitis Akut………………………………………………..

6

17

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Statistik............................……………………………..

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian……………………………………………...

42

43

Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup…………………………………………… 44

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri akut abdomen merupakan keluhan utama yang paling sering

pada kasus kegawatdaruratan bedah abdomen, dimana apendisitis akut

merupakan salah satu penyebab dari keluhan nyeri akut abdomen yang

memerlukan tindakan operasi segera.1

Menurut kamus kedokteran

Dorland, apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks

vermiformis.2 Di Amerika Serikat, setiap tahunnya dilaporkan sebanyak

250.000 kasus apendisitis per 1 juta pasien. Insidensi apendisitis akut telah

menurun terus sejak akhir tahun 1940, dimana kejadian apendisitis akut

saat ini yaitu 1,1 kasus per 1000 penduduk per tahun. Sedangkan di negara

Asia dan Afrika, kejadian apendisitis akut lebih rendah karena letak

geografinya dan penduduknya yang memiliki kebiasaan untuk memakan

makanan berserat.3 Di Indonesia, kasus kegawatan abdomen tertinggi

adalah apendisitis dengan keluhan utama berupa nyeri akut abdomen.

Menurut data RSPAD Gatot Subroto tahun 2008 jumlah pasien yang

menderita penyakit apendisitis adalah 32% dari jumlah pasien yang

datang.4

Semua kelompok usia mulai dari bayi, anak, remaja, dewasa

hingga lansia dapat terkena apendisitis akut. Insidensi puncak apendisitis

akut ada pada kelompok usia dewasa yaitu pada dekade kedua sampai

ketiga dan berkurang pada usia selanjutnya.1 Sedangkan berdasarkan jenis

kelamin, kejadian apendisitis akut antara laki-laki dan perempuan

umumnya sama, namun pada laki-laki usia 20-30 tahun kejadiannya lebih

sering, dimana rasio kejadiannya antara laki-laki dan perempuan adalah

1,5 : 1.3,5

Angka mortalitas apendisitis secara keseluruhan adalah 0,2-

0,8% yang disebabkan oleh komplikasi pada intervensi bedah dan

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

2

keterlambatan diagnostik. Pada pasien anak, angka mortalitasnya 0,1%-1%

sedangkan pada pasien dengan usia diatas 70 tahun, angka mortalitasnya

menjadi diatas 20%, hal ini terjadi terutama karena keterlambatan

diagnostik dan terapi.3

Untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada

apendisitis akut maka perlu dibuat diagnosis yang tepat. Diagnosis

apendisitis ditegakkan sebagian besar berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang.

Salah satu upaya untuk mendiagnosis apendisitis akut secara mudah,

cepat, dan tidak invasif ialah dengan menggunakan skor Alvarado. Pada

tahun 1986, Alfredo Alvarado membuat sistem skoring sederhana untuk

mendiagnosis apendisitis akut yang didasarkan pada 8 faktor yang

umumnya didapatkan pada pasien apendisitis akut yaitu 3 gejala

diantaranya migrasi nyeri dari periumbilikus atau epigastrium ke kuadran

kanan bawah abdomen, mual disertai muntah, dan anoreksia, 3 tanda

diantaranya nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, nyeri lepas, dan

meningkatnya suhu tubuh 37.50C, dan 2 temuan laboratorium berupa

leukositosis dan pergeseran ke kiri neutrofil.1 Interpretasi skor Alvarado

ditetapkan dengan nilai skor 1-3 sebagai ‘’very unlikely acute

appendicitis’’ 4-6 sebagai ‘’probable acute appendicitis’’ dan 7-10

sebagai ‘’high probable (definitely) acute appendicitis’’.6 Sejak adanya

sistem skoring sederhana tersebut, banyak penelitian mengenai skor

Alvarado dalam mendiagnosis apendisitis akut dengan pemeriksaan

patologi anatomi sebagai gold standar. Pada penelitian sebelumnya yaitu

Olakolu tahun 2010 menyatakan sistem skoring Alvarado dapat

menurunkan nilai negatif apendektomi dari 35.8% menjadi 30.2% dimana

skor 8-9 memiliki akurasi cukup tinggi (71-94%) karena hasil pemeriksaan

patologi anatominya sesuai yaitu berupa radang akut.7 Pada penelitian

yang lainnya yaitu, Jan H tahun 2007 dengan desain cross section

memperoleh nilai sensitifitas skor Alvarado 77,5% dan spesitifitas skor

Alvarado 89,65% dan Zikrullah tahun 2012 memperoleh nilai sensitifitas

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

3

skor Alvarado 59,57% , spesitifitas skor Alvarado 85,13%, dan didapatkan

nilai p < 0.05 pada uji Chi-square.6,8

Berkenaan dengan adanya sistem skoring tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara skor Alvarado

dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada pasien apendisitis akut di

RSUD Serang tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara skor Alvarado dengan hasil

pemeriksaan patologi anatomi jaringan apendiks pada pasien apendisitis

akut di RSUD Serang tahun 2013 ?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan skor Alvarado terhadap hasil pemeriksaan

patologi anatomi jaringan apendiks pada pasien apendisitis akut di RSUD

Serang 2013.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara skor Alvarado dengan hasil

pemeriksaan patologi anatomi jaringan apendiks pada pasien apendisitis

akut di RSUD Serang tahun 2013.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kejadian apendisitis akut berdasarkan usia pada pasien

apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013.

2. Mengetahui kejadian apendisitis akut berdasarkan jenis kelamin pada

pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013.

3. Mengetahui kejadian apendisitis akut berdasarkan kelompok skor

Alvarado pada pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

4

4. Mengetahui kejadian apendisitis akut berdasarkan hasil pemeriksaan

patologi anatomi pada jaringan apendiks pada pasien apendisitis akut di

RSUD Serang tahun 2013.

5. Mengetahui hubungan antara diagnosis pra operasi apendektomi dengan

hasil pemeriksaan patologi anatomi terhadap jaringan apendiks setelah

operasi apendektomi pada pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun

2013.

6. Mengetahui nilai sensitifitas, spesitifitas, nilai duga positif, dan nilai duga

negatif skor Alvarado dalam mendiagnosis apendisitis akut pada pasien

apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013.

7. Mengetahui nilai sensitifitas dan spesifisitas skor Alvarado berdasarkan

jenis kelamin pada pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013.

8. Mengetahui nilai sensitifitas dan spesifisitas skor Alvarado berdasarkan

usia pada pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian di bidang kesehatan.

1.5.2. Bagi Institusi

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai skor Alvarado dalam

menegakkan diagnosis apendisitis akut.

2. Penelitian ini dapat menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian

lebih dalam bagi peneliti lain.

1.5.3. Bagi Masyarakat

1. Sebagai pengetahuan mengenai tanda dan gejala yang timbul pada

penyakit apendisitis akut.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung dimana bentuk

lumennya menyempit pada bagian proksimal dan melebar pada bagian

distal, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dengan panjang rata-

rata apendiks adalah 8-10 cm (berkisar 2-20 cm) dan berpangkal di sekum.

Apendiks muncul selama bulan kelima masa gestasi dan beberapa folikel

limfoid tersebar di mukosanya. Folikel limfoid tersebut meningkat

jumlahnya ketika individu berusia 8-20 tahun. Lapisan otot apendiks

terbagi menjadi dua, bagian luar berbentuk longitudinal sedangkan bagian

dalamnya berbentuk sirkular, diantara kedua lapisan otot tersebut terdapat

lapisan submukosa yang terdiri dari jaringan limfoepitelial. Lapisan

mukosanya terdiri dari epitel kolumnar dengan beberapa kelenjar dan sel

argentaffin neuroendokrin.1,3

Bentuk anatomis apendiks pada bayi berbentuk kerucut, lebar pada

bagian proksimal dan menyempit pada bagian distal. Keadaan ini dapat

menjadi sebab rendahnya insidensi apendisitis pada bayi. Pada bayi dan

anak, dinding apendiks masih belum sempurna oleh karena lumen

apendiks yang masih tipis dan omentum yang belum berkembang.

Sedangkan pada lansia, lumen apendiks umumnya tidak dapat ditemukan

karena lumen apendiks seringkali sudah tertutup sepenuhnya.1,9

Sebagian besar yaitu sekitar 65%, letak apendiks di intraperitoneal

yang memungkinkan apendiks bergerak dengan ruang gerak yang

bergantung pada panjang mesoapendiks. Selain itu, letak apendiks ada

yang di retroperitoneal yaitu dibelakang sekum, dibelakang kolon asenden,

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

6

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

7

Pada jaringan apendiks, arteri apendiks terdapat di dalam lipatan

mesenterika, yang merupakan cabang terminal dari arteri ileokolika dan

berjalan berdekatan dengan dinding apendiks. Suplai darah apendiks

berasal dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral.

Jika terjadi sumbatan pada arteri tersebut, misalnya karena trombosis pada

infeksi, apendiks dapat menjadi gangrene. Drainase vena apendiks melalui

vena ileokolika dan vena kolik kanan ke vena portal, dan drainase limfatik

apendiks terjadi melalui nodus ileokolika sepanjang perjalanan

mesenterika arteri superior ke kelenjar celiac dan cisterna chyli.1,3

Dalam sehari mukus yang dihasilkan jaringan apendiks sekitar 1-2

mL. Pada keadaan normal, mukus tersebut mengalir ke dalam lumen dan

menuju sekum. Aliran mukus yang terhambat pada muara apendiks

berperan pada patogenesis apendisitis.1

GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) mensekresikan IgA pada

jaringan apendiks, dimana IgA sangat efektif sebagai proteksi terhadap

infeksi. Namun, sistem imun tubuh tidak terlalu dipengaruhi dengan

pengangkatan jaringan apendiks karena jumlah jaringan limfoid pada

apendiks hanya sebagian kecil dari jumlah jaringan limfoid yang ada di

sepanjang saluran cerna dan seluruh tubuh.1

2.1.2. Apendisitis Akut

2.1.2.1. Epidemiologi

Insidensi apendisitis akut kian menurun dalam tiga-empat

dasawarsa terakhir ini. Penurunan ini terjadi karena semakin meningkatnya

konsumsi makanan berserat pada penduduk dalam menu makanan sehari-

harinya. 1

Setiap tahunnya di Amerika Serikat, dilaporkan sebanyak

250.000 kasus yang mewakili 1 juta pasien. Sejak akhir tahun 1940,

insiden apendisitis akut terus menurun dan kejadian tahunan saat ini

adalah 10 kasus per 100.000 penduduk. Apendisitis terjadi pada 7% dari

penduduk AS, dengan kejadian 1,1 kasus per 1000 orang per tahun.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

8

Sedangkan di negara Asia dan Afrika, kejadian apendisitis akut lebih

rendah karena letak geografinya dan penduduknya yang memiliki

kebiasaan untuk memakan makanan berserat.3 Di Indonesia, apendisitis

menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya.

Berdasarkan data di RSUD Serang tahun 2013 terdapat 18.167 pasien di

Instalasi Gawat Darurat, dengan kasus kegawatan bedah abdomen

sebanyak 429 kasus dimana kasus apendisitis akut merupakan kasus

kegawatan bedah abdomen akut tertinggi yaitu sebanyak 224 kasus.10

Apendisitis dapat terjadi pada semua kelompok usia, mulai dari

bayi, anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Menurut buku ajar ilmu bedah,

insidensi tertinggi apendisitis akut terjadi pada kelompok usia dewasa

yaitu usia 20-30 tahun dan akan berkurang pada usia selanjutnya. Hasil

studi Ivan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009 melaporkan

bahwa distribusi usia kejadian apendisitis akut terbanyak ada pada

kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang dari 60 sampel (35%),

sedangkan untuk distribusi kejadian apendisitis akut terendah ada pada

kelompok usia diatas 61 tahun yaitu sebanyak 2 orang (3.3%). Penelitian

di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2009-2011, kelompok usia terbanyak

menderita apendisitis akut adalah kelompok usia remaja dan dewasa yaitu

kelompok 15-24 tahun sebanyak 38,7%, dan di tempat kedua adalah

kelompok 25-44 tahun sebanyak 34,8%.1,11,12

Untuk pasien anak, apendisitis akut sering terjadi pada rentang

usia 6-10 tahun dan 50-85% kasus apendisitis akut pada anak baru

diketahui setelah terjadi perforasi. Tingginya kejadian perforasi apendiks

pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang belum sempurna

dimana lumen apendiks masih tipis, omentum belum berkembang, dan

daya tahan tubuh yang belum sempurna dapat membuat proses perforasi

berlangsung cepat. Selain itu, pasien anak biasanya kurang mampu untuk

menggambarkan rasa nyeri yang timbul sehingga memperlambat waktu

untuk diagnosis. Keadaan ini juga dapat terjadi pada pasien lansia dimana

dilaporkan kejadian perforasi apendiks sekitar 60%. Hal ini disebabkan

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

9

oleh karena pada pasien lansia telah terjadi perubahan anatomi apendiks

yaitu lumen apendiks menyempit, terjadi arteriosklerosis sehingga sering

menimbulkan gejala yang tidak spesifik dan keterlambatan diagnosis.1,3

Berdasarkan jenis kelamin, kejadian apendisitis akut umumnya

sama antara laki-laki dan perempuan. Namun, pada laki-laki dewasa usia

20-30 tahun insidensi apendisitis akut lebih tinggi yaitu 1.4 kali lebih

besar. Rasio perbandingannya antara laki-laki dan perempuan adala 3 : 2.

Sedangkan menurut buku ajar patologi, rasio kejadian apendisitis akut

antara laki-laki dan perempuan yaitu 1.5 : 1.1,5

Pada penelitian di Liaquat

University Hospital Hyderabad, Pakistan tahun 2003-2004 melaporkan

bahwa dari 227 pasien apendisitis akut yang diteliti terdiri dari 150 pasien

laki-laki (66.07%) dan 77 pasien perempuan (33.92%) dengan rata-rata

usianya 20.47 tahun.13

Hal ini sesuai juga dengan hasil penelitian di

teaching hospital, India Tengah tahun 2009-2010 melaporkan dari 200

pasien apendisitis akut terdiri dari 112 pasien laki-laki (56%) dan 88

pasien perempuan (44%) dengan rata-rata usianya 29.12 tahun dan rasio

insidensi apendisitis akut antara laki-laki dengan perempuan adalah 1.27 :

1.14

Angka mortalitas apendisitis secara keseluruhan 0,2-0,8% yang

disebabkan oleh komplikasi pada intervensi bedah dan keterlambatan

diagnostik. Pada pasien anak, angka mortalitasnya 0,1%-1%, pada pasien

dengan usia lebih dari 70 tahun, angka mortalitasnya diatas 20%, hal ini

terjadi terutama karena keterlambatan diagnostik dan terapi.3

2.1.2.2 Etiologi

Apendisitis akut umumnya terjadi karena adanya infeksi bakteri.

Ada berbagai keadaan yang berperan sebagai faktor pencetusnya. Lumen

apendiks yang tersumbat merupakan faktor pencetus terjadinya apendisitis

akut. Keadaan yang dapat membuat sumbatan pada lumen apendiks yaitu

hiperplasia jaringan limfe, adanya fekalit, tumor apendiks, dan cacing

askaris pada jaringan apendiks. Selain itu, erosi pada mukosa apendiks

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

10

akibat parasit seperti E.histolytica diduga dapat pula menimbulkan

peradangan pada apendiks.1

Studi epidemiologi menyatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi

makanan rendah serat dapat menimbulkan kejadian konstipasi yang

berpengaruh terhadap kejadian apendisitis. Tekanan intrasekal akan

meningkat karena adanya konstipasi yang dapat berakibat timbulnya

obstruksi fungsional pada jaringan apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan flora normal pada kolon.1

a. Obstruksi Lumen Apendiks

Obstruksi lumen apendiks adalah penyebab utama apendisitis akut.

Obstruksi lumen akan menstimulus sekresi mukus pada mukosa apendiks.

Hal tersebut akan meningkatkan tekanan dalam lumen dimana tekanannya

melebihi tekanan pada submukosa venula dan limfatik sehingga

menyebabkan distensi jaringan apendiks. Keadaan itu membuat semakin

meningkatkan tekanan pada dinding apendiks dan dapat menyebabkan

gangguan vaskularisasi dan limfatik sehingga dapat terjadi iskemia pada

mukosa apendiks dan berakhir dengan nekrosis jaringan. Dalam keadaan

normal, kapasitas lumen apendiks sekitar 0.1 mL dan jaringan apendiks

dapat menghasilkan sekitar 1-2 mL mukus perhari. Adanya obstruksi pada

lumen apendiks akan meningkatkan produksi mukus sekitar 0,5 mL, yang

akan meningkatkan tekanan intraluminal sehingga menstimulus serabut

saraf aferen nyeri visceral, mengakibatkan nyeri yang samar-samar, nyeri

difus pada abdomen di bawah epigastrium.1,15

Apendiks yang mengalami obstruksi merupakan tempat yang baik

untuk pertumbuhan bakteri. Ketika tekanan intraluminal meningkat, maka

akan mengganggu aliran limfatik sehingga terjadi edema yang lebih hebat.

Hal tersebut semakin meningkatkan tekanan intraluminal apendiks dan

menyebabkan gangguan aliran vaskularisasi apendiks sehingga dapat

terjadi iskemia jaringan intraluminal apendiks, infark, dan gangrene.

Setelah itu bakteri dapat melakukan invasi ke dinding apendiks. Invasi

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

11

bakteri akan menstimulasi pelepasan mediator inflamasi. Dan ketika

eksudat inflamasi yang berasal dari dinding apendiks terhubung dengan

peritoneum parietal, serabut saraf somatik akan teraktivasi sehingga terasa

nyeri lokal pada titik McBurney.

b. Peran Flora Normal Pada Kolon

Jaringan apendiks yang meradang memiliki flora yang berbeda

dengan flora normal apendiks pada umumnya, dimana 60% cairan aspirasi

dari apendisitis ditemukan bakteri jenis anaerob, sedangkan pada cairan

aspirasi apendiks normal hanya ditemukan sekitar 25%. Hal ini terjadi

ketika ada obstruksi pada lumen apendiks dapat meningkatkan tekanan

intraluminal dan menganggu aliran darah serta limfatik sehingga

pertahanan mukosa terganggu dan terjadi iskemia pada jaringan

intraluminal apendiks yang memudahkan bakteri untuk invasi ke mukosa

apendiks.15

Apendisitis merupakan penyakit infeksi dengan polimikrobial.

Dalam beberapa studi dilaporkan bahwa terdapat 14 mikroorganisme yang

berbeda yang ditemukan pada pasien apendisitis perforata. Bakteri yang

umumnya terdapat di jaringan apendiks normal, apendisitis akut, dan

apendisitis perforata adalah Eschericia coli dan Bacteriodes fragilis.15,16

2.1.2.3. Patologi

Peradangan pada jaringan apendiks diawali pada bagian mukosa,

kemudian mengenai seluruh lapisan dinding apendiks. Proteksi dari tubuh

dalam membatasi terjadinya proses peradangan tersebut yaitu adanya

omentum, usus halus, atau adneksa yang menutupi apendiks sehingga

terbentuk massa periapendikuler. Sementara itu, dalam waktu 24-48 jam

pertama, peradangan apendiks sudah dapat mengenai seluruh lapisan

dinding apendiks, dimana dapat terjadi nekrosis jaringan yang dapat

membentuk abses sehingga dapat terjadi perforasi pada tahap selanjutnya.

Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

12

periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri

secara lambat. Apendiks yang pernah mengalami peradangan tidak akan

kembali ke bentuk normal atau sembuh sempurna melainkan membentuk

jaringan parut yang melekat dengan jaringan sekitarnya. Perlekatan ini

dapat menimbulkan keluhan nyeri berulang di regio abdomen kanan

bawah. Jika terjadi peradangan akut kembali pada jaringan apendiks

tersebut maka dinyatakan sebagai eksaserbasi akut.1

2.1.2.4. Gambaran Klinis

Nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di

daerah epigastrium atau di periumbilikus adalah gejala klasik dari

apendisitis yang dapat disertai dengan keluhan mual dan muntah. Selain

itu, nafsu makan pada penderita apendisitis akut akan menurun. Dalam

beberapa jam nyeri akan migrasi ke titik McBurney yaitu pada kuadran

kanan bawah abdomen, dimana nyeri dirasa lebih tajam dan lebih jelas

letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Rasa nyeri pada

kuadran kanan bawah abdomen bisa tidak begitu jelas apabila letak

apendiks di retrosekal retroperitoneal, rasa nyeri lebih dirasa kearah

abdomen sisi kanan dan timbul ketika sedang berjalan karena kontraksi

otot psoas mayor yang menegang dari dorsal.1

Bila apendiks terletak di rongga pelvis, peradangan pada apendiks

dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum

sehingga peristalsis meningkat dan pengosongan rektum menjadi lebih

cepat. Bila jaringan apendiks melekat pada vesica urinaria, peradangan

pada apendiks dapat menimbulkan stimulus terhadap dinding vesica

urinaria sehingga untuk gejalanya terjadi peningkatan frekuensi urinasi.1

Pada bayi dan anak, gejala apendisitis akut tidak spesifik karena

bayi dan anak kurang mampu menggambarkan rasa nyeri yang dialaminya.

Gejala awalnya biasanya hanya menunjukkan gejala rewel dan tidak mau

makan. Beberapa jam kemudian, anak akan muntah dan menjadi lemah

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

13

dan letargik. Hal ini menyebabkan insidensi apendisitis perforasi tinggi

pada usia bayi dan anak yaitu sekitar 80-90%.1

2.1.2.5. Pemeriksaan

Tabel 2.1. Gambaran Klinis Apendisitis Akut

Gambaran Klinis Apendisitis Akut

Tanda awal

- Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai

mual dan anoreksia

Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda

rangsangan peritoneum lokal di titik McBurney

- Nyeri tekan

- Nyeri lepas

- Defans muscular

Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung

- Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing sign)

- Nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepaskan

(Blumberg sign)

- Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak, seperti

napas dalam, berjalan, batuk, mengedan

Sumber : Sjamsuhidayat, 2011

Pada pemeriksaan fisik untuk pasien apendisitis akut, umumnya

terjadi peningkatan suhu sekitar 37.5-38.50C, bila suhu lebih tinggi,

kemungkinan sudah terjadi perforasi. Tidak ditemukan gambaran spesifik

pada pemeriksaan inspeksi abdomen. Ditemukan adanya nyeri tekan pada

regio iliaka kanan, disertai nyeri lepas pada pemeriksaan palpasi abdomen.

Selain itu, ditemukan adanya defans muskular yang menunjukkan adanya

rangsangan peritoneum parietale. Ditemukan juga tanda Rovsing yaitu

ketika abdomen sebelah kiri bawah ditekan, akan dirasakan nyeri

diabdomen sebelah kanan bagian bawah. Pada pemeriksaan auskultasi

abdomen, umumnya bising usus normal, tetapi bisa saja hilang akibat

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

14

adanya ileus paralitik pada peritonitis generalisata yang disebabkan oleh

apendisitis perforata. Pada apendisitis pelvika, nyeri dapat dirasakan saat

pemeriksaan colok dubur. Namun, bila peradangan apendiks menempel

pada otot psoas mayor, maka akan ditemukan rasa nyeri pada uji psoas.

Uji psoas dilakukan dengan memberi stimulus pada otot psoas melalui

hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan,

kemudian paha kanan ditahan. Selain itu, bila apendisitis bersentuhan

dengan otot obturator internus yang merupakan dinding panggul minor,

dapat dirasakan nyeri saat dilakukan uji obturator yaitu melalui gerakan

fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang.1

2.1.3. Skor Alvarado

Skor Alvarado adalah sistem skoring sederhana untuk

mendiagnosis apendisitis akut pada usia dewasa. Sistem skoring ini dibuat

oleh Alfredo Alvarado pada tahun 1986 untuk mendiagnosis pasien

apendisitis pada penelitian kohort terhadap 305 pasien suspek apendisitis

di Nazareth Hospital, Philadelphia, United States of America. Sistem

skoring ini didasarkan pada tiga gejala, tiga tanda, dan dua temuan

laboratorium sederhana yang sering didapatkan pada pasien apendisitis

akut.17

Pada penelitian di Armed Forces Hospital, Saudi Arabia tahun

2001-2002 pada 125 pasien suspek apendisitis menghasilkan sensitifitas

skor Alvarado 53.8% dan spesifisitas 80% untuk semua pasien, pada

pasien wanita sensitifitas skor Alvarado 48% dan spesifisitas 62.5%

sedangkan untuk pasien laki-laki sensitifitas skor Alvarado 54.6% dan

spesifisitas 100%.18

Penelitian di teaching hospital Saudi Arabia tahun

2011-2012 pada 121 pasien suspek apendisitis menghasilkan sensitifitas

skor Alvarado 59.57% dan spesifisitas 85.13%, nilai duga positif 71.79% ,

nilai duga negatif 76.82% dimana pada 39 pasien dengan skor Alvarado

≥7, ditemukan 28 pasien apendisitis akut (71.79%) dan pada 47 pasien

dengan skor Alvarado 4-6, ditemukan 16 pasien apendisitis akut (34.04%),

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

15

sedangkan untuk 35 pasien dengan skor Alvarado ≤ 3, hanya ditemukan 3

pasien apendisitis akut (8.57%).6 Ada juga penelitian yang melakukan uji

diagnositik pada salah satu faktor penilaian dalam skor Alvarado yaitu

batas angka leukosit pada apendisitis. Penelitian di RSUD Tugurejo

Semarang tahun 2009-2011 dengan 155 pasien yang terdiri dari 85 pasien

apendisitis akut dan 70 pasien apendisitis perforasi menghasilkan

sensitivitas batas angka leukosit cut off point 15.050/mm3, sensitivitasnya

90% dan spesitifitasnya 84.6%.11

Tabel 2.2. Skor Alvarado

Characteristics Score

3 Symptoms

Migration of pain to the right lower

quadrant

1

Nausea and vomiting 1

Anorexia 1

3 signs

Tenderness in right iliac fossa 2

Rebound tenderness in right iliac fossa 1

Elevated temperature 1

2 Laboratory finding

Leukocytosis 2

Shift to left of neutrophils 1

Total 10

Sumber : Tamanna Zikrullah, 2012

Sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sistem skoring

sederhana ini dapat menentukan tindakan selanjutnya pada pasien

apendisitis akut.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

16

Tabel 2.3. Manajemen Apendisitis Akut Berdasarkan Skor Alvarado

Sumber : Michael, 2000.

Menurut kepustakaan, skor Alvarado dapat menurunkan kejadian

apendisitis perforasi, menurunkan angka mortalitas dalam 2 tahun terakhir

ini, dan dapat menurunkan nilai negatif apendektomi.17

Nilai negatif

apendektomi merupakan persentase ditemukannya gambaran jaringan

apendiks normal pada pemeriksaan patologi anatomi pasca apendektomi.19

Pada studi sebelumnya di Mandeville Regional Hospital tahun 2010

melaporkan bahwa nilai persentase negatif apendektomi 15-40% dan

sistem skoring Alvarado dapat menurunkan nilai negatif apendektomi dari

35.8% menjadi 30.2% dimana skor 8-9 memiliki akurasi cukup tinggi

sebesar 71-94% karena sesuai dengan hasil pemeriksaan patologi

anatomi.7

2.1.4. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Pemeriksaan patologi anatomi terhadap jaringan apendiks sering

digunakan sebagai gold standar dalam uji diagnositik apendisitis akut,

karena memiliki sensitifitas paling baik diantara pemeriksaan lain.11

Skor Alvarado Manajemen

0-3 Pasien boleh dipulangkan, tidak dilakukan operasi

apendektomi, dan segera kembali ke dokter jika

tidak ada perbaikan dari gejala.

4-6 Observasi selama 12 jam dan setelah 12 jam dinilai

kembali skor Alvaradonya, jika skor tetap 4-6

dengan gejala yang sama tidak ada perbaikan maka

dilakukan apendektomi.

7-9 Untuk pasien anak dan laki-laki segera apendektomi,

sedangkan untuk pasien perempuan dilakukan

pemeriksaan laparoskopi terlebih dahulu kemudian

apendektomi.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

17

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

18

terakhir negative appendicectomy artinya jaringan apendiks yang

ditemukan berupa jaringan normal. Selain itu, terdapat beberapa penyakit

yang memiliki gambaran klinis mirip dengan apendisitis akut, diantaranya

adalah limfadenitis mesenterium setelah infeksi virus sistemik,

gastroenteritis dengan adenitis mesenterium, penyakit radang pelvis

dengan keterlibatan tuba falopi dan ovarium, ruptur ovarium saat ovulasi,

kehamilan ektopik, dan divertikulitis Meckel.19

Penelitian di Khyber

Teaching Hospital Peshawar tahun 2003, pada 54 pasien dengan skor

Alvarado lebih 7, dimana terdapat 32 pasien wanita dan 20 pasien laki-

laki yang dilakukan pemeriksaan patologi anatomi didapatkan hasil berupa

adanya inflamasi pada jaringan apendiks pada 45 pasien dan pada 7 pasien

ditemukan jaringan apendiks yang normal.20

Penelitian yang dilakukan di

Liaquat University Hospital Hyderabad, Sindh, Pakistan tahun 2003-2004

diperoleh 178 pasien (96%) memiliki gambaran radang pada apendiks

yang terdiri dari radang akut 108 pasien (58,37%), perforasi apendiks 45

pasien (24.32%), gangrenosa apendiks 17 pasien (9.18%) dan massa

apendikular 8 pasien (4.32%), sedangkan terdapat 7 pasien (4%) yang

memiliki gambaran bukan radang akut, yaitu 2 pasien (1.08%) dengan

adenitis mesenterium, 1 pasien (0.54%) dengan ruptur kista ovarium, 1

pasien (0.54%) dengan divertikulitis Meckel, 1 pasien (0.54%) dengan

kista ovarium terpuntir, dan 2 pasien (1.08%) dengan normal apendiks.13

2.2. Kerangka Konsep

Variabel Independen

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Skor Alvarado

Variabel Dependen

Hasil pemeriksaan patologi

anatomi jaringan apendiks

pasca apendektomi

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

19

2.3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur dan

Cara Ukur

Skala

Usia Usia pasien saat

pemeriksaan

dilakukan

Sesuai tertulis

dalam rekam medis

Ordinal

1. 5-14 tahun

2. 15-24 tahun

3. 25-44 tahun

4. 45-65 tahun

5. 65 tahun

Jenis Kelamin Indikasi jenis

kelamin ketika lahir:

Laki-laki

Perempuan

Sesuai tertulis

dalam rekam medis

Nominal

1. Laki-laki

2. Perempuan

Skor Alvarado Sistem skoring untuk

diagnosis apendisitis

akut, didasarkan pada

8 faktor yang sering

didapatkan pada

apendisitis akut yaitu

migrasi nyeri

ke kuadran

kanan bawah

abdomen

anoreksia

mual/muntah

nyeri tekan di

kuadran

kanan bawah

abdomen

nyeri lepas

cepat

suhu tubuh

37.50C

leukositosis

konfigurasi

leukosit

Sesuai tertulis

dalam rekam medis

Very

unlikely

acute

appendicitis

: 1-4

Probable

acute

appendicitis

: 5-6

Definitely

acute

appendicitis

: 7-8

Ordinal

1. Skor Alvarado 7

2. Skor Alvarado <7

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

20

bergeser ke

kiri.

Pemeriksaan

patologi anatomi

jaringan apendiks

Pemeriksaan patologi

anatomi pada

jaringan apendiks

yang dilakukan pasca

apendektomi.

Hasil laboratorium

patologi anatomi

pada jaringan

apendiks, sesuai

tertulis dalam

rekam medis.

Kriteria radang akut

yaitu adanya

infiltrasi neutrofilik

pada mukosa/

submukosa/

muskuluaris propia

pada jaringan

apendiks.

Nominal

1. Radang akut

2. Radang kronik

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

21

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan desain

potong lintang (cross sectional) dengan hasil pemeriksaan patologi

anatomi pada jaringan apendiks pasca apendektomi sebagai gold standar.

Bahan diambil dari data sekunder pasien yang memiliki hasil pemeriksaan

klinis dengan diagnosis apendisitis akut, telah dilakukan apendektomi,

dan pemeriksaan patologi anatomi pada jaringan apendiks setelah operasi

di RSUD Serang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian : RSUD Serang

Waktu Penelitian : Februari – Juli 2014

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita

dengan diagnosis apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua penderita dengan

diagnosis apendisitis akut yang dilakukan operasi apendektomi dan

setelah operasi dilakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap

jaringan apendiks di RSUD Serang tahun 2013.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

22

Penghitungan besar sampel menggunakan metode analitik

kategorik tidak berpasangan :

( √ √

)

• Zα = 1.96 (kesalahan 5%)

• Zβ = 0.84 (kesalahan 20%)

• P2 = 0, 0123

• Q2 = 1- P2

• = 1-0,0123

• = 0,987

• P1- P2 = 0,2

• P1 = 0,0123 + 0,2

• = 0,2123

• Q1 = 1 – P1

• = 1 – 0,2123

• = 0,787

• P = (P1+P2)/2 = (0.2123+0.0123)/2 = 0.1123

• Q = 1 – P

• = 1- 0,1123

• = 0,887

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

23

= 37,8

= 37,8 x 2

= 75,6

= 76

Sehingga besar sampel minimal dengan penghitungan analitik kategorik

tidak berpasangan adalah 76 pasien.

3.3.3. Kriteria Sampel

3.3.3.1. Kriteria Inklusi

1. Semua penderita dengan diagnosis apendisitis

akut yang telah dilakukan apendektomi.

2. Ada hasil pemeriksaan patologi anatomi

terhadap jaringan apendiks.

3.3.3.2. Kriteria Eksklusi

1. Tidak adanya penilaian skor Alvarado dalam

rekam medis.

2. Tidak adanya hasil pemeriksaan patologi

anatomi terhadap jaringan apendiks dalam

rekam medis.

3.4. Cara Kerja Penelitian

Mendata sampel yang diambil dari data sekunder berdasarkan

pemeriksaan klinis terhadap semua penderita apendisitis akut yang

dilakukan operasi apendektomi dan setelah operasi dilakukan

pemeriksaan patologi anatomi terhadap jaringan apendiks di RSUD

Serang tahun 2013.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

24

Semua penderita dengan diagnosis apendisitis akut dengan skor

Alvarado diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu skor Alvarado

7 dan skor Alvarado < 7.

Semua penderita setelah operasi apendektomi yang dilakukan

pemeriksaan patologi anatomi terhadap jaringan apendiks

diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu radang akut dan

radang kronik.

Selanjutnya data dianalisa secara univariat, bivariat dan dilakukan

analisis uji sensitifitas dan spesifisitas.

3.5. Pengolahan dan Analisa Data

3.5.1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan akan melalui proses

pengolahan yang meliputi :

1. Cleaning

Sebelum diolah, data yang telah terkumpul terlebih dahulu

dilakukan pengecekan agar tidak ada data yang double atau

yang tidak diperlukan.

2. Editing

Pengeditan dilakukan untuk mengecek kelengkapan,

kesinambungan, dan keseragaman data.

3. Coding

Memudahkan dalam pengelompokan data sesuai kategori

yang ada.

4. Entry data

Meng-input data ke computer untuk dianalisis

menggunakan program SPSS versi 16.

3.5.2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa

Chi-square untuk mengetahui hubungan antara skor Alvarado

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

25

dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada pasien apendisitis

akut dan analisa uji sensitifitas dan spesifisitas. Sebelumnya

dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov.

Tabel 3.1. Hasil Akhir Uji Diagnostik

Sumber : Sopiyudin, 2010.

Sensitifitas adalah kemampuan suatu pemeriksaan untuk

mengidentifikasi secara benar orang-orang yang mempunyai

penyakit.21

Spesitifitas adalah kemampuan suatu pemeriksaan untuk

mengidentifikasi secara benar orang-orang yang tidak mempunyai

penyakit.21

Parameter uji diagnostik adalah

Sensitifitas : a/(a+c)

Spesifisitas : d/(b+d)

Nilai duga positif : a/(a+b)

Nilai duga negatif : d/(c+d)

Akurasi : (a+d) /

Status Penyakit Total

Positif Negatif

Hasil Uji Positif A B A+B

Negatif C D C+D

Total A+C B+D N

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

26

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1.1. Prevalensi Kasus Gawat Bedah Abdomen di Poli Bedah RSUD Serang

Tahun 2013

Tabel 4.1.1. Prevalensi Kasus Gawat Bedah Abdomen di Poli Bedah

RSUD Serang Tahun 2013

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kasus Gawat Bedah Abdomen 429 30.13

Bukan Kasus Gawat Bedah Abdomen 995 69.87

Total 1424 100.0

Berdasarkan tabel 4.1.1. dari 1424 pasien yang datang ke poli

bedah, sebanyak 429 pasien (30.13%) adalah pasien dengan kasus gawat

bedah abdomen.

4.1.2. Prevalensi Apendisitis Akut di Poli Bedah RSUD Serang Tahun 2013

Tabel 4.1.2. Prevalensi Apendisitis Akut di Poli Bedah RSUD Serang

Tahun 2013

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Apendisitis Akut 224 52.2

Bukan Apendisitis Akut 205 47.8

Total 429 100.0

Dari tabel 4.1.2. didapatkan bahwa prevalensi apendisitis akut

sebanyak 224 pasien (52.2%) dari 429 kasus gawat bedah abdomen di poli

bedah RSUD Serang tahun 2013.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

27

4.1.3. Karakteristik Subjek Pasien Apendisitis Akut di RSUD Serang Tahun

2013

Jumlah pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013

sebanyak 224 pasien, terdapat 113 pasien tereksklusi karena pada data

rekam medis tidak ada hasil skor Alvarado dan tidak ada hasil

pemeriksaan patologi anatomi jaringan apendiks, sehingga jumlah pasien

yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 111 pasien.

Tabel 4.1.3. Karakterisitik Subjek Penelitian

Variabel Kategori Median

(Q 25% - Q 75%)

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Usia (Tahun) 5-14 24 (17-33) 23 20.7

15-24 37 33.3

25-44 41 36.9

45-64 8 7.2

65 2 1.8

Jenis

Kelamin

Laki-laki 48 43.2

Perempuan 63 56.8

Skor

Alvarado

Skor Alvarado 7 6 (5-7) 43 38.7

Skor Alvarado < 7 68 61.3

Hasil

Pemeriksaan

Patologi

Anatomi

Radang Akut 94 84.7

Radang Kronik 17 15.3

Total 111 100%

Berdasarkan uji normalitas data pada variabel usia dan skor

Alvarado pada 111 pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013

dengan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai signifikansi p<0.05

maka distribusi data penelitian tidak normal.

Hasil pengolahan data sekunder pada tabel 4.1.3. terhadap 111

sampel, diperoleh kelompok usia yang paling banyak menderita

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

28

apendisitis akut adalah kelompok usia 25-44 tahun sebanyak 37 orang

(36,9%) dan kelompok usia yang paling sedikit menderita apendisitis akut

adalah kelompok usia diatas 65 tahun sebanyak 2 orang (1.8%). Hal ini

sesuai dengan penelitian di Allied Hospital, Punjab Medical College

Faisalabad, Pakistan tahun 2009 yang melaporkan bahwa kejadian

apendisitis akut terbanyak pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak

241 orang dari 500 sampel (48,2%) dan kejadian apendisitis akut paling

sedikit ada pada kelompok usia 61-70 tahun yaitu sebanyak 5 orang (1%).

Selain itu, hasil ini juga sesuai dengan penelitian di RSUP Haji Adam

Malik Medan Tahun 2009 yang menyatakan bahwa distribusi usia

kejadian apendisitis akut terbanyak pada usia kelompok 21-30 tahun yaitu

sebanyak 21 orang dari 60 sampel (35%), sedangkan untuk distribusi

kejadian apendisitis akut terendah ada pada kelompok usia diatas 61 tahun

yaitu sebanyak 2 orang (3.3%).12

Hasil tersebut juga tidak jauh berbeda

dengan penelitian pada tahun 2009-2011 di RSUD Tugurejo Semarang

yang menyatakan bahwa apendisitis akut banyak terjadi pada usia

kelompok remaja dan dewasa, yaitu kelompok usia 15-24 tahun sebanyak

60 orang (38.7%) dan kelompok usia 25-44 tahun sebanyak 54 orang

(34.8%).11

Penelitian ini melaporkan bahwa insidensi tertinggi apendisitis

akut terjadi pada usia dewasa yaitu dekade kedua dan sampai dekade

keempat. Hasil penelitian ini sesuai dengan buku Ajar Ilmu Bedah yang

menyatakan bahwa puncak insidensi apendistis akut pada usia 20-30 tahun

dan berkurang pada usia selanjutnya. Secara anatomis, bentuk lumen

apendiks yaitu menyempit pada bagian proksimal dan melebar pada bagian

distal. Namun, pada bayi bentuk lumen apendiks relatif lebar di bagian

proksimal dan menyempit di bagian distal. Hal ini menjadi sebab

rendahnya insidensi apendisitis akut pada bayi.1 Sedangkan pada lansia,

rendahnya insidensi apendisitis akut disebabkan oleh lumen apendiks yang

seringkali ditemukan sudah tertutup sepenuhnya sehingga untuk gejala

apendisitis akut sering samar dan baru didiagnosis setelah terjadi

perforasi.1,9

Sesuai dengan penelitian di RSUD Tugurejo, Semarang tahun

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

29

2009-2011 yang menyatakan bahwa pada usia diatas 65 tahun, dilaporkan

persentase insidensi apendisitis perforasi yaitu 60%.11

Distribusi frekuensi apendisitis akut menurut jenis kelamin (tabel

4.1.3.), didapatkan rasio angka kejadian apendisitis akut antara perempuan

dan laki-laki adalah 1,3 : 1 dengan distribusi kejadian apendisitis akut pada

perempuan lebih banyak yaitu 63 orang (56.8%) daripada laki-laki 48

orang (43.2%). Sesuai dengan hasil tahun 2011-2012 di Teaching

Hospital, Saudi Arabia menyatakan dari 121 orang yang diikutsertakan

dalam penelitian, terdapat 66 pasien perempuan (54.5%) dan 55 pasien

laki-laki (45.5%).6 Hasil ini juga sesuai dengan penelitian di Khyber

Teaching Hospital, Peshawar, Pakistan tahun 2003 melaporkan bahwa dari

100 sampel pasien apendisitis akut yang dilakukan penelitian, sebanyak 59

pasien perempuan (59%) dan 41 pasien laki-laki (41%) dengan rasio

insidensi apendisitis akut antara perempuan dan laki-laki adalah 1.4 : 1.20

Selain itu, ini juga sesuai dengan penelitian di RSUD Tugurejo, Semarang

tahun 2009-2011 yang melaporkan bahwa insidensi apendisitis akut lebih

sering pada perempuan yaitu sebanyak 81 orang (52,3%), sedangkan pada

laki-laki sebanyak 74 orang (47.7%).11

Secara anatomis, bentuk jaringan

apendiks normal pada perempuan dan laki-laki sama. Menurut buku Ajar

Ilmu Bedah, kejadian apendisitis akut antara perempuan dan laki-laki

umumnya sama, namun meningkat angka kejadiannya 1.4 kali lebih besar

pada laki-laki usia 20-30 tahun.1,3

Pada studi kali ini terdapat perbedaan

mengenai kejadian apendisitis akut dimana kejadiannya 1.3 kali lebih

besar pada perempuan. Hal ini dapat terjadi karena berdasarkan data

kunjungan pasien di RSUD Serang tahun 2013 pada poli bedah dengan

kasus kegawatan bedah abdomen terdapat 429 pasien dimana jumlah

pasien perempuan lebih banyak daripada pasien laki-laki, yaitu pasien

perempuan sebanyak 258 orang dan pasien laki-laki sebanyak 171 orang.10

Berdasarkan tabel 4.1.3., dari 111 sampel diperoleh bahwa jumlah

pasien pada kelompok skor Alvarado < 7 lebih banyak yaitu 68 pasien

(61.3%) daripada kelompok skor Alvarado 7, 43 pasien (38.7%). Hasil

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

30

ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian pada tahun 2007 di

University Teaching Hospital, Sagamu, Ogun State, Nigeria dilaporkan

bahwa kelompok pasien apendisitis akut dengan skor Alvarado < 7 lebih

banyak yaitu 44 pasien daripada kelompok pasien skor Alvarado 7, 30

pasien.23

Berbeda dengan penelitian di Government Medical College,

Jammu tahun 2008, dari 100 sampel dibagi menjadi 3 kelompok yaitu

kelompok A skor Alvarado 1-4 sebanyak 14 pasien, kelompok B skor

Alvarado 5-6 sebanyak 26 pasien, dan kelompok C skor Alvarado 7-10

sebanyak 60 pasien.24

Pada penelitian ini, skor Alvarado paling banyak

yaitu 6 (35.1%) dimana menurut kepustakaan skor Alvarado 6 adalah

probable acute appendicitis dan manajemennya berupa observasi selama

12 jam dan setelah 12 jam pasien dinilai kembali skor Alvaradonya, jika

tidak ada perbaikan gejala maka dapat dilakukan apendektomi.24,25

Skor

Alvarado 6 disini masuk pada kelompok skor Alvarado < 7, sehingga

jumlah pasiennya lebih banyak dibandingkan dengan kelompok skor

Alvarado 7.

Hasil pemeriksaan patologi anatomi pada tabel 4.1.3. menunjukkan

bahwa terdapat gambaran radang akut pada jaringan apendiks sebanyak 94

(84.7%) dan gambaran radang kronik sebanyak 17 (15.3%). Hasil ini tidak

jauh berbeda dengan studi di poli bedah umum rumah sakit Miraj and

PVPGH, Sangli tahun 2011-2012 dilaporkan bahwa pada pemeriksaan

patologi anatomi dari 130 pasien apendisitis akut, 95 pasien memiliki

gambaran radang akut (73%) dan 35 pasien memiliki gambaran bukan

radang akut (27%).26

Selain itu penelitian yang dilakukan di Liaquat

University Hospital Hyderabad, Sindh, Pakistan tahun 2003-2004

diperoleh 178 pasien (96%) dengan gambaran radang pada apendiks terdiri

dari radang akut 108 pasien (58,37%), perforasi apendiks 45 pasien

(24.32%), gangrenosa apendiks 17 pasien (9.18%) dan massa apendikular

8 pasien (4.32%), sedangkan terdapat 7 pasien (4%) yang memiliki

gambaran bukan radang akut, yaitu 2 pasien (1.08%) dengan adenitis

mesenterika, 1 pasien (0.54%) dengan ruptur kista ovarium, 1 pasien

(0.54%) dengan divertikulitis Meckel’s, 1 pasien (0.54%) dengan kista

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

31

ovarium terpuntir, dan 2 pasien (1.08%) dengan normal apendiks.13

Menurut Alexandre, cut-off point skor Alvarado yaitu > 8 dan < 5, karena

dalam studinya pasien dengan skor Alvarado < 5 tidak memiliki gambaran

radang akut dan pasien dengan skor > 8 memiliki gambaran radang akut.27

4.1.4. Hubungan Skor Alvarado Dengan Hasil Pemeriksaan Patologi

Anatomi Pada Pasien Apendisitis Akut di RSUD Serang Tahun 2013

Tabel 4.1.4. Hubungan Skor Alvarado Dengan Hasil Pemeriksaan Patologi

Anatomi Pada Pasien Apendisitis Akut

*Uji Chi-square

Berdasarkan tabel 4.1.4., diperoleh pada kedua kelompok yang

memiliki hasil pemeriksaan patologi anatomi berupa gambaran radang

kronik sebanyak 17 pasien (15.3%), dimana untuk hasilnya terdapat

perbedaan yang signifikan pada kelompok dengan skor Alvarado < 7 lebih

tinggi (14.4%) daripada kelompok dengan skor Alvarado 7 (0.9%).

Dengan analisis Chi-square, diperoleh nilai significancy adalah

0.003, karena nilai p < 0.05 maka dinyatakan bahwa terdapat hubungan

antara skor Alvarado dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada

pasien apendisitis akut. Hasil penelitian ini, sesuai dengan penelitian di

Teaching Hospital, Saudi Arabia pada tahun 2011-2012 yang melaporkan

bahwa adanya hubungan antara skor Alvarado dengan hasil pemeriksaan

patologi anatomi pada pasien apendisitis akut dengan nilai significancy-

nya pada uji Chi-square adalah 0.000.6 Studi lain yang dilakukan di

Pakistan Institute of Medical Sciences tahun 2009-2010 diperoleh 157

Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi

Radang Akut Radang Kronik p*

N % N %

Skor

Alvarado

Skor Alvarado 7 42 37.8 1 0.9 0.003

Skor Alvarado < 7 52 46.8 16 14.4

Total 94 84.7 17 61.3

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

32

sampel adalah kelompok I skor Alvarado > 7 dan 105 sampel adalah

kelompok II skor Alvarado 5-7. Pada kelompok I, didapatkan 150 pasien

(96%) memiliki hasil pemeriksaan patologi anatomi berupa radang akut

dan 7 pasien (4%) sisanya memiliki hasil negatif berupa jaringan apendiks

normal. Sedangkan pada kelompok II, didapatkan 75 (71%) pasien

memiliki gambaran radang akut pada jaringan apendiks dan 30 pasien

(29%) memiliki gambaran jaringan apendiks normal. Hasil negatif pada

pemeriksaan patologi anatomi signifikan lebih tinggi pada kelompok II

dan pada penelitian tersebut diperoleh nilai p < 0.05 pada uji Chi-square

yang berarti terdapat hubungan antara skor Alvarado dengan pemeriksaan

patologi anatomi pada pasien apendisitis akut.28

Selain itu, hasil ini juga

sesuai dengan penelitian di Pakistan pada tahun 2009 menyatakan pasien

dengan skor Alvarado > 7 memiliki hasil negatif apendektomi 1,8%

dimana 53 pasien memiliki hasil positif pada pemeriksaan patologi

anatomi berupa radang akut dan 1 pasien dengan hasil negatif. Namun,

untuk pasien dengan skor Alvarado < 7 memiliki hasil negatif

apendektomi lebih besar yaitu 17%, 38 pasien hasil positif radang akut dan

8 pasien hasil negatif yaitu berupa jaringan apendiks normal.29

Menurut kepustakaan, sistem skoring Alvarado dapat menurunkan

nilai negatif apendektomi dimana interpretasi skor Alvarado ditetapkan

dengan nilai skor 1-3 sebagai ‘’very unlikely acute appendicitis’’ 4-6

sebagai ‘’probable acute appendicitis’’ dan 7-10 sebagai ‘’high probable

(definitely) acute appendicitis’’. Nilai negatif apendektomi merupakan

persentase ditemukannya gambaran jaringan apendiks normal pada

pemeriksaan patologi anatomi pasca apendektomi.6,7

Pada studi yang

dilakukan di Mandeville Regional Hospital tahun 2010 melaporkan bahwa

nilai persentase negatif apendektomi 15-40% dan sistem skoring Alvarado

dapat menurunkan nilai tersebut yaitu dari 35.8% menjadi 30.2% dimana

skor 8-9 memiliki akurasi cukup tinggi (71-94%) karena sesuai dengan

hasil pemeriksaan patologi anatomi. Studi tersebut menyatakan cut-off

point untuk skor Alvarado adalah 4 dan 8.7 Jadi, pada penelitian ini

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

33

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara skor

Alvarado dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada pasien

apendisitis akut.

4.1.5. Uji Diagnostik

Tabel 4.1.5.1. Uji Diagnostik Skor Alvarado Pada Pasien Apendisitis

Akut Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Skor Alvarado Jumlah

Pasien

Hasil Pemeriksaan

Patologi Anatomi

Sensitifitas

(%)

Spesifisitas

(%)

Radang

Akut

Radang

Kronik

Laki-laki Skor Alvarado 7 20

28

19

20

1

8

48,71 88,88

Skor Alvarado < 7

Perempuan Skor Alvarado 7 23

40

23

32

0

8

41,81 100

Skor Alvarado < 7

Total Skor Alvarado 7 43 42 1 44,68 94,11

Skor Alvarado < 7 68 52 16

Pada tahun 1986, Alvarado membuat sistem skoring sederhana

untuk mendiagnosis apendisitis akut dengan melihat 8 faktor.17

Sejak saat

itu banyak penelitian yang dilakukan untuk melakukan uji diagnostik

terhadap skor Alvarado tersebut. Berdasarkan hasil uji diagnostik skor

Alvarado pada penelitian ini, didapatkan nilai sensitifitas skor Alvarado

44,68% menyatakan bahwa skor Alvarado dapat mendiagnosis penyakit

apendisitis akut dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi berupa radang

akut sebesar 44,68%. Nilai spesifisitas skor Alvarado 94,11% menyatakan

bahwa skor Alvarado spesifik untuk mendiagnosis pasien yang tidak

menderita apendisitis akut sebesar 94,11%. Nilai duga positif 97, 67%

menyatakan bahwa skor Alvarado dapat mengetahui probabilitas seorang

pasien menderita apendisitis akut sebesar 97,67% dan nilai duga negatif

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

34

23,52% menyatakan bahwa skor Alvarado dapat mengetahui probabilitas

seorang pasien tidak menderita apendisitis akut sebesar 23,52%. Hasil

penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian di Pakistan Institute of

Medical Sciences tahun 2009-2010 melaporkan bahwa nilai sensitifitas,

nilai spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga negatif skor Alvarado

dalam mendiagnosis apendisitis akut yaitu 66%, 88%, 96%, dan 29%.28

Selain itu, hasil ini juga sesuai dengan studi tahun 2011-2012 di Teaching

Hospital, Saudi Arabia menyatakan nilai sensitifitas, nilai spesifisitas, nilai

duga positif, dan nilai duga negatif skor Alvarado dalam mendiagnosis

apendisitis akut yaitu 59.57%, 85.13%, 76.82% dan 75.2%.6

Pada tabel 4.1.5.1. diatas, uji diagnostik skor Alvarado pada pasien

apendisitis akut berdasarkan jenis kelamin di RSUD Serang tahun 2013

didapatkan bahwa nilai sensitifitas skor Alvarado lebih tinggi pada laki-

laki yaitu 48,71% dibandingkan pada perempuan yaitu 41,81%. Namun,

untuk nilai spesifisitas skor Alvarado lebih tinggi pada perempuan yaitu

100% dari pada laki-laki 88,88%. Hal ini sesuai juga dengan studi yang

dilakukan di teaching hospital, India Tengah tahun 2009-2010 melaporkan

bahwa nilai sensitifitas skor Alvarado pada laki-laki yaitu 74%, sedangkan

pada perempuan 55%.14

Selain itu, ini juga sesuai dengan penelitian di

Pakistan Institute of Medical Sciences tahun 2009-2010 yang menyatakan

bahwa sensitifitas skor Alvarado pada laki-laki lebih tinggi yaitu 97% dari

pada perempuan 92% walaupun perbedaannya tidak terlalu besar.28

Pada

studi ini, sistem skoring dengan skor Alvarado dalam mendiagnosis

apendisitis akut lebih sensitif pada pasien laki-laki. Menurut buku Ajar

Ilmu Bedah, sering terjadi kesalahan dalam mendiagnosis apendisitis akut

pada perempuan, karena perempuan memiliki lebih banyak diagnosis

banding yaitu masalah pada sistem genitalia interna diantaranya

menstruasi, kehamilan ektopik, endometriosis, kista ovarium terpuntir, dan

penyakit ginekologik lain. Hal ini menjadi sebab lebih rendahnya

sensitifitas skor Alvarado pada perempuan daripada laki-laki karena secara

anatomi letak organ reproduksi perempuan dekat dengan jaringan

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

35

apendiks, jika terkena infeksi kemungkinan akan menimbulkan gejala-

gejala yang hampir sama dengan gejala apendisitis akut.1

Tabel 4.1.5.2. Uji Diagnostik Skor Alvarado Pada Pasien Apendisitis Akut

Berdasarkan Usia

Hasil uji diagnostik skor Alvarado pada pasien apendisitis akut

berdasarkan usia (tabel 4.1.5.1.) di RSUD Serang tahun 2013 didapatkan

bahwa nilai sensitifitas skor Alvarado lebih tinggi pada kelompok usia 15-

24 tahun yaitu 50% dan untuk nilai spesifisitas skor Alvarado didapatkan

sama yaitu 100% pada kelompok usia 5-14 tahun, 15-24 tahun, dan 45-65

tahun, sedangkan untuk kelompok usia 25-44 tahun nilai spesifisitasnya

adalah 90%.

Usia Skor Alvarado Jumlah

Pasien

Hasil Pemeriksaan

Patologi Anatomi

Sensitifitas

(%)

Spesifisitas

(%)

Radang

Akut

Radang

Kronik

5-14

tahun

Skor Alvarado 7 9 9 0 42,85 100

Skor Alvarado < 7 14 12 2

15-24

tahun

Skor Alvarado 7 17 17 0 50 100

Skor Alvarado < 7 20 17 3

25-44

tahun

Skor Alvarado 7 14 13 1 41,93 90

Skor Alvarado < 7 27 18 9

45-65

tahun

Skor Alvarado 7 3 3 0 37.5 100

Skor Alvarado < 7 7 5 2

Total

Skor Alvarado 7

43

42

1

44,68

94,11

Skor Alvarado < 7 68 52 16

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

36

Menurut kepustakaan, sistem skoring Alvarado dapat

mendiagnosis apendisitis akut pada pasien dengan usia 4-80 tahun.30

Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa sistem skoring Alvarado sangat spesifik

dalam mendiagnosis apendisitis akut dari semua kelompok usia. Namun,

untuk sensitifitas skor Alvarado lebih sensitif untuk kelompok usia dewasa

muda yaitu usia 15-24 tahun. Hal ini terjadi karena untuk pasien anak

biasanya kurang mampu untuk menggambarkan rasa nyeri yang timbul

sehingga hasil penilaian skor alvaradonya kurang sensitif dan untuk pasien

lansia biasanya telah terjadi perubahan anatomi apendiks yaitu lumen

apendiks menyempit, terjadi arteriosklerosis sehingga sering menimbulkan

gejala yang tidak khas.1

4.2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Serang ini mempunyai

keterbatasan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Diantaranya yaitu penelitian ini menggunakan data sekunder berupa rekam

medis dengan desain penelitian cross sectional dimana pada penelitian ini

hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun

dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya

hubungan sebab akibat.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

37

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Terdapat hubungan yang bermakna antara skor Alvarado dengan

hasil pemeriksaan patologi anatomi jaringan apendiks pada pasien

apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013.

5.2. Saran

Pada penelitian ini, peneliti hanya melakukan analisis mengenai

hubungan skor Alvarado dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada

jaringan apendiks, sedangkan temuan klinis pada skor Alvarado yang

mungkin ada hubungannya dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada

jaringan apendiks tidak dilakukan. Maka, diharapkan adanya penelitian lebih

lanjut yang melakukan dan menyajikan data lebih lengkap.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Apendiks.

In: Riwanto I, editor. Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidajat-dejong. Ed 3.

Jakarta: EGC; 2010. h.755-60.

2. Dorland WAN. Kamus saku kedokteran dorland. Ed 28. Jakarta: EGC; 2012.

Apendisitis; h.80.

3. Craig S. Appendicitis [Internet]. Medscape; 2012 [updated 2012 Oct 26; cited

2013 Aug 29]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#showall.

4. Sulistiyawati, Hasneli Y, Novayelinda R. Evektifitas mobilisasi dini terhadap

penyembuhan luka post operasi apendisitis [Internet]. Repository unri; 2013

[cited 2013 Agustus 27]. Available from:

http://repository.unri.ac.id/handle/123456789/1895.

5. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Apendisitis akut. In: Hartanto H, editor.

Buku ajar patologi robbins. Ed 7. Jakarta: EGC; 2007. h. 660-61.

6. Tamanna Z, Eram U, Hussain AM, Khateeb SU, Buhary BM. Alvarado score

in diagnosis of acute appendicities. Int J Appl Basic Med Res 2012; 2(1): 66-

70.

7. Olakolu S, Llyold C, Day G, Wellington P. Diagnosis of acute appendicitis at

mandeville regional hospital clinical judgment versus alvarado score. Int J

Emerg Surg 2010; 27(1): 1-5.

8. Junias RS M. Hubungan antara skor alvarado dan temuan operasi apenisitis

akut di rumah sakit pendidikan fakultas kedokteran universitas sumatera utara.

Repository USU 2009; 1: 1-61.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

39

9. Ellis H. The appendix. In: Sugden M, editor. Clinical anatomy applied

anatomy for students and junior doctor. 11th

ed. Oxford: Blackwell Publishing;

2006. p.80-81.

10. Gusmara A. Data pasien rsud serang tahun 2013. Serang: RSUD Serang;

2013.

11. Marisa, Junaedi HI, Setiawan MR. Batas angka leukosit antara apendisitis

perforasi di rumah sakit umum daerah tugurejo semarang selama januari 2009

- juli 2011. Jurnal unimus 2012; 1(1): 1-8.

12. Ivan. Apendisitis akut [Internet]. Repository USU; 2010 [cited 2013 Juli 3].

Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21908/3/Chapter%20III-

IV.pdf.

13. Soomro AG, Siddiqui FG, Abro AH, Abro S, Shaikh NA, Memon AS.

Diagnosis accuracy of alvarado scoring system in acute appendicitis. Pak J

Med Sci 2008; 1: 93-96.

14. Brahmachari S, Jajee AB. Alvarado score a valuable clinical tool for diagnosis

of acute appendicitis-a retrospective study. J Med Allied Sci 2013; 3(2): 63-

66.

15. Norton J, Barie PS, Bollinger RR, Chang AE, Lowry S, Mulvihill SJ, et al.

Surgery basic science and clinical evidence. 2nd

ed. New York: Springer

Science & Business Media; 2009. p. 994-96

16. Jaffe BM, Berger DH. The appendix in schwartz's principle of surgery. 9th

ed.

New York: McGraw Hill Companies Inc; 2009. p. 1073.

17. Keyzer C, Geve PA. Clinical presentation of acute appendicitis. In: Humes DJ,

Simpson J, editor. Imaging of acute apendicitis in adults and children. New

York: Springer Science & Business Media; 2011. p.17.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

40

18. Al-Hashemy AM, Seleem MI. Appraisal of the modified alvarado score for

acute appendicitis in adults. Saudi Med J 2004; 25(9): 229-1231.

19. Humes DJ, Simpson J. Acute appendicitis. Br Med J 2006; 333: 530-34.

20. Khan I, Rehman AU. Application of alvarado scoring system in diagnosis of

acute appendicitis. J Ayub Med Coll Abbottabad 2005; 17(3): 1-4.

21. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian

kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2010. h.82.

22. Lateef AU, Arshad AR, Misbah J, Hamayun M. Role of leucocyte count in the

diagnosis of acute appendicitis. Pak J Med Sci 2009; 7(2): 140-42.

23. Tade AO. Evaluation of alvarado score as an admission criterion in patients

with suspected diagnosis of acute appendicitis. West Afr J Med 2007; 26(3):

210-12.

24. Singh K, Gupta S, Pargal P. Application of alvarado scoring system in

diagnosis of appendicitis. Indian J Med Surg 2008; 10(2): 84-86.

25. Lamparelli MJ, Hoque HM, Pogson CJ, Ball AB. A prospective evaluation of

the combined use of the modified alvarado score with selective laparoscopy in

adult females in the management of suspected appendicitis. Ann R Coll Surg

Engl 2000; 82: 192-95.

26. Gurav, Hombalkar, Dhandore P, Hamid M. Evaluation of right iliac fossa pain

with reference to alvarado score- can we prevent unnecessary

appendicectomies ?. Indian J Med Surg 2013; 2(2): 24-29.

27. Escriba A, Gamell AM, Fernandez Y, Quintilla JM, Cubells CL. Prospective

validation of two systems of classification for the diagnosis of acute

appendicitis. Pediatr Emer Care 2011; 27(3): 165-69.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

41

28. Jalil A, Shah SA, Saaiq M, Zubair M, Riaz U, Habib Y. Alvarado scoring

system in prediction of acute appendicities. J Coll Physicians Surg Pak 2011;

21(12): 753-55.

29. Memon AA, Vohra LM, Khaliq T, Lehri AA. Diagnostic accuracy of alvarado

score in the diagnosis of acute appendicitis. Pak J Med Sci 2009; 25(1): 118-

121.

30. Thompson G. Clinical scoring systems in the management of suspected

appendicitis in children [Internet]. InTech; 2012 [updated 2012 Jan 11; cited

2014 Aug 27]. Available from: http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/25840.pdf.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

42

LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil uji statistik

a. Uji Normalitas Data Usia Pasien Apendisitis Akut RSUD Serang Tahun

2013

Kolmogorov-Smirnov

P

Skor Alvarado 0.002

b. Uji Normalitas Data Skor Alvarado Pasien Apendisitis Akut RSUD

Serang Tahun 2013

Kolmogorov-Smirnov

P

Skor Alvarado 0.000

c. Uji Chi-square Hubungan Skor Alvarado dengan Hasil Pemeriksaan

Patologi Anatomi pada Pasien Apendisitis Akut RSUD Serang Tahun

2013

Value Df Asym.Sig (2-

sided)

Exact Sig.(2-

sided)

Exact Sig.(1-sided)

Pearson Chi-square 9.132 1 0.003

Continuity Correction 7.570 1 0.006

Likelihood Ratio 11.347 1 0.001

Fisher’s Exact Test 1 0.002 0.001

Linear-by-Linear

Association

9.049 1 0.003

N of Valid Cases 111

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

43

Lampiran 2

Surat izin penelitian

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26046/1/Afiati... · pada waktunya peneliti harus menuliskan laporan penelitian ini. Peneliti ... BAB 1 PENDAHULUAN

44

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Afiati

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 10 November 1993

Alamat : Jl. Garuda No. 15 A RT/RW 004/019 Kelurahan

Cimuncang, Serang-Banten

No. HP : +62 813 1630 6541

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 13 Serang (1998-2004)

2. SMP Islam Al-Azhar 11 Serang (2004-2007)

3. SMA al-muslim (2007-2011)

4. PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang)