a lbm 1

44
LBM 1 GIT STEP 1 gigi 51,52, :Incisivus 1 dan 2 rahan atas kanan 61,62,: Incisivus 1 dan 2 rahan atas kiri gigi 71,: Incisivus 1 rahang bawah kiri 81 : incisivus 1 rahang bawah kanan STEP 2 1. anatomi fisiologi sistem pencernaan? 2. kenapa bisa terjadi halitosis? 3. mengapa anak tidak mau makan dan minum? 4. mengapa disertai panas subfibris,rewel dan lemah? 5. apa hubunganya riwayat tidak suka makan sayur dan buah pada skenario? 6. kenapa terjadi lesi ulserasi dengan ditepi eritematous? 7. apa hubungannya keluhan dengan batuk pilek 2 minggu yg lalu ? 8. kenapa dokter memberikan terapi antijamur? 9. mekanisme karies pada gigi? 10. kenapa pada gizi yang baik terjadi lesi ulserasi? 11. kenapa terjadi karies pada gigi 51,52,61,71,81? 12. apa hubungan pemberian susu botol terhadap karies? 13. kesan gizi baik , bagaimana bayi dikatakan gizinya baik? 14. penatalaksanaan? 15. DD? 16. jelaskan nomenklatur gigi,? 17. definisi lesi ulserasi pd rongga mulut? 18. etiologi lesi pd mulut? 19. manifestasi klinik?penatalaksanaan? 20. jelaskan penyakit lain yg ditandai lesi pd mulut? 21. proses infeksi pd rongga mulut karna infeksi bakteri dan jamur, virus? 22. jlskan macam yg kelainan mukokutan pd mulut? 23. etiologi halitosis? Naim Ismail Imunu

Upload: ridha

Post on 08-Jul-2016

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Ridha

TRANSCRIPT

Page 1: A LBM 1

LBM 1 GIT

STEP 1

gigi 51,52, :Incisivus 1 dan 2 rahan atas kanan

61,62,: Incisivus 1 dan 2 rahan atas kiri

gigi 71,: Incisivus 1 rahang bawah kiri

81 : incisivus 1 rahang bawah kanan

STEP 2

1. anatomi fisiologi sistem pencernaan?2. kenapa bisa terjadi halitosis?3. mengapa anak tidak mau makan dan minum?4. mengapa disertai panas subfibris,rewel dan lemah?5. apa hubunganya riwayat tidak suka makan sayur dan buah pada skenario?6. kenapa terjadi lesi ulserasi dengan ditepi eritematous?7. apa hubungannya keluhan dengan batuk pilek 2 minggu yg lalu ?8. kenapa dokter memberikan terapi antijamur?9. mekanisme karies pada gigi?10. kenapa pada gizi yang baik terjadi lesi ulserasi?11. kenapa terjadi karies pada gigi 51,52,61,71,81?12. apa hubungan pemberian susu botol terhadap karies?13. kesan gizi baik , bagaimana bayi dikatakan gizinya baik?14. penatalaksanaan?15. DD?16. jelaskan nomenklatur gigi,?17. definisi lesi ulserasi pd rongga mulut?18. etiologi lesi pd mulut?19. manifestasi klinik?penatalaksanaan?20. jelaskan penyakit lain yg ditandai lesi pd mulut? 21. proses infeksi pd rongga mulut karna infeksi bakteri dan jamur, virus?22. jlskan macam yg kelainan mukokutan pd mulut?23. etiologi halitosis?

Naim Ismail Imunu

Page 2: A LBM 1

LBM 1 GIT

STEP 7 Learning issue1. anatomi fisiologi sistem pencernaan?

Jawab :

Naim Ismail Imunu

Page 3: A LBM 1

LBM 1 GIT

Naim Ismail Imunu

Page 4: A LBM 1

LBM 1 GIT

Naim Ismail Imunu

Page 5: A LBM 1

LBM 1 GIT

Sumber : Valarie C. Sanlon. 2007. ANATOMY - Essentials of Anatomy and Physiology. Fifth Editon. Page 374. Philadelphia : USA.Lauralee Sherwood. 2010 .Human Physiology. Sevent edition. page 592-593 Belmont : USAAtlas Anatomi Sobbota edisi 21.

2. kenapa bisa terjadi halitosis?

Naim Ismail Imunu

Page 6: A LBM 1

LBM 1 GIT

Sumber : dentika dental journal, vol.13,no.1, 2008 : 74-79

3. mengapa anak tidak mau makan dan minum?Karena terdapat Sariawan yang merupakan lesi/benjolan yang timbul di rongga mulut.

Gejalanya berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai dua hari yang kemudian bisa

timbul luka (ulser) di rongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada sariawan ini membuat

Naim Ismail Imunu

Page 7: A LBM 1

LBM 1 GIT

kita susah makan dan minum. Sehingga kadang pasien dengan Sariawan datang ke dokter

gigi dalam keadaan lemas.

Sumber : Mayer L. Mucosal Immunity. Pediatrics. 2003;111:1595-1600.

4. mengapa disertai panas subfibris,rewel dan lemah?Rasa sakit dan panas akibat proses inflamasi pada mulut sehingga kadang pasien dengan

Sariawan datang ke dokter gigi dalam keadaan lemas.

Selain itu Hal tersebut dipengaruhi juga oleh proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh

pasien tersebut, pada inflamasi di produksi TNF ( Tumor Necrosis Factor ) yaitu sitokin untuk

menghambat pertumbuhan tumor dan menghancurkan sel – sel tumor. Di lain pihak, TNF

menyebabkan anoreksia yang hebat melalui efeknya pada pusat nafsu makan di

hipotalamus. TNF menimbulkan hambatan pengosongan di lambung sehingga menimbulkan

perasaan kenyang. Di samping itu TNF menghambat kerja enzim lipoprotein lipase, yaitu

enzim yang memindahkan lemak dalam serum ke sel – sel lemak sehingga lemak disintesis

dan di simpan. Dengan adanya TNF, cadangan lemak dalam jaringan menjadi sangat menipis

sehingga penderita tampak kurus. Karena walaupun asupan nutrisi berkurang, bakteri yang

berkembang biak menyebabkan terjadinya peningkatan metabolisme. Selain itu TNF dalam

jumlah besar dapat menyebabkan gangguan metabolisme berat seperti gula darah turun

sampai kadar yang tidak memungkinkan untuk hidup. Hal ini disebabkan karena penggunaan

yang berlebihan glukosa oleh otot dan hati dan gagal untuk manggantikannya.

Naim Ismail Imunu

Page 8: A LBM 1

LBM 1 GIT

Sumber : Mayer L. Mucosal Immunity. Pediatrics. 2003;111:1595-1600.Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran.Hal 936-948 Edisi 11. jakarta : EGC

5. apa hubunganya riwayat tidak suka makan sayur dan buah pada skenario?

Sayuran mangandung vit. A yang penting untuk pertumbuhan dan proliferasi sel epitel, jika kekurangan maka epitel akan cenderung bertingkat dan berkeratin. Di dalam sayuran terutama bayam bayak mengadung vitamin C dan zat besi berperan sebagai anti oksidan dan menjaga terjadinya sariawan Sumber : Dr. Robert Youngsong. 2005. Antioksidan. Hal 2-4. Jakarta : arcan .

6. kenapa terjadi lesi ulserasi dengan ditepi eritematous?Stanly telah membagi karakter klinis dari SAR menjadi 4 tahap:

1. Premonitori

Terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada waktu predormal pasien

akan merasa sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara

micros, sel-sel mononuclear akan menginfeksi epithelium dan udem mulai

berkembang.

2. Pre-ulser

Naim Ismail Imunu

Vasokontriksi

Preoptik Hipotalamus

Anterior

Preoptik Hipotalamus

PosteriorTRH

Pusat mot. Primer

menggigilTraktus bilateral

Saraf simpatis ke

kulit

Batang otak

TSH Reaksi

kimia dlam tubuh

Menggigil

Gerkan tdk sebnarnya/

tonus otot rangka

Neuron motorik anterior

Kolumna lateralis

medula spinlis

Panas

Set-Point

dingin

Kemoresoptor

Kemoresoptor

Sekresi PGE

Pirogen (IL-1)

Neoutrofil & makrofag

Vasodilatasi

berkeringat

Page 9: A LBM 1

LBM 1 GIT

Pada 18-72 jam pertama, dimana mukula dan papula akan berkembang dengan tepi

eritematosus. Intesitas nyeri meningkat.

3. Ulseratif

Berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Papula-papula akan berulserasi

dan ulser itu akan di selaputi oleh lapisan fibromembranosus yang akan didikuti oleh

nyeri yang berkurang

4. Penyembuhan

Terjadi pada hari ke 4 hingga ke 35. Ulser akan ditutupi oleh epithelium.

Penyembuhan luka terjadi dan selalu tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi

SAR pernah muncul. Lesi baru bisa saja berkembang.

FKG-USU MEDAN—Mohammad Haekal

7. apa hubungannya keluhan dengan batuk pilek 2 minggu yg lalu ?jawab: adanya infeksi yang mengenai saluran pernafasan yang di tandai dengan gejalah batuk dan pilek.Sumber : Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran.Hal 504-505 Edisi 11. jakarta : EGC

8. kenapa dokter memberikan terapi antijamur?Jawab : pemberian antibiotik yang begitu lama, dapat mengakibatkan kematian flora normal batkeri pada mulut, mengakibatkan jumlah jamur bertambah, sehingga flora normal jamur pada mulut yang tadinya bersifat fisiologis berganti menjadi patologis bagi mulut.

9. mekanisme karies pada gigi?

Naim Ismail Imunu

Page 10: A LBM 1

LBM 1 GIT

GigiAda penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies. Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.Bakteri

Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.Karbohidrat yang dapat difermentasikanBakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi

Naim Ismail Imunu

Page 11: A LBM 1

LBM 1 GIT

dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubanganPlak adalah lapisan lunak dan lengket di gigi yang terdiri dari protein dan bakteri (biofilm). Plak terdiri dari 70% bakteri yang berasal dari air liur. Plak terbentuk segera setelah Anda selesai menyikat gigi. Dalam waktu 48 jam setelah pembentukannya, plak mulai mengeras oleh kalsium, fosfor, dan mineral lainnya dari air liur, menjadi karang gigi.Sumber : Anderson, T. "Dental treatment in Medieval England", British Dental Journal, 2004, 197.

10. kenapa pada gizi yang baik terjadi lesi ulserasi?Jawab : infkesi pada saluran pencernaan terutama pada mulut, belum berlangsung lama, masih, dan masih bisa asupan makanan masuk dan cadangan energi untuk proses metabolisme.

11. kenapa terjadi karies pada gigi 51,52,61,71,81?Jawab : gigi 51,52,61,71,81. Sering di lakukan untuk menggit dot pada saat minum susu sehingga faktor resiko terjadi karies sangat tinggi.

12. apa hubungan pemberian susu botol terhadap karies?Jawab : Karies dentis terjadi akibat perusakan gigi secara [rogresif oleh asam-asma organik yang di produksi secara lokal oleh bakteri yang meragikan karbohidrat, khususnya sukrosa. Fluorida mengurangi insiden dan beratnya karies dengan mngubah mineral yaitu Hydroxyapatite menjadi Fluoroapatite yang lebih tahan asam, dengan meningkatkan remineralisasi, serta dengan efek antibakteri yang mengurangi produksi asam. Oleh karena itu, kerusakan pada gigi dapat di anggap sebagai gangguan gizi, sebagaian kareana defisisensi fluorida dan sebagain lagi karena kelebihan gula-gula sederhana. Resiko karies dentis dapat di kurangi dengan menghindari makanan di antara jam makan, terutama permen yang lengket ayau minuman yang manis-manis pada botol atau dot, dengan menggosok gigi secara teratur, serta dengan asupan fluorida yang adekuat baik dari air minum, pasta gigi, atau sedian tablet juga perlu.Sumber : David Hull, at all. 2008. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Hal 86-87. Jakarta : EGC

13. kesan gizi baik , bagaimana bayi dikatakan gizinya baik?

Naim Ismail Imunu

Page 12: A LBM 1

LBM 1 GIT

14. penatalaksanaan?Jawab : Resiko karies dentis dapat di kurangi dengan menghindari makanan di antara jam makan, terutama permen yang lengket ayau minuman yang manis-manis pada botol atau dot, dengan menggosok gigi secara teratur, serta dengan asupan fluorida yang adekuat baik dari air minum, pasta gigi, atau sedian tablet juga perlu.Pengobatan karies meliputi pengangkatan jaringan keras yang menjadi lembek serta terinfeksi, penambahan lapisan dentin yang terpapar, dan pemulihan struktur gigi yag hilang dengan menggunakan tambalan perak amalgam, komposit plastik, emas atau porselen.Sumber : Isselbacher, at all. Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume 1 . Jakarta EGCDavid Hull, at all. 2008. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Hal 86-87. Jakarta : EGC

15. DD?GingivitisRADANG gusi (gingivitis) adalah keadaan di mana terjadi perubahan struktural pada gusi. Ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi.

Radang gusi disebabkan karena kurang memperhatikan kebersihan mulut. Jika tidak segera ditanggulangi akan mengakibatkan enfeksi yang membahayakan anatomi tubuh lainnya. Karena itu, waspadalah terhadap radang gusi!

Menurut Drg Denny Sidiq Hudaya, SpBM, radang gusi (gingivitis) disebabkan karena hengine atau rongga mulut yang tidak terawat. Misalnya, karena lalai dari menggosok gigi sehingga menyebabkan karang gigi dan sisa makanan yang masih menempel. Karena karang gigi dan sisa makanan yang membusuk, gusi mengalami pembengkakan.

Selain itu, radang gusi juga disebabkan karena terlalu sering merokok, stres, faktor

Naim Ismail Imunu

Page 13: A LBM 1

LBM 1 GIT

genetika, kurang mengkonsumsi vitamin C, adanya timbunan plak pada gigi dan karena adanya lubang gigi. Faktor lain yang juga bisa menyebabkan terjadinya radanggusi adalah Diabetes Melitus (DM).

"Radang gusi bisa menyebabkan tumor (pembengkakan) dan rubor (terjadinya kemerahan pada gusi) dan dollor (gusi terasa sakit)," jelasnya saat ditemui genie beberapa waktu lalu di klinik DNN, Jalan Raya Pasar Minggu No 16 J, Jakarta Selatan.

Stomatitis

Radang pada jaringan mulut

Stomatitis adalah peradangan pada mukosa (lapisan lendir) mulut yang bisa mengenai mukosa pipi, bibir dan langit-langit. Stomatitis merupakan infeksi yang dapat terjadi secara tersendiri atau bisa merupakan bagian dari penyakit sistemik.

Stomatitis adalah peradangan pada rongga mulut yang disebabkan oleh karena adanya trauma, pola hidup (konsumsi) yang kurang sehat, serta adanya aktifitas dari kuman (Streptokokus α-hemolitikus)

Predileksi : Biasanya daerah yang paling sering timbul stomatitis aphtosa (sariawan) ini pada daerah mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta langit-langit dalam rongga mulut.

Etiologi

Pasta Gigi dan Obat Kumur SLS

Penelitian menunjukkan bahwa produk yang mengandungi SLS yaitu agen berbusa paling banyak ditemukan dalam formulasi pasta gigi dan obat kumur, yang dapat berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya ulser, disebabkan karena efek dari SLS yang dapat menyebabkan epitel pada jaringan oral menjadi kering dan lebih rentan terhadap iritasi. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa peserta yang menggunakan pasta gigi yang bebas SLS mengalami sariawan yang lebihsedikit. Penurunan ini ditemukan setinggi 81% dalam satu penelitian. Studi yang sama juga melaporkan bahwa subjek penelitian merasa bahwa sariawan yang mereka alami kurang menyakitkan daripada pada saat mereka menggunakan pasta gigi yang menggandung SLS.3,8,24

2.1.4.2 Trauma

Naim Ismail Imunu

Page 14: A LBM 1

LBM 1 GIT

Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat trauma. Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan pada mukosa mulut. Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi. Trauma bukanmerupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya SAR pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung.

2.1.4.3 Genetik

Faktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada pasien yang menderita SAR. Faktor genetik SAR diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah human leucocyte antigen (HLA), namun beberapa ahli masih menolak hal tersebut. HLA menyerang sel-sel melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel mononukleus ke epitelium.9,16,26 Sicrus (1957) berpendapat bahwa bila kedua orangtua menderita SAR maka besar kemungkinan timbul SAR pada anak-anaknya. Pasien dengan riwayat keluarga SAR akan menderita SAR sejak usia muda dan lebihberat dibandingkan pasien tanpa riwayat keluarga SAR.9,24

2.1.4.4 Gangguan Immunologi

Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis dari SAR, adanya disregulasi imun dapat memegang peranan terjadinya SAR. Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa adanya respon imun yang berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui. Menurut Bazrafshani dkk, terdapat pengaruh dari IL-1B dan IL-6 terhadap resiko terjadinya SAR. Menurut Martinez dkk, pada SAR terdapat adanya hubungan dengan pengeluaran IgA, total protein, dan aliran saliva. Sedangkanmenurut Albanidou-Farmaki dkk, terdapat karakteristik sel T tipe 1 dan tipe 2 pada penderita SAR.

2.1.4.5 Stres

Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren ini. Faktor stres ini akan dibahas dengan lebih rinci pada subbab selanjutnya.

2.1.4.6 Defisiensi Nutrisi

Naim Ismail Imunu

Page 15: A LBM 1

LBM 1 GIT

Wray (1975) meneliti pada 330 pasien SAR dengan hasil 47 pasien menderitadefisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15% defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin B12, 21% mengalami defisiensi kombinasi terutama asam

folat dan zat besi dan 2% defisiensi ketiganya. Penderita SAR dengan defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien tersebut mengalami perbaikan.

Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin B1, B2 dan B6. Dari 60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami penurunan kadar vitamin-vitamin tersebut. Penurunan vitamin B1 terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33% kombinasi ketiganya. Terapi dengan pemberian vitamin tersebut selama 3 bulan memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren berkurang. Dilaporkan adanya defisiensi Zink pada penderita SAR, pasien tersebut diterapi dengan 50 mg Zink Sulfat peroral tiga kali sehari selama tiga bulan. Lesi

SAR yang persisten sembuh dan tidak pernah kambuh dalam waktu satu tahun. Beberapa peneliti lain juga mengatakan adanya kemungkinan defisiensi Zink pada pasien SAR karena pemberian preparat Zink pada pasien SAR menunjukkan adanya perbaikan, walaupun kadar serum Zink pada pasien SAR pada umumnya normal.

2.1.4.7 Hormonal

Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan 20,26progesteron.

Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.

2.1.4.8 Infeksi Bakteri

Naim Ismail Imunu

Page 16: A LBM 1

LBM 1 GIT

Graykowski dan kawan-kawan pada tahun 1966 pertama kali menemukan adanya hubungan antara bakteri Streptokokus bentuk L dengan lesi SAR denganpenelitian lebih lanjut ditetapkan bahwa Streptokokus sanguis sebagai penyebab SAR. Donatsky dan Dablesteen mendukung pernyataan tersebut dengan melaporkan adanya kenaikan titer antibodi terhadap Streptokokus sanguis 2A pada pasien SAR dibandingkan dengan kontrol.

2.1.4.9 Alergi dan Sensitifitas

Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan (hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen, merupakan substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat membentuk antibodinya sendiri.

SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahanpokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan.29,30 Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan meradang dan edematous. Gejala ini disertai rasa panas, kadang-kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR.

2.1.4.10 Obat-obatan

Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta blockers, agen kemoterapi dan nicorandil telah dinyatakan berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih besar untuk terjadinya SAR.3,24 2.1.4.11 Penyakit Sistemik

Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan kehadiran SAR. Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terus-menerus dengan SAR harus dipertimbangkan adanya penyakit sistemik yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh dokter. Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan keberadaan ulser di rongga mulut adalah penyakit Behcet’s, penyakit disfungsi neutrofil, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma Sweet’s.

2.1.4.12 Merokok

Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan merokok. Pasien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok, dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari SAR diantara perokok berat berlawanandengan yang bukan perokok. Beberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok.3,24

Factor resiko

Naim Ismail Imunu

Page 17: A LBM 1

LBM 1 GIT

a. Hal pertama yang harus dipikirkan adalah keadaan gigi bagi si pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.

b. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.

c. Mengkonsumsi air dingin atau air panas.d. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis

makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan tersebut

e. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.

f. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan, seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.

g. Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dengan produksi kortison di dalam tubuh.

h. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.

i. Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan. Pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok, bebas simtom ketika kebiasaan merokok dihentikan.

j. Jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.

k. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari.

l. Sedangkan sariawan yang dikarenakan kekurangan vitamin C sangat mungkin terjadi, karena bagi si pasien yang kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.

m. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. Namun kondisi seperti itu dapat diatasi dengan sering memakan buah ataupun makan sayur-sayuran. Penyakit yang menjangkit ini biasanya dapat menyerang siapa saja dan tidak mengenal umur maupun jenis kelamin, termasuk pada bayi yang masih berusia 6-24 bulan.

Klasifikasi

Ada dua tipe utama: stomatitis herpetik akut dan stomatitis aphtosa

Stomatitis tipe herpetik akut biasanya sembuh sendiri, tetapi bisa parah dan pada bayi baru lahir bisa berakibat fatal. Penyebab Stomatitis herpetik akut diakibatkan virus herpes simpleks. Hal ini biasa terjadi pada anak umur 1-3 tahun.

Naim Ismail Imunu

Page 18: A LBM 1

LBM 1 GIT

Stomatitis aphtosa biasanya sembuh dengan sendirinya dalam 10-14 hari tanpa bekas. penyebab stomatitis aphtosa tidak diketahui, kemungkinan merupakan manifestasi oral dari beberapa kondisi. Faktor pencetus antara lain trauma, stres emosi, kadar serum zat besi rendah, kekurangan vitamin B12 atau folat, menstruasi, hipersensitif terhadap makanan, dan alergi atau reaksi obat.

Tanda-tanda dan Gejala

Stomatitis herpetik akut diawali dengan mulut yang nyeri tiba-tiba, ludah berlebih, bau mulut, menolak makan, dan demam kadang-kadang tinggi (40-40,6ºC). Puncak terjadinya adalah demam dan rewel yang ditunjukkan dengan lesi (ujud kelainan) mulut dalam 1-2 hari. Lesi awal berupa gelembung isi cairan yang jarang terlihat karena cepat pecah. Lesi sisa berdiameter 2-10 mm dan ditutupi dengan lapisan kuning keabuan. Pada saat lapisan terkelupas, yang tersisa adalah luka. Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening sekitar mulut. Fase akut terjadi 4-9 hari dan sembuh sendiri. Nyeri biasanya hilang dalam dua sampai empat hari sebelum luka sembuh sempurna. Jika bayi yang menderita stomatitis menghisap jempolnya, luka bisa menjalar ke tangan.

Pada stomatitis aphtosa luka tunggal atau multipel yang nyeri pada mukosa bibir, pipi lidah dan bawah lidah, langit-langit, dan gusi. Lesi awal ditunjukkan dengan ke-

Naim Ismail Imunu

Page 19: A LBM 1

LBM 1 GIT

merahan, tonjolan (papul) keras yang cepat erosi menjadi bentuk yang berbatas jelas, luka nekrotik dengan dikelilingi daerah merah.

Ulser mempunyai ukuran yang bervariasi 1-30 mmm, tertutup selaput kuning keabu-abuan, berbatas tegas, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberap ahri atau bulan. Karateristik ulser yang sakit terutama terjadi pada mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring (Banuarea, 2009).

Minor Recurrent Aphthous Stomatitis

Sebagian besar pasien (80%) menderita bentuk minor (MiRAS), yang ditandai oleh ulser bulat atau oval, dangkal dengan diameter kurang dari 5 mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang erimatus (Gambar 1). Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal, dan dasr mulut. Ulserasi bias tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas (Lewis & Lamey , 1998).

Gambar 1. Gambaran klinis minor RAS pada mukosa labial (Scully & Felix, 2005)

Mayor Recurrent Aphthous Stomatitis

Stomatitis aptosa mayor yang rekuren (MaRAS), yang diderita oleh kira-kira 10% dari penderita RAS, lebih hebat daripada MiRAS. Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, berlangsung selama 4 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin (Gambar 2 dan 3). Tanda pernah adanya MaRAS berupa jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi (Lewis & Lamey , 1998). Lynch et al. (1994) mengatakan bahwa pasien dengan ulser mayor mengalami lesi yang dalam dengan diameter 1-5 cm.

Naim Ismail Imunu

Page 20: A LBM 1

LBM 1 GIT

Gambar 2. Gambaran klinis mayor RAS pada mukosa palatal lunak (Scully & Felix, 2005)

Gambar 3. Gambaran klinis mayor RAS (Scully & Felix, 2005)

Menurut Langlai & Miller (2000), ulser seringkali multiple, terjadi pada palatum lunak, tsucea tonsil, mukosa bibir, mukosa pipi, lidah dan meluas ke gusi cekat. Biasany lesi asimetri dan unilateral. Gambaran ulsernya yaitu ukuran besar, bagian tengah nekrotik dan cekung, tepinya merah meradang.

Ulserasi Herpetiformis

Tipe RAS yang terakhir adalah ulserasi herpetiformis (HU). Istilah “herpetiformis” digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri dari 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer. Tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa (Lewis & Lamey , 1998).

Gambaran mencolok dari penyakit ini adalah erosi-erosi kelabu putih yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar, bergabung dan menjadi tidak jelas batasnya (Gambar 4). Ukurannya berkisar 1-2 mm sehingga dapat dibedakan dengan aptosa namun tidak

Naim Ismail Imunu

Page 21: A LBM 1

LBM 1 GIT

adanya vesikel dan gingivitis bersama sifat kambuhan membedakannya dari herpes primer (Gambar 5) dan infeksi virus lainnya (Langlais & Miller, 2000; Porter & Leao, 2005 ).

Gambar 4. Gambaran klinis RAS herpetiformis pada dasar lidah (Scully & Felix, 2005)

Stomatitis Primer, meliputi : Recurrent Aphtouch Stomatitis (RAS)

Merupakan ulcer yang terjadi berulang. Bentuknya 2 – 5 mm, awal lesi kecil, dan berwarna kemerahan. Akan sembuh ± 2 minggu tanpa luka parut.

Herpes Simplek StomatitisStomatitis yang disebabkan oleh virus. Bentuknya menyerupai vesikel.

Vincent’s StomatitisStomatitis yang terjadi pada jaringan normal ketika daya tahan tubuh menurun. Etiologinya, bakteri normal yang ada pada mulut, yaitu B. Flora. Bentuk stomatitis ini erythem, ulcer dan nekrosis pada ginggival.

Traumatik UlcerStomatitis yang ditemukan karena trauma. Bentuknya lesi lebih jelas, dan nyeri

Naim Ismail Imunu

Page 22: A LBM 1

LBM 1 GIT

tidak hebat.

Stomatitis Sekunder, merupakan stomatitis yang secara umum terjadi akibat infeksi oleh virus atau bakteri ketika host (inang) resisten baik lokal maupun sistemik.

a. TIPE PENYAKITStomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:1. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.2. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.Secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya:1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggal bekas.2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS)Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.3. Ulserasi herpetiformis (HU)Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.

Patofisiologi Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan

bakteri. Pertahanan ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system). Sistem ini terdapat pada saliva atau ludah. LP system dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Yaitu enzim laktoperoksidase, dosianat, dan hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tak terkendali karena sistem

Naim Ismail Imunu

Page 23: A LBM 1

LBM 1 GIT

laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa, pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama.

Pemakaian deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat sebagai peneyebab dari rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan atau melebihi toleransi dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem pertahanan alami. Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak.Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak.

Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat berlangsung wajar, artinya tanggapan-tanggapan tersebut secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justeru berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri.Dalam keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak seimbangan immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya. Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.Kapita selekta kedokteran,, jilid 1, media Aesculapius FKUI 1999

GEJALAGejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Bercak luka yang ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada sel kankernya atau tidak. Pada stomatitis aphtosa yang berat, dapat

Naim Ismail Imunu

Page 24: A LBM 1

LBM 1 GIT

digunakan suatu alat pelindung mulut yang bersih dengan pengolesan anestetik lokal dibawah alat tersebut.

CARA MENGATASINYA

Dalam mengatasi sariawan ini, dapat menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotika dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam).

JENIS OBAT YANG DIPAKAI

Ada beberapa jenis obat yang dikenal di masyarakat dan bisa membantu meredakan keluhan akibat sariawan. Ada jenis obat berbentuk salep dengan kandungan kortikosteroid yang dioleskan pada luka sariawan. Ada juga obat tetes yang digunakan untuk meredakan sariawan ini dengan gentien violet, perak nitrat, atau obat kumur yang dapat membantu mengurangi rasa sakit pada penderita sariawan. Dan juga pemberian vitamin C atau zat besi dalam dosis tinggi pada penderita sariawan yang kekurangan zat-zat tersebut sering dapat menolong. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin, akan lebih baik bila diperoleh dari sayuran dan buah-buahan yang merupakan vitamin natural. Mengonsumsi vitamin natural lebih efetif dibandingkan dengan mengonsumsi suplemen. Bila dikonsumsi berlebihan tidak akan merusak tubuh, karena kelebihannya akan dikeluarkan oleh tubuh. Selain itu juga lebih mudah diserap oleh tubuh. Pada penderita sariawan kambuhan yang disertai kecemasan obat (faktor psikologis), pemberian obat dapat disertai dengan obat anticemas untuk mengatasi masalah psikologisnya. Dan jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam).

PENCEGAHANDengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat menghindari terjadinya stomatitis aphtosa (sariawan) ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, anda juga dianjurkan untuk menghindari stress. Namun bila sariawan selalu hilang timbul, anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan berkonsultasi dengan dokter gigi dengan meminta obat yang tepat sariawannya.

Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk mencegah munculnya sariawan. Misalnya, menjaga kesehatan umum terutama kesehatan pada mulut, menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan, menghindari pasta gigi yang merangsang, menghindari kondisi stress, menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, sering mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin

Naim Ismail Imunu

Page 25: A LBM 1

LBM 1 GIT

B, vitamin C, dan zat besi; serta menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.

Sumber : Kapita selekta kedokteran,, jilid 1, media Aesculapius FKUI 1999

16. jelaskan nomenklatur gigi,?Jawab:

Naim Ismail Imunu

Page 26: A LBM 1

LBM 1 GIT

Naim Ismail Imunu

Page 27: A LBM 1

LBM 1 GIT

Sumber : Satish chandra at all. 2007. Textbook of Operative Dentistry. Fist edition. Ajanta Office : New Delhi.

17. definisi lesi ulserasi pd rongga mulut?Jawab : lesi ulserasi adalah hilangnya seluruh atau sebagian tebal mukosa dan sering defek terjadi lebih dalam lagi menembus lapisan muskularis propria.Sumber : J.C.E . Underwood. Patologi umum dan sistemik. Vol 1. Edisi 2 hal 12. Jakarta :EGC

18. etiologi lesi pd mulut?

Naim Ismail Imunu

Page 28: A LBM 1

LBM 1 GIT

Naim Ismail Imunu

Page 29: A LBM 1

LBM 1 GIT

Naim Ismail Imunu

Page 30: A LBM 1

LBM 1 GIT

Sumber : Isselbacher, at all. Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume 1 . Jakarta EGC

Naim Ismail Imunu

Page 31: A LBM 1

LBM 1 GIT

1. manifestasi klinik?penatalaksanaan?Simtomatik Suportif sesuai etiologi

Sumber : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Hal 106. FKUI

2. jelaskan penyakit lain yg ditandai lesi pd mulut? Sudah terjawab

Naim Ismail Imunu

Page 32: A LBM 1

LBM 1 GIT

Naim Ismail Imunu

Page 33: A LBM 1

LBM 1 GIT

3. proses infeksi pd rongga mulut karna infeksi bakteri dan jamur, virus?

Naim Ismail Imunu

Page 34: A LBM 1

LBM 1 GIT

Naim Ismail Imunu

Page 35: A LBM 1

LBM 1 GIT

Sumber : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM199906103402312

4. jalaskan macam yg kelainan mukokutan pd mulut?Sudah terjawab

5. etiologi halitosis?

Naim Ismail Imunu

Page 36: A LBM 1

LBM 1 GIT

Sumber : Isselbacher, at all. Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume 1 . Jakarta EGC

Naim Ismail Imunu