a. latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi,...

33
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komunikasi tidak lain merupakan usaha untuk menciptakan sebuah kondisi hidup manusia yang lebih baik. Komunikasi membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan sekitar. Serentak dengan laju perkembangan masa menuju sebuah masa yang lebih dikenal dengan masa kontemporer, yang ditandai dengan adanya perubahan dan penyegaran diberbagai aspek kehidupan. Mau tidak mau memaksa manusia untuk mengikuti perkembangan yang adea. Salah satu aspek kehidupan yaitu komunikasi, komunikasi merupakan suatu bentuk budaya yang terdapat dalam masyrakat. Satu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat modern saat ini adalah keberadaan media massa. Arus globalisasi yang melanda dunia saat ini semakin memperkuat peranan informasi. Kebutuhan masyarakat terhadap suatu informasi terbilang sangat tinggi, inilah alasan yang menyebabkan perkembangan komunikasi massa berkembang sangat pesat. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini. Bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Berbagai macam berita mulai dari politik, ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan yang tinggi pada media massa tersebut akan mendudukan

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Komunikasi tidak lain merupakan usaha untuk menciptakan sebuah

kondisi hidup manusia yang lebih baik. Komunikasi membawa perubahan dalam

diri manusia, masyarakat dan lingkungan sekitar. Serentak dengan laju

perkembangan masa menuju sebuah masa yang lebih dikenal dengan masa

kontemporer, yang ditandai dengan adanya perubahan dan penyegaran diberbagai

aspek kehidupan. Mau tidak mau memaksa manusia untuk mengikuti

perkembangan yang adea. Salah satu aspek kehidupan yaitu komunikasi,

komunikasi merupakan suatu bentuk budaya yang terdapat dalam masyrakat.

Satu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses

komunikasi dalam masyarakat modern saat ini adalah keberadaan media massa.

Arus globalisasi yang melanda dunia saat ini semakin memperkuat peranan

informasi. Kebutuhan masyarakat terhadap suatu informasi terbilang sangat

tinggi, inilah alasan yang menyebabkan perkembangan komunikasi massa

berkembang sangat pesat. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam

proses komunikasi massa dewasa ini. Bahkan ketergantungan manusia pada media

massa sudah sedemikian besar. Berbagai macam berita mulai dari politik,

ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap

menit. Ketergantungan yang tinggi pada media massa tersebut akan mendudukan

Page 2: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

2

media sebagai alat yang ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat

(Nurudin, 2007 : 33).

Manusia yang merupakan makhluk sosial, melangsungkan proses

kehidupan dengan berkelompok dan bermasyarakat. Komunikasi merupakan

sebuah upaya melakukan interaksi. Kemungkinan terjadinya konflik dalam

kehidupan, dimana dan kapan saja akan selalu ada menyertai kehidupan manusia.

Konflik adalah sebuah tindakan yang mengerucut pada kondisi yang tidak

nyaman, namun konflik yang terjadi lebih mengakibatkan adanya tindakan

kekerasan, apalagi konflik bersenjata akan selalu menyisakan kepedihan bagi

yang menjalaninya dan melahirkan keprihatinan bagi yang tidak merasakannya

secara langsung.

Konflik dengan sederhana dimaknai sebagai suatu yang bersifat alamiah

dan naturalia, artinya konflik merupakan fenomena kemanusiaan yang senantiasa

melingkupi kehidupan manusia. Konflik merupakan kodrat bagi kehidupan

manusia dan bersifat given dalam kehidupan. Karena itu, tidak heran bila

kemudian kita menyasikkan ada kalanya konflik sengaja dipilih manusia secara

sadar untuk menyelesaikan masalahnya. Pilihan untuk mengambil cara-cara

konflik biasanya didahului oleh proses deliberasi, perhitungan untung-rugi dan

kalah menang. Sebab, mengambil cara konflik merupakan pilihan, karena cara

damai di luar konflik di proyeksikan tidak akan menguntungkan.

Kemampuan media untuk menentukan aspek-aspek mana yang harus

ditonjolkan dan dihilangkan sesuai dengan kepentingan ideologi yang diusung

Page 3: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

3

oleh masing-masing media. Memahami cara kerja media merekam dan

mengkonstruksi sebuah peristiwa, tentulah tidak bisa dipisahkan dengan

bagaimana media menangkap realita di balik pemberitaan. Berawal dari

pencarian, pengumpulan dan penyampaian pesan, kesemuanya melibatkan agen

pengkonstruksi. Dalam kaitannya dengan ini Dedy N Hidayat dalam Pengantar

Jurnalisme Damai (2006 : viii-x), seorang wartawan disaat pemberitaan dengan

menonjolkan obyektivitas fakta ini akan menimbulkan wacana tersendiri.

Khususnya obyektivitas pada faktualitas dan imparsialitas. Faktualitas, atau

pengetengahan fakta dan pemisahan opini, sering mencuatkan wacana baru yang

tak mudah menemukan solusi. Sebuah fakta tidak bisa datang dengan hanya

kebenaran obyektif. Suatu teks berita tentang konflik, meskipun peliputannya

didasarkan pada fakta, bagaimanapun juga itu hanyalah sebuah realitas simbolik

yang tidak berhubungan setara dengan realitas obyek pemberitaan. Selain

kelengkapan dan ketepatan, penyajian berita juaga bisa mengundang masalah

seputar relevansi.

Memahami media sebagai konstruksi realita, memungkinkan adanya suatu

bentuk pencitraan dan penggambaran yang sempurna bisa menampakkan kaslian

dari sebuah berita yang ingin di tonjolkan dalam setiap media yang berbeda.

Peristiwa dan fakta dikonstruksi melalui teknologi informasi dan komuniksai telah

diterima sebagai manifestasi realita. Pengemasan sutau fakta akan membuka celah

untuk masyrakat berpikir kritis terhadap konstruksi peristiwa yang tidak menutup

kemungkinan didalamnya kebenaran tumpang tindih dengan kejahatan. Media

massa khususnya media cetak memiliki kekuatan dalam segi penulisan sehingga

Page 4: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

4

media menjelma menjadi penghubung antar waktu, pencipta suatu tatanan lewat

kepiawaian memainkan konstruksi realitas.

Konflik yang merupakan permaslahan sosial sering terjadi di kehidupan

sehari-hari. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi

dan telah menjadi maslah yang berkepanjangan. Konflik dapat terjadi dan

menimpa siapa saja mulai dari kalangan elit, kalangan cendikiawan dan

masyarakat awam. Kondisi seperti ini dapat menggoyahkan bahkan sampai pada

hilangnya sendi-sendi kehidupan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.

Penyebab konflik mungkin hanya diakibatkan oleh hal yang sifatnya tidak penting

dan berdampak pada hancurnya berbagai saran adan prasarana yang telah

demikian lama dibangun., serta munculnya berbagai dampak psikologis yang

tidak kondusif untuk hidup berdampingan.

Dan seiring perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan di bidang

teknologi, masyarakat informasi saat ini tidak hanya memperhatikan konflik-

konflik yang terjadi di negaranya saja akan tetapi peristiwa konflik atau perang

yang terjadi diluar negeri juga mendapat perhatian yang sama besarnya dari

khalayak, khususnya yang ada di Indonesia. Salah satu peristiwa yang tengah

menjadi perhatian dunia pada akhir tahun 2012 ini adalah konflik atau perang

yang terjadi antara Israel dan Hamas di jalur Gaza, pro kontra masih terus

berlangsung seiring dengan jatuhnya korban dan hilangnya nyawa-nyawa tak

berdosa akibat perang tersebut. Banyaknya korban yang jatuh di Palestina kian

menjadi sorotan dan diliput secara khusus oleh berbagai media massa baik

Page 5: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

5

nasional maupun internasional, khususnya Indonesia. Mengalahkan isu-isu lokal

atau isu nasional selama sepekan.

Konflik “melahirkan” rasa tidak nyaman dan terancam setiap waktu

namun perang di Palestina yang terjadi antara Israel dan Hamas masih terus

berlanjut, konflik ini sebenarnya telah terjadi sejak puluhan tahun lalu dimulai

dengan pengungsi yang muncul akibat perang Arab – Israel tahun 1948, kemudian

masalah tepi barat, jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat

perang enam hari 1967 dan terus berlanjut sampai sekarang. Gencatan senjata

tidak pernah berlangsung lama diantara kedua Negara ini. Konflik semakin

meruncing ketika Hamas berhasil menguasai pemerintahan Gaza melalui kudeta

berdarah pada Juni 2007. Gesekan antara kelompok Hamas dan Israel tidak dapat

dihindarkan hingga di capai perjanjian gencatan senjata yang berakhir pada 26

Desember 2008. Tetapi hal itu tidak menyudahi perang antar kedua kubu pada

tanggal 16 November 2012 terjadi penyerangan Israel terhadap Hamas yang

menewaskan 13 warga Palestina dan melukai 140 lainnya dan berakhir dengan

gencatan senjata pada 22 November 2012 sampai akhirnya Palestina dijadikan

sebagai negara berdaulat yang diakui oleh dunia.

Perang antara Israel dan Hamas terus saja menjadi keprihatinan dunia dan

masih menuai pro kontra masyarakat dunia dan setelah mendapat tekanan dari

berbagai pihak untuk segera menghentikan perang, terutama negara-negara islam

yang ada di dunia seperti Mesir yang melakukan kunjungan solidaritasnya ke

Gaza, mereka melakukan konvoi sebanyak lima bus yang mengangkut anggota

dari sejumlah partai dan gerakan politik, mereka membawa pesan dukungan serta

Page 6: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

6

membawa obat-obatan dan perlengkapan medis darurat. Selain Mesir, Arab dan

Turki juga menunjukkan solidaritasnya dengan memberi dukungn kepada Mesir

untuk gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Malaysiapun tak mau

ketinggalan untuk menunjukkan solidaritas antara muslim Palestina dengan

muslim Malaysia, dalam acaranya tersebut diadakan pula sumbangan solidaritas

untuk Gaza. “Indonesia sebagai Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia

cukup strategis dalam mengupayakan kemerdekaan Palestina”, kata wakil sekjen

Liga Arab Ahmed Benhelli dalam pertemuan dengan delegasi DPR-RI di Kairo.

Mengenai Palestina Mahfuds perwakilan DPR-RI mengemukakan bahwa

parlemen Indonesia terus mendorong Pemerintah lebih meningkatkan upaya

diplomatik dengan mengintensifkan kontak dengan pihak terkait, selain itu

masyarakat indonesiapun memberikan dukungannya dengan berbagai kegiatan

seperti menggalang dana untuk Palestina. Secara tidak langsung medialah yang

memegang peranan besar dalam menghentikan perang antara Israel dan Hamas,

maka dari itu sudah menjadi tugas media massa untuk selalu meliput dan

menyiarkan berita tentang konflik yang terus membara di Palestina secara adil

dan berimbang, agar masyarakat dunia tahu, apa yang sebenarnya terjadi disana.

Namun yang menjadi pertanyaansejauh mana atau seberapa besar porsi kata yang

bernama “obyektivitas” itu benar-benar diterapkan dalam sebuah pemberitaan?.

Faktor utama yang menjadikan bahan liputan berita dikarenakan nilai

berita yang dikandung peristiwa ini adalah, konflik. Konflik merupakan salah satu

nilai berita yang tinngi dan sering digunakan media massa untuk meraup perhatian

pembacanya.

Page 7: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

7

Kompas adalah suatu perusahaan media massa yang besar dan prestisius.

Media ini merupakan sebuah perusahaan yang paling lama atau mempunyai umur

yang lebih dari media-media yang lainnya. Harian yang memiliki motto “Amanat

hati nurani rakyat” ini mengawali kehadirannya dengan akan bangkrutnya PT.

Kinta dengan terbitan majalah bulanan Intisari yang didirikan oleh (Alm)

Auwjong peng Koen, atau lebih dikenal dengan nama Petrus Kanisius Ojong

seorang pimpinan redaksi mingguan Star Weekly, beserta Jakob Utama, wartawan

mingguan penabur milik gereja katolik. Media ini juga professional dalam setiap

berita yang yang diturunkan dengan memberikan sumber berita secara langsung

yaitu menurunkan langsung wartawannya untuk meliput berita, seperti yang

terjadi di konflik Gaza.

Republika adalah Koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas

muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari

upaya panjang kalangan umat islam, khususnya para wartawan professional muda

yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh

berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang

saat itu diketuai BJ Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk

izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya tersebut berbuah.Republika terbit

perdana pada 4 Januari 1993. Republika merupakan surat kabar harian yang

diterbitkan atas adanya keinginan untuk mewujudkan media massa yang mampu

mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Republika sangat memegang

tinggi nilai-nilai spiritualitas dari perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa,

serta memilki arah gerak seperti yang digariskan oleh UUd 1945. Sumber berita

Page 8: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

8

yang disajikan oleh media ini lebih banyak mengambil kutipan dari berbagai

wartawan luar yang diambil untuk kepentingan ideologi media ini, seperti halnya

dalam pemberitaan konflik Gaza.

Analisis framing merupakan sebuah metode penelitian mengenai media

massa yang dasar penelitian bermula dari teori konstruksi sosial. Pada teori

konstruksi sosial dijelaskan bahwa realitas yang dilihat dan dibaca di media massa

tersebut bukanlah merupakan realitas yang benar-benar terjadi, melainkan sebuah

proses konstruksi oleh media-media yang bersangkutan.

Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul

Konstruksi Media Dalam Pemberitaan Konflik Gaza (Analisis framing pada

Harian Kompas dan Republika Edisi 16-24 November 2012) .

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut: “ Bagaimana Konstruksi pemberitaan Konflik Gaza pada

Koran harian Kompas dan Republika edisi 16-24 November 2012? “

C. Tujuan Penelitian

Seperti yang telah dipaparkan pada rumusan masalah di atas maka,

tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui Konstruksi berita Konlik Gaza

pada harian Kompas dan Republika edisi 16-24 November 2012.

Page 9: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

9

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

civitas akademi sebagai tambahan referensi tentang analisis framing.

Terlebih , yang mengaplikasikan teori Zhongdang Pan dan Gerald M

Kosicki. Sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian sejenis

selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan tentang dunia

jurnalistik bagi mahasiswa ilmu komunikasi dan menanamkan kesadaran

bahwa media massa merupakan patner dalam kontrol social. Sehingga

nantinya, ketika berkecimpung dalam dunia jurnalistik, mahasiswa dapat

mengaplikasikan nilai-nilai obyektivitas dalam proses produksi berita.

E. Tinjauan Pustaka

E.1 Konstruksi Realitas Sosial

Media selalu memiliki dampak bagi seseorang atau sekelompok

orang atas pesan yang disampaikannya. Dalam mengkonstruksi realitas,

media menggunakan bahasa atau teks sebagai perangkat besarnya. Bila

diamati seluruh isi pers baik elektronik maupun cetak didominasi oleh

bahasa. Menurut Agus Sudibyo, bahasa tidak hanya sebagai alat untuk

Page 10: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

10

mengkonstruksi realitas social tetapi sudah bisa menggambarkan citra atau

image dalam benak masyarakat (Sudibyo: 2002).

Penggunaan bahasa tertentu akan menghasilkan makna tertentu

pula. Bahasa bukan lagi mencerminkan realitas, tapi sudah berangkat

menuju arah penciptaan realitas. Seperti apa yang dikatakan oleh Peter L.

Berger, bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu

yang diturunkan Tuhan. Tetapi sebaliknya realitas itu lahir dengan

dibentuk dan dikonstruksi (Eriyanto 2002 : 15).

E.2 Media dan Konstruksi Atas Realitas

Peristiwa yang sering diberitakan media massa baik media

elektronik maupun media cetak sesungguhnya seringkali berbeda dengan

peristiwa sebenarnya. Media tidak semata-mata sebagai saluran pesan

yang pasif akan tetapi media pun aktif melakukan konstruksi terhadap

peristiwa.

Isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan

bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai

alat merepresentasikan realitas, namun juga bias menentukan relief seperti

apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut (Sobur,

2006 : 88).

Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum

konstruksionis, realitas itu bersifat subyektif. Realitas itu hadir karena

dihadirkan oleh konsep subyektif wartawan. Realitas tercipta lewat

konstruksi, sudut pandang tertentu oleh wartawan (Eriyanto, 2009 : 19).

Page 11: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

11

Pandangan konstruksionis melihat media bukan hanya alat dari

kelompok dominan, tetapi juga memproduksi ideologi dominan. Media

membnatu kelompol dominan untuk menyebarkan gagasannya,

mengontrol kelompok lain dan membentuk konsensus antar anggota

komunitas (Eriyanto, 2008 : 36). Lebih lanjut Eriyanto mengatakan, media

bukan sarana yang netral yang menmpilkan kekuatan dan kelompok dalam

masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideology yang

dominan itulah yang akan tampil dalam pemberitaan (Janet dalam

Eriyanto, 2008 : 37).

Lima faktor yang mempengaruhi pemberitaan menurut Pamela J.

Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam Politik Media dan Pertarungan

Wacana, (Sudibyo, 2006) meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam news room adalah:

1. Faktor individual, faktor individual adalah faktor personal dari

pengelola media. Bagaimana sejarah atau latar belakang individu

tersebut dalam aspek-aspek personalnya dalam mempengaruhi

berita yang akan ditayangkan atau dimuat. Unsur personal

mempengaruhi berita dalam berbagai hal seperti jenis kelamin,

usia, agama.

Dalam hal ini, wartawan merupakan garda terdepan dalam proses

produksi berita yang berinteraksi langsung dengan peristiwa.

Sudah selayaknya, wartawan mengenyampingkan opini pribadi

dalam proses produksi berita.

Page 12: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

12

2. Faktor rutinitas media (media routine). Mekanisme dalam media

dan proses pembentukan berita termasuk aspek rutinitas media.

Setiap media mempunyai standar tersendiri dalam menilai mana

berita yang layak atau tidak layak, mana berita bagus dan mana

yang tidak bagus. Rutinitas disini juga berhubungan dengan

bagaimana cara berita dihasilkan, seperti pendelegasian pencarian

sebuah berita, siapa yang akan menulis dan atau siapa editornya.

Rutinitas media pada intinya bisa kita bilang menjelaskan

bagaimana berita itu diproduksi dalam sebuah media. Proses

seleksi berita ini berlangsung melalui tahapan-tahapan yang

berlapis. Hasil liputan oleh wartawan masuk dalam dapur redaksi

yang kemudian tahap selanjutnya adalah proses editing , berita

apa yang harus dimunculkan dan apa yang harus dieleminir.

Setelah proses editing, maka naskah tersebut masuk dalam tahap

layout. Akan ditempatkan dimana berita tersebut sehingga dapat

menarik minat khalayak. Naskah yang sudah d layout, diserahkan

pada kepala bagian naskah untuk recheck. Hingga proses terakhir

adalah penerbitan. Rutinitas seperti berlangsung terus-menerus.

Hal ini yang secara tak langsung juga mempengaruhi proses

framing atau pembingkaian dalam sebuah berita.

3. Organisasi. Level organisasi sangat erat kaitannya dengan struktur

orginisasi yang sangat kaitannya dengan mempengaruhi gaya

pemberitaan. Media adalah sebuah struktur organisasi yang sangat

Page 13: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

13

besar dan mempunyai bagian-bagian tersendiri sehingga

pengelola media bukanlah entitas tunggal yang bias mengambil

kebijaksanaan tetapi ada komponen-komponen lain, seperti

redaksi, bagian iklan, bagian pemasaran, sirkulasi, bagian umum

dan sebagainya sehingga mereka mempunyai kepentingan dan

tujuan masing-masing.

Dalam struktur organisasi media, wartawan tidak memiliki hak

preogratif dalam menyajikan berita. Ada bagian-bagian dari

struktur organisasi yang kemudian berpengaruh penting dalam

proses produksi berita ini. Bagian-bagian tersebut tentunya

memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula.

4. Ekstramedia. Ekstramedia berhubungan dengan factor sosial atau

lingkungan di luar media. Faktor yang termasuk dalam

ekstramedia adalah berita, sumber penghasilan media, dan pihak

eksternal (pemerintah dan lingkungan bisnis). Katakanlah media

yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented) Tentunya,

hal-hal yang mengandung muatan negatif terhadap iklan yang

menjadi promotor tidak akan ditampilkan. Pun media yang

dimotori oleh tokoh politik tertentu. Bisa jadi, pemberitaan yang

disajikan tidak jauh dari citra positif dari tokoh tersebut. Hal ini

sudah sangat jelas berpengaruh pada proses framing media.

Page 14: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

14

5. Ideologi. Ideologi disini dapat dipahami sebagai kerangka berfikir

atau referensi yang dipakai individu dalam melihat realitas.

Ideologi disini bias kita bagi dua, yaitu ideologi media dan

ideologi wartawan sehingga pesan yang akan ditampilkan adalah

refleksi dari apa yang dipahami oleh media dan individu-individu

di dalamnya.

Keberagaman media tanah air muncul dengan berbagai macam

corak. Media yang mengusung jurnalisme damai dengan ideologi

Islam misalnya, akan cenderung berhati-hati dalam setiap berita

yang mendiskreditkan atau mengandung unsur tendensius

terhadap agama Islam.

E.3 Berita

Berita adalah jendela dunia. Melalui berita, kita bisa mengetahui

peristiwa apa yang terjadi di berbagai belahan dunia. Namun, apa yang

kita lihat, dengar dan rasakan tentang dunia tergantung pada „jendela‟ apa

yang kita pakai (Eriyanto, 2009: 4)

Dalam pandangan kaum konstruksionis, berita yang kita baca pada

dasarnya adalah hasil dari kerja jurnalistik, bukan kaidah buku jurnalistik .

Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian

kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas

tersebut hadir di hadapan khalayak. Lewat konteks pemberitaan pembaca

bisa memahami masalah yang ada dan pemecahan masalah yang di

Page 15: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

15

tampilkan tidak berlaku untuk konteks yang lain. Lewat konteks

pemberitaan ini pembaca dapat menyadari bahwa wartawankadang

menghidangkan “madu” dalam menu beritanya, kadang pula dalamberita

yang lain menuangkan “racun”.

Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang taken from granted .

Sebaliknya, wartawan dan Medialah yang secara aktif membentuk realitas.

Dengan kata lain, realitas tercipta dalam konsepsi wartawan (Eriyanto,

2009: 7)

Peter L Berger dan Thomas Luchman memulai penjelasan realitas

sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”.

Mereka mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat didalam

realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak

tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan

didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan

memiliki karakteristik secara spesifik.

Lebih lanjut Peter L Berger dan Thomas Luckman menyatakan,

berita tidak bisa disamakan seperti kopi realitas, ia haruslah dipandang

sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya, sangat potensialterjadi

peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda. Berita dalam pandangan

konstruksi sosial bukan fakta yang riil. Berita adalah produk interaksi

wartawan dengan fakta. Realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita

tetapi melalui prosees. Diantaranya proses internalisasi dimana wartawan

Page 16: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

16

dilanda realitas yang ia amati dan diserap dalam kesadarannya. Kemudian

proses selanjutnya adalah eksternalisasi pada proses ini wartawan

menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah

produk dari proses interaksidan dialetika ini (Eriyanto, 2009 : 17).

E.4 Media dan Liputan Konflik

Untuk menghindari “konflik teori” terhadap pendefinisian konflik itu

sendiri berikut definisi sejumlah pakar dalam memahami konflik itu apa

dan bagaimana:

1. Barbara Salert (1976), konflik sebagai benturan struktur dalam

masyarakat yang dinamis, antara struktur dominan dan struktur

yang minimal.

2. Charles Tilly (1986), konflik merupakan hasil dari kalkulasi politik

para pemimpin yang memobilisasi sumber daya internal

kelompoknya untuk menyikapi peluang public yang terus berubah.

3. Sigmund Freud, konflik sebagai pertentangan antara dua kekuatan

atau lebih yang mengandung agresifitas dan diekspresikan.

4. Schermerhon, Hunt dan Osborn. Konflik tejadi saat muncul

ketidaksepakatan dalam setting sosial yang dapat ditandai dengan

friksi emisional antara individu atau kelompok.

5. Ted Robert Gurr (1970), konflik merupakan penggunaan atau

ancaman penggunaan kekerasan yang dilakukan oleh actor atau

kelompok yang menentang Negara.

Page 17: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

17

Kendali konflik sudah merupakan takdir bagi perjalanan sejarah

kemanusiaan, akan tetapi beberapa pakar konflik selalu berkeyakinan ada

jalan keluar dari konflik yang terjadi. Dalam perspektif jurnalisme

professional yang mengetahkan konflik informasi dari seorang wartawan

yang bersinggungan langsung dengan konflik akan menjadi riset atau

pendorong terjadinya suatu konflik. Akan tetapi disisi lain posisi wartawan

juga dapat memberikan konstruksi untuk mengurangi konflik dengan apa

yang disebut resolusi konflik. Akan tetapi disisi lain posisi wartawan juga

dapat memberikan konstribusi untuk mengurangi konflik dengan apa yang

disebut resolusi konflik. Menyelesaikan konflik secara bersama-sama suatu

yang menjadi perbedaan melalui berita-beritanya. Menurut para pengamat

budaya Akiba, Adoni, dan Bentz (1990. Syahputra. 2006: 65.)mereka

mengatakan jurnalis melalui media tempat dirinya bekerja menjadi titik

silang yang paling strategis untuk mengupayakan berakhirnya konflik atau

memperpanjang, bahkan memperluas konflik. Media yang menyajikan

konflik cenderung sebagai realita sosial, tetapi sebagai komoditi sosial.

Situasi seperti ini terbukti pada pengamatan silang budaya memperlihatkan

bahwa berbagai konflik merupakan focus yang paling dominan buat

komoditi informasi.

Dalam proses media sebagai pembentukan terhadap pemaknaan

konflik. Seperti memberi definisi dan menjelaskan akar mula konflik

menjadi tugas media untuk merumuskannya bersama-sama dengan

masyarakat (public). Bisa dirumuskan lagi bahwa masyarakat (public)

Page 18: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

18

memiliki hak untuk menerima atau mengetahui informasi peristiwa yang

sebenarnya sebagai pembentuk sikap dan tanggapan mengenai apa yang

diberikan pada suatu berita konflik. Akan tetapi ini akan mengalami

benturan dengan posisi media dalam setting konflik akan sangat

menyentuh dan terkait erat dengan frame media dan agenda setting media.

Dimana suatu hal yang paling penting dalam proses peliputan adalah

faktor psikologis dari jurnalis atau wartawan itu sendiri.

E.5 Layak Berita

Menrurut Ashadi Siregar (1982) suatu peristiwa atau kejadian,

secara umum yang layak diangkat menjadi berita adalah yang mengandung

satu atau beberapa unsur yang disebut dibawah ini:

1. Kejadian atau peristiwa yang mempunyai kemungkinan akan

mempengaruhi kehidupan orang banyak.

2. Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi

orang banyak.

3. Kejadian atau peristiwa yang menyangkut ha-hal yang baru

terjadi, atau baru ditemukan.

4. Kejadian atau peristiwa yang dekat dengan pembaca.

5. Kejadian atau peristiwa mengenai hal-hal yang terkenal atau

sangat dikenal oleh pembaca.

Page 19: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

19

6. Kejadian atau peristiwa yang member sentuhan perasaan;

kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa,

atau orang besar dalam situasi biasa.

(Abdul chaer, 2010:12)

E.6 Berita dalam pandangan Konstruksionis

Pandangan konstruksionis memiliki penilaian yang berbeda mengenai

masalah obyektifitas dalam berita. Paradigma konstruksionis memandng

berita sebagai sesuatu yang subyaktif karena merupakan hasil konstruksi

atas realitas. Konsep mengenai kosntruksionisme diperkenalkan oleh

sosiolog, interpretative, Peter L Breger. Bersama Thomas Luckman,

menurut Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga

sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Akan tetapi relitas dibentuk dan

dikonstruksikan menjadi pemaknaan yang ganda atau plural. Setiap orang

bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas

(Eriyanto, 2009 : 15).

Dalam teori konstruksionisme sosial, sebuah teori sosial yang

berpendapat bahwa kekuatan individu untuk melawan atau membangun

kembali lembaga sosial yang penting adalah terbatas, disini

mempertanyakan kekuaatan kontrol sosial individu terhadap budaya dan

berpendapat bahwa lembaga-lembaga sosial tersebutlah yang

mendominasi praktik budaya sehari-hari terkait dalam pembentukan

pemahaman realitas. Sedangkan pada sebuah realitas menyatakan bahwa

Page 20: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

20

sebuah persetujuan berkelanjutan atas makna, karena orang-orang

senantiasa berbagi sebuah pemahaman mengenai realitas tersebut. Khlayak

aktif menggunakan symbol media untuk memaknai lingkungan mereka

dan hal-hal yang ada didalamnya. Tetapi definisi tersebut tidaklah bernilai

kecuali dibagi dengan orang lain.

Media massa merupakan lembaga yang sanggup menggiring khalayak

sesuai dengan apa yang diinginkan oleh media tersebut, melalui berita-

berita ataupun opini yang telah disiarkan ke masyarakat. Bagi khalayak,

berita yang ada di media cetak ataupun media elektronik dianggap sebagai

pelaporan yang realitas (sebenarnya) oleh media. Dan media dalam benak

masyarakat dipahami sebagai lembaga uang netral, obyektif dalam

melakukan pemberitaannya, yang sesuai dengan paradigma positivisis

yang berlaku pada mayoritas masyarakat, terutama Indonesia yang kualitas

sumber daya manisianya sangat rendah khususnya dalam hal pendidikan.

Keberadaan pers di Indonesia cukup memiliki tempat, hal ini ditandai

dengan adanya UU yang mengatur pers. Undang-undang no 40 tahun 1999

tentang pers, yang dalam pasal 4 antara lain menyatakan bahwa:

1. Keberadaan Pers dijamin sebagai hak asasi warga Negara.

2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyesoran,

pembredelan, atau pelanggaran pencitraan.

3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai

hak mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan

informasi.

Page 21: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

21

Demikian pula pada kurun waktu yang sama lair Amandemen Kedua UUd

1945, yang dalam pasal 28F menyatakan bahwa “Setiap orang berhak

untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan

pribadi dan lingkungan sosilanya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

(Santana, 2005 : 231)

Pada pandangan ini, berita bersifat subyektif, opini tidak dapat

dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat sebuah peristiwa

dengan sudut pandang dan pertimbangan yang subyektif. Hal ini terjadi

karena pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan

orang lain. Dalam pandangan ini penempatan sumber berita yang menonjol

dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan wawancara seorang

tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang hanya satu sisi dan

merugikan pihak lain, tidak berimbang dan secara nyata memihak satu

kelompok, kesemuanya tidaklah dianggap sebagai kekeliruan atau bias,

tetapi diannggap memang itulah praktik yang dijalankan wartawan.

(Eriyanto, 2009 : 27)

E.7 Obyektifitas Berita dan Ideologi Media

Berita dalam surat kabar pada dasarnya merupakan bentuk komunikasi

massa dalam hal ini informasi dan konstruksi peristiwa. Pemberitaan itu

sendiri sering kali merupakan hasil dari konstruksi medi pers itu sendiri,

Page 22: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

22

sehingga dalam proses pembuatan berita ada indikator harus diberikan

dalam melihat obyektifitas berita. Obyektifitas dapat berupa anggapan

bahwa jurnalis adalah netral, tidak terlihat kaca yang tidak punya persaan

atas realitas yang digambarkannya, “melaporkan seperti apa adanya”. Atau

dapat juga berupa anggapan bahwa sesuatu terjadi “karena memang harus

terjadi” (Zainal Arifin Emka, 2005 : 48). Obyektifitas acapkali

dihubungkan dengan permasalahan informasi dan berita.

Menurut Nurudin (2009 :76) fakta adalah sabdarannya sehingga

sesuatu bisa dikatakan obyektif.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa fakta dalam hal ini bisa mempunyai dua

arti:

1. Fakta ada: keberadaannya berdasarkan pada apa yang bias diindra

oleh manusia secara langsung. Fakta adalah realitas pertama.

2. Fakta yang dikonstruksikan oleh pikiran seseorang yang

dikemukan pada orang lain. Ini disebut juga sebagai fakta realitas

kedua. Sebab, tak ada sebuah fakta yang didengar diri orang lain

tidak dikonstruksi oleh pikirannya terlebih dahulu. Ia telah

dikonstruksi oleh nilai-nilai yang ada pada diri seseorang itu.

Salah seorang ahli pengetahuan Swedia, J. Westersthal, dalam

skemanya yang dibuat secara khusu untuk kepentingan penilaian kadar

netralitas dan keseimbangan sistem siaran publik Swedia. Skema tersebut

mengakui bahwa penyjian laporan atau berita secara obyektif harus

Page 23: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

23

mencakup nilai-nilai dan fakta yang memiliki implikasi evaluatife. Berikut

ini adalah gambar komponen utama obyektifitas berita menurut

Westersthal, 1983:

Bagan obyektifitas Westershal 1983

Gambar 1.1

Objectivity

Factuality impartiality

Truth relevance balance neutrality

(Sumber: Nurudin, 2009: 82)

Dalam bagan diatas, Westersthal membagi obyektifitas kedalam dua

kriteria, yakni faktualitas dan imparsialitas. Faktualitas bisa diwujudkan

jika didukung oleh kebenaran (truth) dan relevansi (relevance). Sementara

itu, imparsialitas hanya bisa ditegakkan jika didukunh oleh keseimbangan

(balance) dan netralitas (neutrality).

Media sebenarnya bukanlah ranah netral tanpa intervensi berbagai

pihak. Tidak ada satu media pun yang memiliki sikap independensi dan

obyektifitas yang absolut, karena media tidak lain merupakan tempat

bertemunya berbagai kepentingan. Hal ini berimplikasi pada

Page 24: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

24

pengkonstruksian sebuah realitas pada media tersebut. Sebagai ilustrasi,

dengan peristiwa yang asam sebuah media dapat mewartakannya dengan

cara menonjolkan aspek tertentu. Sedangkan media lainnya meminimalisir,

memelintir bahkan menutup aspek tersebut. Dapat ditarik kesimpulan

bahwa media apaun tidak terlepas dari bias-bias diluar kaidah sebagai

sebuah media.

Media merupakan sebuah institusi yang memiliki latar belakang baik

yang berkaitan dengan individu maupun struktur yang kemudian menjadi

ideologi organisasi media. Selain itu informasi yang diproduksi

merepresentasikan fenomene yang melekat pada sumber informasinya.

Informasi itu sendiri, yang secra sadar atau tidak mengkonstruksi realitas

kearah ideologi tertentu.

Pembentukan ideologi media, lagi-lagi dipengaruhi oleh berbagai

kepentingan. Selain latar belakang pemiik media, lingkungan ekonomi dan

politik juga mempengaruhi ideologi. Saat ini faktor lingkungan politik

media bukan lagi pada pencabutan izin operasional, tetapi lebih kepada

kepentingan untuk merambah aspek diluar bisnis dan konglemarasi media

yang telah dijalankannya.

E.8 Konsep framing

Media dalam menyampaikan berita bukan hanya menyampaikan

informasi semata, namun didalamnya terdapat bingkai peristiwa yang

dibentuk. Sehingga berita media dalam menjelaskan peristiwa yang

Page 25: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

25

kompleks dapat disajikan kedalam bentuk yang sederhana beraturan dan

logis, hal inilah yang menjadikan media dapat menolong atau bahkan

mendistorsi khalayak dalam menerima informasi. Ke dalam kategori-

kategori kata kunci atau citra tertentu.

Media memandang peristiwa dalam kaca mata tertentu. Realitas yang

dibentuk dilihat oleh khalayak adalah realitas yang terbentuk oleh bingkai

media. Framing menyediakan alat tertentu bagaimana peristiwa tertentu

dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal oleh khalayak. Dalam

teori framing menunjukkan bagimana jurnalis membuat simplikasi,

prioritas, dan struktur peristiwa dipahami oleh media dan ditafsirkan ke

dalam bentuk berita.

Sederhananya, menurut Eriyanto ada dua aspek dalam framing.

Pertama, memilih fakta. Pada tahap ini, setidaknya ada dua kemungkinan

dalam proses pembuatan berita. Yaitu, apa yang dipilh (include) dan apa

yang di buang (excluded). Sisi apa yang diberitakan dan mana yang

terlupakan. Kedua, menuliska fakta. Proses ini berhubungan dengan

bagaimana fakta terpilih itu kemudian disajikan pada khalayak. Penekanan

pada berita didukung dengan adanya gambar, foto, peamakaian grafis,

idom, penempatan yang mencolok. Elemen ini berhubungan dengan

penonjolan realitas. Hal ini bermaksud untuk membuat dimensi tertentu

dari konstruksi tertentu menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak

(Eriyanto, 2009 : 69-70 ).

Page 26: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

26

F.Metode penelitian

F.1. Jenis penelitian

Dalam hal ini, peneliti menggunakan jenis penelitian Kualitatif

Interpretatif yakni jenis penelitian yang menginterpretasikan fakta atas

realitas sosial dilapangan yang tersaji dalam suatu pemberitaan pada media

massa.

Tujuannya untuk mendalami secara lebih jauh dan detaik mengenai

suatu realitas sosial yang terjadi, berkaitan dengan Konstruksi Kompas dan

Republika dalam pemberitaan Konflik Gaza edisi 16-24 November 2012.

Peneliti bermaksud untuk menggali pesan serta latar belakang dari

produk yang dihasilkan media, yaitu berupa teks berita pada kedua media

tersebut. Berita merupakan rangkaian kalimat yang tersusun dari

penggunaan bahasa. Sedangkan bahasa merupakan simbol yang kemudian

digunakan untuk mengungkap makna pemikiran penulis. Peneliti

menggunakan interpretasi secra subyektif dengan tetap menyesuaikan pada

data-data yang ada, yaitu secara kontekstual pemaknaan suatu pesan dalam

fakta dari teks berita yang diteliti.

F.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Surat kabar Kompas dan

Republika. Adapun data yang digunaka bahan penelitian lebih lanjut

adalah pada Edisi 16-24 November 2012. Namun tiadak semua berita pada

edisi tersebut dijadikan bahan penelitian, peneliti membatasi pada terkait

dengan konflik Gaza.

Page 27: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

27

F.3 Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakuakn dengan melakukan dokumentasi pada

naskah berita yang terdapat pada surat kabar Kompas dan Republika edisi

15-24 November 2012 yang membahas tentang Konflik Gaza. Selain itu,

referensi jurnal, artikel dan data lainnya yang terkait dengan penelitian ini

juga akan menambah kelengkapan data.

F.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis framing, dengan menggunakan model framing yang dikemukakan

oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model ini berasumsi bahwa

setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari

organisasi ide. Hal ini, dikarenakan ide menghubungkan elemen yang

berbeda dalam proses penyusunan teks berita secara keselurahan sesuai

aturan penulisan, sehingga dapat menjadi “jendela” pemaknaan yang

tersirat dari berita itu sendiri. Teknik ini mempunyai kelemahan dan

kelebihan, kelemahannya :

1. Kekurangan menentukan sumber data yang memuat pesan-pesan

yang relevan dengan permasalahan penelitian.

2. Teknik ini tidak dapat dipakai untuk menguji hubunngan antar

variable, tidak dapat melihat sebab akibat hanya dengan menerima

kecenderungan (harus dikombinasikan dengan metode penelitian

lain jika ingin menujukkan hubungan sebab akibat).

Page 28: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

28

Kelebihan dari model ini adalah secara detail dapat menganalisis

melalui empat unsure utama dalam sebuah berita, diantaranya:

1. Struktur Sintaksis, struktur ini digunakan untuk mengamati

bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari

cara wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan,

pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan umum berita.

Struktur sintaksis dengan demikian dapat diamati dari beberapa

bagian berikut:

a. Headline, merupakan berita yang dijadikan topik utama

oleh media kaerena itu headline memiliki kemenonjolan

yang tinggi yang menunjukkan kearah mana

kecenderungan berita itu akan dibawa. Elemen ini juga

cenderung lebih diingat oleh pembaca dibandingkan

dengan bagian berita. Dari headline, peneliti dapat

mengetahui bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu

isu, yang seringkali dengan menggunakan penekanan

makna tertentu lewat pemakaian tanda Tanya, tanda

petik sebagai jarak perbedaan.

b. Lead, (teras berita) berguna untuk memberikan sudut

pandang dari suatu berita.

c. Latar informasi, latar membantu peneliti untuk

menyelidiki bagaimana seseorang member pemaknaan

atas suatu peristiwa. Karena dalam suatu peristiwa,

Page 29: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

29

wartawan biasanya memilih latar tertentu untuk

menentukan kearah mana pandangan khalayak hendak

dibawa. Pada umumnya, latar biasanya ditampilkan

diawal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya

muncul dengan tujuan mempengaruhi dan member

kesan bahwa pendapat wartawan sangatlah beralasan.

Latar merupakan bagian berita yang dapat

mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan

wartawan.

d. Kutipan, sumber dan pernyataan. Ketiga elemen itu

digunakan untuk membangun obyektifitas (prinsip

keseimbangan dan tidak memihak) dalam penulisan

hasil liputan. Pengutipan dilakukan juga agar berita

yang dibawanya bukan semata-mata pendapat wartawan

melainkan pendapat dari pihak atau orang yang memilki

otoritas pangkat atau jabatan tertentu. Pengutipan

sumber ini menjadi perangkat atau jabatan tertentu.

Pengutipan sumber ini menjadi perangkat framing atas

tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran

dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri

pada klaim otoriter akademik. Kedua, menghubungkan

poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang

berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau

Page 30: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

30

pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan

atau pandangan mayoritas sehingga pandangannya

tersebut tampak menyimpang.

2. Skrip, adalah cara wartawan mengisahkan fakta. Biasanya

wartawan memilki strategi tertentu agar pembaca tertarik dengan

berita yang dituliskanya, misalnya dengan gaya bercerita yang

dramatis, penulisannya peristiwa diramu dengan mengaduk unsure

emosi, menmpilkan peritiwa tampak sebagai sebuah kisah dengan

awal, adegan, klimaks, dan akhir. Segi cara bercerita inilah yang

menjadikan pertanda framing yang ingin ditampilkan. Skrip adalah

salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksikan berita;

bagaimana suatu peristiwa dipahami lewat cara-cara tertentu

dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Struktur

skrip biasanya memilki pola 5W+1H yang terdiri dari:

a. What (apa)

b. When (kapan)

c. Where (dimana)

d. Who (siapa)

e. Why (mengapa)

f. How (bagaimana)

Meskipun pola diatas tidak selau dapat dijumpai dalam setiap

berita yang ditampilkan. Namun unsure kelengkapan berita ini dapat

menjadi penanda framing yang penting. Skrip memberikan penekanan

Page 31: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

31

mana informasi yang didahulukan, dan bagian mana yang bias kemudian

sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya

penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar

terkesan kurang menonjol.

3. Tematik , merupakan cara wartawan menulis fakta. Bagi Pan dan

Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang

diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan,

semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang

logis bagi hipotesis yang dibuat. Tema yang dihadirkan atau

dinyatakan secara tidak langsung atau kutipan sumber dihadirkan

untuk mendukung sebuah hipotesis. Struktur ini dapat diamati dari

bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan

karena pada umumnya wartawan memiliki tema tertentu atas suatu

peritiwa. Unit yang diamati dalam struktur ini adalah paragraph

atau proposisi, dimana ia memilki perangkat framing seperti:

a. Detail

b. Maksud dan hunbungan kalimat

c. Koherensi

d. Bentuk kalimat

e. Kata ganti

4. Retoris , struktur retoris dari wacana berita menggambarkan

pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan dengan maksud

agar member penekanan arti yang ingin ditonjolkan. Wartawan

Page 32: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

32

menggunakan perangkat ini adalah untuk membuat cerita,

meningkatkan makna pada sisi tertentu dan meningkatkan

gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Dengan menggunakan

perangkat:

a. Leksikon atau pilihan kata, ini adalah elemen yang paling

penting karena digunakan untuk menandai atau

menggambarkan peristiwa.

b. Grafis, elemen ini biasanya muncul lewat bagian tulisan

yang dibuat lain dibandingkan dengan tulisan lain. Seperti

pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis

bawah, huruf yang dibuat dalam ukuran lebih besar,

dimana didalamnya juga termasuk caption, grafik, gambar,

table untuk mendukungarti penting suatu pesan.

c. Metafora

d. Pengandaian

Unit yang diamati adalah teks, idiom, gambar atau foto, dan grafis.

Misalnya kata mati, tewas, gugur, meninggal, merenggang nyawa,

mampus, akan memilki konotasi yang berbeda-beda tergantung

pemilihan kata mana yang akan diletakkan pada peristiwa tertentu.

Data yang telah terkumpul oleh peneliti dalam bentuk dokumentasi

selanjutnya akan dianalisa dengan model framing seperti yang telah

peneliti paparkan diatas.Proses pengurutan data dalam analisis ini akan

Page 33: A. Latar belakangeprints.umm.ac.id/27039/2/jiptummpp-gdl-trihayatin-31886-2-babi.pdf · ekonomi, social, budaya hadir ditengah masyarakat melalui media hamper setiap menit. Ketergantungan

33

dilakukan sesuai dengan urutan pemberitaan yaitu pada tanggal 16-24

November 2012.