repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · bab ii tinjauan pustaka 2.1....

40
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004). Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoadmodjo, 2003). Ensiklopedi Amerika, perilaku di artikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2003).

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Teori Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang

individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon

ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif

(melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di

rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,

khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif

dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi,

atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga

domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah

knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoadmodjo, 2003).

Ensiklopedi Amerika, perilaku di artikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme

terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan

untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan

tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2003).

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

9

Kwick (1974), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku adalah

tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat di amati dan bahkan dapat di

pelajari. Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu

dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah mahluk hidup

(Kusmiyati dan Desminiarti,1991). Menurut penulis yang disebut perilaku manusia

adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati

secara langsung maupun tidak langsung.

Di Indonesia istilah perilaku kesehatan sudah lama dikenal dalam 15 tahun

akhir-akhir ini konsep-konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan kesehatan ini

sedang berkembang dengan pesatnya, khususnya dibidang antropologi medis dan

kesehatan masyarakat. Istilah ini dapat memberikan pengertian bahwa kita hanya

berbicara mengenai prilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitanya dengan

kesehatan. Kenyataanya banyak sekali prilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,

bahkan seandainya seseorang tidak mengetahuinya, atau melakukanya dengan alasan

yang sama sekali berbeda (menurut Gochman,1988 yang dikutip Lukluk A, 2008).

2.1.2. Proses Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham

Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni :

a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu

H2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak

terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2

yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang

menyebabkan dehidrasi.

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

10

b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :

a) Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan

kejahatan lain.

b) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan dan

lain-lain.

c) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit

d) Rasa aman memperoleh perlindungan hukum.

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :

a) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua,

saudara, teman, kekasih, dan lain-lain.

b) Ingin dicintai/mencintai orang lain.

c) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.

d. Kebutuhan harga diri, misalnya :

a) Ingin dihargai dan menghargai orang lain

b) Adanya respek atau perhatian dari orang lain

c) Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan

e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :

a) Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain

b) Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita

c) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha,

kekayaan, dan lain-lain.

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

11

Komponen prilaku menurut Gerace & Vorp,1985 yang dikutip Lukluk A,

(2008) dapat dilihat dalam 2 aspek perkembangan penyakit, yaitu :

a. Perilaku mempengaruhi faktor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah

ciri kelompok individu yang menunjuk mereka sebagai at-high-risk terhadap

penyakit tertentu.

b. Perilaku itu sendiri dapat berupa faktor resiko. contoh : merokok dianggab

sebagai faktor resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun

kanker Paru karena kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada

perokok daripada orang yang tidak merokok.

2.1.3. Bentuk Perilaku

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap

rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis

besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :

a. Perilaku Pasif (respons internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak

dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang

nyata.

b. Perilaku Aktif (respons eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat

diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

12

2.1.4. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

lingkungan. Respons atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respons yang

masih tertutup) dan aktif (respons terbuka, tindakan yang nyata atau

practice/psychomotor).

Menurut Notoatmodjo (2003), rangsangan yang terkait dengan perilaku

kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan lingkungan.

2.1.5. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit

Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit

yang bersifat respons internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar

dirinya), baik respons pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif

(praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku seseorang

terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkatan-tingkatan pemberian pelayanan

kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit, yaitu:

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharan kesehatan (health promotion behavior)

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

13

2.1.6. Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan

Perilaku ini adalah respons individu terhadap sistem pelayanan kesehatan

modern maupun tradisional, meliputi :

a. Respons terhadap fasilitas pelayanan kesehatan

b. Respons terhadap cara pelayanan kesehatan

c. Respons terhadap petugas kesehatan

d. Respons terhadap pemberian obat-obatan

Respons tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan

penggunaan fasilitas, petugas maupun penggunaan obat-obatan.

2.1.7. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan (Environmental behaviour)

Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan sebagai determinant

(faktor penentu) kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini sesuai lingkungan

kesehatan lingkungan, yaitu :

a. Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan air bersih

untuk kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor atau kotoran. Disini

menyangkut pula hygiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah cair maupun

padat. Dalam hal ini termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah

yang sehat dan dampak pembuangan limbah yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat. Rumah sehat menyangkut

ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

e. Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vektor.

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

14

2.1.8. Perilaku Orang Sakit dan Perilaku Orang Sehat

Menurut Sarwono (2004) yang dimaksud dengan perilaku sakit dan perilaku sehat

sebagai berikut :

Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu

yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku sakit menurut Suchman

adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat

dari timbulnya gejala tertentu.

Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan

diri dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.

Penyebab perilaku Sakit Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh

Sarwono (2004) bahwa penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :

a. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan

normal.

b. Anggapan adanya gejalan serius yang dapat menimbulkan bahaya.

c. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan

dengan keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.

d. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat

dilihat.

e. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.

f. Adanya informasi, pengetahuan dan anggapan budaya tentang penyakit.

g. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.

h. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

15

i. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti : fasilitas, tenaga,

obat-obatan, biaya dan transportasi.

2.1.9. Perilaku Pencegahan Penyakit

Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi

yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya

dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk – bentuk

perilaku instinktif (species–specific behavior) yang didasari oleh kodrat untuk

mempertahankan kehidupan. Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang

menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menimbulkan

lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja

menimbulkan satu respon yang sama.

Lewin (1951,dalam buku Azwar, 2007) merumuskan suatu model hubungan

perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan

lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai –

nilai, sifat kpribadian dan sikap yang saling berinteraksi pula dengan faktor – faktor

lingkunga dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar

dalam menentukan perilaku, bahkan kadang – kadang kekuatannya lebih besar dari

pada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih

kompleks.

Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku

lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya

terbatas hanya pada 3 hal yaitu :

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

16

1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik

terhadap sesuatu.

2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma – norma

subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain

inginkan agar kita perbuat.

3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma–norma subjektif membentuk suatu

intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.

Secara sederhana, teori ini mengatakanbahwa seseorang akan melakukan

suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya

bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana

keyakinan–keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada

norma–norma subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen

ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan

menentukan apakah perilaku yang bersangkutan dilakukan atau tidak (Azwar, 2007).

Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), menganalisis bahwa

perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causer) dan faktor

dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan

atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :

1. Faktor–faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor–faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

17

kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan

sebagainya.

3. Faktor–faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Di simpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang

atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang disebut

pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak

langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan

berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi

perilaku menghindar (Notoatmodjo, 2007).

Tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark ada 5 tingkatan

yaitu (Notoatmodjo, 2007) :

a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).

1) Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitas.

2) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan.

3) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan

kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil diluar nikah, yang terkena

penyakit infeksi akibat seks bebas dan Pelayanan Keluarga Berencana.

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

18

b. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific Protection).

1) Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah

terhadap penyakit – penyakit tertentu.

2) Isolasi terhadap penyakit menular.

3) Perlindungan terhadap keamanan kecelakaan di tempat-tempat umum dan

ditempat kerja.

4) Perlindungan terhadap bahan–bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-

bahan racun maupun alergi.

c. Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early

Diagnosis and Promotion).

1) Mencari kasus sedini mungkin.

2) Melakukan pemeriksaan umum secara rutin.

3) Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu misalnya kusta, TBC,

kanker serviks.

4) Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.

5) Mencari orang-orang yang pernah berhubungan dengan penderita

berpenyakit menular.

6) Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.

d. Pembatasan kecacatan (Dissability Limitation)

1) Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjut agar terarah dan tidak

menimbulkan komplikasi.

2) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

19

3) Perbaikan fasilitas kesehatan bagi pengunjung untuk dimungkinkan

pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.

e. Pemulihan kesehatan (Rehabilitation)

1) Mengembangkan lembaga – lembaga rehablitasi dengan mengikutsertakan

masyarakat.

2) Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan

memberi dukungan moral, setidaknya bagi yang bersangkutan untuk

bertahan.

3) Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita

yang telah cacat mampu mempertahankan diri.

4) Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutannya harus tetap dilakukan

seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

2.2. Domain Perilaku

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan (Widodo, 2006),

yaitu:

1. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)

Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah

atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual

pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

20

faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup

pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non

verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific

details and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan

informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.

2. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar

dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama.

Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang

implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu

pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan

generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur.

3. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin

maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau

tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.

4. Pengetahuan Metakognitif

Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan

tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa

seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan

semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka

mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

21

Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu:

1. Menghafal (Remember)

Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.

Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk

mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas

mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan

bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam

proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

2. Memahami (Understand)

Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,

mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau

mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam

pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan

konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh

proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying),

mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi

(inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

3. Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau

mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan

prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan

prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan

(executing) dan mengimplementasikan (implementing).

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

22

4. Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan

bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga

macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating),

mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).

5. Mengevaluasi

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua

macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan

mengritik (critiquing).

6. Membuat (create)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam

proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),

merencanakan (planning), dan memproduksi (producing) (Widodo,2006).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang

lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima

informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

23

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

fisik dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini, taraf berpikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap seseuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni

suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik

dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman

mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang

melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

6. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid,

2007)

1) Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

24

1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan secara

sistematik dan logis. Cara – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

meliputi:

a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam

memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba – coba atau dengan kata yang

lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya

peradaban. Cara coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali

dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah)

atau metode coba – salah/coba – coba.

Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk

memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih

sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara

tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari – hari, banyak sekali kebiasaan – kebiasaan

dan tradisi – tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

25

dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan – kebiasaan ini biasanya diwariskan

turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada

upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui

harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor, dan sebagainya.

Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah

diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan

tersebut dapat berupa pemimpin–pemimpin masyarakat baik formal maupun

informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain,

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang

dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula

menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

26

akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat

berhasil memecahkannya.

d. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya

dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran

secara tidak langsung melalui pernyataan – pernyataan yang dikemukakan, kemudian

dicari hubungannya sehingga dapat dibuat kesimpulan. Apabila proses pembuatan

kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan

induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan –

pernyataan umum kepada yang khusus.

2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih

popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula – mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang

mengembangkan metode berpikir induktif. Mula–mula ia mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala–gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil

pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil

kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

27

Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan

membuat pencatatan – pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek

yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni:

a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

c. Gejala – gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala – gejala yang

berubah – ubah pada kondisi – kondisi tertentu.

Berdasarkan hasil pencatatan – pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri – ciri

atau unsur – unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut

dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip – prinsip umum

yang dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk

mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan

penggabungan antara proses berpikir deduktif – induktif – verivikatif seperti

dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melalukan penelitian,

yang dewasa ini dikenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research

method) (Notoatmodjo, 2005).

Proses adopsi perilaku, menurut Rogers (1974), sebelum seseorang

mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan

(akronim AIETA), yaitu :

a) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

28

b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus

c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang

baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek

sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi.

d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap

dan kesadarannya terhadap stimulus.

2.2.2. Sikap (Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan

motif tertentu.

Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pendangan

seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin

terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

29

4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :

a. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui

terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada

b. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang

berlaku dimana individu itu berada.

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan.

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang

mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa

menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok

lainnya.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada.

Perangsang pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat

adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara aktif. Artinya semua

berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia

memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua

pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian.

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

30

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak

pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat

sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang

tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2005).

Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu,

tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan

manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan

turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap

akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat

dibedakan menjadi :

a. Sikap Sosial

Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-

ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya

oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.

b. Sikap Individu

Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual

berkenaan dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi

diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentukkecenderungan untuk

bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluativ yaitu suatu respon

yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.

Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :

1. Selalu ada objeknya

2. Biasanya bersifat evaluative

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

31

3. Relatif mantap

4. Dapat dirubah

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allpon (1954), bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude),

dalam penentuanberpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap

adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang

lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap

tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu

tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2003).

Pengukuran sikap dapat dilakuan secara langsung atau tidak langsung, melalui

pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung

dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,

baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup tersbeut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

32

terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons,

menghargai dan bertanggung jawab.

2.1.3. Praktik atau Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata.

Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata

atau terbuka (Notoatmodjo, 2003).

Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan

itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk

perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah

laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu

kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu

tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang

memungkinkan (Ahmadi, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari

tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh

suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak

ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak

pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek

(practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena

itu disebut juga over behavior.

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

33

Menurut Notoatmodjo (2005), empat tingkatan tindakan adalah :

1. Persepsi (Perception), Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang diambil.

2. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar.

3. Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2002), faktor-faktor yang

merupakan penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaotu

faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan dengan

motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling)

perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang

memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat

seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya

dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,

sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung

dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

34

Seperti halnya pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki tingkatan-

tingkatan, yaitu :

a) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan

yang akan dilakukan.

b) Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan

yang benar sesuai contoh.

c) Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sudah menjadi kebiasaan.

d) Adaptasi, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran.

2.3. Konsep Penyakit TB Paru

2.3.1. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TB Paru (Mycobacterium TB Paru). Sebagian besar kuman TB Paru menyerang paru,

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang,

mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu

disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar

matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap

dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama

beberapa tahun (Depkes RI, 2008).

2.3.2. Epidemiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia

ini. Pada tahun 1993 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

35

tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan

bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta

adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah

terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB

terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila

dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika

hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.

Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta

setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar

kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka

mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat

di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi

mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.

Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita

baru TB Paru dengan kematian 3 juta orang (WHO, Treatment of TB Paru,

Guidelines for National Programmes, 1997). Di negara-negara berkembang kematian

TB Paru merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.

Diperkirakan 95% penderita TB Paru berada di negara berkembang, 75% penderita

TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun (Depkes RI, 2002).

Penelitian Heryanto ,dkk (2001) di Kabupaten Bandung menemukan Karakteristik

kasus kematian penderita TB paru hampir tersebar pada semua kelompok umur,

paling banyak pada kelompok usia 20-49 tahun (58,3%) yang merupakan usia

produktif dan usia angkatan kerja. Proporsi menurut jenis kelamin, laki-laki (54,5%)

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

36

dan perempuan (45,5%). Sebagian besar tidak bekerja (34,9%) dan berpendidikan

rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9% .

2.3.3. Kuman dan Cara Penularan Tuberkulosis

Kuman, Mycobacterium tuberculosis sebagai kuman penyebab Tuberkulosis

Para ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah suatu basil

yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan

Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang bersifat aerob,

panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh

optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh

manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan dalam

ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena sinar matahari langsung

(sinar ultraviolet), dalam jaringan tubuh kuman ini bersifat dormant (tertidur lama)

selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh

lemah (Alsagaff, 2005).

Kuman TB Paru bersifat aerob dan lambat tumbuh (Holt, 1994). Suhu

optimum pertumbuhannya 37-38oC. Kuman TB Paru cepat mati pada paparan sinar

matahari langsung tapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap dan

lembab serta dapat bertahan hidup 8-10 hari pada sputum kering yang melekat pada

debu (Depkes RI, 2002).

Sumber infeksi yang terpenting adalah dahak penderita TB Paru Positif.

Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet Infection) saat penderita batuk,

berbicara atau meludah (Soediman, 1995). Kuman TB Paru dari percikan tersebut

melayang di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

37

dan selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada penderita yang menghirupnya.

Dengan demikian penyakit ini sangat erat kaitanya dengan lingkungan, penyakit TB

Paru dapat terjadi akibat dari komponen lingkungan yang tidak seimbang

(pencemaran udara). Masalah pencemaran udara di permukaan bumi sudah ada sejak

zaman pembentukan bumi itu sendiri. Namun dampak bagi kesehatan manusia, tentu

dimulai sejak manusia pertama itu terbentuk. Udara adalah salah satu media transmisi

penularan TB Paru dimana manusia memerlukan oksigen untuk kehidupan. Jadi jika

seorang penderita TB Paru positif membuang dahak di sembarang tempat, maka

kuman TB dalam jumlah besar berada di udara ( Achmadi U F, 2011).

Kuman TB Paru dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh dan lebih memilih

bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat predileksi

utama kuman TB Paru. Gambaran TB Paru pada paru yang dapat di jumpai adalah

kavitasi, fibrosis, pneumonia progresif dan TB Paru endobronkhial. Sedangkan

bagian tubuh ekstra paru yang sering terkena TB Paru adalah pleura, kelenjar getah

bening, susunan saraf pusat, abdomen dan tulang (WHO, 2002).

Kemungkinan suatu infeksi berkembang menjadi penyakit, tergantung pada

konsentrasi kuman yang terhirup dan daya tahan tubuh (Depkes RI, 2002). Sumber

penularan adalah pasien TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali

batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi

dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi

dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat

membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

38

yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil

pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan

seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan

lamanya menghirup udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan

dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan

kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.

Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu

tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB

dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.

2.3.4 Diagnosa TBC (Tuberkulosis) Paru

Diagnosa penyakit TBC Paru dapat dilakukan dengan cara :

1.Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

2. Pemeriksaan Foto Toraks

1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan suatu alat penentu yang arnat

penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa

dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara

mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen

hasilnya positif (Depkes RI, 2002).

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

39

Tujuan pemeriksaan dahak adalah untuk menegakkan diagnosis dan

menentukan klasifikasi/tipe penyakit, menilai kemajuan pengobatan dan untuk

menentukan tingkat penularan. Pemeriksaan dilakukan pada penderita Tuberkulosis

Paru dan suspek Tuberkulosis.

Pengambilan spesimen dahak yaitu : (Depkes RI, 2002)

a. S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek datang berkunjung pertarma

kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan

dahak hari kedua.

b. P (Pagi) : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah

bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK (Unit

Pelayanan Kesehatan).

c. S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan

dahak pagi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, Tuberkulosis Paru dibagi dalam :

a. Tuberkulosis Paru BTA Positif

i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif.

ii. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif dan foto rontgen dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Negatif dan foto rontgen

dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif ditentukan oleh dokter, selanjutnya

dibagi menjadi bentuk berat dan ringan tergantung pada gambaran luas kerusakan

paru pada foto rontgen dan melihat kepada keadaan penderita yang buruk. Penentuan

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

40

klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan

OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.

2. Pemeriksaan Foto Toraks

Tidak dibenarkan mendiagnosa penyakit TB Paru hanya dengan berdasarkan

foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB

Paru (Dinkes Provinsi SU, 2007). Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai

berikut :

1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

2. Mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan

khusus (Dinkes Provinsi SU, 2007).

2.3.5 Gejala TBC (Tuberkulosis) Paru

Gambaran klinik Tuberkulosis paru, (Faizal, 1992).

1. Batuk

Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau, lebih.

Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan

terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi

produktif yang berguna untuk membuang produk-produk ekskresi

peradangan.

2. Dahak

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,

kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai

purulen dan kemudian dapat bercampur dengan darah.

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

41

3. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-

bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang

sangat banyak. Kehilangan darah yang banyak kadang akan mengakibatkan

kematian yang cepat.

4. Sesak Nafas

Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru

yang cukup luas atau pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai

komplikasi tuberkulosis paru.

5. Nyeri Dada

Nyeri kadang berupa, nyeri menetap yang ringan. Kadang-kadang

lebih sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot

karena batuk.

2.3.6 Tipe Penderita TBC (Tuberculosis) Paru

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada

beberapa tipe penderita yaitu ; (Depkes RI, 2002)

a. Kasus Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

b. Kambuh (Relaps)

Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat

dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

42

c. Pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain

dan kemudian pindah berobat ke kabupaten tersebut. Penderita pindahan

tersebut harus membawa Surat rujukan/pindah (Form TB. 09).

d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2

bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita

tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

e. Lain-lain

1). Gagal

Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.

2). Kasus Kroni

Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai

pengobatan ulang kategori 2 (Faizal, dkk., 1992).

2.3.7 Riwayat Terjadinya Tuberkulosis.

1. Infeksi Primer

Tuberkulosis paru primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil

tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pemah mempunyai kekebalan yang

spesifik terhadap basil tersebut. Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan

kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati

sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus

dan menetap disana.

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

43

Kelanjutan dari infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk

dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya

tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis.

Meskipun demikian, ada beberapa, kuman akan menetap sebagai kuman persisten

atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan

perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan

menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai

terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan (Depkes RI, 2002).

2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC)

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun

sesudah tuberkulosis primer. Infeksi dapat berasal dari luar (eksogen) yaitu infeksi

ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam (endogeny

yaitu infeksi berasal dari basil yang sudah ada dalam tubuh, merupakan proses lama

yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali, misalnya

karena daya, tahan tubuh yang menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang

buruk (Depkes RI, 2002).

2.3.8 Faktor Determinan Penyakit Tuberkulosis

1. Host

a. Umur

Sebagian besar masuknya TB pada anak tidak menimbulkan penyakit tetapi

tetap tinggal dalam paru sampai anak menjadi dewasa. Pada negara berkembang

cenderung terjadi pada kelompok umur produktif (15-50 tahun), hal ini disebabkan

Page 37: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

44

karena orang pada usia produktif mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga untuk

terpapar kuman Tuberkulosis lebih besar (Crofton, 2002).

b. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung terkena

TB Paru dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki mobilitas

yang tinggi, selain itu adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat

menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena TB Paru (Crofton, 2002).

c. Nutrisi dan Sosial Ekonomi

Keadaan malnutrisi akan mempermudah terjadinya penyakit TB Paru

Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada

orang dewasa maupun anak-anak (Crofton, 2002).

d. Faktor Toksik

Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan

tubuh, selain itu obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan juga dapat

menurunkan kekebalan tubuh (Crofton, 2002).

e. Penyakit lain

Pada beberapa negara, infeksi HIV/AIDS Sering ditemukan bersamaan dengan

penyakit Tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena rusaknya sistem pertahanan tubuh

(Crofton, 2002).

2. Agent

Tuberkulosis Paru disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Untuk

dapat mempengaruhi seseorang menjadi sakit tergantung dari :

1. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi yang mencukupi.

Page 38: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

45

2. Virulensi yang tinggi dari basil Tuberkulosis.

3. Lingkungan

Lingkungan yang buruk, misalnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah

yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta Lingkungan kerja yang jelek akan

mempermudah penularan infeksi TB Paru.

2.3.9. Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan penderita,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.

Adapun jenis dan Dosis OAT adalah sebagai berikut:

1. Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat baktearisid, dapat membunuh 90% populasi

kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap

kuman dalam keadaan metabolic akti, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis

harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali

seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

2. Rifampisin (R)

Bersifat baktearisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang

tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk

pengobatan harian maupun intermitten 3 kali seminggu.

3. Pirasinamid (Z)

Bersifat bakteriasid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan

untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.

Page 39: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

46

Penderitaberumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur

60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.

4. Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB

sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg

BB.

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari bebrapa jenis, dalam

jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk

kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan

sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang

digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC

akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan

penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung

untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila

pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC

BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada

tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka

waktu yang lebih lama (Depkes RI, 2000).

Page 40: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1 ...Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa

47

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian maka kerangka konsepsional dapat

digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pencegahan Penularan TB Paru pada keluarga

Karakteristik Penderita TB Paru Positif :

• Umur • Pekerjaan • Pendidikan • Pengetahuan • Sikap