97649244 perlindungan gardu induk dengan lighting arrester

Upload: mboond-awiie

Post on 14-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • PERLINDUNGAN GARDU INDUK DENGAN LIGHTING ARRESTER

    MAKALAH

    Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Tegangan Tinggi

    dengan dosen pengampu Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, M. Sie.

    dan Hasbullah, S. Pd., M.T.

    Oleh:

    Ade Uun K. (0901960)

    EkaJatnika (0907265)

    FachrulNur H. (0902254)

    HandiAgus H. (0908810)

    RamdanGumelar (0900694)

    JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNLOGI DAN KEJURUAN

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

    2012

  • 1

    KATA PENGANTAR

    AssalamualaikumWr. Wb.

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    segala bentuk kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

    menyelesaikan makalah mengenai Perlindungan Gardu Induk Dengan Lighting

    Arrester, akhirnya sudah sampai pada hasil yang diharapkan. Tujuan dari adanya

    makalah ini adalah untuk membantu agar dapat memahami serta mengetahui

    dengan jelas isi dari makalah ini.

    Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

    kesempurnaan. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan pengetahuan, kemampuan,

    dan waktu. Oleh karena itu, kritik dan saran merupakan sesuatu yang sangat

    berharga bagi kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya

    dan pembaca pada mumnya. Kami mengucapkan mohon maaf apabila dalam

    pembuatan makalah ini ada kata yang tidak diharapkan atau tidak berkenan bagi

    pembaca.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Bandung, Mei 2012

    Penyusun

  • 2

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ............................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

    C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................... 2

    D. Manfaat Penulisan Makalah ......................................................... 2

    BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................. 3

    A. Lighting Arrester............................................................................ 3

    B. Prinsip Kerja Lighting arrester .................................................... 6

    C. Jenis-jenis Lighting Arrester......................................................... 6

    D. Perlindungan Gardu Induk dengan Lighting Arrester .............. 10

    BAB III. PENUTUP .......................................................................................... 17

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 17

    DAFTAR PUSTAKA

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Seperti yang telah kita ketahui bahwa pusat pembangkit listrik umumnya

    dihubungkan dengan saluran transmisi udara yang menyalurkan tenaga listrik ke

    dari pusat penbangkit ke pusat-pusat konsumsi tenaga listrik, yaitu gardu-gardu

    induk (GI). Sedangkan saluran transmisi udara ini rawan sekali terhadap sambaran

    petir yang menghasilkan gelombang berjalan (surja tegangan) yang dapat masuk

    ke pusat pembangkit listrik. Oleh karena itu, dalam pusat listrik harus ada

    lightning arrester (penangkal petir) yang berfungsi menangkal gelombang berjalan

    dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat pembangkit listrik. Gelombang

    berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan pemutus tenaga atau

    circuit breaker (switching). Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang

    besarnya di atas 350 kV, surja tegangan yang disebabkan oleh switching lebih

    besar dari pada surja petir.

    Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian

    instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya

    harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan

    setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator.

    Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan gelombang berjalan menuju ke

    transformator akan melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka (karena

    transformator mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang

    pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti

    transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan

    gelombang surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning

    arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan transformator.

    Arrester merupakan salah satu peralatan dalam sistem proteksi untuk

    melindungi dari gangguan tegangan lebih yang berasal dari sambaran petir.

    Beberapa jenis arrester dikembangkan untuk meminimalisir dampak gangguan.

    B. Rumusan Masalah

  • 4

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang dapat

    diambil adalah sebagai berikut:

    1. Apa yang dimaksud dengan lighting arrester?

    2. Bagaimana prinsip kerja lighting arrester?

    3. Apa saja jenis lighting arrester?

    4. Bagaimana perlindungan gardu induk dengan menggunakan lighting

    arrester?

    C. Tujuan Penulisan Makalah

    Dari perumusan masalah tersebut, maka bisa disimpulkan tujuan penulisan

    makalah ini sebagai berikut :

    1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan lighting arrester;

    2. Dapat mengetahui cara kerja lighting arrester;

    3. Dapat mengetahui jenis-jenis lighting arrester; dan

    4. Dapat mengetahui perlindungan gardu induk dengan menggunakan

    lighting arrester.

    D. Manfaat Penulisan Makalah

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini mencakup

    beberapa yang terkait diantaranya bagi mahasiswa makalah ini dapat digunakan

    sebagai bahan referensi atau masukan tentang lighting arrester pada gardu induk.

    Ini bermanfaat ketika untuk di lapangan ataupun yang berniat menjadi seorang

    guru. Bagi masyarakat umum makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan

    yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang demokrasi pendidian.

    Dan serta untuk menambahkan peran aktif masyarakat dalam pendidikan.

  • 5

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Lighting Arrester

    Lighting arrester yang biasanya disingkat dengan LA sering disebut juga

    penangkal petir, adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik dari

    gangguan tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir (surja petir). Bila

    surja datang ke gardu induk, arrester bekerja melepaskan muatan listrik

    (discharge), serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan

    dalam gardu induk tersebut. Setelah surja (petir atau hubung) dilepaskan melalui

    arrester, arus masih mengalir karena adanya tegangan sistem, arus ini disebut arus

    dinamik atau arus susulan (follow current).

    Gambar 1. Lighting Arrester

    Sesuai dengan fungsinya, maka pada umumnya LA dipasang pada setiap

    ujung saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) antara kawat dan tanah yang

    memasuki gardu induk (GI). Di gardu induk yang besar ada kalanya pada

    transformator juga dipasang LA untuk menjamin terlindunginya transformator dan

    peralatan listrik yang lain dari gangguan tegangan lebih tersebut. Selain

    melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih

  • 6

    external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan lebih

    internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga merupakan kunci dalam

    koordinasi isolasi suatu sistem tenaga listrik. Bila surja datang ke gardu induk

    arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta mengurangi tegangan abnormal

    yang akan mengenai peralatan dalam gardu induk.

    Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut :

    a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya

    (discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu

    pelepasan, harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi

    peralatan. Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap

    breakdown voltage) sedangkan tegangan pelepasan disebut juga tegangan

    sisa (residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop)

    Jatuh tegangan pada arrester = I x R

    Dimana

    I = arus arrester maksimum (A)

    R = tahanan arrester (Ohm)

    b. Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa merusak

    arrester itu sendiri

    c. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus

    seperti semula. Batas dari tegangan sistem di mana arus susulan ini masih

    mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester

    d. Arrester harus memiliki harga tahanan pentanahan di bawah 5 ohm.

    Gambar 2. Arus melalui arrester

  • 7

    Gambar 3. Tegangan dan arus pelepasan pada arrester

    Ada beberapa faktor dalam memilih Arrester yang sesuai untuk suatu

    keperluan tertentu, beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah:

    a. Kebutuhan perlindungan: ini berhubungan dengan kekuatan isolasi dari

    alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls dari arrester.

    b. MVA yang short sirkuit yang dinyatakan lewat persamaan S = kV x kA

    c. Standart BIL 20kV yaitu 125 kV

    d. Initial voltage Lightning arrester yaitu 80% dari BIL, atau sama dengan

    100 kV

    e. Tegangan sistem: ialah tergangan maksimum yang mungkin timbul pada

    jepitan arrester

    f. Arus hubung singkat sistem: hanya diperlukan pada arrester jenis ekspulsi

    g. Jenis Lightning Arrester

    h. Faktor kondisi Luar: apakah normal atau tidak normal (2000 meter atau

    lebih diatas permukaan laut), temperatur dan kelembaban yang tinggi serta

    pengotoran

    i. Faktor Ekonomi: merupakan perbandingan antara biaya pemeliharaan dan

    kerusakan bila tidak ada lightning arrester, atau bila dipasang lightning

    arrester yang nilainya lebih rendah mutunya.

    B. Prinsip Kerja Lighting Arrester

    Lighting arrester bersifat sebagai jalan pintas (by pass) di sekitar isolator

    yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus listrik (arus kilat) ke sistem

  • 8

    pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak

    merusak isolator peralatan listrik. By pass ini harus sedemikian rupa sehingga

    tidak menggangu aliran daya sistem frekuensi tertentu.

    Dalam keadaan normal lighting arrester berlaku sebagai isolator dan bila

    timbul surja yang melampaui kekuatan isolator maka ia akan bekerja atau lighting

    arrester berlaku sebagai konduktor yang baik dan menyalurkan arus petir ke tanah.

    Apabila surja itu hilang atau arus transient dibebaskan, maka lighting arrester

    dengan cepat kembali menjadi isolator.

    C. Jenis-Jenis Lighting Arrester

    1. Lighting Arester Jenis Ekspusi

    Arrester jenis ekspulsi/tabung pelindung pada prinsipnya terdiri dari sela

    percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik batang yang berada di luar

    di udara atau disebut dengan sela seri. Arrester ini digunakan untuk melindungi

    trafo distribusi bertegangan 3-15 kV, tetapi belum memadai untuk melindungi

    trafo daya. Selain itu digunakan juga pada saluran transmisi untuk mengurangi

    besar tegangan surja petir yang masuk ke gardu induk..Bahan yang digunakan

    sebagai tube tersebut ialah fibre atau gelas.

    Gambar 4. Arrester Eksplusi

    2. Arrester Katup

    Arrester ini terdiri dari beberapa sela percik yang dihubungkan seri (series

    gap) dengan resistor tak linier. Resistor ini memiliki sifat khusus yaitu tahanannya

  • 9

    rendah saat dialiri arus besar dan sebaliknya tahanan yang besar saat dialiri arus

    kecil. Resistor yang umum digunakan untuk arrester terbuat dari bahan silicon

    karbid. Sela percik dan resistor tak linier keduanya ditempatkan dalam tabung

    isolasi tertutup sehingga kerja arrester ini tidak dipengaruhi keadaan udara sekitar.

    Arrester jenis ini ummunya dipakai untuk melindungi alat-alat yang mahal pada

    rangkaian, biasanya dipakai untuk melindungi trafo daya. Arrester katup ini dibagi

    menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.

    a. Arrester Katup Jenis Gardu

    Pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar untuk melindungi

    alat-alat yang mahal pada rangkaian mulai dari 2,4-287 kV.

    Gambar 5. Arrester Katup Jenis Gardu

    b. Arrester Katup Jenis Saluran

    Arrester jenis saluran lebih murah dari arrester gardu. Arrester jenis

    saluran ini dipakai pada sistem tegangan 15-69 kV.

  • 10

    Gambar 6. Arrester Katup Jenis Saluran

    c. Arrester Katup Jenis Distribusi

    Seperti namanya arrester ini digunakan untuk melindungi transformator

    pada saluran distribusi. Arrester jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan

    120-750 volt.

    Gambar 7. Arrester Katup Jenis Distribusi

    d. Arrester Katup Jenis gardu Induk Untuk Mesin-Mesin

    Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar.

    Pemakaiannya untuk tegangan 2,4-15 kV.

    3. Arrester Seng Oksida

    Arrester seng oksida yang disebut juga metal oxide arrester (MOA)

    merupakan arrester yang tidak memiliki sela seri, terdiri dari satu atau lebih unit

    yang kedap udara, yang masing-masing berisikan blok-blok tahanan katup sebagai

    elemen aktif dari arrester. Pada dasarnya prinsip kerja arrester ini sama dengan

    arrester katup. Karena arrester ini tidak memiliki tahanan sela seri, maka arrester

    ini sangat bergantung pada tahanan yang ada dalam arrester itu sendiri. Apabila

    terkena petir, tahanan arrester akan langsung turun sehingga menjadi konduktor

    dan mengalir petir ke bumi. Namun setelah petir lewat, tahanan kembali naik

    sehingga bersifat isolator.

  • 11

    Gambar 8. Arrester Jenis Seng Oksida

    D. Perlindungan Gardu Induk dengan Lighting Arrester

    1. Jangkauan Perlindungan Arrester

    Jarak antara arrester dan alat yang dilindungi harus dibuat sependek

    mungkin. Pada umumnya jarak sampai 50 m dianggap masih aman, meskipun

    gangguan petirnya sangat dekat dengan GI asalkan ada toleransi 20-30% antara

    tingkat isolasi (BIL) dari alat yang dilindungi dan tegangan pelepasan dari

    Arrester.

    Untuk pengamanan terhadap surja hubung (switching surge), arrester

    sebaiknya dipasang diantara trafo, yang memang menjadi tujuan utama

    perlindungan ini, dan pemtus bebannya. Pertimbangannya ialah bahwa arrester itu

    akan dapat juga menyerap surja dari pemutusan arus pembangkit.

    2. Tegangan Dasar

    Tegangan dasar arrester ditentukan berdasarkan tegangan sistem

    maksimum yang mungkin terjadi. Tegangan ini dipilih berdasarkan kenaikan

    tegangan dari fasa-fasa yang sehat pada waktu ada ganguan 1-fasa ke tanah

    ditambah suatu toleransi:

    Er = Um

    Er = tegangan dasar arrester

    = koefisien pembumian

  • 12

    = toleransi, guna memperhitungkan fluktuasi tegangan, efek Ferranti

    dan sebagainya

    Um = tegangan sistim maksimum

    Koefisien yang menunjukkan kenaikan tegangan dari fasa yang sehat

    pada waktu ada gangguan 1 fasa ke tanah, tergantung dari impedansi-impedansi

    urutan positif, negative dan nol dilihat dari titik gangguan.

    3. Karakteristik Tegangan Pelepasan

    Perbandingan antara tegangan pelepasan dan tegangan dasar disebut

    perbandingan tingkat pelepasan (discharge level ratio: DLR). Makin

    rendah.perbandingan ini, makin baik karakteristik arrester. Akhir-akhir ini telah

    dibuat arrester dengan DLR kurang dari 3,0.

  • 13

    Gambar 8. Tegangan kawat ke tanah maksimum di tempat gangguan untuk sistem

    ditanahkan

    4. Kemampuan Arrester Terhadap Surja Hubung

    Ada dua macam surja, surja petir dan surja hubung. Jika arrester melepas

    surja hubungan maka tenaga yang harus ditampung arresteir itu lebih besar dari

    pada tenaga yang harus diserap bila surja petir yang menyambar. Ketika arrester

    yang dapat memenuhi tugas kerja terhadap surja hubung belum berhasil dibuat,

    maka arrester itu dirancang untuk tidak melepas karenas srrja hubung dan

    tingkatan isolasi dari peralatan yang dilindungi diperkuat terhadap surja hubung.

    Namun, pada sistem dengan tegangan sangat tinggi, karena pertimbangan

    ekonomis dikehendaki penurunan tingkat isolasi terhadap surja hubung. Oleh

    karena itu, setelah arrester yang mampu menampung surja hubung ini dapat

    dibuat, maka penekanan surja hubung oleh arrester mulai dilakukan. Meskipun

    dikehendaki tegangan pelepasan terhadap surja hubung kurang dari 70 % BIL dari

    peralatan yang dilindungi, suatu batas minimum kadang-kadang diadakan, karena

    jika tegangan ini terlalu rendah, arrester akan terlalu sering bekerja, dan ini

    mempercepat kerusakannya.

    Tingkat pengenal dari sebuah lightning arrester dinyatakan sebagai

    berikut:

  • 14

    a. Tegangan nominal atau tegangan pengenal (UA) (Nominal Voltage

    Arrester)

    Adalah tegangan dimana lightning arrester masih dapat bekerja sesuai

    dengan karakterisiknya. Lightning arrester tidak dapat bekerja pada tegangan

    maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu memutuskan

    arus ikutan dari sistem secara efektif.

    Lightning arrester umumnya tidak dapat bekerja jika ada gangguan fasa ke

    tanah di satu tempat dalam sistem, karena itu tegangan pengenal dari lightning

    arrester harus lebih tinggi dari tegangan fasa sehat ke tanah, jika tidak demikian

    maka, lightning arrester akan melalukan arus ikutan sistem yang terlalu besar

    yang menyebabkan lightning arrester rusak akibat beban lebih termal (thermal

    overloading).

    Untuk mengetahui tegangan maksimum yang mungkin terjadi pada fasa

    yang sehat ke tanah sebagai akibat gangguan satu fasa ke tanah perlu diketahui.

    1) Tegangan sistem tertinggi (the highest sistem voltage), umumnya diambil

    harga 110 % dari harga tegangan nominal sistem.

    2) Koefisien Pentanahan

    Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke

    tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana lightning arrester

    dipasang, dengan tegangan rms fasa ke fasa tertinggi dari sistem dalam

    keadaan tidak ada gangguan. Jadi, tegangan pengenal dari suatu lightning

    arrester (arrester rating)

    = Tegangan rms fasa ke fasa tertinggi x koefisien pentanahan

    = Tegangan rms fasa ke fasa x 1.10 x koefisien pentanahan

    a) Sistem yang ditanahkan langsung koefisien pentanahannya 0.8. Lightning

    arresternya disebut sebagai lightning arrester 80 %.

    b) Sistem yang tidak ditanahkan langsung koefisien pentanahannya 1.0.

    Lightning arresternya disebut sebagai penangkap 100 %.

    b. Arus Pelepasan Nominal (Nominal Discharge Current)

  • 15

    Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang

    tertentu yang digunakan untukmenentukan kelas dari lightning arrester sesuai

    dengan:

    1) kemampuannya melalukan arus

    2) karakteristik pelindungnya

    Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut adalah:

    1) Menurut standard Inggris/Eropa (IEC) 8 s/20 s

    2) Menurut standard Amerika 10 s/20 s dengan kelas PP 10 kA; 2.5 kA

    dan 1.5 kA.

    a) kelas Arus 10 kA, untuk perlindungan gardu induk yang besar

    dengan frekuensi sambaran petir yang cukup tinggi dengan

    tegangan sistem diatas 70 kv.

    b) Kelas Arus 5 kA sama seperti (a), untuk tegangan sistem dibawah

    70 kV.

    c) Kelas Arus 2.5 kA, untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan

    sistem dibawah 22 kV, dimana pemakaian kelas 5 kA tidak lagi

    ekonomis.

    d) Kelas Arus 1.5 kA, untuk melindungi trafo-trafo kecil di daerah-

    daerah pedalaman.

    c. Tegangan Percikan Frekuensi Jala-jala (Power Frequency Spark Over

    Voltage)

    Lightning arrester tidak boleh bekerja pada gangguan lebih dalam (interval

    over voltage) dengan amplituda yang rendah karena dapat membahayakan sistem.

    Untuk alasan ini maka ditentukan tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum.

    1) Menurut standard Inggris (B.S)

    Tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum = 1.6 x tegangan pengenal

    lightning arrester

    2) Menurut standard IEC

    Tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum = 1.5 x tegangan pengenal

    lightning arrester.

  • 16

    d. Tegangan Percikan Impuls Maksimum (Maximum Impulse Spark Over

    Voltage)

    Adalah tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi pada terminal

    lightning arrester sebelum lightning arrester tersebut bekerja. Bentuk gelombang

    impuls tersebut menurut IEC Publ. 60 - 2 adalah 1.2 s/50 s. Hal ini

    menunjukkan bahwa jika tegangan puncak surja petir yang datang mempunyai

    harga yang lebih tinggi atau sama dengan tegangan percikan maksimum dari

    lightning arrester, maka lightning arrester tersebut akan bekerja memotong surja

    petir tersebut dan mengalirkannya ke tanah.

    e. Tegangan Sisa (Residual Discharge Voltage)

    Adalah tegangan yang timbul diantara terminal lightning arrester pada saat

    arus petir mengalir ke tanah.Tegangan sisa dan tegangan nominal dari suatu

    lightning arrester tertentu tergantung pada kecuraman gelombang arus yang

    datang (di/dt dalam A/s) dan amplituda dari arus pelepasan (discharge current).

    Untuk menentukan tegangan sisa ini digunakan impuls arus sebesar 8 s/ 20 s

    (IEC Standard) dengan harga puncak 5 kA dan 10 kA.

    Untuk harga arus pelepasan yang lebih tinggi maka tegangan sisa ini tidak

    akan naik lebih tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena karakteristik tahanan yang

    tidak linier dari lightning arrester. Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi

    Bil (Basic Insulation Level = Tingkat Isolasi Dasar = TID) daripada peralatan

    yang dilindungi walaupun arus pelepasan maksimumnya (Maximum Discharge

    Current) mencapai 65 kA atau 100 kA.

    f. Arus Pelepasan Maksimum (Maximum Discharge Current)

    Adalah arus surja maksimum yang dapat mengalir melalui lightning

    arrester setelah tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari

    lightning arrester.

    Kelas Lighting Arrester

    (Arus pelepasa Nominal)

    [Ampere]

    Harga Puncak Arus Terpa

    [Kilo Ampere]

    10.000 (Heavy Duty) 100

  • 17

    10.000 (Light Duty) 100

    5 65

    2.5 25

    1.5 10

    Jarak lindung antara lighting arrester dengan peralatan yang dilindungi adalah:

    L =

    V

    L = jarak lindung maksimum dari posisi LA ke peralatan yang diproteksi [m]

    Ur = tegangan BIL peralatan, missal trafo [kV]

    ULA = tegangan kerja impuls arrester [kV]

    V = kecepatan rambat gelombang : di udara 300 [m/s], di kabel 300/r

    [m/s]

    = impedansi surja : hantaran udara 200 500 ohm, kabel 30 80 ohm

    dU/dt = kecuraman gelombang tegangan datang [kV/s]

    di/dt = kecuraman gelombang arus datang [kA/s]

  • 18

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Lighting arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik

    dari gangguan tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir (surjapetir).

    Sesuai dengan fungsinya, maka pada umumnya LA dipasang pada setiap ujung

    saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) antara kawat dan tanah yang

    memasuki gardu induk (GI). Lighting arrester mempunyai beberapa jenis

    diantaranya ialah jenis eksplusi, jenis katup, dan jenis seng oksida.

    Dalam keadaan normal LA berlaku sebagai isolator dan bila timbul surja

    yang melampaui kekuatan isolator maka ia akan bekerja atau LA berlaku sebagai

    konduktor yang baik dan menyalurkan arus petir ke tanah. Apabila surja itu hilang

    atau arus transient dibebaskan, maka LA dengan cepat kembali menjadi isolator.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif B., Rezon. 2010. Lighting Arrester. Semarang. Fajultas Teknik Universitas

    Diponegoro.

    Arismunandar dan Kuwahara. (1973). Teknik Tenaga Listrik Jilid III Gardu

    Induk. Jakarta :Pradnya Paramita.

    Hasan, Bachtiar. (2002). Peralatan Teknik Tegangan Tinggi. Bandung: Pustaka

    Ramadhan.

    Hasan, Bachtiar. (2010). Teknik Tegangan Tinggi, edisi 2. Bandung: Pustaka

    Ramadhan.

    Ika Susilawati, Dyah dan Susatyo Handoko. -. Pemakaian dan Pemeliharaan

    Arrester Pada gardu Induk 150 KV Srondol PT. PLN (Persero) P3B JB

    Region Jawa Tenga hdan DIY UPT Semarang. Semarang. Fakultas Teknik

    Universitas Diponegoro.

    Lama M. Sc., Ir. Mustari. -. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta. Universitas

    Mercubuana.

    Manurung, Walber. dkk. -. Peralatan Listrik. Palembang. Fakultas Teknik

    Universitas Sriwijaya.

    Prasetyo, Eko. 2009. Medium - High Voltage Switchyards Supporting Equipment.

    Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

    RifaI, Muhamad. 2006. Analisis metode pengujian arrester tegangan rendah

    button typed surge protection device terhadap komponen elektronika

    dalamJurnal ELTEK. Vol 04 No 02 2006.

    Suswanto, Daman. (-). Sistem Distribusi Tenaga Listrik. -. -.