96-184-1-sm.pdf

Upload: seftri-saputra

Post on 23-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    1/12

    1

    HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN LEMAK DAN

    KARBOHIDRAT DENGAN STATUS GIZI PELAJAR DI SMPN 1 KOKAP

    KULON PROGO YOGYAKARTA.

    Yohana Banowinata Klau, Dwi Ciptorini, Silvia Dewi Styaningrum

    INTISARI

    Latar Belakang :Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan

    yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada

    masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Gangguan gizi yang sering

    ditemukan pada masa remaja adalah kekurangan energi dan protein, anemia gizi besi dan defisiensi berbagai vitamin

    dan mineral. Sebaliknya pada remaja juga ditemukan masalah gizi yang ditandai dengan tingginya angka

    obesitas.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan

    lemakdengan status gizi remaja di SMPN 1 Kokap.

    Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Kokap, Kulon Progo, pada bulan Maret 2012, dengan

    pendekatancross sectional yang menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Populasi penelitian

    ini adalah semua pelajar (putra dan putri) di SMPN 1 Kokap yang berjumlah 474 orang.Jumlah responden yangdiambil sebanyak 126 orang dari kelas VII yang diambil secaraaccidental sampling.

    Hasil Penelitian :Persentase asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat sebagian besar termasuk kategori kurang

    (< 80% AKG). Hasil perhitungan status gizi menunjukkan sebagian besar responden memiliki status gizi

    normal.Hasil analisis chi-square asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan status gizi, diperoleh nilai p

    valuep > 0,05.

    Kesimpulan :Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan protein

    dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan lemak dengan status gizi, tidak ada hubungan asupan karbohidrat

    dengan status gizi.

    Kata Kunci: Remaja, asupan zat gizi, status gizi.1

    1. Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO

    2. Dosen Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO

    3. Dosen Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan UNRIYO

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    2/12

    2

    THE CORRELATI ON BETWEEN NUTRITION INTAKE (ENERGY,

    PROTEIN, FAT AND CARBOHYDRATE) AND NUTRITION STATUS

    AMONG STUDENTS IN SMPN 1 KOKAP, KULON PROGO YOGYAKARTA.

    Yohana Banowinata Klau, Dwi Ciptorini, Silvia Dewi Styaningrum

    ABSTRACT

    Background: Adolescents have special nutritional needs, because at the time of such rapid growth and maturation

    of physiological changes in connection with the onset of puberty. Changes in adolescence will affect demand,

    absorption, and how to use nutrients. Common nutritional disorder in adolescence is a lack of energy and protein,

    iron anemia and deficiencies of various vitamins and minerals. In contrast to the adolescents were also found

    nutritional problems are characterized by high rates of obesity. This study is aimed to identify the correlation

    between intake (energy, protein, fat and carbohydrate) and nutrition status among students in SMPN 1 Kokap,

    Kulon Progo, Yogyakarta.

    Methods: The study was conducted in SMPN 1 Kokap, Kulonprogo, in March 2012, with disign cross-sectional

    approach using chi-square test with 95% confidence level. The study population was all students (boys and girls) in

    SMP 1 Kokap totaling 474 people. The number of respondents who take as many as 126 people were taken from

    class VII to accidental sampling.

    Results: The percentage of energy intake, protein, fat and carbohydrates including most of the categories of less

    ( 0.05).

    Conclusion: There was no correlation between intake (energy, protein, fat and carbohydrate) and nutrition status2

    Keywords:Adolescents, nutrition intake, nutritional status.

    1.

    Student of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta.

    2.

    Lecturer of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta

    3.

    Lecturer of Nutrition Science Study Program of Health Faculty, Respati University Yogyakarta

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    3/12

    3

    PENDAHULUAN

    Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang

    akan datang ditentukan oleh keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian yang

    serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja

    yangproduktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Aryani, 2010).

    Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang

    pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa

    remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Pertumbuhan yang pesat dan masa

    pubertas pada masa remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh seseorang.Ini menunjukkan bahwa status gizi

    memegang peranan penting dalam menentukan status kematangan fisiologis seseorang.Status gizi dibawah normal

    atau adanya penyakit kronis dapat menghambat pubertas (Aryani, 2010).

    Survei Depkes tahun 1997 terhadap 600 ribu anak SD di 27 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa

    anak sekolah yang mengalami gangguan masalah kurang gizi berkisar antara 13,6%-43,7%. Masalah kekurangan

    gizi pada usia SD terlihat dengan prevalensi kekurangan energi protein di Indonesia pada siswa SD/MI sebesar

    30,1%. Sedangkan prevalensi anemia besi mencakup sekitar 25-40%. Besarnya prevalensi gangguan pertumbuhan

    pada siswa SD/MI di Indonesia sebesar 32% di pedesaan dan 18% di wilayah perkotaan (Soekirman, 2000).

    Hasil Riskesdas tahun 2007, diketahui Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah (usia 6-14 tahun) yang status

    gizi kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional status gizi Anak Usia Sekolah kurus (perempuan)

    adalah 10,9%. Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah gemuk (laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi nasional

    Anak Usia Sekolah gemuk (perempuan) adalah 6,4% (Anonim, 2007).

    Siswa SMP digolongkan dalam anak remaja.Selera makan yang begitu besar selama masa remaja harus

    dipenuhi dengan makanan yang bergizi baik dan seimbang. Diet yang terdiri atas beranekaragam jenis makanan

    akan memastikan kecukupan gizi anak remaja (Waryana, 2010).

    Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai

    pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara kebutuhan atau kecukupan akan

    menimbulkan masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang (Sulistioningsih, 2011).

    Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

    apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan status gizi remajadi SMP N 1 Kokap,

    Kabupaten Kulon Progo.

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    4/12

    4

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah : Apakah ada hubungan asupan energi,

    karbohidrat, protein dan lemakdengan status gizi remaja di SMPN 1 Kokap?

    Tujuan Penelitian

    untuk mengetahui apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemakdengan status gizi

    remaja di SMPN 1 Kokap.

    Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatancross sectional yaitu melakukan pengukuran

    dalam waktu yang sama baik pada variabel bebas maupun variabel terikat.

    Sampel

    Bagian dari populasi yang dipilih secara accidental sampling: mengambil responden yang kebetulan ada di

    suatu tempat atau keadaan tertentu (Riyanto, 2011).

    Besar Sampel

    Ditentukan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus.

    Rumus :

    Rumus besar sampel (diketahui jumlah populasi) :

    n = besar sampel

    N = besar populasi

    Z = nilai sebaran normal baku (tingkat kepercayaan 95% = 1,96)

    P = proporsi kejadian (0,50)

    d = besar penyimpangan 0,1.

    n = = 79,83 = 80orang.

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    5/12

    5

    Alat / Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kuisioner food recall 24 jam dan alat tulis (kuesioner

    terlampir), timbangan injak dengan tingkat ketelitian 0,1 kg, Mikrotoise (pengukur tinggi badan) dengan tingkat

    ketelitian 0,1 cm.

    Variabel dan Definisi Operasional

    1)

    Variabel bebas: asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak.

    Definisi Operasional:

    a.

    Asupan energi

    Adalah jumlah total energi, yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, yang diperoleh

    dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan

    dikalikan 100%.

    Parameter :

    Klasifikasi tingkat kecukupan energi sebagai berikut (WNPG, 2004):

    Baik : 80110 % AKG

    Kurang : 110% AKG

    Skala : Ordinal

    b. Asupan karbohidrat

    Adalah jumlah total karbohidrat yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi,

    yang diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan

    dengan AKG dan dikalikan 100%.

    Parameter :

    Klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat sebagai berikut (WNPG, 2004):

    Baik : 80110 % AKG

    Kurang : 110% AKG

    Skala : Ordinal

    c.

    Asupan protein

    Adalah jumlah total protein, yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, yang

    diperoleh dari survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan

    AKG dan dikalikan 100%.

    Parameter :

    Klasifikasi tingkat kecukupan protein sebagai berikut (WNPG, 2004):

    Baik : 80110 % AKG

    Kurang : 110% AKG

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    6/12

    6

    Skala : Ordinal

    d.

    Asupan lemak

    Adalah jumlah total lemak, yang bersumber dari makanan yang dikonsumsi, yang diperoleh dari

    survei konsumsi menggunakan metode food recall 24 jam, kemudian dibandingkan dengan AKG dan

    dikalikan 100%.

    Parameter :

    Klasifikasi tingkat kecukupan lemak sebagai berikut (WNPG, 2004):

    Baik : 80110 % AKG

    Kurang : 110% AKG

    Skala : Ordinal

    2)

    Variabel terikat : status gizi remaja di SMPN 1Kokap, Kulon Progo.

    Definisi Operasional:keadaan gizi seseorang yang diukur dengan cara antropometri, dengan indeks IMT/Uuntuk anak usia 5-18 tahun (Kepmenkes RI, 2011) seperti terlampir.

    Parameter :

    a. Kurus jika nilai ambang batas (Z-Scores) -3 SD sampai dengan < -2 SD.

    b.

    Normal jika nilai ambang batas (Z-Scores) -2 sd sampai dengan 1 SD

    c. Gemuk jika nilai ambang batas (Z-Scores) > 1SD

    Skala : ordinal.

    HASIL PENELITIAN

    1.

    Karakteristik Responden

    Responden penelitian adalah pelajar kelas VII SMPN 1 Kokap, Kulon Progo sebanyak 126

    orang.Adapun distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden

    Jenis Kelamin n %

    Laki-Laki 62 49.2

    Perempuan 64 50.8

    Usia (tahun)

    10-12 23 18.3

    13-15 103 81.7

    Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan

    dengan laki-laki. Rata-rata usia responden 13-15 tahun.

    Rata-rata tinggi badan anak Indonesia dalam tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk kelompok

    usia 13-15 tahun yaitu 156 cm untuk laki-laki dan 153 cm untuk perempuan dan rata-rata berat badan kelompok

    usia yang sama yaitu 45 kg untuk laki-laki dan 48 kg untuk perempuan, sedangkan rata-rata tinggi badan dan

    berat badan responden dapat dilihat pada tabel 4.

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    7/12

    7

    Karakteristik berdasarkan rata-rata tinggi badan dan berat badan dapat dilihat pada tabel 2.

    Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Badan dan Berat Badan Responden

    x SD Min Maks

    Tinggi Badan (cm)

    Laki-laki

    Perempuan

    145.17.3

    144.36.7

    132

    127

    166

    160

    Berat Badan (kg)Laki-laki

    Perempuan

    37.48.4

    37.99.1

    25

    22

    64

    68

    Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan responden laki-laki dan perempuan dalam

    kelompok usia 13-15 tahun termasuk pendek karena berada dibawah rata-rata tinggi badan anak Indonesia pada

    umumnya seperti yang tertera dalam tabel AKG. Rata-rata berat badan responden laki-laki termasuk kategori

    normal karena sesuai dengan rata-rata berat badan anak Indonesia pada umumnya seperti yang tertera dalam

    tabel AKG, sedangkan untuk responden perempuan rata-rata berat badannya termasuk kurus karena berada

    dibawah rata-rata berat badan anak Indonesia pada umumnya seperti yang tertera dalam tabel AKG.

    2.

    Analisis Univariat

    a.

    Status Gizi

    Berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat diketahui bahwa responden penelitian yang

    mempunyai status gizi kurus sebanyak 17 orang (13.5%) dan yang mempunyai status gizi normal sebanyak

    109 orang. Menurut jenis kelamin, dapat diketahui bahwa persentase responden perempuan dengan status

    gizi kurus banyak jumlahnya dibandingkan dengan responden laki-laki, sedangkan responden dengan status

    gizi normal lebih banyak pada laki-laki. Sedangkan berdasarkan umur, yang memiliki presentase terbesar

    yaitu responden usia 13-15 tahun dengan status gizi normal yaitu sebanyak 90 orang (87.4%).

    b.

    Asupan Energi

    Dari hasil recall 24 jam selama 3 hari terpisah dapat diketahui bahwa paling banyak responden

    mempunyai asupan energi kurang yaitu 75 orang (59.5%) sedangkan yang lainnya mempunyai asupan baik

    yaitu 51 orang (40.5%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden dengan asupan energi

    kurang persentase terbesar terdapat pada laki-laki sedangkan responden dengan asupan energi baik

    persentase terbesar terdapat pada responden perempuan.

    c.

    Asupan Protein

    Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan protein kurang mempunyai jumlah terbesar

    yaitu sebanyak 61 orang (48.4%) dan asupan protein baik yaitu sebanyak 65 orang (51.6%). Berdasarkan

    jenis kelamin diketahui bahwa asupan protein kurang persentase terbesar terdapat pada responden laki-laki

    sedangkan asupan protein baik persentase terbesar terdapat pada reponden perempuan.

    d.

    Asupan Lemak

    Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan lemak kurang mempunyai jumlah terbesar

    yaitu sebanyak 75 orang (59.5%) dan yang mempunyai asupan baik sebanyak 51 orang

    (40.5%).Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa asupan lemak kurang persentase terbesar terdapat pada

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    8/12

    8

    responden laki-laki sedangkan asupan lemak baik dan lebih persentase terbesar terdapat pada responden

    perempuan.

    e.

    Asupan Karbohidrat

    Hasil recall menunjukkan responden dengan asupan karbohidrat kurang mempunyai jumlah

    terbesar yaitu sebanyak 94 orang (74.6%), yang asupannya baik sebanyak 32 orang (25.4%), sedangkan

    berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden dengan asupan karbohidrat kurang persentase

    terbesar terdapat pada responden laki-laki sedangkan pada asupan karbohidrat baik persentase terbesar

    terdapat pada responden perempuan.

    3. Analisis Biavariat

    a. Asupan Energi dengan Status Gizi

    Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan = 0.05, diperoleh nilai p=0,57. Sehingga

    dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi.Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Asupan Energi dan Status Gizi

    Asupan Energi Status Gizi Total p value

    Kurus Normal

    n % n % n %

    Kurang 10 58.8 65 59.6 75 59.5 0.57

    Baik 7 41.2 44 40.4 51 40.5

    Jumlah 17 100 109 100 126 100

    b.

    Asupan Protein dengan Status Gizi

    Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan = 0.05, diperoleh nilai p=0,25. Sehingga

    dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi.

    Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Protein dan Status Gizi

    Asupan Protein Status Gizi Total p value

    Kurus Normal

    n % n % n %

    Kurang 10 58.8 51 46.8 61 48.4 0.25

    Baik 7 41.2 58 53.2 65 51.6

    Jumlah 17 100 109 100 126 100

    c. Asupan Lemak dengan Status Gizi

    Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan = 0.05, diperoleh nilai p = 0,42. Dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi.

    Tabel 5.Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Lemak dan Status Gizi.

    Asupan Lemak Status Gizi Total p value

    Kurus Normal

    n % n % n %

    Kurang 11 64.7 64 58.7 75 59.5 0,42

    Baik 6 35.3 45 41.3 51 40.5

    Jumlah 17 100 109 100 126 100

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    9/12

    9

    d.

    Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi

    Hasil uji statistik menggunakan chi square dengan = 0.05, diperoleh nilai p = 0.55, dapat

    disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan status energi.

    Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat dan Status Gizi

    AsupanKarbohidrat Status Gizi Total p valueKurus Normal

    n % n % n %

    Kurang 13 76.5 81 74.3 94 74.6 0.55

    Baik 4 23.5 28 25.7 32 25.4

    Jumlah 17 100 109 100 126 100

    PEMBAHASAN

    1.

    Asupan Energi dengan Status Gizi

    Hasil penelitian menunjukkan, responden yang memiliki status gizi kurus tetapi asupannya kurang

    lebih banyak jumlahnya (58.8%) dibandingkan dengan yang status gizinya kurus tetapi asupannya baik

    (41.2%).Demikian juga pada responden yang memiliki status gizi baik tetapi asupan energinya kurang (59.6%)

    jumlahnya lebih banyak daripada yang memiliki status gizi normal tetapi asupannya baik (40.4%).

    Ditemukannya responden dengan status gizi kurus tetapi asupan energinya baik (41.2%) disebabkan

    karena asupan energi yang baik tidak diimbangi dengan olahraga dan aktifitas yang baik, karena dari hasil

    wawancara menunjukkan, beberapa responden sering menghabiskan waktu setelah pulang sekolah dengan

    bermain. Menurut Depkes RI (1995), kegiatan fisik dan olahraga, yang tidak seimbang dengan energi yang

    dikonsumsi, dapat mengakibatkan berat badan tidak normal, sedangkan responden dengan status gizi normal

    tetapi asupan energinya kurang (59.6%), disebabkan karena keadaan status gizi saat ini merupakan refleksi

    asupan energi secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber karbohidrat, lemak dan protein.

    Tidak terdapatnya hubungan antara asupan energi dan status gizi disebabkan karena pada saat recall

    responden lupa apa saja yang sudah dikonsumsi dan karena peneliti tidak melakukan wawancara dengan ibu

    responden yang menyiapkan makanan di rumah. Sehingga jumlah asupan hasil perhitungan tidak menunjukkan

    kesesuaian dengan status gizi responden.Hal ini juga menunjukkan bahwa responden yang berada pada

    keadaaan gizi baik saat ini mempunyai risiko untuk mengalami penurunan status gizi menuju gizi kurang dan

    buruk bila tidak diperhatikan konsumsi makanan mereka. Menurut Almatsier (2001), kekurangan energi akan

    menyebabkan tubuh mengalami keseimbangan negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat seharusnya

    (ideal) dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubaida (2007) yaitu terdapat

    hubungan yang bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi.Responden yang mempunyai

    asupan energi tingi dapat meningkatkan risiko mengalami gizi lebih. Hal ini disebabkan sisa energi yang tidak

    dikeluarkan tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak. Konsumsi energi melebihi kebutuhan dalam jangka

    panjang akan menyebabkan kegemukan (Almatsier, 2001).

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    10/12

    10

    2.

    Asupan Protein dengan Status Gizi

    Hasil penelitian menunjukkan responden dengan status gizi normal persentase terbesar terdapat pada

    responden yang asupan proteinnya baik yaitu 58 orang (53.2%), responden dengan status gizi kurus tetapi

    asupan protein kurang (58.8%) juga memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan yang asupannya baik

    (41.2%). Responden dengan status gizi normal tetapi asupan proteinnya kurang, disebabkan karena pada saat

    recall peneliti tidak melakukan wawancara dengan ibu responden yang menyiapkan makanan di

    rumah.Sehingga jumlah asupan hasil perhitungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden.

    Dilihat dari karakteristik tinggi badan, rata-rata tinggi badan responden termasuk dalam kategori

    pendek jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan anak Indonesia yang terdapat dalam tabel AKG.Hal ini

    menunjukkan keadaan gizi masa lalu yang tidak baik, karena menurut Waryana (2010), seseorang yang

    tergolong pendek tidak sesuai umur kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik.

    Belum diketahui secara pasti faktor yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara asupan zat gizi

    dengan status gizi, tetapi menurut Soekirman (2000) menyebutkan status gizi adalah keadaan kesehatan akibatinteraksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia, sedangkan menurut Almatsier (2001),

    bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang

    memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

    tingkat setinggi mungkin.

    3. Asupan Lemak dengan Status Gizi

    Hasil penelitian menunjukkan responden dengan status gizi normal tetapi asupan lemaknya kurang

    jumlahnya lebih banyak (58.7%) daripada yang asupannya baik (41.3%), sedangkan pada responden dengan

    status gizi kurus terdapat 6 orang (35.3%) yang asupan lemaknya baik. Hal ini disebabkan seperti halnya pada

    asupan energi, status gizi merupakan refleksi asupan secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber

    energi, karbohidrat dan protein. Hal ini juga disebabkan karena pada saat recall peneliti tidak melakukan

    wawancara dengan ibu responden yang menyiapkan makanan di rumah. Sehingga jumlah asupan hasil

    perhitungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden.Hal ini disebabkan karena responden

    hanya mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung lemak sedikit, seperti sayuran yang ditumis, tempe

    goreng, tahu goreng, ikan goreng dan telur goreng.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubaida (2007) yang menunjukkan

    bahwa tidak ada hubungan antara proporsi asupan energi yang berasal dari lemak dengan status gizi. Hal yang

    sama ditunjukkan oleh Medawati (2004) menunjukkan bahwa obesitas bukan hanya disebakan oleh kontribusi

    lemak terhadap total energi saja tetapi dari asupan lain seperti karbohidrat dan protein.

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    11/12

    11

    KESIMPULAN

    Tidak terdapat hubungan asupan energi dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan asupan protein

    dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan asupan lemak dan status gizi (p > 0.05).Tidak terdapat hubungan

    asupan karbohidrat dan status gizi (p > 0.05).Dengan demikian Ho diterima.

    SARAN

    1.

    Bagi responden penelitian, lebih memperhatikan pola makan gizi seimbang dan membiasakan diri untuk

    sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.

    2.

    Bagi tenaga kesehatan di Kecamatan Kokap, lebih meningkatkan sosialisasi tentang gizi pada remaja untuk

    meningkatkan pengetahuan remaja tentang gizi untuk mengurangi terjadinya masalah gizi dalam kehidupan

    remaja.

    3.

    Bagi peneliti lain, melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel lain yang mempengaruhi asupan dan status

    gizi serta menggunakan metode rancangan penelitian yang berbeda seperti studi prospektif untuk mengikuti

    perkembangan status gizi pelajar atau studi restrospektif untuk mencari tahu tentang latar belakang asupan

    energi yang kurang.

  • 7/24/2019 96-184-1-SM.pdf

    12/12

    12

    DAFTAR PUSTAKA

    Almatsier, Sunita. (2001).Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

    Anonim.(2007). Internet.Laporan Nasional Riskesdas 2007.Jakarta :http://www.k4health.org.pdf

    Aryani, Ratna (Editor). (2010).Kesehatan Remaja : Problem Dan Solusinya, Jakarta : Salemba Medika.

    Riyanto, Agus. (2011).Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta : Nuha Medika.

    Soekirman.(2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan

    Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 1999/2000, Jakarta.

    Sulistyoningsih, Hariyani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta : Graha Ilmu.

    Waryana, (2010).Gizi Reproduksi,Yogyakarta : Pustaka Rihama

    Yuliansah, Deny. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Remaja Putri Di Sekolah Menengah

    Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak. S.Gz. Skripsi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

    http://www.k4health.org.pdf/http://www.k4health.org.pdf/http://www.k4health.org.pdf/http://www.k4health.org.pdf/