edisi 96 (februari 2012)

Upload: serikat-petani-indonesia

Post on 06-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    1/16

    [email protected] www.spi.or.id Edisi 96, Februari 2012

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    Pembaruan Agraria Sejati

    Harga Mati!!!

    Aksi Petani Haiti Tuntut

    Reforma Agraria Pasca

    Dua Tahun Gempa Bumi

    SPI Kutuk Pembakaran

    Rumah dan Lahan

    Petani Merangin

    SPI Sumbar Gelar

    Pendidikan Pertanian

    Berkelanjutan di Atas

    Tanah Reklaiming

    WagiminKetua BPW SPI Sumatera Utara

    "Dengan organisasi tani yangkuat, petani akan memiliki

    posisi tawar yang kuat"8 12 14

    INDEKS BERITA

    (Foto: Hadiedi Prasaja). Barisan polisi yang siap siaga menjaga gedung DPR-MPR pada saat aksi Serikat Petani Indonesia (SPI) bersama Sekretaris Bersama (12/01/2012)menolak perampasan tanah dan menuntut pelaksanaan reforma agraria seja secepat mungkin untuk mengatasi konik agraria di Indonesia. Aksi sempat ricuh karenaDPR sempat dak ingin bertemu dengan massa aksi sekaligus untuk mendesak tanda tangan minimal 25 orang anggota DPR untuk segera membentuk Pansus Penyele -saian Konik Agraria. Simak liputan lengkapnya di edisi kali ini

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    2/16

    Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arin Fuad Pemimpin Redaksi: Tita Riana Zen Redaktur Pelaksana & Sekre-taris Redaksi: Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Yakub, Ali Fahmi, Agus Rully, Cecep Risnandar, Muhammad Ikhwan, Wilda Tarigan, Syahroni

    Reporter: Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Yudha Fathoni, Wahyu Agung Perdana, Rahmat Hidayat, Megawa, Andriana Keuangan: SriWahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi: Jl. Mampang Prapatan XIV No. 5 Jakarta

    Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

    D A P U R T A N I

    -Henry Saragih -

    Artikel ini juga dimuat di Harian Sore Sinar Harapan, Edisi Senin 17 Oktober 2011

    PEMBARUAN TANIEDISI 96FEBRUARI 20122

    Kedaulatan Pangan, Solusi Ancaman Krisis Pangan (3)

    Di samping kebijakan impor, target ketahanan pangan ( baca: ketersediaan pangan) juga merekomendasikan panganrekayasa genetika. Bahkan Pemerintah telah mengeluarkan Permentan nomor 61/2011 yang mengatur prosedur penguji-

    an, penilaian, pelepasan dan penarikan varietas rekayasa genetika. Seharusnya Pemerintah jangan bermain-main denganpangan rekayasa genetik, teknologi tersebut belum sepenuhnya terjamin dari segi keamanan pangan dan sudah terbuktimerugikan petani skala kecil. Kita harus mencegah benih rekayasa genetika masuk Indonesia. Ada empat hal yang me-nyebabkan benih rekayasa genetik tidak boleh dikembangkan di Indonesia. Pertama, dari aspek keamanan pangan. Belumada satu penelitian pun yang menjamin bahwa pangan rekayasa genetik 100 persen aman untuk di konsumsi. Malah daribeberapa riset akhir-akhir ini, pangan hasil rekayasa genetika menjadi penyebab berbagai penyakit.

    Kedua, dari aspek lingkungan. Di beberapa negara yang mencoba menanam benih rekayasa genetik terjadi polusigenetik. Lahan-lahan yang bersebelahan dengan tanaman rekayasa genetik berpotensi untuk tercemar oleh gen-gen hasilrekayasa genetik. Sehingga petani di sebelahnya yang menanam tanaman non rekayasa genetik bisa dituduh melanggarhak cipta karena dinilai telah membajak hak cipta perusahaan benih, padahal persilangan tersebut dilakukan oleh alam.Selain itu, tanaman rekayasa genetik berpotensi merusak keseimbangan lingkungan di sekitarnya. Hama dan penyakittanaman akan lari ke ladang-ladang konvensional sehingga mau tidak mau petani tersebut harus beralih menjadi peng-guna benih rekayasa genetik yang harganya mahal.

    Ketiga, aspek legal. Belum ada peraturan yang komprehensif mengenai pangan rekayasa genetik. Memang ada Un-

    dang-Undang (UU) Pangan, UU Budidaya tanaman, dan UU perlindungan varietas tanaman namun belum ada peraturanturunan dari UU tersebut yang secara rinci mengatur produk pangan rekayasa genetik. Sehingga implementasinya dilapangan berpotensi merugikan konsumen dan para petani.

    Keempat, aspek pengusaan ekonomi. Berdasarkan pengalaman petani di berbagai negara dan juga para petani yangpernah menjadi korban percobaan kapas rekayasa genetik di Sulawesi Selatan, gembar-gembor benih yang dikatakantahan terhadap serangan hama dan produktivitasnya tinggi hanya omong kosong. Malah petani di Sulsel yang beralih kebenih genetik mengalami kerugian besar akibat ketergantungan penyediaan benih. Tiba-tiba harga benih melambungtinggi dan susah dicari, sementara itu petani sendiri tidak bisa mengembangkan benih secara swadaya karena teknolo-ginya sarat modal. Hal ini menyebabkan kerugian yang besar dipihak petani dan mereka mulai membakar ladang-ladangkapas mereka dan segera beralih ke produk non transgenik. Petani hanya dijadikan objek untuk semata-mata keuntungandagang saja.Berkaitan dengan keuntungan dagang yang diperoleh lewat jalur spekulasi, penimbunan dan penguasaan teknologi reka-yasa genetika yang masih belum aman dari sisi keamanan pangan, maka dalam jangka panjang akses masyarakatterhadap pangan akan semakin sulit dan hal tersebut akan menyebabkan pula terjadinya kelaparan baik di Indonesiamaupun dunia internasional. FAO melaporkan bahwa kelaparan pada tahun 2010 mencapai 925 juta di seluruh dunia.Bila trend perdagangan adalah perdagangan bebas, maka tidak menutup kemungkinan angka tersebut akan bertambahseiring dengan perubahan iklim ekstrim.

    Oleh karena La Via Campesina sebagai payung gerakan dari SPI di tingkat Internasional memberikan alternatif ataskonsep ketahanan pangan yang merekomendasikan kebijakan impor, perdagangan bebas dan rekayasa genetika, sertakorporaio pangan dan pertanian sebagaimana yang diuraikan di atas, berupa konsep Kedaulatan Pangan. Konsep kedau-latan pangan (Food Sovereignty) bagi umat manusia di dunia ini dipaparkan pada World Food Summit(WFS) yang dilak-sanakan pada bulan November 1996 di Roma, Italia.

    Kedaulatan Pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal. Kedaulatan pangan merupakan konseppemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanianyang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasipangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Kedaulatan pangan juga merupakan pemenuhan hak manusia untuk me-nentukan sistem pertanian dan pangannya sendiri yang lebih menekankan pada pertanian berbasiskan keluargayangberdasarkan pada prinsip solidaritasbukan pertanian berbasiskan agribisnisyang berdasarkan pada profit semata.

    Bersambung ke Pembaruan Tani, edisi 97, Maret 2012

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    3/16

    Bersambung ke halaman 11

    PEMBARUAN TANIEDISI 96

    FEBRUARI 2011P E M B A R U A N A G R A R I A 3

    Aksi 12 Januari:Laksanakan Reforma Agraria Sekarang Juga!!!

    JAKARTA. Ribuan petani Serikat PetaniIndonesia (SPI) yang berasal dari Banten

    dan Jawa Barat melakukan aksi menun-

    Aksi SPI yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Pemulihan Hak Rakyat Indonesia di Jakarta (12/01/2012).

    tut dijalankannya reforma agraria danpenghentian perampasan tanah serta

    kriminalisasi (bahkan pembunuhan)

    petani, di Jakarta (12/02). Ribuan petaniSPI ini berbaur dengan puluhan ribumassa aksi lainnya yang berasal dari ber-bagai elemen gerakan sosial Indonesiaseperti kaum buruh, nelayan, mahasiswa,aktivis lingkungan, miskin kota, dan lain-nya

    Massa aksi yang sejak dini hari sudahberkumpul di Mesjid Istiqlal melakukanlong march menuju Istana Negara yangkemudian dilanjutkan ke gedung DPR-MPR di bilangan Senayan, Jakarta. Massajuga sempat menyinggahi gedung

    Mahkamah Agung untuk menyampaikanpetisi dan tuntutannya kepada lembaganegara yang juga sering membela ke-pentingan pemodal besar multinasionalini.

    Di istana negara, massa aksi jugaha- nya sekedar menyampaikan tuntutandan petisinya, karena Susilo BambangYudhoyono, Presiden Republik Indone-sia kebetulan sedang tidak berada diibukota.

    Sementara itu, Eka Wildanu, petaniSPI asal Cirebon menyampaikan bahwaaksi ini juga dilakukannya sebagai soli-

    daritas terhadap beberapa kasus peng-kriminalisasian petani dan perampasantanahnya, mulai dari kasus di Sei Litur,Kampar, Merangin, Mesuji, Bima danlainnya.

    Saatnya petani bangkit melawan ke-sewenangan pemerintah yang selalu sajamementingkan perusahaan dan pemodalbesar. Hari ini kami datang jauh-jauh dariCirebon dan bergabung dengan elemengerakan sosial lainnya untuk bersama-sama meneriakkan derita teman-temanpetani yang sudah dikriminalisasi sede-mikian rupa hanya demi kepentingan

    segelintir orang, tutur Eka.Henry Saragih, Ketua Umum Serikat

    Petani Indonesia memaparkan bahwasalah satu tuntutan dasar pada aksi kaliini adalah agar reforma agraria sejatisegera dilaksanakan.

    Reforma agraria adalah suatu upayakorektif untuk menata ulang strukturagraria yang timpang, yang memung-kinkan eksploitasi manusia atas manusia,menuju tatanan baru dengan strukturyang bersendi kepada keadilan agraria.Keadilan agraria itu sendiri adalah suatu

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    4/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96FEBRUARI 2012

    P E M B A R U A N A G R A R I A4

    Gelegar Aksi SPI, Tuntut Pelaksanaan ReformaAgraria Sejati di Berbagai Daerah

    Bersambung ke halaman 5

    PEKANBARU. Tidak hanya di ibukota,aksi menuntut segera dilaksanakan-nya reforma agraria sejati juga serentakdilakukan di hampir setiap provinsi diIndonesia. Di Pekanbaru misalnya, parapetani SPI bersama ratusan massa aksilainnya yang tergabung dalam Sekre-tariat Bersama Pemulihan Hak Rakyat

    Indonesia melakukan long march menu-ju kantor DPRD dan Badan PertanahanNasional (BPN) Riau (12/01).

    Massa aksi yang terdiri atas SerikatPetani Indonesia (SPI), Wahana Lingku-ngan Hidup (Walhi), SPKS, JMGR, AMAN,LBH Pekanbaru, HMI MPO, Hakiki, Ma-pala UIR dan organisasi lingkungan inimenuntut penyelesaian konflik agraria.

    Kami semua ingin permasalahankonflik agraria terjadi di Riau ini ditun-taskan, karena petani kecil yang dirugi-kan, seperti kasus yang terjadi di TapungHilir-Kampar, kata Juli, petani SPI Riau.

    Di kantor DPRD, Aksi massa disam-but dua anggota DPRD Riau dari KomisiB, dan mereka berjanji akan menampungsetiap aspirasi yang datangnya darirakyat kecil.

    Aksi serupa juga dilakukan parapetani SPI di Jambi. Ratusan massa jugamelakukan aksi mendesak segera direa-lisasikannya reforma agraria sejati yangberdasarkan UUD 1945 dan Undang-Un-dang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun1960 (12/01).

    Sarwadi Sukiman, Ketua BadanPelaksana Wilayah (BPW) SPI Jambi

    menyampaikan bahwa dari total 5,1

    juta hektar luasProvinsi Jambi,lebih dari 3 jutahektar sumberkekayaan tanah di-kuasai oleh korpo-rasi hutan, perke-bunan skala besar

    dan tambang.Di Kabupaten

    Merangin, lebihdari lima oranganggota SerikatPetani Indonesiadikriminalisasi,karena dituduhmerambah danmerusak hutan,rumah petanidibakar, tanamankopi dirusak, danbaru pada bulan

    Desember 2011,

    Aksi SPI yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Pemulihan Hak Rakyat Indo -nesia di berbagai daerah di Indonesia(12/01/2012). (Kiri atas) aksi SPI di Jambi,(kanan atas) aksi SPI di Lampung, (kanan bawah) aksi SPI di Jawa Tengah

    kembali rumah petani dibakar, dihilang-kan hak asasi ekonominya, apakah beginicara-cara pemerintah dan proyek kon-servasi mengurus hutan? Sangat tidakberadab dan tidak manusiawi!, paparSarwadi.

    Massa aksi sendiri sempat menye-gel kantor Dinas Kehutanan Jambi.Massa juga melakukan dialog denganKapolda Jambi, dan melakukan rapatpenyelesaian sengketa agraria di kantorGubernur Jambi.

    Sementara itu, Dewan Pelaksana

    Wilayah (DPW) SPI Lampung, bersama

    Aliansi Gerakan Reformasi Agraria(AGRA), Gabungan Petani Lampung(GPL), Serikat Mahasiswa Nasional(SMN) dan Serikat Tani Nasional (Ser-tani) yang Sekretariat Bersama Pemu-lihan Hak-hak Rakyat Indonesia (PHRIjuga melaksanakan aksi mendesak real-isasi reforma agraria dan penghentianberbagai aksi kekerasan terhadap petani.

    Dalam kesempatan ini, massa aksimendesak adanya pendistribusian tanah-tanah terlantar kepada kaum tani hingga

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    5/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 95

    FEBRUARI 2012P E M B A R U A N A G R A R I A 5

    Sambungan dari halaman 4

    Aksi SPI yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Pemulihan Hak RakyatIndonesia di berbagai daerah di Indonesia(12/01/2012). (Kiri atas) aksi SPI diNTB, (kanan atas) aksi SPI di Jawa Timur, (kanan bawah) aksi SPI di NTT

    legalisasi tanah-tanah yang telah diolahdan dimanfaatkan kaum tani seperti mi-salnya di kawasan Register 45 Mesuji.

    Dari Semarang, Gerakan Tani untukKedaulatan (Gertak) yang terdiri atasSerikat Petani Indonesia (SPI), Kon-sorsium Pembaharuan Agraria (KPA),Forum Persaudaraan Petani Kendal(FPPK), Aliansi Petani Indonesia (API),Serikat Peguyuban Petani Qoriah Thoy-ibah (SPPQT), , LBH Semarang, IkatanMahasiswa Muhammadiyah (IMM)

    Semarang dan Front Perjuangan PemudaIndonesia (FPPI) juga melaksanakan aksiserupa(12/01).

    Pada aksi kali ini massa juga men-desak pemerintah untuk segera menyele-saikan dan mengusut secara tuntas aksikekerasan yang berlatarbelakang konflikagraria yang ada di Jawa Tengah, pe-negakan reforma agraria dilakukan danpencabutan UU Pengadaan Tanah untukpembangunan bagi kepentingan umum.

    Hal Ini termasuk juga kekerasanyang terjadi di Mesuji dan Bima. Disini(Jateng) pun sebenarnya memiliki

    banyak konflik agraria yang memicukekerasan sehingga harus diusut tuntas,ujar Purwanto, koordinator aksi di depangubernuran Jalan Pahlawan.

    Tidak mau ketinggalan DPW SPIJawa Timur juga menggelar aksi berupalong march dari Monkasel, Balai PemudaSurabaya menuju gedung negara Gra-hadi.

    Di Manggarai, Nusa Tenggara Timur,ratusan petani melakukan aksi solidari-tas dengan mendatangi Mapolres Mang-garai dan kemudian menuju kantorBupati Manggarai (12/01).

    Selain sebagai aksi solidaritas,

    dalam aksi inikami juga memintaPemkab Manggaraiuntuk mencabutKP Pertambangandan juga mendesakpemerintah untuksegera mengem-balikan tanahmasyarakat adatyang telah diklaimjadi kawasan hutan,ungkap MartinusSinani, Ketua BPWSPI Nusa Tenggara

    Timur.Sementara itu

    di Mataram, DPWSPI Nusa Teng-gara Barat (NTB)bersama 11 orga-nisasi masyarakatsipil lainnya yangtergabung dalam

    Koalisi Rakyat Nusa Tenggara Barat jugamelakukan aksi menuntut pelaksanaanreforma agraria sejati (12/01). Sekitar3.000 massa aksi melakukan long marchdimulai dari perempatan Bank Indonesia

    menuju kantor DPRD dan kantor Guber-nur.

    Wahidjan, Ketua BPW SPI NTB me-nyampaikan bahwa aksi kali ini memilikibeberapa tuntutan seperti agar segeradihentikannya perampasan sumber-sumber agrari, dihentikannya cam-purtangan militer dalam penyelesaiansengketa tanah, segera mengusut tuntaskasus Lambu (Bima), hingga menang-kap dan mengadili Kapolda, KapolresBima, Kapolsek Lambu, membebaskanmasyarakat Lambu yang ditahan danmengembalikan hak masyarakat adat.

    "Kami juga menuntut agar peme-

    rintah mencabut SK. No 188.45 / 347/004/ 2010 yang terbukti telah banyakmenyengsarakan masyarakat kecil,"tambah Wahidjan.

    Aksi-aksi lainnya juga secara seren-

    tak dilaksanakan di berbagai provinsiseperti DPW SPI Sumatera Selatanyang mengkonsentrasikan aksinya diSungai Sodong, di lokasi konflik agra-ria, hingga aksi-aksi di, Sulawesi, danlainnya.#

    USUTTUNTAS

    KRIMINALISASI

    PETANI !!!

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    6/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 95FEBRUARI 2012

    P E M B A R U A N A G R A R I A6

    Tragedi Bima: Letupan Pertanda SemakinHancurnya Tatanan Berbangsa dan Bernegara

    JAKARTA. Belum usai pengusutan kasuskekerasan terhadap masyarakat Me-suji di Propinsi Sumatera Selatan danLampung, di penghujung tahun 2011ini kembali aparat kepolisian dan TNImenunjukan aksi represifnya.

    Alih-alih melindungi masyarakat,pada 24 Desember 2011 lalu ratusanpersonil TNI dan Polri dengan senjatalengkap malah menembaki warga yangtergabung dalam Front Rakyat Anti Tam-bang (FRAT) saat melakukan aksi damaidi Pelabuhan Pela, Kabupaten Bima, NTB.

    Aksi warga tersebut dilakukan untukmenolak keberadaan tambang emas PTSumber Mineral Nusantara (SMN).

    Aksi massa yang dilakukan wargaSape, Lambu, dan Langgudu KabupatenBima terhadap PT SMN telah dilakukandua tahun terakhir. Masyarakat mem-protes keberadaan tambang emas milikPT. Sumber Mineral Nusantara (SMN)dengan Luas 24.980 hektar itu di Keca-matan Sape, Lambu dan Langgudu dan14.318 Ha milik PT. Indo Mineral CiptaPersada yang beroperasi di kecamatanParado karena akan membahayakan

    mata pencarian warga yang sebagianbesar penduduknya sebagai petani dannelayan.

    Aksi brutal aparatus negara terse-but telah mengakibatkan korban jiwadan luka-luka yang jumlahnya sampaihari ini belum bisa dipastikan. TragediBima mengingatkan kita kembali ter-hadap aksi brutal aparat kepolisianpada 18 September 2005 silam dimanapolisi membubarkan paksa rapat umumSerikat Petani Indonesia (SPI)di lahankonflik milik petani yang akan dibangunBandara Internasional di Tanak Awu,

    Lombok Tengah. Dalam kejadian terse-but 27 orang petani mengalami lukatembak, 6 orang petani terkena pukulanaparat dan 6 orang ditangkap aparat saatkejadian berlangsung.

    Menurut Ketua Umum Serikat PetaniIndonesia (SPI) Henry Saragih, selaindua peristiwa kekerasan yang terjadidi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalamrentan waktu yang lama tersebut , sebe-

    narnya telah terjadi berbagai peristiwakekerasan yang menimpa petani di NTBdalam mempertahankan tanah airnyadari eksploitasi perusahaan-perusahaantambang, pariwisata, dan agribisinis.

    Lebih lanjut Henry mengungkapkan,peristiwa kekerasan di Kabupaten Bimaini merupakan salah satu dari sekianbanyak tragedi pelanggaran hak asasipetani yang dilakukan aparat. Henrymengkritik cara-cara kekerasan yangselalu dilakukan oleh aparat dalam me-nyelesaikan setiap konflik yang dialami

    oleh masyarakat. Aparat kepolisianmenunjukkan keberpihakan yang mem-babi buta terhadap perusahaan, bahkansecara kasat mata telah menjadi kaki ta-ngan perusahaan.

    Setiap konflik agraria tetap disertaipelanggaran HAM, terutama terhadapkaum tani. Petani selalu ditempatkansebagai pihak yang salah dan kalah. Se-baliknya, aparatur negara justru beradadi posisi yang berlawanan dengan rakyat.Mereka menjadi pelindung dan penjagapara pemilik modal. Pemerintah jugatidak melakukan upaya secara adil dan

    beradab dalam menyelesaikan konflikyang melibatkan petani tersebut, tegasHenry.

    Aksi kekerasan yang dilakukanaparat kepolisian ini menambah panjangdaftar buruk perlakuan aparat terhadaprakyat tahun 2011. Sepanjang tahun2011 menurut catatan SPI terjadi 144kasus pelanggaran terhadap Hak AsasiPetani (HAP) di berbagai wilayah Indo-nesia. Pelanggaran HAP tersebut me-nyebabkan 18 orang korban tewas dansebanyak 35 didakwa dan dipenjara.Belum lagi ditambah dengan meletupnya

    Tragedi Bima ini. Tragedi di Bima, sung-guh menggambarkan telah terjadi secarasistemik kerusakan tatanan berbangsadan bernegara: Telah terjadi saling bakuhantam antara rakyat dengan rakyat,antara rakyat dengan aparat kepolisianbersama aparat negara lainnya. Kerusa-kan tatanan berbangsa dan bernegaraini, disebabkan oleh pelaksanaan pem-bangunan ekonomi yang salah arah dan

    tidak sesuai dengan konstitusi. Hal ituterbukti dengan dikeluarkannya sejum-lah Undang-undang yang mengeksploita-si alam Indonesia, dan dalam kasusBima adalah dengan adanya UU Mineraldan Batubara no. 4/2009, tegas HenrySaragih.

    Oleh karena itu, arah sistem ekonomiIndonesia haruslah dikembalikan padakonstitusi, dengan mencabut sejumlahundang-undang yang salama ini telahmenimbulkan konflik agraria, diantara-nya adalah UU Perkebunan no. 18 tahun

    2004, UU No. 7/2004, Sumber Daya Air,dan UU No. 4/2009 Mineral dan Batu-bara. Konflik ini bisa diakhiri dengandilaksanakannya Reforma Agraria, yaitumenata kembali tatanan agraria di Indo-nesia yang sudah timpang, menjadi satutatanan yang berkeadilan. Bagi rakyatkhususnya kaum tani, tatanan Agrariayang adil itu adalah fondasi tatanan ber-bangsa dan bernegara.

    Terakhir Henry mendesak dengansegera agar pemerintah segera menye-lesaikan berbagai konflik agraria yangdialami masyarakat dengan membentuk

    komite khusus penyelesaian konflikagraria dengan berpegang teguh padakepada Undang-undang Pokok Agrariatahun 1960 (UUPA 60). Mencabut izinoperasi perusahaan-perusahaan tam-bang yang ada di Bima. Menindak aparatkepolisian yang telah melanggar nilai-nilai kemanusiaan.

    Jika kita masih ingin tatanan ber-bangsa dan bernegara tetap berjalandengan baik, maka penyelesaian tragediBima mendesak untuk dilakukan. Kar-ena Tragedi Bima adalah letupan yangmenandai telah terjadi kerusakan serius

    dalam tatanan berbangsa dan bernegarasecara umum, dimulai dengan telahhancurnya tatanan agraria yang menjadifondasi tatanan berbangsa dan berne-gara. Letupan-letupan yang terjadi diBima, Mesuji dan banyak daerah lainnyajika dibiarkan akan menjadi letusan yangmenghancurkan seluruh tatanan kehidu-pan sebagai bangsa.#

    SERIKAT PETANI INDONESIA:PEMBARUAN AGRARIA - KEDAULATAN PANGAN - HAK ASASI PETANI

    PERTANIAN BERKELANJUTAN - MELAWAN NEOLIBERALISME

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    7/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 95

    FEBRUARI 2012 7

    Konsolidasi Petani La Via Campesinase-Amerika Tengah

    Konsolidasi petani La Via Campesina se Asia Tengah di Tegucigalpa, Honduras (25 Januari 2012)

    TEGUCIGALPA. Puluhan petani ang-gota La Via Campesina (Gerakan PetaniSedunia) dari wilayah Amerika Tengahmelakukan pertemuan membahas perso-alan yang menghimpit petani. Pertanianini dilaksanakan di Tegucigalpa, Hondu-ras pada 25 Januari 2012 lalu.

    Rafael Alegria, petani Honduras yangmemimpin pertemuan ini menyampai-kan bahwa saat ini petani mengalamikrisis baik di tingkat nasional, regionaldan internasional. Krisis ini berupapenindasan, kriminalisasi perjuangan,perusakan tanaman, perampasan ta-nah, hingga eksploitasi sumber daya

    alam melalui pelaksanaan mega proyek

    seperti penanaman tanaman monokultur

    secara massal, hingga pertambangan. Halini tentu saja menghilangkan kedaulatanpangan, menyebabkan tingkat kelaparandan kemiskinan yang ekstrim. Korbannyakebanyakan adalah mereka yang tinggaldi daerah pedesaan, seperti petani kecilkhususnya kaum perempuan, anak-anak,hingga lansia.

    "Kami mengutuk serangan sistematisyang diderita oleh saudara-saudarapetani kami di Bajo Aguan di Honduras,dan Lembah Polochic di Guatemala. Kamijuga menuntut agar Presiden Honduras,Porfirio Lobo Sosa dan Presiden Guate-

    mala Otto Perez Molina mencari solusi

    segera untuk menyelesaikan konflik di

    masyarakat dan menindak tegas setiapkriminalisasi - bahkan banyak yang beru-jung kematian - kepada petani, dan tidakberpihak kepada para pemilik modal,"ungkap Rafael.

    Rafael juga menyampaikan bahwa LaVia Campesina sebagai pusat pergerakansosial petani sedunia selalu menyerukanpemerintahan di berbagai negara untukmeningkatkan taraf hidup petani kecil,menegakkan reforma agraria yang nyatadan komprehensif dan bersama-samamenghadapi krisis yang diakibatkan olehsistem neoliberalisme dan neokapital-

    isme."Dalam pertemuan kali ini kami juga

    menuntut pemenuhan hak-hak petani,perempuan dan pemuda, seperti keseha-tan, pendidikan, akses terhadap tanah,infrastruktur, bantuan teknis, penye-diaan benih asli non-GMO dan kreditrakyat," tutur pria yang pernah menja-bat sebagai Koordinator Umum La ViaCampesina ini.

    Dalam pertemuan kali ini, paraperwakilan petani dari berbagai negaradi Amerika Tengah juga menyerukankepada masyarakat internasional untuk

    memberikan solidaritasnya terhadapperjuangan para petani Bajo Aguan diHonduras dan masyarakat yang meng-huni tepian Polochic Valle di Guatemala.Kedua kelompok petani di negara terse-but sama-sama sedang berjuang mela-wan kezaliman penguasa yang memihakkepada kepentingan pemodal multina-sional.

    "Kami juga memberikan salut kepadakontribusi rakyat kecil Nikaragua yangberhasil meningkatkan produksinya se-hingga pertumbuhan ekonomi negaranyanaik sebesar 4% tahun lalu," tambah

    Rafael Alegria.#

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    8/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96FEBRUARI 2012

    C A M P E S I N O S8

    MPP dan MPNKP dua buah organisasi tani Hai anggota La Via Campesina merayakan aksi peringatan dua tahun tsunami bersama 10.000 massa aksi (11/01/2012)

    Aksi Petani Haiti Tuntut Reforma AgrariaPasca Dua Tahun Gempa Bumi

    PORT AU PRINCE. Dua tahun telah berlalu sejak bencana alam gempa bumi yang melanda Haiti. Gempa bumi ini telah memberi-kan dampak paling buruk dalam sejarah Haiti karena bukan hanya kehilangan ribuan korban jiwa tetapi juga lahan pertanian daninfrastruktur pertanian lainnya. Untuk memperingati dua tahun pasca gempa bumi, gerakan masyarakat sipil Haiti melakukanaksi damai di jalanan ibukota Haiti, Port Au Prince (11/01/2012).

    Massa aksi yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu orang ini berasal dari 10 organisasi petani, sebuah organisasi perempuandan sebuah organisasi penanggulangan bencana ini menamakan dirinyaJenanje. MPP dan MPNKP yang merupakan dua organisasitani anggota La Via Campesina juga tergabung ke dalam aksi ini. Koordinator massa aksi menyampaikan bahwa aksi ini bertujuanuntuk meminta reforma agraria ditegakkan pasca bencana gempa bumi.

    "Kami meminta pemerintah menegakkan reforma agraria di Haiti karena lebih dari 60 persen korban gempa bumi yang laluadalah masyarakat tani," papar perwakilan dari MPNKP.

    Massa aksi juga mendesak parlemen Haiti agar segera membuat kerangka hukum atau kerangka kerja hukum reforma agraribagi pembangunan kembali lahan pertanian, pemukiman, hingga bangunan. Massa juga menolak kebijakan pemerintah yang inginmenjadikan lahan pertanian Haiti untukagrofuel.

    "Kami juga menuntut pemukiman yang layak bagi lebih dari 1,5 juta orang yang saat ini berada di tenda, lebih dari 500.000orang hidup tidak dengan manusiawi. Kami juga meminta transparansi dalam pengelolaan dana yang diterima atas nama korban

    gempa," tambah koordinator aksi.#

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    9/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96

    FEBRUARI 2012C A M P E S I N O S 9

    DURBAN. Chavannes Jean-Baptisteadalah Direktur EksekutifMouvementPaysan de Papaye (MPP), organisasi taniasal Haiti dan anggota La Via Campesina.Berikut ini wawancara langsung dengan-nya tepat setelah penutupan COP17 diDurban, Afrika Selatan, (12/2011).

    Tanya (T):Apa yang Anda lakukan diCOP17-PBB Durban ini?Chavannes Jean-Baptiste (CJB): Saya

    hadir di sini bersama dengan delegasiLa Via Campesina. La Via Campesinamempromosikan kedaulatan pangansebagai cara tidak hanya untuk menye-lesaikan krisis pangan, tetapi juga krisisiklim. Ada banyak studi yang menun-jukkan bahwa pertanian keluarga danagroekologi dapat mendinginkan bumi.Di seluruh dunia, La Via Campesinaberjuang melawan industrialisasi produkpangan yang bertanggung jawab akanmunculnya lebih dari 50 persen emisigas rumah kaca secara global. Kami jugaberjuang melawan produksi agrofuel,dan konsorsium agribisnis seperti Mon-santo yang menghancurkan tanah, dankeanekaragaman hayati dengan pestisidadan GMO, dan membunuh bibit asli dinegara berkembang. Banyak organisasipetani dan LSM datang ke Durban untukmengatakan tidak untuk REDD, tidakdengan pertanian dalam negosiasi, dantidak ada ke pasar karbon. Kami jugaberjuang menentang produksi agrofuel,dan konsorsium agribisnis seperti Mon-santo yang dengan pestisida dan GMOtelah menghancurkan kesuburan tanah,keanekaragaman hayati , dan membunuhbenih asli tanaman di negara berkem-bang. Banyak organisasi petani dan LSMdatang ke Durban yang menolak negosia-si masuknya REDD ke dalam pertanian,dan juga menolak pasar karbon.

    T:Apakah yang sedang diperjuangkanpetani kecil di Haiti saat ini?CJB: Di Haiti kami sedang berjuangmelawan produksi agrofuel, perkebu-nan pohon jarak monokultur, dan benihtransgenik. Ini adalah perjuangan yangcukup besar karena industri pertanianingin mematikan pertanian oleh petanikecil, memusnahkan hutan asli dengan

    REDD dan REDD +, pasar karbon, dan

    Wawancara dengan Petani Haiti pada COP 17 di Durban:

    Pertanian Kecil Berbasiskan Keluarga MampuMendinginkan Bumi

    solusi palsu lainnya. Saat ini sebuah pe-rusahaan Brasil secara masif menanampohon untuk menghasilkan agrodiesel.Kami hal ini sebagai perampasan tanahyang besar dan kami sedang berjuangmelawannya.

    Haiti adalah negara yang sangat kecil,sekitar delapan puluh persen wargakami adalah petani. Setelah kemerde-kaan, setidaknya kami masih memilikihutan asli sebesar 30 persen tapi saat

    ini tidak sampai dua persen dari totalwilayah di negeri kami. Perubahan iklimdi Haiti adalah masalah utama, kon-disi lingkungan kami sangatlah buruk.Disini bisa enam bulan tanpa hujan, dandi bulan berikutnya banjir bandang.Setidaknya setiap tahunnya ada satusampai tiga kali badai besar yang meng-hantam negara kami. Di tahun 2008yang lalu, tiga badai besar datang dalamtiga bulan dan berhasil menghancurkansegalanya.

    Dulu Haiti berdaulat dalam produksipangan. Sekarang kami hanya mampumemproduksi 40 persen dari makanankami. Setiap hari kami bergantung padamakanan dari Republik Dominika, dandari Amerika Serikat, karena petanidisana menerima banyak subsidi se-hingga mereka "membuang" banyakmakanan murah ke negara kami. Haitidulu pernah swasembada beras, tapi saatini kami justru mengimpor sekitar berassekitar delapan puluh persen dari totalkonsumsi. Banjirnya beras dari AmerikaSerikat mengakibatkan petani padi Haitibenar-benar kewalahan.

    Perjuangan besar kami saat iniadalah mempertahankan benih-benih

    asli Haiti. Selama lebih dari 200 tahun,petani di Haiti telah menghasilkan benihuntuk tanaman, tapi saat ini kami be-kerja untuk memilih dan melestarikanbenih. Kami menggunakan pestisidaalami, kami memiliki bank benih, kamijuga menggunakan metode pertanianorganik untuk memproduksi pangan.Kami bekerja keras untuk melestarikantanah, pengelolaan air, penghijauan, dansekarang kami memiliki program untukmembantu keluarga kecil menghasilkancukup pangan untuk konsumsi rumahtangganya dan menaruh sisanya ke pasar

    lokal.

    Tapi masalahnya saat ini adalahpemerintah - pasca gempa - berencanauntuk memberikan banyak lahan untuksebuah perusahaan besar dari Asia, un-tuk membuat sebuah Zona PengolahanEkspor untuk kemudian mengekspornya.Mereka memakai tenaga kerja dari kamidan membayarnya dengan sangat murah.Mirisnya, buruh murah ini tidak bisamelawan karena sistem zona ekspor initidak memiliki dasar hukum yang jelas.

    T: Di Durban kali ini, Clinton Foundationsangat mempromosikan proyek hutankarbon REDD. Kita mengetahui kalau BillClinton (mantan Presiden Amerika Se-rikat) cukup lama terlibat dalam proyek-proyek di Haiti. Jika anda diberi kesempa-tan untuk berbicara langsung dengannya,apa yang akan anda sampaikan?CJB: Melalui proyek Bill Clinton mencobamerampas tanah kami dan memberikan-nya kepada sebuah perusahaan besardari Asia. Jadi pesan kami kepadanyaadalah, kami tidak ingin dia mempro-mosikan REDD, kami tidak ingin proyekagribisnisnya. Kami hanya perlu tanahkami untuk menghasilkan makanan,kami perlu tanah kami untuk memban-gun kembali hutan asli. Jadi kami akanmeminta Clinton untuk menyimpanuangnya. Kami tidak ingin dia menghan-curkan negara kami. Orang-orang Haitisendirilah yang paling tahu apa yangmereka butuhkan.

    T: Bagaimana Anda melihat hubunganLa Via Campesina pada konferensi-konfe-rensi PBB ?CJB: La Via Campesina selalu hadir ke

    setiap pertemuan dimana PBB, G8, WTO,atau pihak lain selalu membuat kepu-tusan penting menyangkut kehidupanmasyarakat dunia. Kami sangat pedulikarena sesungguhnya petani kecil yangsetidaknya berjumlah tiga miliar orangmemproduksi sekitar tujuh puluh persenmakanan untuk tujuh miliar pendudukdunia. Proses-proses yang terjadi di PBBbukan tentang krisis iklim, tapi tentangbisnis besar, karena negara-negara kayadengan perusahaan besar mereka inginmenempatkan semua sumber daya di

    Bersambung ke halaman 10

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    10/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96FEBRUARI 2012

    C A M P E S I N O S10

    3.000 petani dan masyarakat adat Argenna melakukan aksi menolak pertanianberbasiskan industri (19/12/2011)

    Aksi Petani dan Masyarakat ArgentinaTolak Pertanian Berbasiskan Industri

    BUENOS AIRES. 3.000 petani dan masyarakat adat se-Argen-tina melakukan aksi menolak pertanian berbasiskan industri(19/12/2011). Aksi yang dimulai di Plaza Libertad, BuenosAires ini juga sekaligus mendiskusikan isu-isu yang bersang-kutan dengan pertanian dan hak masyarakat adat.

    Cristian Ferreyra, koordinator aksi menyampaikanbahwa saat ini pemerintahan Argentina sangat mendukungkemajuan pertanian yang berbasiskan industri yang me-nyebabkan banyaknya pelanggaran terhadap kehidupanpetani kecil dan msayarakat adat.

    "Pertanian berbasiskan industri merusak produksipangan yang dilakukan oleh keluarga petani adat di wilayahleluhur mereka. Kami juga menyalahkan pemerintah yangmelalui Menteri Kehakiman terlibat dalam produksi kedelaidan pakan ternak transgenik. Kami juga meminta agar pe-merintah menghentikan penambangan yang hanya merusakhutan asli " ungkap Cristian yang juga anggota organisasi taniMOCASE (anggota La Via Campesina).

    Massa aksi melakukan long march sejauh 20 blok mele-wati kantor korporasi media besar di Argentina, DirektoratPertambangan dan Kehutanan, dan berakhir di Pengadilan

    Sambungan dari halaman 3, Aksi 12...

    ...bumi ke mekanisme pasar. Inilah sebabnya mengapa sangat penting bagi La Via Campesina untuk menjadi juru bicara sektorpertanian, menjadi suara petani. Jadi kami hadir di sini untuk mengatakan tidak terhadap solusi-solusi palsu dari pertanian indus-tri, perampasan tanah, pasar karbon, REDD, dan REDD +. Kami hadir di sini untuk menegaskan agar jangan sampai pertanian di-masukkan ke meja perundingan karena pertanian sangat vital perannya bagi kehidupan sedangkan perusahaan-perusahaan besartersebut tetap mencemari planet ini dan mendapatkan lebih banyak uang. Kami di sini untuk menyampaikan bahwa agroekologidapat mendinginkan planet ini, bahwa kedaulatan pangan adalah solusi untuk menyelesaikan krisis iklim.

    T: Kita baru saja mendengar istilah "Climate Smart Agriculture" (pertanian Iklim yang cerdas), sebuah pendekatan baru yang didor-ong di sini, di Durban. Apa yang bisa Anda ceritakan tentang ini?CJB: Ini adalah istilah baru yang dipromosikan oleh Jacob Zuma, Presiden Afrika Selatan. Dia sangat bersikukuh tentang perlunyamenempatkan pertanian pada meja perundingan. Tapi sudah jadi rahasia umum bahwa istilah ini hanyalah pesanan dari WorldBank(Bank Dunia). Mereka menyebutnya pertanian cerdas. Mereka ingin menggunakan benih transgenik, menanam hutan tana-man, dan menggunakan tanah dan pertanian dalam pasar karbon. Semua ini adalah berita yang amat sangat buruk. Ini sebabnyakami tegaskan bahwa konferensi ini diadakan untuk mengatasi krisis iklim, bukan konferensi yang merumuskan bagaimanaperusahaan-perusahaan besar meraup lebih banyak uang.

    T:Jadi, apa gunanya kita datang ke COP17?CJB: Jika kita melihat situasi dunia saat ini, mungkin mustahil bagi kita untuk melakukan sesuatu. Tapi di Durban ini, saya melihatbanyak orang yang datang dari berbagai penjuru dunia yang mengatakan planet ini tidak untuk dijual. Alam tidak untuk dijual.Masih banyak organisasi dari seluruh dunia yang memberikan harapan bahwa bukan hanya kita dapat menyelesaikan krisisiklim, tetapi juga mampu mengubah sistem kapitalis yang menggerogoti dunia ini. Tentu saja ini adalah perjuangan yang sangatpanjang. Pertemuan berikutnya adalah Rio +20, dan perusahaan yang sama akan berada di sana untuk mempromosikan kapita-lisme hijau, dan apa yang mereka sebut "ekonomi hijau". Kita tahu bahwa ini hanyalah proyek berikutnya dari kapitalisme peru-sahaan transnasional untuk mengeruk lebih banyak uang. La Via Campesina pasti akan hadir, karena disana akan ada keputusan-

    keputusan yang diambil yang menyangkut kehidupan kita semua.#

    Tinggi Kehakiman."Kami juga mendesak pemerintah untuk membebaskan teman kami yang tidak bersalah dalam konflik agraria dan juga

    melindungi kami dari ancaman geng bersenjata yang disewa oleh para tuan tanah untuk mengusir kami dari tanah-tanah kami,"papar Cristian di depan gedung Pengadilan Tinggi.

    Aksi ini juga menyimpulkan bahwa akan ada mobilisasi massa yang lebih besar mengepung gedung perwakilan rakyat seh-ingga benar-benar lahir keputusan politik pemerintah yang menghormati tindakan produksi petani kecil dan masyarakat adat.

    "Kami akan tetap berusaha keras untuk memperjuangkan hak petani dan masyarakat adat atas air, tanah, hutan, kesehatan,pendidikan, dan bersama-sama menciptakan kedaulatan pangan rakyat," tambah Cristian.#

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    11/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96

    FEBRUARI 2012P E M B A R U A N A G R A R I A 11

    keadaan dimana tidak ada konsentrasiberlebihan dalam penguasaan dan pe-manfaatan atas sumber-sumber agrariapada segelintir orang. Oleh karena itu

    pemerintah harus segera mengeluarkankebijakan-kebijakan tentang pelaksa-naan reforma agraria sejati di Indonesiaseperti dalam bentuk Peraturan Peme-rintah tentang Reforma Agraria dan lain-nya yang berlandaskan pada UUPA No. 5tahun 1960 dan UUD 1945, jelas Henry.

    Henry juga mendesak pemerintahuntuk segera mencabut sejumlah UUyang telah mengakibatkan perampasantanah dan kriminalisasi petani sepertiUU No.25 tahun 2007 tentang Pena-naman Modal, UU No.41 tahun 1999tentang Kehutanan, UU No.18 Tahun

    2004 tentang Perkebunan, UU No. 7tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, UUNo. 27 tahun 2007 tentang PengelolaanWilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,UU No.4 tahun 2009 tentang Minerba,dan UU Pengadaan Tanah Untuk Pem-bangunan, serta UU lainnya yang tidakberpihak kepada rakyat.

    Oleh karena itu pengesahan RevisiUU Pangan dan RUU Perlindungan danPemberdayaan Petani (yang masukan-nya juga harus dari organisasi tani) wajibdi- selesaikan sesegera mungkin olehDPR, tambah Henry yang juga Koordina-

    tor Umum La Via Campesina (GerakanPetani Internasional).Sementara itu, Berry Nahdian

    Furqan, Direktur Eksekutif NasionalWALHI menyampaikan, sepatutnya pe-merintah menarik anggota TNI dan Polridari wilayah konflik agraria agar tidakjatuh korban lebih banyak lagi. Peme-rintah juga didesak untuk membebaskanpara pejuang rakyat yang ditahan ketikamelawan perampasan tanah.

    Aksi ini juga meminta pemerintahuntuk mencabut seluruh hak guna usaha,kontrak karya pertambangan, izin usaha

    pertambangan, dan izin pengelolaanhutan tanaman yang bermasalah denganrakyat dan merusak lingkungan hidupyang dilakukan oleh korporasi luar ne-geri, swasta, atau BUMN.

    Bubarkan juga Perhutani dan Inhu-tani serta berikan hak dan akses kelolayang lebih luas kepada rakyat, khususnyapenduduk desa dan masyarakat adatdalam mengelola sumber daya hutan,tambah Berry.

    34 Anggota DPR TandatanganiPembentukan Pansus Konflik Agraria

    Selain itu, Henry Saragih juga me-nyampaikan bahwa aksi ini juga men-desak DPR agar segera membentukPanitia Khusus (Pansus) penyelesaiankonflik agraria dan sumber daya alamtanpa melakukan revisi terhadap UU No.5 Tahun 1960.

    Nantinya pansus ini haruslah lintaskomisi karena konflik agraria ini bukanmelibatkan satu sektor saja, tetapi meli-batkan antarsektor, tambahnya.

    Oleh karena itu massa aksi mendesakagar setidaknya terkumpul 20 tandatan-gan dari anggota DPR untuk menyetujuidibentuknya Panitia Khusus (Pansus)Konflik Agraria yang diharapkan da-pat menyelesaikan sengketa agrariadan mengembalikan hak tanah kepadamasyarakat.

    Jika tidak terkumpul 20 tandata-ngan maka kami semua akan menginapdisini, tutur Agustiana selaku Koordina-tor Lapangan aksi kali ini.

    Setelah melakukan negosiasi denganpara anggota DPR dan dibumbui de-ngan sedikit kegaduhan, akhirnya dida-patlah 34 tandatangan anggota DPR yangsetuju dengan dibentuknya Pansus Kon-flik Agraria.

    Kita semua akan menilai selama 100hari ke depan bagaimana nanti jadinyaPansus ini,diharapkan dapat menyelesai-kan sengketa agraria dan mengembali-

    Sambungan dari halaman 3, Aksi 12...

    kan hak tanah kepada masyarakat.jika tidak seperti yang kita harapkanmaka kita semua akan siap untukmenurunkan 10 kali lipat massaaksi yang lebih besar dari kali ini,tambah Agustiana.

    Selain di Jakarta, aksi jugaserentak dilakukan di 27 Provinsidi wilayah Sumatera, Jawa, Kalim-antan, Sulawesi, Bali, hingga NusaTenggara.

    Aksi sendiri ini merupakanaksi bersama yang terdiri dari 77organ gerakan masyarakat sipilIndonesia yang tergabung dalamSekretariat Bersama Pemulihan HakHak Rakyat Indonesia, yang terdiriatas Serikat Petani Indonesia (SPI),Aliansi Gerakan Reforma Agraria(AGRA), Serikat Petani Pasundan(SPP),Parade Nusantara, WahanaLingkungan Hidup (Walhi), Per-satuan Pergerakan Petani Indonesia(P31), Serikat Petani Kelapa Sawit(SPKS), Asosiasi Tani Nusantara(ASTANU), Serikat Nelayan Indone-sia (SNI), Aliansi Masyarakat AdatNusantara (AMAN), Serikat Hijau

    Indonesia (SHI), Paguyuban Petani Hu-tan Jawa (PPHJ), Serikat Petani Merdeka(Setam-Cilacap), Rumah Tani Indonesia(RTI), Gabungan Serikat Buruh Indepen-dent (GSBI), Konfederasi Serikat BuruhIndonesia (KASBI), Federasi PerjuanganBuruh Jabodetabek (FPBJ), KonfederasiSerikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI-Tangerang), Asosiasi Tenaga Kerja Indo-nesia (ATKI), Yayasan Lembaga BantuanHukum (YLBHI), KPO- PRP, KonsorsiumPembaruan Agraria (KPA), GreenPeace,KONTRAS, Koalisi Rakyat untuk KeadilanPerikanan (KIARA), SawitWatch, Kon-federasi Pergerakan Rakyat Indonesia(PERGERAKAN), Persatuan PerjuanganIndonesia (PPI), ELSAM, LBH Jakarta,JKPP, IHCS, Koalisi Anti Utang (KAU),KpSHK, Formada NTT, Jaringan AdvokasiTambang (JATAM), Front Mahasiswa

    Nasional (FMN), Himpunan MahasiswaIndonesia (HMI), Serikat MahasiswaIndonesia (SMI), Pergerakan MahasiswaMuslim Indonesia (PMII), Liga Maha-siswa Nasional Demokratik (LMND),Perhimpunan Mahasiswa Katolik Repub-lik Indonesia (PMKRI), Front Aksi Ma-hasiswa (FAM Indonesia), Liga Pemud-aBekasi (LPB), GMPI, Repdem, INDIES,Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI),Punk Jaya, PPMI, SBTNI, Serikat BuruhMigran Indonesia (SBMI), SBTPI, Ges-buri, Serikat Pekerja Kereta Api Jakarta(SPKAJ), SPTBG, dan lainnya.#

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    12/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96FEBRUARI 201212 P E M B A R U A N A G R A R I A

    SPI Kutuk Pembakaran Rumahdan Lahan Petani Merangin

    Aksi SPI Sumut Desak LaksanakanReforma Agraria Sejati

    MERANGIN. Petani kecil me-mang rentan menjadi korban.Kali ini yang menjadi korbanadalah dua orang petani ang-gota Serikat Petani Indonesia(SPI) di Desa Gedang, Kabu-paten Merangin, Jambi. Pada9 Desember 2011 lalu, rumahdan lahan mereka dibu-mihanguskan oleh sejumlahoknum tak bertanggungjawab.

    Menurut hasil investigasiAhmad Azhari, Ketua BadanPelaksana Cabang (BPC) SPIKabupaten Merangin, rumahdan lahan petani dibakar olehrombongan yang terdiri daridua orang polisi hutan ber-senjata, dan seorang bersen-jatakan pistol beserta belasanorang yang mengaku penunjukjalan. Kedua petani yang men-jadi korban adalah Erwanudi(38 tahun) dan Man (22tahun). Kerugian yang dideritaadalah terbakarnya satu ru-

    mah dan satu pondok (besertaisinya) bersama 2.060 batangtanaman kopi serta traumamendalam dari keluarga yangrumahnya terbakar.

    Sebelum pembakaran,Erwanudi dan Man justru telahbertemu dengan rombonganpolisi kehutanan yang datangke kediaman mereka untukmemeriksa perluasan hutanperuntukan desa dan tidakterjadi bentrok apa-apa danterjadi dialog yang bersahabat.

    Nah, ketika mereka mening-

    STABAT. Seribuan petaniSerikat Petani Indone-sia (SPI) Sumatera Utara(Sumut) melakukan aksimendukung dilaksanakan-nya reforma agraria se-jati sesuai Undang-UndangPokok Agraria (UUPA) No. 5Tahun 1960 di Stabat, Ka-bupaten Langkat SumateraUtara, (18/01).

    Massa aksi yang berasaldari tiga Kabupaten yakniLangkat, Pakpak Bharat, danAsahan mulai berkumpulpukul 08.00 WIB di MesjidRaya Stabat dan melakukanlong march di sepanjangjalan lintas Sumatera menu-ju ke kantor Bupati Stabatdan Pengadilan NegeriStabat.

    Wagimin, Ketua BadanPelaksana Wilayah (BPW)SPI menyampaikan bahwaaksi massa di KabupatenLangkat ini adalah bagiandalam rangkaian aksi massa

    yang telah dilakukan secaranasional.

    Aksi ini juga merupa-kan solidaritas bagi parapetani tertindas di seanteronusantara sekaligus proteskeras atas tindak kekerasandan kriminalisasi petani diSei Litur, Kampar, Merangin,Mesuji, Sungai Sodong,Bima dan kaum tani lainnyayang sedang memperjuang-kan keadilan atas sumberagraria yaitu hak petani atas

    tanah, ungkap Wagimin.Di Kantor Bupati Lang-

    kat, massa aksi diterimaSekda Kabupaten Langkat,Kepala Badan PertanahanNasional (BPN) Langkat, Di-nas Kehutanan dan Perkebu-nan dan pejabat Kabupatenlainnya.

    Kami mendesak agarBupati, pengadilan, ke-jaksaan dan Polisi untukmemberikan perlindungankepada petani sesuai dengan

    Pembukaan UUD 1945 yakni

    galkan rumah,rombongan polisihutan justru mem-bakar rumah, pon-dok dan tanamankopinya. Ini khannamanya tindakanpengecut, paparAzhari.

    Padahalbelum genap satubulan lalu PemkabMerangin sudahberjanji dan adakesepakatan de-ngan petani untuk

    menempuh jalan dialog yangtidak melanggar HAM, seba-gaimana dinyatakan di depanKomnas HAM, 30 Novemberlalu, tambah Azhari.

    Sarwadi Sukiman, KetuaBadan Pelaksana Wilayah(BPW) SPI Jambi menegaskanbahwa pihaknya mengutukdan mengecam keras tindakanpembakaran oleh oknum polisikehutanan ini.

    Pemkab Merangin danDinas Kehutanan Meranginharus bertanggungjawabpenuh atas tindakan anar-kis ini. Padahal baik darikami (baca:petani) bersamaKomnas HAM dan PemkabMerangin sendiri telah adakesepakatan untuk tidak lagiada tindakan-tindakan yangmelanggar HAM, kata Sar-wadi.

    Sarwadi menambahkanbahwa akan ada aksi massa

    sebagai solidaritas menuntutpertanggungjawaban PemkabMerangin dan Dinas Kehuta-nan Merangin atas pemba-karan rumah dan lahan petanikali ini.

    Azhari (Ketua BPC SPIMerangin) bersama parakorban (28/12) juga menemuiPemkab dan Dinas KehutananMerangin untuk meminta ke-jelasan. Mudah-mudahan adaniatan baik dari mereka untukmenyelesaikan masalah ini,

    tambah Sarwadi.#

    Petani SPI Merangin berkumpul di atas rumah milik te-

    man mereka yang dihancurkan

    Aksi SPI Sumut menuntut segera dilak-sanakannya reforma agraria

    melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpahdarah Indonesia. Kami jugameminta agar segera dibentukPanitia Khusus (Pansus) kasustanah di Kabupaten Langkatdengan melibatkan organisasimassa petani dengan pihak-pihak terkait, papar Wagimin.

    Menanggapi hal ini, SekdaKabupaten Langkat SuryaDjahisa menyampaikan bahwapemerintahan provinsi Lang-kat saat ini memiliki komitmenkuat untuk menyelesaikansetiap konflik agraria yangterjadi di Langkat. Sementaraitu dari pihak BPN Langkat,berjanji akan menerima audi-ensi SPI pada rabu mendatang(25/01) untuk membicarakanmengenai kasus-kasus tanah

    seperti kasus Sei Litur.Setelah selesai di kantor

    Bupati Langkat, massa aksibergerak menuju PengadilanNegeri Stabat.

    Derianto, salah seorangpetani peserta aksi asal Lang-kat menyampaikan bahwaaksi ke pengadilan ini untukmenuntut pembebasan duaorang petani dari Desa Salahajiyang sekarang ditahan olehkejaksaan.#

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    13/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96

    JANUARI 2012H A K A S A SI P E T A N I 13

    Deklarasi SPI di Aceh Tengah

    Petani (Juga) Harus Melek Hukum

    ACEH TENGAH. Semangat berorganisasi dan kebersatuan petani kecil melalui perta-nian berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan pangan masyarakat dan menolakneoliberalisme melalui Serikat Petani Indonesia (SPI) telah menyentuh Aceh Tengah.Tepat pada 25 Desember 2011, terbentuklah Dewan Pengurus Cabang (DPC) SPIKabupaten Aceh Tengah melalui deklarasi yang dihadiri oleh puluhan petani per-wakilan basis dan ranting SPI.

    Ketua Panitia Persiapan Wilayah (PPW) SPI Nangroe Aceh Darussalam, AgusSyahputra menyampaikan bahwa pertanian di Aceh Tengah ini terkenal sebagai pe-masok sayuran dan penghasil kopi terbaik.

    Dataran Tinggi Gayo merupakan daerah penghasil kopi terbaik dan sayur-sayuran. Namun hari ini kopi Gayo tidak dikenal, padahal bahan baku kopi berasaldari daerah ini. Petani kopi kita di sini tidak dapat menikmati harga kopi sebagaima-na nikmatnya orang meminum kopi Gayo. Petani kopi kita terus terjerat hutang den-gan pemodal, ungkap Agus pada saat deklarasi DPC SPI Aceh Tengah di aula SMKNegerti I Takengo, Aceh Tengah.

    AGAM. Badan Pelaksana Pusat (BPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) menggelar pen-didikan paralegal untuk petani anggota SPI Sumatera bagian Utara (Aceh, SumateraBarat, Sumatera Utara, dan Riau) di kawasan demplot pertanian organik SPI, di desaPalupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat 22-26 Desember 2011).

    Acara yang bertajuk Pendidikan Paralegal Petani Untuk Pembaruan Agraria inidibuka oleh Ketua Umum SPI, Henry Saragih. Dalam sambutannya Henry menyam-paikan bahwa petani perlu dibekali pengetahuan tentang hukum, karena dalamsetiap memperjuangkan tanah petani sering bersentuhan langsung dengan proseshukum. Hal ini karena pendekatan yang dilakukan oleh pihak pemerintah, kepolisianataupun perusahaan adalah pendekatan legalistik formal.

    Kita, kaum tani juga harus melek hukum. Jadi apabila terjadi konflik agraria didaerah dan kita berada di pihak yang benar, kita mampu membela diri dengan penge-tahuan paralegal yang kita miliki, ungkap Henry.

    Pendidikan paralegal ini sendiri diisi oleh beberapa narasumber seperti AgusRuli Ardiansyah (Ketua Departemen Polhukam SPI), Taufik Umar Dhani (Pengacara

    Deklarasi SPI di Aceh Tengah (25 Desember 2011)

    Peserta Pendidikan Paralegal SPI di Sumatera Barat

    Agus juga menyampaikan bahwa hari ini pangan dikuasai oleh perusahan-perusahaan besar yang terus menyengsarakanrakyat, dan merampas hak-hak rakyat; di dunia internasional WTO-World Trade Organization (Organisasi Perdagangan Dunia)dan perjanjian perdagangan bebas antar negara ataupun regional juga semakin menyengsarakan petani kecil.

    Persoalan ini dapat kita atasi bersama ketika kita dapat bersatu padu. Hari ini kita telah bergabung dengan SPI, kita sadarhanya kita yang dapat memperbaiki nasib kita dengan wadah ini, jangan lagi kita bercerai berai. Kerja-kerja yang kita hadapi kedepan sangat berat dan sulit jika kita tercerai berai. Bangkitlah kita bersama, mari kita berjuang untuk menyelamatkan harkat danmartabat kita sebagai petani, serta harkat dan martabat kita sebagai bangsa Indonesia, papar Agus.

    Pada saat yang sama juga dilakukan Musyawarah Cabang (Muscab) pertama DPC SPI Aceh Tengah yang berhasil menetapkanNurul Qalbi sebagai Ketua Badan Pelaksana Cabang (BPC) SPI Aceh Tengah.#

    rakyat), anggota Majelis Nasional Petani (MNP) SPI Sumatera Barat Indra Sago, hingga Ketua Umum SPI, Henry Saragih.Agus Ruli Ardiansyah menyampaikan bahwa materi pendidikan berisi tentang politik agraria, hukum-hukum pidana yang se-

    ring mengkriminalisasi petani, hingga strategi perjuangan pembaruan agraria sejati.Pendidikan kali juga merupakan proses kaderisasi untuk lahirnya kader-kader pejuang reforma agraria sejati, tutur Agus

    Ruli.Selain itu, Agus Ruli juga menambahkan bahwa pendidikan kali ini juga sebagai persiapan membangun pusat bantuan hukum

    petani SPI.Syahmana Damanik, salah seorang dari SPI Sumatera Utara mengungkapkan bahwa pendidikan paralegal kali ini sangat ber-

    manfaat dalam perjuangan pembaruan agraria yang dihadapinya di daerah asalnya.Sementara itu, pendidikan yang diikuti oleh puluhan peserta ini juga membedah beberapa kasus yang dihadapi petani SPI se-

    perti kasus petani Sei Litur dengan PTPN IV (Sumatera Utara) yang melibatkan 203 Ha, kasus eks HPH di Simpang Tenggo Pasa-man Barat (Sumatera Barat) seluas 47.000 Ha, hingga kasus di Tapung Hilir (Riau) dengan PT Raka yang melibatkan 2.000 Ha.

    Acara ini ditutup oleh Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Sumatera Barat, Sukardi Bendang, selaku tuan rumah.Sukardi menyampaikan bahwa semoga semua materi pendidikan paralegal yang telah diberikan para pengajar mampu diserapdan dipraktekkan dengan baik oleh para peserta. Saya yakin dan percaya bahwa selama lima hari ini pengetahuan kita tentanghukum bertambah. Semoga dengan bekal ini kita makin berani untuk memperjuangkan apa yang memang menjadi hak kita se-

    muanya. Hidup petani, mari bersama memperjuangkan reforma agraria sejati tambahnya.#

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    14/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96FEBRUARI 2012

    P E R T A N I A N B E R K E L A N J U T A N14

    SPI Sumbar Gelar PendidikanPertanian Berkelanjutan di AtasTanah Reklaiming

    Pelatihan Pertanian Berkelan-jutan Petani Perempuan

    LIMA PULUH KOTA. DewanPengurus Wilayah (DPW)Serikat Petani Indonesia (SPI)Sumatera Barat (Sumbar)menyelenggarakan pendidikanpertanian berkelanjutan diKecamatan Luhak KabupatenLima Puluh Kota, SumateraBarat. Pendidikan yang dilak-sanakan selama seminggu ini(14-20 Januari 2012) dilak-

    sanakan di Pusdiklat PertanianDewan Pengurus Basis (DPB)SPI Sibaladuang dan diikutioleh puluhan petani dari Ka-bupaten Pasaman Barat, Pasa-man, Agam, Lima Puluh Kota,dan Padang Pariaman.

    Sukardi Bendang, KetuaBadan Pelaksana Wilayah(BPW) SPI Sumbar menyam-paikan bahwa pendidikan kaliini cukup istimewa karenadilaksanakan di atas tanahreklaiming seluas 66 Ha.

    Pusdiklat ini memilikikebun organik seluas tiga Hadan berada dalam lahan reklai-ming seluas 66 Ha yang sudahditelantarkan lebih dari 10tahun, saat ini tengah terjadisengketa menyangkut tanahtersebut, pihak masyarakatSibaladuang mengklaim tanahterlantar tersebut sebagaiulayat nagari, sementara pihakBadan Pertanahan Nasional(BPN) Lima Puluh Kota meng-kategorikan tanah ini sebagaitanah terlantar dan sedang

    MEDAN. Ungkapan PetaniPerempuan MerupakanIbu Kedaulatan Panganmenginspirasi Biro PetaniPerempuan Dewan Pengu-rus Wilayah (DPW) SerikatPetani Indonesia (SPI)Sumatera Utara (Sumut)menggelar pelatihan perta-nian berkelanjutan di Medan(30/11).

    Riri Novita Sari, KepalaBiro Petani PerempuanBadan Pelaksana Wilayah(BPW) SPI Sumut menyam-paikan bahwa pelatihanini juga dijadikan sebagaitempat berbagi ilmu danpengalaman diantara parapeserta pelatihan yang su-dah menerapkan pertanianberkelanjutan di tempatnyamasing-masing.

    Bentuk pelatihan beru-pa keterampilan membuatEffective Microorganism(EM), pupuk cair dan diikutioleh puluhan petani yang

    berasal dari kabupaten-ka-bupaten yang ada di Sumat-era Utara, ungkap Riri.

    Pelatihan ini sendirimenghadirkan beberapapemateri yang juga meru-pakan kader SPI. Nurliana,salah seorang fasilitator me-ngungkapkan bahwa saat inimikroorganisme dalam ta-nah sudah banyak yang matiakibat penggunaan pupukkimia sehingga diperlukanlangkah untuk membantu

    pertumbuhan mikroorga-nisme tersebut.

    EM ini selain berfungsisebagai percepatan pem-buatan pupuk kompos jugamembatu pertumbuhanmikrooganisme di dalamtanah. Sebenarnya EMini sudah banyak dijual dipasaran, namun perlu diper-hatikan EM ini merupakanbakteri yang harus tetapdipelihara dan perlu gon-cangan agar tetap menda-

    patkan oksigen. Jadi saya

    didata oleh BPNLima Puluh Kota,papar Sukardi.

    Sementara itu,pendidikan kali inidiikuti oleh pulu-han peserta daribeberapa wilayahdi Sumatera Barat.Pemateri yanghadir juga cukupberkompeten.

    Albadri Arif,Ketua Biro Pen-didikan DPWSPI Sumbar yang

    juga bertindak sebagai pema-teri menyampaikan bahwaalur pendidikan pertanianberkelanjutan ini mengguna-kan pendekatan pada ke-nyataan yang dialami sehari-hari di tempat masing-masing,baik materi wawasan maupunpraktek.

    Kami mengajak pesertauntuk memeriksa kembali

    antara materi dengan ke-nyataan dan keadaan di ma-sing tempat peserta, ungkap-nya.

    Hal senada juga diung-kapkan Jhontra Putra Efendi,pemateri yang juga alumnisekolah lapang pertanianberkelanjutan Pusdiklat na-sional SPI angkatan II. Selamapendidikan berlangsung, diamenyampaikan bahwa terjadidiskusi saling mengisi sesamapeserta, seperti bahan-bahan

    untuk membuat kompos,bokashi,ataupun ramuan-ramuan nabati lainya.

    Di tempat terpisah, KetuaDepartemen Pendidikan,Pemuda, Budaya dan KesenianSPI, Syahroni mengemukakanbahwa pendidikan kali inibertujuan untuk membangunpemahaman dan kesadaranpeserta atas persoalan yangmelingkupi dunia pertanianberkelanjutan dan menyiap-kan kader-kader pertanianberkelanjutan SPI.#

    Beberapa peserta Pendidikan Pertanian Berkelanjutanyang dilaksanakan DPW SPI Sumatera Barat di Kabupat-

    en Lima Puluh Kota (14-20 Januari 2012)

    tidak menyarankan kepada pe-serta pelatihan untuk membeliproduk EM yang ada di pasa-ran, karena sebenarnya EM inidapat dibuat sendiri denganbahan-bahan yang ada di seki-tar kita, papar Nurliana.

    Sementara itu, pembuatanpupuk cair juga sejalan denganpembuatan EM, karena EM inijuga merupakan bahan daripembuatan pupuk cair.

    Banyak keuntungan yangdapat diperoleh dengan kitamenggunakan pupuk cair padatanaman, selain menghematbiaya produksi, sayuran yangkita konsumsi juga sehat ung-kap Amat Legimun, fasilitatordalam pembuatan pupuk cair.

    Selama proses pelatihanberjalan, terlihat para pesertasangat antusias dalam mengi-kuti pelatihan ini. Pelatihanini sangat bermanfaat untukkami. Kami bisa mengetahuibahwa bahan-bahan yangada di sekeliling kami dapat

    dimanfaatkan untuk men-jadi pupuk organik ungkapRismauli Br Sialagan petaniSPI dari Basis Simpang KopasKecamatan Bandar Pasir Man-doge Kabupaten Asahan.

    Wagimin, Ketua BPWSPI SUmatera Utara menam-bahkan bahwa pelatihan inisendiri juga bertujuan un-tuk meningkatkan kapasitasdan kemampuan dari petaniperempuan dalam upayapengembangan pertanian

    berkelanjutan dan pengem-bangan organisasi.

    Awalnya pelatihan inidikhususkan untuk petaniperempuan saja, namun se-lama proses persiapan menujuke pelatihan ini, ternyata tidakhanya petani perempuan yangtertarik mengikuti pelatihanini. Respon dari para petanianggota SPI lainnya jugabanyak, akhirnya pelatihan initidak hanya diikuti oleh petaniperempuan anggota SPI saja

    tambahnya.#

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    15/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96

    FEBRUARI 2012R A G A M

    TEKA TEKI SILANG PEMBARUAN TANI - 014

    15

    MENDATAR9. Melafalkan huruf satu demi satu 11. Penghasil pangan nusantara 14. Provinsi di Indonesia16. Masakan khas Jawa Timur 17. Panggilan untuk laki-laki yang lebih tua (Bali) 18. Tangga nada20. Tulen, murni 22. Kata ganti orang (jamak) 24. Gusar, berang 25. Anak laki-laki26. Tanaman herbal 29. Alat tulis 31. Tim tanggap bencana 34. Persatuan Bangsa-Bangsa35. Sesuatu yang dikorbankan untuk mendapatkan hal yang diinginkan 36. Perkataan atau kalimatpendek yg menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk memberitahukan sesuatu39. Tempat berlatih, gelanggang 43. Tenaga Kerja Indonesia

    MENURUN1. Hak Asasi Petani 2. Tempat bunga 3. Lembaga Administrasi Negara 4. Awalan yang berarti satu5. Tanda Nomor Kendaraan Sumatera Barat 6. Sumber Daya Alam 7. Pancaran gas (air, uap, dsb) darilubang kecil yang menghasilkan tenaga dorong yang kuat 8. Penyakit bangsa ini 10. Pulau terpadatdi Indonesia 12. Logam berharga 13. Merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain 14. BadanNarkotika Nasional 15. Jumlah pemain dalam satu tim bola voli 17. Bank Indonesia 19. TamanKanak-Kanak 21. Kepala pemerintahan daerah setingkat desa 23. Berdiri berderet-deret memanjangmenunggu untuk mendapat giliran 27. Tidak berat sebelah 28. Air didinginkan 29. PertanianBerkelanjutan 30. Apa (Sunda) 32. Lari (Inggris) 33. Rapi, bersih, bagus 34. Pegawai NegeriSipil 36. Makanan berkuah 37. Organisasi Islam Internasional 38. Air Susu Ibu 40. Saya 41. Alatmenumbuk padi 42. Harapan 43. Aksara ketiga Arab 44. Indeks Prestasi.

    Klik www.spi.or.idUntuk Mendapatkan Tabloid Pembaruan Tani

    Versi Elektronik

    KAMUS PETANI

    Kedaulatan pangan : Haksetiap bangsa & setiaprakyat untuk memproduksi

    pangan secara mandiri & hakuntuk menetapkan sistempertanian, peternakan, &perikanan tanpa adanyasubordinasi kekuatan pasarinternasional.Land Reform : Suatu upayayang mencakup pemecahandan penggabungan satuan-satuan usaha tani, & peruba-han skala pemilikan. Ke-mudian dilanjutkan denganpeningkatan kemampuanpetani dengan berbagai pro-gram-program pendidikan,upaya penyediaan kredit,pemilikan teknologi pertani-an, sistem perdagangan yangadil, & mendorong tumbuh-nya organisasi-organisasimassa petani & koperasipetani, serta infrastrukturlainnya.Neoliberalisme: Pola pe-mikiran politik (ideologi)Barat yang mengutamakanpertumbuhan ekonomidiatas segalanya. Dasarpemikirannya adalah bahwa

    yang lemah harus dikor-bankan supaya yang kuatbisa berkembang dengan be-bas, agar ekonomi nasionaljuga ikut berkembang.Pembaruan Agraria : Suatuupaya korektif untuk menataulang struktur agraria yangtimpang, yang memungkink-an eksploitasi manusia atasmanusia, menuju tatananbaru dengan struktur yangbersendi kepada keadilanagraria.

    Pertanian berkelanjutan :Cara bertani yang menginte-grasikan secara komprehen-sif aspek lingkungan hinggasosial ekonomi masyarakatpertanian. Suatu mekan-isme bertani yang dapatmemenuhi kriteria keuntun-gan ekonomi, keuntungansosial bagi keluarga tani &masyarakat; & konservasilingkungan secara berkelan-jutan.

  • 8/3/2019 Edisi 96 (Februari 2012)

    16/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 96FEBRUARI 2012

    G A L E R I F O T O16

    Aksi Bersama 12 Januari,Menuntut Pelaksanaan Reforma Agraria Sejati

    (Kiri Atas) Massa SPI bersama puluhan ribu massa yang

    tergabung dalam Sekretariat Bersama (Sekber) Pemulihan Hak

    Rakyat melakukan long march menuju Istana Negara. (Kanan

    Atas) Aksi teatrikal oleh salah satu organ pengisi aksi. (Kiri

    Bawah) Henry Saragih (Ketua Umum SPI) melakukan orasi

    poliknya di depan gedung DPR-MPR. (Kanan Tengah) Henry

    Saragih sebagai salah satu perwakilan Sekber menyerahkan tun-

    tutannya kepada perwakilan istana. (Kanan Bawah) Massa aksi

    mengepung gedung DPR-MPR untuk mendesak anggota dewan

    segera menyetujui pembentukan Pania Khusus Penyelesaian

    Konik Agraria. Aksi dilakukan pada 12 Januari 2012