95503087 panduan pembiayaan bmt

46
Manajemen Pembiayaan Oleh : Ridha Nugraha Panduan Untuk Koperasi Syariah SDM Kementerian Koperasi BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai kebutuhan usaha sedangkan definisi pembiayaan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam ksp/usp koperasi pola syariah pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan akad bagi hasil, dan atau akad jual beli antara KSP Syariah/USP Syariah dengan anggota yang mewajibkan anggota untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan bagi hasil dan atau marjin. Pembiayaan merupakan aktivitas penting dalam lembaga keuangan karena aktiva paling besar dalam sebuah lembaga keuangan adalah outstanding portofolio pembiayaan yang juga merupakan sumber pendapatan utama penunjang keberlanjutan lembaga keuangan. Semakin tinggi outstanding pembiayaan maka semakin besar peluang pendapatan yang akan diperoleh, tetapi semakin besar pula resiko yang dihadapi. Untuk itu dalam buku ini titik beratnya bukan pada penanganan pembiayaan bermasalah namun bagaimana memberikan pembiayaan berkwalitas dan menghindari resiko pembiayaan sekecil mungkin sehinga perlu adanya manajemen pembiayaan yang baik. Dalam ilmu manajemen bahwa manajemen pembiayaan merupakan suatu cara usaha mengatur dan melakukan proses pembiayaan untuk mencapai tujuan pembiayaan yaitu keamanan, kelancaran dan menghasilkan. Usaha mengatur dan melakukan proses pembiayaan ini adalah dengan melakukan analisa kelayakan usaha dan analisa pembiayaan. Analisa kelayakan berdasarkan usaha meliputi aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek hukum, aspek 1

Upload: hari-budiyanto

Post on 09-Aug-2015

98 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Manajemen Pembiayaan Oleh : Ridha Nugraha

Panduan Untuk Koperasi Syariah SDM Kementerian Koperasi

BAB I PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai

kebutuhan usaha sedangkan definisi pembiayaan berdasarkan Keputusan Menteri

Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah tentang petunjuk pelaksanaan

kegiatan usaha simpan pinjam ksp/usp koperasi pola syariah pasal 1 ayat 10

menyebutkan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan akad

bagi hasil, dan atau akad jual beli antara KSP Syariah/USP Syariah dengan

anggota yang mewajibkan anggota untuk melunasi pokok pembiayaan yang

diterima sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan bagi hasil

dan atau marjin. Pembiayaan merupakan aktivitas penting dalam lembaga

keuangan karena aktiva paling besar dalam sebuah lembaga keuangan adalah

outstanding portofolio pembiayaan yang juga merupakan sumber pendapatan

utama penunjang keberlanjutan lembaga keuangan. Semakin tinggi outstanding

pembiayaan maka semakin besar peluang pendapatan yang akan diperoleh, tetapi

semakin besar pula resiko yang dihadapi. Untuk itu dalam buku ini titik beratnya

bukan pada penanganan pembiayaan bermasalah namun bagaimana memberikan

pembiayaan berkwalitas dan menghindari resiko pembiayaan sekecil mungkin

sehinga perlu adanya manajemen pembiayaan yang baik.

Dalam ilmu manajemen bahwa manajemen pembiayaan merupakan suatu

cara usaha mengatur dan melakukan proses pembiayaan untuk mencapai tujuan

pembiayaan yaitu keamanan, kelancaran dan menghasilkan. Usaha mengatur dan

melakukan proses pembiayaan ini adalah dengan melakukan analisa kelayakan

usaha dan analisa pembiayaan. Analisa kelayakan berdasarkan usaha meliputi

aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek hukum, aspek

1

Page 2: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

keuangan dan aspek sosial ekonomi. Layak berdasarkan hasil analisa kelayakan

usaha belum tentu layak dibiayai karena tidak cukup hanya layak usaha namun

perlu adanya analisa kelayakan pembiayaan dengan memperhatikan faktor

carakter, capital, capacity, condition dan colateral atau dikenal dengan istilah 5C.

Penerapan 5C bukan sekedar syarat diatas kertas, tetapi masuk dalam ruang bisbis

anggota. Salahsatu yang membedakan analisa pembiayaan pada sistem syariah

dengan konvensional adalah bagaimana pihak KJKS/UJKS/BMT terjun langsung

melihat dan terlibat dalam proses bisnis calon anggota sehingga memahami betul

kejadian-kejadian bisnis. Ini dilakukan karena KJKS/UJKS/BMT bukan

memberikan pinjaman uang tetapi KJKS/UJKS/BMT terlibat dalam bisnisnya

anggota. Untuk itu disusun panduan manajemen pembiayaan sebagai acuan bagi

para praktisi KJKS/UJKS/BMT agar tidak memberikan perlakuan berbeda kepada

calon anggota siapapun sehinggga bila anggota melakukan pengajuan pembiayaan

dapat memahami dengan jelas tahapan dan proses yang berlaku.

Panduan ini juga dilatarbelakangi oleh keragaman anggota pada

KJKS/UJKS/BMT, agar para pengelola dapat melakukan pembiayaan kepada

anggota dengan cepat, tepat dan cermat sehingga bukan hanya sekedar aturan

tetapi lebih dari itu merupakan kebutuhan bagi KJKS/UJKS/BMT. Oleh sebab itu

dalam proses pembiayaan KJKS/UJKS/BMT melakukan tingkat kehati hatian baik

sebelum melakukan pencairan maupun setelah melakukan pencairan.

Sebagai agama universal yang menjadi rahmat bagi alam semesta secara

prinsip Islam mengatur masalah hutang piutang. Dalam Al-quran surat Al-

Baqoroh : 282 dijelaskan tentang prinsip hutang piutang. “ Hai orang-orang yang

beriman apabila kamu bermu’amalah (seperti jual beli, hutang piutang atau sewa-

menyewa) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu

menuliskannya. …….. “ (2: 282). Orang yang makan riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran penyakit gila.

Keadaan mereka demikian disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli

sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba …..” (QS. 2 : 275). Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah

dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang mengaku mukmin, Maka jika kamu

meninggalkan sisa riba maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosulnya akan

2

Page 3: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari mengambil riba bagimu pokok

hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (QS. 2 : 278 – 279)

Jabir berkata, bahwa Rosulullah saw. mengutuk orang yang menerima riba, orang

yang memberinya, orang yang mencatatnya dan dua orang saksinya , kemudian

beliau bersabda : “ Mereka itu semua sama” (HR Muslim no 2995, kitab al-

Masaqqoh). Berdasarkan sinyal quran dan hadis Rosul ini maka perlu secara

teknis panduan pembiayaan, agar setiap langkah yang lansung berhubungan

dengan pembiayaan berjalan sesuai yang diharapkan

B. TUJUAN

Tujuan dari panduan manajemen pembiayaan ini adalah :

1. Sesuai dengan ketentuan syariah yang mengacu pada fatwa dewan syariah

2. Menghasilkan pembiayaan yang berkwalitas yaitu keamanan (pembiayaan

aman dalam usaha), kelancaran (pembiayaan lancar dalam pengembalian

dan menghasilkan (pembiayaan menghasilkan keuntungan bagi anggota)

3. Keberlanjutan (sustainable) KJKS/UJKS/BMT

BAB II

JENIS PEMBIAYAAN PADA KJKS/ UJKS/ BMT

A. JENIS PEMBIAYAAN BERDASARKAN TUJUAN

3

Page 4: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Berdasarkan tujuan penggunaannya, jenis pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu

tijari (bisnis) dan Pinjaman Kebajikan (tabaru)

1. TIJARI

1.1Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek yang diberikan

kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti

pembelian/pengadaan/penyediaan unsur-unsur barang dalam rangka

perputaran usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

1.2Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi

kebutuhan pengadaan sarana/prasarana usaha (aktiva tetap).

1.3Pembiayaan jasa, yaitu pembiayaan yang dapat digunakan untuk sewa

suatu barang, talangan dana, maupun biaya jasa suatu pengurusan

(diutamakan secara kolektif).

1.4Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan untuk anggota

KJKS/UJKS/BMT untuk keperluan konsumtif, seperti perbaikan rumah,

pembelian alat rumah tangga dan lain-lain

2. PINJAMAN KEBAJIKAN ATAU TABARU

Pinjaman dalam akad syariah merupakan bagian dari kebajikan atau tabaru

sehingga bila tujuan KJKS/UJKS/BMT memberikan bantuan pinjaman

harus dalam bentuk kebajikan, karena pinjaman dalam akad syariah tidak

boleh menambah dari pokok. Pemberian pinjaman harus sesuai dengan

sasaran pengguna dan bentuk pengunaannya

B. JENIS PEMBIAYAAN BERDASARKAN METODE

Jenis pembiayaan berdasarkan metode dibagi menjadi dua yaitu dengan metode

individu dan kelompok.

1.Pembiayaan Metode Individu, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada

individu atau perseorangan dan tidak melakukan pembiayaan secara kolektif,

4

Page 5: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

masing-masing bertanggung jawab atas pembiayaannya sehingga dibutuhkan

syarat-syarat yang menjamin pengembalian pembiayaan. Ada dua

kemungkinan didalam memasarkan produk pembiayaan individu, yang

pertama dengan cara jemput bola dan kedua, menunggu calon mitra datang

ke KJKS/UJKS/BMT. Pertama. Pemasaran melalui jemput bola.

Pembiayaan melalui jemput bola dilakukan dengan cara inisiatif dan proaktif

dimana KJKS/UJKS/BMT menawarkan produknya, tentu harus melihat

prosfek dan peluang usaha calon mitra. Walaupun dengan cara menawarkan

produk, KJKS harus memiliki posisi tawar jangan sampai kesan yang

muncul pada calon mitra bahwa KJKS menjadi sangat butuh melempar

dana, namun sebaliknya KJKS menyampaikan informasi bahwa calon mitra

menjadi merasa butuh kehadiran KJKS, artinya dibangun situasi yang saling

membutuhkan. Kasus yang dapat dilihat dalam paraktik di lapang misalnya

di sebuah pasar tradisional seorang pedagang kelontong melakukan

pembayaran setiap hari kepada bank keliling, kejadian seperti itu merupakan

kesempatan petugas lapang KJKS untuk mealukan pendekatan dengan calon

mitra dan menggali informasi lebih jauh tentang kondisi sebenarnya,

kesempatan itulah yang dilakukan petugas lapang untuk memberikan

gambaran pola kerja, keunikan dan kelebihan yang dimiliki

KJKS/UJKS/BMT, namun petugas lapang sekali-kali tidak menawarkan

pembiayaan secara terbuka tetapi justru memancing calon mitra bertanya

dan mengajukan pembiayaan. Saat itulah KJKS/UJKS/BMT memiliki posisi

tawar sehingga calon mitra mudah untuk memenuhi persyaratan menjadi

mitra KJKS. Kedua. Pemasaran menunggu calon mitra. Pengajuan

pembiayaan yang disebabkan oleh calon mitra yang langsung datang ke

KJKS/UJKS/BMT dapat mempermudah KJKS/UJKS/BMT dalam

menjelaskan sistem. Hal terpenting dalam menjelaskan pembiayaan adalah

tidak pernah menyampaikan pinjaman kepada calon mitra, jika ada calon

mitra datang ke KJKS/UJKS/BMT untuk pinjam uang, maka dengan tegas

bahwa KJKS tidak memberikan pinjaman tetapi memberikan fasilitas

pembiayaan (kerjasama usaha), menjual modal kerja atau investasi dan

5

Page 6: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

produk lainnya. Dengan demikian kebutuhan calon mitra menjadi jelas dan

penggunaannya insya Allah tidak akan disalahgunakan

2.Pembiayaan Metode Kelompok, yaitu pembiayaan yang diberikan

melalui mekanisme kelompok. Sasaran pembiayaan melalui mekanisme

kelompok dapat dibedakan dengan cara kolektif karyawan yang bernaung di

bawah suatu lembaga, kelompok sesuai dengan jenis usaha dan kelompok

bedasarkan demograpi atau daerah tempat tinggal. Alasan menggunakan

metode kelompok karena pembiayaan ini nilanya kecil-kecil, berada dalam

satu komunitas dan rata-rata calon mitra tidak memiliki jaminan. Metode ini

memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri. Dari sisi biaya opersional lebih

murah karena dapat menghemat biaya transaksi, dari sisi resiko lebih kecil

karena selain mudah dikontrol pembiayaannya menyebar ke banyak orang.

Memasarkan produk melalui metode kelompok sama dengan metode

individu yaitu dengan cara jemput bola dan menunggu calon mitra. Kasus

yang dapat dilihat pada praktik lapang untuk menawarkan pembiayaan pada

metode kelompok adalah melalui survey pemetaan wilayah (memilih

wilayah yang potensial untuk dikembangkan) dan sosialisasi umum baik

melalui undangan ataupun pada acara pertemuan rutin warga. Setelah

melakukan survey dan sosialisasi umum, dilakukan tahapan kegiatan: analisa

pembiayaan, komite (rapat keputusan), pelatihan kelembagaan, aturan main

kelompok, pencairan pembiayaan dan pertemuan rutin kelompok.

C. JENIS PEMBIAYAAN BERDASARKAN SEGMENTASI PASAR

Untuk menghasilkan kwalitas pembiayaan yang baik, segmentasi pasar KJKS

disesuaikan dengan karakter KJKS itu sendiri yaitu meberikan fasilitas kepada

usaka kecil dan mikro dengan ketentuan :

◊ Bukan usaha baru

◊ Proyek atau yang bersifat temporer

◊ Prospektif

6

Page 7: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

◊ Memiliki kemampuan bayar atau kekuatan

simpan (Power saving) memenuhi untuk bayar

◊ Domisili dlm radius wilayah pemasaran

(terjangakau secara rasional oleh Sumber daya lembaga)

◊ Memiliki karakter yang baik

◊ Memiliki agunan susuai ketentuan

◊ Khusus Kelompok berdasarkan musyawarah

kelompok

BAB IIIASPEK MANAJEMEN PEMBIAYAAN

PADA KJKS/ UJKS/BMT

A.TARGET PASAR

Dalam upaya peningkatan aktivitas pembiayaan, perlu kiranya dibuat suatu

pedoman dalam kegiatan solisitasi dan proses pembiayaan. Untuk itu target

pasar pembiayaan KJKS adalah sebagai berikut :

1. Dari segi aktivitas ekonomi

7

Page 8: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

a. Segmentasi umum, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada mitra

badan usaha atau perorangan secara umum, baik sendiri-sendiri ataupun

kolektif. Kegunaan pembiayaan untuk modal kerja, investasi, maupun

multiguna.

b. Segmentasi pasar, yaitu pembiayaan yang diberikan khusus untuk

memenuhi kebutuhan modal kerja, investasi, maupun multiguna para

pedagang pasar. Pengertian pasar adalah tempat bertemunya penjual

dan pembeli secara fisik untuk pelaksanaan transaksi jual beli.

2. Dari segi wilayah kerja

Wilayah kerja KJKS dalam melakukan pembiayaan adalah wilayah sekitar

kantor KJKS berada. KJKS perlu menentukan radius wilayah kerja, bila ada

mitra yang radiusnya cukup jauh maka yang harus dipertimbangkan adalah

jumlah droping di wilayah tersebut untuk mencapai BEP dan model

pendampingan kelompok agar efisien dan efektif . Penentuan orang kunci

(key person) sebagai penanggung jawab dalam menjakankan bisnis KJKS

pada wilayah tertentu menjadi sangat penting sehingga orang kunci (key

person) yang dipercaya KJKS perlu mendapat bagi hasil dari bisnis yang

dijalankan.

3. Dari segi jenis usaha

a. Perdagangan umum

b. Industri kecil

c. Jasa

d. Konsumtif

e. Dan lain-lain

Kebijakan jenis usaha ditentukan dengan kondisi ekonomi yang berlaku di

pasar.

4. Dari segi pengalaman

Diutamakan mitra yang telah memiliki pengalaman mengelola usaha

sejenis (untuk wiraswasta) atau karyawan minimal dua tahun

B.PRODUK PEMBIAYAAN

8

Page 9: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Produk pembiayaan adalah suatu jasa layanan KJKS yang dikemas sesuai

skema pembiayaan dan tujuan penggunaan dananya. Rincian produk

pembiayaan yang diberikan KJKS adalah :

1. Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah, adalah suatu bentuk pembiayaan perniagaan

dimana KJKS/UJKS/BMT sebagai pemilik modal (Sahibul Maal)

menyetorkan modalnya kepada anggota sebagai pengusaha (Mudarib)

untuk diniagakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan

kesepakatan (nisbah) dari kedua belah pihak, dan apabila rugi ditanggung

oleh pemilik modal sepanjang bukan merupakan kelalaian anggota.

2. Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah, adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan

antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu

usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta

dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dan risiko

dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan

bersama.

3. Murabahah

Piutang Murabahah adalah tagihan dari akad jual beli antara

KJKS/UJKS/BMT dengan anggota atas transaksi jual-beli, yang

mewajibkan anggota untuk melunasi kewajibannya sesuai jangka waktu

tertentu disertai dengan pembayaran imbalan berupa marjin keuntungan

yang disepakati dimuka sesuai akad. Produk dari akad jual beli ini dapat

berupa Piutang Murabahah dan Produk Jual-Beli turunannya, yakni

Piutang Salam dan Istisna.

4. BAI AS-SALAM

9

Page 10: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Piutang Salam adalah perjanjian jual-beli barang dengan cara pemesanan

dan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran harga lebih dahulu, dan

pengiriman barang yang dipesan diterima kemudian (ditangguhkan).

5. BAI AL-ISTHISNA

Piutang istisna adalah perjanjian jual beli barang dalam bentuk pemesanan

pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepekati

antara pemesan dan penjual. Pada pembiayaan ini pembeli memesan

barang dan penjual membayarkan dana kepada pembuat barang pesanan,

bila barang pesanan selasai dibuat pihak penjual meyerahkan barang

pesanan pembeli kemudian dibayar oleh pembeli dengan cicilan

6. Al-IJARAH

Piutang ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu

tertentu melalui pembayaran sewa.

Pada pembiayaan ini digunakan untuk mengambil manfaat suatu barang

dan atau tempat dengan sistem sewa. KJKS/UJKS/BMT bertindak selaku

pemberi sewa, dan mitra sebagai penyewa. Beberapa contoh diantaranya

adalah sewa rumah, kios, ataupun sewa untuk perlengkapan pesta. Jangka

waktu pembiayaan disesuaikan dengan kegunaan sewa tersebut. Bisa juga

sewa dengan jenis mumtahia bit tamlik dimana sipenyewa diakhir masa

sewa dapat memiliki objek sewa jenis ini disetujui oleh Mazhab Hanafi,

Syafi’I, Hambali dan juga Imamiyah

7. Al-Ujrah

Jenis pembiayaan ini untuk keperluan anggota yang bersifat kegiatan jasa

seperti pembuatan SIM, pendidikan dan kegiatan lainnya.

KJKS/UJKS/BMT bertindak sebagai penyedia jasa layanan, misalnya

tukang ojeg membutuhkan SIM, KJKS/UJKS/BMT memberikan jasa

layanan SIM bekerjasama dengan kepolisian. Dan KJKS/UJKS/BMT

menetapkan harga layanan SIM kemudian dibayar oleh tukang ojeg sesuai

waktu yang diberikan oleh KJKS/UJKS/BMT

10

Page 11: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

8. Al Qard

Disamping pembiayaan yang bersifat komersial (orientasi bisnis)

sebagaimana tersebut di atas, maka KJKS/UJKS/BMT syariah juga

memberikan pembiayaan yang bersifat sosial atau kebajikan (nirlaba).

Calon mitra yang mendapatkan pembiayaan ini adalah pengusaha kecil

yang memiliki semangat dan kemauan berusaha namun terhambat oleh

modal. Secara teknis KJKS/UJKS/BMT, calon mitra ini sulit untuk

mendapatkan pembiayaan. KJKS/UJKS/BMT tidak mendapatkan

keuntungan atas pembiayaan ini, dan mitra

C. SKEMA DAN CONTOH APLIKASI PEMBIAYAAN

SKEMA AL - MUDHARABAH

11

USAHA

KJKS

PEMBAGIANKEUNTUNGAN

PERJANJIANBAGI HASIL

KEAHLIAN MODAL 100 %

MUDHORIB

X % Y %

Page 12: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/ perniagaan antara pihak pemilik

dana (shahibul maal) sebagai pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100%

dengan pihak pengelola modal (mudharib).

APLIKASI :

Contoh pembiyaan bagi hasil ( Mudhaarabah)

Pak Amar mengajukan pembiayaan ke KJKS untuk beternak ayam pedaging

untuk 500 ekor sesuai dengan kapasitas kandang yang Pak Amar miliki, dari

hasil wawancara diketahui :

Biaya pemeliharaan Rp 200/ ekor x 500 Rp. 100.000.00

Biaya sewa kandang Rp 200/ekor x 500 Rp. 100.000.00

DOC (anak ayam) Rp 3000 x 500 Rp.1.500.000.00

Pakan perekor 2.5 kg x Rp 2000 x 500 Rp.2.500.000.00

Obat-obatan, penerangan dll Rp. 50.000.00

----------------------- +

Total dana yang dibutuhkan Rp.4.250.000.00

Kemungkinan I

Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar

12

MODAL

Page 13: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :

Terjadi mortalitas (kematian) 30 ekor

Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 470 = 587,5 kg

Harga panen Rp 9000 /kg x 587,5 Rp.5.287.500

Keuntungan 5.287.500 – 4.250.000 Rp.1.035.500

Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT 30% Rp. 311.250

Konversi 7 %

Kemungkinan II

Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar

Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :

Terjadi mortalitas (kematian) 100 ekor

Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 400 = 500 kg

Harga panen Rp 9000 /kg x 500 Rp.4.500.000

Keuntungan 4.500.000 – 4.250.000 Rp. 250.000

Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT 30% Rp. 75.000

Konversi 2 %

Kemungkinan III

Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar

Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :

Terjadi mortalitas (kematian) 100 ekor

Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 400 = 500 kg

13

Page 14: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Harga panen Rp 7.500 /kg x 500 Rp.3.750.000

Keuntungan 3.750.000 – 4.250.000 Rp. (500.000)

Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT Rp 0

Konversi 0 %

Dalam hal demikian KJKS KJKS/UJKS/BMT bukan tidak dapat bagi hasil saja,

bahkan rugi sebesar Rp 500.000 dan Pak Amar tidak mempunyai hutang kepada

KJKS. (tidak harus menyetor kekurangananya sebesar Rp. 500.000

KJKS rugi modal ; Fulan rugi tenaga dan waktu

(tertuang QS An-Nisaa : 29 dan QS Luqman ayat 34)

Beberapa syarat pembiayaan bagi hasil

◊ Bisnis yang dibiayai relatif dapat

dipisahkan dengan kegiatan bisnis lainnya

◊ Layak (sesuai hasil analisa

kelayakan)

◊ Intervensi pemilik dana relatif

dimungkinkan

◊ Ketersediaan SDM , baik dari

perilaku bisnis ataupun pemilik dana

◊ Secara nyata penerima dana

menunjukkan tingkat amanah yang memadari (history)

SKEMA AL - MUSYARAKAH

14

KJKS

PERJANJIANBAGI HASIL

Modal Rp A Modal Rp B

MITRA

Page 15: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Kang Towil mengajukan pembiayaan kepada KJKS untuk pembelian pulsa

elektrik sebanyak 200 nomor pulsa, harga setiap nomor pulsa rata-rata 50.000 x

200 = Rp. 10.000.000. Nomor pulsa yang sudah Kang Towil miliki dari modal

sendiri sejumlah 50 nomor atau sejumlah Rp 5.000.000. Setiap penjualan, jumlah

nomor pulsa yang sudah keluar tercatat sehingga pencatatan nomor pulsa dari

modal Kang Towil dan dari KJKS disatukan jadi total modal usaha Rp

15.000.000,-. Sumber pengembalian Kang Towil dari penjualan pulsa dan hasil

wawancara serta survey KJKS, Kang Towil layak usaha dan layak dibiayai.

Berdasarkan kesepakatan akad yang cocok untuk pembiayaan Kang Towil adalah

Musayarakah dengan nisbah 30% : 70%.

Realisasi Usaha

Hasil penjualan pulsa setiap hari rata-rata 150 nomor pulsa dengan rata-rata

keuntungan Rp 2.000 adapun hasil penjualan setiap bulan adalah sebagai berikut :

Bulan Jml Pulsa

Harga Beli

Harga jual Margin

Profit perbulan

1 3,750

50,000

52,000

2,000

7,500,000

2 4,000

50,000

53,000

3,000

12,000,000

3 3,500

50,000

51,000

1,000

3,500,000

4 3,800

50,000

52,000

2,000

7,600,000

15

USAHA

PEMBAGIANKEUNTUNGAN

MODAL KJKS

A x Profit x X%A+B

B x Profit x Y%A+B

Page 16: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

5 4,200

50,000

53,000

3,000

12,600,000

6 3,600

50,000

51,000

1,000

3,600,000

7 3,750

50,000

52,000

2,000

7,500,000

8 4,000

50,000

53,000

3,000

12,000,000

9 3,500

50,000

51,000

1,000

3,500,000

10 3,800

50,000

52,000

2,000

7,600,000

11 4,200

50,000

53,000

3,000

12,600,000

12 3,600

50,000

51,000

1,000

3,600,000

Perhitungan Bagi Hasil

1 2 3 4 5 6Bulan Modal KJKS

Total Modal

Profit Bulanan

Bagi Hasil KJKS 30%

Beli Saham

2 – 6 (2 : 3) x 4 x 30% ke KJKS*

1 10,000,000

15,000,000

7,500,000

1,500,000

1,000,000

2 9,000,000

15,000,000

12,000,000

2,160,000

1,000,000

3 8,000,000

15,000,000

3,500,000 560,000

1,000,000

4 7,000,000

15,000,000

7,600,000

1,064,000

1,000,000

5 6,000,000

15,000,000

12,600,000

1,512,000

1,000,000

6 5,000,000

15,000,000

3,600,000 360,000

1,000,000

7 4,000,000

15,000,000

7,500,000 600,000

1,000,000

8 3,000,000

15,000,000

12,000,000 720,000

1,000,000

9 2,000,000

15,000,000

3,500,000 140,000

1,000,000

10 1,000,000

15,000,000

7,600,000 152,000

1,000,000

- 12,600,000 -

* pembelian saham (penyertaan syirkah) Kang Towil diakhir bulan

16

Page 17: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Contoh pembiayaan dengan aqad jual beli

1. Akad Murabahah (Pembayaran Angsuran)

Pak Aceng memerlukan mesin pencabut ayam, dari hasil survey harga

mesin Rp. 1.000.000 dan Pak Aceng bersedia membeli mesin ke KJKS

Rp. 1.200.000,-

Dari hasil musyawarah diketahui :

17

MITRAKJKS

SUPLIERPENJUAL

4. Kirim3. Beli Barang

6. Bayar

2. Akad Jual Beli

1. Negosiasi dan Persyaratan

SKEMABAI AL-MURABAHAH

Page 18: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

€ Mesin dijual oleh KJKS

Rp. 1.200.000

€ Tabungan yang dimiliki untuk uang muka

Rp. 200.000

€ Sisa hutang Pak Aceng

Rp. 1.000.000

€ Sumber pelunasan dari kekuatan simpan

Rp. 5.000./hr

Pak Aceng wajib mengangsur Rp. 5000.00/ hari selama 200 hari

Apabila Pak Aceng tidak dapat melunasi dalam jangka waktu 200 hari karena

sakit selama 1 minggu tidak boleh ada tambahan (denda) apapun. (QS 2 : 280),

2. Akad Al-Murabahah (Pembayaran Tempo)

Didi seorang penjual ayam potong, omzet rata-rata setiap hari 75 kg

karkas, sistem pembelian ke suplier dengan cara jual putus artinya pagi

ayam diantar sore bayar dengan harga Rp 14.000/kg Pak Didi jual ke

konsumen Rp. 17.000 (keuntungan Rp. 3000), biaya susut dan tidak

terjual Rp 1.000, maka keuntungan Didi Rp 2.000/kg. Didi mengajukan

pembiayaan kepada KJKS/UJKS/BMT untuk keperluar modal tersebut,

karena jika bayar ke suplier dengan cara kontan mendapat harga khusus

yaitu sebesar Rp 13.250 /kg. Dari hasil analisa dana yang disetujui

KJKS adalah 75 kg x Rp 13.250 = Rp. 993.750

Dari kasus diatas KJKS melakukan bisnis riil dengan mekanisme pasar,

tidak dengan cara cicilan modal kerja karena salah satu ciri yang

membedakan jual beli modal kerja dengan konsep bunga adalah pada

bisnis riilnya. KJKS/UJKS/BMT menawarkan pembayaran tempo

selama 1 (satu) minggu, dengan memberikan gambaran perbandingan

kepada Didi sebagai berikut (asumsi 75 kg)

SUPLIER KJKS Selisih

H A R G A (Rp) 14.000 13.450 550

Waktu (hari) 1 7 6

18

Page 19: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Keuntungan tetap 550 x 75 kg 550x75x 6

Total selisih profit tetap 42.250/hari 247.500

Dari perbandingan diatas, KJKS mewajibkan Pak Didi untuk menabung

setiap hari sebesar 50% dari keuntungan perhari yang diterima atau

sebesar Rp 20.000. Sehingga dalam waktu 50 hari Pak Didi dapat

mandiri karena untuk mebeli karkas dengan kontan dapat mengambil

dari tabungannya bahkan memiliki kebiasaan menabung. Dengan tidak

merubah pola suplier bahkan harga KJKS lebih murah Rp 550 dan

waktu lebih lama 1 minggu maka Pak Didi bersedia dengan tawaran

KJKS.

SKEMA AL-IJARAH

Atep seorang tukang ojeg harus menyetor Rp. 15.000 perhari kepada

Juragan. Karena sesuatu hal Juragan bermaksud menjual motornya seharga

Rp 4.000.000. Mendengar informasi tersebut Atep menawarkan motor

juragannya kepada KJKS dan dia bersedia membayar kepada

KJKS/UJKS/BMT dengan cicil. Dari kasus diatas KJKS mengikuti kebiasaan

yang dilakukan Juragan kepada Atep, namun KJKS mengakadkan dengan

sewa beli, dimana Atep membayar sewa kepada KJKS Rp 15.000 perhari

dengan masa perjanjian selama 320 hari atau 320 kali, jika Atep membayar

tepat 320 hari atau 320 kali maka motor tersebut menjadi milik Atep.

19

SUPLAYER

PENJUALMITRAOBJEK

SEWA

KJKS

PESAN OBJEK SEWA

3. Sewa Beli2. Beli objek sewa

A.Milik B.Milik

Page 20: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Alternatif lain dalam kasus ini adalah melakukan sewa terhadap usaha

syirkah KJKS dengan Atep, dimana Atep menyertakan dana syirkah atas

pembelian motor misalnya Rp. 100.000. Motor tersebut kemudian disewakan

kepada Atep (prinsipnya siapapun yang menyewa dibolehkan) dengan harga

Rp 10.000/hari dan syirkah Atep Rp. 300.000/bulan yang dibayar setiap hari

sebesar Rp. 10.000/hari. Uang sewa Rp. 10.000/hari dibagi secara

proporsional, dan bila satu bulan Atep bersyirkah Rp 300.000 maka syirkah

Atep menjadi 300.000 + 100.000 x pendapatan sewa x nisbah (%)

4.000.000

D. Jangka Waktu Pembiayaan

1. Pembiayaan Modal Kerja

Jangka waktu pembiayaan untuk modal kerja dilakukan dengan cara tempo

melalui proses kontrak kerja misalnya 12 bulan (satu tahun), namun jika

mitra KJKS belum mandiri (mampu mengganti seluruh modal yang

diberikan KJKS kontrak dapat diperpanjang (lihat pada aplikasi

murabahah)

2. Pembiayaan Investasi

Jangka waktu pembiayaan investasi disesuaikan dengan kondisi kuangan

KJKS berdasarkan cashflow, hal ini penting untuk keberlanjutan

(suntainable) KJKS, bila perputaran dana memungkinkan dengan maksimal

1 tahun maka KJKS tidak boleh memaksakan lebih dari 1 tahun. Perlu

menjadi perhatian bahwa mencegah kemungkinan terjadinya keterlambatan

angsuran merupakan faktor menentukan jangka waktu pembiayaan

3. Pembiayaan Jasa atau Multiguna

Pada prinsipnya jangka waktu pembiayaan untuk jasa maupun investasi

harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan KJKS, perputaran dana mitra

dan memperhatikan kondisi usaha secara umum.

E. Penentuan Margin Dan Nisbah Bagi Hasil

20

Page 21: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Keberlanjutan lembaga keuangan dipengaruhi oleh biaya administrasi, biaya

bagi hasil, kerugian pada pembiayaan, keuntungan yang diperlukan lembaga.

Sehingga lembaga keuangan perlu menutupi biaya tersebut sebesar ......

Nisbah bagi hasil dan margin digunakan agar terjadinya keadilan dalam

memperoleh keuntungan baik pada pihak mitra maupun lembaga karena bagi

hasil diperoleh dari hasil usaha bukan dari pokok sehingga tidak mendahului

takdir. Besarnya proporsi bagi hasil berdasarkan kesepakatan awal antara

lembaga dengan mitra dengan mempertimbangkan gugus tugas dan kontribusi

dalam kerjasama usaha misalnya 20 : 80, 30 : 70, 40 : 60, 50 : 50

Sedangkan margin merupakan penyeimbang dari modal kerja atau investasi

yang dimanfaatkan oleh mitra. Berbeda dengan penentuan suku bunga, dalam

menentukan nisbah dan proporsi bagi hasil tidak dipengaruhi oleh tingkat

suku bunga yang diberikan kepada deposan. Tetapi sebaliknya justru deposan

akan mendapatkan bagi hasil tergantung dari pendapatan yang diterima

KJKS/UJKS/BMT pada bulan bersangkutan.

Sebelum melakukan penentuan harga maka hal prinsip yang harus dipahami

adalah perbedaan dan membedakan bisnis lembaga keuangan konvensional

dengan syariah. Pada keuangan konvensional lebih berbicara pada hal hal

moneter sedangkan dalam syariah adalah sektor riil. Oleh sebab itu lembaga

keuangan syariah harus terjun langsung dalam bisnis mitra kerjanya dan

paham betul berapa rupiah yang digulirkan, sehingga dalam menentukan

margin dan nisbah basil dapat mendekatkan kepada keadilan. Beberapa

kebijakkan yang diterapkan dalam menentukan margin dan basil dipengaruhi

oleh beberapa factor.

1. Jenis barang. Selisih harga jual atau margin terhadap barang yang

kompetitif dipasaran relatif lebih rendah dibanding investasi, sehingga

KJKS/UJKS/BMT memperhatikan factor tersebut sebagai ajang

kompetitif.

21

Page 22: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

2. Ada pembanding, yaitu penentuan harga dibandingkan dengan aktifitas

transakasi yang dilakukan mitra usaha atau anggota terhadap suplayer.

Contoh, apabila mitra usaha membeli sesuatu produk pada suplayer

dengan jual putus (tempo) terjadi selisih Rp 100 dibanding membeli kontan

(cash), maka KJKS/UJKS/BMT mengambil margin lebih kecil dari harga

selesih Rp 100. bila perlu jauh lebih kecil namun tetap masuk dalam range

yang diinginkan. Sebagaimana kasus Pak Didi pedagang yam potong pada

produk murabahah

3. Reputasi mitra pada pembiayaan sebelumnya. Reputasi pembiayaan

mitra dilihat dari kelancaran angsuran, perkembangan dan prospek usaha,

loyalitas serta tujuan usaha.

4. Alat Ukur. Pada bagian akhir KJKS/UJKS/BMT melakukan perhitungan

berdasarkan rumus harga jual sebagai alat ukur atau sandaran menentukan

harga, namun kompetisi harga dipasaran menjadi hal penting bagi

KJKS/UJKS/BMT sehingga membutuhkan strategi khusus. Yang perlu

diingat bahwa KJKS/UJKS/BMT tidak menetapkan harga jual bagi

deposan namun hanya melakukan perkiraan biaya dana sehingga harga

jual menjadi fleksible dan bersaing.

R = AE + CF + LL + K –II1-LL

R = Keuntungan yang perlu di realisasikan KJKS/UJKS/BMT

AE = Biaya Administrasi

CF = Biaya perolehan dana, termasuk mengukur infalsi

LL = Kerugian yang timbul dari pembiayaan yang diberikan

K = Tingkat keuntungan yang diharapkan

II = Pendapatan investasi

Setiap variable dinyatakan dengan desimal berdasarkan portofolio

rata2

22

Page 23: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

ContohRata-rata portfolio yang berputar berasal dariPortofolio tahun 2006 12.000.000 Portofolio tahun 2007 19.657.000 +

31.657.000

31.657.000 : 2 = 15.828.000 (rata-rata portfolio)

Biaya administrasi 1.500.000 : 15.828.000 = 9.5 %

Misalnya diperoleh Biaya dana 2.000.000 : 15.828.000 = 12.6 %

Biaya Kerugian 342.000 : 15.828.000 = 2.0 %

Keuntungan yang diharapkan 10.0 %

Pendapata Investasi 2.0 %

Maka harga jual KJKS pertahun diperkirakan :

0.095 + 0.126 + 0.02 + 0.10 – 0.02

1- 0.02

= 31 % per tahun

Perhatian :

1. Untuk mencari biaya dana berdasarkan pengalaman nilai bagi hasil

tahun lalu dengan memperhatian hutang modal dan nilai inflasi dengan

formulasi :

(modal hutang rata2 X %rata2 basil) + (Modal rata2 – Rata2 Aktiva tetap) X inflasi Rata2 Outstanding Portofolio

2. Perhitungan diatas adalah hanya sebagai alat ukur KJKS dalam

menentukan harga, harga jual sesungguhnya tergantung dari kondisi pasar

sesungguhnya

3. Bila harga jual KJKS lebih tinggi dari bisnis riil di pasar maka harus ada

perbaikan nilai komponen pada rumus diatas

23

Page 24: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

4. Untuk bersaing dipasaran yang mungkin dapat diperkecil adalah biaya

administrasi, kerugian, dan keuntungan yang diharapkan. Sedangkan untuk

biaya dana tergantung dari pendapatan yang diperoleh dari KJKS.

BAB IVAnalisis Kelayakan Usaha

A. Tujuan Analisa Kelayakan Usaha

Analisa kelayakan usaha merupakan suatu usaha penyelidikan, penguraian

dan penelaahan atas kegiatan usaha pakah layak atau tidak usaha tersebut

dijalankan. Adapun tujuan analisa kelayakan usaha adalah :

1. Dana yang didroping KJKS/UJKS/BMT aman, menghasilkan dan dapat

meminimalisir risiko kemacetan.

2. Keberlangsungan usaha KJKS/UJKS/BMT berjalan baik

B. Aspek Kelayakan Usaha

Agar dana yang dilempar KJKS/UJKS/BMT sesuai dengan tujuan analisa

kelayakan usaha, KJKS/UJKS juga melakukan analisa pembiayaan. Prinsip

analisis kelayakan usaha adalah lebih melihat kepada prospek usaha calon

mitra sedangkan analisa pembiayaan melihat tidak hanya unsur usaha saja

namun dilihat secara keseluruhan apakah layak dibiayaai atau tidak. Pada

prinsip secara syariah segala sesuatu kegiatan muamalah selagi tidak ada

larangan maka diperbolehkan. Artinya analisa kelayakan yang digunakan

oleh siapapun jika tidak ada pelarangan agama maka sesungguhnya

kegiatan tersebut sesuai syariah, (al-ashlu fil muamalati al-ibahah illa maa

daladdalilu alaa tahrimiha). Dengan demikian KJKS/UJKS/BMT wajib

melakukan analisa kelayakan agar amanah yang diberikan dapat dijaga

dengan baik. Analisa beserta dokumen dituangkan dalam Memorandum

Analisa Pembiayaan (MAP) yang meliputi prinsip penilaian Aspek

Kelayakan Usaha dan Unsur 5C. Aspek Kelayakan Usaha meliputi :

24

Page 25: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

1. Aspek Manajemen

2. Aspek Pemasaran

3. Aspek Tekhnis Produksi

4. Aspek Hukum

5. Aspek Keuangan

6. Aspek sosial ekonomi

Sedangkan aspek penilaian unsur 5C adalah

1. Character,

2. Capacity

3. Capital

4. Conditions

5. Colateral

Prinsip penilaian tersebut dilakukan karena KJKS/UJKS/BMT lebih

mengutamakan pembiayaan berkwalitas bukan penanganan pembiayaan

bermasalah. Penilai kelayakan usaha dan analisa pembiayaan dituangkan

dalam Memorandum Analisa Pembiayaan (MAP). Memorandum Analisa

Pembiayaan (MAP) merupakan panduan yang harus ditanyakan kepada calon

mitra dan juga mitra yang mengulangi pembiayaan termasuk dokumen-

dokumen yang diperlukan :

B.1 Memorandum Analisa Pembiayaan (MAP)

1. Identitas

Identitas mitra diisi pada lembaran MAP, untuk menunjukan keakuratan

data dokumen yang perlu dilampirkan mitra adalah KTP (Kartu Tanda

Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga) sehingga kita dapat melihat dan

memperkirakan biaya resiko keluarga

2. Status Rumah

Status rumah ditunjukan dengan kelengkapan dokumen surat rumah, bila

kondisi mitra menggunakan fasilitas listrik, telpon, gas, PDAM maka

dilampirkan dengan bukti pembayaran terakhir. Dokumen tersebut

tujuannya agar KJKS/UJKS/BMT dapat melihat karakter bayar mitra dan

karakter pola hidup mitra.

25

Page 26: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

3. Profil Usaha

Menggali sejarah usaha mitra, usaha yang dijalankan saat ini, system usaha

yang dijalankan, lokasi usaha, status tempat usaha dan kepemilikan. Petugas

pembiayaan menjelaskan dalam bentuk deskripsi sehingga komite dapat

melihat gambaran usaha kini dan yang akan datang. Profil usaha mitra

dibandingkan dengan kondisi keuangannya, misalnya usaha ayam potong

keuntungan setiap hari Rp 50.000 sedangkan jumlah biaya resiko dan biaya

lain-lain rata-rata Rp. 30.000 perhari. Sehingga ada sisa Rp 20.000, petugas

harus mecermati sisa Rp 20.000 wujudnya sudah jadi apa (tabungan,

rumah, modal kerja atau investasi lainnya). Lebih detail gambaran profil

usaha menilai aspek-aspek sebagai berikut:

3.1. Aspek Manajemen

Dalam menilai aspek manajemen usaha kecil (usaha informal) dan mikro

KJKS sangat berbeda dengan usaha formal walaupun beberapa hal yang

berkaitan dengan manajemen seperti organisasi usaha, rencana penggunaan

pembiayaan berkaitan dengan prospek usaha mitra menjadi alat ukur bagi

penilaian mitra. Peran KJKS dalam memberikan masukan atas rencana

penggunaan pembiayaan termasuk pencegahan terhadap kemungkinan

terjadinya resiko sangat penting karena hal tersebut terkait dengan

pembayaran kembali dana KJKS. Bagian penting yang harus diingat bahwa

KJKS berprinsip pada bisnis riil bukan jual uang, sehingga wajib tahu

rencana penggunaan dana baik sebelum ataupun setelah pencairan dengan

kata lain perlu adanya pendampingan. Hal lain yang menjadi perhatian

adalah kepemilikan usaha, pengelolaan usaha (sendiri atau menggaji orang),

model kerjasama dan sistem pengambilan keuntungan (penggajian atau asal

ambil dari kas). Seringkali yang terjadi pada usaha mikro adalah keuangan

usaha disatukan dengan keuangan rumah tangga, oleh sebab itu perlu

dilakukan analisa yang cermat atas kebiasaan mitra sehingga KJKS

menyesuaikan kondisi mitra dan secara perlahan mengarahkan pada

kebiasaan mengatur keuangan yang baik.

26

Page 27: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

3.2. Aspek Pemasaran

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam kaitan pemasaran usaha mitra

meliputi kebutuhan pasar (usaha bersifat rutinitas atau musiman), tingkat

persaingan, pelanggan dn daya beli masyarakat, promosi, cara penjualan

(tunai, jual putus, konsinyasi atau kredit), dan daerah pemasaran dan

distribusi (eceran atau dalam bentuk partai).

3.3. Aspek Tekhnis dan Produksi

Aspek produksi bersifat sangat umum, bila usaha mitra berhubungan

dengan proses produksi maka perlu melihat keberlanjutan produksi yang

meliputi; proses produksi, kapasitas alat produksi, fasilitas gedung,

ketersediaan bahan bakunya, tenaga ahli, jangkauan lokasi dan keamanan

lokasi

3.4. Aspek Hukum

Aspek hukum pada usaha formal biasanya menyangkut pada badan usaha,

perpajakan, dan kegiatan birokrasi lainnya. Namun untuk menilai dari

aspek hukum usaha informal kecil dan mikro lebih menitik beratkan pada

persoalan yang sederhana seperti status usaha (milik sendiri atau

kerjasama), status tempat usaha (milik sendiri, sewa, hak guna bangunan,

atau kaki lima), tempat tinggal menetap atau tidak usaha yang dijalankan

bertentangan dengan hukum atau tidak.

3. 5. Aspek Keuangan

Untuk mengetahui aspek keuangan calon mitra atau mitra KJKS wajib

mendata informasi keuangan mitra dan calon mitra. Berikut contoh

informasi keuangan yang diperoleh KJKS :

Tabungan pada Bank Rp 1.000.000,- (nama Bank Rasaksa )

Tabungan pada KJKS Rp 0

Piutang dagang Rp 0

Kas perhari ini Rp 1.000.000,-

27

Page 28: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Investasi usaha Rp 5.000.000 terdiri dari : warung

Pinjaman yang sedang berjalan ke pihak lain :

◊ Nama lembaga/perorangan buktikan dengan alat yang syah

◊ Besar pinjamaman lihat pada alat yang digunakan mitra

◊ Lama pinjaman, Besar angsuran & bunga :

Modal awal Rp. 500.000

Modal kerja sekarang Rp. 7.500.000

Aset Rp. 15.000.000

Kapasitas Pembelanjaan Rp. 500.000

Laba / Rugi

PendapatanOmzet hari/minggu/bulan Rp. 500.000

a.Keuntungan (% dan Rp.) Rp. 50.000 (10%)

b.Sumber pendapatan lain Rp. 20.000

Total Pendapatan (a+b) Rp. 70.000

Pengeluaran• Resiko Harian Rp. 25.000

• Transportasi belanja Rp. 15.000

• Biaya sekolah per hari Rp. 5.000

• Restribusi Rp. 3.000

• Angsuran pinjaman 0

• Arisan 0

• Gaji pegawai 0

• Gas dan atau minyak Rp. 50.000 perbulan

• Listrik Rp. 50.000 perbulan

• Telephon Rp. 100.000 perbulan

• Air dan atau PAM 0

• SPP Rp. 50.000 perbulan

• Asuransi 0

Lain – lain

28

Page 29: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Total pengeluaran harian Rp. 48.000

Total pengeluaran bulanan Rp. 200.000

Kemampuan simpan Rp. 38.000 perhariPrestasi pyd sebelumnya : …………………………………………

Perkembangan usaha : …………………………………………

Jumlah Plafond yg diajukan : Rp. 2.000.000

Kemampuan simpan (power saving) artinya dana sisa yang tidak

dipergunakan, kemungkinan dana sisa tersebut diputar ke modal kerja atau di

simpan pada pihak lain. Dari aspek keuangan jika pembiayaan Rp. 2.000.000

dan target pengembalian 50% dari power saving mitra mampu mengembalikan

pembiayaan dengan pola harian atau mingguan selama ± 130 hari atau ± 20

minggu (sesuai dengan total hutang mitra)

3.6. Aspek Sosial Ekonomi

KJKS/UJKS perlu melihat kondisi perekonomian secara jernih dan mampu

melihat sisi manfaat dan mudharatnya

KJKS/UJKS melihat berapa jumlah tenaga kerja yg terserap?

KJKS/UJKS harus mencermati bagaimana pengaruh usahanya terhadap

lingkungan?

KJKS/UJKS harus mengkaji lebih dalam apakah usahanya tidak

bertentangan dengan agama dan adat setempat?

KJKS/UJKS harus melihat sinergitas usaha calon mitra dengan mitra yang

sudah berjalan.

4. Aspek Penilaian Unsur 5 C

29

Page 30: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Penilaian unsur 5 C merupakan prinsip analisa pembiayaan yang harus dinilai

oleh KJKS/UJKS/BMT, sebagai alat analisa pembiayaan apakah calon mitra

layak atau tidak layak untuk dibiayai. Adapun unsur 5C adalah sebagai

berikut :

4.1 Character

Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon mitra, dengan tujuan untuk

mempertimbangkan kemungkinan bahwa mitra pengguna dana yang

mengajukan pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya. Untuk

mempertimbangkan karakter calon mitra atau mitra berdasarkan kajian pada

pembiayaan bermasalah adalah :

◊ Mencocokan hasil wawancara dengan data yang diperoleh

◊ Gaya bicara dalam wawancara; jika orang sudah menjelek-jelekan mitra

lainnya biasanya ada indikasi kurang baik

◊ Memandang nilai pembiayaan; jika calon mitra memandang remeh nilai

pembiayaan berarti tidak punya rencana usaha dan cenderung

menyembunyikan informasi usaha yang akurat

◊ Menyampaikan rencana usaha; calon mitra yang tidak punya rencana

usaha yang baik ingin selalu cepat dicairkan maka KJKS/UJKS harus cepat

cepat juga menolak pegajuannya

◊ Pergaulan di lingkungan warga

◊ Loyalitas dalam bekerjasama

◊ Pelayanan terhadap petugas lapang pada saat survey; hati-hati terhadap

service calon mitra yang berlebihan (petugas lapang dilarang menerima

oleh-oleh hasil survey)

◊ Jika mitra lama lihat prestasi pembiayaan sebelumnya

Penilaian karakter tidak dapat dilihat dan dirasakan dalam waktu yang singkat.

Pertimbangan diatas merupakan langkah-langkah umum yang terjadi dalam

transaksi pembiayaan.

4.2 Capacity

Penilaian secara subyektif tentang kemampuan mitra untuk melakukan

pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan prestasi mitra masa lalu

30

Page 31: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

yang didukung dengan pengamatan dl lapangan atas usaha mitra, cara

berusaha ataupun tempat berusaha. Kemampuan mitra dapat dilihat dari

analisa kelayakan usaha. Perlu dicermati dalam melihat kemampuan mitra jika

terjadi titik kritis, misalnya jika mitra tersebut sakit apakah ada yang

menggantikan usahanya, bila terjadi musibah dan lain sebagainya apakah ada

pendapatan lain yang dapat mengkaper pembayaran.

4.3 Capital

Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon mitra, yang

diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui rasio finansialnya

dan penekanan pada komposisi modalnya.

4.4 Conditions

Bagian pembiayaan KJKS/UJKS/BMT harus melihat kondisi perekonomian

secara umum khususnya yang terkait dengan jenis usaha calon mitra. Hal

tersebut dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai. Kasus yang

dapat kita lihat misalnya pada usaha wartel. Kondisi wartel saat ini sudah

sangat jenuh karena pulsa celuler lebih murah dan penggunaanya sangat

praktis sehingga kondisi seperti ini kurang baik untuk dibiayai, atau sebaliknya

kebutuhan akan bahan pokok tidak pernah jenuh dan sistem yang berjalan

cukup baik sehingga secara conditioning usaha ini cukup baik dibiayai.

4.5 Colateral

Colateral adalah jaminan milik calon mitra. Penilaian jaminan untuk lebih

meyakinkan jika suatu resiko kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan

dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Tetapi, colateral dalam KJKS

KJKS/UJKS/BMT lebih ditekankan pada faktor : kepercayaan, kedekatan

hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usahanya; sudah dikenal

karakternya sebagai anggota KJKS, dijamin oleh seseorang. Walaupun

demikian perlu adanya perangkat-perangkat dan dokumen dalam jaminan,

paling tidak jika mitra akan menjual barang yang dijaminkan atau pindah

31

Page 32: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

tempat tinggal, dapat diketahui KJKS, sehingga dapat menyelesaikan

pembiayaannya.

Bentuk jaminan dibagi dua yaitu :

1. Jaminan utama

Benda tak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Berdasarkan atas hak

kepemilikan atas tanah, maka terbagi menjadi :

♦ Akte Jual Beli, bukan merupakan tanda kepemilikan hak suatu

tanah. Untuk jaminan ini, pemohon wajib melengkapi Surat

Keterangan Riwayat tanah (SKRT) yang diketahui oleh

Lurah/Kepala Desa dan Camat dimana jaminan tersebut berada.

Surat ini menjelaskan sejarah pemindahalihan tanah sejak tahun

1961.

♦ Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai .

Untuk sertifikat selain hak milik, maka kepemilikan tanah

mempunyai jangka waktu tertentu.

Benda bergerak, seperti kendaraan, mesin, serta tagihan.

Kebijakan KJKS KJKS/UJKS/BMT tentang jaminan berupa

kendaran bermotor adalah :

♦ Usia kendaraan bermotor maksimal lima

tahun terhitung pada saat calon mitra mengajukan pembiayaan ke

KJKS/UJKS/BMT.

♦ Apabila kepemilikan kendaraan bermotor

tersebut berasal dari pihak lain yang dibeli oleh calon mitra dan

belum dibalik nama, maka calon mitra wajib menyertakan bukti

transaksi asli.

Benda tak berwujud, jaminan ini merupakan jaminan wajib berupa tabungan,

salahsatu syarat mendapat fasilitas pembiayaan adalah mitra membayar simpanan

pokok dan simpanan sukarela

2. Jaminan tambahan

Garansi atau jaminan kepercayaan atas pembiayaan yang diterima oleh mitra dari

pihak ketiga.

32

Page 33: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Avalist, adalah jaminan yang berupa uang simpanan penjamin di KJKS atau dana

lain yang dapat dibayarkan untuk mitra bila terjadi resiko kemacetan

Nilai jaminan materi minimal 125% dan atau sebanding dengan nominal

pembiayaan yang diajukan oleh calon mitra. Kepemilikan jaminan materi

harus milik keluarga inti. Yang dimaksud dengan keluarga inti adalah

suami/istri, anak, orang tua pemohon atau pemohon itu sendiri.

B.2 Keputusan Rapat Komite

Informasi dan tindak lanjut dari memorandum analisa pembiayaan (MAP)

adalah keputusan rapat komite yang dihadiri oleh Manajer, petugas lapang

(pendamping), dan administrasi pembiayaan. Hasil keputusan rapat komite

selanjutnya melakukan tahapan sebagai berikut :

• Petugas lapang (pendamping) menyampaikan hasil rapat komite

kepada Calon Mitra, bila disetujui dilanjutkan dengan proses berikutnya

• Melakukan kesepakatan lisan (terjadi wa’ad) dengan mitra yang terdiri

dari; pagu pembiayaan, nisbah atau margin, jangka waktu dan waktu

pencairan.

• Petugas lapang (pendamping) menyerahkan surat persetujuan

pembiayaan (SPP) kepada mitra untuk ditanda tangani.

• SPP yang telah ditanda tangani mitra diserahkan kepada Administrasi

yang selanjutnya dibuat akad.

• Pembiayaan siap diakadkan dan cairkan

SURAT PERSETUJUAN PEMBIAYAAN

Bismillahirrahmanirrahim Setelah mempertimbangkan berbagai aspek berdasarkan data yang diperoleh maka dengan memohon ridha Allah SWT komite memutuskan pembiayaan atas nama tersebut dibawah dan disetujui oleh yang bersangkutan untuk memfasilitasi pembiayaan dengan persetujuan sebagai berikut :Nama Mitra : …………………………………………………Alamat : …………………………………………………Peruntukan pembiayaan : …………………………………………………Akad pembiayaan : …………………………………………………Plafond pembiayaan : ...................................................................

33

Page 34: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Nisbah bagi hasil : …………………………………………………Harga beli pokok : …………………………………………………Margin keuntungan : …………………………………………………Total hutang : …………………………………………………Jaminan : …………………………………………………Tabungan : …………………………………………………

Jangka waktu pembiayaan : …………. mulai tanggal…………… s/d …Jenis angsuran : harian/mingguan/bulanan: Jumlah pengembalian

Pokok : ………………………………………………… Nisbah/margin : ………………………………………………… Cadangan tabungan : …………………………………………………

Peserta komite

Kolom persetujuan

Penandatanganan akad dan Pencairan

• Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil rapat komite, penandatangan

kredit dilakukan antara pihak KJKS dengan Mitra

• Pihak KJKS membacakan akad pembiayaan, dan Mitra menandatangani

setiap pasal yang disetujui dan telah dibacakan

• Setelah selesai penandatanganan, mitra menyerahkan slip pencairan kepada

teller.

34

PEJABAT KJKS MITRA PEMBIAYAAN

Page 35: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

• Teller memnghitung dan menyerahkan uang serta kartu angsuran kepada

Mitra. Protes atas selisih dana yang diterima mitra, hanya diterima bila mitra

masih berada dalam lingkungan KJKS atau sebelum meninggalkan KJKS.

BAB VMonitoring Dan Evaluasi

A. Tujuan

Kegiatan monitoring dan evaluasi sangat penting dilakukan setelah pencairan

pembiayaan dilakukan. Tujuan monitoring dan evaluasi yaitu agar pelaksanaan

sistem dan prinsip-prinsip yang telah disosialisasikan dapat selalu terjaga dan

terkendali dalam pelaksanaan sehari-hari di lapangan.

35

Page 36: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Tindak Lanjut (Pendampingan)

Melakukan pendamping dan monitoring kepada Mitra

1. Mencocokan penggunaan dana dengan daftar kebutuhan

2. Menjalin hubungan emosional

3. Melihat perkembangan usaha

4. Memberikan informasi seputar KJKS dan Mitra

5. Membantu menyetorkan angsuran (sesuai jadwal angsuran)

6. Mencatat angsuran pada kartu yang dipegang oleh Mitra

7. Memperkecil resiko keterlambatan angsuran

8. Dauroh dan rekreasi rohani sebagai sarana pembelajaran bagi KJKS

dan Sahabat Muamalah / Mitra

Administrasi membuat laporan prestasi mingguan dan mencocokan dengan

pendamping lapangan untuk segera memperbaiki kekeliruan pada pengelola bila

terjadi kesalahan dan memperbaiki kelalaian mitra bila terjadi keterlambatan .

B. Mengidentifikasi Risiko

Pembiayaan yang diberikan kepada mitra tidak semua berjalan baik dalam

pengembaliannya. Walaupun sudah melakukan analisa kelayakan usaha dan

analisa pembiayaan secermat mungkin, keterlambatan angsuran selalu ada

yang mengakibatkan munculnya risiko. Hal demikian adalah suatu yang wajar

dalam menjalankan usaha terutama pada lembaga keuangan, karena aktiva

terbesarnya ada pada outstanding. Untuk mengidentifikasi risiko KJKS perlu

melakukan penilaian kolektibilitas dan mengitung portofolio berisiko.

Kolektibilitas untuk melihta tingkat bermasalah pada saat terjadi tunggakan,

edangkan portofolio berisiko menganalisa, memprediksi dan memperkirakan

kejadian yang akan datang sehingga KJKS/UJKS/BMT dapat melakukan

pengobatan sejak dini

B. 1. Kolektibilitas

Kolektibilitas dikatagorikan pada empat katagori :

1. Kolektibiltas I (Pembiayaan Lancar)

36

Page 37: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

Adalah pembiayaan yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok

pinjaman dan pembayaran margin atau bagi hasil. (Jumlah tunggakan : 0).

2. Kolektibilitas II (Pembiayaan Dalam Perhatian)

Adalah pembiayaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran margin

atau bagi hasil telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang

dijanjikan (jumlah hari tunggakan 1 – 90 hari).

3. Kolektibilitas III (Kurang Lancar)

Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran

margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan selama enam bulan atau

dua kali dari jadwal yang di perjanjikan (Jumlah hari tunggakan 91 – 180).

4. Kolektibilitas IV (Pembiayaan Diragukan)

Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran

margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan 9 bulan sejak jatuh

tempo menurut jadwal yang diperjanjikan (Jumlah hari tunggakan 181 – 270

hari), namun masih ada jaminan yang dapat ditukar sebagai pengganti

pembayaran

5. Kolektibilitas V (Pembiayaan Macet)

Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran

margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan lebih dari 9 bulan sejak

jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikan. (Jumlah hari tunggakan > 270

hari).

B.2. Penilaian Keterlambatan Dan Akibatnya

Penilaian keterlambatan angsuran dengan sistem perhitungan portofolio berisiko

bertujuan untuk :

37

Page 38: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

1. Untuk memprediksi dan memperkirakan kondisi dimasa yang akan datang

perlu melakukan perhitungan atas keterlambatan pembayaran.

2. Melakukan tindakan prepentif

3. Memerkecil tingkat resiko sejak dini

4. Pembiayaan yang menunjukkan gejala bermasalah di kemudian hari dan jika

dibiarkan dapat merugikan KJKS bahkan menimbulkan bahaya yang disebut

pembiayaan beresiko.

Pembiayaan beresiko dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Mengklasifikasikan tingkat keterlambatan ke dalam kelompok

Lambat 1 – 30 hari (portofolio berisiko 1)

Lambat 31 – 60 hari (portofolio berisiko 2)

Lambat 61 – 90 hari (portofolio berisiko 3)

Lambat 91 – 120 hari (portofolio berisiko 4)

Lambat > 120 hari

b. Membandingkan piutang dan pembiayaan bermasalah pada periode

tersebut dengan total piutang dan pembiayaan dengan cara:

1) Keterlambatan 1 – 30 hari

%100Pembiayaandan Piutang Total

Bermasalah piutang Jumlahx

pembiayaandan

2) Keterlambatan 31 – 60 hari

%100Pembiayaandan Piutang Total

Bermasalah piutang Jumlahx

pembiayaandan

3) Keterlambatan 61 – 90 hari

%100Pembiayaandan Piutang Total

Bermasalah piutang Jumlahx

pembiayaandan

4) Keterlambatan 91 – 120 hari

%100Pembiayaandan Piutang Total

Bermasalah piutang Jumlahx

pembiayaandan

38

Page 39: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

5) Keterlambatan lebih dari 120 hari

%100Pembiayaandan Piutang Total

Bermasalah piutang Jumlahx

pembiayaandan

Untuk mencegah terjadinya resiko pembiayaan yang berakibat pada pembiayaan

tak tertagih dimasa yang akan datang KJKS/UJKS/BMT perlu membuat, melihat

dan menganalisa kondisi perkembangan portofolio setiap hari yang

disederhanakan dalam informasi portofolio.

39

Page 40: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

CONTOHINFORMASI PORTOFOLIO KJKS

Per tanggal 30 des 06

Nama Plafond TanggalJangk

a Angsuran Jumlah Saldo 1x

tunggakan

2x tunggak

an

3x tunggak

an kelewatanOutstandi

ngNo. Mitra

pembiayaan Pencairan Waktu Pokok Angsuran

pembiayaan

kode Lancar 1 - 30 hr

31 - 60 hr

61 - 90 hr > 120 protofolio

Pinjaman(bula

n) per bulanyg

Diterima Koll L KL R M TT beresiko

1Ridha 2,5

00,000 20-Mar-

2006

12 208,

333 1,87

5,000 625

,000 L 1,875,0

00.00

- -

-

-

-

2Rajin 4

00,000 20-Mar-

2006

12 33,

333 40

0,000

- L 400,0

00.00

- -

-

-

-

3Maben 5

00,000 20-Mar-

2006

10 50,

000 10

0,000 400

,000 TT

-

- -

-

400,000

400,000

4Aspin 2,0

00,000 4-Apr-

2006

12 166,

667 10

0,000 1,900

,000 TT

-

- -

-

1,900,000

1,900,000

5 Jahal 2,500,000

4-Apr-2006

10

250,000

1,250,000

1,250,000 TT

-

-

-

-

1,250,000

1,250,000

6 Lami 7

50,000 4-Apr-

2006

10 75,

000 60

0,000 150

,000 KL

- 7

5,000 -

-

-

150,000

7 Sami 1,0

00,000 10-Apr-

2006

10 100,

000 80

0,000 200

,000 KL

- 1

00,000 -

-

-

200,000

9 Iyas 2,500,000

10-Apr-2006

8

312,500

775,500

1,724,500 TT

-

-

-

-

1,724,500

1,724,500

10 Tarsok 1,0

00,000 20-Apr-

2006

9 111,

111 25

0,200 749

,800 TT

-

- -

-

749,800

749,800

11 Bolag 4,000,000

20-Apr-2006

5

800,000

1,568,000

2,432,000 TT

-

-

-

-

2,432,000

2,432,000

12 Napa 3,5

00,000 20-Apr-

2006

10 350,

000 35

0,000 3,150

,000 TT

-

- -

-

3,150,000

3,150,000

13 Poho 7

50,000 20-Apr-

2006

10 75,

000 37

5,000

375,000 M

-

- -

225,000

-

375,000

14Nandeh 1,0

00,000 10-May-

2006

10 100,

000 50

0,000 500

,000 R

-

- 200,000

-

-

500,000

15 Lahab 2,000,000

4-May-2006

4

500,000

500,000

1,500,000 TT

-

-

-

-

1,500,000

1,500,000

1

Page 41: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

16

Hidayah

2,500,000 10-Jun-

2006

8

312,500

1,875,000

625,000 L

1,875,000

.00

- -

-

-

-

Total 15,581,300. TT

4,150,000

175,000

200,000

225,000

13,106,300

14,331,300,00

Portofolio beresiko %

- -

-

91,98%

2

Page 42: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

INFORMASI PORTOFOLIO (Portfolio Information)

Bulan Nama Proyek :Nomor Kontrak :Nama Organisasi :

1 Total nilai pembiayaan yang disalurkan periode ini (Rp) 2 Total Jumlah pembiayaan (akad) yang disalurkan periode ini 3 Jumlah peminjam aktif sampai dengan akhir periode(orang) 4 Rata-rata jumlah pembiayaan aktif (orang) 5 Saldo Pembiayaan (Rp) 6 Nilai angsuran dari tunggakan sampai akhir periode(Rp) 7 Saldo pembiayaan yang mempunyai tunggakan sampai akhir periode (Rp) 8 Nilai pembiayaan yang dihapuskan periode ini (Rp) 9 Rata-rata besarnya pembiayaan pertama periode ini (Rp)

10 Rata-rata jangka waktu pembiayaan periode ini(Bulan) 11 Rata-rata petugas lapangan periode ini (credit officer)

Resiko Atas Pinjaman Portofolio (Loan Portfolio at Risk)

Periode Jumlah

AnggotaOutstanding Portofolio

Portofolio Beresiko

Cadangan pinjaman

tak tertagih

Jumlah cadangan pinjaman

tak tertagih

Keterlambatan Jatuh Tempo (Rp) (%) (%) = (b * d)

(a) (b) (c) (d) (e) 1 Lancar a1 b1 0%

2Tertunggak 1-30 hari a2 b2 b2/T2 10%

3Tertunggak 31-60 hari a3 b3 b3/T2 25%

4Tertunggak 61-90 hari a4 b4 b4/T2 50%

5Tertunggak 91-120 hari a5 b5 b5/T2 75%

6Tertunggak >120 hari a6 b6 b6/T2 100%

T o t a l (T) T1 T2 T3 T4

Diisi oleh :

Tanggal Diterima :

Diperiksa oleh :

Disetujui Oleh :

1

Page 43: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

BAB VIPENANGANAN PEBIAYAAN

BERMASALAH

Terhadap pembiayaan bermasalah perlu dilakukan pembenahan, dimana

pendamping mencari jalan keluar baik dalam bentuk preventif maupun kuratif atas

ketidaklancaran pembiayaan yang mungkin terjadi dikemudian hari. Tujuan

pembenahan pembiayaan dalam bentuk preventif adalah untuk memperbaiki

kolektibilitas pembiayaan dalam upaya penyelamatan karena adanya perubahan

situasi dan kondisi. Jika tidak dilakukan perubahan perjanjian pembiayaan, maka

dikhawatirkan pembiayaan akan menjadi bermasalah bahkan dapat menjadi

macet. Pembenahan dalam bentuk preventif adalah dengan melakukan perubahan

pembiayaan melalui :

A.RESTRUCTURING (Penataan kembali)

Ada tiga bentuk penataan kembali yaitu :

1. Suplesi

Mitra boleh mengambil kembali sisa baki debet selama masih dalam jangka

waktu pembiayaan yang disetujui dalam akad.

2. Novasi

Perjanjian antara KJKS dengan mitra yang menyebabkan pembiayaan lama

menjadi hangus. Novasi Subyektif Pasif terjadi apabila mitra baru ditunjuk

untuk menggantikan lama yang oleh KJKS/UJKS/BMT dibebaskan dari

perikatannya. Kewajiban mitra lama otomatis pindah kepada mitra baru.

Mitra lama tidak dapat dituntut kecuali telah diperjanjikan secara tegas di

awal. Atau pada saat penggantian mitra tersebut sudah dalam keadaan

bangkrut.

3. Pembaruan pembiayaan

Hal ini bukan merupakan pembaruan perjanjian yang menyebabkan

perjanjian lama menjadi hangus dengan adanya perjanjian baru. Namun

2

Page 44: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

merupakan tindakan terhadap suatu fasilitas pembiayaan yang diberikan

dengan ketentuan :

a. mitra masih belum sanggup melunasi pembiayaan yang telah diterima

sehingga ybs diberi kesempatan untuk memperoleh pembiayaan dengan

maksimal plafon sama seperti pembiayaan semula.

b. mitra tidak diperbolehkan mengambil kembali sisa baki debet dari

pembiayaan terdahulu.

Atas kedua hal di atas, KJKS/UJKS/BMT perlu menilai ulang terhadap

kemampuan mitra terutama dalam penyesuaian dengan saldo pembiayaan

yang ada.

B.RESCHEDULING (Penjadualan kembali)

Hal ini dilakukan apabila terjadi ketidakcocokan jadwal angsuran yang dibuat

Pendamping dengan kemampuan dan kondisi mitra. Pemecahannya adalah

dengan mngevaluasi dan analisis kembali seluruh kemampuan usaha mitra

sehingga cocok dan tepat dengan jadual yang baru. KJKS/UJKS/BMT tidak

perlu meneliti ulang tentang jaminan dan segala bentuk perijinan yang ada.

Penjadwalan ulang dapat dilakukan dengan merubah jangka waktu

pembiayaan, penanggalan, grace period (waktu tangguh), dan jumlah angsuran.

C. RECONDITIONING (Persyaratan kembali)

KJKS/UJKS/BMT melakukan tidakan ini terhadap mitra apabila terdapat :

a. Perubahan kepemilikan usaha

b. Perubahan jaminan, apakah dalam hal bentuk, harga, maupun status. Hal

ini akan mempengaruhi Collateral Coverage pembiayaan.

c. Perubahan pengurus

d. Perubahan nama dan status perusahaan

Keempat hal di atas akan menyebabkan perubahan penanggungjawab

pembiayaan dan perubahan status yuridis perusahaan yang mungkin tidak tepat

lagi dengan perjanjian semula.

Pembenahan pembiayaan secara preventif ini oleh pendamping tetap harus

diajukan kepada panitia pembiayaan untuk disetujui. Setelah disetujui, maka

3

Page 45: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

proses berikutnya sama seperti proses pembiayaan terhadap mitra baru. Terhadap

pembiayaan yang menunggak antara 1 - 4 bulan, Pendamping harus memberikan

surat pemberitahuan tunggakan. Apabila dalam jangka waktu tertentu mitra tetap

tidak menyelesaikannya, maka pendamping dapat mengalihkan mitra tersebut ke

bagian Hukum dan Remedial. Penanganan mitra pembiayaan bermasalah oleh

bagian Hukum dan Remedial berbeda perlakuaya dengan pendamping. Oleh

karena itu sebelum pembiayaannya dialihkan, mitra harus terlebih dahulu

diberitahu hal tersebut. Wewenang bagian Hukum dan Remedial adalah

menyelesaikan tunggakan mitra. Jika kolektibilitas pembiayaannya telah lancar

kembali, maka dapat diserahkan lagi kepada pendamping.

Monitoring dan evaluasi (Monev) meliputi tiga hal utama, yakni :

1. Monev Perkembangan Usaha Mitra

Kegiatan ini menyangkut perkembangan usaha mitra setelah mendapatkan

pembiayaan dari KJKS/UJKS/BMT. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian,

antara lain : omzet usaha, kualitas produk, dan tingkat keuntungan

2. Monev Administrasi Keuangan

Aktivitas ini lebih difokuskan pada pelaksanaan alur keuangan dan

pencatatannya. Selain itu, juga untuk melakukan pengawasan atas penggunaan

dan penyaluran dana. Monev dimaksudkan juga untuk melihat perkembangan

keuangan KJKS/UJKS/BMT sendiri dalam rangka mencapai kemandirian.

3. Monev Organisasi

Dalam upaya menjaga pelaksanaan sistem yang telah ditetapkan, maka perlu

adanya monev dari sisi organisasi. Ada dua hal yang harus selalu termonitor,

yakni : pada tingkat lapangan (mitra/anggota, daan A/O) dan di level pusat,

yakni untuk semua staf KJKS/UJKS/BMT.

Catatan :

Dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah walaupun dengan tindakan seperti

diatas maka biaya yang dikeluarkan oleh KJKS tetap mahal oleh sebab itu perlu

adanya pencegahan sejak dini dan prinsipnya adalah bahwa KJKS bukan

4

Page 46: 95503087 Panduan Pembiayaan BMT

melakukan cara efektif untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tetapi

bagaimana melakukan pembiayaan berkwalitas. Berikut perbandingan kerja

pencegahan dan pengobatan

Pencegahan Pengobatan

Mengumpulkan data yang akurat tentang calon / mitra Menganalisa kelayakan usaha dan kelayakan pembiayaan dengan tepat dan cermat ( MAP diisi lengkap termasuk 5C ) Adanya komunikasi yang baik antara manajemen dengan petugas lapang dan antara bagian adm dengan AO (laporan kolektibilitas) Pengawasan dan pembinaan intensif dan berkelanjutan Sisdur yang jelas Ketegasan perjanjian / commit to akad Remedial on time Pelatihan untuk SDM supaya dapat memahami system Selektif dalam memilih mitra Memberikan pinjaman sesuai kebutuhan Adanya agunan Tanggung renteng Catab / sisuka Tabungan kelompok bagi kelompok Asuransi Jaminan liquid

Tagih terus menerus Penyisihan cadangan penghapusan piutang Penghapusan piutang Droping untuk menutupi kerugian keterlambatan (perubahan mitra baru) Penjadwalan ulang Pembiayaan ulang Eksekusi jaminan Mencari lembaga donor

BAB VII

PENUTUP

5