94379712 bab 9 struktur pasar
TRANSCRIPT
STRUKTUR PASAR
Dalam pembahasan mengenai struktur pasar, dimana akan dibahas
mengenai persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistik, dan
oligopoli. Dimana masing-masing struktur pasar mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
A. Pasar Persaingan Sempurna
Karakteristik pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah
suatu pasar dimana1:
(a) Jumlah produsen banyak dan volume produksi setiap produsen hanya
merupakan bagian (share) yang kecil dari volume transaksi total di dalam
pasar, sehingga masing-masing produsen tidak mampu menentukan harga.
(b) Produk yang dihasilkan oleh para produsen adalah bersifat homogen,
sehingga produksi satu produsen merupakan subtitusi yang sempurna bagi
produksi produsen lain.
(c) Setiap pelaku dalam pasar dapat mendapatkan informasi pasar yang tepat
dan sempurna (perfect information), sehingga setiap pelaku dalam pasar
mampu membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia di pasar.
(d) Produsen sebagai price taker, dimana tidak dapat menetapkan harga.
Karena harga sepenuhnya ditentukan berdasarkan tarikan permintaan-
penawaran di pasar, sehingga setiap produsen menetapkan harga
berdasarkan mekanisme harga yang terjadi di pasar.
(e) Kebebasan untuk masuk dan keluar (free entry and exit), dimana setiap
perusahaan mempunyai kebebasan untuk masuk dan keluar dalam suatu
industri. Perusahaan baru bebas untuk masuk ke dalam industri tanpa
adanya hambatan dari para pemain lama. Begitu pula perusahaan lama
memiliki kebebasan untuk keluar dari industri tersebut apabila melihat
potensi pasar yang semakin kecil.
1 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar Ed. 3 (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 166
165
Ketiga sifat utama dari pasar persaingan sempurna ini mempunyai
implikasi2:
(1) Seorang produsen (secara individual) tidak bisa mempengaruhi harga
pasar yang berlaku; harga ditentukan oleh “pasar” untuknya
(2) Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang produsen adalah garis lurus
horisontal, yang berarti bahwa dia bisa menjual output berapa pun pada
tingkat harga yang berlaku tanpa mengakibatkan penurunan harga jual
(3) Macam keputusan yang perlu diambil oleh seorang produsen (untuk
mencapai keuntungan maksimum atau posisi equilibriumnya) adalah
berapa volume output yang harus ia produksikan/jual; sedang harga
jualnya sudah ditentukan oleh pasar
Dalam pembahasan mengenai bekerjanya pasar persaingan sempurna,
dalam teori dibedakan antara3:
a. Keseimbangan (equilibrium) produsen secara individual
b. Keseimbangan (equilibrium) pasar, yaitu posisi keseimbangan antara
penawaran dan permintaan di pasar tersebut.
Produsen secara individual dikatakan mencapai posisi equilibrium bila
keuntungan perusahaannya maksimum. Suatu pasar persaingan sempurna
dikatakan mencapai posisi equilibrium bila (a) semua perusahaan ada dalam
posisi equilibrium dan; (b) jumlah total dari output-output perusahaan yang
masing-masing berada pada posisi equilibrium tersebut sama dengan jumlah
total yang dikehendaki para konsumen.
Dari segi perspektif jangka waktu analisa mengenai bekerjanya pasar
persaingan sempurna dibedakan antara4:
Analisa jangka pendek (short run), yaitu dimana dianggap bahwa setiap
produsen tidak bisa menambah kapasitas pabriknya dan tidak mungkin
bagi produsen-produsen baru untuk masuk ke dalam pasar.
2 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 2283 Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), h. 1084 Robert S Pyndick dan Daniel L Rubinfeld, Microeconomics (New York: Prentice Hall, 2001), h. 258
166
Analisa jangka panjang (long-run), yaitu dimana dimungkinkan adanya
baik perluasan kapasitas oleh perusahaan-perusahaan yang telah ada
maupun pembangunan pabrik-pabrik baru oleh produsen-produsen baru
yang masuk ke dalam industri tersebut.
Sehingga jangka waktu yang dimaksud di sini bukanlah perspektif
lamanya waktu yang digunakan. Melainkan yang menjadi perbedaan apakah
faktor produksi yang digunakan itu konstan atau berubah. Pasar persaingan
sempurna memberikan penjelasan tentang prilaku perusahaan dalam dunia
ideal, dimana perusahaan dapat berproduksi dalam skala yang efisien dengan
harga output barang yang termurah.
1. Keseimbangan Pasar Jangka Pendek
Dalam persaingan sempurna perusahaan adalah price taker dan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pasar hanya dengan merubah
jumlah yang diproduksinya. Dalam jangka pendek perusahaan hanya
mempunyai satu atau lebih faktor tetap, dan satu-satunya cara untuk merubah
outputnya adalah dengan menggunakan lebih banyak atau lebih sedikit faktor
yang dapat diubahnya. Jadi, kurva biaya perusahaan dalam jangka pendek
adalah relevan dengan keputusan output yang diambilnya. Ada dua syarat yang
harus dipenuhi agar perusahaan berada dalam keseimbangan :
a. Perusahaan sebaiknya hanya berproduksi, paling tidak, bila biaya variabel
(VC) adalah sama dengan penerimaan total (TR), atau biaya variabel rata-
rata (AVC) sama dengan harga (P). Dalam kondisi ini perusahaan hanya
menanggung kerugian biaya tetap (FC), dimana biaya ini dengan atau tanpa
produksi tetap harus dikeluarkan. Tetapi jika AVC lebih kecil dari harga
maka perusahaan tidak mampu menutupi lagi beban biaya tetap. Kegiatan
produksi hanya menambah beban, karena itu produksi sebaiknya dihentikan.
b. Perusahaan memproduksi pada saat MR = MC agar perusahaan memperoleh
laba maksimum atau, dalam kondisi buruk, kerugiannya minimum
(minimum loss)
167
Dalam jangka pendek, terdapat tiga kemungkinan dalam corak keuntungan
perusahaan:
i. Mendapat untung luar biasa (super normal)
ii. Mengalami kerugian, tetapi masih dapat beroperasi.
iii. Mengalami kerugian, dimana harus menutup perusahaan.
Keuntungan super normal
Perusahaan akan mendapat keuntungan super normal apabila harga
adalah lebih tinggi dari ongkos rata-rata yang paling minimum. Jadi apabila
harga adalah pada Po perusahaan akan mendapat keuntungan luar biasa.
Keuntungan ini dicapai pada waktu jumlah produksi adalah Qo dan besarnya
keuntungan adalah sebesar kotak yang diarsir. Keuntungan seperti ini hanya
akan berlaku dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang adanya keuntungan
tersebut akan menarik masuknya perusahaan-perusahaan baru dalam industri.
Kerugian Masih Beroperasi
Terdapat dua kondisi perusahaan yang mengalami kerugian, yaitu
dimana perusahaan tersebut masih dapat beroperasi dan kondisi yang kedua
perusahaan harus tutup atau membubarkan perusahaan. Untuk kondisi yang
pertama, menunjukkan keadaan yang dinyatakan yaitu harga adalah lebih
168
Gambar. 9.1. Keuntungan Super Normal
MR = AR = P = DPo
0
AC
MC
Qo
rendah dari biaya total rata-rata, tetapi lebih tinggi dari biaya variabel rata-rata.
Gambaran seperti ini berarti perusahaan memperoleh hasil penjualan yang
melebihi biaya variabel yang dikeluarkannya, tetapi kelebihan tersebut belum
dapat menutupi biaya tetapnya. Dalam keadaan yang seperti ini perusahaan
akan meneruskan usahanya, karena kalau tidak ia akan mengalami kerugian
yang lebih besar lagi yaitu sebanyak biaya tetap yang dikeluarkannya. Kondisi
dapat tergambarkan dalam gambar 9.2.
Kerugian Harus Tutup
Sementara kondisi kerugian yang kedua adalah perusahaan harus
menutup usahanya, karena hasil penjualannya tidak dapat menutupi biaya
produksinya baik biaya tetap maupun biaya variabel. Keadaan yang seperti ini
akan berlaku apabila hasil penjualan hanyalah sebesar atau kurang dari biaya
variabel. Kondisi ini terlihat dalam gambar 9.3.
169
Gambar 9.2.Kerugian Masih dapat Beroperasi
MR = AR = P =DPo
0
AC
MC
Qo
AVC
2. Keseimbangan Pasar Jangka Panjang
Dalam jangka panjang kondisi yang dapat dicapai perusahaan adalah
kondisi keuntungan normal (break even point). Sebab bila terjadi keuntungan
super normal, maka hal ini akan menyebabkan banyak perusahaan akan masuk,
sehingga keuntungan yang diperoleh semakin lama akan semakin menurun.
Kondisi yang sama akan terjadi pada saat kerugian, dimana kerugian akan
menyebabkan banyak perusahaan keluar, sehingga kerugian semakin lama akan
semakin menurun. Inilah yang menyebabkan dalam jangka panjang hanya
keuntungan normal saja yang diperoleh perusahaan.
170
Gambar 9.3.Kerugian Harus Tutup
MR = AR = P =DPo
0
AC
MC
Qo
AVC
Gambar 9.4.Keuntungan Jangka Panjang
MR = AR = P =D
Po
0
ACMC
Qo
Konsekuensi model pasar persaingan sempurna bagi masyarakat adalah
pasar ini memberikan tingkat kemakmuran dan kenikmatan yang maksimal,
karena5:
1. Harga jual output produk barang dan jasa yang termurah, sebab skala
produksi perusahaan yang lebih efisien dibandingkan dengan struktur
pasar yang lain.
2. Jumlah output paling banyak sehingga rasio output per penduduk
maksimal, karena setiap penduduk memperoleh barang dan jasa yang
dibutuhkan dan ini berarti kemakmuran maksimal.
3. Masyarakat merasa nyaman dalam mengkonsumsi karena tidak perlu
membuang waktu untuk memilih barang dan jasa (produk yang
homogen) dan tidak takut ditipu dalam kualitas dan harga (informasi
sempurna).
4. Diproduksikan barang-barang yang diperlukan konsumen dengan
ongkos produksi yang minimum, berarti semua skala ekonomis telah
dimanfaatkan, hal ini tergambar pada AC minimum.
Namun demikian, model pasar persaingan sempurna memiliki beberapa
kelemahan, yaitu6:
a. Kelemahan dalam hal asumsi, dimana asumsi-asumsi yang digunakan
mustahil untuk terwujud dalam dunia nyata.
b. Kelemahan dalam pengembangan teknologi, sebab perusahaan tidak
mempunyai dana cukup untuk kegiatan riset dan pengembangan
produknya. Padahal kegiatan ini dibutuhkan untuk memperoleh
teknologi produksi yang meningkatkan efisiensi produksi.
c. Konflik efisiensi-keadilan, dimana pasar persaingan sempurna sangat
menekankan efisiensi, tetapi dalam dunia nyata hal ini menimbulkan
masalah ketidakadilan.
d. Ada faktor-faktor external economies dan diseconomies, yang ternyata
tidak tercakup dalam perhitungan welfare optimum tersebut.
5 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 2576 Ibid, h. 259
171
e. Persaingan sempurna ada kalanya menimbulkan biaya sosial kepada
masyarakat, karena ada biaya sosial yang tidak tercakup dalam biaya
perusahaan.
f. Adanya barang-barang yang hanya bisa dinikmati dan diproduksi secara
kolektif (bersama-sama) dan tidak diperjualbelikan di pasar (misalnya:
keamanan, penegakan hukum, dan sebagainya).
B. Pasar Monopoli
Struktur pasar yang kedua adalah struktur pasar monopoli. Monopoli
adalah suatu keadaan dimana di dalam pasar hanya ada satu penjual sehingga
tidak ada pihak lain yang menyainginya7. Ini adalah kasus monopoli murni atau
pure monopoly. Ciri-ciri monopoli adalah8:
1. Produsen sebagai price maker (yang menciptakan harga)
2. Adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry) ke dalam industry
tersebut
3. Produk yang dihasilkan oleh produsen adalah mempunyai ciri khas yang
tidak terdapat pada produk lain
4. Produksi produsen bagian besar dari volume transaksi total
Dalam kenyataan sulit untuk mendapatkan suatu kasus monopoli yang
murni tanpa adanya unsur persaingan sama sekali. Sebab seringkali yang terjadi
ada persaingan yang bersifat tidak langsung, misalnya jasa transportasi kereta
api yang dikelola oleh PT KAI, meskipun mereka mempunyai monopoli dalam
jasa transportasi kereta api, namun mereka mempunyai pesaing dari jasa
transportasi yang lain seperti pesawat udara dan bus. Suatu perusahaan tidak
memiliki pesaing karena adanya hambatan (barriers to entry) bagi perusahaan
lain untuk memasuki industri yang bersangkutan. Dilihat dari penyebabnya,
hambatan masuk dikelompokkan menjadi hambatan teknis (technical barriers
to entry) dan hambatan legalitas (legal barriers to entry).
Monopoli dapat terjadi pada beberapa aspek, yaitu:
7 Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), h. 1258 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 266
172
i. Monopoli usaha, yaitu monopoli yang dilakukan perusahaan karena
menguasai produksi dan penjualan suatu produk atau jasa secara
sendiri/tanpa saingan di suatu pasar.
ii. Monopoli perusahaan, yaitu monopoli yang dilakukan oleh satu
kelompok usaha yang terdiri atas beberapa perusahaan yang
menghasilkan produk yang relatif sama
iii. Monopoli pangsa pasar, yaitu monopoli yang dilakukan oleh perusahaan
yang telah menguasai pangsa pasar di atas 50% dan perusahaan tersebut
menjadi pemimpin harga untuk produk yang sama dihasilkan dan dijual
di pasaran.
Hambatan teknis disebabkan oleh beberapa hal9:
a. Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus yang
memungkinkan berproduksi sangat efisien.
b. Tingginya tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan monopolis
mempunyai kurva biaya (MC dan AC) yang menurun. Makin besar
skala produksi, biaya marjinal makin menurun, sehingga biaya produksi
per unit (AC) makin rendah.
c. Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi, baik
berupa sumber daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi
produksi.
d. Perusahaan menemukan atau mempunyai teknologi khusus, sehingga
memungkinkan perusahaan dapat memproduksi barang yang berbeda
dan secara efisien.
Sementara hambatan legalitas (hukum) disebabkan oleh10:
a. Undang-undang dan hak khusus
Dimana suatu perusahaan mendapatkan hak monopoli oleh pemerintah
melalui perangkat peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Indonesia
telah memiliki perangkat peraturan ini dalam UU No. 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
9 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 18310 Ibid, h. 184
173
b. Hak paten atau hak cipta
Hak paten atau hak cipta diberikan kepada seseorang yang mempunyai
kemampuan khusus dalam menciptakan suatu inovasi, sehingga ia
mendapatkan hak monopoli atas inovasinya.
Implikasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang perlu diperhatikan
adalah bahwa dalam pasar monopoli11:
a. Hilang atau berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen, hal ini terjadi
karena volume produksi lebih kecil dari volume output yang optimum,
inefisiensi ini menimbulkan kesejahteraan konsumen yang semakin
berkurang.
b. Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pemilik faktor produksi.
Konsumen dirugikan karena harga jual di atas harga keseimbangan bila
berdasarkan mekanisme pasar. Sementara bagi pemilik faktor produksi
dirugikan oleh dengan dibayarnya faktor produksi dengan harga yang
lebih rendah dari nilai pasar output.
c. Memburuknya kondisi makroekonomi nasional, sebab jumlah output riil
industri lebih sedikit daripada kemampuan sebenarnya. Karena tidak
seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan kapasitas produksi maka
akan menimbulkan pengangguran maupun faktor produksi yang lain. Hal
ini akan berdampak buruk bagi perekonomian secara keseluruhan.
d. Memburuknya kondisi perekonomian internasional, hal ini terjadi karena
munculnya inefisiensi. Sesuai dengan tuntutan dalam perdagangan bebas
dimana efisiensi adalah faktor penentu. Monopoli yang menimbulkan
inefisiensi adalah buruk bagi kondisi perekonomian internasional.
Ada beberapa kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah untuk
mengurangi efek-efek negatif monopoli12.:
11 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 29312 Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), h. 131
174
a. Melalui penetapan Undang-undang Anti-Trust.
b. Pemerintah mendirikan perusahaan tandingan di dalam pasar tersebut
dengan tujuan untuk memberi persaingan kepada si monopolis untuk
membatasi kekuasaan monopolinya.
c. Membuka kran impor sehingga barang-barang buatan luar negeri bisa
memberikan persaingan kepada barang-barang dalam negeri.
d. Dengan membuat ketentuan khusus terhadap operasi perusahaan
monopoli, misalnya menetapkan harga yang seharusnya di bawah harga
monopolis, atau dengan penetapan tingkat output yang optimum bagi
masyarakat. Dapat pula dengan mengenakan pajak kepada monopolis.
Tetapi monopoli tidak selalu lebih buruk daripada persaingan sempurna,
yaitu bila kita lihat dari segi-segi lain13:
a. Monopoli mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi-inovasi baru
dalam produknya. Sebab keuntungan monopoli yang didapatkan oleh
mereka dipergunakan untuk tujuan penelitian dan pengembangan.
Seperti yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter bahwa faktor
pengusaha yang cenderung untuk selalu melakukan inovasilah yang
mampu mendorong pertumbuhan.
b. Dalam kasus monopoli alamiah, dimana luas pasar terbatas dan skala
ekonomis yang besar, maka sangat tidak efisien bila diharapkan dalam
bentuk industri persaingan sempurna. Sebab bila dipaksakan yang terjadi
justru timbulnya banyak perusahaan kecil, dimana masing-masing
perusahaan kecil ini tidak bisa memanfaatkan skala ekonomis yang
besar, hal ini akan menyebabkan industri menjadi tidak efisien.
1. Keseimbangan Jangka Pendek
Sebagaimana halnya perusahaan yang perusahaan yang bergerak dalam
pasar persaingan sempurna, perusahaan monopoli juga harus menyamakan MR
13 Zubair Hasan, Introductions to Microeconomics: An Islamic Perspective (Selangor: Prentice Hall, 2007), h. 215
175
dengan MC agar mencapai laba maksimum, seperti yang digambarkan pada
gambar 9.5.
Pada gambar 9.5., laba maksimum tercapai pada output Q*, di mana
MR = MC. Besar laba seluas bidang AP*BC. Jika output lebih kecil dari Q*,
misalnya Q1, laba perusahaan belum maksimum sebab MR > MC. Sebaliknya
jika output lebih besar dari Q*, misalnya Q2, laba akan berkurang karena MR <
MC. Monopolis juga bisa menderita rugi. Namun, apabila rugi akan diusahakan
agar kerugiannya adalah minimum (juga pada tingkat ouput di mana MR =
MC). Hal ini dapat terlihat pada gambar 9.6.. Tingkat outputnya adalah Q*,
harga P*, TR = OP*CQ*, sedangkan TC = OABQ*, sehingga daerah kerugian
adalah bidang P*ABC (kerugian yang minimum).
176
BMC
AC
MR
CP’
A
0
Rp
QQ*
D
Gambar 9.6.Monopolis Yang Menderita Kerugian
kerugian
B
MC
AC
MR
C
P’
A
0
Rp
QQ*Q1 Q2
D
Gambar 9.5.Keseimbangan Jangka Pendek
Perusahaan Monopoli
MR > MC MR < MC
MR = MC
2. Keseimbangan Jangka Panjang
Perusahaan monopoli tidak mempunyai masalah besar dengan
keseimbangan jangka panjang, selama dalam jangka pendek memperoleh laba
maksimum. Dalam pasar persaingan sempurna, laba super normal akan menarik
perusahaan lain untuk masuk ke dalam industri sehingga dalam jangka panjang
perusahaan hanya menikmati laba normal saja. Hal tersebut tidak berlaku dalam
pasar monopoli. Hambatan untuk masuk menyebabkan perusahaan monopoli
mampu menikmati laba super normal, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Perusahaan monopoli hanya akan kehilangan laba super normal
jangka panjang, bila tidak mampu mempertahankan daya monopolinya. Hal
tersebut dapat saja terjadi, terutama jika perusahaan lalai melakukan riset dan
pengembangan untuk memperoleh teknologi yang meningkatkan efisiensi
produksi. Akibatnya posisi perusahaan tergantikan oleh perusahaan lain yang
mampu menghasilkan atau memanfaatkan teknologi produksi yang lebih
efisien. Keseimbangan dalam jangka panjang akan menjadi masalah bila dalam
jangka pendek perusahaan mengalami kerugian. Gambar 9.7a. menunjukkan
perusahaan monopolis yang mengalami kerugian dalam jangka pendek. Namun
karena biaya rata-rata variabel masih lebih besar dari harga (AVC > P) untuk
sementara perusahaan masih dapat beroperasi. Bila ingin mempertahankan
eksistensinya dalam jangka panjang, perusahaan harus berupaya mencapai laba.
177
BMC AC
MR
CP’
A
0
Rp
QQ*
D
Gambar 9.7aKondisi Awal Perusahaan Monopolis
AVC
Kerugian jangka pendek
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melakukan efisiensi agar
biaya produksi lebih murah. Dalam Gambar 9.7b. ditunjukkan dengan
menurunnya kurva AC (AC1 → AC2). Karena sekarang biaya rata-rata lebih
kecil daripada harga AC < P), perusahaan sudah dapat menikmati laba.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan atau memperbesar
permintaan. Misalnya dengan menggiatkan promosi dan memasang iklan.
Peningkatan permintaan (D1→ D2) menyebabkan P>AC, yang artinya
perusahaan memperoleh laba (Gambar 9.7c). Tentu saja cara yang terbaik
adalah melakukan efisiensi sekaligus meningkatkan permintaan.
178
BMC
AC0
MR
CP’
A
0
Rp
QQ*
D
Gambar 10.7b.Perbaikan efisiensi yang menurunkan biaya
AC1
Laba super normal
B
MC
AC
MR
C
P’
A
0
Rp
QQ*
D
Gambar 9.7c.Pemasangan Iklan yang
Meningkatkan Permintaan
D2
D awal
D setelah pemasangan iklan
Laba super normal
3. Monopoli Alamiah
Perusahaan yang memiliki daya monopoli alamiah (natural monopoly)
disebut monopolis alamiah. Perusahaan ini mempunyai kurva biaya rata-rata
(AC) jangka panjang yang menurun (negative slope). Makin besar output yang
dihasilkan makin rendah biaya rata-rata. Ini dimungkinkan karena perusahaan
memiliki kurva biaya marjinal (MC) yang juga menurun dan berada di bawah
kurva AC. Perusahaan memilki tingkat efisiensi yang makin tinggi, bila skala
produksi diperbesar. Perusahaan seperti ini mampu melakukan eksploitasi
pasar, dilihat dari makin besarnya selisih harga jual dengan biaya marjinal.
Gambar 9.8. menunjukkan hal tersebut, dimana titik perpotongan kurva MC
dengan MR (titik A) jauh di bawah harga jual (titik B).
Perusahaan hanya akan mampu memiliki daya seperti di atas bila dalam
jangka panjang mampu meningkatkan efisiensi melalui pengembangan
teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia. Perusahaan yang memilki
kekuatan monopoli alamiah, tidak selalu diawali kekuatan teknologi.
Sebaliknya perusahaan yang pada awalnya memiliki kemampuan teknis, dapat
kehilangan kemampuan monopoli dan tidak mampu menjadi monopolis alamiah
179
B
MC
AC
MR
P’
A
0
Rp
QQ*
D
Gambar 9.8.Monopoli Alamiah
Laba super normal
C. Pasar Persaingan Monopolistik
Teori pasar persaingan monopolistik dikembangkan karena
ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna maupun
monopoli. Ekonom yang pertama kali mengajukan ketidakpuasan terhadap dua
model di atas adalah Pierro Sraffa (Universitas Cambridge), kemudian diikuti
oleh Hoteling dan Zeothen. Pada akhir dasawarsa 1920-an dan awal dasawarsa
1930-an, model persaingan monopolistik dikembangkan secara intensif oleh
Joan Robinson dan Edward Chamberlain14.
Persaingan monopolistik terdapat bila dalam suatu pasar ada banyak
produsen, tetapi ada unsur-unsur diferensiasi produk di antara produk-produk
yang dihasilkan oleh masing-masing produsen. Tiga asumsi dasar persaingan
monopolistik adalah sebagai berikut15:
a. Produk yang terdiferensiasi (differentiated product)
b. Jumlah perusahaan banyak dalam industri (large number firms)
c. Kebebasan untuk masuk dan keluar (free entry and exit)
d. Persaingan mempromosi penjualan sangat aktif
e. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
1. Keseimbangan Jangka Pendek
Perusahaan mencapai keseimbangan dalam jangka pendek dan panjang.
Dalam jangka pendek perusahaan dapat menikmati laba supernormal.
Sedangkan dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal.
14 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 21515 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 298
180
Keseimbangan jangka pendek tercapai bila MR = MC, karena memiliki daya
monopoli walau terbatas. Kondisi keseimbangan perusahaan yang bergerak
dalam pasar persaingan monopolistik sama dengan perusahaan yang bergerak
dalam pasar monopoli. Gambar 9.9. menunjukkan perusahaan mencapai laba
maksimum pada saat MR = MC di titik E.
Sama halnya dengan perusahaan monopolis, harga jual lebih besar dari
biaya marjinal (P > MC). Tetapi kemampuan eksploitasi laba relatif terbatas,
karena kurva permintaan yang dihadapai sangat landai. Laba super normal yang
dinikmati perusahaan sebesar luas segi empat APBC, dimana harga adalah P
dan jumlah output yang diproduksi Q*.
2. Keseimbangan Jangka Panjang
Dibandingkan dengan pasar monopoli, persaingan monopolistik masih
lebih baik dilihat dari lebih kecilnya total kesejahteraan yang hilang (dead
weight loss). Namun tetap kurang efisien dibanding pasar persaingan sempurna.
181
Rp/Q
Quantity
M
C
AC
DSR
MRSR
QSR
PSR
Gambar 9.9.Keseimbangan Jangka Pendek
E
Ada dua penyebab mengapa pasar persaingan monopolistik tidak dapat lebih
efisien dibanding pasar persaingan sempurna:
Harga jual masih lebih besar dari biaya marjinal (P > MC)
Kapasitas berlebihan (excess capacity)
Pada saat berada dalam keseimbangan jangka panjang, perusahaan
sebenarnya tidak berproduksi pada tingkat yang paling efisien, sebab titik
persinggungan antara kurva AC dengan kurva D bukan titik terendah pada
kurva AC. Jika perusahaan ingin memproduksi pada AC yang paling rendah,
output harus ditambah sampai dengan output pada AC minimum. Tetapi jika
output melebihi QLR (output keseimbangan), penambahan output hanya
menurunkan laba (bahkan merugi) karena penerimaan marjinal lebih kecil dari
biaya marjinal (MR < MC). Dapat disimpulkan, dalam jangka panjang
perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan monopolistik akan
mengalami excess capacity.
D. Pasar Oligopoli
Oligopoli adalah keadaan dimana hanya ada beberapa perusahaan yang
menguasai pasar baik secara independen maupun secara diam-diam bekerja
sama16. Oligopoli bisa dibedakan antara oligopoli dengan diferensiasi produk
16 Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), h. 137
182
Quantity
Rp/Q
MC
AC
DLR
MRLR
Gambar 9.10
Keseimbangan Jangka Panjang
PLR
QLR
(setiap perusahaan dengan merk-merk khusus tersendiri, misalnya industri
kosmetik) dengan oligopoli tanpa diferensiasi produk (misalnya industri seng).
Ada tidaknya produk diferensiasi mempengaruhi sampai seberapa jauh
permintaan untuk produk suatu perusahaan tergantung pada perusahaan-
perusahaan lain. Semakin besar tingkat diferensiasi produk, semakin tidak
tergantung kurva permintaan suatu perusahaan pada prilaku perusahaan lain.
Dari definisi di atas dapat dilihat beberapa unsur penting (karakteristik)
dalam pasar oligopoli, yaitu17:
a. Hanya sedikit perusahaan yang terdapat dalam suatu industri (few
number of firms).
b. Produknya bisa homogen tapi bisa juga terdiferensiasi (homogen or
differentiated product)
c. Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi (interdependence
decisions)
d. Kompetisi yang terjadi lebih banyak bersifat kompetisi non-harga (non-
pricing competition)
e. Adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry) dalam industri.
17 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004) h. 222
183